You are on page 1of 14

RESEARCH IN SOCIAL ENTREPRENEURSHIP:

PAST CONTRIBUTIONS AND FUTURE OPPORTUNITIES


INTRODUCTION
Memahami proses terciptanya nilai baru
dalam pusat bidang
entrepreneur, menciptakan nilai dalam bidang social entrepreneur yang
menyebabkan banyak penelitian yang di lakukan oleh peneliti dan
mahasiswa, untuk fokus pada bidang manajemen, manajemen strategis,
dan kewirausahaan. Konsep ini juga menarik bagi para individu and
corporate entrepreneurs and policy makers. Praktek social entrepreneur
ini juga berkembang pada tahun 2004, dengan persentase 6,6% dari
populasi penduduk di Inggris yang terlibat dalam beberapa jenis kegiatan
yang berfokus pada masyarakat atau tujuan sosial, baik itu sebagai startup venture or as owner-managers of that venture. Selain itu, terdapat
penghargaan bagi praktisi, seperti Skoll Foundations Award for Social
Entrepreneurship and Fast Company magazines Social Capitalist Awards.
Meskipun meningkatnya minat dalam social entrepreneur, namun definisi
social entrepreuner telah banyak dikembangkan di sejumlah bidang yang
berbeda, mulai dari tidak untuk profit, untuk profit, sektor publik, dan
kombinasi dari ketiganya. Hal ini menghalangi penelitian-penelitian
empiris untuk mengkaji social entrepreneur itu secara mendalam.
Misalnya, kegagalan untuk mengukur dan membandingkan konsistensi
kinerja dari social entreprenuer, yang pada akhirnya membatasi
kemampuan kita untuk memahami unsur-unsur yang dipercaya dapat
menumbuhkan kewirausahaan sosial.
Untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman kita tentang
kewirausahaan sosial dan peningkatan pengetahuan yang bisa membantu
dalam meneliti dan mengembangkan bidang ini, maka artikel ini yang
pertama muncul untuk menganalisa keadaan saat pertukaran intelektual
di kalangan pemikir-pemikir teoritis dan menyoroti potensi daerah
perbaikan.
ASSESSING THE STATE OF SOCIAL ENTREPRENEURSHIP RESEARCH
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih besar dari literatur mengenai
social entrepreneur, dalam artikel ini mengidentifikasi dan menganalisis isi
dari artikel-artikel yang dipublikasikan dalam jurnal manajemen dan
kewirausahaan di mana topik utamanya terkait dengan fenomena social
entrepreneurship. Oleh karena itu, artikel ini mencari artikel yang secara
eksplisit disebutkan kewirausahaan sosial, wirausahawan sosial, usaha
sosial, atau perusahaan sosial, tanpa menempatkan batas-batas periode
waktu tertentu. Mengingat bahwa social entrepreneur adalah aliran
penelitian yang relatif baru, kami ingin menjelajahi setiap artikel pada
subjek dan mungkin memeriksanya setiap tahun.
Dari 152 artikel tentang social entrepreneur menunjukkan bahwa ada
peningkatan pada tingkat publikasi yang mencapai persentase 750%

