You are on page 1of 22

PENENTUAN KANDUNGAN TOTAL KARBOHIDRAT EXTRA POLYMERIC

SUBSTANCES (EPS) MIKROBIA DALAM SEDIMEN INTERTIDAL

Noorkomala Sari (loocev@gmail.com)


Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2007

Abstrak
Sampel sedimen yang mengandung biofilm diambil dari 3 lokasi yang
berbeda yaitu di darah pariwisata, pemukiman, dan industri. Kandungan total
karbohidrat extra polymeric substances (EPS) sebesar 1,04. 108. Biofilm adalah
lapisan yang merupakan koloni dari konsorsium mikroba yang menempel dan
menutupi suatu permukaan benda padat di lingkungan berair. Prinsip kerja pada
percobaan ini adalah mencari nilai konsentrasi dari masing-masing karbohidrat
extra polymeric substances (EPS) dari enam lokasi pengambilan sample yang
berbeda dengan mengukur nilai absorbansinya melalui spektrofotometer. Nilai
Konsentrasi karbohidrat extra polymeric substances (EPS) tertiggi seharusnya
dimiliki oleh sample sedimen yang diambil dari daerah sungai industri. Hal ini
disebabkan karena bakteri, yaitu bakteri penghsil karbohidrat extra polymeric
substances (EPS) khususnya akan berperan sebagai pengurai dari bahan-bahan
anorganik pada sungai dan menjadikannya sebagai sumber nutrisi bagi
kelangsungan hidupnya. Peranan eps bagi biofilm adalah menyediakan makanan
bagi biofilm, terlibat dalam mekanisme pertahanan inang, dan membantu dalam
agregasi dan pelekatan permukaan, untuk bertahan pada kondisi dimana sel
planktonik sudah tidak mampu bertahan hidup.lokomosi (pergerakan), pertahanan
terhadap toksin.
Kata kunci : Extra polimeric substances, spektrofotometer,
absorbansi,transmisi,substrat,biofilm, glukosa.
polimerik dalam tingkat sel. Oleh
PENDAHULUAN
karena itu, pada percobaan ini akan
Latar Belakang
dilakukan penentuan jumlah total
Pada habitat akuatik,
kandungan karbohidrat EPS yang
mikroorganisme pembentuk biofilm
terdapat dalam sedimen air laut.
mensekresikan zat extraseluler
Permasalahan
polimerik (EPS) ke lingkungan
Permasalahan pada praktikum
sekitarnya. Materi penyusun EPS yang
ini adalah bagaimana mengetahui
paling dominan adalah polisakarida
jumlah total karbohidrat extra
(karbohidrat). Peranan polisakarida
polymeric substances (EPS) mikrobia
EPS dalam tingkat sel antara lain
yang terdapat dalam sedimen
menghindarkan sel dari bahaya
intertidal.
kekeringan, berperan dalam sistem
Tujuan
pengikatan sel (Daniel et al, 1987),
Tujuan praktikum ini adalah
lokomosi atau pergerakan (Edgar and
untuk mengetahui jumlah total
Pickett-Heaps, 1984), dan memberi
karbohidrat extra polymeric
ketahanan terhadap toxin (Decho,
substances (EPS) mikrobia yang
1990). Dalam jumlah besar, sekresi
terdapat dalam sedimen intertidal.
materi polisakarida extraseluler
polimerik oleh sel-sel bakteri dapat
TINJAUAN PUSTAKA
berperan sebagai sumber karbon untuk
Bakteri Laut
mikroba lain dan untuk invertebrata
Bakteri laut merupakan
pemakan deposit (Decho and Lopez,
mikroorganisme yang mampu
1993). Sekresi materi organik berupa
mencerna hampir semua senyawa
polisakarida dalam bentuk EPS oleh
organik sedangkan senyawa
mikroorganisme biofilm juga dapat
anorganik akan mengalami perubahan
memicu terjadinya erosi kritis pada
