You are on page 1of 7

KASIH: UPAYA PENINGKATAN ANGKA KESEHATAN

INDONESIA MELALUI REVISI ADMINISTRASI PRA-NIKAH


Jan Christian, Kevin Ezekia

Sebagai salah satu indikator dalam menilai kesejahteraan negara, sudah


sepatutnyalah aspek kesehatan mendapat perhatian lebih.1 Setiap tiga menit, di
manapun di Indonesia, satu anak balita meninggal dunia. Selain itu, setiap jam,
satu perempuan meninggal dunia ketika melahirkan atau karena sebab-sebab yang
berhubungan dengan kehamilan.2 Fakta tersebut menunjukkan kualitas kesehatan
di Indonesia dilihat dari angka kematian ibu dan angka kematian bayi masihlah
rendah.
Berdasarkan data yang didapat dari SDKI 2007, angka kematian Ibu di Indonesia
mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup dan angka ini terus meningkat
mencapai 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan SDKI 2012.3
Kenaikan drastis angka kematian ibu sangat jauh dari tekad pemerintah yang ingin
menurunkan angka kematian ibu sampai pada angka 102 per 100.000 kelahiran
hidup sesuai dengan target MDGs.4
500
390

AKI/100.000 KH

400

334

359
307

300

228

200
100
0
1992

1995

2000

2007

2012

TAHUN
Grafik 1. Tren Angka Kematian Ibu Tahun 1992-2012.1

Selain angka kematian ibu, angka kematian bayi dan balita juga merupakan aspek
penting dalam pengukuran tingkat kesehatan masyarakat. Di Indonesia, pada
tahun 2012 angka kematian neonatal mencapai 19 per 1.000 kelahiran hidup,
angka kematian bayi mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian
balita mencapai angka 40 per 1.000 kelahiran hidup.3 Jika dilihat dari tahun ke
tahun angka kematian ini sudah semakin membaik, namun angka ini masih dapat
ditekan sampai sesuai dengan standar MDGs, yaitu angka kematian neonatal
sebesar 14 per 1.000 kelahiran hidup, 23 angka kematian bayi sebesar 23 per
1.000 kelahiran hidup, dan angka kematian balita sebesar 32 per 1.000 kelahiran
hidup.

ANGKA KEMATIAN/1.000KH

120
97

100

81
80

68
57

60
40

32

30

58
46
26

46
35

44
34

Angka Kematian Neonatal


40
32

20

19

19

2003

2007

2012

20

Angka Kematian Bayi


Angka Kematian Balita

0
1991

1995

1999

TAHUN

Grafik 2. Tren Angka Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita Tahun 1991-2012.3

Latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan


politik, rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan, serta kebijakan
menjadi faktor penentu angka kematian ibu dan anak.5 Sebagai salah satu faktor
faktor penentu angka kematian ibu dan anak, latar belakang pendidikan khususnya
pendidikan kesehatan harus ditingkatkan.
Berdasarkan penelitian, anak-anak dari ibu yang kurang berpendidikan umumnya
memiliki angka kematian yang lebih tinggi daripada mereka yang lahir dari ibu
yang lebih berpendidikan. Selama kurun waktu 1998-2007, angka kematian bayi
pada anak-anak dari ibu yang tidak berpendidikan adalah 73 per 1.000 kelahiran
hidup, sedangkan angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang

berpendidikan menengah atau lebih tinggi adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup.
Perbedaan ini disebabkan oleh perilaku dan pengetahuan tentang kesehatan yang
lebih baik di antara perempuan-perempuan yang berpendidikan.2
Kurangnya pengetahuan Ibu dan perilaku yang tidak tepat berkontribusi besar
terhadap kematian anak, beberapa perilaku yang menunjukkan kurangnya
pengetahuan ibu adalah
Para ibu dan petugas kesehatan masyarakat tidak memiliki pengetahuan
tentang penanggulangan atau pengobatan penyakit-penyakit umum anak. Di
Indonesia, satu dari tiga anak balita menderita demam (yang mungkin
disebabkan oleh malaria, infeksi saluran pernapasan akut dan lainnya), dan satu
dari tujuh anak balita menderita diare. Sebagian besar kematian akibat
penyakit-penyakit ini dapat dicegah. Akan tetapi, untuk mencegah penyakitpenyakit ini, diperlukan pengetahuan, pengenalan tepat waktu, penanganan dan
perubahan perilaku para ibu dan petugas kesehatan. SDKI 2007 menunjukkan
bahwa hanya 61 persen anak balita yang menderita diare diobati dengan terapi
rehidrasi oral.2
Para ibu tidak menyadari pentingnya pemberian ASI. SDKI 2007 menunjukkan
bahwa kurang dari satu dari tiga bayi di bawah usia enam bulan diberi ASI
eksklusif. Oleh karena itu, sebagian besar bayi di Indonesia tidak mendapatkan
manfaat ASI terkait dengan gizi dan perlindungan terhadap penyakit.2
Praktek-praktek sanitasi dan kebersihan yang buruk sangat umum. Riskesdas
2010

