You are on page 1of 6

BAB II

BEBAN, METODE PERHITUNGAN, DAN KEAMANAN


2.1. Pengertian Beban
Berdasarkan Tata Cara perencanaan Pembebanan Rumah dan Gedung (SNI-031727-1989), beban yang bekerja pada bangunan dibagi atas :
(1) Beban Mati (dinyatakan dengan D)
Berat dari semua bagian dari suatu struktur atau gedung yang bersifat tetap dan
bekerja selama umur gedung. Beban mati ini terdiri dari berat sendiri dari struktur
dan komponen-komponen struktur yang tidak terpisahkan dari struktur tersebut.
(2) Beban Hidup atau Beban Guna (dinyatakan dengan L)
Beban yang berasal dari luar struktur yang bersifat tidak tetap. Beban hidup ini
dapat berasal dari akibat penggunaan suatu gedung, beban-beban pada lantai yang
berasal dari barang-barang yang bersifat tidak tetap. Sifat beban hidup adalah dapat
berubah-ubah selama umur gedung.
(3) Beban Angin (dinyatakan dengan A)
Beban yang berasal dari selisih tekanan udara yang bekerja pada gedung.
(4) Beban Gempa (dinyatakan dengan G)
Beban static ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
menirukan pengaruh gerakan tanah akibat gempa. Dalam hal ini analisa dinamis
maka beban gempa adalah gaya-gaya yang terjadi akibat gerakan tanah akibat
gempa yang berasal dari struktur itu sendiri.
(5) Beban Khusus (dinyatakan dengan K)
Beban-beban yang bekerja pada struktur akibat perbedaan suhu, penurunan pondasi,
gaya dinamis yang berasal dari mesin, serta pengaruh-pengaruh khusus lainnya.
2.2 Kombinasi Beban
Didalam

perencanaan

bangunan

gedung,

struktur

harus

direncanakan

kekuatannya terhadap beban-beban yang bekerja diatasnya. Beban-beban yang bekerja


biasanya merupakan kombinasi antara beban mati dan beban hidup, kombinasi antara
beban mati, beban hidup dan beban gempa atau beban angina dan kombinasi antara
beban mati, beban hidup dan beban khusus.

Kombinasi beban tersebut adalah sebagai berikut :


1. Beban tetap
2. Beban sementara

:D+L+A
:D+L+G

3. Beban khusus

:D+L+K
: D + L + A+ K
:D+L+G+K

2.3. Metode Perhitungan


Didalam merencanakan struktur salah satu perhitungan yang dikenal adalah
metode beban berfaktor (metode rencana kekuatan). Didalam metode ini beban luar
yang bekerja ditambahkan suatu factor beban yang dipakai untuk cadangan bila beban
kerja terlampaui. Sedangkan struktur atau bahannya diproporsikan sedemikian sehingga
mencapai kekuatan ambang batasnya pada saat mencapai beban berfaktor. Metode
perhitungan didasarkan pada hubungan yang tidak linier antara tegangan dan regangan
dari beton.
Metode rencana kekuatan dapat dinyatakan sebagai berikut :

Kekuatan yang tersedia

Kekuatan yang diperlukan untuk


memikul beban berfaktor

Di mana kekuatan yang diperlukan berupa beban luar (seperti momen lentur, gaya
geser atau gaya normal) dihitung berdasarkan peraturan dan pemisalan dari sifat yang
ditetapkan berdasarkan peraturan bangunan, dan kekuatan yang tersedia dihitung
berdasarkan analisa struktur untuk beban berfaktor. Sedangkan Kekuatan yang
tersedia adalah kekuatan dari bahan yang diproporsikan sedemikian hingga mencapai
kekuatan ambang batasnya.
Pada metode kekuatan, perbandingan kekuatan yang tersedia dan kekuatan yang
diperlukan (yaitu gaya aksial, geser atau momen lentur yang diakibatkan oleh beban
berfaktor) tidak berarti bahan akan leleh atau runtuh dibawah keadaan beban kerja.

Penggunaan istilah keruntuhan dibawah beban berfaktor hanya merupakan suatu alat
untuk menerapkan keamanan yang cukup.

2.4. Provisi Keamanan


Didalam perhitungan struktur dan unsure-unsurnya, maka struktur harus
diperhitungkan untuk mampu memikul beban cadangan diatas beban dalam kondisi
normal (beban kerja). Kapasitas cadangan yang tersedia akibat beban yang bekerja
diatas beban normal tersebut dipakai untuk memperhitungkan faktor yang berhubungan
dengan pelampauan beban dan faktor yang berhubungan dengan kekuatan bahan
Bila faktor pengurangan atau reduksi kekuatan bahan adalah kekuatan beban
adalah Rn, maka kekuatan yang tersedia adalah Rn . Disisi lain bila faktor
pelampuaun beban adalah dan beban kerja adalah maka kekuatan yang
diperlukan adalah . sehingga provisi keamanan dari struktur dapat dinyatakan
dengan :
Rn .

