Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK),
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan
Anemia Gizi Besi (AGB).
Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi Kronis) terutama yang
kemungkinan disebabkan karena adanya ketidak seimbangan asupan gizi, sehingga zat
gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan perumbuhan
tubuh baik fisik ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Banyak anak
yang bertubuh sangat kurus akibat kekurangan gizi atau sering disebut gizi buruk. Jika
sudah terlalu lama maka akan terjadi Kekurangan Energi Kronik (KEK). Hal tersebut
sangat memprihatinkan, mengingat Indonesia adalah negara yang kaya akan SDA
(Sumber Daya Alam).
Di Indonesia wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun mempunyai risiko menderita
kekurangan energi kronik (KEK). Indikator Kurang EnergiKronik (KEK) menggunakan
standar pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan ukuran batas normal > 28,5
cm. dari hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000-2005, diperoleh gambaran
risiko pada WUS menderita KEK berdasarkan pada pengukuran LILA menurut
kelompok umur. Hasil pengukuran ini dapat digunakan sebagai salah satu cara
dalammengidentifikasi seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk
melahirkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Hasil Susenas tahun 2001
menunjukkan 21,53%, WUS mempunyai risiko KEK. Di perkotaan persentase WUS
yang mempunyai risiko KEK lebih rendah (19,39%) dibandingkan di pedesaan
(23,36%). Pesentase WUS yang mempunyai risiko KEK terbesar berturut-turut di
Provinsi Nusa Tenggara Timur (44,03%). Provinsi Nusa Tenggara Barat (29,69%) dan
Provinsi Papua (27,86%).
Ukuran lingkar lengan atas (LILA) sudah digunakan secara umum untuk
mengidentifikasikan wanita usia subur termasuk ibu hamil dan menyusui yang beresiko
KEK. Departemen kesehatan menetapkan bahwa wanita usia subur beresiko KEK adalah
salah satu masalah gizi di Indonesia yang dialami oleh wanita usia subur termasuk ibu
hamil dan ibu menyusui. Pada ibu menyusui yang beresiko KEK mencerminkan tidak
tersedianya simpanan lemak tubuh untuk produksi ASI, dan untuk menyusui bayinya
dengan optimal ibu akan mengorbankan status gizinya. Air Susu Ibu merupakan
makanan terbaik bagi bayi, walaupun semua ibu menyusui bayinya, namun sebagian
besar ibu menambahkan dengan memberi makanan/minuman lain sebelum bayi berumur
6 bulan.
Beberapa faktor lain selain pola menyusui dan konsumsi energii ibu zat gizi makro
yang memungkinkan berkaitan dengan resiko KEK ibu menyusui adalah umur ibu,
penyakit infeksi dan karakteristik demografi ibu (pendidikan, pekerjaan, wilayah,
pendapatan keluarga).
Dengan alasan itulah penulis memilih judul proposal Gambaran Status Gizi pada ibu
menyusui yang berisiko KEK (Kekurangan Energi Kronis). Dan juga agar lebih
mengetahui fenomena KEK itu sendiri juga dapat mencegah terjangkitnya gangguan gizi
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Gambaran Status Gizi pada ibu menyusui yang berisiko KEK
(Kekurangan Energi Kronis).
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kejadian KEK (Kekurangan Energi Kronis) pada ibu
menyusui
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi pengetahuan ibu menyusui terkait KEK
b) Mengidentifikasi sikap ibu menyusui terkait KEK
c) Mengidentifikasi tindakan/praktek ibu menyusui terkait KEK
d) Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) pada Ibu Menyusui.
e) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya KEK pada
ibu menyusui.
f) Mengidentifikasi Pola Konsumsi Pada Ibu Menyusui.
D. Manfaat
1. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan wawasan, pengetahuan dan
pola makan yang baik terkait dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis pada
Ibu menyusui. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai upaya dalam
pencegahan dan pengembangan kesehatan dalam masyarakat.
2. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai Kerkurangan
Energi Kronik dan bagi peneliti dapat mengembangkan kembali penelitian
mengenai Kekurangan Energi Kronis pada Ibu menyusui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ibu menyusui
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu
ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan
menelan susu.
Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi.
Para pakar masih memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yg paling baik dan
seberapa jauh risiko penggunaan susu formula.
Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat
diperah dan diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau
pipet. Susu formulajuga tersedia untuk para ibu yang tidak bisa atau memilih untuk tidak
menyusui, namun para ahli sepakat bahwa kualitas susu formula tidaklah sebaik ASI. Di
banyak negara, pemberian susu formula terkait dengan tingkat kematian bayi akibat diare,
tetapi apabila pembuatannya dilakukan dengan hati-hati menggunakan air bersih, pemberian
susu formula cukup aman.
Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui
sebagai metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih
lama lagi, antara lain WHO, Akademi Dokter Anak Amerika (American Academy of
Pediatrics) danDepartemen Kesehatan.
infeksi
terhadap
pertumbuhan,
pertumbuhan,
seperti
b) Asupan Makanan
Asupan makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang dimakan seseorang
yang dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau energi dan zat gizi. Salah
satu faktor penting yang mendasar timbulnya masalah gizi kurang adalah adanya
prilaku asupan makanan (Suhardjo, 1999).
