Professional Documents
Culture Documents
Semester-1
Tahun Ajaran 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam laporan ini kami membahas mengenai NIKEL LATERIT.
Maksud dan tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi Tugas Akhir
Perkuliahan pada Mata Kuliah GENESA BAHAN GALIAN (TA-3101), yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pemahaman tentang GENESA
BAHAN GALIAN.
Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat yang mendalam, kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materil
sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Dan tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. Eng. Syafrizal, ST., MT., selaku dosen mata kuliah Genesa Bahan Galian (TA-3101),
2. Dan tidak lupa seluruh rekan-rekan mahasiswa Teknik Pertambangan angkatan tahun 2012
yang selalu memberikan semangat dan masukan.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penyusunan laporan ini. Harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi diri kami sendiri serta pihak-pihak yang memerlukannya.
Penyusun
`1
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
1. Pendahulan
1.1 Deskripsi Nikel.....6
1.2 Keterdapatan Nikel di Dunia..9
1.3 Persebaran Nikel di Indonesia.11
1.4 Kegunaan Nikel..17
1.5 Produksi di Dunia..18
1.6 Bahaya Toksik Nikel..22
2. Tatanan Geologi
2.1 Tatanan Geologi Endapan24
2.2 Topografi dan Morfologi..25
2.3 Tatanan Geologi Nikel di Indonesia27
2.3.1 Tatanan Geologi Sulawesi.28
2.3.2 Tatanan Geologi Halmahera.31
2.4 Tatanan Geologi Nikel di Dunia..33
3. Genesa (Proses Pembentukan) Endapan
3.1 Host Rock Endapan Nikel Laterit37
3.2 Proses Pembentukan Endapan Nikel Laterit.38
3.3 Klasifikasi Endapan Nikel Laterit...41
3.4 Profil Nikel Laterit.43
3.5 Contoh Endapan Nikel Laterit di Indonesia..46
4. Metode Penambangan
4.1 Metode Penambangan Nikel Laterit50
4.2 Tahapan Penambangan Nikel Laterit.51
4.3 Pengolahan Nikel Laterit..56
4.4 Dampak Lingkungan.61
5. Penutup
Daftar Pustaka
`2
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Mineral Garnierite...7
Gambar 1.2 Mineral Pentlandite.7
Gambar 1.3 Mineral Pentlandite Secara Mikroskopis.8
Gambar 1.4 Profil Laterit.9
Gambar 1.5 Contoh Bijih Nikel.10
Gambar 1.6 Persebaran Endapan Laterite di Dunia..11
Gambar 1.7 Persebaran Endapan Nikel di Indonesia.11
Gambar 1.8 Peta Lokasi Endapan Nikel di Pomala12
Gambar 1.9 Penambangan Nikel di Soroako...12
Gambar 1.10 Penambangan Nikel di Pomala..13
Gambar 1.11 Logo PT.Aneka Tambang Tbk...14
Gambar 1.12 Logo PT. Weda Bay Nickle.15
Gambar 1.13 Logo PT. Vale Indonesia Tbk.16
Gambar 1.14 Pipa Alloy..17
Gambar 1.15 Lempengan Alloy.17
Gambar 1.16 Kegunaan Nikel dalam Industri.18
Gambar 1.17 Logo Norilsk Nickle.20
Gambar 1.18 Logo Xstrata plc...21
Gambar 2.1 Tatanan Geologi Sulawesi & Halmahera.......27
Gambar 2.2 Peta Sebaran Nikel di Sulawesi Tenggara..27
Gambar 2.3 Presentase Keberadaan Potensi Nikel di Sulawesi Tenggara..28
Gambar 2.4 Kondisi Geologi Pulau Sulawesi..29
Gambar 2.5 Kondisi Geologi Halmahera.31
Gambar 2.6 Peta Persebaran Komoditi Tambang di Australia33
Gambar 2.7 Peta Persebaran Komoditi Tambang di Kanada..36
`3
`4
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Sifat Logam Nikel.6
Tabel 1.2 Statistik Nikel di Indonesia...13
Tabel 1.3 Tabel Produksi Nikel PT. Weda Bay Nickle...16
Tabel 1.4 Produksi Nikel Dunia.18
Tabel 1.5 Produksi Nikel Tiap Negara..18
Tabel 1.6 Produksi Perusahaan Nikel Dunia...21
`5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
DESKRIPSI NIKEL
Nikel adalah logam transisi yang menunjukkan sifat campuran logam besi (Fe) dan
nonferrous. Nikel bersifat dapat ditempa, ditarik sangat kuat oleh magnet, larut di dalam asam
yang sangat kuat. Contoh siderophile (yaitu, asosiasi dengan besi) dan chalcophile (yaitu,
asosiasi dengan sulfur).
Senyawa nikel umumnya bersifat bivalen, meskipun terdapat pula tingkat valensi
lainnya. Unsur ini juga membentuk sejumlah senyawa kompleks. Sebagian besar senyawa nikel
berwarna biru atau hijau. Nikel larut perlahan dalam asam encer, namun bersifat seperti besi,
menjadi pasif ketika dipaparkan dengan asam nitrat.
Sistem Kristal
Isometrik
Biasanya berwarna abu-abu
4-5 (skala Mohs)
638 MPa (skala Vickers)
700 MPa (skala Brinell)
Kilap metalik
Kenampakan
Kekerasan
Kilap
`6
`7
Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri
komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat
mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari
pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30%
kebutuhan dunia akan nikel.
Unsur nikel yang berhubungan dengan batuan basa disebut norit. Nikel ditemukan dalam
mineral pentlandit, dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan butiran kecil bersama pyrhotin
dan kalkopirit. Nikel biasanya terdapat dalam tanah yang terletak di atas batuan basa. Di
indonesia, tempat ditemukan nikel adalah Sulawesi tengah dan Sulawesi Tenggara.
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam berwarna putih
keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam peralihan, sifat tidak
berubah bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi dan kemampuan mempertahankan sifat
aslinya di bawah suhu yang ekstrim (Cotton danWilkinson, 1989).
Hampir seluruh bagian dari kehidupan kita mengandung bijih Nikel. Contoh saja
peralatan dapur, alat komunikasi, peralatan medis, transportasi, pembangunan, dan lain-lain.
Barang barang tersebut memiliki sifat anti karat, kokoh, kuat dalam temperatur yang tinggi dan
rendah. Keserbagunaan ini yang menjadikan Nikel sangat berharga dan memiliki nilai jual tinggi
di pasaran dunia. Hal ini membuktikan bahwa nikel adalah salah satu mineral berharga di bumi
Sebagian dari nikel ditambang berasal dari dua jenis endapan bijih:
Nikel laterit dimana mineral bijih utama adalah nickeliferous limonit [(Fe,Ni)O(OH)]
dan garnierite (nikel hidrosilikat) (Ni,Mg)3Si2O5(OH)4, atau
sulfida magmatik deposito di mana mineral bijih utama adalah pentlandit [(Ni,Fe)9S8]
Istilah laterite bisa diartikan sebagai endapan yang kaya akan iron-oxide, miskin unsur
silica dan secara intensif ditemukan pada endapan lapukan di iklim tropis (eggleton, 2001).
Tugas Besar TA-3101 Genesa Bahan Galian Endapan Nikel Laterit
`8
Batuan induk dari endapan Nikel Laterite adalah batuan ultrabasa, umumnya harzburgite
(peridotite yang kaya akan unsur ortopiroksen), dunite, dan jenis peridotite yang lain.
Batuan induk bijih Nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan ultra basa
rata-rata mempunyai kandungan Nikel sebesar 0,2 %. Pada pelapukan kimia khususnya, air
tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan
mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan
Mg, Fe, Ni yang larut. Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya
kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan
hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi
yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang
dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras.
Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kobal,kromit, vanadium, titanium dan
platina dalam batuan ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat
dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residual silika
dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida,
yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit.
1.2
Deposit nikel sulfida umumnya terkait dengan batuan yang kaya akan besi dan
magnesium yang ultramafik dan dapat ditemukan baik vulkanik dan plutonik. Banyak endapan
sulfida terjadi di lapisan yang dalam. Nikel laterit dibentuk oleh pelapukan batuan ultramafik
dan merupakan fenomena yang dekat dengan permukaan. Sebagian besar nikel di Bumi diyakini
terkonsentrasi di inti planet.
Daerah yang memiliki keterdapatan Nikel dengan kelimpahan tinggi diantaranya adalah
Sudbury wilayah Ontario , Kanada, yang menghasilkan sekitar 30% dari pasokan nikel dunia.
Tugas Besar TA-3101 Genesa Bahan Galian Endapan Nikel Laterit
`9
Deposit Sudbury Basin diperkirakan telah diciptakan oleh sebuah meteorit acara dampak awal
dalam sejarah geologi bumi . Rusia mengandung sekitar 40% dari sumber daya dunia yang
dikenal terdapat deposit di wilayah Norilsk, Siberia . Perusahaan pertambangan Rusia MMC
Norilsk Nikel memperoleh nikel dan yang terkait paladium untuk distribusi dunia. Deposit nikel
utama lainnya ditemukan di Kaledonia Baru , Prancis, Australia , Kuba , dan Indonesia . Deposit
ditemukan di daerah tropis biasanya terdiri dari laterit yang dihasilkan oleh pelapukan ultrabasa
batuan beku dan konsentrasi sekunder yang dihasilkan dari bantalan oksida nikel dan mineral
silikat .