selama rentang waktu 18 tahun dari sampel yang diperoleh. Selain itu,
tingkat publikasi pada tingkat publikasi artikel kewirausahaan dalam
jumlah artikel kewirausahaan dalam jurnal manajemen meningkat sebesar
62% selama periode 15 tahun.
Social entrepreneurship publications and citations
Dari beberapa disiplin ilmu yang paling umum memberikan kontribusi
untuk penelitian social entrepreneur adalah manajemen (26%), lalu diikuti
oleh kewirausahaan (11%), ilmu politik (10%), ekonomi (9%), pemasaran
(6%), sosiologi (5%), dan pendidikan (5%). Disiplin ilmu seperti
antropologi (1%), finance (1%), dan hukum (1%) yang menerbitkan paling
sedikiti mengenai social entrepreneur, dan artikel ini juga tidak
menemukan artikel social entrepreneur dalam disiplin ilmu akuntansi,
manajemen operasi atau psikologi. Secara keseluruhan, hal ini
menunjukkan bahwa penelitian social entrepreneur mulai menjangkau
khalayak luas.
Lalu dari 152 artikel social entrepreneur yang diperoleh, sebanyak 80
(52%) merupakan artikel konseptual dan sebanyak 72 (48%) merupakan
artikel empiris. Untuk artikel konseptual, diuji menggunakan proposisi
formal. Sedangkan untuk artikel empiris, menggunakan proposisi formal
atau hipotesis, metode penelitian, setting penelitian, ukuran sampel, dan
pengukuran konstruk social entrepreneur (the measurement of the social
entrepreneurship construct).
Conceptual articles
Artikel konseptual dikategorikan dalam beberapa hal, seperti deskripsi,
penjelasan, atau prediksi (Kerlinger, 1986; Salju dan Thomas,
1994). Untuk menilainya tersebut, dengan menandai setiap deskripsi,
penjelasan, atau prediksi sebagai kunci dalam menganalisanya.
Empirical articles
Artikel empiris diberi tanda pada bagian hipotesis formal, metode
penelitian, sumber data, pengaturan penelitian geografis, ukuran sampel
yang
digunakan,
dan
bagaimana
social
entrepreneur
yang
dioperasionalkan atau diukur. Hipotesis yang benar, pertama, mereka
menyediakan alat-alat kerja teori. Kedua, mereka memungkinkan untuk
melakukan pengujian hubungan antara variabel, dan dengan demikian
dapat ditampilkan untuk menjadi mungkin benar atau mungkin
salah. Ketiga, dapat diuji terpisah dari nilai-nilai seorang peneliti dan
pendapat.
Implications of Empirical Findings
Berdasarkan Tabel 2 sebelumnya terdapat gambaran keterbatasan
kerja kewirausahaan sosial dari studi kasus dan pendekatan teori
mendalam. Eisenhardt (1989) melihat walau terdapat tahapan awal dalam
usaha penyediaan dasar penelitian. Akan tetapi sayangnya konsep
kewirausahaan sosial yang digunakan sekurangnya dua decade ini lebih

kepada teori pembangunan. Yangmana dalam teori pembangunan ini


seharusnya termasuk pembelajaran, kesetaraan, akurat, dan spesifik
(Weick, 1979; Short et al., 2002). Penjelasan akan teori ini mungkin akurat
dan spesifik. Tetapi tidak kepada pencariaan kesetaraan. Penelitian
kewirausahaan sosial akan tersisa dalam pembangunan negara jika
penelitian masa depan gagal untuk diusahakan berdasarkan faktor
empiris kewirausahaan sosial. Ketika metode dalam teori ferifikasi berjalan
seharusnya ada penggabungan dugaan hipotesa secara rinci jika
penelitian ini sudah matang.
Delineating the Boundaries of Social Entrepreneurship
Mair dan Marti mendefinisikan kewirausahaan sosial yang pertama
sebagai suatu proses menciptakan nilai dengan menggabungkan sumber
daya dengan cara yang baru. Kedua sumber daya yang dikombinasikan ini
terutama ditujukan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi
kesempatan untuk menciptakan nilai social dengan rangsangan
perubahan sosial atau dengan pemenuhan kebutuhan social. Ketiga ketika
melihatnya sebagai sebuah proses, kewirausahaan sosial melibatkan
penawaran pelayanan produk, tetapi juga didalamnya mengarah pada
pembentukan organisasi baru. Agar lebih memahami batasan dan
pertukaran kondisi dalam kewirausahaan sosial, akan dijelaskan
pembedaan kontras dengan tiga bidang saling terkait:
1. Kewirausahaan
2. Masyarakat dan keuntungan pengelola, dan
3. Isu sosial di dalam pengelola
Ketiga macam ini menjelaskan definisi penelitian kewirausahaan sosial
yang dijelaskan dalam figure 1. Konseptual yang tumpang tindih untuk
bidang penelitian ini dapat dibagi menjadi tujuh bagian guna menyoroti
upaya penelitian saat ini dan masa depan.

