You are on page 1of 12

NAMA : ANDI WIDIYANTO

KELAS : XI IPS 1

MABUK-MABUKAN DALAM ISLAM


BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH
Allah SWT telah memberikan segala macam bentuk nikmat, di antaranya nikmat jasmani dan
nikmat rohani. Jika ditinjau dari segi jasmani, kita diperintahkan oleh Allah untuk makan dan
minum dari hal yang baik-baik serta diperintahkan untuk menjauhkan dari hal yang kurang
baik. Untuk menjaga kesehatan jasmani, kita harus menjauhkan diri dari segala makanan dan
minuman yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh di antaranya Khamar (putau, ganja,
miras, narkoba dan yang semacamnya) yang mana barang-barang tersebut sudah tidak asing
lagi untuk zaman modern seperti sekarang ini. Meminum minuman keras atau sesuatu yang
dapat menutup akal dalam pandangan agama Islam adalah haram, karena dampak yang akan
diperoleh bagi si peminum akan sangat besar dan sangat beresiko bagi dirinya
(menghilangkan akal). Betapa tidak, karena akal sangat penting dan berguna bagi manusia.
Walaupun di dalam khamar tersebut terdapat beberapa manfaat bagi manusia yang darinya
dapat diperoleh suatu keuntungan materil akan tetapi mudharatnya sangat besar.
Oleh karena itu, penulis sangat menghimbau kepada para pemuda muslimin agar menjauhkan
hal-hal yang dapat membawa kepada mafsadah. Karena maju dan mundurnya masa depan
umat ada pada genggaman tangan kita semua. Inna Fi Yadi Al-Syubban Amr Al-Ummah
Wa Fi Iqdamiha Hayataha
Ada beberapa syubhat (kerancuan) bagi sebagian kaum muslimin tentang permasalahan
khamr. Ada yang mengatakan bahwa tidak ada larangan yang tegas dan khusus terhadap
khamr di dalam Al Qur`an. Sebab di dalam Al Qur`an tidak terdapat kata-kata larangan
seperti hurrimat `alaykumul khamr (diharamkan atas kalian khamr) dan sebagainya,
sebagaimana ketika Allah melarang kita memakan bangkai, Allah mengatakan Hurrimat
`alaykumul mayyita (diharamkan atas kalian mayyit). Yang ada dalam masalah ini hanyalah
kata-kata fajtanibuuh (jauhilah). Oleh sebab itu mereka mengatakan bahwa hal ini
menunjukkan khamr itu hukumnya tidak haram tapi makaruh saja, karena Allah hanya
memerintahkan kita untuk menjauhinya. Syubhat yang lain ialah digantinya khamr dengan
nama-nama yang lain sehigga khamr tersebut menjadi samar bagi sebagian kaum muslimin,
serta berbagai syubhat yang lainnya yang menimbulkan kerancuan tentang hukum khamr ini.
Maka di dalam pembahasan ini akan dikupas secara singkat tentang permasalahan ini, agar
berbagai kerancuan tersebut dapat dihilangkan di dalam pikiran kaum muslimin
BAB II
PEMBAHASAN

A.Proses Di Haramkannya Khamar.


A.Nash-Nash yang Khusus Mengenai Khamr
1.Ayat pertama An-Nahl [16:67]
,

).

6 :67)

Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang
baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah)
bagi orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl Ayat 67)
Kurma dan anggur adalah komoditas ekonomi jazirah arab, sejak dahulu kala. Komoditi
tersebut selain diperdagangkan secara natural (alami) juga diolah menjadi minuman yang
memabukkan. Seperti halnya buah aren bisa diolah menjadi tuak yang memabukkan.
Disini Allah menyatakan secara tersirat bahwa dari kedua buah tersebut dapat diolah menjadi
rezeki yang baik (perdagangan alami) dan hal yang tidak baik (minuman yang memabukkan).
2.Ayat kedua Al-Baqarah [2:219]
Umar bin Khattab beserta para sahabat yang lain bertanya kepada Rasulullah SAW perihal
minuman yang memabukkan dan menghilangkan akal. Sahabat-sahabat tersebut memang
sudah biasa minum khamar. Dua orang sahabat Rasulullah SAW yang semasa masih
jahiliyah tidak pernah minum khamar adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Utsman bin Affan.
Sehubungan dengan pertanyaan ttg khamar tersebut maka turunlah ayat yang berbunyi :
,

2: 219)

