You are on page 1of 14

Nama : Stefanus Christian Hatmanugraha

NIM

: 21070112130098

Makul : Pengendalian Mutu


Kelas : A
PDCA
Pengertian PDCA:
PDCA merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,
pelaksanaan kerja, pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan
berkesinambungan untuk mencapai suatu mutu pelayanan. PDCA merupakan singkatan
bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act". PDCA terdiri dari suatu proses pemecahan
masalah empat langkah iteratif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Metode
ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming
sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart,
yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis.
(https://www.academia.edu/6562309/MAKALAH_PDCA)
Manfaat dan Tujuan PDCA
Manfaat dari PDCA antara lain :
1. Untuk memudahkan pemetaan wewenang dan tanggung jawab dari sebuah unit
organisasi;
2. Sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem di sebuah organisasi
sehingga menjadi lebih baik;
3. Untuk menyelesaikan dan mengendalikan suatu permasalahan dengan pola yang
runtun dan sistematis;
4. Untuk kegiatan continuous improvement dalam rangka memperpendek alur kerja;
5. Menghapuskan pemborosan di tempat kerja dan meningkatkan produktivitas.
Selain itu, tujuan dari menggunakan PDCA adalah mengutamakan untuk melakukan
proses Continuous Improvement sehingga dapat membantu membangun kembali industri
yang mempunyai kinerja menurun sehingga mereka bisa bersaing di pasar dunia pada masa
depan.
a. Plan
Tujuan: merencanakan tujuan dari proses kerja dan apa apa yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas.
b. Do

Tujuan: untuk mengimpletasikan rencana dalam suatu aktivitas kerja


c. Check
Tujuan: untuk mengetahui apakah suatu kegiatan berjalan baik atau tidak, mengetahui
perfomansi kerja, dan mengetahui apakah suatu cara penyelesaian masalah
memerlukan perbaikan atau tidak
d. Act
Tujuan: untuk mengevaluasi rencana kerja dan mengambil keputusan dalam
penyelesaian masalah
(https://sites.google.com/site/kelolakualitas/PDCA)
Kegiatan PDCA
Dalam bahasa pengendalian kualitas, P-D-C-A dapat diartikan sebagai proses
penyelesaian dan pengendalian masalah dengan pola runtun dan sistematis. Secara ringkas,
proses
1.

dan

kegiatan

dari

siklus

PDCA

dapat

dijelaskan

sebagai

berikut

P (Plan = Rencanakan)
Plan artinya merencanakan sasaran, goal, dan tujuan dan proses apa yang
dibutuhkan untuk menentukan hasil yang sesuai dengan spesifikasi tujuan yang
ditetapkan. Kegiatan Plan menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke
dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat
dipakai sebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir
yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah
mutu yang akan diselenggarakan. Plan ini harus diterjemahkan secara detil dan per subsistem.

Perencanaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi sasaran dan proses dengan


mencari tahu hal-hal apa saja yang tidak beres kemudian mencari solusi atau ide-ide
untuk memecahkan masalah ini. Tahapan yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah: mengidentifikasi pelayanan jasa, harapan, dan kepuasan pelanggan untuk
memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasi. Kemudian mendeskripsikan
proses dari awal hingga akhir yang akan dilakukan. Plan ini memfokuskan pada
peluang peningkatan mutu (pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan
terlebih dahulu). Setelah itu, dilakukan identifikasi akar penyebab masalah dan
meletakkan sasaran serta proses yang dibutuhkan untuk memberikan hasil yang
sesuai dengan spesifikasi.

Setelah itu, melakukan identifikasi permasalahan dengan melakukan upaya


perbaikan..

Terakhir, mencari dan memilih penyelesaian masalah


Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-

tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:


a Judul rencana kerja (topic),
b Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem
statement),
c Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai
(goal, objective, and target),
d Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f Biaya yang diperlukan (budget)
g Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).

2.

D (Do = Kerjakan)
Do artinya melakukan perencanaan proses yang telah ditetapkan sebelumnya. Ukuranukuran proses ini juga telah ditetapkan dalam tahap Plan. Dalam konsep Do ini kita harus
benar-benar menghindari penundaan. Semakin kita menunda pekerjaan yang ada maka
waktu kita semakin terbuang dan yang pasti pekerjaan akan bertambah banyak. Langkah
yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Implementasi proses. Dalam langkah ini hal yang dilakukan adalah melaksanakan
rencana yang telah disusun sebelumnya dan memantau proses pelaksanaan dalam
skala kecil (proyek uji coba).