Entrepreneurs
hip
1

Social issues in
management
3

Public/nonprofit
management
2

Context
8

Figure 1. Conceptual domains informing social


entrepreneurship research
Penjelasan masing-masing bagian sebagai berikut:
1. Disini fokus pada ketertarikan akan hal nilai baru lantas
mengembangkan pengetahuannya tentang bagaimana kesempatan
menghasilkan suatu keadaan sebagai masa depan dan pemenuhan
layanan, menciptakan, dan pemanfaatan. Dalam prosesnya
ditujukan pula agar mampu memberdayakan stakeholder serta
meningkatkan masuknya pasar baru (e.g.,Busenitz et al., 2003;
Lumpkin and Dess, 1996)
2. Penelitian pada organisasi nonprofit fokus pada masalah sosial.
Disini menyediakan barang-barang sosial di pasaran yang
sebelumnya tidak tersedia secara mapan, dan juga membantu
pemerintah melalui kegiatan dari lembaga sektor privat (swasta).
3. Interaksi antara organisasi, stakeholdermereka, dan berbagai
lingkungan yang karakteristiknya berasal dari penelitian ilmu sosial
di dalam pengelolaanya. Hal ini berdasarkan multidisiplin ilmu yang
memeriksa pada tataran mikro, meso, dam makro dalam analisis.
Isu yang
terkandung termasuk komunitas, pengaturan dalam
korporasi, Hak Azasi Manusia, dan keamanan organisasi. Pandangan
terbaru ini mensejajarkan pada konstruksi kepentingan kolektif.
Yangmana mendefinisikan
tindakan atau keputusan yang
berhubungan
dengan
kepentingan
kelompok
dibandingkan
kelompok individual.
4. Proses
dimana
kesempatan eksploitasi
melalui
kontribusi
kewirausahaan
guna menghasilkan nilai sosial baru atau
perkembangan organisasi nonprofit yang menyediakan kesempatan
untuk kebutuhan sosial yang sebelumnya tidak terpenuhi.
5. Berkaitan dengan penciptaan nilai baru yang dampak hubungan
antara organisasi dan stakeholder masyarakat di berbagai
lingkungan dengan cara yang barukewirausahaan sosial untuk
membangun konsep perusahaan berbasis komunitas.
6. Penekanan pada commonality antara daerah publik dan pengelola
nonprofit dan isu sosial dalam pengelola. Konsep yang tumpang
tindih ini memperhatikan pada eksekusi di kebijakan sosial dan
program oleh organisasi sektor publik dan nonprofit. (Zilber 2002).
7. Bidang
kewirausahaan
sosial
menginformasikan
mengenai
tumpang-tindik pada penelitian kewirausahaan, publik dan sektor
nonprofit, dan isu sosial dalam pengelola. Penelitian ini fokus pada
penciptaan dan menjaga keseimbangan baik sosial dan nilai
ekonomi baru untuk keuntungan kolektif, lebih dari itu individual,
minat. Dapat dikatakan pula bahwa kewirausahaan sosial itu

sebagai seperangkat kebijakan penelitian publik. Misalnya Waddock


dan sajiannya yang lalu, definisi awal mengenai kewirausahaan
sosial sebagai sektor privat warga negara yang memainkan aturan
kritis dengan membawa catalytic change di agenda sektor publik
dan persepsi isu sosial tertentu. Sementara Austin dan akademisi
lainnya (2006) menerangkan bahwa karakteritisk kewirausahaan
sosial itu sebagai kegiatan inovatif yang menciptakan nilai sosial
dalam melintasi pemerintah, bisnis, atau sektor nonprofit yang
semuanya sesuai dengan ruang konseptual. Dijelaskan pula
pembedaan kontras antara kewirusahaan sosial dan Kewirausahaan
komersial untuk membantu mengklarifikasi batasan konseptual;
1. Perbedaan kesempatan bagi kegagal pasar
2. Perbedaan misi menghasilkan perbedaan pengelolaan,
motivasi, dan tegangan antara kegiatan sosial dan
komersial.
3. Perbedaan pendekatan dalam mengelola keuangan dan
sumber daya manusia, dan
4. Pengukuran
kinerja dalam usaha
sosial akhirnya
merumitkan hubungan akuntabilitas dan stakeholder.
8. Adanya pengaruh konteks terhadap penelitian kewirausahaan sosial.
Konteks ini menyinggung perihal rataan awal populasi, serta budaya
lainnya, ekonomi, atau faktor pasar (keanggotaan industri) ini yang
menjalani sebagai katalis dalam kegiatan kewirausahaan.
Sebagaimana konteks tersebut memainkan sebuah aturan kunci
dalam penelitian kewirausahaan sosial.
Implications for Theory Building
Integrasi dalam strategi dan kewirausahaan menghasilkan nilai pelanggan
dan keuntungan sumberdaya perusahaan dapat bersaing lebih diantara
organisasi lainnya (Scehendel and Hitt, 2007). Perkembangan konseptual
dalam kewirausahaan sosial bisa menyediakan sebuah konteks unik untuk
mengintegrasikan strategi dan penelitian kewirausahaan oleh tingkat
pemahaman bagaimana organisasi secara serempak mengahsilkan nilai
sosial dan keuntungan dalam mencapai penghargaan.
Implication of Theory Testing
Membangun dasar dalam penelitian induktif di kewirausahaan sosial, pada
18 tahun kedepan kita akan melihat sebuah kesempatan yang terbaik
untuk menguji teori secara teliti menggunakan metode kuantitatif.
Seperti Van de Ven and Johnsons (2006) merekomendasikan, sebuah
keberagaman dalam metode dan model meningkatkan validitas,
realibilitas,
dan pembelajaran; membandingkan dan mengontraskan
perbedaan perspektif memerlukan diksriminasi antara kesalahan, noise,
dan informasi mengenai persoalan sosial.

