You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK),
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan
Anemia Gizi Besi (AGB).
Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi Kronis) terutama yang
kemungkinan disebabkan karena adanya ketidak seimbangan asupan gizi, sehingga zat
gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan perumbuhan
tubuh baik fisik ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Banyak anak
yang bertubuh sangat kurus akibat kekurangan gizi atau sering disebut gizi buruk. Jika
sudah terlalu lama maka akan terjadi Kekurangan Energi Kronik (KEK). Hal tersebut
sangat memprihatinkan, mengingat Indonesia adalah negara yang kaya akan SDA
(Sumber Daya Alam).
Di Indonesia wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun mempunyai risiko menderita
kekurangan energi kronik (KEK). Indikator Kurang EnergiKronik (KEK) menggunakan
standar pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan ukuran batas normal > 28,5
cm. dari hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000-2005, diperoleh gambaran
risiko pada WUS menderita KEK berdasarkan pada pengukuran LILA menurut
kelompok umur. Hasil pengukuran ini dapat digunakan sebagai salah satu cara
dalammengidentifikasi seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk
melahirkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Hasil Susenas tahun 2001
menunjukkan 21,53%, WUS mempunyai risiko KEK. Di perkotaan persentase WUS
yang mempunyai risiko KEK lebih rendah (19,39%) dibandingkan di pedesaan
(23,36%). Pesentase WUS yang mempunyai risiko KEK terbesar berturut-turut di
Provinsi Nusa Tenggara Timur (44,03%). Provinsi Nusa Tenggara Barat (29,69%) dan
Provinsi Papua (27,86%).
Ukuran lingkar lengan atas (LILA) sudah digunakan secara umum untuk
mengidentifikasikan wanita usia subur termasuk ibu hamil dan menyusui yang beresiko
KEK. Departemen kesehatan menetapkan bahwa wanita usia subur beresiko KEK adalah
salah satu masalah gizi di Indonesia yang dialami oleh wanita usia subur termasuk ibu
hamil dan ibu menyusui. Pada ibu menyusui yang beresiko KEK mencerminkan tidak
tersedianya simpanan lemak tubuh untuk produksi ASI, dan untuk menyusui bayinya
dengan optimal ibu akan mengorbankan status gizinya. Air Susu Ibu merupakan

makanan terbaik bagi bayi, walaupun semua ibu menyusui bayinya, namun sebagian
besar ibu menambahkan dengan memberi makanan/minuman lain sebelum bayi berumur
6 bulan.
Beberapa faktor lain selain pola menyusui dan konsumsi energii ibu zat gizi makro
yang memungkinkan berkaitan dengan resiko KEK ibu menyusui adalah umur ibu,
penyakit infeksi dan karakteristik demografi ibu (pendidikan, pekerjaan, wilayah,
pendapatan keluarga).
Dengan alasan itulah penulis memilih judul proposal Gambaran Status Gizi pada ibu
menyusui yang berisiko KEK (Kekurangan Energi Kronis). Dan juga agar lebih
mengetahui fenomena KEK itu sendiri juga dapat mencegah terjangkitnya gangguan gizi
tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Gambaran Status Gizi pada ibu menyusui yang berisiko KEK
(Kekurangan Energi Kronis).

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kejadian KEK (Kekurangan Energi Kronis) pada ibu
menyusui
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi pengetahuan ibu menyusui terkait KEK
b) Mengidentifikasi sikap ibu menyusui terkait KEK
c) Mengidentifikasi tindakan/praktek ibu menyusui terkait KEK
d) Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) pada Ibu Menyusui.
e) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya KEK pada
ibu menyusui.
f) Mengidentifikasi Pola Konsumsi Pada Ibu Menyusui.

D. Manfaat
1. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan wawasan, pengetahuan dan
pola makan yang baik terkait dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis pada
Ibu menyusui. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai upaya dalam
pencegahan dan pengembangan kesehatan dalam masyarakat.

2. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai Kerkurangan
Energi Kronik dan bagi peneliti dapat mengembangkan kembali penelitian
mengenai Kekurangan Energi Kronis pada Ibu menyusui.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ibu menyusui
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu
ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan
menelan susu.
Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi.
Para pakar masih memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yg paling baik dan
seberapa jauh risiko penggunaan susu formula.
Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat
diperah dan diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau
pipet. Susu formulajuga tersedia untuk para ibu yang tidak bisa atau memilih untuk tidak
menyusui, namun para ahli sepakat bahwa kualitas susu formula tidaklah sebaik ASI. Di
banyak negara, pemberian susu formula terkait dengan tingkat kematian bayi akibat diare,
tetapi apabila pembuatannya dilakukan dengan hati-hati menggunakan air bersih, pemberian
susu formula cukup aman.
Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui
sebagai metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih
lama lagi, antara lain WHO, Akademi Dokter Anak Amerika (American Academy of
Pediatrics) danDepartemen Kesehatan.