Mengacu pada penerapan dan pelaksanaan aktivitas yang direncanakan.


Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan

manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok
manajerial, yaitu :
a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf
terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan
cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara
penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan
3.

C (Check = Evaluasi)

Check artinya melakukan evaluasi terhadap sasaran dan proses serta melaporkan apa saja
hasilnya. Kita mengecek kembali apa yang sudah kita kerjakan, sudahkah sesuai dengan
standar yang ada atau masih ada kekurangan. Langkah yang dilakukan dalam proses ini
adalah

Memantau dan mengevaluasi proses dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi dan
melaporkan hasilnya.

Dalam pengecekan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu memantau dan
mengevaluasi proses dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi.

Teknik yang digunakan untuk check adalah observasi dan survei. Apabila masih
menemukan kelemahan-kelemahan dan hambatan makan dilakukan suatu perbaikan
dan langkah baru. Namun apabila perbaikan yang dilakukan masih belum sesuai,
maka mencari langkah atau metode lain. Sebaliknya, apabila langkah perbaikan sudah
benar, maka dilakukan rutinitas dalam metode tersebut.

Melakukan verifikasi apakah penerapan tersebut sesuai dengan rencana peningkatan


dan perbaikan yang diinginkan atau belum
Tujuan dari pemeriksaan check untuk mengetahui :

a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagian mana yang belum berjalan
dengan baik
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan

4.

A (Act = Menindaklanjuti)

Act artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil sasaran dan proses serta menindaklanjuti
dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa yang telah dikerjakan masih ada yang kurang
atau belum sempurna, maka harus segera melakukan action untuk memperbaikinya. Proses
Act ini sangat penting artinya sebelum kita melangkah lebih jauh ke proses perbaikan
selanjutnya. Langkah yang dilakukan dalam act ini adalah:

Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti juga
meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya sebelum
implementasi berikutnya.

Menindaklanjuti

hasil

berarti

melakukan

standarisasi

perubahan,

seperti mempertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan, merevisi proses

yang sudah diperbaiki, melakukan modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang
ada, mengkomunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan
yang dilakukan apabila diperlukan, mengembangkan rencana yang jelas, dan
mendokumentasikan proyek. Selain itu, juga perlu memonitor perubahan dengan
melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur.
Suatu rencana kerja yang telah dipertimbangkan dan diperbaiki harus
dilaksanakan kembali dan perlu dilakukan pemantauan pada kemajuan serta hasil yang
dicapai. Dari kemajuan ini nantinya akan dilakukan tindakan yang sesuai.
Cara melakukan penilaian mutu pelayanan
a.

Lihat daftar tilik


Daftar tilik adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur sampai
seberapa jauh pelayanan sesuai atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Berisi daftar kelengkapan sarana, pra sarana, pengetahuan, kompetensi teknis,
persepsi klien, dsb.

b.

Lihat sasaran penilaian


1) Observasi : mengamati pada saat pelayanan atau pengamatan langsung pada sistem
produksi yg dijalankan secara sistematis & sengaja diadakan dgn menggunakan
alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yg langsung (Bimo Walgito,
1987:54). Hasilnya dicatat & diolah sesuai dgn tujuannya, dpt diperiksa validitas,
reliabilitas & ketelitian, dan bersifat kuantitatif.
2) Wawancara : dengan diskusi, tanya jawab, cek pemahaman
Kartono (1980: 171) interview (wawancara) : suatu percakapan yg diarahkan
pd suatu masalah ttt; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau
lebih berhadap-hadapan secara fisik.
Interviewer

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan,

meminta

keterangan

(penjelasan), sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan


paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dgn kata-kata lain),
mengingat-ingat & mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali
keterangan-keterangan lebih lanjut & berusaha melakukan probing (rangsangan,
dorongan) .
3) Dokumen : sebuah tulisan yg memuat informasi. Biasanya, dokumen ditulis di
kertas & informasinya ditulis memakai tinta baik memakai tangan atau memakai
media elektronik. melihat kelengkapan dokumen rekam medik, register, buku
catatan.