Abstrak
Social entrepreneurship telah menjadi salah satu topik penelitian
akademis selama hampir 20 tahun terakhir, tapi belum atau masih sedikit
keluaran jurnal yang ada mengenai penelitian social entrepreneurship
tersebut. Telah banyak muncul artikel-artikel mengenai social
entrepreneurship namun tidak diimbangi dengan penelitian-penelitian
empiris yang telah dilakukan. Sedikit dari penelitian empirik mengenai
topik ini pun kebanyakan kurang mantap dalam penggunaan hipotesa
serta metodenya. Atas dasar ini dapat dikatakan penelitian social
entrepreneurship masih dalam tahap awal (embrio). Kemudian social
entrepreneurship
dapat
dilihat
dari
berbagai
bidang
seperti
entrepreneurship, manajemen publik/nonprofit, isu-isu sosial, dan banyak
lagi dimana kesemuanya itu dapat menjadi lahan segar untuk pijakan
penelitian-penelitian social entrepreneurship di masa mendatang. Tidak
kalah penting dimana peneliti harus menemukan tema-tema kunci dalam
melakukan penelitian social entrepreneurship yang diramu menggunakan
teori yang telah mantap.
Discussion
Pada tahun-tahun pertama kemunculan social entrepreneurship,
pengetahuan mengenai hal tersebut hanya berbasis pada kasus yang
didapat dari data kualitatif yang dikumpulkan secara mendalam oleh
peneliti. Kemudian Hal ini ditetapkan dalam jurnal kebijakan publik dan
nonprofit sebagai pijakan manajemen entrepreneurship. Namun hal tadi
saja dapat dikatakan masih minimal mengingat penelitian social
entrepreneurship baru saja tumbuh dan berkembang. Untuk memajukan
penelitian social entrepreneurship secara teoritis maupun empiris, jurnal
ini menetapkan 10 tema kunci yang merupakan kepentingan-kepentingan
strategis dari entrepreneurship oleh Schendel dan Hitt (2007) tabel 3.
Implication for Theory Testing
Pada 18 tahun pertamanya, penelitian social entrepreneurship
dikarakteristikkan sebagai penelitian yang lebih banyak menggunakan
pendekatan-pendekatan kualitatif. Sebagai penelitian mendalam, metode
kualitatif ini telah digunakan dalam 12 penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan atau menguji teori dari 17 artikel paling menarik dalam
bidang manajemen. Melalui pendekatan yang sangat menggali ini,
diharapkan penelitian-penelitian social entrepreneurship selanjutnya di
masa depan tetap meneruskan tradisi ini sehingga hasilnya bisa terus
dipublikasikan dalam jurnal-jurnal manajemen dan entrepreneurship.
Menurut Van de Ven dan Johnson (2006), untuk menyaring kesalahankesalahan yang mungkin terjadi serta meningkatkan validitas, keandalan,
dan pembelajaran, diperlukan kombinasi model-model metode lain seperti
pendekatan kuantitatif ketika menghadapi persoalan yang kompleks.