Berdasarkan bukti geofisika, sebagian besar nikel di Bumi terkonsentrasi di inti Bumi.
Kamacite dan taenite secara alami terjadi paduan dari besi dan nikel. Untuk kamacite paduan
biasanya dalam proporsi 90:10 untuk 95:5 meskipun kotoran seperti kobalt atau karbon dapat
hadir, sedangkan untuk taenite kandungan nikel adalah antara 20% dan 65%. Kamacite dan
taenite terjadi pada meteorit besi nikel
`10
1.3
Nikel di Indonesia terkonsentrasi di daerah Sulawesi, Maluku, dan Papua Barat yaitu
daerah Soroako (PT. International Nickel Indonesia), Pomalaa, Tanjung Buli dan Tapunopaka
(PT. Aneka Tambang) dan yang akan dibuka tambangnya adalah di daerah Morowali (PT.
Sinosteel Indonesia Mining), dan di Pulau Halmahera (PT. Weda Bay Nickel dan PT. Aneka
Tambang).
`11
Endapan nikel laterit di Soroako terbentuk karena proses pelapukan dari batuan
ultramafik yang terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari
120 km x 60 km. Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara.
`12
Tambang bijih nikel ANTAM di Pomala, merupakan tambang nikel tertua. Bijih nikel
ditambang menggunakan metode tambang terbuka secara selektif dengan peralatan backhoe
untuk penggalian dan truk untuk transportasi. Tidak diperlukan pengeboran atau peledakan
dalam penambangan bijih nikel maupun proses pengolahan yang rumit, selain pengeringan
dan penyaringan bijih
2002
2001
2000
1999
2.735.78
0
2.346.44
8
1.545.82 177.52
9
5
Import
24,39 1,03
17,43
23,86
354,23
(Ton)
Source: Central Bureau of Statistics, http://www.tekmira.esdm.go.id
1998
1997
2.687.40
9
524.204
2.962.01
9
936.785
2.299.96
4
114,42
1.983.23
3
230,36
`13
`14
penggalian dan truk untuk transportasi. Tidak diperlukan pengeboran atau peledakan dalam
penambangan bijih nikel maupun proses pengolahan yang rumit, selain pengeringan dan
penyaringan bijih. Dalam proses penyaringan bijih, didapatkan bijih yang berukuran besar yang
memerlukan proses tambahan untuk menghancurkan batuan bijih nikel ke ukuran yang
diinginkan.
Secara historis ANTAM memproduksi 5-9 juta wmt bijih nikel setiap tahun. Meski
demikian, ANTAM dapat meningkatkan produksi jika dibutuhkan. Sejak tahun 2006 tingkat
produksi bijih nikel telah meningkat secara substansial menyusul peningkatan permintaan. Bijih
nikel ANTAM digunakan sebagai umpan bijih pabrik feronikel di Pomalaa dan juga diekspor
ke konsumen di Jepang dan Eropa. Bijih nikel limonit sebelumnya diekspor ke Australia namun
sejak tahun 2007 diekspor ke China.
2. PT. Weda Bay Nickel
PT. Weda Bay Nickel terletak di Halmahera Tengah dan Halmahera Timur, Kabupaten
Halmahera, pulau terbesar dari Provinsi Maluku Utara, seluas 18.000 km2. Perusahaan ini
bergerak dalam bidang penambangan nikel dan kobalt serta pengolahan logam secara
hidrometalurgi.
Investigasi lapangan untuk penambangan nikel laterit di wilayah Halmahera sudah dimulai sejak
1996. Berdasarkan hasil investigasi, ternyata di wilayah tersebut memang terdapat endapan
nikel laterit, sehingga dimulailah kegiatan eksplorasi pada awal 1997 dan masih terus
berkembang hingga saat ini. Semua data yang terkait dengan estimasi sumber daya dan
cadangan yang dihasilkan oleh Weda Bay Nickel Project telah diaudit oleh ahli independen
eksternal yang menegaskan bahwa sumber daya dan cadangan mineral nikel di sana
diklasifikasikan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Join Ore Reserves Committee
(JORC, 2004) .
`15
PT Vale Indonesia Tbk merupakan anak perusahaan dari Vale, sebuah perusahaan
pertambangan global yang berkantor pusat di Brasil. Sebelumnya bernama PT International
Nickel Indonesia Tbk. (PT Inco), perusahaan kami mengoperasikan tambang nikel open pit dan
pabrik pengolahan di Sorowako, Sulawesi, sejak tahun 1968. Saat ini Vale menjadi produsen
nikel terbesar di Indonesia dan menyumbang 5% pasokan nikel dunia. Vale menambang nikel
laterit/saprolit dan mengolahnya menjadi nickel matte, yang dikirim ke konsumen tetap di
Jepang.
Nikel banyak dikombinasikan dengan logam lain untuk membentuk campuran yang
dikenal karena fleksibilitas dan ketahanannya terhadap oksidasi dan korosi. Logam ini mampu
mempertahankan karakteristiknya bahkan dalam suhu ekstrem. Nikel digunakan dalam berbagai
`16
produk, seperti televisi, baterai isi ulang, koin, peralatan makan bahkan gerbong kereta. Saat ini,
tingkat produksi tahunan kami mencapai rata-rata 75.000 metrik ton nickel matte.
1.4
KEGUNAAN NIKEL
Nikel terutama dijual sebagai logam halus (katoda, bubuk, gundu, dll) atau feronikel.
Sekitar 65% dari nikel yang dikonsumsi di Dunia Barat digunakan untuk membuat baja tahan
karat austenit. 12% lainnya masuk ke superalloy (misalnya, Inconel 600) atau paduan
nonferrous (misalnya, cupronickel). Kedua keluarga paduan yang banyak digunakan karena
ketahanan korosi mereka. Industri kedirgantaraan adalah konsumen terkemuka nikel-basa
superalloy. Pisau turbin, cakram dan bagian penting lain dari mesin jet yang dibuat dari
superalloy. Nikel-basa superalloy juga digunakan di tanah pembakaran turbin, seperti yang
ditemukan di stasiun pembangkit tenaga listrik. Lalu 23% sisanya dibagi antara konsumsi baja
paduan, baterai isi ulang, katalis dan bahan kimia lainnya, mata uang, produk pengecoran, dan
plating. Bahan kimia komersial utama adalah karbonat (NICO3), klorida (NiCl2), oksida divalen
(NiO), dan sulfat (NiSO4).
`17
1.5
PRODUKSI DI DUNIA
Pada tahun 2005, Rusia merupakan produsen terbesar nikel dunia dengan seperlima dari
seluruh produksi nikel dunia dan diikuti oleh Kanada, Australia dan Indonesia , seperti yang
dilaporkan oleh British Geological Survey . Deposit nikel di bagian barat Turki telah
dieksploitasi, dengan lokasi ini menjadi sangat nyaman untuk smelter Eropa, produsen baja dan
pabrik. Lokalitas satu di Amerika Serikat di mana nikel ditambang secara komersial Riddle,
Oregon , di mana beberapa mil persegi nikel-bantalan permukaan deposito garnierite berada.
Tambang ini ditutup pada tahun 1987.
Negara
Produksi
2008
Produksi
2009
Produksi
2010
Cadangan
199.200
165.000
139.000
24.000.000
28.940
28.600
32.400
Botswana (bijih)
490.000
`18
Brazil (bijih)
Kanada (konsentrat)
Cina
Kolombia (bijih laterit)
67.116
54.100
66.200
8.700.000
259.651
137.000
155.000
3.800.000
72.000
79.400
77.000
3.000.000
77.000
72.000
Kuba (oksida)
67.265
31.300
192.600
203.000
67.300
70.200
74.000
3.100
1.600.000
5.500.000
960.000
232.000
3.900.000
7.500
1.300.000
102.583
92.800
138.000
7.100.000
80.644
137.000
156.000
1.100.000
262.000
265.000
6.000.000
41.800
3.700.000
43600
13.000
13.200
14.300
107.026
51.700
77.800
1.400.000
1.550.000 76.000.000
1.560.000
490.000
4.500.000
1) Norilsk Nickel
Perusahaan Norilsk Nickel ( " MMC Norilsk Nickel " atau " Norilsk Nickel " )
adalah produsen terbesar di dunia nikel halus serta produsen utama kelompok logam tembaga
dan platinum
`19
Pada tahun 2010, Norilsk Nickel menghasilkan 297.000 metrik ton nikel, 398.000 metrik ton
tembaga, 2,86 juta ons paladium dan 693.000 ons platinum.
Ringkasan Keuangan (2010):
*) Logam Penjualan Pendapatan: US $ 12.126 juta
*) Laba Kotor pada Logam Penjualan: US $ 7.903.000
*) Jumlah Aset: US $ 23,909 juta
Norilsk Nickel memiliki fasilitas produksi yang berlokasi di lima negara: Rusia, Australia,
Botswana dan Afrika Selatan.