menyatakan

bahwa

sekitar

49

persen

rumah

tangga

di

Indonesiamenggunakan cara-cara pembuangan kotoran yang tidak aman, dan


23 sampai 31 persen rumah tangga di dua kuintil termiskin masih melakukan
praktek buang air besar di tempat-tempat terbuka. Praktek tersebut
berhubungan dengan penyakit diare. Riskesdas 2007 menyatakan diare sebagai
penyebab 31 persen kematian anak antara usia 1 bulan sampai satu tahun, dan
25 persen kematian anak antara usia satu sampai empat tahun.2
Praktek pemberian makan bayi dan pelayanan lainnya yang buruk
mengakibatkan gizi kurang pada ibu dan anak-anak, yang merupakan penyebab
dasar kematian anak. Satu dari setiap tiga anak bertubuh pendek, dan dalam

kuintil yang lebih miskin, satu dari setiap empat sampai lima anak mengalami
berat badan kurang. Secara nasional, enam persen anak-anak muda bertubuh
sangat kurus, yang menempatkan mereka pada resiko kematian yang tinggi. 2
Rendahnya pendidikan dilihat fakta tersebut menunjukkan bahwa dibutuhkan
program pelayanan kesehatan dalam bentuk edukasi. Oleh karena itu, kami
mengusulkan inovasi program yang merupakan edukasi bagi pasangan pra-nikah
yang bernama KASIH (Edukasi Pasangan Pra-Nikah).
Selama ini di Indonesia untuk menikah secara sipil hanya membutuhkan
persyaratan administrasi. Adapun syarat pernikahan sipil merupakan syarat-syarat
administrasi sebagai kelengkapan pencatatan negara. Dari syarat administrasi
tersebut tidak terkandung adanya edukasi bagi pasangan pra-nikah khususnya
edukasi kesehatan.6 Syarat administrasi yang baik adalah memiliki pencatatan
data yang lengkap, tetapi pencatatan data demikian hanya interaksi satu pihak
tanpa ada timbal balik kepada pemberi data.
Edukasi pra-nikah menjawab kebutuhan interaksi yang lebih, edukasi pra-nikah
memberikan pengetahuan dan merupakan suatu cara sebagai manfaat yang baik
bagi pemberi data. Bagi orang yang ingin menikah, mereka akan berusaha keras
dalam memenuhi syarat administrasi tersebut. Pemberian edukasi pra-nikah yang
menjadi salah satu syarat administrasi dapat memberi stimulasi lebih bagi setiap
calon suami isteri untuk belajar dengan lebih baik, sehinga materi dapat
dimengerti dan dapat diaplikasikan secara nyata.
Manfaat yang didapat dari edukasi pra-nikah bagi pasangan adalah mengetahui
lebih dalam tentang bagaimana kehidupan menikah selanjutnya, mengetahui
kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi, mendapatkan pembelajaran bila
memiliki bayi, gizi yang harus dicukupi, kebersihan, bagaimana pelayanan
kesehatan yang ada di Indonesia, serta langkah-langkah pertama yang diambil
dalam kehidupan sebagai suami isteri. Dengan mengetahui lebih awal, sehingga
dapat terjadi banyak pencegahan akan sesuatu hal buruk yang memang dapat
dicegah. Kemudian manfaat dari edukasi pra-nikah adalah turut mengembangkan
upaya preventif seperti dikatakan oleh Ketua perhimpunan dokter keluarga
Indonesia,

