Professional Documents
Culture Documents
Gneiss adalah typical dari jenis batuan metamorf, batuan ini terbentuk pada
saat batuan sediment atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang
dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Hampir dari semua
jejak jejak asli batuan ( termasuk kandungan fosil) dan bentuk bentuk
struktur lapisan ( seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang akibat
dari mineral-mineral mengalami proses migrasi dan rekristalisasi. Pada
batuan ini terbentuk goresan goresan yang tersusun dari mineral mineral
seperti hornblende yang tidak terdapat pada batuan batuan sediment.
Pada batuan gneiss, kurang dari 50 persen dari mineral mineral menjadi
mempunyai bentuk bentuk penjajaran yang tipis dan terlipat pada lapisanlapisan. Kita dapat melihat bahwasannya tidak seperti pada batuan schist
yang mempunyai pensejajaran mineral yang sangat kuat, batuan gneiss tidak
retak atau hancur sepanjang bidang dari pensejajaran mineral tersebut, dan
terbentuk urat-urat yang tebal yang terdiri dari butiran-butiran mineral di
dalam batuan tersebut, hal ini tidak seperti kebanyakan bentuk bentuk
perlapisan yang terdapat pada batuan schist. Dengan proses metamorfosa
lebih lanjut batuan gneiss dapat berubah menjadi magmatite dan akhirnya
terkristalisasi
secara
total
menjadi
batuan
granit.
Meskipun batuan ini terubah secara alamiah, gneiss dapat mengekalkan
bukti terjadinya proses geokimia di dalam sejarah pembentukannya,
khususnya pada mineral mineral seperti zircon yang bertolak belakang
dengan proses metamorfosa itu sendiri. Batuan batuan keras yang berumur
tua seperti pada batuan gneiss yang berasal dari bagian barat Greenland,
Isotop atom karbon dari batuan tersebut menunjukkan bahwasannya ada
kehidupan pada masa batuan tersebut terbentuk , yaitu sekitar 4 millyar
tahun yang lalu.
POSTED BY ASMATIGMA AT 6:01 PM 0 COMMENTS
LABELS: BATUAN METAMORF GNEISS
Older Posts
BATUAN : BATUAN METAMORF
atuan metamorf adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat dari proses metamorfosa
pada batuan yang sudah ada karena perubahan temperatur(T), tekanan (P), atau
Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan. Batuan metamorf diklasifikasikan
menjadi 3 (tiga) kelas atas dasar derajat metamorfosanya, yaitu:
Tabel dibawah ini adalah nama-nama batuan metamorf, tekstur batuan, derajat
metamorfosa, serta batuan asal.
Mineral lempung pada serpih tidak stabil pada temperatur tinggi. Perubahan yang
terjadi, selain teksturnya, juga mencakup pembentukan mineral baru.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARAKTERISTIK BATUAN
METAMORF
1. Komposisi Mineral Batuan Asal
2. Temperatur dan Tekanan Selama Metamorfosis
3. Pengaruh Gaya Tektonik
4. Pengaruh Fluida
KLASIFIKASI BATUAN METAMORF
Batuan metamorf diklasifikasikan berdasakan ada atau tidaknya foliasi. Foliasi adalah
struktur planar pada batuan metamorf yang disebabkan oleh pengaruh tekanan
diferensial saat proses metamorfosis.
Tidak Terfoliasi
Kelas ini diklasifikasikan lagi menurut komposisi mineralnya.
Marmer terdiri dari butiran kalsit berukuran kasar. Jika batuan asalnya adalah
dolomit, namanya menjadi marmer dolomit.
Kuarsit terdiri dari butiran kuarsa yang terlaskan bersama dan terikat kuat pada
temperatur tinggi.
Hornfels berukuran butir sangat halus. Hornfels mika berasal dari serpih dan hornfels
amphibole berasal dari basalt.
Terfoliasi
Kelas ini diklasifikasikan lagi menurut tipe foliasinya. Makin jelas foliasinya, makin
tinggi derajat metamorfosisnya (menandakan makin tingginya tekanan/temperatur).