B. KEK pada ibu menyusui


Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai
kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA
<23,5 cm.
Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang
cukup atau makanan yang baik dari segi kandungan gizi untuk satu periode tertentu. Gizi
kurang kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup
atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori

dan protein dalam

jumlah yang cukup, atau juga disebabkan menderita muntaber atau

penyakit kronis lainnya.


Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang dapat digambarkan
terutama pada status gizi anak balita, wanita hamil, dan menyusui.
Status gizi bayi sangat dipengaruhi oleh asupan yang diberikan oleh ibunya. Umumnya bayi
lebih sering diberikan ASI saat baru dilahirkan. Kualitas Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan
sangat bergantung pada asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui.

C. Faktor yg mempengaruhi KEK


1. Faktor Langsung
a) Infeksi
Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan akibat interaksi antara
berbgai faktor, tetapi yang paling utama adalah akibat menknsumsi makanan
yang kurang memadai, baik kualitas maupun kuantitas, dan adanya penyakit
yang sering diderita (Beck, 1995).
Antara status gizi dan infeksi yang terdapat interaksi yang bolak-balik.
Infeksi dapat mengakibatkan gizi kurang melalu berbagai mekanisme. Infeksi
yang akut mengakibatkan kurangnya nafsu makanan dan toleransi terhadap
makanan. Orang yang mengalami gizi kurang mudah terserang penyakit
infeksi(Suhardjo,1999).
Menurut Pudjiadi (2000), terdapat iteraksi sinergis antara malnutrisi
dan infeksi. Sebab malnutrisi disertai infeksi, pada umumnya mempunyai
konsekuensi yang lebih besar daripada malnutrisi sendiri. Infeksi derajat
apipun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih ringan
mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan terhadap infeksi.
Dampak

infeksi

terhadap

pertumbuhan,

pertumbuhan,

seperti

menurunya berat badan telah lama diketahui. Keadaan demikian ini


disebabkan oleh hilangnya nafsu makan penderita infeksi. Sehinga masukan
(intake) zat gizi kurang dari kebutuhan. Lagipula pada infeksi, kebutuhan
tersebut justru meningkat oleh katabolisme yang berlebihan pada suhu badan
tinggi(Pudjiadi,2000)

b) Asupan Makanan
Asupan makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang dimakan seseorang
yang dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau energi dan zat gizi. Salah
satu faktor penting yang mendasar timbulnya masalah gizi kurang adalah adanya
prilaku asupan makanan (Suhardjo, 1999).
Pada dasarnya, makanan yang dikonsumsi berfungsi untuk memfertahankan
kehidupan manusia, yaitu se\bagai sumber energi dan pertumbuhan, serta penganti
jaringan atau sel tubuh yang rusak (Muhtadi,1993)
Tingkat asupan makanan akan mempengaruhi keadaan gizi. Tingkat asupan
ditentikan oleh kualitas dan kuantitas. Kualitas hidangan menunjukan adanya
semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan. Kuantitas
menunjukan

jumlah

masing-masing zat

gizi

terhadap

kebutuhan

yang

rusak(Sediaoetama,1996).
Asupan makanan seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan
ketersedian pangan dalam keluarga. Kebiasaan makan adalah kegiatan yang
berkaitan pangan dalam keluarga. Kebiasaan makan adalah kegiatan yang
berkaitan dengan makanan menurun tradisi setempat. Kegiatan itu meliputi halhal seperti: bagaimana pangan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimanana
menyiapkan, siapa yang makan, dan beberapa banyak yang dimakannya
(Suhardjo,1999)

2. Faktor Tidak Langsung


a) Ketersediaan Pangan Keluarga
Ketersediaan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik
jumlah maupun mutu gizinya (Depkes,2000).
Kebutuhan pangan keluarga terkait dengan ketersediaan pangan (baik dari
hasil produksi sendiri, dari pasar, atau sumber lai), harga pangan, dan daya beli
keluarga, serta pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan (Depkes, 2000).
b) Pendidikan
Pendidikan ibu memberi pengeruh terhadap prilaku kepercayaan dari dari
tanggung jawab dalam memilih makanan. Seseorang yang berpendidikan tinggi
tidak memperhatikan tentang pantangan atau makan tabu terhadap konsumsi
bahan makanan yang ada (Singarimbun, 1998).

Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi,


sehingga pengetahuan akan terbatas. Pada masyarakat dengan pendidikan rendah
akan lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan
makanan,

sehingga

sulit

untuk

menerima

pembaharuan

di

bidang

gizi(Singarimbun, 1998).
c) Pengetahuan
Tingkat pengetahuan kesehatan akan berpengaruhi kepada prilaku sebagai hasil
jarak menengah dari pendidikan kesehatan selanjutanya. Prilaku kesehatan akan
berpengaruh keadaan meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai
keluaran pendidikan kesehatan(Notoatmojo, 1993).
d) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan keluarga menentukan bahan makanan yang dikonsumsi oleh
keluarga tersebut. Semakin rendah pendapatan, semakin besar presentasa yang
digunakan untuk membeli bahan makanan, dan semakin tinggi pendapatan, maka
presentasa yang digunakan untuk membeli bahan makanan semakin kecil(Berg,
1986).
Pola pembelajaran makanan antara kelompok miskin dan kaya tercermin
dalam kebiasaan pengeluaran. Dinegara miskin, sebagian besar pembelajaran
dialokasikan untuk makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling
menentukan kualitas dan kualitas makanan(Berg, 1986).

D. Kebutuhan Gizi pada Ibu Menyusui


Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada
kandungan nutrisi air susu dan jumlah nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan
memperoleh tambahan zat makanan 800 Kkal, kebutuhan kalori ini lebih tinggi bila
dibanding saat kehamilan. Kandungan kalori ASI rata-rata yang dihasilkan ibu dengan nutrisi
baik adalah 70 kal/100 ml, dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang
dihasilkan.Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510
kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan susu normal. ibu yang sedang menyusui
dianjurkan untuk minum sebanyak 22,5 liter air sehari, di samping bisa juga ditambah
dengan minum air buah. Karena dengan minum air buah/sari buah ini setidaknya kebutuhan
akan air dan vitamin bisa terpenuhi (Committee on Nutritional, 1990).

Ibu yang sedang laktasi dianjurkan untuk tidak minum-minuman keras, apalagi
alkohol. Demikian pula terhadap obat-obatan berikut, diuretik (mengurangi cairan tubuh
memperkecil produksi ASI secara tidak langsung), pil anti hamil (mensupresi produksi ASI)
dan lain-lain.

Kebutuhan gizi tambahan pada ibu menyusui menurut hasil Widyakarya

Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998 adalah:


Menyusui:

0-6 bulan

7-12 bulan

Kalori

+ 700 kal

+ 500 kal

Protein

+ 16 gr

+ 12 gr

Ca

+ 400 mg

+ 400 mg

Fe

+ 2 mg

+ 2 mg

Vit A

+ 350 RE

+ 300 RE

Thiamin

+ 0,3 mg

+ 0,3 mg

Riboflavin

+ 0,4 mg

+ 0,3 mg

Niacin

+ 3 mg

+ 3 mg

Vit C

+ 25 mg

+ 10 mg

Vit D

+ 10 g

+ 10 g

Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi. Kebutuhannya
harus tetap terpenuhi sehingga proses yang sedang berlangsung itu tidak mengalami
hambatan. Dengan makin lengkapnya fasilitas dengan segala faktor pendukungnya terutama
dalam perawatan postnatal dan laktasi ini diharapkan bayi yang sedang tumbuh beradaptasi
ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhannya.
Beberapa keuntungan dan keunggulan ASI adalah:
- ASI bersih
- Mengandung immunoglobulin (Ig) terutama IgA
- Mengandung laktoferrin, suatu ikatan protein dengan zat besi.
Dengan adanya ikatan tersebut maka bakteri-bakteri yang berbahaya dalam usus
tidak dapat menggunakannya untuk pertumbuhannya.
- Lysosim, suatu enzim dengan konsentrasi beberapa ribu kali lebih tinggi dibanding
dengan yang ada pada susu sapi. Enzym ini akan merusak bakteri-bakteri yang
berbahaya dan juga berguna untuk melindungi bayi terhadap berbagai jenis virus.
- Sel-sel darah putih selama minggu pertama dan mingggu kedua ASI Air Susu Ibu
(ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi. Kebutuhannya harus tetap
terpenuhi sehingga proses yang sedang berlangsung itu tidak mengalami hambatan.

