You are on page 1of 8

AGRICULTURAL ESTATE

(HUTAN)

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas
didunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida(carbon dioxide sink ), habitat
hewan, modulator arus hidrologika,serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek
biosfer Bumi yang paling penting. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh
dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di
dataran rendah maupun di pegunungan, di pulaukecil maupun di benua besar. Hutan merupakan
suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu
lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya
menyimpan sumber daya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yangdapat
diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan.
Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber
air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang
lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi
kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini di karenakan
hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.

Berdasarkan letak geografisnya


-

hutan tropika, yakni hutan-hutan di daerah khatulistiwa

hutan temperate, hutan-hutan di daerah empat musim (antara garis lintang23,5 66).

hutan boreal, hutan-hutan di daerah lingkar kutub

Berdasarkan sifat-sifat musimnya


-

hutan hujan (rainforest ), dengan banyak musim hujan.

hutan selalu hijau ( evergreen forest )

hutan musim atau hutan gugur daun ( deciduous forest )

hutan sabana (savannah forest ), di tempat-tempat yang musim kemaraunya


panjang.Dll.

Berdasarkan ketinggian tempatnya


-

hutan pantai (beach forest )

hutan dataran rendah ( lowland forest )

hutan pegunungan bawah (sub-mountain forest )

hutan pegunungan atas (mountain forest )

hutan kabut ( mist forest )

hutan elfin (alpine forest )

Berdasarkan keadaan tanahnya


-

hutan rawa air-tawar atau hutan rawa ( freshwater swamp-forest )

hutan rawa gambut (peat swamp-forest )

hutan rawa bakau, atau hutan bakau (mangrove forest )

hutan kerangas ( heath forest )

hutan tanah kapur (limestone forest ), dan lainnya

Berdasarkan jenis pohon yang dominan


-

hutan jati ( teak forest ), misalnya di Jawa Timur.

hutan pinus ( pine forest ), di Aceh.

hutan dipterokarpa ( dipterocarp forest ), di Sumatra danKalimantan.

hutan ekaliptus ( eucalyptus forest ) diNusa Tenggara.Dll

Berdasarkan sifat-sifat pembuatannya


-

hutan alam (natural forest )

hutan buatan (man-made forest ), misalnya:


Hutan rakyat (community forest)
Hutan kota (urban forest)
Hutan tanaman industri (timber estates atau timber plantation)

Berdasarkan tujuan pengelolaannnya


-

hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun hasil hutan bukan
kayu ( non-timber forest product )

hutan lindung, dikelola untuk melindungi tanah dan tata air


taman nasional

hutan suaka alam, dikelola untuk melindungi kekayaan keanekaragaman hayati


dan keindahan alam
cagar alam
suaka alam

hutan konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapatdikonversi untuk
pengelolaan non-kehutanan

Dalam kenyataannya, seringkali beberapa faktor pembeda itu bergabung, dan membangun
sifat-sifat hutan yang khas. Misalnya, hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rain
forest), atau hutan dipterokarpa perbukitan (hilly dipterocarp forest ). Hutan-hutan
rakyat,kerap dibangun dalam bentuk campuran antara tanaman-tanaman kehutanan dengan
tanaman pertanian jangka pendek, sehingga disebut dengan istilah wanatani atau agroforest .
Siapa pemilik hutan dunia?
Pertanyaan di atas merupakan judul artikel Andy White dan Alejandra Martin dari
Forest Trends yang memuat laporan dengan gaya berbeda menjelajah jauh menjawab
pertanyaan judul. Laporan tersebut menghimpun data 24 negara dari 30 negara yang memiliki
hutan terluas. Ke 24 negara tersebut memiliki 93% dari seluruh hutan di dunia. Secara
global,pemerintah menyatakan memiliki dan mengelola 77% dari semua hutan. Ini mencakup
areal hutan yang luas yang dikelola masyarakat tanpa pengakuan resmi. Masyarakat dan
penduduk asli secara formal memiliki 7% dari hutan dan secara resmi mengelola 4%
tambahan yang di cadangkan pemerintah. Para pemilik lahan individu dan perusahaan swasta
memiliki 12% sisanya.
Kepemilikan hutan berbeda secara nyata antara satu negara dengan negara yang
lain.Di Kanada, Guyana, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Rusia dan semua pemerintahan
diAfrika Tengah memiliki lebih dari 90% hutan yang ada dan menyerahkan porsi dalam
jumlahbesar kepada perusahaan swasta dalam bentuk konsesi hutan. Di negara Afrika bagian
selatandan timur, pemerintah juga memiliki sebagian besar hutan, tetapi hanya sedikit yang
memberikonsesi hutan. Para pengusaha dan perusahaan swasta memiliki lebih dari separuh
hutan yang ada di Argentina, Australia, Finland, Swedia, dan Amerika Serikat. Sementara
kepemilikanhutan di Cina, Meksiko, dan Papua New Guinea didominasi oleh koperasi dan
masyarakatdesa. Pada umumnya di negara berkembang, penduduk asli dan masyarakat
setempatmemiliki atau secara resmi mengelola 22% dari semua hutan, dibandingkan dengan
hanya3% di negara maju.
Selama lima belas tahun terakhir, areal hutan yang dimiliki dan dikelola
masyarakatdan penduduk asli menjadi berlipat ganda luasnya. Kini seluas 380 juta hektar
hampir tujuhkali luas Perancis. Delapan negara di Amazon Basin saat ini mengakui hak
penduduk asliatau adat mencakup teritori seluas lebih dari 100 juta hektar. Demikian pula
halnya denganbermacam-macam adat memperoleh pengakuan resmi dari pemerintah di