Tantangan terbesar dalam penelitian social entrepreneurship adalah


pengumpulan data dan pengukurannya. Khususnya mengenai keputusan
dalam sampling, dimana hal ini merupakan kunci yang akan mengungkap
hubungan antara fenomena yang ada dengan apa yang akan dilakukan
organisasi terkait fenomena tadi. Keputusan ini pula lah yang juga
mempengaruhi pengetahuan-pengetahuan yang kita gunakan dalam
menentukan langkah-langkah yang akan diambil sebagai pengusaha
sosial. Menggunakan database yang besar menjadi tantangan tersendiri
dalam melakukan penelitian social entrepreneurship sehingga solusisolusi kreatif dibutuhkan untuk mengimbangi sampel yang besar tadi. Jika
hal ini berhasil dilakukan maka database yang besar beserta pengukuran
yang tepat akan sangat membantu penelitian-penelitian social
entrepreneurship selanjutnya di masa mendatang. Sebagai contoh, Social
Capitalist Awards dari Fast Magazine menyediakan informasi mengenai
perusahaan-perusahaan sosial. Hasil terkini dipublikasikan untuk 45
pemenang nonprofit; dan untuk pertama kalinya majalah ini juga
mengukur perusahaan-perusahaan for-profit dengan menggunakan
metodologi yang sama dan 10 perusahaan berhasil masuk dalam
nominasi ini. dengan database dari seluruh anggota dari majalah fast
company, dimungkinkan untuk melakukan studi panel untuk mempelajari
tanggung jawab sosial dengan jumlah sampel yang besar tadi. Dengan
masuknya perusahaan for-profit dalam nominasi tadi, praktik social
entrepreneurship tidak lagi hanya dapat dilihat sebagai fenomena
nonprofit saja, melainkan dapat pula dipraktikkan pada sektor bisnis
tradisional (for-profit).
Perbedaan tujuan serta aspirasi adalah dua hal kunci yang membedakan
entrepreneurship dengan social entrepreneurship dalam perbedaan arah
gerak dari keduanya. Beberapa tujuan yang termasuk dalam social
entrepreneurship, diantaranya adalah: isu mengenai keberlanjutan
lingkungan, dukungan bagi fenomena-fenomena dengan dampak sosial,
pemberdayaan komunitas, inovasi untuk kebutuhan sosial, serta
pembuatan kebijakan yang dirancang untuk mencapai perubahan sosial.
Memahami dampak dari resiko serta proses dan hasil yang tidak pasti
menjadi hal yang diminati peneliti dalam strategic entrepreneurship.
Prospect theory - yang digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia di
dalam kondisi-kondisi beresiko dan dimana kondisi-kondisi nyaman bagi
manusia lebih resiko dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang tidak
pernah atau tidak nyaman baginya dapat memberikan pemahaman
mengenai penelitian social entrepreneurship dengan resiko-resiko yang
mungkin ada dalam prosesnya. Teori ini menjadi minat bagi mereka yang
beranggapan bahwa social entrepreneurship lebih beresiko ketimbang
commercial entrepreneurship karena kurangnya opsi-opsi terkait dana
pelaksanaannya. Pandangan lain menyebutkan, kunci dari social
entrepreneurship adalah mereka yang berani mengambil keputusan
dengan resiko yang tinggi.
Multidisciplinary Influences on Social entrepreneurship

Untuk menguji bidang-bidang yang potensial bagi penelitian social


entrepreneurship di masa mendatang, beberapa disiplin ilmu dilihat untuk
dapat memberikan gagasan bagi pertanyaan penelitian social
entrepreneurship yang saling mengisi kekosongan satu sama lain dalam
membangun penelitian social entrepreneurship yang lebih baik di masa
depan.

Peluang penelitian social entrepreneurship


di masa depan yang bergabung dengan disiplin lain
Disiplin
Ilmu

Fokus penelitian
potensial

Pertanyaan penelitian
yang memungkinkan

social
entrepreneurship
Accounting

Standar umum untuk


pengukuran usahausaha sosial

Metode apakah yang


paling sesuai untuk
mengukur performa
dari pelaku social
entrepreneurship?

Anthropology

Hubungan antara
konteks budaya
dengan social
entrepreneurship

Apakah ada perbedaan


dalam makna dan
fungsi dari social
entrepreneurship
terhadap daerahdaerah dengan budaya
berbeda?

Economics

Hubungan antara
social
entrepreneurship
dengan pertumbuhan
ekonomi

Teori apa yang paling


baik dalam
mempelajari social
entrepreneurship
melalui macrolevels of
analysis?
Bagaimana kegiatan
social entrepreneurship
dapat diukur (untuk
melakukan analisis
ekonomi) ?

Finance

Peluang pendanaan
dan batasan dalam
memulai dan
mempertahankan
usaha sosial

Hal apa yang menjadi


penghalang terbesar
dari pendanaan social
entrepreneurship?

Management

Peran kepemimpinan
dalam membantu
menanamkan nilai-nilai
social
entrepreneurship

Gaya kepemimpinan
apa yang paling efektif
dalam memfasilitasi
proses pengambilan
keputusan dan hasil
dari social
entrepreneurship?