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: Yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berpikir, (QS. Al-Baqarah ayat 219)
Dalam masyarakat kita saat ini, bahkan bagi orang barat sekali pun kalau ditanya secara jujur
tentang manfaat dari miras dan judi, kita akan mendapatkan jawaban bahwa bagaimana pun
pada keduanya menimbulkan problem-problem sosial yang bersifat negatif bahkan destruktif.
Karena itu berbagai aturan dan undang-undang pemerintah di manapun, ada pengaturan ttg
kedua hal itu, meskipun dasar yang digunakan bukan dari Al-Quran..
Maka pertanyaan beberapa sahabat tsb juga menunjukkan munculnya kesadaran sosial bhw
didalam perkara miras dan judi ternyata menghasilkan hal-hal yang tidak baik dalam
masyarakat.
3.Ayat ketiga, An-Nisa [4:43]

Setelah ayat kedua tentang khamar dan judi turun, pada suatu saat Abdurrahman bin Auf
mengundang teman-temannya untuk minum khamar sampai mabuk. Ketika waktu shalat tiba,
salah seorang yang menjadi imam membaca surat al-Kafirun secara keliru disebabkan
pengaruh khamar. Maka turunlah ayat ketiga yaitu An-Nisa [4:43]
. (

4: 43)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, ..(QS. An-Nisa Ayat 43)
Ayat ini belum mengharamkan minuman keras dan judi secara mutlak, maka sebagian umat
islam pada waktu itu masih meminumnya.
Selain berkaitan dengan mabuk, ayat ini berlaku umum bahwa orang yang mengerjakan
shalat harus memahami/mengerti makna bacaan shalatnya karena ada kaimat sehingga kamu
mengerti apa yang kamu ucapkan).
Kalimat ini menjadi penyebab keumuman ayat itu, karena kita pahami bahwa bagi orang
Arab dalam keadaan tidak mabuk tentu mereka mengerti apa yang diucapkan dalam shalat.
Berbeda halnya bagi orang non-Arab dimana bahasa Arab bukan bahasa sehari-hari.
Oleh sebab itu maka mengerti bahasa arab, minimal dalam bacaan sholat, menjadi kewajiban
bagi orang non-arab. Demikian ini agar tidak terkena makna daripada QS An-Nisa [4:43]
tersebut di atas karena objek sasaran ayat tersebut adalah bagaimana mengerti apa yang
diucapkan dalam sholat, bukan pada mabuknya. Sedangkan mabuk adalah salah satu
penyebab dari tidak memahami apa yang diucapkan dalam shalat.
4.Ayat keempat, Al-Maidah [5:90-92]
)

0)
)
)

1)

92)

5:90. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
5:91. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di
antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
5:92. Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul (Nya) dan berhatihatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami,
hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang
Dengan turunnya ayat ini maka hukum meminum khamar dan judi telah secara tegas dan
jelas dinyatakan sebagai perbuatan yang haram. Sebagai salah satu dari dosa besar (AlBaqarah [2:219]).
Allah menyuruh menjauhi 4 perbuatan keji yang termasuk perbuatan syetan yaitu :

Minum khamar
Berjudi
Berkorban untuk berhala/thagut/sesuatu yang bukan karena Allah
Mengundi nasib, dengan panah atau yang lainnya termasuk mengundi nasib kepada
tukang ramal.

Sedang khamar dan berjudi, Allah SWT nyatakan sebagai perbuatan setan yang akan :
Menimbulkan permusuhan
Menimbulkan kebencian satu sama lain
Menghalangi dari mengingat Allah
Menghalangi dari sembahyang
aka Allah SWT menegaskan
berhenti, stop, jangan diulangi lagi. Taatlah
kepada Allah dan Rasul serta berhati-hatilah kalian. Kalau masih nekad, merasa berat
meninggalkannya maka kewajiban Rasulullah SAW hanyalah menyampaikan amanat Allah
SWT.
Selanjutnya Rasulullah bersabda :
)