sejumlah negaraAsia Selatan dan Afrika bagian selatan. Belakangan ini tampaknya penduduk
dari kalangantak berdaya tidak mewarisi bumi. Namun demikian, mereka masih mewarisi
hutan.
Melestarikan Hutan Melalui Model Baru Real Estate Development:
KemungkinanModel Kota Mutakhir Baru

Persoalan pelestarian hutan di Indonesia memang sudah menjadi bahan pembicaraan


dan perdebatan sejak beberapa dekade terakhir. Seperti kita semua ketahui, hutan Indonesia
sudah kehilangan lebih dari 50 juta hektar dan masih terus akan mengalami pengurangan
melalui konversi hutan menjadi ladang dan ataupun pembalakan liar yang masih saja terjadi
di bumi tercinta ini. Artikel singkat ini tidak akan membahas perincian ataupun pembedahan
permasalahan yang rumit dari percepatan kerusakan hutan di Indonesia, tetapi artikel ini
akanlangsung menuju kepada kemungkinan langkah praktis yang boleh menjadi
alternative jawaban
Pengembangan Perumahan Hutan meminjam konsep arsitektur dari Frank Lloyd
Wright dengan Prairie style architecturenya yang mengutamakan keselarasan desain
arsitektur dengan alam, maka adalah bukan hal yang di luar jangkauan jika pengembangan
perumahan menggunakan untuk proses pelestarian hutan di Indonesia dan mungkin akan
dapat menjadi modelpelestarian hutan di seluruh dunia. Dua langkah utama yang biasanya
menjadi reseppelestarian hutan adalah reforestation dan afforestation. Jika reforestation adalah
proses menanami kembali hutan yang sudah rusak, maka afforestation adalah proses menciptakan hutan
di lahan yang asalnya bukan hutan. Maka dengan itu saya mengusulkan ide yang saya sebut
sebagai: creative reforestation atau creative afforestation. Saya mengusulkan integrasi
afforestation dan reforestation dengan kebutuhan akan perumahan maupun pertumbuhan perkotaan
yang tampaknya akan terus menanjak.konsep ini untuk menciptakan hunian dan sekaligus
melestarikanhutan. Apalagi belakangan ini sering disebut-sebut dan dicanangkan yaitu
Green architecture, yang sangat mengetengahkan desain arsitektur yang ramah lingkungan dan alam.
Dalam kaitannya dengan pelestarian hutan, maka mungkin sekali diciptakan suatu model real
estate hutan yang mana di dalamnya adalah perumahan yang dikelilingi oleh hutan sebagai
desain lansekap alamnya tetapi lengkap dengan segala kenyamanan modern seperti

