You are on page 1of 12

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

PENGELOLAAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH DEMI
PEMERATAAN PEMBANGUNAN
DI ERA OTDA
Kelompok 9 KEWARGANEGARAAN

Kelompok 9

Twenty S. Simanjuntak
Nilawati
Debbie Mutia Putri
Venti Apriani Fatimah
Gustini Putri Dewanti
Yaturrokhman
Dini Noviana

220110090004
220110090021
220110090041
220110090055
220110090088
220110090104
220110090131

Latar Belakang
Indonesia
(negara
kepulauan
)

Dibuatnya
OTDA
(Otonomi
Daerah)

Pemerintah sulit
mengkoordinasikan
pemerintahan daerah

Membutuhk
an sistem
pemerintaha
n daerah

Definisi OTDA

OTDA
:
suatu
sistem
pengelolaan
pemerintahan di tingkat daerah .

OTDA di Indonesia : hak, wewenang, dan


kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Peraturan OTDA

Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok


Pemerintahan Daerah
3 prinsip hubungan pemerintah pusat dan daerah dalam UU No. 5 th
1974 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan
(medebewind)

Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

Perpu No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.


32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas


Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang
diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengeloalaan
kekayaan
daerah
yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah.
Pasal 79 UU 22/1999 : sesuatu yang diperoleh
pemerintah daerah yang dapat diukur dengan
uang karena kewenangan (otoritas) yang
diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak
daerah dan retribusi daerah.

Sumber-sumber PAD :
Pendapatan asli daerah,yaitu:

Dana perimbangan, terdiri dari:

Hasil pajak daerah


Hasil retribusi daerah
Hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan.
Lain-lain pendapatan yang sah
Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan sumber daya
alam
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus

Pinjaman daerah
Lain-lain penerimaan yang sah

Strategi untuk Meningkatkan


PAD

Kebijakan dari pemerintah pusat


Kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah pusat dapat dibagi
menjadi kebijakan dari sisi penciptaan pajak baik ekstensifikasi
maupun intensifikasi pajak dan retribusi serta kebijakan dari sisi
penggunaannya.

Kebijakan dari sisi penciptaan


a. Penyerahan beberapa pajak dan retribusi yang masih dipegang oleh
Pusat kepada Daerah (PBB dan BPHTB, Pajak Panghasilan-PPh)
b. Memberikan batas toleransi maksimum terhadap pembatalan
penciptaan pajak dan retribusi baru oleh Daerah selama kurun waktu
tertentu
c. Memperluas basis penerimaan pajak melalui identifikasi pembayar
pajak baru/potensial serta meningkatkan efisiensi dan penekanan
biaya pemungutan.

Strategi (cont)

Kebijakan dari sisi pemberdayaan BUMD


a. Reformasi misi BUMD
- BUMD sebagai salah satu pelaku ekonomi daerah
dapat mendayagunakan aset daerah untuk mewujudkan
kemakmuran rakyat.
- BUMD adalah penyedia pelayanan umum yang
menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan.
- BUMD mampu berperan sebagai pendukung
perekonomian daerah dengan memberikan kontribusi
kepada APBD
- BUMD mampu berperan sebagai countervailing
power terhadap kekuatan ekonomi yang ada melalui pola
kemitraan
b. Restrukturisasi BUMD

Strategi (cont)

Profitisasi BUMD
Privatisasi BUMD
Kebijakan Dari Sisi Penggunaan
a. Meningkatkan mekanisme kontrol dari masyarakat dan LSM
terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan Daerah sebagai
wujud nyata pelaksanaan asas transparansi dan akuntabilitas
fiskal.
b. Memberikan arahan yang jelas tentang alokasi anggaran
terhadap sumber - sumber penerimaan baik PAD maupun
transfer pusat.

KASUS
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan.
Kewenangan daerah tersebut mencakup seluruh bidang pemerintahan,
kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain.
Kewenangan- kewenangan tersebut tentu membawa konsekuensikonsekuensi tertentu bagi daerah. Salah satu konsekuensinya adalah bahwa
daerah harus mampu membiayai semua kegiatan pemerintahan dan
pembangunan yang menjadi kewenangannya. Hal ini mengisyaratkan bahwa
PAD harus dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar bagi
pelaksanaan otonomi daerah. Namun, sayangnya masih banyak daerahdaerah yang terlalu menggantungkan bantuan dana dari pemerintah pusat
terkait dengan pemenuhan pos- pos pengeluaran mereka. Ketergantungan ini
disebabkan kesulitan daerah dalam mengoptimalisasikan PAD mereka.
Dengan kata lain porsi PAD yang umumnya berasal dari pajak dan retribusi
dalam struktur APBD rata-rata daerah otonom di Indonesia, masih sangat
minim. Umumnya APBD pemerintah daerah di Indonesia porsinya sangat
didominasi oleh bantuan pemerintah pusat yang berasal dari Dana Alokasi
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), maupun dana perimbangan.

Fenomena semakin tidak berimbangnya APBD daerah otonom di Indonesia


tentu berlawanan dari semangat desentralisasi/otonomi itu sendiri yang
menghendaki daerah memiliki kemandirian dalam bidang politik dan fiskal,
sehingga tidak lagi terlalu tergantung kepada komando pemerintah pusat.
Minimnya porsi PAD dalam APBD rata-rata daerah otonom di Indonesia
bukannya tidak diantisipasi oleh sebagian besar daerah tersebut. Bahkan
terkadang demi meningkatkan PADnya sejumlah daerah terkadang melakukan
berbagai cara diantaranya dengan mengeluarkan berbagai perda untuk
menggenjot penerimaan pajak dan retribusi. Namun harus diakui, terkadang
pemerintah daerah terlalu bersemangat untuk menggenjot PAD-nya
sehingga terkadang mengeluarkan berbagai kebijakan yang terkadang tidak
masuk akal, kontra produktif, bahkan bertentangan dengan aturan yang lebih
tinggi. Tercatat pada tahun 2011, Kemendagri membatalkan tidak kurang dari
351 Perda yang bermasalah, yang umumnya berkaitan dengan pajak, retribusi
dan sumbangan pihak ketiga.
Bagaimana mengatasi hal tersebut ??

You might also like