Marketing

Praktik marketing
social
entrepreneurship

How do the four Ps or


four Cs of marketing
impact the goals of
social ventures?

Operations
Management

Rantai nilai social


entrepreneurship
beserta komponennya

Faktor apa yang paling


mempengaruhi rantai
nilai?
Bagaimana pendekatan
systems dynamics
dapat digunakan untuk
penanaman nilai social
entrepreneurship?

Political Science

Pengaruh kebijakan
nasional pada social
entrepreneurship

Struktur politik seperti


apa yang paling
mempengaruhi
efektivitas social
entrepreneurship?

Psychology

Hubungan antara
social
entrepreneurship
dengan
entrepreneurial
cognition

Apakah beberapa
karakteristik
kepribadian terkait
dengan social
entrepreneurs?

Sociology

Pengaruh masyarakat
terhadap inisiatif dari
social
entrepreneurship

Tekanan institusional
mana yang memainkan
peran paling besar
dalam kemunculan
social
entrepreneurship?
Faktor apa yang paling
mempengaruhi
penyebaran inovasi
sosial?

Beberapa disiplin di atas saling mengisi kekosongan yang dimiliki social


entrepreneurship. Contohnya seperti transparansi yang sebenarnya juga
dibutuhkan social entrepreneurship yang dapat diambil dari studi
accounting; nuansa budaya dan etnis yang juga mempengaruhi

berjalannya kegiatan social entrepreneurship yang dapat dilihat dari studi


antropologi, dan lainnya sehingga di masa mendatang penelitian social
entrepreneurship akan melingkupi cakupan yang lebih luas.
Implications for Practitioners
Social entrepreneurship telah beralih dari yang pada awalnya hanya fokus
kepada kebijakan publik menjadi topik yang lebih diperhatikan dalam
dunia bisnis. Usaha pebisnis dalam mengejar peluang bisnis dengan misi
yang mempertimbangkan manfaat bagi kepentingan sosial adalah salah
satu alasan penelitian social entrepreneurship berkembang dengan baik.
Entrepreneurship dapat dilihat sebagai kunci dimana organisasi dapat
memberdayakan kemampuan mereka untuk menanamkan nilai melalui
inovasi dan bisnis yang cerdas. Banyak entrepreneur-entrepreneur yang
sukses dengan doing more with less, dimana efisiensi dan kreativitas
dalam mengolah sumber daya adalah kunci kesuksesan mereka. Sehingga
penelitian social entrepreneurship di kemudian hari akan diperlakukan
sebagai upaya unik dalam menciptakan sumber daya dalam keadaan
serba yang terbatas.
Conclusion
Social entrepreneurship adalah lingkup penelitian yang sedang
berkembang kini, meskipun pada dasarnya penelitian tetap fokus kepada
nonprofit atau kebijakan publik yang ada. Sebagai arus penelitian yang
baru saja berkembang, social entrepreneurship juga mengalami kondisi
dimana tidak adanya legitimasi atas keberadaannya, serta lemahnya
konten teoritis yang dapat diterapkan dalam penelitian tersebut. Untuk
dapat berkembang seperti halnya studi-studi lain, kemajuan dalam
pembangunan teori serta pengujiannya adalah hal yang mutlak diperlukan
untuk memahami social entrepreneurship itu sendiri.