PDCA seringkali dilakukan dalam kegiatan KAIZEN dengan menggunakan LEAN SIX
SIGMA. PDCA sangatlah cocok untuk dipergunakan untuk skala kecil kegiatan continues
improvement, yaitu memperpendek siklus kerja, menghapuskan pemborosan di tempat kerja
dan produktivitas.
(https://sites.google.com/site/kelolakualitas/PDCA\)
(https://www.academia.edu/6562309/MAKALAH_PDCA)

Seven Tools yang digunakan pada PDCA:

Secara umum, hubungan penggunaan seven tools pada PDCA dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut:

(http://bestpracticesindustrial.files.wordpress.com/2014/04/tabel-7-tool.jpg)
a. Plan
Pada tahap Plan, hal yang dilakukan adalah menentukan akar masalah
pada suatu kejadian yang diamati sehingga dapat dilakukan perencanaan kerja
untuk memperbaiki masalah. Oleh karena itu, pada tahap ini hal yang
dilakukan adalah melakukan metode 7 tools dengan memperhatikan masalah
material dan alat. Pada dasarnya semua metode seven tools digunakan pada
tahap planning ini. Metode-metode tersebut adalah

Checklist
Check Sheet atau sering orang menyebutnya Check List atau Tally Chart,
merupakan alat pertama dari tujuh alat dasar manajemen kualitas
yang sederhana dan digunakan untuk mencatat dan mengklasifikasi data yang
telah diamati. Check Sheet merupakan suatu daftar yang mengandung atau
mencakup faktor-faktor yang ingin diselidiki. Check Sheet merupakan daftar
yang berisi unsur-unsur yang mungkin terdapat dalam situasi atau tingkah laku
atau kegiatan individu yang diamati. Manfaat yang dapat diperoleh dari
penggunaan check sheet dalam mengelola kualitas terutama untuk
1. Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana
sesuatu masalah sering terjadi. Kemudahan ini akan berdampak pada efisiensi
dalam pengumpulan data.
2. Memudahkan pemilahan data ke dalam kategori yang berbeda seperti
penyebab-penyebab, masalah-masalah dan lain-lain. Data-data yang telah
terpilah secara rinci yang dikumpulkan dengan menggunakan check sheet,
sekaligus memudahkan pengolahan lebih lanjut untuk memberikan gambaran
tentang faktor-faktor yang relevan dengan persoalan yang sedang dihadapi.
3. Memudahkan penyusunan data secara otomatis, sehingga data itu dapat
dipergunakan dengan mudah.
4. Memudahkan pemisahan antara opini dan fakta.
Contoh Cheklist: Check Sheet untuk hasil proses produksi
Data-data yang dikumpulkan adalah ukuran, berat dan diameter yang
dihasilkan dari suatu proses.

Histogram
Histogram adalah tampilan grafis dari tabulasi frekuensi yang
digambarkan dengan grafis batangan. Tiap tampilan batang menunjukkan
proporsi frekuensi pada masing-masing deret kategori yang berdampingan
dengan interval yang tidak tumpang tindih. Dalam konteks manajemen
kualitas, histogram adalah perangkat grafis yang menunjukkan distribusi,
sebaran, dan bentuk pola data dari proses. Jika data yang terkumpul
menunjukkan bahwa proses tersebut stabil dan dapat diprediksi, kemudian
histogram dapat pula digunakan untuk menunjukkan kemampuan batasan
proses. Histogram merupakan penyajian data frekuensi yang diubah menjadi
diagram batang. Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya
observasi tiap-tiap kelas. Histogram juga menunjukkan kemampuan proses,
dan apabila memungkinkan histogram dapat menunjukkan hubungan dengan
spesifikasi proses dan angka-angka nominal, misalnya rata-rata.
Contoh histogram