akibat kegiatan bakteri laut. Secara
lingkungan sekitarnya (substrat)
umum bakteri laut lebih kuat
berupa karat, keropos, lubang (Daborn
mencerna protein daripada
et al, 1993).
karbohidrat. Bakteri laut yang
Berbagai manfaat dapat
heterotrofik mampu mengasimilasi
diambil dari polisakarida extraseluler
glukosa. Hampir semua bakteri laut mengalami perubahan akibat aktivitas
akan melepas ammonia dari hasil bakteri laut. Secara umum bakteri laut
pencernaan pepton dan 75% memiliki lebih mampu mengasimilasi
kemampuan mencairkan gelatin. karbohidrat daripada protein. Bakteri
Hanya beberapa yang menghasilkan laut heterotrofik mampu
indol dan triptofan, seperti Vibrio mengasimilasi glukosa, 40-60%
adaptatus, V. Marinofulvus (Sidharta, glukosa sidiaan yang diamati mampu
2000). memfermentasi glukosa dan
menghasilkan asam, tetapi tidak
Morfologi Bakteri Laut menghasilkan gas . Hal ini
Jenis bakteri laut yang diketahui dimungkinkan karena redanya
berbentuk batang dan gram negative kemampuan bakteri dalam melakukan
sekitar 80%. Bakteri pembetuk spora fermentasi atau karena sifat efisiensi
jarang ditemukan di laut. Sebagian bakteri dalam mencerna senyawa
besar bakteri laut adalah halophilik, organik. Hampir semua bakteri laut
yang memebutuhkan NaCl untuk akan melepas amonia dari hasil
pertumbuhan optimalnya. Bakteri laut pencernaan pepton dan 75% memiliki
tumbu optimal baik pada konsentrasi kemampuan mencairkan gelatin.
garam 2,5-4,0%. Sebagian besar Hanya beberapa yang menghasilkan
bakteri bergerak secara aktif, yang indol dan triptofan (Sidharta,2000).
diperkirakan sebagai hasil adaptasi Kebutuhan bakteri laut akan
kehidupan perairan. air atau larutan garam (NaCl) adalah
Pseudomonas,vibrio, flavobacterium, mutlak. Bakteri laut sangat peka
chromobacter dan bakterium terhadap salinitas (Sidharta, 2000)
merupakan jenis terbanyak yang
dijumpai di laut (Sidharta, 2000). Biofilm
Biofilm merupakan kumpulan
Fisiologi Bakteri Laut mikroorganisme yang melekat erat
Bakteri laut mampu mencerna hampir pada permukaan substrat dalam
semua senyawa organik, sedangkan keadaan sesil dan diselubungi oleh
semua senyawa anorgank akan matriks extracellular polymeric
(Madigan, 2006). Biofilm meruakan polymeric substances (EPS) (Davey et
kelompok mikroba (bakteri, jamur, al., 2000). Pelekatan mulai bertambah
alga dan protozoa), tumbuhan dan kuat dan tidak mudah lepas sehingga
hewan (Talaro, et al., 2002). memungkinkan mikroorganisme
Biofilm berkembang pada planktonik lain untuk menempel dan
permukaan yang terbilas dalam akhirnya membentuk biofilm (Dunne,
lingkungan berair, baik permukaan 2002).
biotik maupun abiotik (Munn, 2004).
Biofilm dapat terbentuk pada Mikroba Biofilm Meningkatkan
permukaan seperti logam, kaca, Daya Kohesi Tanah Berpasir
plastik, beton dan lain-lain (Lee, et al.,
Biofilm ternyata juga bisa
1999). Biofilm terbentuk sangat cepat
memberi keuntungan bagi manusia
dalam perairan yang mengalir sebab
dan dapat dimanfaatkan sebagai solusi
suplai makanan yang teratur cukup
alternatif untuk stabilisasi bangunan
tersedia (Atlas et al., 1998).
yang berdiri di atas tekstur tanah yang
rentan terhadap bencana gempa bumi.
