Professional Documents
Culture Documents
Kontraksi otot selalu diikuti dengan relaksasi. Aktivitas kontraksi dan relaksasi
yang berulang menyebabkan makhluk hidup khususnya hewan mampu melakukan
berbagai gerakan, baik gerakan yang lembut maupun gerakan yang kuat. Kerja
biologis otot sesungguhnya adalah berkontraksi, yang merupakan proses aktif
sedangkan relaksasi merupakan proses pasif. Oleh karena itu, otot biasanya
ditemukan dalam bentuk berpasangan yang akan menghasilkan kerja secara antagonis.
Untuk dapat berkontraksi, otot harus memiliki tumpuan atau penahan tarikan yang
berupa tulang dan tulang rawan. Pada vertebrata, tulang juga berfungsi sebagai
rangka tubuh (skeleton) yang memperkuat dan memantapkan bentuk tubuh serta
melindungi organ-organ yang lunak (Isnaeni, 2006).
Otot skeletal secara volunter dikendalikan oleh sistem saraf pusat dan perifer.
Penghubung antara saraf motorik perifer dan sel-sel otot dikenal sebagai motor endplate. Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan
menghasilkan pergerakan yang terdiri dari otot rangka, otot polos dan otot jantung.
Otot berkontraksi jika ada rangsangan dari ATP dan kalsium. Fungsi otot mampu
melakukan berbagai tanggapan. Eksitabilitas adalah kemampuan sel untuk menerima
dan merespon stimulus. Stimulus biasanya dihantarkan oleh neurotransmiter yang
dikeluarkan oleh neuron dan respon yang ditransmisikan dan dihasilkan oleh
potensial aksi pada membran plasma dari sel otot. Kontraktibilitas adalah kemampuan
sel untuk merespon stimulus dengan memendek. Ekstensibilitas adalah kemampuan
sel untuk merespon stimulus dengan memperpanjang dan memperpendek serat otot
saat relaksasi. Elastisitas adalah kemampuan sel untuk menghasilkan waktu istirahat
yang lama setelah memendek dan memanjang (Suratu, dkk., 2008).
Kontraksi otot terjadi akibat impuls saraf yang bersifat elektrik, dihantar ke selsel otot secara kimiawi dan hal ini dilakukan oleh sambungan otot-otot saraf. Impuls
saraf sampai ke sambungan otot saraf yang mengandung gelembung-gelembung kecil
asetilkolin. Asetilkolin dilepas ke dalam ruang antara saraf dan otot, dan ketika
asetilkolin menempel pada sel otot, akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan
aktivitas listrik akan menyebar ke seluruh sel otot sehingga timbul kontraksi. Untuk
bisa berkontraksi, serabut otot memerlukan energi yang diperoleh dari oksidasi
makanan, terutama karbohidrat (watson, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., 2002, Biologi Edisi Kelima Jilid 3, Erlangga, Jakarta.
Isnaeni, W., 2006, Fisiologi Hewan, Kanisius, Yogyakarta.
Sloane, E., 2004, Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Suratun., Heryati., Manurung, S., Raenah, E., 2008, Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Watson, R., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Oleh:
Offering C/ Kelas :
1. Anggrasti Megah Insani
(130341614801)
2. Christina Esseray
(130341614780)
(130341614847)
(130341614837)
(130341614839)
6. Titisari Dwi W
(130341614784)
(130341614844)
JURUSAN BIOLOGI
Agustus 2014