Diagram Pareto
Diagram Pareto telah digunakan secara luas dalam kegiatan kendali mutu
untuk menangani kerangka proyek; proses program; kombinasi pelatihan,
proyek dan proses, sehingga sangat membantu dan memberikan kemudahan
bagi para pekerja dalam meningkatkan mutu pekerjaan. Pareto chart sangat
tepat digunakan jika menginginkan hal-hal seperti menentukan prioritas karena
keterbatasan sumberdaya, menggunakan kearifan tim secara kolektif,
menghasilkan konsensus atau keputusan akhir, dan menempatkan keputusan
pada data kuantitatif. Prinsip Pareto juga dikenal sebagai aturan 80/20 dengan
melakukan 20% dari pekerjaan bisa menghasilkan 80% manfaat dari pekerjaan
itu. Aturan 80/20 dapat diterapkan pada hampir semua hal, seperti: 80% dari

keluhan pelanggan timbul 20% dari produk atau jasa, 80% dari keterlambatan
jadwal timbul 20% dari kemungkinan penyebab penundaan, 20% dari produk
atau account untuk layanan, 80% dari keuntungan Anda, 20% dari-tenaga
penjualan menghasilkan 80% dari pendapatan perusahaan Anda, atau 20% dari
cacat sistem penyebab 80% masalah nya.

Contoh di atas adalah contoh sederhana dari sebuah diagram pareto dengan
menggunakan sampel data frekuensi relatif dari penyebab IP rendah. Ini
memungkinkan kita untuk melihat 20% dari kasus yang menyebabkan 80%
dari

masalah

dan

di

mana

upaya

kita

harus

difokuskan

untuk

mencapai peningkatan terbesar.


Diagram Scatter
Diagram Scatter atau diagram pencar atau juga disebut diagram sebar adalah
gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara
pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan hubungan antara dua
variabel tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi. Scatter
diagram juga dapat digunakan untuk mengecek apakah suatu variabel dapat
digunakan untuk mengganti variabel yang lain. Cara untuk membuat scatter
diagram adalah sebagai berikut :

1. Kumpulkan pasangan data (x,y) yang akan dipelajari hubungannya serta


susunlah data itu dalam tabel. Diperlukan untuk mempunyai paling sedikit 30
pasangan data.
2. Tentukan nilai-nilai maksimum dan minimum untuk kedua variabel x dan y.
Buatlah skala pada sumbu horizontal dan vertikal dengan ukuran yang sesuai
agar diagram akan menjadi lebih mudah untuk dibaca. Apabila kedua variabel
yang akan dipelajari itu adalah karakteristik kualitas dan faktor yang
mempengaruhinya, gunakan sumbu horizontal, x, untuk faktor yang
mempengaruhi karakteristik kualitas dan sumbu vertikal, y, untuk karakteristik
kualitas.
3. Tebarkan (plot) data pada selembar kertas. Apabila dijumpai data bernilai
sama dari pengamatan yang berbeda, gambarkan titik-titik itu seperti lingkaran
konsentris (.), atau plot titik kedua yang bernilai sama itu disekitar titik
pertama.
4. Berikan informasi secukupnya agar orang lain dapat memahami diagram tebar
itu. Informasi yang biasa diberikan adalah :Interval waktuBanyaknya pasangan
data (n), Judul dan unit pengukuran dari setiap variabel pada garis horizontal
dan vertikal, Judul dari grafik itu, Apabila dipandang perlu dapat
mencantumkan nama dari orang yang membuat diagram tebar itu.

Peta Kendali (Control Chart)

Control chart adalah pola grafis yang berguna ketika anda sedang menyortir
data atau ketika anda sedang melakukan tinjauan apakah perbaikan yang anda
lakukan memang berjalan sesuai dengan jalurnya. Pola peta kendali inilah
yang berkembang menjadi 6 sigma. Berikut manfaat Control; Chart
1. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama satu periode produksi.
2. Memberikan informasi proses secara kronologis, yakni menunjukkan
bagaimana pengaruh berbagai faktor, misalnya : material, manusia, metode,
dll. terhadap proses produksi.
3. Mengidentifikasi

gejala

penyimpangan

suatu

proses

yakni

dengan

memperhatikan pola atas pergerakan titik-titik sehingga dapat dihindari Over


Control yaitu pengontrolan terlalu ketat sehingga dapat menurunkan efisiensi
maupun Under Control yaitu pengontrolan terlalu longgar sehingga dapat
menurunkan mutu.
Contoh control chart

Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode / tool di dalam
meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram
Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang
Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong
kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah
dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya.
Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan
diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan
diagram

Cause

and

Effect

(Sebab

dan

Akibat)

karena

diagram

tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan


pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk
untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas
(akibat) yang disebabka n oleh faktor-faktor penyebab itu. Fungsi dasar
diagram Fishbone (Tulang Ikan) adalah untuk mengidentifikasi dan
mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek
spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya
Selain itu perlu membuat matrix prioritas

dan menyepakati rencana /

tindakan-tindakan untuk mengatasi / memecahkan masalah.