Artinya : Siapa saja yang minur khamar, maka Allah tidak akan ridho kepadanya selama
empat puluh malam. Bila ia mati saat itu, maka matinya dalam keadaan kafir. Dan bila ia
bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya.Kemudian jika ia mengulang kembali
(meminum khamar), maka Allah memberinya minuman dari thinatil khabail ,(Asma
bertanya, Ya Rasulullah, apakah thinatil khabali itu?. (Rasulullah) menjawab, Darah
bercampur nanah ahli neraka. (HR Ahmad)
B.Pengertian Asy-Syurbu (meminum)
Pengertian Syurb Khamr
inum khamr (Syurb khamr) diambil dari kata ( ) , yang artinya minum. Dan kata minum
/ khamr ( ) , yang artinya arak atau minuman keras. Sedang minum khamr (syurb khamr)
menurut istilah adalah memasukkan minuman yang memabukkan ke mulut lalu ditelan
masuk ke perut melalui kerongkongan, meskipun bercampur dengan makanan lain yang
halal. Sedang orang yang meminum arak dinamakan () , yang artinya
peminum.[1]
Khamr berasal dari kata yang berarti menutupi. Di sebut sebagai khamr, karena sifatnya bisa
menutupi akal Sedangkan menurut pengertian urfi pada masa itu, khamr adalah apa yang bisa
menutupi akal yang terbuat dari perasan anggur. [2]Sedangkan dalam pengertian syara,
khamr tidak terbatas pada perasan anggur saja, tetapi semua minuman yang memabukkan dan
tidak terbatas dari perasan anggur saja. Pengertian ini diambil berdasarkan beberapa hadits

Nabi SAW. Diantaranya adalah hadits dari Numan bin Basyir bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
Sesungguhnya dari biji gandum itu terbuat khamr, dari jewawut itu terbuat khamr, dari kismis
terbuat khamr, dari kurma terbuat khamr, dan dari madu terbuat khamr (HR Jamaah, kecuali
An Nasai). Dalam riwayat Ahmad ada tambahan Dan saya melarang dari setiap yang
memabukkan.
Dari Jabir, bahwa ada seorang dari negeri Yaman yang bertanya kepada Rasulullah SAW
tentang sejenis minuman yang biasa diminum orang-orang di Yaman. Minuman tersebut
terbuat dari jagung yang dinamakan mizr. Rasulullah bertanya kepadanya, apakah minuman
itu memabukkan? Ya jawabnya. Kemudian Rasulullah menjawab :
Setiap yang memabukkan itu adalah haram. Allah berjanji kepada orang-orang yang
meminum minuman memabukkan, bahwa dia akan memberi mereka minuman dari thinah al
khabal. ereka bertanya, apakah thinah khabal itu? Jawab Rasulullah,Keringat ahli neraka
atau perasan tubuh ahli neraka (HR uslim, An Nasai, dan Ahmad).
Imam Bukhari, uslim, dan Ahmad meriwayatkan dari Abu usa bahwa ia berkata,Saya
mengusulkan kepada Rasulullah SAW agar beliau memberikan fatwanya tentang dua jenis
minuman yang dibuat di Yaman, yaitu al biti dan al murir. Yang pertama terbuat dari madu
yang kemudian dibuat minuman hingga keras (bisa memabukkan). Yang kedua terbuat dari
bijii-bijian dan gandum dibuat minuman hingga keras. Wahyu yang turun kepada Rasulullah
SAW telah lengkap dan sempurna, kemudian Rasulullah SAW bersabda:
Setiap yang memabukkan itu haram (HR Imam Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW juga bersabda:
Setiap yang memabukkan itu khamr, dan setiap khamr itu haram (HR Muslim dan
Daruquthni).
Hadits-hadits itu menunjukkan bahwa khamr itu tidak terbatas terbuat dari perasan anggur
saja, sebagaimana makna urfi [3]tetapi mencakup semua yang bisa menutupi akal dan
memabukkannya. Setiap minuman yang memabukkan dan menutupi akal layak disebut
khamr, baik terbuat dari anggur, gandum, jagung, kurma, maupun lainnya. Berarti itu
merupakan pengertian syari tentang khamr yang disampaikan dalam hadits-haditsnya
(Nidhamul Uqubaat oleh Abdurrahman Al Maliki hal 50).[4] Dalam keadaan demikian, yakni
adanya makna syari -makna baru yang dipindahkan dari makna aslinya oleh syara yang
berbeda dengan makna lughawi dan makna urfi, maka makna syari tersebut harus
didahulukan daripada makna lughawi dan makna urfi.
Jika khamr diharamkan karena zatnya, sementara pada hadits di atas dinyatakan bahwa
berarti itu menunjukkan kepada kita bahwa sifat yang melekat pada zat khamr adalah
memabukkan. Karena sifat utama khamr itu memabukkan, maka untuk mengetahui
keberadaan zat khamr itu atau untuk mengenali zatnya adalah dengan meneliti zat-zat apa
saja yang memiliki sifat memabukkan.
Kini, setelah dilakukan tahqiiq al manath (penelitian terhadap fakta), oleh para kimiawan,
dapat diperoleh kesimpulan bahwa zat yang memilki sifat memabukkan adalah etil alkohol

