Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap profesi pasti memiliki sebuah etika atau hal-hal
yang harus di patuhi. Dengan adanya etika setiap tindakan atau
perbuatan yang akan dilakukan harus dipikirkan terlebih dahulu
agar dalam bertindak tidak semena-mena. Di dalam akuntansi
juga memiliki etika yang harus di patuhi oleh setiap anggotanya.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai
panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik
sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada
instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan
dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggungjawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai
tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan
publik. Sedangkan Profesi itu sendiri mengandung arti suatu
bidang yang sedang dijalankan oleh seseorang. Sebuah etika
profesi mengambil peranan penting dalam kebenaran dan
kejujuran atas kegiatan yang dilakukan. Hal ini mencetuskan
adanya pembuatan kode etik dalam suatu profesi, sehingga
cakupannya dapat diterima secara luas oleh semua yang
menggeluti profesi itu.
Tetapi karena jaman yang semakin maju hal ini
memberikan dampak yang negatif pula. Banyak kasus-kasus
penyimpangan kode etik profesi yang kian banyak terjadi.
Padahal telah dijabarkan secara jelas mengenai kode etik dalam
suatu profesi yang telah disepakati.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian profesi akuntan
Menurut International Federation of Accountants
(dalam Regar,2003) yang dimaksud dengan profesi akuntan
adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian
di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik,
akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan
atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan
sebagai pendidik.
Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup
pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik
yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan
konsultan manajemen.
Profesi Akuntan biasanya dianggap sebagai salah
satu bidang profesi seperti organisasi lainnya, misalnya Ikatan
Dokter Indonesia (IDI). Supaya dikatakan profesi ia harus
memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek
dan sebagai pihak yang memerlukan profesi, mempercayai hasil
kerjanya. Adapun ciri profesi menurut Harahap (1991) adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Akuntan Manajemen/Perusahaan
Akuntan Manajemen, adalah akuntan yang bekerja dalam
suatu perusahaan atau organisasi. Tugas yang dikerjakan adalah
penyusunan sistem akuntansi, penyusunan laporan akuntansi
kepada pihak intern maupun ekstern perusahaan, penyusunan
anggaran, menangani masalah perpajakan dan melakukan
pemeriksaan intern.
b. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan
tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang
peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi
akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah,
pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan,
dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara
tertib.
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan
tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
c. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari
timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas
yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara
lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
d. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas
dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan
nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan
kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda
dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai
situasi.
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya
dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta
mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh
manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaikbaiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi
kepada publik.
f. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi
yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak
boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional
atau hukum untuk mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar
profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan
4.
BPKP.
Berdasarkan Keppres 31/th 1983, wewenangnya
adalah melaksanakan pengawasan terhadap KAP. Dalam
melaksanakan tugasnya, BPKP melakukan evaluasi tentang
kepatuhan KAP terhadap perizinan yang diberikan dan terhadap
pelaksanaan tugas profesional akuntan publik.
Selain keenam unit organisasi tadi, pengawasan terhadap Kode
Etik diharapkan dapat dilakukan sendiri oleh para anggota dan
pimpinan KAP.
KASUS
Lahir di Malang, Jawa Timur, sosok Dhana Widyatmika Merthana adalah
pegawai Direktorat Jendral Pajak Indonesia. Pria kelahiran Maret 1974 ini
memang sudah menunjukkan ketertarikan tinggi terhadap dunia keuangan,
ekonomi, dan utamanya, perpajakan. Dhana, demikian pria kelahiran 1974 ini
biasa dipanggil, menuntaskan kuliah di salah satu institusi pendidikan
keuangan paling bergengsi, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara atau STAN dan
melanjutkan pendidikan tingginya di bawah Program Studi Ilmu Administrasi,
FISIP UI.
Dhana mulai bekerja di Ditjen Pajak pada tahun 1996. Karirnya berkembang
terus. Pada 2011, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pajak
(Dirjen Pajak) Dhana Widyatmika menjabat sebagai Account Representative
pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam.
Di Ditjen Pajak, pangkat Dhana Widyatmika merupakan PNS golongan III/c
dengan pangkat penata. Pada 12 Juli 2011, Dhana Widyatmika dipindahkan
dari Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam ke Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua.
Pada 2012 silam, nama Dhana menjadi bahan perbincangan karena kasus
korupsi yang dilakukannya. Dhana menjadi tersangka korupsi, terkait
pengelapan pajak dan kepemilikan rekening gendut. Walau statusnya masih
menjadi PNS dengan golongan III/c dengan pangkat penata, kekayaan Dhana
mencapai Rp 60 miliar.
Analisis
Kasus penyelewengan dana oleh Dhana Widyatmika sudah
jelas sangat merugikan negara. Kasus ini membuktikan bahwa
lemahnya perhatian yang dilakukan oleh pihak berwenang
terhadap kasus pajak sebelumya.
Dalam kasus ini juga Dhana banyak melakukan
pelanggaran terhadap kode etik profesi akuntan.
Kode etik yang pertama yaitu tentang tanggung jawab profesi
dengan menerima gratifikasi dari sejumlah pihak dengan
menggelapkan pajak.
Kode etik yang kedua yaitu tentang kepentingan publik dan
objektifitas. Hal ini ditunjukkan bahwa Dhana terbukti
melakukan atau turut serta melakukan perbuatan melawan
hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara.
Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para
pelaksana sebagai seseorang yang professional supaya tidak
dapat merusak etika profesi.
Kode etik profesi dapat menjadi penyeimbang segi-segi negative
dari suatu profesi, sehingga kode etik ibarat kompas yang
menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga
menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat.
Prinsip Etika Profesi Akuntan:
1. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional
setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan
moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan
publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kasus Dhana sudah jelas sangat merugikan Negara hingga
milyaran rupiah. Terdakwa Dhana Widyatmika telah mengambil
keuntungan dari para wajib pajak, melakukan korupsi dan
pencucian uang, penyalahgunaan tugas dan wewenang selaku
pemeriksa pajak yaitu pada proses pemeriksaan pajak sampai
pengajuan keberatan ke pengadilan pajak sesuai pasal 2, 3, 12e
dan 12g undang-undang Tindak Pidana Korupsi serta pasal 3
UU Tindak Pidana Pencucian Uang.
Solusi
Menurut Wakil Ketua Komisi XI (Komisi Keuangan) DPR RI
Harry Azhar Azis memiliki solusi dengan mengungkapkan
sistem pengawasan internal Ditjen Pajak harus dibuat terukur
dan fokus yang mana harus dibangun model whistle blower
(WB) dan diberi insentif bagi WB berupa reward and
punishment yang harus dijalankan dengan ketat. Titik-titik lemah di
unit-unit pajak harus diperkuat pengawasannya dan karena itu
remunerasi harus mampu mengukur berapa peningkatan
moralitas dan produktifitas pegawai pajak. Jika hal itu
dijalankan dengan baik maka dimasa depan kasus Gayus dan
Dhana Widyatmika ini tidak akan terjadi lagi karena dengan
terbangunnya sistem pengawasan itu dapat dideteksi gejala
penyimpangan dari awal ( early warning system ).