Proses Pembentukan Biofilm
Penelitian ini dilakukan oleh para
Biofilm terbentuk ketika sel
peneliti dari Lafayette College,
bakteri melekat pada suatu permukaan
Amerika Serikat, dan dipresentasikan
padat (Kraigsley et al., 2001). Proses
pada pertemuan tahunan Masyarakat
pelekatan diawali dengan pertemuan
Ilmiah Mikrobiologi Amerika Serikat
permukaan substrat dengan
Juni tahun lalu.Biofilm yang
mikroorganisme planktonik.
diaplikasikan ini adalah koloni dari
Mikroorganisme planktonik mencapai
bakteri Flavobacterium johnsoniae
permukaan substrat dengan bantuan
yang secara alami terdapat di tanah.
flagela yang dimilikinya dan arus laut,
Bakteri ini dipilih karena bersifat non-
awalnya pelekatan ini mudah lepas
patogenik, terdapat secara alami pada
(Dunne, 2002), kemudian bakteri
aliran (pembuangan ) air tanah, tidak
mengalami pertumbuhan dan
perlu zat nutrien tinggi, bahkan dapat
pembelahan membentuk koloni dan
menguraikan molekul makro yang
menghasilkan matriks extracellular
banyak terdapat dalam limbah seperti
kitin, dan membentuk biofilm orisinil, dan mungkin dapat sejalan
(Helianti, 2007). dengan kondisi tanah air yang secara
geografis dan geologis selalu akrab
Penggunaan bakteri ini
dengan gempa (Helianti, 2007).
diharapkan dapat secara alami
membentuk polimer biofilm pada Hubungan Limbah dengan
lapisan tanah yang rentan terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme
gempa tempat bangunan berdiri lewat
Limbah cair yang
aliran air tanah. baik simulasi statis
mengandung senyawa nitrogen ketika
maupun aliran air tanah untuk
dibuang ke perairan menjadi nutrien
membuat tanah berlapis biofilm jelas
yang akan memacu pertumbuhan
menunjukkan peningkatan daya kohesi
mikroorganisme seperti alga dan
tanah. Dengan keberadaan biofilm
bakteri. Mikroorganisme ini ketika
pada tanah maka meningkatkan
mati akan terurai dan dalam
keresistenan tanah terhadap guncangan
prosesnya akan mengambil oksigen
dan gaya robek seperti gempa.
dari air sehingga tingkat kandungan
Sehingga lapisan tanah yang lebih
DO (Oxygen Demand) tidak cukup
solid untuk menstabilkan bangunan di
untuk menopang kehidupan yang
atasnya dapat dicapai dengan cara
normal. Alga dan penguraian bahan
yang lebih alami, ramah lingkungan,
organik akan mengubah warna,
dan biaya pemeliharaan yang relatif
kekeruhan, bau dan sangat
rendah. Penggunaan biofilm untuk
mengurangi kualitas sebagai sumber
membuat bangunan agar lebih tahan
air khususnya untuk keperluan air
gempa memang baru sebatas penelitian
rumah tangga
awal, di mana implementasi di
(Masters, 1991)
lapangan masih memerlukan penelitian
Kehadiran senyawa nitrogen
dan pengembangan lebih lanjut.
juga akan menjadikan efek racun bagi
Namun, ide kreatif dengan
kehidupan perikanan khususnya
memanfaatkan fenomena biologi untuk
karena kehadiran senyawa nitrogen
mengurangi kerugian robohnya
amonia.Kandungan amonia pada
bangunan (yang dapat menyebabkan
konsentrasi 1,0 –3,0 mg/l dalam air
korban jiwa) akibat gempa sangat
bisa mematikan kehidupan perairan . parameter - parameter yang
Kandungan amonia pada konsentrasi berpengaruh dan menentukan
1,0 –3,0 mg/l dalam air bisa efisiensi pengolahan limbah sistem