Bila . = U1 (kuat perlu), maka Rn . U


Besarnya kuat perlu (U) untuk berbagai macam kombinasi pembebanan dan faktor
reduksi kekuatan Untuk berbagai macam komponen struktur diatur dalam peraturan
beton SKSNI-T15-1993-03 sebagai pedoman analisa dan perencanaan struktur.
2.4.1 Kuat Perlu
Agar struktur dan komponen struktur memenuhi persyaratan kekuatan dan layak
pakai terhadap bermacam-macam kombinasi, maka harus dipenuhi faktor beban sebagai
berikut :
(1) Beban tetap : kombinasi antara beban mati (D) dan beban hidup (L)
Ut = 1,2 D + 1,6 L
(2) Beban sementara :
a. Ketahanan struktur terhadap kombinasi beban mati (D), beban hidup (L), dan
beban angin (A) harus diambil harga yang paling besar dari :
Us = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 A) atau
Us = 0,9 D + 1,3 A
b. Ketahanan struktur terhadap kombinasi beban mati (D), beban hidup (L), dan
beban gempa (G) harus diambil harga yang paling besar dari :
Us = 0,05 (D + Lr G) atau
Us = 0,9 (D G)

Dimana Lr sama dengan beban hidup yang direduksi sesuai dengan SNI 17261989 F tentang tata cara perencanaan ketahanan rumah dan gedung dan nilai
dalam SNI 1726-1989 F tersebut.
(3) Bila ketahanan struktur diperhitungkan terhadap tekanan tanah (H), maka kekuatan
yang diperlukan (U minimum) harus sama dengan :
Umin = 1,2 D + 1,6 L + 1,6 H
Kecuali pada keadaan dimana D atau L mengurangi pengaruh H. Dalam hal ini nilai
maksimum dari U ditentukan dengan mengganti 1,2 D dengan 0,9 D dan nilai L
diambil nol.
(4) Bila pengaruh struktural T dari perbedaan penurunan, rangkak, susut atau perbedaan
suhu diperhitungkan, maka kekuatan U minimum harus sama dengan :
U = 0,75 (1,2 D + 1,6 T + 1,6 L) dan tidak boleh kurang dari
U = 1,2 (D + T)
Perkiraan atas perbedaan penurunan, rangkak, susut atau perbedaan suhu harus
didasarkan pada pengkajian yang relistik dari pengaruh tersebut selama masa pakai.
2.4.2 Kuat Rencana
Kuat rencana merupakan kekuatan yang dirancang dalam suatu elemen struktur
dengan tujuan untuk memberikan keamanan dalam perencanaan. Dalam menentukan
kuat rencana suatu komponen struktur, baik pelat, balok, kolom dan pondasi serta
elemen-elemen struktur lainnya, maka kuat nominal penampang harus direduksi
terhadap faktor reduksi kekuatan dan besarnya tergantung dari sifat dan jenis komponen
struktur yang ditinjau. Faktor reduksi kekuatan untuk berbagai macam gaya dan
beban yang bekerja pada elemen struktur disajikan pada tabel 2.3.2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.3.2.1 Reduksi kekuatan berbagai komponen struktur

2.5. Kekuatan Desain dan Kekuatan Nominal


Kekuatan suatu unit struktur didalam metode ini disebut kekuatan nominal.
Sebagai contoh untuk balok, maka kapasitas momen tahanan yang dihitung
menggunakan kesetimbangan gaya dalam pada penampang balok dengan menggunakan
sifat-sifat dari beban dan baja tulangan yang disebut momen kapasitas nominal
penampang Mn. Kapasitas momen nominal ini harus direduksi dengan faktor reduksi
. Sebagai faktor keamanan yaitu perlemahan akibat ketidakpastian dalam

pelaksanaan. Kekuatan elemen struktur yang berasal dari beban berfaktor yang dibagi
dengan faktor reduksi disebut kekuatan desain.
Sebagai contoh, untuk balok, kekuatan momen desain Mu / nilainya paling
sedikit harus sama dengan momen nominal Mn dalam kondisi paling kritis (Mn
Mu /

). Hal yang sama juga berlaku untuk unit-unit struktur yang lain seperti kolom,

plat, pondasi dan unit struktur lainnya dengan nilai reduksi kekuatan yang besarnya
tergantung dari sifat beban yang bekerja pada struktur tersebut.

You might also like