atau etanol. Zat inilah yang memiliki khasiat memabukkan. Walaupun gugus alkohol itu tidak
hanya etanol, masyarakat secara umum menyebutnya dengan nama alkohol saja. Zat inilah
yang menjadi penyebab sebuah minuman bisa memabukkan. Dengan melalui proses
fermentasi, benda-benda yang mengandung karbohidrat -seperti kurma, anggur, singkong,
beras, jabung, dsb bisa diproses menjadi minuman memabukkan. Apabila diteliti, setelah
dilakukan proses fermentasi pada benda-benda tersebut adalah munculnya etil alkohol yang
sebelumnya tidak ada.
Karena sifatnya yang memabukkan itulah maka apabila dicampurkan atau bercampur dengan
air atau minuman bisa menyebabkan mabuk bagi setiap orang yang meminumnya. Tinggirendahnya kadar alkohol di dalam minuman tersebut sangat menentukan keras-tidaknya
sebuah minuman.
Sebenarnya, airnya sendiri tidaklah memiliki khasiat untuk memabukkan. Sebagai buktinya,
apabila air itu dipisahkan dari alkohol, maka air tidak akan bisa membuat mabuk bagi
peminumnya, dan tentu saja tidak bisa disebut sebagai khamr. Maka, kalau ada suatu
minuman yang didalamnya ada zat alkohol, kemudian zat alkoholnya secara pasti sudah
hilang, maka minuman itu menjadi halal. Karena memang yang diharamkan adalah zat
khamrnya.
Berubahnya minuman keras menjadi cuka menjadi contoh dalam kasus ini. Para fuqaha
sepakat apabila ada khamr yang berubah secara alamiah (tidak karena ada rekayasa manusia)
hukumnya halal untuk memakan atau meminumnya. [5]Sedangkan apabila perubahan itu
direkayasa para ulama berbeda pendapat.
Jika khamr itu adalah zat alkohol, maka setiap minuman di dalamnya terkandung alkohol bisa
disebut sebagai khamr. Tidak dilihat lagi asal-usulnya secara kasat mata. Dari Numan bin
Basyir, Rasulullah SAW menegaskan bahwa khamr bisa terbuat dari berbagai benda.
Pada faktanya, memang semua benda yang disebutkan Rasullah SAW, seperti; gandum,
anggur, kurma, madu, dsb, itu bisa memabukkan. Dan, memang pada semua benda itu ketika
diproses menjadi minuman yang memabukkan dapat dibuktikan bahwa di dalamnya terdapat
zat alkoholnya.
Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa diharamkannya khamr itu karena zatnya, maka
hukum meminumnya adalah haram. Tidak dilihat lagi segi kuantitas zatnya, baik sedikit
maupun banyak, semuanya haram. Hal ini sama dengan memakan daging babi atau bangkai,
hukumnya haram, baik sedikit maupun banyak, karena kedua benda itu diharamkan karena
zatnya. Demikian juga haramnya khamr tidak dilihat dari segi pengaruh bagi peminumnya.
Baik akan mengakibatkan mabuk atau tidak bagi peminumnya, hukumnya tetap haram. Dari
Ibnu Umar ra, Rasulullah bersabda:
Setiap yang memabukkan dalam keadaan banyaknya, maka sedikitnya pun haram (HR
Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Daruquthni) Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda:
Setiap minuman yang memabukkan itu haram, dan jika banyaknya satu faraq (16 rithl = 7, 83
liter) dapat memabukkan, maka satu tangan dari minuman tersebut adalah haram (HR
Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy) Dua hadits tersebut menunjukkan bahwa sebuah
minuman tidak dilihat kadar/prosentase alkolohol/khamr yang terkandung di dalamnya, tetapi
dilihat dari segi ada atau tidaknya zat khamr di situ.