Unit produksi utama terintegrasi secara vertikal menjadi dua unit:
`20
2) Xstrata plc
Xstrata plc (Xstrata) adalah produsen internasional utama dari dasar dan kelompok
logam platinum. Dengan pendapatan kotor lebih dari US $ 30,5 miliar (2010) dan lebih dari
70.000 staf, Xstrata adalah salah satu perusahaan terbesar di dunia logam.
`21
1.5
Nikel dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh, tetapi bila terdapat dalam jumlah yang
terlalu tinggi dapat berbahaya untuk kesehatan manusia, Yaitu : menyebabkan kanker paruparu,kanker hidung, kanker pangkal tenggorokan dan kanker prostat, merusak fungsi
ginjal,meyebabkan kehilangan keseimbangan, menyebabkan kegagalan respirasi, kelahiran
cacat,menyebabkan penyekit asma dan bronkitis kronis serta merusak hati.
`22
Gerberding J.L (2005) melaporkan bahwa dalam konsentrasi tinggi nikel di tanah berpasir
merusak tanaman dan di permukaan air dapat mengurangi tingkat pertumbuhan algae. Lebih
lanjut dikatakan bahwa nikel juga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme,
tetapimereka biasanya mengembangkan perlawanan terhadap nikel setelah beberapa saat.
Ketoksikan nikel pada kehidupan akuatik bergantung pada spesies, pH, kesadahan dan faktor
lingkungan lain (Blaylock dan Frank, 1979).
`23
BAB II
TATANAN GEOLOGI
2.1
Tatanan geologi disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik dimana terjadinya proses
pengangkatan benua, ketika lapisan selubung bumi bagian atas mengalami arus konveksi dari
dalam bumi yang mengakibatkan bagian astenosfer bumi memberikan energi pada bagian
lapisan bumi yang keras dan lunak (lempeng samudera dan lempeng benua) bergerak. Selain
aktivitas tektonik, faktor lain yang mempengaruhi tatanan geologi adalah iklim dan cuaca suatu
daerah. Tatanan geologi ini nantinya akan mempengaruhi proses pembentukan endapan, seperti
endapan Nikel Laterit.
Pegunungan verbeek merupakan contoh yang memiliki batuan ultrabasa (ultra mafik)
sebagai kompleks ophiolit. Umur batuan ini belum dapat dipastikan, tapi diperkirakan sekitar
mezosoikum awal atau paleozoikum akhir,dan merupakan batuan tertua di daerah mandala
Sulawesi Timur.
Proses pelapukan dimulai pada batuan peridotit, yang banyak mengandung olivin,
magnesium, silikat, silikat, besi silikat dan nikel. Batuan ini mudah mengalami pelapukan
lateritik yang dapat memisahkan nikel dari silikat dan asosiasinya. Air tanah yang kaya akan
CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh-tumbuhan akan melarutkan olivin, sehingga terurai
menjadi larutan suspensi koloid. Di dalam larutan , besi akan bersenyawa dengan Oksida dan
mengendap sebagai Ferrihidroksida. Endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk
mineral goethit, hematit dan kobalt dalam jumlah kecil, sedangkan magnesium, nikel dan silika
tertinggal dalam larutan. Karena bereaksi dengan tanah dan batuan, maka larutan ini dinetralisir
dan cenderung mengendap sebagai hidrosilikat atau magnesium hidrat silikat yang berwarna
hijau, yang disebut mineral garnerit.
Adanyan erosi air tanah asam dan erosi permukaan di bumi akan mengendapkan zat-zat
tesebut di tempat yang lebih dalam pada daerah penyanggaan, (termasuk nikel) sehingga
mencapai kadar nikel yang ekonomis. Bijih nikel bijih nikel di daerah Soroako termasuk
kedalam jenis laterit dan silikat (garnerit). Berdasarkan perbandingan perbandingan pelapukan
dan pelindian (leaching) batuan ultra peridotit.
`24
Pada umumnya endapan laterit lebih banyak terakumulasi pada bagian bawah bukit
dengan relief landai, sedangkan relief terjal endapannya tipis. Disamping itu ada kecenderungan
akumulasi mineral saprolit berkadar tinggi terletak pada zone retakan, rekahan, dan sesar.
2.2
Keadaan topografi setempat akan sangat memengaruhi sirkulasi air beserta reagenreagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan
mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau
pori-pori batuan. Akumulasi endapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai
sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk
topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih
banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.
Faktor tersebut sangat penting dalam endapan Nikel Laterit karena kaitannya dengan
posisi water table, stuktur dan drainage. Zona enrichment Nikel Laterite berada di topografi
bagian atas (upper hill slope,crest, plateau, atau terrace). Kondisi water table pada zona ini
dangkal, apalagi ditambah dengan adanya zona patahan, shear or joint. Akibatnya akan
mempercepat proses palarutan kimia (leaching processes) yang pada akhirnya akan terbentuk
endapan saprolite mengandung Nikel yang cukup tebal. Kondisi seperti ini dapat dijumpai di
beberapa tempat sepeti Indonesia, New Caledonia, Ural (Russia), dan Columbia. Sebaliknya,
pada topografi yang rendah, water table yang dalam akan menghambat proses pelarutan unsur
unsur dari batuan induk (baca:enrichment processes).
Di Indonesia sendiri, endapan Nikel Laterit dapat ditemukan di Sulawesi dan Maluku.
Hal ini disebabkan karena daerah Sulawesi dan Maluku memang dicirikan oleh kumpulan
batuan malihan, serpentinit, gabro, basalt, dan batuan sedimen pelagos Mesozoikum (Sukamto,
1975). Batuan-batuan yang tersingkap di daerah kegiatan inventarisasi berumur mulai dari
Paleozoikum sampai Kuarter, menurut E. Rusmana, dkk. (1993).
Struktur geologi yang dijumpai di sekitar Sulawesi dan Maluku adalah sesar, lipatan,
dan kekar. Sesar dan kelurusan umumnya berarah barat laut-tenggara searah dengan sesar geser
jurus mengiri Lasolo. Sesar Lasolo aktif hingga kini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan
Sesar Sorong yang aktif kembali pada Kala Oligosen (Simandjuntak, dkk., 1983). Sesar naik
ditemukan di daerah Wawo, sebelah barat Tampakura dan di Tanjung Labuandala di selatan
Lasolo, yaitu beranjaknya batuan ofiolit ke atas Batuan Malihan Mekonga, Formasi Meluhu,
dan Formasi Matano. Sesar Anggowala juga merupakan sesar utama, sesar mendatar menganan
(dextral), mempunyai arah barat laut-tenggara. Secara spesifik, daerah-daerah yang memiliki
endapan Nikel Laterit adalah:
`25
1. Soroako
Nikel Laterit sudah dilakukan aktivitas penambangan oleh P.T. INCO, yang
mana endapan Nikel Laterit di Soroako terbentuk karena proses pelapukan dari batuan
ultramafik yang terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih
dari 120 km x 60 km. Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah
dan Tenggara.
2. Sonai
Daerah Sonai secara administrasi termasuk dalam Desa Sonai, Kecamatan
Puriala, Kabupaten Konawe. Morfologi daerah Sonai terdiri dari daerah dataran hingga
perbukitan rendah dengan ketinggian 300 m dari permukaan laut. Daerah perbukitan
ditempati oleh batuan ultrabasa. Daerah dataran ditempati oleh alluvium dari endapan
rawa dan sungai yang terdiri dari kerikil, pasir, dan lempung .
Batuan yang terdapat di daerah Sonai terdiri dari batuan ultrabasa yang umumnya
terdiri dari batuan harzburgit dan menempati daerah perbukitan, diperkirakan berumur
Kapur Awal (T.O. Simanjuntak, 1994) juga merupakan batuan yang tertua dan
merupakan alas di Mandala Sulawesi Timur. Batuan lainnya yang terdapat di daerah
Sonai berupa endapan aluvial rawa dan sungai yang terdiri dari kerakal, kerikil, pasir,
dan lumpur. diperkirakan berumur Holosen (T.O. Simanjuntak, 1994).
Struktur geologi yang ditemukan pada daerah Sonai berupa kekar dan sesar,
struktur sesar dengan arah barat daya-timurlaut kemudian disusul sesar menganan
berarah timur-barat, sesarsesar ini dibuktikan dengan adanya cermin sesar dan
munculnya beberapa sumber air panas di sekitar daerah Sonai.
3. Daerah Iwoikondo
Secara administratif daerah Iwaikondo berada di Desa Iwaikondo, Kecamatan
Tirawuta, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Morfologinya terdiri dari 2
(dua) bagian, yakni daerah dataran dan daerah perbukitan rendah. Daerah perbukitan
rendah dengan ketinggian sampai dengan 400 m di atas permukaan laut. Secara umum
batuan ultrabasa menduduki daerah perbukitan tersebut. Di luar dari daerah tersebut
merupakan daerah dataran yang kadang-kadang berawa, ditempati oleh aluvial sungai
dan rawa. Geologi daerah Iwoikondo terdiri dari batuan ultrabasa yang terdiri dari batuan
harzburgit dan piroksenit. Batuan harzburgit menempati morfologi daerah perbukitan.
Secara umum, geologi daerah ini hampir sama dengan geologi daerah Sonai.