mematikan kehidupan perairan. ini. Untuk menentukan laju
Proses pengolahan limbah nitrogen ini penyisihan substrat yang terjadi di
banyak dilakukan melalui proses dalam proses lumpur aktif, dapat
biologik oleh mikroorganisme dalam dilakukan dua pendekatan Pendekatan
bentuk lumpur aktif. Proses ini dapat pertama menggunakan persamaan
mengurangi kandungan bahan organik Monod dan yang kedua menggunakan
dengan kemampuan tinggi pendekatan modifikasi dari kinetika
(Wisjnuprapto, 1988) kimia. (Master, 1991)
Alternatif yang dapat
disarankan adalah penggunaan proses Fakor-faktor yang Mempengaruhi
lumpur aktif secara curah yang lebih Pelekatan Biofilm
dikenal dengan Reaktor Curah Kraigsley et al. (2002)
Bertahap Ulang “Sequencing Batch menyatakan bahwa kemampuan sel
Reactor”, yang selanjutnya disingkat melekat pada permukaan dan
SBR. Proses ini dapat memecahkan membentuk biofilm dipengaruhi oleh
permasalahan yang terjadi pada proses dua faktor, yaitu:
konvensional,misalnya penyediaan 1. Faktor Lingkungan
peralatan yang dibutuhkan untuk a. Keberadaan nutrien
mengambil ulang “recycle” dan biaya Kepadatan populasi yang
instalasinya cukup ekonomis jika rendah adalah karakteristik umum
dibuat pada skala kecil dengan tanpa dari komunitas planktonik pada
mengurangi kemampuan penurunan ekosistem mikroba di alam. Keadaan
bahan organik sehingga cocok oligotropik dari ekosistem
diterapkan untuk pengolahan limbah menyiratkan ketidakcukupan nutrien
pada industri-industri kecil. Kinerja untuk mendukung aktifitas mikkroba
bioreaktor SBR untuk menguraikan lebih jauh. Kelaparan sering disertai
limbah cair nitrogen perlu diketahui dengan mengecilnya ukuran,
terlebih dahulu dengan meneliti peningkatan hidrofobisitas permukaan
sel dan meningkatkan pelekatan. 1. Faktor Genetik
Faktor di atas membuat bakteri a. Gen pengkode fungsi motilitas
cenderung melekat ke permukaan Gen pengkode fungsi motilitas
padat, dimana kesempatan untuk berperan dalam pembentukan flagela
mendapatkan nutrisi lebih tinggi yang mempengaruhi pelekatan
(Jamilah, 2003). mikroba (Kraigsley et al., 2001).
b. Substrat b. Adhesi
Substrat yang sangat disukai Adhesi bakteri terjadi karena
bakteri biofilm ialah substrat yang nutrien pada lingkungan perairan
lembab (Murthy et al., 2004). cenderung terkonsentrasi di sekitar
Permukaan padat memiliki beberapa permukaan padat (Dunne, 2002).
karakteristik yang penting bagi proses
pelekatan. Perluasan koloni mikroba Bakteri Laut Pembentuk Biofilm
sebanding dengan peningkatan Holt et al. (2000) menyatakan
kekasaran permukaan (Donlan, 2002). bakteri yang berpotensi membentuk
c. Arus laut biofilm adalah genus Pseudomonas,
Sel berperilaku seperti partikel Proteus, Enterobacter, Escherichia,
pada suatu perairan sehingga pelekatan Acinetobacter, Alcaligenes, Shigella,
sel bakteri pada substrat tergantung Vibrio, Bacillus dan Micrococus.
dari arus. Pelekatan sel sangat Pseudomonas fluorescens dapat
tergantung pada motilitas bakteri membentuk biofilm dalam kondisi
ketika kecepatan arus rendah, apapun (Davey et al., 2000).
sebaliknya ketika kecepatan arus
meningkat maka bakteri dapat Extracellular Polymer Substances
