You are on page 1of 10

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Oleh:
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

: Hasan
: B1J012204
: IV
:5
: Riskawati

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014

I.

1.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Organ ekskresi utama hewan vertebrata termasuk mamalia adalah ginjal. Ginjal

mamalia umumnya berjumlah sepasang, Pada ginjal mamalia terdapat unit-unit yang disebut
nefron dengan fungsi filtrasi. Ginjal memiliki fungsi memfilter darah mamalia agar selalu bersih
dari limbah metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Ginjal mamalia umumnya memfilter
darah sebanyak 25% dari output jantung, sehingga banyak cairan darah yang harus dibersihkan
setiap harinya, namun demikian urin yang dihasilkan ginjal umumnya hanya 1% dari seluruh
cairan yang difilter oleh ginjal. Ginjal merupakan organ ekskresi dalam vertebrata yang
merupakan sebagian dari sistem urin, berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah
dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Unit fungsional terkecil dari
ginjal adalah nefron. Tiap ginjal mengandung 1,3 juta nefron. Masing-masing nefron
terbentuk atas 2 bagian, yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding tipis yang
berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang berfungsi untuk mengalirkan cairan ultrafiltrat
dari glomerulus (Kusnandar, 2006).
Ginjal tersusun dari beberapa juta unit fungsional (nefron) yang akan melakukan
ultrafiltrasi, reabsorpsi dan ekskresi. Kerja ginjal dimulai saat dinding kapiler glomerulus
melakukan ultrafiltrasi untuk memisahan plasma darah dari sebagian besar air, ion-ion dan
molekul-molekul dengan berat rendah. Ultrafiltrat hasil ultrafiltrasi ini, dialirkan ke tubulus
proksimalis untuk direabsorpsi melalui brush borderdengan mengambil bahan-bahan yang
diperlukan tubuh seperti gula, asam-asam amino, vitamin dan sebagainya. Sisa bahan-bahan
buangan yang tidak diperlukan disalurkan ke saluran penampung (collecting tubulus) dan
diekskresikan sebagai urin yang dikeluarkan setiap harinya (Maxie, 1985).
Ginjal berperan penting sebagai organ pengatur keseimbangan tubuh dan organ
pembuangan zat-zat yang tidak berguna serta bersifat toksik. Fungsi ginjal akan menurun
seiring dengan semakin tuanya seseorang dan juga karena adanya penyakit. Kemunduran
fungsi ginjal tersebut dapat bersifat akut maupun kronis. Kelainan yang berat dapat diketahui
dengan mudah tetapi kelainan yang ringan sukar dideteksi. Pemeriksaan fisik saja sering sukar
untuk menentukan adanya dan beratnya gangguan fungsi ginjal. Kelainan dapat mengenai

seluruh atau sebagian fungsi ginjal, karena itu dilakukan analisis filtrasi ginjal untuk mengetahui
kesehatan fungsi ginjal (Kusnandar, 2006).
Filtrasi glomerulus adalah proses pergerakan sekitar 20% plasma yang masuk ke kapiler
glomerulus menembus kapiler untuk masuk ke ruang interstisium, lalu menuju kapsula
Bowman. Pada ginjal yang sehat, sel darah merah atau protein plasma hampir tidak ada yang
mengalami filtrasi. Proses filtrasi pada glomerulus serupa dengan proses filtrasi pada kapiler.
Perbedaannya adalah, di ginjal kapiler glomerulus sangat permeable terhadap air dan zat
terlarut berukuran kecil. Tidak seperti kapiler lain, dorongan filtrasi plasma sepanjang kapiler
glomerulus ke dalam kapsula Bowman lebih besar dibanding dorongan reabsorpsi cairan
kembali ke kapiler, dengan demikian, terjadi filtrasi neto cairan ke dalam ruang Bowman yang
mengalir kemudian berdifusi ke dalam kapsula Bowman serta ke seluruh nefron. Di glomerulus,
faktor utama yang mendorong filtrasi adalah tekanan kapiler. Di sebagian besar kapiler lainnya,
tekanan ini rata-rata berukuran 18 mmHg; di glomerulus, tekanan rata-rata hampir mencapai
60 mmHg. Hal ini disebabkan oleh rendahnya resistensi terhadap aliran yang dibentuk oleh
arteriol eferen yang mengaliri glomerulus, dibandingkan dengan arteriol di tempat lain. Dengan
demikian, tekanan hidrostatik yang mencapai glomerulus lebih besar. Tekanan cairan
interstisium di ruang Bowman juga lebih besar dibandingkan tekanan di ruang interstisium
normal, yaitu sekitar 15 mmHg (Andrew, 2003).