Tugas Besar TA-3101 Genesa Bahan Galian Endapan Nikel Laterit
`26
Struktur geologi yang berkembang di daerah uji petik berupa kekar dan sesar,
terdapat 2 sesar yang sejajar dengan arah barat laut-tenggara, berupa sesar geser mengiri
dan dibuktikan dengan munculnya sumber mata air panas, cermin sesar, dan batuan yang
terbreksikann di daerah ini. Selain itu juga berkembang sesar yang lebih kecil diantara 2
sesar yang sejajar dengan arah barat daya timur laut. Secara umum sesar ini searah
dengan sesar utama Lasolo.
2.3
`27
Nikel Sulawesi Tenggara memiliki cadangan yang cukup besar. Jumlah cadangan Nikel
Sulawesi Tenggara berdasarkan data Dinas ESDM provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 97
milyar ton dengan luas sebaran Nikelnya 480 ribu Ha. Adapun status kawasan Nikel di Sulawesi
Tenggara terkait dengan fungsi kawasan hutan Sulawesi Tenggara dapat terbagi ke dalam: Nikel
Sulawesi Tenggara yang berada pada kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Nikel Sulawesi Tenggara yang masuk kedalam katagori Nikel yang berada pada
kawasan lindung di Sulawesi Tenggara seluas 202 ribu Ha dan Nikel pada kawasan budidaya
seluas 278 ribu Ha. Sedangkan penelitian dari Pusat Sumberdaya Geologi (PSDG) tentang kadar
(grade) Nikel Sulawesi Tenggara dengan wilayah uji petik di 2 kabupaten yaitu Konawe dan
Kolaka berkisar untuk geokimia soilnya antara 21.710 ppm = 2.17% Ni hingga minimum 665
ppm = 0.067% Ni, sedangkan untuk arah vertikalnya kedalaman di temukannya mineral
garnerite yang kaya akan Ni berkisar 4.2 m hingga 7 m dengan kadar 1.4% hingga 5.5%.
2.3.1
Pulau Sulawesi, merupakan pulau yang terpisah dari Kepulauan Sunda Besar bila
ditilik dari kehidupan flora dan fauna oleh karena garis Wallace berada di sepanjang
Selat Makassar, yang memisahkan pulau Sulawesi dari kelompok Kepulauan Sunda
Besar di zaman es. Pulau Sulawesi merupakan gabungan dari 4 jazirah yang memanjang,
dengan barisan pegunungan berapi aktif memenuhi lengan jazirah, yang beberapa di
antaranya mencapai ketinggian diatas 3.000 meter diatas permukaan laut; tanah subur,
ditutupi oleh hutan tropiklebat (primer dan sekunder). Sulawesi dilintasi garis
katulistiwa di bagian seperempat utara pulau sehingga sebagian besar wilayah pulau
Tugas Besar TA-3101 Genesa Bahan Galian Endapan Nikel Laterit
`28
Sulawesi berada di belahan bumi selatan. Di bagian utara, Sulawesi dipisahkan dengan
pulau Mindanao - Filipina oleh Laut Sulawesi dan di bagian selatan pulau dibatasi oleh
Laut Flores. Di bagian barat pulau Sulawesi dipisahkan dengan pulau Kalimantan oleh
Selat Makassar, suatu selat dengan kedalaman laut yang sangat dalam dan arus bawah
laut yang kuat. Di bagian timur, pulau Sulawesi dipisahkan dengan wilayah geografis
Kepulauan Maluku dan Irian oleh Laut Banda. Beberapa penelitian yang menjelaskan
mengenai proses tektonik dan geologi di daerah sulawesi, antara lain adalah Sukamto
(1975) yang membagi pulau Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari 3
Mandala Geologi yaitu :
Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api
paleogen, intrusi neogen dan sedimen mesozoikum.
Mandala Geologi Sulawesi Timur, dicirikan oleh batuan ofiolit yang berupa
batuan ultramafik peridotite, harzburgit, dunit, piroksenit dan serpentinit yang
diperkirakan berumur kapur.
Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan
metamorf permokarbon, batuan plutonik yang bersifat granitis berumur trias dan
batuan sedimen mesozoikum.
Menurut Hamilton (1979) dan Simanjuntak (1991), Mandala Geologi banggai Sula
merupakan mikrokontinen yang merupakan pecahan dari lempeng New Guinea yang
bergerak kearah barat sepanjang sesar sorong.
`29
Satuan batuan sedimen yang berumur kapur, terdiri dari batu gamping laut dalam
dan rijang. Terdapat dibagian barat Sorowako dan dibatasi oleh sesar naik
dengan kemiringan kearah barat.
Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier, umumnya terdiri dari jenis
peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat yang bervariasi dan
umumnya terdapat dibagian timur. Pada satuan ini juga terdapat intrusi-intrusi
pegmatit yang bersifat gabroik dan terdapat dibagian utara.
Satuan alluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur kuarter, umumnya
terdapat dibagian utara dekat desa Sorowako.
Batuan induk dari endapan nikel laterit adalah batuan ultrabasa dengan kandungan
mineral ferromagnesian (olivine, piroksin, dan amphibole) dalam jumlah besar yang
berasosiasi dengan struktur geologi yang terbentuk pada masa Precambrian hingga
Tersier (Ahmad, 2006). Batuan ultrabasa wilayah Sorowako tersusun dari batuan
peridotite yang dapat dibagi menjadi empat satuan batuan, yang merupakan batuan induk
pembawa nikel dengan kadar sekitar 2 %. Batuan-batuan sejenis peridotite antara lain :
Dunite, yang mengandung olivine lebih dari 90% dan piroksen sekitar 5%.
High Serpentinized, yang mengandung olivine 85% dan piroksen 15%.
Low Serpentinized, yang mengandung olivine 65% dan piroksen 35%.
Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya di daerah
Sorowako termasuk ke dalam jenis nikel laterite dan bijih nikel silikat (garnierit). Bijih
nikel tersebut terbentuk akibat pelapukan dan pelindihan (leaching) batuan ultrabasa
seperti peridotit dan serpentinit dari rombakan batuan ultrabasa. Namun berdasarkan ciri
fisik dan kimiawinya, endapan nikel laterit di Sorowako dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Blok Barat (West Block) dan Blok Timur (East Block) yang berbeda satu sama lainnya.
Perbedaan topografi sangat menyolok, pada umumnya di East Block memiliki
topografi yang landai sedikit berbukit sedangkan di West Block pada umumnya topografi
terjal membentuk pegunungan. West Block meliputi 36 bukit dengan luas sekitar 46,5
km persegi, secara umum merupakan batuan peridortite yang tidak terserpentinisasi
dengan bentuk morfologi yang relatif lebih terjal dibandingkan East Block (karena
pengaruh struktur yang kuat), banyak dijumpai bongkah bongkah segar peridotit
(Boulder) sisa proses pelapukan sehingga recovery menjadi kecil. Umumnya boulder
`30
dilapisi oleh zona pelapukan tipis dibagian luarnya. Daerah West banyak mengandung
urat-urat kuarsa yang sulit dikontrol pola penyebarannya. Sedangkan East Block
meliputi 44 bukit menempati area seluas 36,3 km persegi. Topografi pada daerah ini
relatif lebih landai dari pada daerah West Block. Batuan dasar dari tipe ini umumnya
adalah serpentine peridotite, lherzolite, dengan derajat serpentin yang bervariasi.
2.3.2
Kepulauan Maluku dan Irian, terdiri dari 1 pulau besar yaitu pulau Irian dan
beberapa pulau sedang seperti pulau Halmahera, pulau Seram, pulau Buru dan
Kepulauan Kei dan Tanimbar serta ribuan pulau-pulau kecil lainnya baik berpenghuni
maupun tidak. Garis Weber memisahkan kawasan ini atas dua bagian yaitu Irian dan
Australia dengan kepulauan Malukusehingga di kepulauan Maluku, flora dan fauna
peralihan sedangkan di Irian, flora dan fauna Australia.
Sebagian besar kawasan ini tertutup hutan tropik primer dan sekunder yang lebat,
kecuali di kepulauan Tanimbar dan Aru merupakan semak dan sabana. Gunung berapi
yang tertinggi di kepulauan Maluku adalah Gunung Binaiya, setinggi 3.039 meter;
`31
sedangkan di pulau Irian pegunungan berapi aktif memlintang dari barat ke timur pulau,
gunung yang tertinggi adalah Puncak Jaya setinggi 5.030 meter di atas permukaan laut.
Pulau Irian juga merupakan pulau dengan kepadatan penduduk yang paling
jarang di Indonesia, yaitu sekitar 2 orang per kilometer persegi. Secara geologik,
kawasan Maluku dan Irian juga termasuk sangat labil karena merupakan titik pertemuan
tumbukan ketiga lempeng kerak bumi, Lempeng Asia, Lempeng Australia dan Lempeng
Pasifik. Palung laut terdalam di Indonesia terdapat di kawasan ini, yaitu Palung Laut
Banda, kedalaman sekitar 6.500 meter dibawah permukaan laut.