Pengertian faraq dan milul kaffi adalah suatu perumpamaan untuk menunjukkan ukuran
banyak dan sedikit. Bukan untuk membatasi pengertiannya dengan ukuran tersebut. Karena
itu, para fuqaha dan muhadditsin mengambil pengertian dari hadits tersebut bahwa ukuran
sedikit khamr mencakup setetes khamr pula[6] menurut arti bahasa, kata qaliiluhu
(sedikitnya) menunjukkan bahwa yang dimaksud di sini bukan hanya sekedar ukuran atau
jumlah, tetapi menyangkut kadar/persentase, baik tinggi atau rendah.
Al Qamus al Muhith (III hal 681) mengartikan kata qaliil adalah ukuran sedikitnya sesuatu
adalah paling sedikit. Sedangkan Al ujamul al Wasith (II hal 756) memberikan arti kata
qaliil adalah sesuatu yang hampir tidak ada sama sekali. Berdasarkan ketentuan bahasa Arab
tersebut, maka yang dimaksud kata qaliiluhu haram (sedikitnya pun haram) adalah
jumlah/ukuran yang sedikit atau kadar/persentase yang sedikit. Ini berarti, setiap minuman
yang mengandung zat alkohol, walapun kadar persentasenya sedikit sekali, maka dapat
dikategorikan dalam kelompok haram. Sebab, yang diharamkan syara adalah zat alkoholnya
yang sudah mengalami proses peragian dan dapat memabukkan bila diminum dalam
ukuran/jumlah besar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap minuman yang beralkohol
adalah khamr dan hukumnya haram, baik kadar alkoholnya tinggi atau rendah. Bukan karena
bisa memabukkan atau tidak bagi peminumnya. Bukan pula sedikit atau banyaknya yang
diminum. Juga bukan karena diminum sebagai khamr murni atau dicampur dengan minuman
lainnya. Sebab, diharamkannya khamr semata-mata karena zatnya. Dengan demikian,
beberapa jenis minuman seperti : brandy, wisky, martini, dan lain-lain yang kadar alkoholnya
mencapai 40 sampai 60 persen termasuk kategori khamr. Demikian pula jenis janever,
holland, geneva yang kadar alkoholnya mencapai 33 sampai 40 persen. Termasuk pula jenis
bir ringan sperti eyl, portar, estote, dan munich, malaga, anggur cap orang tua, mengandung 2
hingga 15 persen alkohol. Semua jenis minuman tersebut adalah khamr dan haram
hukumnya, meskipun namanya berbeda-beda. Dari Ubadah bin Ash Shamit bahwa Rasulullah
SAW bersabda:
Sekelompok manusia dari umatku akan menghalalkan khamr, dengan nama (baru) yang
mereka sebutkan (HR Imam Ahmad dan Ibnu ajah). Najiskah Khamr itu?
Hukum asal benda adalah suci. Sehingga, suatu benda dinyatakan najis manakala ada dalil
yang menunjukkan kenajisannya. Dalam kitab Subulus Salam, dinyatakan bahwa asal bendabenda itu suci. Haramnya suatu benda tidak otomatis najis. Seperti ganja. Hukumnya adalah
haram, tetapi ia suci dan tidak najis. Sebab, sesuatu yang najis mengharuskannya menjadi
haram, yakni setiap yang najis itu haram. Karena, najisnya sesuatu itu merupakan larangan
untuk menyentuhnya pada setiap keadaan. Sehingga, hukum najisnya suatu benda merupakan
hukum haram bagi benda tersebut. Tetapi tidak sebaliknya, yakni tidak setiap yang haram
pasti najis. Seperti haramnya menggunakan pakaian sutera dan emas (bagi pria), padahal
kedua benda tersebut adalah suci. Karenanya apabila haramnya khamr telah ditunjukkan oleh
nash-nash syara tidaklah mengharuskannya menjadi najis. Berarti harus ada dalil lain yang
menunjukkannya. Apabila tidak ditemukan, maka ia kembali pada hukum asal, yakni suci.
Jumhurul ulama menyatakan bahwa khamr itu najis[7]. Kesimpulan itu diambil dari kata
rijsun yang berarti kotoran dan najis. Memang, argumentasi ini dibantah oleh sebagian fuqaha
yang mengatakan bahwa kata rijsun pada ayat tersebut najis secara maknawi karena kata
rijsun tidak hanya khabar bagi khamr, tetapi juga athaf-nya, yakni berjudi, berhala, dan