infrastruktur sirkulasi, energi, telekomunikasi, serta keamanan.Lebih dari itu, hutan yang
menjadi desain lansekap alamiah perumahan tersebut dapat berfungsi pula sebagai
nature preserve yang mana merupakan suatu bentuk ekosistem yang dilindungi dan bisa
menjadi area riset, pembelajaran, dan rekreasi bagi penghuni perumahan. Jika riset dan
pembelajaran boleh ditingkatkan melalui adanya lansekap hutan di tiap perumahan, maka
angan-angan diUndang-Undang Dasar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bukan tidak
mungkin akan dicapai dalam waktu yang lebih cepat. Dengan demikian bahkan melalui
lansekap hutan iniarea sosial seperti pendidikan boleh mengalami imbas positif. Ini mungkin
yang dalam pepatah: Sekali tepuk dua lalat tertangkap. Untuk masalah prosentase bisa
dibicarakan dan diatur lebih lanjut. Saran saya adalah sekitar 20-30% dari luas area yang
dikembangkan adalah di dedikasikan untuk lansekap hutan. Jika satu hektar saja hutan
alamiah dapat mendaur ulang karbon dioksida beribu-ribu ton setiap tahunnya, maka
andaikata pengembangmemiliki lahan 2000 hektar 20% darinya saja yaitu 400 hektar dibuat
sebagai hutan betapa baiknya kualitas udara yang perumahan tersebut akan miliki. Lebih
lagi, lansekap hutan tersebut dapat pula menjadi area yang bisa dikembangkan menjadi
sumber pemasukanekonomi seperti yang sedang dilakukan di hutan Tesso Nilo di Sumatra.
Di Tesso Nilo inilebah madu liar dimanfaatkan menjadi sumber income bagi penduduk
sekitar. Sehingga selain penduduk mendapatkan manfaat ekonomi dari adanya lebah madu
liar ini, hutanpundapat dikonservasi. Seandainya setiap pengembang menggunakan model
real estate hutan inimaka percepatan afforestation atau reforestation akan bertumbuh dengan
sangat pesat danproses pelestarian hutan dapat dicapai dengan hasil yang lebih optimis dari
pada yang kita miliki sekarang. Lebih jauh lagi, model ini mungkin akan menjadi model unik
yang menjadi trademark pengembangan perumahan Indonesia, yang bisa juga menjadi model
prototype untuk perumahan seluruh dunia dalam rangka menyelamatkan hutan dunia.
Model Kota Hutan ide yang kedua adalah penciptaan kota hutan. Seperti kitaketahui model
kota yang ada di benak kita sekarang adalah model kota ala barat yangdipenuhi dengan
gedung-gedung pencakar langit. Jika kita perhatikan New York misalnya,kita akan melihat
siluet kota mirip dengan siluet hutan, hanya saja pohon-pohon kota NewYork adalah gedunggedung pencakar langit. Bayangkan kota sebesar New York atau Tokyo tetapi dipenuhi
dengan pohon-pohon asli yang menjulang tinggi. Mungkinkah?Di Fukuoka Jepang ada satu
bangunan yang disebut ACROS Fukuoka. Bangunan ini didesain oleh arsitek dekonstruksi terkenal,
Emilio Ambasz. Ini adalah satu bangunan unik yang memiliki atap merupakan taman yang
penuh dengan sekitar 35000 tanaman dari 76 spesies. Jikadilihat dari foto satelit, bangunan