Berdasarkan Peta Geologi lembar Ternate, Maluku Utara yang diterbitkan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung, fisiografi Pulau Halmahera
dibagi menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu Mendala Halmahera Timur, Halmahera
barat, dan Busur Kepulauan Gunung Api Kuarter.
i. Mendala Fisiografi Halmahera Timur
Mendala Halmahera Timur meliputi lengan timur laut, lengan tenggara,
dan beberapa pulau kecil di sebelah timur Pulau Halmahera. Morfologi mendala
ini terdiri dari pegunungan berlereng terjal dan torehan sungai yang dalam, serta
sebagian mempunyai morfologi karst. Morfologi pegunungan berlereng terjal
merupakan cerminan batuan keras. Jenis batuan penyusun pegunungan ini adalah
batuan ultrabasa. Morfologi karst terdapat pada daerah batugamping dengan
perbukitan yang relative rendah dan lereng yang landai.
ii. Mendala fisiografi Halmahera Barat
Mendala Halmahera Barat bagian utara dan lengan selatan Halmahera.
Morfologi mendala berupa perbukitan yang tersusun atas batuan sedimen, pada
batugamping berumur Neogen dan morfologi karst dan dibeberapa tempat
terdapat morfologi kasar yang merupakan cerminan batuan gunung api berumur
oligosen.
iii. Mendala busur kepulauan gunung api kuarter
Mendala ini meliputi pulau-pulau kecil di sebelah barat pulau Halmahera.
Deretan pulau ini membentuk suatu busur kepulauan gunung api kuarter.
Sebagian pulaunya mempunyai kerucut gunung api yang masih aktif.
`32
2.4
1. Australia
Australia merupakan salah satu penghasil sulfida nikel terbesar di dunia dan deposit
laterit, terutama di Australia Barat . Australia memiliki pangsa yang paling signifikan di dunia
sumber daya ekonomi nikel dengan sekitar 24 juta ton yang mewakili 35 persen dari sumber
daya ekonomi dunia diikuti oleh Kaledonia Baru dengan 10,3 persen , Rusia dengan 9,6 persen
, dan Kuba dengan 8 persen . Australia juga merupakan salah satu produsen nikel utama .
Australia Barat adalah pemegang terbesar sumber daya nikel dengan sekitar 90 persen
dari total sumber daya Australia, diikuti oleh New South Wales dengan 5 persen, Queensland
dengan 4 persen dan Tasmania dengan kurang dari 1 persen. Sumber daya nikel di Australia
Barat terdiri dari baik sulfida dan deposit laterit, sedangkan sumber daya nikel di New South
Wales dan Queensland berhubungan dengan deposit laterit.
Beberapa proyek baru tambang sedang dikembangkan terutama tambang nikel laterit , Murrin
Murrin, Cawse, Bulong, Ravensthorpe dan Marlborough (di Queensland). Tambang yang ada
termasuk tambang Radio Hill, Kambalda, Gunung Keith, Forrestania dan tambang Black Swan.
Produsen terbesar di Australia (terbesar kedua di dunia produsen nikel-in-konsentrat) yang
diproduksi 117.722 t, 16% dari produksi dunia nikel-in-konsentrat
2. Kanada
Kanada merupakan salah satu negara pengekspor nikel terbesar di dunia. Ada 6 wilayah
penghasi nikel di kanada yaitu British Columbia, Manitoba, Ontario, Northwest teritori, Qeebee,
dan Yukon. 2 wilayah yaitu Ontario dan Manitoba merupakan penghasil terbesar dengan badan
Tugas Besar TA-3101 Genesa Bahan Galian Endapan Nikel Laterit
`33
bijih yang besar. Sudbury basin cenderung mengarah dari utara sedikit ke timur. Menurut
pemetaan oleh Thomson (1956), batu-batu di luar lembah di sebelah selatan adalah serangkaian
campuran riolit, andesit, dan basalt, tufa, dan intrusi, ditindih ke selatan oleh graywackes,
quartzites, dan konglomerat. Kumpulan ini cukup untuk intens bermetamorfosa. Gneissic Granit
: meliputi wilayah utara Sudbury irruptive sekitar 10 mil dan sebelah utara ditutupi oleh batuan
sedimen. Menurut Speers, batuan sedimen ini juga muncul secara tidak bersambung atau putusputus di timur cekungan, dan oleh karena cekungan menempati pusat struktur domal besar.
Cekungan Sudbury tepat terbingkai oleh kompleks irruptive, yang kira-kira 1-3 mil tebal dan
terdiri dari zona norite basal dan granophyre atas (biasa disebut micropegmatite) zona
dipisahkan oleh zona transisi. Kontak basal dari irruptive sebagian besar mempunyai arah dip
sekitar 35 -50 , tapi secara lokal di barat daya dan timur laut mempunyai dip yang curam
atau bahkan terbalik. Irruptive/pluton itu ditutupi oleh 3.000-5.000 kaki tufa, yang dalam tum,
ditindih oleh beberapa ribu kaki serpih dan batu pasir.
Cekungan Sudbury dilalui dari timur ke barat, kira-kira sejajar dengan sumbu panjang,
dengan fault yang mempunyai dip yang tajam, beberapa di antaranya memiliki perpindahan
vertikal yang besar. Sekitar 10 km sebelah selatan dari basin adalah zona dorongan utama
faulting arah barat laut, bersama Grenville, tetapi belum ditentukan apakah deformasi ini
terbukti mempengaruhi struktur cekungan. Beberapa ahli geologi yang telah mempelajari distrik
tersebut (Coleman, 1905; "Valker, 1897; Collins, 1934) percaya bahwa unmetamorphosed rock
di dalam lapisan yang unconformable bermetamorfosis dengan batuan luar cekungan dan pluton
itu berada di sepanjang ketidakselarasan dan kemudian terlipat. penentuan umur (Fairbairn dan
lain-lain, 1960) berkisar 1,5-1,7 miliar tahun untuk batu baik di dalam maupun di luar lembah,
serta untuk pluton itu sendiri. Thomson (1956) telah menunjukkan, berdasarkan pemetaan baru,
bahwa tufa dan tufa di dalam lapisan berkorelasi dengan batu yang mirip dengan batu di bagian
selatan luar cekungan .
Thomson (1956) dan Wilhams (1956) bersama mengusulkan, dengan bukti pendukung,
bahwa cekungan Sudbury adalah kaldera, relatif berdinding curam di dalam, yang dibentuk
oleh subsidence yang kemudian menjadi ruang kosong di dasar magma oleh bencana letusan
lebih dari 300 mil kubik tufa, baik di dalam dan luar cekungan. Mereka percaya bahwa norite
dan granophyres yang kemudian menerobos secara terpisah. Wilson (1956) mengusulkan bahwa
pluton Sudbury , seperti beberapa lopoliths lainnya, dapat berbentuk corong; ia mengamati
bahwa layering di pluton lebih lembut daripada kontak footwall. Pluton telah diterobos hampir
dalam bentuk yang sekarang sebagai badan tunggalmagma yang mengkristal dan terdiferensiasi
langsung di tempat. Zona norite dan granophyre dipisahkan oleh campuran atau zona transisi.
Konsep ini populer di kalangan ahli geologi. (Hawley,1962) yang telah mempelajari beberapa
regional selama bertahun-tahun. Sepanjang tepi dari reentrants irruptive dan ke footwall, batu
memiliki komposisi diorit kuarsa dan bukan norite; Hawley (1962, hal. 25), mengutip Collins
(1934), menekankan bahwa komposisi massal gabungan granophyre ditambah norite untuk
keseluruhan terkena irruptive kira-kira setara dengan yang marjinal diorit kuarsa, yang mungkin
Tugas Besar TA-3101 Genesa Bahan Galian Endapan Nikel Laterit
`34
menjadi fase dingin dari magma asli. Rasio granophyre untuk norite di sisi selatan adalah 1: 1
dan di sisi utara 3: 1. Kemungkinan lain yang disarankan oleh Wilson (1956) dan Hawley (1962)
adalah bahwa, jika intrusi adalah berbentuk corong, harus ada pada tubuh besar norite yang
dalam dan batuan mafik yang lebih dari yang granophyre bisa dibedakan.
Fitur lain yang tidak dapat dijelaskan adalah breksi di batuan luar cekungan Sudbury,
terutama pada atau dekat footwall dari norite basal. Speers (1957), dalam sebuah studi barubaru ini tentang breksi tersebut, menyimpulkan bahwa mendahului pluton, tidak tektonik, dan
mungkin terbentuk selama letusan eksplosif tufa yang mengakibatkan pembentukan kaldera
(mirip dengan konsep Thomson, 1956, dan Williams, 1956).
Asal dampak-kawah telah diusulkan oleh Dietz (1962):
Struktur Sudbury di Ontario, Kanada, Struktur dampak asteroid atau "astrobleme" dimana
sebuah kawah terbentuk 30 mil dan 3 mil dalam. Meskipun dikonversi ke sulfida, bolide
tersebut, sebuah meteorit nikel-besi-kaya tembaga, masih sebagian diawetkan, marjinal lembar
sepanjang dinding kawah dan sebagai suntikan ke radial retak ketegangan. Mengejutkan
breksiasi dan menghancurkan coning secara luas.