bergerak dengan bantuan arus laut (EPS)
sehingga dapat meningkatkan Bakteri akan menghasilkan
kemampuan bakteri untuk melekat extracellular polymer substances
pada substrat (Donlan, 2002). (EPS) selama proses pembentukan
koloni pada permukaan (Kwon et al.,
2002). Komponen penyusun EPS
antara lain polisakarida (40-95%),
protein (1-60%), asam amino (1-10%)
dan lemak (1-40%) (Lee et al., 2003). Biofouling
EPS yang dihasilkan dalam Biofouling merupakan pelekatan
perkembangan biofilm menyebabkan dan pertumbuhan berbagai organisme
terlihatnya lapisan berlendir pada pada benda-benda yang ada di bawah
permukaan (Jamilah, 2004). EPS permukaan air laut (Sidharta, 2000).
merupakan struktur yang sangat Didahului dengan pembentukan
berpori sehingga akan teraliri oleh biofilm (Azis et al, 2001).
aliran air yang membawa nutrien. EPS
menyediakan strutur seperti getah (gel) METODOLOGI
untuk menempelnya larva organisme Alat
biofouling pada substrat sampai Peralatan yang digunakan
menghasilkan alat perkat sendiri pada praktikum ini yaitu termometer,
(Zobell, 1943). EPS kaya akan heksosa refraktometer, botol film, siring,
seperti glukosa dan galaktosa (Bhaskar beaker glass, gelas vial, tabung reaksi,
et al., 2005). pipet, rak tabung reaksi, kantong
EPS sangat penting bagi plastik, oven, spektrofotometer, gelas
kehidupan biofilm. EPS dapa ukur, neraca
menyediakan makanan bagi bakteri
biofilm, terlibat dalam mekanisme Bahan
pertahanan inang, dan membantu Bahan-bahan yang digunakan
dalam agregasi dan perlekatan pada diantaranya plastik, label nama,
permukaan. EPS juga memberikan sampel sedimen, sampel air, kertas
perlindungan bagi bakteri melawan lakmus, aquades, larutan asam sulfat,
cekaman lingkungan yang meliputi phenol 5% dan larutan glukosa.
radiasi ultra violet, perubahan pH,
tekanan osmotik (Lee et al., 2003), Cara Kerja
antibiotik, antibodi, surfaktan, A. Pengambilan Sedimen
bakteriofag dan makanan predator Sample diambil pada bagian
seperti amoeba yang hidup bebas permukaan sediment dengan
(Dunne, 2002). kedalaman 0,5 cm-1 cm
menggunakan syringe dengan diameter HASIL DAN PEMBAHASAN
mininmal 16 mm. Kemudian Sample Hasil Pengamatan
sediment dimasukan kedalam botol A. Pengambilan Sedimen
film yang berwarna hitam No. Perlakuan Pengamatan
1. Diambil sample pada Lokasi pengambilan
B. Penanganan Sampel (Preparasi)
permukaan sediment sediment adalah kali
Botol film yang berisi sedimen dengan kedalaman gebang depan
telah diambil dari lokasi disimpan 0,5-1 cm politeknik ITS
dengan 3 titik yang
dalam ice box yang berisi es batu
berbeda
(freezing methods) lalu dicuci dan 2. Sample sediment sample sediment
disaring di laboratorium. Kemudian dimasukan kedalam Berwarna abu-abu,
kantong plastic berlendir dan berbau
sample sedimen dikeringkan dengan
menyengat
dioven pada suhu 60° selama 24 jam 3. Diukur data fisika- • Plot 1
kimianya T= 310C
pH=7
C. Metode Phenol Sulfuric Acid
salinitas=00/00
Sample sediment dari sungai • Plot 2
industri dan laut industri dimasukkan T= 310C
pH=7
sebanyak 30 mg (berat kering)
salinitas=00/00
kedalam gelas vial. kemudian
• Plot 3
Ditambah 2 ml aquades/ aqua bidest, T= 310C