Sugito

Wonodirekso,

bahwa

dokter

layanan

primer

selain

mendiagnosis penyakit dan sebagai kontak pertama, juga berperan dalam


pencegahan penyakit secara umum.7 Program BPJS yang dicanangkan dan
ditujukan kepada setiap warga Negara Indonesia, yang bersifat wajib dan
diharapkan dalam tahun 2019 seluruh warga Indonesia telah menjadi peserta
BPJS.8 Manfaat edukasi pra-nikah bagi masyarakat adalah peningkatan kualitas
hidup dari masyarakat, khususnya bagi keluarga baru dalam suatu lingkungan
masyarakat (pasangan suami isteri baru).
Sebagai kontak pertama dalam lini depan, dokter layanan primer diharuskan untuk
dapat mengetahui siapa yang berada di dalam tanggung jawabnya dalam
menjalankan tugas, dengan menggunakan edukasi pra-nikah maka dokter layanan
primer dapat memberi edukasi kepada calon pasangan suami isteri yang
berdampak juga dokter layanan primer mengenal anggota yang berada dalam
tanggung jawabnya. Dalam pencegahan penyakit secara umum, edukasi
merupakan cara yang tepat dalam upaya preventif. Edukasi pra-nikah merupakan
cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit yang dapat berdampak pada
hubungan suami isteri.
Pemberian edukasi ini dapat diberikan maksimal selama satu bulan sebelum
menikah, dengan jadwal lima pertemuan yang dijadwalkan secara bebas oleh
dokter layanan primer di daerah calon pasangan suami isteri akan tinggal
nantinya. Setelah mendaftar pada catatan sipil, pendaftar akan diberikan kartu
untuk diisi oleh dokter layanan primer yang memberikan materi. Adapun materi
yang dirancangkan adalah sebagai berikut:
1. Pertemuan pertama diawali dengan perkenalan dan tes kesehatan pra-nikah
serta penjelasan dari setiap macam tes yang diberikan serta apa dampaknya
bila didapatkan hasil yang positif
2. Pertemuan kedua dilanjutkan dengan perencanaan kehamilan serta pekerjaan
dan tempat tinggal dari calon pasangan suami isteri. Pada pertemuan ini juga
dijelaskan bagaimana nutrisi yang baik pada bayi yang baru lahir.
3. Pertemuan ketiga diisi dengan konseling psikologis untuk mengetahui
kesiapan setiap pasangan

4. Pertemuan keempat adalah pertemuan yang memberikan edukasi tentang


sistem jaminan kesehatan yang ada di Indonesia.
5. Pertemuan kelima adalah pertemuan yang memberikan edukasi tentang
kehidupan awal pernikahan yang mungkin tidak lepas dari emosi dan saling
beradaptasi.
Setelah pasangan pra-nikah selesai mengikuti edukasi kesehatan oleh dokter
layanan primer mereka, pasangan pra-nikah ini akan mengumpulkan kembali
kartu yang telah diberikan pada saat mereka mendaftar di catatan sipil.
Edukasi pra nikah dapat membantu optimalisasi semua orang masuk ke dalam
BPJS, karena ketika mereka akan mengikuti edukasi, mereka harus mengenal
dokter primer di daerah mereka, dengan demikian edukasi pra-nikah merupakan
salah satu syarat dalam menyelesaikan urusan administrasi dalam pencatatan
negara, serta bagi pasangan yang belum memiliki BPJS dapat diberikan sebuah
kartu sementara yang akan diganti setelah calon suami isteri mendapatkan kartu
keluarga. Bagi peserta yang telah mendaftarkan BPJS sebelum merencakan
pernikahan.
Dalam pelaksanaan nyata, pemerintah memegang peranan yang sangat besar
karena suatu hal yang bersifat wajib sebagai salah satu syarat administrasi
dipegang oleh pemerintah.Pelaksanaan edukasi pra nikah, selain untuk mencegah
penyakit dan kejadian yang tidak diharapkan setelah menikah, juga dapat
membantu pemaksimalan program BPJS serta meningkatkan peran dokter primer
sebagai lini depan garis kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Indikator dan Kriteria Keluarga. [internet]. [cited October 28, 2014] available
at http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/indikasi.htm
2. Kesehatan Ibu dan Anak. [internet] 2012. [cited October 28, 2014] available at
http://www.unicef.org/indonesia/id/A5__B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf
3. Kondisi Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB),
Angka Kematian Balita (AKBAL). Angka Kematian Ibu (AKI) dan
penyebabnya di Indonesia. [internet] 2010. [cited 2014 October 21] available
at http://www.infodokterku.com/component/content/article/16-kumpulanartikel/data/data/92-kondisi-angka-kematian-neonatal-akn-angka-kematianbayi-akb-angka-kematian-balita-akbal-angka-kematian-ibu-aki-danpenyebabnya-di-indonesia.html
4. AKI tinggi, menkes tak puas hasil SDKI 2012 [internet] 2013. [cited 2014
October 20] available at
http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=900
5. Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI). [internet]. [Cited October 28, 2014]
available at
www.menegpp.go.id/v2/index.php/datadaninformasi/kesehatan%3Fdownload
%3D23%253Aangka-kematian-ibu-melahirkanaki+&cd=4&hl=id&ct=clnk&client=firefox-a
6. SYARAT SYARAT PERNIKAHAN CATATAN SIPIL [internet] 2009.
[cited 2014 October 21] available at
http://female.kompas.com/read/2009/03/23/0829516/syaratsyarat.pernikahan.catatan.sipil
7. DALAM JKN, DOKTER LAYANAN PRIMER SETARA SPESIALIS,
[internet] 2014. [cited 2014 October 21] available at
http://health.kompas.com/read/2014/01/12/0924060/Dalam.JKN.Dokter.Laya
nan.Primer.Setara.Spesialis
8. Jaminan Kesehatan Nasional (FAQ). [internet]. [cited 2014 October 21]
available at http://www.jkn.kemkes.go.id/faq.php?page=2

You might also like