1.2.

Tujuan
Menganalisis senyawa yang dapat melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal

manusia.

II.

2.1.

MATERI DAN CARA KERJA

Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, gelas ukur, pipet

tetes, pemanas air, kertas filter CF/C, tabung erlenmeyer, dan corong gelas.
Bahan yang digunakan adalah larutan biuret, larutan benedicts, larutan lugol, larutan
protein 1%, larutan glukosa 1%, larutan amilum 1%, dan akuades.

2.2.

Cara kerja
1. 1 ml larutan uji (protein, glukosa, pati, dan akuades) ditambahkan kedalam empat
tabung reaksi yang telah disiapkan
2. Tabung diberi label sesuai dengan isi larutan
3. 1 ml larutan biuret ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan protein, tabung
diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
4. 1 ml larutan larutan benedict ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan
glukosa. Tabung reaksi ditempatkan di dalam air mendidih selama 5 menit kemudian
dikocok, tabung diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
5. 1 ml larutan lugol ditambahkan kedalam tabung reaksi berlabel amilum, kemudian
diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
6. Langkditambahkan larutan akuades dan biuret, kemudian diamati dan dicatat
perubahannya
7. Larutan uji dibuang dan tabung reaksi dicuci hingga bersih
8. Dilakukan persiapan ulang dengan menyiapkan empat tabung reaksi dan diisi dengan
larutan uji masing-masing 2 ml
9. Kertas filter CF/C ditempatkan diatas corong gelas dan tabung erlenmeyer
10. Keempat larutan uji difilter pada empat tabung erlenmeyer menggunakan corong yang
telah dilengkapi kertas filter
11. Langkah ke 2 hingga ke 6 diulangi terhadap filtrat hasil proses filtrasi menggunakan
kertas saring CF/C
12. Hasil pengamatan dicatat dan dimasukkan didalam tabel

III.

3.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 3.1 Data percobaan uji filtrasi menggunakan kertas saring


No.

Larutan uji

tabung

Intensitas warna

Intensitas warna

(sebelum filtrasi-tabung. Reaksi)

(setelah filtrasi-filtrat)

Protein

+++

++

Glukosa

+++

++

Amilum

+++

++

Akuades

+++

++

Keterangan :
-

: tidak ada perubahan

++

: intesitas warna sedang

: intesitas warna lemah

+++

: intesitas warna kuat

Gambar hasil filtrasi:

Gambar 3.1. larutan amilum

Gambar 3.2. larutan glukosa

Gambar 3.3 larutan protein


3.2.

Gambar 3.4 larutan akuades

Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan, dapat diperoleh hasil bahwa intensitas warna protein dan

akuades setelah filtrasi mengalami penurunan intensitas warna (biru muda). Larutan protein
sebelum filtrasi intensitas warnanya lebih kuat (biru keunguan) dibandingkan dengan filtrat
protein setelah filtrasi intensitas warnanya sedang (biru muda). Hal ini menunjukkan bahwa
larutan protein tidak dapat melewati filter ginjal, yang mana akan langsung dikeluarkan melalui
urin. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Despopoulus (1998), yang menyatakan bahwa senyawa
atau molekul besar, misalnya protein tidak dapat disaring oleh ginjal. Intensitas warna untuk
glukosa sebelum dan sesudah filtrasi tetap sama, tidak terjadi perubahan warna. Intensitasnya
kuat (merah bata). Hal ini menunjukkan bahwa larutan glukosa dapat melewati filter ginjal.
Hasil sesuai dengan pernyataan Guyton (1996), yang menyatakan bahwa pada umunya molekul
dengan raidus 4 nm atau lebih tidak dapat tersaring, sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan
tersaring tanpa batasan, bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa,
asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea akan melewati saringan
dan menjadi bagian dari endapan.
Ginjal mamalia mempunyai dua daerah yang berbeda yaitu korteks renal di bagian luar
dan medula renal di bagian dalam. Yang membungkus kedua daerah tersebut adalah tubula
ekskresi mikroskopis yang disebut nefron dan duktus pengumpul dimana keduanya berkaitan
dengan pembuluh pembuluh darah kecil. Nefron merupakan unit fungsional ginjal vertebrata,
terdiri atas sebuah tubula panjang tunggal dan sebuah bola kapiler yang disebut glomerulus.
Ujung buntu tubula itu membentuk pembengkakan mirip piala, yang disebut kapsula Bowman,
yang mengelilingi glomerulus. Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam
lagi disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Bagian medulla ginjal manusia dapat
pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus
oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.
Menurut Sherwood (2001) Fungsi utama ginjal adalah membersihkan plasma darah
dari zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh melalui mekanisme filtrasi, reabsorbsi, dan
augmentasi. Berikut penjelasan tentang mekanisme kerja ginjal :
1. Penyaringan (filtrasi)

Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat
sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan.
Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan
permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula
pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahanbahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang
komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein, pada filtrat glomerulus
masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.
2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. 99% filtrat glomerulus akan
direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa
serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah.
Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari
tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian
besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang
komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. zat-zat yang masih diperlukan pada urin
sekunder tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang
bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03% dalam urin primer dapat mencapai 2%
dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino
meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air
terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam,
2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna
dan bau pada urin.
Ginjal dapat rusak akibat infeksi bakteri. Jika salah satu ginjal tidak berfungsi, ginjal
yang lainnya mengambil alih tugas penyaringan darah. Jika kedua ginjal tidak berfungsi, urea

akan tertimbun didalam tubuh dan dapat meracuni tubuh sehingga dapat mengakibatkan
kematian. Jika terjadi penimbunan urea, penderita harus cuci darah secara rutin atau cangkok
ginjal. Selain itu ginjal dapat terganggu karena adanya endapan kalsium di dalam rongga ginjal,
saluran ginjal atau kantong kemih. Endapan tersebut dikenal dengan batu ginjal. Jika urin
mengandung gula berarti tubulus ginjal tidak menyerap gula dengan sempurna. Hal ini dapat
diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal, dapat pula akibat kadar gula dalam darah tinggi
sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada filtrat
glomerulus. Kadar gula darah yang tinggi akibat dari proses pengubahan gula menjadi glikogen
terhambat karena produksi hormone insulin terhambat. Orang yang demikian menderita
kencing manis (diabetes melitus) (Kusnandar, 2006).
Gangguan lain pada fungsi ginjal yaitu nefritis merupakan kerusakan bagian glomerulus
ginjal akibat alergi racun kuman. Albuminuria yaitu urin banyak mengandung protein, karena
protein lolos dalam penyaringan. Glikosuria yaitu ditemukannya glukosa pada urin. Hematuria
yaitu ditemukannya sel darah merah dalm urin. Ketosis ditemukannya senyawa keton dalam
darah. Diabetes insipidus yaitu urin sangat encer dan jumlahnya meningkat. gagal ginjal kronis
(chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lainnya dalam darah)
(Nursalam, 2006).
Uji saringan glukosa dalam urin adalah petanda seseorang individu itu mempunyai
penyakit, misalnya diabetes melitus. Adanya glukosa dalam urin individu yang normal biasanya
pada individu yang mempunyai ambang glukosa rendah (glukosurid). Pereaksi benedict yang
mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa), yang dibuktikan dengan terbentuknya
kuprooksida berwarna merah atau coklat. Uji glukosa ini sering tidak valid jika reagen yang
digunakan telah kedaluwarsa atau terbuka terlalu lama di udara dan bercampur dengan air
(Djuhanda, 1980)

IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa:


1. Senyawa yang dapat melewati filter ginjal adalah senyawa glukosa.
2. Senyawa yang tidak dapat melewati filter ginjal adalah senyawa protein dan amilum
3. Fungsi ginjal adalah membersihkan plasma darah dari zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh melalui mekanisme filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.

DAFTAR REFERENSI
Andrew S. Levey, MD; Josef Coresh, MD, PhD; Ethan Balk, MD, MPH; Annamaria T. Kausz, MD,
MS; Adeera Levin, MD; Michael W. Steffes, MD, PhD; Ronald J. Hogg, MD; Ronald D.
Perrone, MD; Joseph Lau, MD; and Garabed Eknoyan, MD. 2003. National Kidney
Foundation Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification,
and Stratification. Ann Intern Med. 2003;139:137-147.
Despopoulus, A. 1998. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Hipokratea: Jakarta.
Djuhanda, T. 1980. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata. Armico, Bandung.
Guyton, AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology 11th ed. Philadelphia. Elsevier In. 1996: p
307-47.
Kusnandar, S. 2006. Uji Faal Ginjal, Bersihan dan Laju Filtrasi Glomerulus. Pendidikan
Berkesinambungan Patologi Klinik. Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan.
Ed.1.Salemba medika, Jakarta.
Neal S. Bricker saulo klahr, and Richard E. Rieselbach. The Functional Adaptation of the
Diseased Kidney. I. Glomerular Filtration Rate. Journal of Clinical Investigation, Vol. 43,
No. 10, 1964
Sherwood. 2001. Comparative physiology of the kidney. In: Smith HW, ed. The Kidney: Structure
and Function in Health and Disease. New York: Oxford Univ Pr:520-74.

You might also like