undian nasib, yang kesemuanya secara pasti tidak disifati dengan najis dzatiy, seperti firman
Allah SWT:
Maka jauhilah berhala-berhala yang najis itu (Al Hajj 30).
Arti berhala sebagai sesuatu yang najis itu pada ayat tersebut adalah najis maknawi, bukan
najis dzatiy. Contoh lain najis maknawi terdapat pada surat At Taubah 28:
Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis (At Taubah 28).
Yang dimaksud dengan najis pada ayat ini bukanlah najis dzat (tubuh) mereka, tetapi aqidah
yang mereka peluk berupa aqidah syirik yang seharusnya dijauhi, sebagaimana yang
dipahami oleh jumhurul fuqaha. Sehingga menurut mereka, kata rijsun dalam surat Al
Maidah 90 tersebut, adalah najis secara maknawi. Pandangan tersebut menurut mereka
diperkuat oleh bunyi selanjutnya dengan kata (dari perbuatan syetan). Itu berarti, maksud
najis itu adalah secara maknawi (Fiqhu Sunnah I hal 28). Hanya saja, pendapat jumhur itu
dikuatkan oleh hadits Nabi SAW
Sesungguhnya kami berada di negeri para ahli kitab, mereka makan babi dan minum khamr,
apakah yang harus kami lakukan terhadap bejana-bejana dan periuk-periuk mereka?
Rasulullah SAW menjawab,Apabila kamu tidak menemukan lainnya, maka cucilah dengan
dengan air, lalu memasaklah di dalamnya, dan minumlah (HR Ahmad dan Abu Daud).
Perintah untuk mencuci pada bejana yang menjadi wadah khamr dan periuk yang menjadi
wadah daging babi, menunjukkan bahwa kedua benda tersebut tidak suci. Sebab, apabila suci
dan tidak najis, tentu tidak akan diperintahkan untuk mencucinya dengan air.
C.Unsur-Unsur Jarimah Syurb Khamr
Ada dua unsur dalam jarimah syurb khamr. Yaitu minum-minuman yang memabukkan dan
ada itikad jahat.
Yang dimaksud dengan ada niat jahat adalah sudah tau bahwa meminum khamr itu haram,
tetapi tetap saja dia minum. Oleh karena itu, tidak dikenai sanksi orang yang meminum
khamr atau meminum minuman yang memabukkan sedang dia tidak tahu bahwa yang dia
minum itu adalah minuman yang memabukkan atau tidak tahu bahwa minuman itu haram,
juga dibawah paksaan.[8]
D. Hukuman Untuk Peminum Khamr
Al-quran tidak menegaskan hukuman apa bagi peminum khamr, namun sanksi dalam kasus
ini didasarkan pada hadits Rasulullah saw yakni sunah filiyahnya, bahwa hukuman terhadap
jarimah ini adalah didera sebanyak 40 kali. Abu Bakar as-Sidiq ra mengikuti jejak ini, Umar
bin Khatab ra 80 kali dera sedang Ali bin Abu Thalib ra 40 kali dera.[9]
Alasan penetapan 80 kali dera didasarkan pada metode analogi, yakni dengan mengambil
ketentuan hukum yang ada di dalam al-Quran surat an-Nur ayat 4:
Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan terhormat (berbuat zina), kemudian
itu tidak mengemukakan empat saksi, maka hendaklah mereka didera delapan puluh kali

deraan, dan janganlah diterima kesaksian dari mereka selama lamanya. Itulah orangorang fasik.
Bahwa orang yang menuduh zina didera 80 kali. Orang yang mabuk biasanya mengigau, jika
mengigau suka membuat kebohongan, orang bohong sama dengan orang membuat onar atau
fitnah. Fitnah dikenai hukuman 80 kali dera. Maka orang yang meminum khamr didera 80
kali.[10]
Disamping itu pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab ra banyak orang yang meminum
khamr, dan hal mengenai dera 80 kali sudah berdasarkan hasil musyawarah antara Umar bin
Khathab ra dengan para shahabat yang lain, yakni atas usulan Abdurrahman bin Auf.
Adapun menurut Imam Abu Hnifah ra dan Imam Maliki ra sanksi peminum khamr adalah 80
kali dera. Sedang Imam Syafii ra adalah 40 kali dera, akan tetapi Imam beleh menambah
menjadi 80 kali dera. Jadi 40 kali adalah hukuman had, sedang sisanya adalah hukuman
tazir.[11]
Syarat Diberlakukannya Hudud Peminum Khamar
Namun para ulama sepakat bahwa agar hukuman pukul atau cambuk itu dapat terlanksana,
syarat dan ketentuannya harus terpenuhi terlebih dahulu. Tidak asal ada orang minum khamar
lantas segera dicambuk. Di antara syarat dan ketentuannya antara lain :
1. Berakal
Peminumnya adalah seorang yang waras atau berakal. Sehingga orang gila bila meminum
minuman keras maka tidak boleh dihukum hudud.
2. Baligh
Peminum itu orang yang sudah baligh, sehingga bila seorang anak kecil di bawah umur
minum minuman keras, maka tidak boleh dihukum hudud.
3. Muslim
Hanya orang yang beragama Islam saja yang bila minum minuman keras yang bisa dihukum
hudud. Sedangkan non muslim tidak bisa dihukum bahkan tidak bisa dilarang untuk
meminumnya.
4. Bisa memilih
Peminum itu dalam kondisi bebas bisa memilih dan bukan dalam keadaan yang dipaksa.
5. Tidak dalam kondisi darurat
Maksudnya bila dalam suatu kondisi darurat dimana seseorang bisa mati bila tidak
meminumnya, maka pada saat itu berlaku hukum darurat. Sehingga pelakunya dalam kondisi
itu tidak bisa dijatuhi hukuman hudud.
6. Tahu bahwa itu adalah khamar