Pada dasarnya, makanan yang dikonsumsi berfungsi untuk memfertahankan
kehidupan manusia, yaitu se\bagai sumber energi dan pertumbuhan, serta penganti
jaringan atau sel tubuh yang rusak (Muhtadi,1993)
Tingkat asupan makanan akan mempengaruhi keadaan gizi. Tingkat asupan
ditentikan oleh kualitas dan kuantitas. Kualitas hidangan menunjukan adanya
semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan. Kuantitas
menunjukan
jumlah
masing-masing zat
gizi
terhadap
kebutuhan
yang
rusak(Sediaoetama,1996).
Asupan makanan seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan
ketersedian pangan dalam keluarga. Kebiasaan makan adalah kegiatan yang
berkaitan pangan dalam keluarga. Kebiasaan makan adalah kegiatan yang
berkaitan dengan makanan menurun tradisi setempat. Kegiatan itu meliputi halhal seperti: bagaimana pangan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimanana
menyiapkan, siapa yang makan, dan beberapa banyak yang dimakannya
(Suhardjo,1999)
sehingga
sulit
untuk
menerima
pembaharuan
di
bidang
gizi(Singarimbun, 1998).
c) Pengetahuan
Tingkat pengetahuan kesehatan akan berpengaruhi kepada prilaku sebagai hasil
jarak menengah dari pendidikan kesehatan selanjutanya. Prilaku kesehatan akan
berpengaruh keadaan meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai
keluaran pendidikan kesehatan(Notoatmojo, 1993).
d) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan keluarga menentukan bahan makanan yang dikonsumsi oleh
keluarga tersebut. Semakin rendah pendapatan, semakin besar presentasa yang
digunakan untuk membeli bahan makanan, dan semakin tinggi pendapatan, maka
presentasa yang digunakan untuk membeli bahan makanan semakin kecil(Berg,
1986).
Pola pembelajaran makanan antara kelompok miskin dan kaya tercermin
dalam kebiasaan pengeluaran. Dinegara miskin, sebagian besar pembelajaran
dialokasikan untuk makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling
menentukan kualitas dan kualitas makanan(Berg, 1986).
Ibu yang sedang laktasi dianjurkan untuk tidak minum-minuman keras, apalagi
alkohol. Demikian pula terhadap obat-obatan berikut, diuretik (mengurangi cairan tubuh
memperkecil produksi ASI secara tidak langsung), pil anti hamil (mensupresi produksi ASI)
dan lain-lain.
0-6 bulan
7-12 bulan
Kalori
+ 700 kal
+ 500 kal
Protein
+ 16 gr
+ 12 gr
Ca
+ 400 mg
+ 400 mg
Fe
+ 2 mg
+ 2 mg
Vit A
+ 350 RE
+ 300 RE
Thiamin
+ 0,3 mg
+ 0,3 mg
Riboflavin
+ 0,4 mg
+ 0,3 mg
Niacin
+ 3 mg
+ 3 mg
Vit C
+ 25 mg
+ 10 mg
Vit D
+ 10 g
+ 10 g
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi. Kebutuhannya
harus tetap terpenuhi sehingga proses yang sedang berlangsung itu tidak mengalami
hambatan. Dengan makin lengkapnya fasilitas dengan segala faktor pendukungnya terutama
dalam perawatan postnatal dan laktasi ini diharapkan bayi yang sedang tumbuh beradaptasi
ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhannya.
Beberapa keuntungan dan keunggulan ASI adalah:
- ASI bersih
- Mengandung immunoglobulin (Ig) terutama IgA
- Mengandung laktoferrin, suatu ikatan protein dengan zat besi.
Dengan adanya ikatan tersebut maka bakteri-bakteri yang berbahaya dalam usus
tidak dapat menggunakannya untuk pertumbuhannya.
- Lysosim, suatu enzim dengan konsentrasi beberapa ribu kali lebih tinggi dibanding
dengan yang ada pada susu sapi. Enzym ini akan merusak bakteri-bakteri yang
berbahaya dan juga berguna untuk melindungi bayi terhadap berbagai jenis virus.
- Sel-sel darah putih selama minggu pertama dan mingggu kedua ASI Air Susu Ibu
(ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi. Kebutuhannya harus tetap
terpenuhi sehingga proses yang sedang berlangsung itu tidak mengalami hambatan.
maka
bakteri-bakteri
yang
berbahaya
dalam
usus
tidak
dapat
Protein
Ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah
ini hanya 16 % dari tambahan 500 kal yang dianjurkan.
Cairan
Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Dianjurkan ibu menyusui
minum 2 3 liter perhari, dalam bentuk air putih, susu dan jus buah.
kasein (protein utama susu sapi). Lemak di dalam ASI merupakan campuran dari fosfolipid,
kolesterol, vitamin A dan karotinoid. Dalam ASI juga terdapat Asam Amino (sistin dan
taurin) yang tidak terdapat dalam susu sapi. Sistin digunakan untuk pertumbuhan somatik dan
taurin untuk pertumbuhan otak.
Selain itu ASI juga mengandung zat immunitas, seperti sel T dan immunoglobulin, yang
merupakan pertahan tubuh spesifik. Juga mengandung sel fagosit, komplemen C2 dan C4,
lisosom, laktoperoksidase, laktoferin, transferin, yang merupakan pertahan tubuh non
spesifik. Dengan mengikat besi, laktoferin telah berperan menghambat pertumbuhan bacteri
staphylococcus dan E. Coli yang memerlukan zat besi untuk pertumbuhannya. Laktoferin
juga menghambat pertumbuhan jamur candida.
Selain itu, Lactobacillus bifidus di dalam ASI berfungsi mengubah laktosa menjadi asam
laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluaran pencernaan menjadi asam
sehingga menghambat pertumbuhan microorganisme, seperti E. Coli, shigella dan jamur.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
o Ketersediaan
Pangan Keluarga
o Pendidikan
o Pengetahuan
Asupan
o Pendapatan
KEK
Infeksi
o Lingkungan
o Kondisi Fisik
o Gen
Ket :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
BAB IV
METODE PENGUMPULAN DATA
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis rancangan metode observasional, dimana peneliti
melakukan observasi di lapangan, tanpa memberikan sebuah intervensi pada variabel
yang akan diteliti. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional
yaitu salah satu jenis studi observasional, dimana pengukuran dan analisis variabel
dilakukan hanya satu kali dan dinilai secara simultan dengan cara pengamatan terhadap
suatu objek dan menggunakan instrument penelitian. (Notoadmodjo, 2010)
n =
N x P (1-P)
(N-1) D+P (1-P)
sampling atau judgmental sampling yaitu cara penarikan sampel yang dilakukan
memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti. Adapun teknik
penentuan sampel tersebut adalah sampling nonprobabilitas adalah teknik
pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau
http://gerrytri.blogspot.com/2013/06/teknik-pengambilan-sampel-dalam.html
http://expresisastra.blogspot.com/2013/11/macam-macam-teknik-pengambilansampel.html
D. Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Cara
dan
alat
Skala
pengumpulan
Operasional
data
Tingkat
Pengetahuan ibu
Tingkat
pengetahuan
Wawancara
menggunakan
kuisioner
dengan
Ordinal
kategori :
Baik : 80-100%
Cukup : 60-79%
Tingkat
Konsumsi
gizi
adalah
semua
makanan
dan
minuman
yang
masuk
tubuh
kedalam
seseorang
jam.
Yang
kemudian
dibandingkan dengan
AKG.
Ordinal
Status Gizi
keadaan
adalah badan
kesehatan timbangan
Berat
Ordinal
menggunakan
injak
merk
Kurang : -3,0
SD s/d < -2,0
SD
Baik : -2 SD
s/d 2,0 SD
2)
b. Data sekunder, meliputi gambaran umum lokasi penelitian, sarana kesehatan yang
tersedia, jumlah dan jenis tenaga kesehatan, jumlah dan jenis fasilitas kesehatan,
sarana pendidikan.
Untuk data sekunder yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, sarana
kesehatan yang tersedia, jumlah dan jenis tenaga kesehatan, jumlah dan jenis
fasilitas kesehatan, sarana pendidikan diperoleh dari arsip yang ada di
pemerintahan atau desa setempat serta sarana dan prasarana transportasi.
1. Pengolahan Data
a. Data karakteristik sampel yang meliputi :
1) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh
anggota keluarga dalam lingkup formal. Data ini diperoleh dari hasil
wawancara menggunakan kuesioner.
2) Tingkat Pengeluaran Keluarga
Besarnya pengeluaran keluarga dengan melakukan pendekatan pengeluaran
pangan dan non pangan oleh anggota keluarga yang termasuk kepada sampel
penelitian.
b. Data Antropometri,
Adapun data Antropometri meliputi :
-
Lingkar Kepala
c. Asupan
Asupan gizi balita merupakan banyaknya zat gizi dari bahan makanan yang
dikonsumsi oleh balita dan dikumpulkan secara langsung dari hasil wawancara
pada sampel dengan metode Recall 1 x24 jam kemudian dikonversikan dengan
menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) lalu dibandingkan
dengan angka kecukupan gizi (AKG). Data ini dikategorikan menjadi :
-
e. Tindakan
f. Higenen dan Sanitasi
G. Analisa Data
Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis dengan menggunakan computer progam
SPSS Versi
DAFTAR PUSTAKA
Pramita.
Kebutuhan
Gizi
pada
Ibu
Hamil
dan
Menyusui.
Tersedia
online:
CHRONIC
ENERGY.
Tersedia
online
file:///C:/Users/user/Downloads/1457-3215-1-PB.pdf
(diakses
tanggal
september 2014)
17
OLEH :
KELOMPOK VI
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI
2014
(P07131012006)
(P07131012011)
(P07131012015)
(P07131012022)
(P07131012026)
(P07131012031)
(P07131012041)