Sebuah kerah batu yang tebal terbelah, membentuk dinding kawah Dietz percaya bahwa
bentuk oval cekungan hadir karena deformasi dari selatan sepanjang Grenville. Hipotesis Dietz
tampaknya memiliki kelemahan serius. The bolide sendiri pasti sangat normal seperti tinggi
kadar tembaga. Sebuah mekanisme bahwa tembaga, nikel, dan besi logam bisa menerpa dinding
kawah dan benar-benar berubah menjadi sulfida tampaknya paling mungkin. Dietz kemudian
mengusulkan, dalam hipotesis alternatif (1964, hal. 422-423), bahwa logam mungkin terjadi
dalam meteorit sebagai sulfida. Ide tufa mengalami ekstrusi dari norite-granophyr dan
membentuk kerak di mana magma perlahan mengkristal tampaknya cukup masuk akal.
Hipotesis ini menawarkan penjelasan struktur domal batu yang mengelilingi cekungan dan
memiliki dip curam dan terbalik di sisi selatan. tapi
Kehadiran tufa di bebatuan, seperti yang ditunjukkan oleh Thomson (1956) dan
Williams (1956), tidak dapat dijelaskan dengan hipotesis Dietz '. Sikap batu luar lapisan tidak
dapat dijelaskan oleh hipotesis kaldera Williams-Thomson. Batu paling muda yang terkena
kaldera tidak menunjukkan deformasi seperti batuan sekitarnya. Di utara, sepanjang Grenville
ke selatan Sudbury basin, terdapat lipatan seperti yang ditemukan di cekungan, tetapi efek dari
deformasi tersebut di luar cekungan seharusnya telah menjadi lebih curam daripada dip di dalam
cekungan.
`35
`36
BAB III
GENESA (PROSES PEMBENTUKAN)
ENDAPAN
3.1
Endapan Nikel Laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan ultramafik
pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis sampai dengan
subtropis. Pengaruh iklim tropis di Indonesia mengakibatkan proses pelapukan yang intensif,
sehingga beberapa daerah di Indonesia bagian timur memiliki endapan Nikel Laterit. Menurut
Vinogradov batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel
tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi
terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan
karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses
serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan
mengubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit peroditit.
Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja
kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.
`37
3.2
Proses konsentrasi Nikel pada endapan Nikel Laterit dimulai dari Air permukaan yang
mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material material organis di
permukaan meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona pelindihan, dimana fluktuasi
air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini, air tanah yang kaya akan CO2 akan kontak dengan
Zona Saprolit yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral mineral yang tidak
stabil seperti Olivin / Serpentin dan Piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai
dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral mineral baru pada proses pengendapan
kembali (Hasanudin dkk, 1992).
Boldt (1967), menyatakan bahwa proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik
(peridotit, dunit, serpentin), dimana pada batuan ini banyak mengandung mineral olivin,
magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya banyak mengandung 0,30 % Nikel.
Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya akan
CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh tumbuhan akan menghancurkan olivin. Terjadi
penguraian olivin, magnesium, besi, Nikel dan silika ke dalam larutan, cenderung untuk
membentuk suspensi koloid dari partikel partikel silika yang submikroskopis. Di dalam larutan
besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya
endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral mineral seperti karat, yaitu
`38
hematit dan kobalt dalam jumlah kecil, jadi besi oksida mengendap dekat dengan permukaan
tanah.
Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan silika pada
profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta membentuk konsentrasi
endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979
dalam Nushantara 2002) . Proses pelapukan dan pencucian yang terjadi akan menyebabkan
unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral mineral
oxida / hidroksida, seperti limonit, hematit, dan Goetit (Hasanudin, 1992).
Umumnya endapan Nikel terbentuk pada batuan ultrabasa dengan kandungan Fe di olivine yang
tinggi dan Nikel berkadar antara 0,2% - 0,4%.
`39
`40
f. Waktu.
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena
akumulasi unsur nikel cukup tinggi
3.3
Secara mineralogi Nikel Laterit dapat dibagi dalam tiga kategori (Brand et al,1998):
`41
`42
lama dengan air tanah. Kadar Nikel pada endapan ini lebih rendah dari endapan
Hydrosilicate yakni sekitar 1,2% (Brand et al,1998).
3. Oxide Deposits
Tipe terakhir adalah Oxide Deposit. Bagian bawah profil menunjukkan protolith dari
jenis harzburgitic peridotite (sebagian besar terdiri dari mineral jenis olivin, serpentin
dan piroksen). Endapan ini sangat rentan terhadap pelapukan terutama di daerah tropis.
Di atasnya terbentuk saprolit dan mendekati permukaan terbentuk limonit dan ferricrete.
Kandungan Nikel pada tipe Oxide Deposit ini berasosiasi dengan Goethite (FeOOH) dan
Mn-Oxide. Sebagai tambahan, Nikel Laterit sangat jarang atau sama sekali tidak
terbentuk pada batuan karbonat yang mengandung mineral talk.
3.4
`43
Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 5 zona gradasi sebagai berikut :
1. Iron Capping : Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit.
Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa organik lainnya. Warna
khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur. Kadar nikelnya sangat rendah sehingga
tidak diambil dalam penambangan. Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m.
berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping
mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineralmineral hematite, chromiferous.
2. Limonite Layer : Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa.
Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit. Ketebalan lapisan ini
rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar tumbuhan, meskipun dalam
persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada zona
ini tidak dominan atau hampir tidak ada, umumnya mineral-mineral di batuan beku basaultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasil dari pelapukan yang belum tuntas. fine
grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area.
Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel
pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat
mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.
`44
3. Silika Boxwork : putih orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian
menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian mengawetkan
struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi
dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona
boxwork jarang terdapat pada bedrock yang serpentinized.
4. Saprolite : Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida besi,
serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yang masih terlihat. Ketebalan
lapisan ini berkisar 5-18 m. Kemunculan bongkah-bongkah sangat sering dan pada rekahanrekahan batuan asal dijumpai magnesit, serpentin, krisopras dan garnierit. Bongkah batuan asal
yang muncul pada umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang
rendah. campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan
garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork,
bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz
yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di
lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous
serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.
`45
5. Bedrock : bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar dari 75
cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral
ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Batuan dasar
merupakan batuan asal dari nikel laterit yang umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu
harzburgit dan dunit yang pada rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor
dan silika > 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas
serpentinisasi.Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierite dan
silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade
Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.
3.5
Indonesia merupakan penghasil Ni terbesar kedua dunia (232 kt pertahun) setelah Rusia
yang memberikan sumbangan sekitar 15 % dari jumlah produksi Ni dunia (1,79 juta ton) pada
tahun 2010. Endapan laterit Soroako merupakan sumber logam Nikel paling penting dari
Indonesia dan telah ditambang oleh PT. INCO Tbk (sekarang PT. Vale Indonesia) sejak tahun
1975 dengan hasil akhir berupa Nikel Matte (rata-rata 78 % Ni plus 22 % S). Dua tipe bijih yang
dikenal pada endapan laterit Nikel Soroako berdasarkan tingkat serpentinisasi batuan
protolitnya yaitu bijih tipe barat dan bijih tipe timur. Bijih tipe barat dicirikan oleh kadar Ni,
Olivine, dan Rasio Silica Magnesia lebih tinggi dibandingkan dengan bijih tipe timur. Untuk
mengoptimalkan operasi peleburan, maka bijih harus memenuhi batasan-batasan tertentu seperti
rasio S/M (1.95 - 2.15), kadar Fe (20 23 %), Olivin (<22%), dan Ni (> 1.50 %). Produksi
tambang bijih tipe timur yang terus meningkat menyebabkan pengurangan cadangan bijih yang
terus menerus. Dengan demikian, sebuah area tambang baru untuk memperoleh bijih tipe timur
telah dikembangkan yaitu pada Blok Petea.
Batuan ultramafik di blok barat Soroako umumnya tersusun oleh Peridotit yang dicirikan
oleh tingkat serpentinisasi sangat rendah hingga tak terserpentinkan. Komposisi mineralnya
Tugas Besar TA-3101 Genesa Bahan Galian Endapan Nikel Laterit
`46
didominasi oleh Olivin (75 95 %vol) dengan sedikit Ortopiroksin (<15 %) serta setempat
Klinopiroksin (<5 %) dan Spinel (<4%). Sebaliknya, batuan dasar pada Petea blok umumnya
terdiri dari batuan ultrabasa dengan tingkat serpentinisasi tinggi (>50 % volume) dan proses ini
telah merubah tekstur dan mineral asal. Tekstur serpentin dapat dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu Tekstur Pseudomorfik dan Nir-Pseudomorfik. Tekstur Pseudomorfik terjadi ketika kristal
Olivin digantikan oleh Serpentin membentuk Tekstur Jala (mesh), sedangkan penggantian
Piroksin oleh Serpentin menghasilkan Tekstur Bastit dimana bentuk kristal asal masih jelas.
Tekstur Nir-Pseudomorfik dicirikan oleh kehadiran urat-urat Serpentin yang menerobos baik
Olivin atau Piroksen yang serpentinized. Spinel menunjukkan ubahan terutama pada sepanjang
retakan atau sisi kristal yang mungkin terjadi selama serpentinisasi.