Bila seorang minum minuman yang dia tidak tahu bahwa itu adalah khamar, maka dia tidak
bisa dijatuhi hukuman hudud.
Khamr adalah benda. Sedangkan hukum benda tidak terlepas dari dua hal, yaitu halal atau
haram. Selama tidak ada dalil yang yang mengharamkannya, hukum suatu benda adalah
halal. Karena ada dalil yang secara tegas mengharamkannya, maka hukum khamr itu haram.
Hukum syara adalah seruan syari yang berkaitan dengan perbuatan hamba (manusia).
Sehingga, meskipun hukum syara menentukan status hukum benda, tetap saja akan berkait
dengan perbuatan manusia dalam menggunakannya. Misalnya, babi itu haram. Perbuatan apa
saja yang diharamkan berkenaan dengan babi? Apakah memakannya, menjualnya,
menternakkannya, memegangnya, melihatnya, atau bahkan membayangkannya hukumnya
juga haram? Untuk mengetahui hukum-hukum perbuatan yang berkenaan dengan benda tidak
cukup hanya melihat dalil tentang haramnya benda, tetapi harus meneliti dalil-dailil syara
yang menjelaskan perbuatan yang berkenaan dengan benda tersebut.
Beberapa perbuatan haram yang berkaitan dengan khamr, dijelaskan oleh Nabi SAW dari
Anas ra.
Sesungguhnya Rasulullah SAW melaknat dalam khamr sepuluh personel, yaitu: pemerasnya
(pembuatnya), distributor, peminumnya, pembawanya, pengirimnya, penuangnya,
penjualnya, pemakan uang hasilnya, pembayarnya, dan pemesannya (HR Ibnu ajah dan
Tirmidzy).
Dari hadits tersebut menunjukkan bahwa semua pelaku yang terlibat dalam khamr termasuk
yang diharamkan. Hukum haram disimpulkan karena ada celaan yang bersifat jazim dengan
kata (melaknat). Berarti, itu merupakan sebuah sanksi yang diberikan kepada para pelaku
yang terlibat dalam khamr. Mereka itu adalah:
1. produsen
2. distributor
3. peminum
4. pembawa
5. pengirim
6. penuang minuman
7. penjual
8. orang yang memetik hasil penjualan
9. pembayar
10. pemesan
E. Pembuktian untuk Jarimah Syurbul Khamr

Alat bukti syurb khamr adalah:


