You are on page 1of 3

Latar belakang berdirinya Muhammadiyah

Ketidak murnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam Indonesia, sebagai
bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara dalam awal
bermuatan faham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat islam di indonesia
memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsif-prinsif ajaran islam, terutama yang
berhubuaan dengan prinsif akidah islam yag menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid, bidah,
dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi piliha mutlak bagi umat islamm Indonesia.
Faktor Internal
Faktir internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat islam sendiri yang tercermin
dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan islam.
Sikap beragama umat islam saat itu pada umumnya belum dapat dikatakan sebagai sikap
beragama yang rasional. Sirik, taklid, dan bidah masih menyelubungai kehidupan umat islam,
terutama dalam lingkungan kraton, dimana kebudayaan hindu telah jauh tertanam
Faktor eksernal
faktor yang bersifat eksternal yang disebabkan oleh politik penjajahan kolonial belanda. Faktor
tersebut antara lain tanpak dalam system pendidikan kolonial serta usaha kearah westrnisasi dan
kristenisasi. Pendidikan kolonial dikelola oleh pemerintah kolonial untuk anak-anak bumi putra,
ataupun yang diserahkan kepada misi and zending Kristen dengan bantuan financial dari
pemerintah belanda. Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam sekolahsekolah colonial, dan dalan artian ini orang menilai pendidikan colonial sebagai pendidikan yang
bersifat sekuler, disamping sebagai peyebar kebudayaan barat.

Identitas dan Asas Muhammadiyah


Identitas sebagai gerakan Dakwah maksudnya adalah Muhammadiyah meletakkan khittah atau
strategi dasar perjuangannya yaitu dakwah Islam, amar makruf nahi munkar dengan masyarakat
sebagai medan atau kancah perjuangannya. Muhamadiyah berkiprah di tengah-tengah
masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal usaha yang benar-benar dapat
menyentuh hajat hidup orang banyak seperti berbagai macam ragam lembaga pendidikan mulai
dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi, membangun Rumah Sakit, Panti Asuhan dan
sebagainya. Seluruh amal usaha Muhammadiyah itu merupakan manifestasi atau perwujudan

dakwah islamiyah. Identitas Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid, maksudnya adalah


Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan atau gerakan reformasi. Secara istilah tajdid
memiliki pengertian pemurnian dan peningkatan, pengembangan, modernisasi, dan yang
semakna dengannya, Pemurnian maksudnya adalah pemeliharaan matang ajaran Islam yang
berdasarkan kepada al-Quran dan as-Shahihah. Muhammadiyah meyakini matang ajaran Islam yang
harus dipelihara sebagaimana yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah adalah yang berkaitan
dengan Aqidah dan Ibadah.

Asas Muhammadiyah

adalah Islam, maksudnya adalah asas idiologi persyarikatan

Muhamadiyah adalah Islam, bukan kapitalis dan bukan pula sosialis. Dewasa ini idiologi yang
berkembang di dunia ada tiga yang dominan, yaitu : kapitalis, sosialis dan Islam. Masyarakat
yang beridiologi kapitalis di motori oleh Amerika dan Eropa, setelah usai perang dingin
menunjukkan eksistensinya yang lebih kuat. Sedangkan yang beridiologi sosialis di motori oleh
Rusia dan Cina. Khusus Rusia mengalami depolitisasi pasca perang dingin, dan cenderung
melemah posisi daya tawarnya bagi sekutu-sekutunya. Sementara masyarakat yang beridiologi
Islam memag ada kecenderungan menguat namun tidak ada pemimpin yang kuat secara politis,
Namun idiologi dalam perspektif Muhammadiyah adalah idiologi gerakan Idiologi gerakan
Muhammadiyah merupakan sistematisasi dari pemikiran-pemikiran mendasar mengenai Islam
yang diproyeksikan dan diaktualisasikan ke dalam sistem gerakan yang memilki ikatan jamaah,
jamiyah dan imamah yang solid.

Ijtihat dan Tajdid


Kata ijtihad berasal dari kata dasar jahada yang berarti mengerahkan segala kemampuan atau
menanggung beban. Tidak disebut ijtihad apabila tidak ada unsur kesulitan di dalam suatu
pekerjaan. Bagi ulama yang berfikir holistik dan integral, diartikan sebagai upaya yang dilakukan
dalam berbagai bidang ilmu, tidak terbatas dalam bidang fiqih semata-mata
Pada umumnya orang mengartikan ijtihad sebagai menggunakan akal fikiran untuk
menyelesaikan persoalan kemanusiaan ketika Al-Quran dan As-Sunnah tidak atau kurang jelas
dalam memberikan petunjuk penyelesaiannya. Dalam bagian lain buku Fathurrahman Jamil
tertulis: Ijtihad telah dapat dibuktikan keampuhannya dalam menyelesaikan segala persoalan

yang dihadapi oleh ummat Islam, sejak masa awal Islam sampai pada masa keemasannya.
Melalui ijtihad masalah-masalah baru dan tidak terdapat dalam Al-Quran dan Hadits dapat
dipecahkan oleh para mujtahid. Melalui ijtihad pula ajaran Islam telah berkembang pesat menuju
kesempurnaannya. sebaliknya, ketika ijtihad sirna dari kalangan ummat Islam, mereka
mengalami kemunduran. Karena itu, benarlah Iqbal ketika ia menyatakan bahwa ijtihad
merupakan the principle of movement, daya gerak kemajuan ummat Islam. Dengan kata lain,
ijtihad merupakan kunci dinamika ajaran Islam, termasuk bidang hukumnya.
Tajdid memiliki dua arti: (a) pemurnian, (b) peningkatan, pengembangan, modernisasi, dan yang
semakna dengannya. Dalam arti pemurnian tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan
ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada Al-Quran dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
Dalam arti peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya tajdid
dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap
berpegang teguh kepada Al-Quran dan As-Sunnah Ash-Shahihah. Untuk melaksanakan tajdid
dalam kedua pengertian istilah tersebut, diperlukan aktualisasi akal fikiran yang cerdas dan fitri,
serta akal budi yang bersih, yang dijiwai oleh ajaran Islam.

You might also like