kemudian ditambah 1ml 5% phenol pH=7


salinitas=00/00
kedalam gelas vial . Lalu secepatnya
ditambahkan 1 ml H2SO4 Pekat .
Didiamkan selama 10 menit kemudian B. Penanganan Sampel (Preparasi)
Dikocok dan Diinkubasi selama 15 No. Perlakuan Pengamatan
1. Sedimen yang telah Sedimen yang
menit. Lalu diukur absorbansinya
diambil dari lokasi terambil lebih halus
dengan spektrofotometer pada panjang dicuci dan sisaring

gelombang 485 nm. Standat kalibrasi di laboratorium


2. Sample sedimen Sedimen mengering,
digunakan larutan glukosa.
dikeringkan dengan keras, berwarna abu-
dioven pada suhu abu pekat
60° selama 3 X 24
jam
C. Metode Phenol Sulfuric Acid plot pengul a t C = a/k

No. Perlakuan Pengamatan angan


1. Sample sediment sedimen sungai
ditimbang sebanyak industri = 0,3 gr.
I 1 0.804 15.6 1,11.108
0,03 gr Berwarna abu-abu,
Plot 1 berlendir dan
2 0.746 18.0 1,02.108

Sedimen laut berbau menyengat 3 0.752 17.7 1,03.108


industri sedimen laut industri II 1 1,220 6,1 1,67.108
= 0,3 gr 2 1,220 6,1 1,67.108
2. Ditambah 2 ml Tidak melarut 3 1,210 6,1 1,65.108
aquades sempurna III 1 0,522 30,3 7,16.107
3. Ditambah 1 ml phenol Semakin melarut
2 0,530 29,9 7,27.107
4. Ditambah 1 ml H2SO4 Larutan semakin larut
3 0,540 30,9 7,41.107
Pekat dengan kondisi
gumpalan yang
semakin kecil dan Kelompok II
tabung reaksi menjadi
Lokasi : Suramadu
panas
plot pengul a t C=a/k
5. Didiamkan 10 menit
angan
6. Dikocok Partikel padat dapat
melarut
7. Diinkubasi 15 menit Dalam suhu kamar 29-
I 1 0,208 61,8 2,85.107
300C
2 0,214 61,0 2,93.107
8. Diukur absorbansinya plot 1.1 = 0,602
3 0,247 50,6 3,38.107
dengan pengulangan 1.2 = 0,660
3 kali setiap plotnya 1.3 = 0,792 II 1 0,670 21,4 9,19.107
plot 2.1 = 0,970 2 0,678 21,0 9,30.107
2.2 = 0,925 3 0,580 22,0 9,03.107
2.3 = 0,955 III 1 0,845 14,2 1,16.108
plot 3.1 = 0,524 2 0,825 14,9 1,13.108
3.2 = 0,518
3 0,555 14,0 0,76.108
3.3 = 0,576

Kelompok III
Data Nilai Absorbansi dan
Lokasi : Kenjeran Lama
Transmisi
plot pengul a t C=a/k
Kelompok I angan
Lokasi: Kali Rungkut

I 1 1,060 8,7 1,45.108


2 1,096 8,2 1,5.108 III 1 0,672 21,3 0,92.107
3 1,070 8,6 1,47.108 2 0,660 21,9 0,9.107
II 1 0,280 52,5 3,8.107 3 0,680 20,9 0,93.107
2 0,268 54 3,7.107
3 0,270 53,7 3,7.107
Kelompok : VI
III 1 0,448 35,7 6,1.107
Lokasi : Kali Gebang
2 0,426 37,4 5,8.107
plot pengul a t C=a/k
3 0,442 37,9 6,06.107
angan

Kelompok IV
I 1 0,602 25 8,25.107
Lokasi : Kenjeran Baru
2 0.660 21,8 9,05.107
Sedimen sebelum disaring
3 0,792 16,5 9,87.107
plot pengul a t C=a/k II 1 0,970 10,7 1,33.108
angan 2 0,925 11,9 1,27.108
3 0,955 11,1 1,31.108