Blok barat Soroako: Secara umum, profil tanah laterit yang dipelajari pada blok barat
Soroako menunjukkan variasi ketebalan dan dapat dibedakan menjadi beberapa zona dari bawah
ke atas berdasarkan kenampakan fisik, tekstur, mineralogi dan kimianya. Bagian paling bawah
adalah batuan dasar yang disusun oleh Peridotit dengan ciri-ciri abu-abu kehijauan, tekstur
sedang-kasar dan kompak. Di atasnya terdiri fragmen-fragmen batuan Peridotit yang mengalami
korosi pada pinggir membentuk saprolit berbatu. Batas antara batuan dasar dan Zona Saprolit
di atasnya sangat tidak teratur dan berangsur. Zona Saprolit menunjukkan warna coklat
kehijauan hingga kekuningan, tekstur halus hingga kasar dan berongga. Saprolit masih
mengandung bongkah-bongkah Peridotit atau batuan inti dengan ukuran bervariasi dan bentuk
membulat. Ke arah atas profil, setempat warna menjadi kehitaman dan material sangat lunak
namun berangsur berubah menjadi kuning terang hingga coklat terang membentuk Zona
Limonit. Pada bagian top profil, zona menunjukkan warna relatif kemerahan hingga coklat
kehitaman dengan materi memadat yang membentuk zona red limonit.
Blok Petea: Sekuen pelapukan pada profiles dari Blok Petea berkembang pada batuan
dasar Peridotit terserpentinisasi. Pada umumnya beberapa zona juga dapat dibedakan
berdasarkan kenampakan fisik dari bawah ke atas adalah batuan dasar yang diikuti oleh Zona
Saprolit di bagian tengah dan Zona Limonit di bagian atas profil. Batas antara zona-zona relatif
lebih mudah dibedakan tetapi juga memperlihakan batas yang tidak teratur. Batuan dasar
dicirikan oleh tekstur halus-sedang, warna abu-abu terang gelap atau hijau kekuningan,
tergantung derajat serpentinisasi dan tipe mineral serpentin.
Saprolit yang menutupi batuan dasar memperlihatkan tekstur halus, warna kuning
kehijauan coklat, berongga dan materi lunak, sangat sedikit mengandung bongkah. Saprolit
memperlihatkan massa yang relatif homogen. Pelapukan kimia yang komplit menyebabkan
saprolit berubah menjadi materi yang berwarna coklat kekuningan membentuk zona limonit di
bagian atas. Ketebalan horizon limonit umumnya lebih bervariasi namun cenderung lebih tipis
dibanding dengan zona saprolit. Zona limonit pada bagian atas menunjukkan warna coklat
sedang hingga gelap, lunak namun setempat terdapat material yang keras.
`47
Garnierit di Soroako umumnya dijumpai terdapat pada bagian bawah profil laterit dan
cenderung lebih berkembang pada batuan peridotit non serpentinized. Sebaliknya, keterdapatan
garnierit pada blok Petea jarang ditemukan dan hanya dijumpai setempat-setempat saja dimana
batuannya didominasi oleh peridotit terserpentinisasi.
Soroako Blok Barat: Protolit ultramafik unserpentinized pada blok barat Soroako
terutama terdiri dari harzburgit, meskipun setempat juga dijumpai dunit. Batuan ini terutama
bekomposisikan olivin serta sedikit ortopiroksin dengan jejak-jejak klinopiroksin dan spinel.
Olivin dicirikan oleh Mg# (0.91 0.94) dan NiO (0.30 - 0.50 wt%) yang lebih tinggi. Dalam
kaitannya dengan pembentukan endapan laterit Nikel, nampak bahwa kadar Ni yang tinggi (0.27
0.36 wt%) pada batuan ultramafik dari blok barat Soroako paling sesuai sebagai sumber Ni
untuk menghasilkan kadar bijih yang tinggi melalui proses pengkayaan supergen pada profil
pelapukan. Deposit di blok barat memiliki keunikan karena terbentuk dari pelapukan protolit
peridotit tak terserpentikan yang menghasilkan type bijih silikat. Olivin forsteritik yang kaya
Ni, endominasi komposisi mineral pada peridotit blok Barat Soroako, berperan penting untuk
mensuplai Ni dalam perkembangan endapan laterit.
Blok Petea: Batuan ultramafik di blok Petea dicirikan oleh tingkat serpentinisasi sedang
sampai tinggi. Serpentinisasi melibatkan perubahan fisik dan kimia akibat hidrasi. Proses ini
menyebabkan peningkatan volumebatuan yang ditandai oleh perkembangan tekstur
pseudomorfik seperti mesh dan bastit (Mevel, 2003; Lambiv Dzemua and Gleeson, 2012).
Kehadiran magnetit yang menyertai proses serpentinisasi menunjukkan tingginya fugasitas
oksigen pada sistem. Alterasi ortopiroksin menjadi serpentin menghasilkan SiO2 dalam jumlah
yang signifikan. Silika ini bereaksi dengan MgO yang dilepaskan oleh serpentinisasi olivin dan
membentuk tambahan serpentin. Ketidak hadiran brusit [Mg(OH)2] pada sampel yang dianalisis
dari blok Petea mungkin karena dihalangi oleh pembentukan serpentin melalui reaksi SiO2
MgO (Shervais et al., 2005; Frost and Beard, 2007).
Pada blok barat Soroako, kadar Ni batuan dasar berkisar antara 0.27 dan 0.34 (rata-rata
0.3 wt%) yang terutama terdapat dalam olivin. Selama pelapukan, larutan pembawa Ni bergerak
ke bawah dan mengendap pada bagian dasar membentuk garnierit. Kadar Ni sampel garnierite
dari blok barat berkisar antara 1.75 hingga 19.11 wt%. Sebagian Ni dapat bergabung dengan
goetit dan sejumlah kecil pada talk dan smektit.
Pada zona saprolit, konsentrasi Ni meningkat yang dapat mencapai 4.2 wt% dengan
mengkayaan absolut sekira 467 % terhadap batuan dasar. Pelapukan secara sempurna
menyebabkan destabilisasi mineral pembawa Ni seperti garnierit, goetit, serpentin dan talk.
Akibatnya terjadi redistribusi Ni dan membentuk fasa baru atau bergabung dengan mineral
`48
residual. Pengendapan kembali dalam bentuk mineral baru seperti oksida Mn (asbolan,
lithioporit) menyebabkan pengkayaan Ni.
Pada zona limonit, kadar Ni rata-rata sekitar 1.2 wt% yang terutama terdapat dalam
struktur goetit. Chen et al. (2004) melaporkan bahwa kadar rata-rata goetit dari sampel Soroako
adalah 1.4 %.
Kadar Ni rata-rata pada blok Petea sekitar 0.25 wt %. Pada zona saprolit, Ni terdapat
pada struktur serpentin residual dan jarang dalam bentuk garnierit. Konsentrasi Ni pada zona
saprolit dapat mencapai lebih dari 2 wt%. Hasil perhitungan kesetimbangan massa menunjukkan
faktor pengkayaan Ni sebesar +460 %. Menurut Chen et al. (2004), kadar rata-rata Ni pada
serpentin bervariasi antara 2.2 sampai 7.0 wt%. Dapat dilihat bahwa konsentrasi Ni pada zona
saprolit blok Petea lebih rendah dibanding dengan profil blok barat yang kemungkinan
disebabkan oleh sifat kimia fisik serpentin residual sebagai mineral pembawa Ni pada profil
blok Petea. Selama proses pelapukan kimia, ion Mg2+ yang menempati posisi oktahedron
sebagian digantikan oleh ion Ni2+ melalui reaksi pertukaran ion (Golightly, 1981).
Endapan laterit Soroako mewakili bijih Ni yang terbentuk akibat pelapukan kimia
intensif batuan ultramafik pada wilayah iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 2900
mm/tahun dan temperatur 24 oC.
`49
BAB IV
METODA PENAMBANGAN
4.1
Metode penambangan yang umum dilakukan adalah metode penambangan open pit
mining dengan sistem berjenjang dengan banyak muka kerja (multi bench system). Setiap
jenjang dihubungkan dengan jalan masuk tambang dengan jalan utama tambang. Penambangan
dimulai dengan pengupasan overburden, limonit, saprolit dan berhenti pada batuan dasar (bed
rock). Namun bila kondisi lapangan belum memungkinkan untuk penerapan sistem berjenjang
maka bisa dilakukan dengan penambangan konvensional, yaitu jenjang per jenjang dengan
kedalaman setiap penggalian sedalam 2 meter dan kemiringan dinding 60o dengan tetap
menjaga keamanan dan keselamatan kerja.
`50
4.2
A.
Kegiatan Eksplorasi
Ekplorasi bijih nikel dilakukan dengan menggunakan alat bor (mobile driil) dengan
spiral bit dan pembutan sumur uji. Sumur uji digunakan sebagai bahan perbandingan dengan
data lubang bor, dan untuk menentukan recovery dari jenis material.Pemboran dibagi dalam 2
tahapan, yaitu pemboran eksplorasi dan pemboran pengembangan (development). Pemboran
eksplorasi dilakukan dengan jarak lubang bor antara 200 m x 200 m 400 m x 400 m, sedangkan
pemboran pengembangannya dilakukan sebelum pemboran tambang dengan jarak 25 m x 25 m,
50 m x 50 m, dan 100 m x 100 m.Dari bubuk hasil pemboran (cutting) dan sumur uji dilakukan
pengambilan contoh bijih untuk setiap kedalaman 1 m. contoh diambil dari limonit berkadar
sampai kedasar lubang. Contoh dipreparasi dan dianalisis unutk mendapatkan data mutu bijih.