Findings
Temuan dalam penelitian ini terbagi dalam dua tahapan yang saling
berkaitan. Pada tahap pertama, menjelaskan tujuh tema yang diperoleh
dari wawancara mendalam pada studi kasus yang ada. Tema-tema
tersebut adalah dinamika lingkungan, inovatif, proaktif, manajemen
kerugian, keberlanjutan, misi sosial dan melihat kesempatan. Pada tahap
kedua, setiap tema akan diintegrasikan kedalam model yang koheren
mengenai kewirausahaan sosial.
Thematic analysis and propositions
1. Dinamika Lingkungan
Peneliti melihat bahwa dampak dari perubahan konteks sosial dan bisnis,
daya saing, dan kompleksitas dilapangan sama halnya dengan dampak
yang diakibatkan pemerintah (sokongan dana atau kebijakan) dalam
dinamika lingkungan yang mempengaruhi NFPs. Sebagai contoh, pada
studi kasus B, dimana kompleksitas perubahan lingkungan dilapangan
yang baru sangat berpengaruh bagi organisasi. Perubahan tersebut
sampai kepada alasan berdirinya organisasi. Informan mengatakan bahwa
mungkin usaha untuk tetap menjadi organisasi adalah tantangan terbesar
kami.
Proposisi: Social entrepreneurship is responsive to and constrained by
environmental dynamics.
2. Inovatif
Peneliti menemukan keterkaitan yang penting antara dinamika lingkungan
dan nilai strategis yang digunakan kewirausahaan sosial NFPs. Lingkungan
yang semakin kompetitif memaksa NFPs menjadi inovatif dalam semua
kegiatan yang ingin mereka ciptakan. Misalnya seperti pada studi kasus H,
mengenai pencarian dana. Menurut informan pada studi kasus H, jika
proposal untuk mencari dana tidak menarik, lebih baik tidak perlu
diajukan, hal itu hanya akan membuang waktu. Karena akan ada banyak
alasan bagi penyandang dana untuk menyumbangkan ke organisasi yang
lain. Jadi proposal yang dibuat harus inovatif.
Proposisi: Social entrepreneurship strives to achieve social value creation
through the display of innovativeness.
3. Proaktif
Wirausahawan sosial NFPs percaya bahwa mereka harus aktif untuk dapat
bertahan, untuk melayani pasar, dan untuk berkembang. Seperti pada
contoh studi kasus B, keaktifan sangat dibutuhkan dalam upaya pencarian
dana. Menurut informan pada studi kasus B, dalam lingkungan yang
kompetitif dalam pencarian dana, setiap organisasi harus aktif dan
inovatif dalam upaya mereka mencari dana.
Proposisi: Social entrepreneurship strives to achieve social value creation
through the display of proactiveness.
4. Manajemen kerugian

Bagi wirausahawan sosial NFPs mengelola kemungkinan rugi menjadi


tantangan besar karena berkaitan dengan keberlangsungan organisasi.
Berbeda dengan wirausahawan for-profit yang memiliki banyak sumber
pendanaan, wirausahawan sosial hanya bisa dengan berusaha keras
untuk mengumpulkan donasi bagi kegiatan mereka. Pendapatan
wirausahawan sosial berasal dari donator, pemerintah, sponsor dan
sebagainya. Wirausahawan sosial ini kesulitan memprediksi arus
pendapatan mereka. Di sisi lain, ketika sebuah komitmen sudah dibuat
tidak mungkin untuk mencabut komitmen tersebut. Oleh karena itu
wirausahawan sosial harus mampu melihat jauh kedepan pada sebuah
proyek. Sebagai contoh, menurut informan pada studi kasus C, ketika kita
menyanggupi sebuah proyek pembuatan rumah bagi orang cacat, hal
tersebut langsung terasa seperti tanggung jawab, kita tidak bisa behenti
ditengah jalan. Kita harus menghitung semua biayanya dengan tepat.
Proposisi: Social entrepreneurship strives to achieve social value creation
through the display of risk management.
5. Keberlanjutan (sustainability)
Keberlanjutan organisasi wirausahawan sosial menjadi sangat penting.
Segala pergolakan yang terjadi dalam lingkungan organisasi sebenarnya
harus fokus pada keberlanjutan dari organisasi itu sendiri. Seperti yang
diungkapkan oleh informan pada studi kasus A yang mengatakan
sustainability sangat penting, tidak ada gunanya menjadi inovatif hanya
menjadi inovatif
Proposisi: Social entrepreneurship is responsive to and constrained by the
need for organizational sustainability.
6. Misi Sosial
Tujuan utama dari wurausahawan sosial tentu saja adalah untuk mencapai
misi sosial yang sukses. Misi sosial juga menjadi sentral karena menjadi
pedoman strategi keseluruhan. Tetapi dalam temuan penelitian ini, misi
sosial bukanlah tujuan seperti didalam kepercayaan tradisional yang
sangat sakral. Misi sosial ini harus dipahami dalam lingkungan yang
kompetitif dimana organisasi beroperasi. Pada studi kasus A misalnya, Ia
mendapatkan dana proyek sosial sebesar $45 juta dengan tujuan sosial
yang jelas. Tugasnya adalah memastikan manfaat ekonomi bagi kedua
organisasi, dan juga masyarakat luas, dan manfaat sosial bagi staff dan
orang-orang yang melayani. Untuk melakukan itu harus dalam konteks
lingkungan yang kuat.
Proposisi: Social entrepreneurship is responsive to and constrained by the
social mission.
7. Melihat peluang
Wirausahawan sosial secara aktif mencari peluang untuk meningkatkan
nilai sosial mereka pada klien yang sudah ada atau yang potensial.
Wirausahawan sosial mencari peluang pada pasar yang memungkinkan
mereka meningkatkan penilaian sosial pada klien. Informan pada studi