Diagram stratifikasi
Diagram

Stratifikasi

adalah

diagram

yang

menguraikan

atau

mengklasifikasikan persoalan menjadi kelompok atau golongan yang lebih


kecil atau menjadi unsur-unsur dari persoalan yang mempunyai karakteristik
sama. Kegunaan dan manfaat diagram stratifikasi antara lain untuk melihat
masalah dan mempersempit ruang lingkup masalah, sehingga dapat ditinjau
dari satu segi saja, misalnya dari segi penyebab, waktu, lokasi bahan baku,
orang dan sebagainya. Dasar pengelompokkan atau stratifikasi sangat
tergantung pada tujuan pengelompokan, sehingga dasar pengelompokkan
dapat

berbeda-beda

tergantung

kepada

permasalahannya.

Di dalam pengendalian kualitas stratifikasi terutama ditujukan untuk:


Mencari faktor-faktor penyebab utama kualitas secara mudah.
Membantu pembuatan Scatter diagram.

Mempermudah pengambilan kesimpulan di dalam penggunaan peta


kontrol.
Mempelajari secara menyeluruh masalah yang dihadapi. Berikut diberikan
contoh diagram stratifikasi dalam bentuk diagram cartesius maupun dalam
bentuk tabel. Contoh diagram stratifikasi dalam bentuk tabel dapat dilihat
seperti di bawah ini:

b. Do
Do merupakan implementasi Rencana / tindakan tindakan yang sudah
disepakati sebelumnya dalam Plan.

Pada tahap ini, kita harus juga mampu

melakukan observasi dengan memperhatikan akar masalah dan penyebab suatu


kesalahan kerja dengan baik sehingga nantinya tahap evaluasi yang dilakukan
menghasilkan hasil yang valid. Contohnya adalah pada saat pelayanan posyandu.
Hal/ langkah yang dilakukan adalah membuat peraturan tertulis yaitu Menerapkan
prinsip 5S (Senyum, sapa, salam, sopan, santun) kepada klien/pasien.
c. Check
Pada tahap checking, seven tools yang digunakan dapat berupa stratifikasi, lembar
data atau checking, control chart, diagram pareto, dan histogram. Tools ini berguna

untuk melakukan evaluasi terhadap hal yang diakukan. Pada dasarnya tahap
checking/ evaluasi dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Memperbandingkan target dan hasil yang dicapai dengan menggunakan Pareto
Diagram
2. Mengidentifikasi masalah dengan penyebab utama sehingga membutuhkan
seven tools, misalnya diagram Pareto untuk membandingkan sebelum dan
sesudah perbaikan.
3. Mengecek perfomansi sebelum dan sesudah perbaikan dengan menggunakan
grafik garis
d. Act
Pada tahap ini, peneliti perlu menggunakan parameter yang jelas untuk
mereview hasil dari rencana tindakan yang sudah dilakukan. Oleh karena itu, tools
yang cocok untuk kegiatan act adalah dengan membuat checklist terhadap proses
kerja yang memberikan hasil yang maksimal dan masalah yang masih terulang atau
belum terpecahkan. Setelah itu, melakukan pembakuan rencana tindakan yang
hasilnya maksimal dan mengevaluasi rencana tindakan yang belum menyelesaikan
masalah
Setelah tahapan Action ini, proses tidak berhenti karena PDCA merupakan
siklus yang berulang sehingga setelah itu, melakukan kembali tahapan Plan, Do,
Check lalu kembali ke Action.
(http://www.slideshare.net/YusufAbdul/plan-do-check-action-28627541)
(http://aguscahyanto1.blogspot.com/2012/08/pengertian-pdca-dan-langkah-langkahnya.html)
(http://nizarukamal.blogspot.com/2010/01/pdca-plan-do-check-act.html)
(https://sites.google.com/site/kelolakualitas/)

You might also like