Klasifikasi cadangan bijih nikel dibagi dalam 3 kelas yaitu terukur, terkira dan terduga. Dan
setiap tempat kerja harus mempunyaicadangan tidak kurang dari 1 minggupenambangan 70.000
WMT r.o.m (Wet Metrik tons).Dari hasil cadangan dihitung dengan menggunakan metoda
LES(laterit evaluation Sistem). Pemakain cara ini tergantung pada jenis dan kondisicadangan
yang mempertimbangkan dilution, baik top dilution karena adanya lapisan penutup, maupun
bottom dilution karena adanya batuan dasar.Data cadangan ini dikompilasi dengan
menggunakan komputer ataudengan perangkat lunakmineral resourse inventory(MRI) yang
dapat memberikan informasi mengenai cadangan bijh nikel.
B.
Perencanaan Tambang
1. Perencanaan jangka Panjang
`51
Clearing and Grubb adalah membersihkan lahan dari semak-semak dan pohon kecil
menggunakan Bulldozer D85 dan Chainshow jika diperlukan untuk menebang pohon dengan
diameter >200 mm.
D.
`52
Top soil adalah lapisan yang merupakan tanah penutup yang bagian atasnya
mengandung unsur hara yang berguna sebagai media tumbuh dari tanaman. Penggalian
dilakukan pada ketebalan 1 meter. Setelah dilakukan penggalian top soil harus diperlakukan
dengan baik dan ditempatkan pada top soil area dimana nanti akan digunakan kembali pada
tahap reklamasi tambang. Penimbunan top soil harus diatur dengan ketinggian maksimum 2
meter berjajar dan timbunan harus diusahakan stabil. Peralatan yang digunakan untuk operasi
pemindahan top soil adalah Excavator 320D untuk alat gali muat dan Dump Truck sebagai alat
angkut.
E.
Pembukaan Tambang
Kegiatan yang termasuk pembukaan tambang berupa jalan masuk (Mine Access Road).
Pembuatan jalan tambang ( Mine/Stripping Road) tidak dimasukkan sebagai pembukaan
tambang, tapi dimasukkan kedalam operasi rutin penambangan.
`53
F.
Overburden adalah lapisan di antara lapisan atas/top soil dan lapisan bijih/ore. Lapisan
overburden mayoritas terdiri dari tanah laterit dan batuan lempung yang mudah digali. Peralatan
yang digunakan untuk operasi overburden adalah Excavator 320D untuk alat gali muat dan
Dump Truck sebagai alat angkut. Jarak angkut maksimum dari front tambang ke waste dump
area adalah 0,3 km. Penambahan dan pengurangan jarak angkut akan diperhitungkan dengan
penambahan jarak angkut (increment 100 meter). Jarak angkut adalah jarak titik tengah lokasi
penambangan menuju titik tangah lokasi pembuangan material diukur mengikuti jalan
sebenarnya yang sudah dibuat berdasarkan desain tambang dan akan ditentukan dilapangan.
Sebagian volume material akan dilakukan direct dozing yang diperkirakan sekitar 25%
dari total overburden dan waste. Direct dozing merupakan kegiatan pendorongan material yang
dilakukan oleh Bulldozer secara tuntas (backfill) ke lokasi timbunan area (dump area).
G.
`54
Penambangan diklasifikasikan menjadi dua jenis kualitas ore utama yaitu limonit dan
saprolit dan satu jenis kualitas ore yaitu low grade saprolit dimana merupakan transisi antara
sprolit dan limonit. Limonit ditambang dan diangkut langsung ke tempat pemisahan ukuran
berdasarkan gravitasi atau grizzly portable. Saprolit ditambang sebagian akan diangkut
langsung ke tempat peyaringan tetap atau disebut grizzly portable. Sebagian yang lain akan
dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara disebut stockyard. Penentuan ore yang akan
dipindahkan ke grizzly portable atau stockyard dilakukan dengan grade control yang didasarkan
faktor kualitas.
H.
`55
4.3
Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga secara
ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang.Tujuan dilakukannya kegiatan Pengolahan
bahan galian ini yaitu untuk membebaskan mineral berharga dari mineral pengotornya
(meliberasi), memisahkan mineral berharga dari pengotornya, mengontrol ukuran partikel agar
sesuai dengan proses selanjutnya (reduksi ukuran), mengontrol agar bijih mempunyai ukuran
yang relatif seragam, mengontrol agar bijih mempunyai kadar yang relative seragam,
membebaskan mineral berharga, menurunkan kandungan pengotor (menaikkan kadar mineral
berharga).
`56
Kominusi
Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi lebih
kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan galian tersebut dari mineral
pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi bahan galian meliputi kegiatan berikut :
Crushing yaitu suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang
diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain. Dimana proses ini bertujuan
juga untuk reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang langsung dari tambang (ROM
= run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm) menjadi ukuran 2025 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm.
Grinding, merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus yang
diinginkan. Tujuan Grindingyaitu mengadakan liberalisasi mineral berharga,
mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri, dan mendapatkan ukuran
yang memenuhi persyaratan proses.
`57
B.
Sizing
Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi sesuai ukuran
yang dibutuhkan. Kegiatan sizing meliputi screening yaitu salah satu pemisahan berdasarkan
ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing dibagi menjadi dua antara lain :
Pengeringan (Drying)
Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari
konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).Peralatan atau cara yang
dipakai ada bermacam-macam, yaitu antara lain:
Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas
lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik)
`58
1. Tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran silindris
vertikal yang dialiri udara panas (800 1000).
2. Rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang diputar
pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan arah.
D.
`59
E.
Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan
slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur pelebur dimasukkan
kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat penampungan. Furnace
bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte dan slag. Dinding furnace
dilapisi dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air melalui balok tembaga. Matte
dan slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian diangkut ke lokasi pembuangan
dengan kendaraan khusus.
F.
Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di
atas 75 persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur pemurni
/ converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi dalam tanur
pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka. Silika ini akan mengikat besi oksida
dan membentuk ikatan yang memiliki berat jenis lebih rendah dari matte sehingga menjadi
mudah untuk dipisahkan.
`60
G.
Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap
diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus
menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan Nikel matte yang
dingin yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring,
dikeringkan, dan siap dikemas.
4.4
DAMPAK LINGKUNGAN
Penambangan endapan Nikel Laterit dilakukan secara mekanis dan tidak ada pemakaian
bahan kimia agar tidak akan menimbulkan dampak perubahan pada aspek kimiawi di
lingkungan sekitarnya. Perubahan lingkungan akan terjadi pada komponen fisik, seperti bentuk
lahan, peningkatan erosi tanah, meningkatnya kadar debu di sekitar lokasi penambangan dan
lain-lain. Oleh karena itu harus diantisipasi dengan menganalisis AMDAL terlebih dahulu.
`61
`62
BAB V
PENUTUP
Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan ultramafik pembawa
Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis sampai dengan subtropis.
Pengaruh iklim tropis di Indonesia mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, sehingga
beberapa daerah di Indonesia bagian timur memiliki endapan nikel laterit. Proses konsentrasi
nikel pada endapan nikel laterit dikendalikan oleh beberapa faktor yaitu, batuan dasar, iklim,
topografi, airtanah, stabilitas mineral, mobilitas unsur, dan kondisi lingkungan yang
berpengaruh terhadap tingkat kelarutan mineral. Dengan kontrol tersebut akan didapatkan tiga
tipe laterit yaitu oksida, lempung silikat, dan hidrosilikat.
Untuk memperoleh nikel dari tipe deposit laterit terdapat beberapa jalur proses
pengolahan dan dapat diklasifikasikan. Komposisi deposit laterit nikel akan bergantung pada
tipe batuan induk, iklim tempat deposit terbentuk dan proses pelapukan. Hal ini memberikan
hubungan yang spesifik antara komponen deposit dan pilihan proses pengolahannnya disertai
kendala kendalanya.
Nikel Laterit ditambang dengan menggunakan metode open pit dengan proses meliputi
eksplorasi, perencanaan tambang, clearing&grubb, top soil removal, pembukaan tambang,
overburden & waste removal, penambangan . Setelah diperoleh bijih nikel maka akan dilakukan
proses pengolahan dengan tujuan untuk membebaskan mineral berharga dari mineral
pengotornya. Proses pengolahan pada nikel terdiri dari kominusi, sizing, pegeringan, kalsinsi
dan reduksi di tanur pereduksi, peleburan di tanur listrik, pengkayaan di tanur pemurni,
granulasi & pengamasan.
`63
Daftar Pustaka
1) Web:
`64
2) BUKU
Thomson, J. E., and Williams, Bowel, 1959, The myth of the Sudbury lopolith
[Ontario]: Canadian Mining Jour., v. 80, no. 3, p. 57-62.
U.S. Bureau of Mines, 1952, Materials surveys on nickel, 1950: Washington, U.S.
Govt. Printing Office, [301loose-leaf p.
`65