Derajat
Struktur Nama Batuan
Mineral
metamorfosis
Penciri
Makin rendah Slaty
Slate/Batusabak Lempung,
silika
melembar
Slaty
Phyllite
Mika
Schistose
Schistose Schist
Karakter Khas
Gneissic
Gneiss
JENIS-JENIS METAMORFISME
Metamorfisme Kontak/Termal
Metamorfisme ini faktor dominannya ialah temperatur tinggi. Tekanan confining
(tekanan yang pengaruhnya sama besar ke semua permukaan benda) juga
berpengaruh, namun tidak signifikan. Kebanyakan terjadi < 10 km di bawah
permukaan Bumi. Metemorfisme kontak terjadi pada batuan intrusi jika ada magma
yang mengintrusi batuan tersebut. Prosesnya menghasilkan efek yang dikenal dengan
sebutan baking effect. Zona kontak ini (disebut aureole) tidak terlalu luas, hanya
sekitar 1 100 meter. Karena tekanan diferensial (tekanan yang pengaruhnya tidak
sama besar ke semua permukaan benda) juga tidak terlalu signifikan, batuan
metamorf yang terbentuk biasanya tidak terfoliasi.
Metamorfisme Regional/Dinamotermal
Metamorfisme ini terjadi pada kedalaman yang signifikan yakni > 5 km. Batuan jenis
ini merupakan yang paling banyak tersingkap di permukaan. Biasanya pada dasar
pegunungan yang bagian atasnya tererosi. Batuan dari proses ini kebanyakan
terfoliasi, menandakan tingginya tingkat tekanan diferensial (akibat gaya tekonik).
Temperatur saat terjadi proses ini bervariasi, tergantung oleh kedalaman dan
kehadiran badan magma. Kehadiran mineral indeks dapat menentukan tingkat tekanan
dan temperatur proses rekristalisasi. Contohnya: schisthijau dan batuschist yang
mengandung mineral klorit, aktinolit, dan plagioklas kaya sodium, terbentuk pada P &
T lebih rendah; sedangkan amphibolit yang mengandung hornblende, plagioklas
feldspar, dan terkadang garnet, terbentuk pada P & T lebih tinggi.
Batuan Beku
Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang
terbentuk dari proses pembekuan magma di bawah
permukaan bumi atau hasil pembekuan lava di permukaan
bumi. Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen
(1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma
didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar
terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara
1.5002.5000C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta
terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma
tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat
volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-
lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan nonvolatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang
lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat
perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan
terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa
penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral
silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang
dikenal dengan Bowens Reaction Series.
Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali
mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat
fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam
membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan
lepas dari:
1. Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang
erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan
antara mineral-mineral dengan massa gelas yang
membentuk massa dasar dari batuan.
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal
yang penting, yaitu:
o Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan
beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas
dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa
banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk
kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya
berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika
pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan
halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan
cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat
kristalisasi, yaitu:
Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya
tersusun oleh kristal.
Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik,
yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat
permukaan.
Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari
massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun
dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk
sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies
yang lebih kecil dari tubuh batuan.
o Granularitas
_ Kilap tanah
kenampakannya buram seperti tanah, misalnya: kaolin, limonit,
bentonit.
(6) feldspar, (7) kuarsa, (8) topaz, (9) korundum, dan (10) intan.
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama
atau
berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap.
Belahan
adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melalui
bidang-bidang belahan yang rata dan licin (Gambar 3.1). Bidang
belahan
umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.
lempung.
GAMBAR 3.1: Belahan tiga arah pada gipsum yang dihasilkan dari
fragmen semirombohedral
(Hibbard, 2002)
Paleontologi
Fosil
Fosil, dari bahasa Latin fossa yang berarti "galian", adalah sisa-sisa
atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral.
Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus segera
tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa macam
fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar,
fosil ter, seperti yang terbentuk di sumur ter La Brea di Kalifornia.
Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata
masih ada disebut fosil hidup. Ilmu yang mempelajari fosil adalah
paleontologi.
Secara singkat definisi dari fosil harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1. Sisa-sisa organisme.
2. Terawetkan secara alamiah.
3. Pada umumnya padat/kompak/keras.
4. Berumur lebih dari 11.000 tahun.
Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau
tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimen atau endapanendapan baik yang mengalami pengawetan secara menyeluruh,
sebagian ataupun jejaknya saja. Terdapat beberapa syarat
terjadinya pemfodilan yaitu antara lain:
Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras
1. Mengalami pengawetan
2. Terbebas dari bakteri pembusuk
3. Terjadi secara alamiah
4. Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit
5. Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu.