You are on page 1of 6

Baru saja disuruh kembali ke markas, Budi si kepala suku SMAN 999 sedang dikepung

segerombol begundal dari SMA lain di tengah perjalanannya saat menumpang di sebuah bis.
Hal ini terjadi akibat sebuah program ngawur dari pemerintah yang melegalkan aksi saling
menganiaya antar SMA demi sebuah ilusi berupa iming-iming pendanaan sekolah. Pada
kenyataannya, hal demikian hanyalah langkah putus asa pemerintah yang tak becus
menangani permasalahan kenakalan remaja dan permintaan masyarakat kelas bawah maupun
atas yang bosan terbuai kebohongan-kebohongan romansa produser india. Mereka ingin
kenikmatan dari penderitaan orang lain. Korban sistem yang bisa mereka labeli sampah
masyarakat yang bisa diadudomba demi kepuasan sadomasokisme mereka.

Baru kali ini aku ketemu kepsuk yang polos dan culun kayak kamu! Hei, Bud! Mama mau
tunjukin sesuatu yang menarik buat kamu.

Tapi backstory itu nggak nyambung banget dengan cerpen bejat ini.

Setting... oh ya, setting. Tak ada kaca yang tak tersentuh berbagai macam batu yang terbang.
Baku hantam antar pelajar SMA 999 dan SMA...882 yang muncul begitu saja akibat suruhan
kepsuknya yang takkan dibahas demi fokus kisah mewarnai kesesakan monoton di awal
perjalanan. Supirnya entah mengapa memaklumi kekerasan seperti ini seperti pengamen yang
menumpang baik-baik di tengah jalanan macet. Tak ada polisi yang menghadang anak-anak
SMA yang tak memakai helm saat menggeber motor bebek mereka. Yah, biar dikata munafik
tapi polisi ceban noban minimal harus jalan demi menjaga keamanan berlalu lintas.

Beberapa menit yang lalu gadis berkacamata bingkai tebal itu duduk malu-malu disebelahnya.
Tahu-tahu sekarang cewek yang sama berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia
menyematkan kacamatanya sebagai bando. Gadis tipikal baik-baik terpelajar di sampingnya
mungkin sudah tak tahan lagi dengan seragamnya yang kekecilan. Lihat saja kancing-kancing
yang langsung menyelip keluar dengan sendirinya, dan menyisakan satu kancing yang
bersikeras mengikat kencang dadanya agar tidak tumpah keluar dari sports bra-nya.

Hoi cowok-cowok! Gue paling sebal sama cowok yang bertingkah nggak pada tempatnya!

Pertempuran berhenti, Budi terhenyak, seluruh mata memandang. Sumber suara tak perlu
diragukan lagi adalah si cewek. Pakaiannya mendadak trendy dengan jaket yang diikat di

pinggang dan lengan seragam yang disingsing, memamerkan sarung lengan hitamnya yang
kontras dengan perpaduan putih-abu-abu. Rambutnya yang hitam panjang bergelombang
mengikuti semilir angin dari luar jendela.

Bajindut! Gue baru sadar ada cewek di sini!

Ngiler, cuk! Nafsu duniawi memang luar biasa, sungguh layak menerima nobel perdamaian.
Tentunya mata-mata jomblo mereka terlalu fokus pada kedua bukit yang nyaris menyeruak itu
ketimbang memperhatikan tangan sang gadis yang mengeluarkan sebuah ponsel.

[Kalimat Pembuka], demikian teks yang tertulis di lingkaran kecil yang bersinar di
smartphonenya. Gestur tanda tanya pun berliukan hingga kalimat selanjutnya usai diketik
secepat kilat begitu ia bersalto melewati lautan pelajar itu.

[SMS GUE KAPAN DIBALES?]

Dan ponsel bergetar dari berbagai kantong di seluruh penjuru bis, menginfeksi jalan pikir
mereka bak sebuah virus. Virus getaran mungkin terlalu vulgar. Entah mengapa ponsel Budi
tak ikut bereaksi. Barangkali baterainya sedang habis.

A-ampun sayyy.... bersama igauan senada lainnya digaungkan oleh setiap korban SMS maut
sang Mama, sebut saja Starki, nama gadis itu saat kenalan dengan Budi. [Semua Cowok Sama
Aja] isi SMS selanjutnya, Mereka cuma pingsan, kok. Nggak ada yang terluka...

dan cowok-cowok itu sudah bangkit lagi bak zombie. Nggak, ding. Kayaknya lebih pas kalau
dibilang mereka dalam kendaliku sekarang. Si Mama pun tersenyum menyeringai, tatkala
Aku ikutin maunya kamu deh... menyatukan suara mereka.

....Siapa kamu sebenarnya? Sepasang sarung tinju sudah dikenakan Budi, dan layar LCD mini
yang menempel di punggung sarung itu mengedipkan Biologi. Namun dalam sekejap sang
Mama sudah muncul kembali di hadapan Budi.

Budi yang sudah bersiap untuk menangkis terhenyak. Serangan gadis itu tak melukai fisiknya,
melainkan keperjakaan bibirnya. Ciuman pertama Budi dinistai oleh kenakalan Starki yang tibatiba melumat bibirnya dengan buas. Tak terbayang Budi yang selama ini bertahun-tahun hidup
menerjang bahaya demi sekolah dan menjalani hidup sebagai anak yang budiman demi masa
depan yang cerah dan keluarga sakinah merasakan setetes kenistaan yang selama ini
dihindarinya. Begitu Mami Starki melepaskan ciuman panasnya, Budi sudah megap-megap bak
ikan, pengin segan dosa tak mau.

Lho, seneng dikit kenapa sih? Senyum nakal Starki semakin membuat Budi galau akan
kenikmatan sesaat yang dirasakannya. Gue kan disuruh Superior buat godain Kepsuk 999.
Masa tawaran beginian ga mau sih? Slurp, lidah Starki berdecap, dan jakun mungil Budi naikturun. Tapi Budi masih tak beranjak dari kursinya semula, hingga membuat si Mama pun
cemberut. Yaah... Namun senyum itu pun kembali. Kayanya memang kudu dikenalin dulu
kali ya.

[Nocannya ya gan.]

Kamu duduk disana aja ya. Nonton aja dulu, kamu pasti nyesel. Satu suruhan Starki kini
berjaga di belakang Budi, menahan kedua bahunya agar tak meninggalkan kursi itu. Empat
suruhannya yang lain menopang sang Mama bak ratu, namun dengan kedua kakinya yang
mengangkang terbuka. Tentu saja, Budi yang polos nan lugu ingin sekali memalingkan
wajahnya, namun ia menurut saja dengan sepasang tangan yang menahan kepalanya dari
belakang kursi.

Toh, kapan lagi Ia mendapat pemandangan langka seperti ini? Dimana si cewek sekarang
sukarela mengumbar celana dalam putih polos yang terlihat jelas begitu roknya disingkap. Satu
lagi jentikan jari seakan menjadi rangkuman perintah panjang lebar yang disampaikan lewat
telepati. Rok abu-abu itu meluncur jatuh dengan mulusnya begitu para budak menurunkan
Mama pujaan mereka dan melepaskan ikat pinggangnya. Duh, kalian ini kok ga sabaran
banget sih. Cecarnya begitu salah satu dari mereka meremas dadanya dari belakang, dengan
lidahnya menjilati leher jenjang Starki. Wangi parfum rasa jeruk yang dikenakan cewek itu yang
mungkin jadi pemicunya. Entah campuran afrodisiak apa yang ditanamkan antek-anteknya
sebelum cewek itu berangkat. Namun setidaknya para korban cuci otak itu cukup terlatih
untuk melepaskan seragam Starki dengan hati-hati sampai tinggal beha dan celana dalamnya
saja yang tersisa. Udah pengen? Belum?

Budi maunya merem, sih. Tapi apa daya nafsunya berkata lain. Matanya masih dengan munafik
menjelajahi setiap lekuk tubuh Starki yang dijamah para berandalan, meskipun para mayat
hidup itu masih dalam pengaruh hipnotis SMS Mama yang sedang kebanyakan pulsa. Ada
sedikit rasa iri di dalam diri Budi melihat tangan-tangan jomblo itu bebas menggerayangi gadis
secantik Starki. Tapi apa daya? Ia saat ini terpaksa duduk manis di kursi sambil menahan si kecil
yang berontak liar di dalam celana panjangnya.

Oh Mama, kini behanya pun dilucuti sudah. Namun tangan-tangan nakal zombie SMS di
sekitarnya seakan menjadi pakaian dalam baru Starki. Terbukti, nomor-nomor hape yang
didapatinya ketika ditiduri para jomblo ngenes itu sungguh menjadi senjata yang efektif untuk
memperbudak mereka. Bisa saja digambarkan betapa ereksi Budi kini mampu menembus
celana dan langit bis, namun menulis demikian terlalu membesar-besarkan hawa nafsu yang
sebenarnya wajar dimiliki anak muda jaman sekarang. Desah, erang, desah lagi menanamkan
suaranya dalam-dalam melewati gendang telinga Budi.

Bawain sang kepsuk kemari dong, say. Terang saja, si tukang jaga langsung mengangkut Budi
yang mengelap air liurnya saja pun sulit. Dia pun tak melawan, luluh malah. Starki sendiri
mencoba untuk tetap menjaga imej dominannya terlepas dari kenikmatan tak terbendung oleh
berbagai macam jamahan di tubuhnya. Udah pengin belum?

T-t-t-t-t-t-tapi mbak, Dengan terbata-bata, alasan mencengangkan dari Budi pun keluar.
Tapi saya belum pernah pacaran...

Jawaban itu hanya membuat Starki semakin mendekat, dengan kawanan zombie yang asyik
menjamahinya melepaskan sentuhan-sentuhan tangan mereka dengan derita ereksi yang tak
tertahankan. Lho, memangnya harus ya pacaran dulu baru main beginian?

Budi sungguh lengah dalam kepolosannya dalam perihal hawa nafsu seperti ini. Hingga bunyi
resleting celananya yang dibuka Starki pun tak didengarnya pula. Kesadarannya justru kembali
ketika terdengar decap basah dari celananya yang terbuka. M-Mbak!?

Ketika pemandangan seorang gadis yang menjilati penisnya dari kepala hingga testes sudah
cukup menggairahkan bagi Budi yang nonton bareng film porno bareng teman-temannya saja

belum pernah, apalagi ketika Starki menyedot kejantanannya nyaris sampai ke pangkalnya.
Sontak air mani pertama Budi begitu cepatnya tumpah melimpah ke dalam mulut mungil
Mama, mengalir cepat melewati kerongkongannya.

Starki gelagapan meneguk cairan yang tiba-tiba saja keluar sebanyak itu, tanpa menyadari
antek-anteknya yang butuh....katakan saja kehangatan. Jangan tinggalin gue dong... Plis
beb... seakan hanya jadi satu-satunya kicauan yang bisa diucapkan generasi galau ini.

Tuh kan, Bud. Cepat banget kamu keluarnya... Lidah Starki menyapu sisa-sisa susu kental
Budi di bibirnya. Ia merelakan begitu saja celana dalamnya dilepas oleh salah satu zombie
galau, dan menarik pinggulnya dari belakang. Sepasang payudaranya yang bergoncang
menggantung begitu jelas di depan mata Budi, yang sedang menatap Starki merelakan dirinya
ditarik hingga menungging. Starki menengadahkan wajahnya lagi, dan senyum itu masih saja
membekas di pandangan Budi.

Raut wajah Starki berubah. Senyum nakal yang dominan itu sudah berubah menjadi bisikan
penuh keinginan. Sang Mama dalam sekejap berubah takluk begitu alat itu memasuki liang
kewanitaannya. Sesekali di tengah desahannya Starki berembus ke wajah Budi yang sedang
gamang, menatap kejantanannya sendiri yang sedang dirancap oleh Mama yang
mempertontonkan nikmatnya bersenggama kepadanya. Ohhh, Buud. Cepetan dong
bangunnyaaahhh.. Mata Starki menatap sayu ke penis yang sedang beristirahat di depannya,
tangan kanannya masih saja memijati si mungil sambil melayani batang salah satu kroconya
dengan tangan satunya lagi.

Renjana akan penis Budi sepadan dengan padatnya dinding vagina Starki yang meremas penis
Kroco A, B, C, entahlah. Starki sudah di awang-awang ekstasenya, demikian juga hidupnya
kejantanan Budi yang siap untuk ronde kedua. Starki yang masa bodoh dengan saluran mani
kroconya yang tersumbat serta merta mendekap Budi hingga terjatuh. Hehe, Superior yang
nyuruh lho yaa... Masa bodoh dengan Superior, ukuran Budi yang tampak memuaskan
dibandingkan ukuran rata-rata ke bawah yang lainnya membuat Starki tak sabar ingin
mencicipi...

...punya Kepsuk gede bangettttttt...

Mau bagaimana lagi, S.E.K.S seakan menjadi senjata makan tuan bagi sang Mami begitu
berurusan dengan pengalaman baru. Dibandingkan Margo sang Superior yang punya ratusan
gadis lain yang sanggup membuang diri mereka untuk ditidurinya, bibit baru tak terduga
seperti Budi tentu saja tak boleh disia-siakan.

Atau...bukankah begitu maksud Margo mengirimkannya? Seakan menyadari sesuatu, Starki


menyeringai. Ekspresinya tampak semakin, bukan, terlalu menikmati setiap milisenti
keperkasaan Budi yang membuat bibir di antara selangkangannya berdecap nikmat. Rodeo
berahi yang ditunggangi Starki membuatnya melayang ke dunianya sendiri, tidak acuh akan
berbagai macam penis yang dirancap pemiliknya di sekeliling gadis itu dan Budi.

Budi sendiri sudah dipecundangi hawa nafsunya. Takluk. Knocked Out. Di pikirannya kini hanya
terbayang bagaimana nikmatnya kedua tangan pemuda itu meremas dada Starki, yang
berguncang satu rima dengan hentakan pinggul sang gadis yang naik-turun menunggangi penis
Budi.

Pak Guru... Pak Guru!!!

Aahhhh!

Wajah Starki yang bermandikan mani tampak begitu ketagihan. Ekstase tak terbayangkan yang
memuncak hingga semburat cairannya bercampur dan tumpah keluar bersama sperma Budi.
Tak heran Margo sang Superior mengirim Starki ke dalam bis yang kini sesak dengan aroma
saru yang pekat itu. Sebuah bingkisan spesial untuk mengeluarkan potensi terdalam Pak Guru
yang akan menaklukkan para gadis seiring sepak terjangnya dalam program TAWUR.

Seenggaknya backstory itu tak lebih penting dari nikmatnya pertumpahan berahi antar putih
abu-abu untuk saat ini. Bercintalah, jangan berperang.

You might also like