ini terlihat sebagai satu-satunya area hijau di tengah-tengahpusat kota Fukuoka. Secara
arsitektural desain seperti ini dimungkinkan, dan lebih lagi,efeknya kepada pemeliharaan
gedung ternyata lebih baik dibandingkan dengan gedung konvensional. Sekarang ini
Indonesia memiliki keunikan dengan alamnya yang dipengaruhi oleh iklim tropisnya, di
mana sepanjang tahun kita dapat melihat tanaman hijau. Maka yangmenjadi pertanyaan
adalah, mengapa saat kita membuat kota, kita membuat kota ala barat yang lebih banyak
dipenuhi oleh gedung-gedung tinggi daripada dipenuhi oleh pepohonan yang rimbun?
Bukankah merupakan keunikan yang luar biasa jika Indonesia sebagai negaradi daerah tropis
yang memiliki banyak tanaman hijau dan area hutan yang luas membangunmodel kota yang
hijau,Green City? Di dalam bayangan saya adalah kota yang seperti ada ditengah-tengah hutan atau
hutan yang dibawa masuk ke dalam kota. Saya yakin jikasedemikian adanya, maka hawa kota
akan jauh lebih sejuk daripada yang sekarang kita milikidan kualitas udara lebih baik, serta
tingkat stres bisa lebih ditekan karena area hijau yangmembungkus kota. Karbon dioksida
pun boleh didaur ulang dengan lebih baik. Jika hal ini boleh diwujudkan, maka bukan tidak
mungkin kota tersebut akan menjadi obyek wisata yang unik. Setahu saya belum ada di dunia ini kota
hutan modern. Jika Indonesia dapat menciptakannya maka kota itu akan menjadi satu-satunya
kota hutan di dunia. Belum lagi dengan jenis hewan yang dapat dikonservasi. ACROS
Fukuoka saja dapat menjadi tempat singgah dan tinggal burung-burung yang secara umum di
kota besar biasanya tidak lagi punya tempat yang baik bagi mereka hidup. Pikiran saya jauh
melambung kepada kemungkinan semua kota di dunia menjadi kota hutan, coba bayangkan berapa cepat
proses reforestation dan afforestation yang dapat dicapai? Jika kota sebesar Jakarta misalny
amenyediakan 10000 hektar saja maka jutaan ton karbon dioksida dapat didaur ulang pertahun
nya. Bayangkan pula jika semua kota besar di Indonesia ini menyediakan sekitar10000 hektar saja
tanahnya untuk area lansekap hutan, maka jika di Indonesia ini ada 100kota besar saja, sudah
1 juta hektar hutan berhasil diciptakan kembali. Dengan 1 juta hektarhutan saja, maka karbon
dioksida yang di daur ulang dapat mencapai milyaran ton per tahunnya. Tantangannya adalah
menciptakan suatu desain kota tengah hutan tersebut yang tetapmemiliki segala kenyamanan
kota yang terkenal dengan infrastrukturnya dan segala kemudahan kehidupan komunitas
bersama yang menyangkut perdagangan, bisnis, pendidikan, dan lain-lain, dan yang tetap
menjaga ekosistem alam, dengan hati-hati. Tantangan yang kedua adalah mendesain suatu sistem
komunitas yang dapat menjaga ekosistem yang ada dan yang dapat ber-reaksi dengan baik
terhadap kemajuan zaman dan tuntutan kebutuhan yang ada. Bagi saya, model kota ini adalah
model kota yang paling mutakhir yang seharusnya menjadi model kota ideal di seluruh dunia
dan di sepanjang segala abad. Model kota ini dapat dikembangkan di segala iklim dan letak

geografis bagaimanapun. Hammurabi pernah membuat suatu karya arsitektur yang akhirnya
menjadi salah satu keajaiban dunia di dunia kuno, yaitu Taman Gantung Hammurabi. Jika di
ribuan tahun yang lalu saja suatu peradaban mampu membuat suatu mahakarya keajaiban
dunia,bukan tidak mungkin di zaman yang sangat teknologis ini tercipta mahakarya keajaiban
dunia lagi yang bertemakan penghijauan melalui desain kota yang integratif. Kota yang
dibungkus oleh hutan dan bisa berfungsi semodern dan senyaman kota-kota modern yang
dunia miliki saat ini adalah mimpi para pecinta lingkungan dan juga angan-angan ideal
sebuah kota mutakhir. Kota mutakhir bukanlah kota yang meninggalkan kedekatan dan ikatan
denganalam, tetapi justru kota yang mutakhir adalah kota yang bisa mengintegrasikan
kemajuan dansegala kenyamanan modern kota tersebut dengan alam yang sudah bersama
dengan kita lebih ribuan tahun serta yang telah diciptakan dengan indah oleh Tuhan yang
Maha Kuasa sebagai tempat tinggal bagi umat manusia dan segala makhluk hidup lainnya. Masihkah ada
yang mengatakan tidak mungkin? Tahukah kita bahwa 150 tahun yang lalu tidak ada orang
yang percaya manusia bisa terbang. Tetapi di awal abad 20 impian manusia bisa terbang
boleh diwujudkan dan membuat seluruh dunia tercengang. Saya percaya konsep kota hutan
ini mungkin dilaksanakan. Gerakan green architecture dan go green yang sekarang
menjaditema penting di seluruh dunia adalah awal kesadaran pentingnya kemajuan teknologi
yangsinkron dengan eksistensi dan tata aturan alam semesta.

You might also like