Dengan makin lengkapnya fasilitas dengan segala faktor pendukungnya terutama


dalam perawatan postnatal dan laktasi ini diharapkan bayi yang sedang tumbuh
beradaptasi ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa
keuntungan dan keunggulan ASI adalah:
- ASI bersih
- Mengandung immunoglobulin (Ig) terutama IgA
- Mengandung laktoferrin, suatu ikatan protein dengan zat besi. Dengan adanya ikatan
tersebut

maka

bakteri-bakteri

yang

berbahaya

dalam

usus

tidak

dapat

menggunakannya untuk pertumbuhannya.


- Lysosim, suatu enzim dengan konsentrasi beberapa ribu kali lebih tinggi dibanding
dengan yang ada pada susu sapi. Enzym ini akan merusak bakteri-bakteri yang
berbahaya dan juga berguna untuk melindungi bayi terhadap berbagai jenis virus.
- Sel-sel darah putih selama minggu pertama dan mingggu kedua ASI

Kebutuhan nutrient ibu menyusui meliputi:


Energi
(berdasarkan A KG Menkes 2005)
Kebutuhan Normal ditambahkan berdasarkan :
Trisemester I 500 kalori
Trisemester II 550 kalori
Jika BB turun > 0,9 kg/minggu setelah 3 minggu pertama menyusui sehingga kebutuhan
kalori tidak tercukupi maka Produksi ASI menurun.

Protein
Ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah
ini hanya 16 % dari tambahan 500 kal yang dianjurkan.
Cairan
Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Dianjurkan ibu menyusui
minum 2 3 liter perhari, dalam bentuk air putih, susu dan jus buah.

Vitamin dan Mineral


Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi dari pada selama hamil
Kompenen nutrient dalam ASI antara lain; protein, laktosa dan lemak. Kadar protein ASI
sebesar 0,9%, sebesar 60 % diantaranya berupa whey yang lebih mudah dicerna dari pada

kasein (protein utama susu sapi). Lemak di dalam ASI merupakan campuran dari fosfolipid,
kolesterol, vitamin A dan karotinoid. Dalam ASI juga terdapat Asam Amino (sistin dan
taurin) yang tidak terdapat dalam susu sapi. Sistin digunakan untuk pertumbuhan somatik dan
taurin untuk pertumbuhan otak.
Selain itu ASI juga mengandung zat immunitas, seperti sel T dan immunoglobulin, yang
merupakan pertahan tubuh spesifik. Juga mengandung sel fagosit, komplemen C2 dan C4,
lisosom, laktoperoksidase, laktoferin, transferin, yang merupakan pertahan tubuh non
spesifik. Dengan mengikat besi, laktoferin telah berperan menghambat pertumbuhan bacteri
staphylococcus dan E. Coli yang memerlukan zat besi untuk pertumbuhannya. Laktoferin
juga menghambat pertumbuhan jamur candida.
Selain itu, Lactobacillus bifidus di dalam ASI berfungsi mengubah laktosa menjadi asam
laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluaran pencernaan menjadi asam
sehingga menghambat pertumbuhan microorganisme, seperti E. Coli, shigella dan jamur.

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

o Ketersediaan
Pangan Keluarga
o Pendidikan
o Pengetahuan
Asupan

o Pendapatan

KEK

Infeksi
o Lingkungan
o Kondisi Fisik
o Gen

Ket :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

BAB IV
METODE PENGUMPULAN DATA

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis rancangan metode observasional, dimana peneliti
melakukan observasi di lapangan, tanpa memberikan sebuah intervensi pada variabel
yang akan diteliti. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional
yaitu salah satu jenis studi observasional, dimana pengukuran dan analisis variabel
dilakukan hanya satu kali dan dinilai secara simultan dengan cara pengamatan terhadap
suatu objek dan menggunakan instrument penelitian. (Notoadmodjo, 2010)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

C. Populasi dan Sample Penelitian


1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang tercatat di desa X.
2. Sampel
Kriteria sampel dari penelitian ini adalah :
a. Ibu menyusui
3. Besar sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempergunakan rancangan simple
random sampling. Dengan rumus :

n =

N x P (1-P)
(N-1) D+P (1-P)

4. Cara pengambilan sampel


Sampel yang dianalisis adalah

sampel yang diambil secara purposive

sampling atau judgmental sampling yaitu cara penarikan sampel yang dilakukan
memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti. Adapun teknik
penentuan sampel tersebut adalah sampling nonprobabilitas adalah teknik
pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau

menurut pertimbangan pakar.