1. Persaksian, jumlah saksi adalah dua orang laki-laki atau empat orang wanita. Menurut
Imam Abu Hanifah ra dan Abu Yusuf ra, saksi harus mencium bau minuman yang
memabukkan ketika menyaksikanya.
2. Pengakuan dari peminum, pengakuan ini cukup satu kali saja.
3. Bau mulut, menurut Imam Maliki ra bau mulut orang meminum minuman yang
memabukkan dapat dianggap sebagai bukti bahwa yang bersangkutan telah meminum
khamr.
4. Mabuk, Imam Abu Hanifah ra berpendapat bahwa mabuk dapat dianggap sebagai alat
bukti minum khamr. Sedang Imam Syafii ra tidak demikian, karena mabuk itu
memberi banyak kemungkinan, terutama dipaksa atau terpaksa.
5. Muntah, menurut Imam Maliki ra beranggapan bahwa muntah dapat dijadikan sebagai
bukti minum khamr. Hal ini pernah dilakukan ketika Usman bin Afan ra menjatuhkan
hukuman dera bagi orang yanh muntah-muntah akibat meminum khamr.
F. Pelaksanaan Hukuman Syurb Khamr
Pelaksanaan had bagi peminum khamr sama dengan pelaksanaan dera pada jarimah lainya.
Namun dalam pelaksanaan tidak diperbolehkan disertai emosi atau dalam keadaan
marah,[12] juga dalam mendera ketika eksekutor tidak boleh sampai kelihatan, sedang alat
dera yang digunakan adalah pelepah daun kurma atau sejenisnya.
dalam hukum hudud, seorang muslim yang kedapatan dan terbukti meminum khamar oleh
pengadilan (mahkamah syar`iyah) hukumannya adalah dipukul. Bentuk hukuman ini bersifat
mahdhah, artinya bentuknya sudah menjadi ketentuan dari Allah SWT. Sehingga tidak boleh
diganti dengan bentuk hukuman lainnya seperti penjara atau denda uang dan sebagainya.
Dalam istilah fiqih disebut hukum hudud, yaitu hukum yang bentuk, syarat, pembuktian dan
tatacaranya sudah diatur oleh Allah SWT.
Dasar pensyariatannya adalah hadits Nabi SAW berikut ini :
Siapa yang minum khamar maka pukullah.
Hadits ini termasuk jajaran hadits mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah
besar perawi pada tiap thabawatnya (jenjang) dan mustahil ada terjadi kebohongan diantara
mereka.
Di tingkat shahabat, hadits ini diriwayatkan oleh 12 orang shahabat yang berbeda. Mereka
adalah Abu Hurairah, Muawiyah, Ibnu Umar, Qubaishah bin Zuaib, Jabir, As-Syarid bin
suwaid, Abu Said Al-Khudhri, Abdullah bin Amru, Jarir bin Abdillah, Ibnu Mas`ud,
Syarhabil bin Aus dan Ghatif ibn Harits.
G. Hapusnya Hukuman Syurb Khamr
Hukuman had bagi peminum khamr dapat dihapus atau dibatalkan apabila:
1. Para saksi menarik kesaksianya, apabila tidak ada bukti yang menguatkan.

2. Pelaku menarik kembali persaksianya, karena tidak ada bukti yang menguatkan.
3. Kebenaran bukti-bukti masih dipertanyakan, atau masih diragukan kebenaranya
H. Hukuman Had Bagi Syurb Khamr Sebagai Penghapus Dosa
Barang siapa berbuat pelanggaran lalu dihukum, maka hukuman tersebut adalah sebagai
penebus atau penghapus dosanya, hal tersebut terdapat pada hadits Rasulullah saw sebagai
mana berikut, yang artinya:
Ubadah ibn sh-Shamit ra mengatakan bahwa Rasulullah saw menegaskan larangan kepada
para shahabat sebagai mana larangan kepada wanita yaitu: tidak boleh menyekutukan sesuatu
dengan Allah swt, tidak boleh mencuri, tidak boleh berzina, tidak boleh membunuh anakanak dan tidak boleh saling membohongi. Maka barang siapa kansisten dalam menghindari
larangan itu, maka Allah swt yang menanggung ppahalanya. Barang siapa melakukan
pelanggaran lalu dilaksanakan hukuman padanya, maka hukuman tersebut menjadi
penghapus dosanya. Barang siapa melakukan pelanggaran lalu ditutupi oleh Allah swt, maka
urusanya terserah kepada Allah swt. Jika Allah swt menghendaki, maka Dia menyiksanya,
dan jika Dia menghendaki, maka Dia mengampuninya[13].
BAB III
KESIMPULAN
Syurb khamr adalah memasukkan minuman yang memabukkan ke mulut lalu ditelan masuk
ke perut melalui kerongkongan, meskipun bercampur dengan makanan lain yang halal.
Adapun segala sesuatu yang memabukkan dinamakan khamr, dan meminumnya dihukumi
haram.
Sedang dalam syariat islam siapa saja yang meminum khamr akan mendapatkan hukuman,
adapun hukuman tersebut berupa dera 40 kali atau 80 kali, jika amir atau penguasa
menghendakinya. Adapun cara pelaksanaannya dilakukan oleh eksekutor yang sudah
memenuhi syarat-syarat, juga alat yang digunakan adalah pelepah daun kurma atau
sejenisnya.
Namun hukuman dera dapat gugur bilamana para saksi menarik kesaksianya atau pelaku
menarik kembali pengakuanya, serta tidak ditemukanya barang bukti yang menguatkan.
Disamping mendapatkan hukuman peminum khamr tentusaja akan mengalami gangguan
kesehatan, baik itu kesehatan rohani maupun kesehatan jasmani. Disamping itu khamr
menjauhkan para peminumnya dari Allah swt.

You might also like