kasus I mengatakan bahwa perilaku mencari peluang berkaitan dengan


kebutuhan keuangan bagi keberlanjutan organisasi.
Proposisi: Social entrepreneurship opportunity identification is responsive
to and constrained by the organizational sustainability, social mission and
environmental dynamics.
Development of a multidimensional model
Temuan penelitian ini menunjukan bahwa perilaku kewirausahaan
sosial sangat dipengaruhi oleh tiga aspek yang saling berkaitan yaitu
dinamika lingkungan, keberlanjutan organisasi dan keharusan mencapai
misi sosial. Perilaku kesadaran melihat peluang dalam organisasi
wirausahawan sosial harus ada dalam ketiga aspek tersebut.
Kewirausahaan sosial berusaha untuk menciptakan suatu nilai sosial
dan hal tersebut membutuhkan perilaku proaktif, inovatif dan mampu
mengelola resiko. Perilaku tersebut dibutuhkan dalam upaya untuk
mencapai misi sosial dan mempertahankan keberlangsungan organisasi.
Dengan demikian mereka akan responsif terhadap dinamika lingkungan
organisasi demi menjaga keberlangsungan organisasi. Hasil dari
kewirausahaan sosial itu sendiri adalah terciptanya nilai sosial. Implikasi
dari penciptaan nilai sosial lebih menyeluruh hasil disbanding dengan
wirausahawan biasa.
Paksaan dari lingkungan, misi sosial dan keberlanjutan organisasi
yang harus dikedepankan menciptakan wirausahawan sosial yang
menarik. Walaupun temuan penelitian menunjukan peran sentral ada
pada misi sosial, peran perilaku tidak kenal menyerah dalam
mengusahakan keberlanjutan organisasi juga sama pentingnya. Kedua
faktor tersebut saling berkaitan dan masuk kedalam tipe static
constraints, dan seimbang juga dengan dinamika lingkungan yang masuk
kedalam tipe dynamic constraints.

Implication for theory


Temuan penelitian menunjukkan bahwa kewirausahaan sosial dapat
dikonseptualisasikan sebagai konsep multidimensi dengan dimensi
perilaku inovatif, proaktif dan manajemen resiko. Gagasan tersebut
menunjukkan sebagai gagasan multidimensi ketika terdiri dari dimensi
dan atribut yang saling terkait dan dalam domain multidimensi.
Implication for management and policy
Penelitian ini bisa menjadi dasar praktek dalam kegiatan organisasi
NFPs. Misalnya seperti visi pemimpin yang jadi lebih menakankan pada
perilaku proaktif dan responsif terhadap strategi manajemen dalam

lingkungan yang kompetitif dalam persaingan pencarian dana dengan


organisasi yang beroreintasi pada keuntungan. Mereka juga harus terusmenerus memonitor inisiatif kebijakan-kabijakan yang dibuat pemerintah
guna meningkatkan transparansi dan daya saing pada pasar pelayanan.
Hal tersebut tentu saja membutuhkan inovasi, proaktis dan manajemen
resiko dalam upaya kegiatan mereka. Selain itu NFPs juga harus
menyeimbangkan prioritas misi sosial dengan keberlanjutan organisasi.
Conclusion
Penelitian ini telah melanjutkan penelitian sebelumnya mengenai
kewirausahaan sosial dalam beberapa cara. Kontirbusi nya yaitu:
1. Pengembangan model empiris mengenai kewirausahaan sosial dengan
dimensi perilaku inovatif, proaktif dan pengelolaan resiko
2. Identifikasi optimization constraints dimana wirausahawan sosial
bekerja dan memperjleas perbedaan operasional kewirausahaan sosial
Non Profit dengan kewirausahaan sosial For Profit
3. Beberapa sudah dijelaskan diatas
Secara keseluruhan, NFPs sedang dalam masa transisi. Permintaan pasar
menawarkan peluang sekaligus ancaman bagi organisasi kewirausahaan
sosial. Temuan dari studi ini menawarkan konsep yang sesuai dengan
tantang baru dari organisasi yang berupaya menciptakan nilai sosial dan
menyarankan bahwa kewirausahaan sosial tetap bisa kompetitif seraya
memnuhi misi sosial mereka.

You might also like