Adapun teknik penentuan sampel acak tersebut

dilakukan menggunkan tabel acak.

http://gerrytri.blogspot.com/2013/06/teknik-pengambilan-sampel-dalam.html
http://expresisastra.blogspot.com/2013/11/macam-macam-teknik-pengambilansampel.html

D. Definisi Operasional
Variabel

Definisi

Cara

dan

alat

Skala

pengumpulan

Operasional

data
Tingkat
Pengetahuan ibu

Tingkat

pengetahuan

Wawancara

adalah pengetahuan ibu

menggunakan

tentang balita dengan

kuisioner

dengan

Ordinal

kategori :

Baik : 80-100%

Cukup : 60-79%

Kurang : < 60%

Tingkat

Tingkat konsumsi zat Recall 2 x 24 jam

Konsumsi

gizi

adalah

semua

makanan

dan

minuman

yang

dimakan dan diminum


(

masuk

tubuh

kedalam
seseorang

dalam jangka waktu


24

jam.

Yang

kemudian
dibandingkan dengan
AKG.

Ordinal

Status Gizi

Status Gizi ( Nutrition Penimbangan


Status

keadaan

adalah badan
kesehatan timbangan

Berat

Ordinal

menggunakan
injak

merk

balita. Kategori status cremy


gizi yaitu :

Buruk : < -3,0


SD

Kurang : -3,0
SD s/d < -2,0
SD

Baik : -2 SD
s/d 2,0 SD

Lebih : > 2,0

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
a. Data primer, merupakan data hasil pengukuran yang dilakukan oleh peneliti, yang
meliputi :
1)

Data Identitas Sampel yang meliputi karakteristik sampel (nama, tanggal


lahir, jenis kelamin), status pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengeluaran
keluarga.

2)

Data Antropometri, yang terdiri dari :


a. Berat Badan (BB)
b. Tinggi Badan (TB) / Panjang Badan (PB)

3) Data survey konsumsi, yang meliputi :


Food Recall untuk mengetahui asupan makan dan pola makan pada balita
selama 24 jam sebelumnya, dimana recall dilakukan selama dua hari tidak
berturut-turut.
4)

Sikap dan pengetahuan ibu balita

b. Data sekunder, meliputi gambaran umum lokasi penelitian, sarana kesehatan yang
tersedia, jumlah dan jenis tenaga kesehatan, jumlah dan jenis fasilitas kesehatan,
sarana pendidikan.

2. Cara Pengumpulan Data


a. Data Primer
1) Data identitas sampel meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
ibu balita diperoleh dengan metode wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Sedangkan untuk data pengeluaran keluarga dilihat dari pengeluaran kebutuhan
yang terdiri dari kebutuhan pangan dan non pangan.
2) Data Antropometri
a) Data berat badan (BB) diambil dari kelompok sasaran yaitu balita dengan cara
melakukan pengukuran langsung menggunakan

timbangan injak (Cramy)

dengan ketelitian 1 kg.


b) Data tinggi badan (TB) dan Panjang Badan (PB) di ambil dari kelompok
sasaran yaitu balita dan bayi. untuk balita menggunakan microtoise (cap)
dengan ketelitian 0,1 cm serta melihat hasil pengukuran berat badan di
posyandu (data yang diambil pengukuran berat badan diposyandu maksimal 3
bulan).
c) Data Lingkar Kepala diambil dari kelompok sasaran balita dengan
menggunakan.
3) Pola Makan dan Asupan Zat Gizi
Data ini diambil dari kelompok sasaran ibu yang memiliki balita dengan
menggunakan metode survey konsumsi Recall 24 Hours dan Food Frequency
Quetionere.
4) Pengetahuan Ibu Balita
Data ini diambil dari kelompok sasaran ibu balita dengan cara memberikan
kuesioner yang berisi pertanyaan tentang pengetahuan terhadap masalah gizi yaitu
KEP .
5) Sikap Ibu Balita
Data ini diambil dari kelompok sasaran ibu balita dengan cara memberikan
kuisioner yang berisi pernyataan meliputi sikap ibu terhadap masalah gizi.
b. Data Sekunder

Untuk data sekunder yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, sarana
kesehatan yang tersedia, jumlah dan jenis tenaga kesehatan, jumlah dan jenis
fasilitas kesehatan, sarana pendidikan diperoleh dari arsip yang ada di
pemerintahan atau desa setempat serta sarana dan prasarana transportasi.

F. Pengolahan dan Analisis Data


Sebelum data diolah, dilakukan proses editing yaitu pemeriksaan terhadap data
mentah yang telah diperoleh dari lapangan dengan tujuan untuk melihat kelengkapan dan
kejelasan pengisian, relevansi jawaban, konsistensi serta keseragaman satuan data. Proses
selanjutnya yaitu koding atau mengklasifikasikan jawaban responden, mengentry data dan
tabulating data, yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel.

1. Pengolahan Data
a. Data karakteristik sampel yang meliputi :
1) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh
anggota keluarga dalam lingkup formal. Data ini diperoleh dari hasil
wawancara menggunakan kuesioner.
2) Tingkat Pengeluaran Keluarga
Besarnya pengeluaran keluarga dengan melakukan pendekatan pengeluaran
pangan dan non pangan oleh anggota keluarga yang termasuk kepada sampel
penelitian.
b. Data Antropometri,
Adapun data Antropometri meliputi :
-

Berat Badan (BB)

Tinggi Badan (TB)/PanjangBadan (PB)

Lingkar Kepala

c. Asupan
Asupan gizi balita merupakan banyaknya zat gizi dari bahan makanan yang
dikonsumsi oleh balita dan dikumpulkan secara langsung dari hasil wawancara
pada sampel dengan metode Recall 1 x24 jam kemudian dikonversikan dengan
menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) lalu dibandingkan
dengan angka kecukupan gizi (AKG). Data ini dikategorikan menjadi :
-

Baik, jika asupan gizi 80% AKG

Buruk, jika asupan gizi < 80 % AKG

d. Pengetahuan dan sikap,


Pengetahuan dan sikap merupakan kemampuan keluarga untuk menjawab
pertanyaan - pertanyaan yang meliputi sumber bahan makanan yang bergizi,
manfaat makanan bergizi untuk kesehatan sesuai dengan kuesioner yang
dinyatakan dalam bentuk skor. Data ini dikategorikan menjadi :
-

Baik, jika skor median

Buruk, jika skor < median

e. Tindakan
f. Higenen dan Sanitasi
G. Analisa Data
Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis dengan menggunakan computer progam
SPSS Versi

DAFTAR PUSTAKA

Pramita.

Kebutuhan

Gizi

pada

Ibu

Hamil

dan

Menyusui.

Tersedia

online:

http://www.pramita.co.id/index.php/surabaya/49-kebutuhan-gizi-pada-ibu-hamildan- menyusui (diakses tanggal 17 September 2014).


Wikipedia. 2013. Menyusui. Tersedia online: http://id.wikipedia.org/wiki/Menyusui (diakses
tanggal 17 September 2014).
Agustino Leo.2012. PUS WUS. Tersedia online : http://id.scribd.com/doc/220355337/PUSWUS (diakses tanggal 17 September 2014).
Irawati Anies.2009. FAKTOR DETERMINAN RlSlKO KURANG ENERGI KRONIS
(KEK) PADA IBU MENYUSUI Dl INDONESIA FACTORS DETERMINANT
OF

CHRONIC

ENERGY.

Tersedia

online

file:///C:/Users/user/Downloads/1457-3215-1-PB.pdf

(diakses

tanggal

september 2014)

PPG (PERENCANAAN PROGRAM GIZI)


PROPOSAL PENGUMPULAN DATA DASAR (IBU MENYUSUI)
( diselesaikan dalam rangka memenuhi mata kuliah PPG semester V )

17

OLEH :

KELOMPOK VI

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI
2014

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Kadek Dita Lucyanthyka Adimerta

(P07131012006)

2. Luh Putu Novi Priyatni

(P07131012011)

3. I Putu Cipta Pebriawan

(P07131012015)

4. Kadek Udina Fitriyanti

(P07131012022)

5. Putu Novi Gustiani Prabaningsih

(P07131012026)

6. Ni Putu Diah Pithaloka Dewani

(P07131012031)

7. Ni Putu Ayu Reswati Waisnawa

(P07131012041)

You might also like