I 1 1,72 1,9 2,35.107 III 1 0,524 29,5 7,19.107

2 1,66 2,2 2,27.107 2 0,518 30,3 7,10.107

3 1,58 2,6 2,16.107 3 0,576 26,5 7,9.107

II 1 1,055 8,8 1,44.107


2 1,13 7,4 1,55.107 Kelompok VII
7
3 1,07 8,4 1,46.10
Lokasi : Kali Delta
plot pengul a t C=a/k
Kelompok V angan

Lokasi : Kali Keputih I 1 1,005 9,8 1,38.108


plot pengul a t C=a/k 2 1,015 9,6 1,39.108
angan 3 1,20 1,2 1,65.107
II 1 8,9 1,05 1,22.109
2 2,5 1,6 3,34.108
I 1 0,875 13,4 1,2.107
3 6,4 1,19 8,78.108
2 0,885 13,1 1,21.107
III 1 5,8 1,24 7,96.108
3 0,895 12,8 1,23.107
2 1,1 1,15 1,15.108
II 1 0,960 4 1,32.107
3 12,5 0,9 1,71.109
2 0,965 10,8 1,32.107
3 0,985 10,4 1,35.107
PERHITUNGAN Dari perhitungan tersebut diketahui
Perhitungan Gradien (m) bahwa untuk pengenceran stok 1000
Larutan Glukosa ppm larutan standar menjadi 20 ppm,
Kosentrasi (X) Absorbansi (Y) digunakan larutan glukosa 0,4 ml dan
20 0,576 19,6 ml aquades (dengan kata lain 0,4
40 0,512
ml larutan glukosa diencerkan dengan
60 0,494
aquades sampai 20 ml).
80 0,526
100 0,566
b. N1: 40 ppm
M =K= XY
X2 Dari perhitungan tersebut diketahui
= (20x0,576) + (40x0,512) + bahwa untuk pengenceran stok 1000
202 + 402 + 602+ 802+ 1002
(60x0,494) + (80x0,526) + ppm larutan standar menjadi 40 ppm,
(100x0,566 ) digunakan larutan glukosa 0,8 ml dan
= 160,32
22000 19,2 ml aquades (dengan kata lain 0,8
= 7,29.10-3 ml larutan glukosa diencerkan dengan
aquades sampai 20 ml).
A. Larutan Standar Glukosa
Pembuatan larutan standar d. N1: 80 ppm
Larutan standar dibuat dengan Dari perhitungan tersebut diketahui
pengenceran yang menggunakan bahwa untuk pengenceran stok 1000
rumus sbb: ppm larutan standar menjadi 80 ppm,
M1.V1 = M2. V2 digunakan larutan glukosa 1,6 ml dan
V1 : 20 ml 18,4 ml aquades (dengan kata lain 1,6
V2 : ? ml larutan glukosa diencerkan dengan
M1: konsentrasi larutan standar (20, aquades sampai 20 ml).
40, 60, 80, 100 ppm)
M2: 1000 ppm e. N1: 100 ppm
M1 = 20 Dari perhitungan tersebut diketahui
M1.V1 = M2. V2 bahwa untuk pengenceran stok 1000
20 . 20 = 1000 . V2 ppm larutan standar menjadi 100
400 = 100 V2 ppm, digunakan larutan glukosa 2 ml
V2 = 0,4 ml dan 18 ml aquades (dengan kata lain 2
ml larutan glukosa diencerkan dengan B. . Data Absorbansi (ABS) Glukosa
aquades sampai 20 ml). Pada Sedimen

Tabel Data Hasil perhitungan Rata-rata


Tabel Data Perbandingan Volume
Konsentrasi karbohidrat extra
Larutan Glukosa dengan Pengencer
polymeric substances (EPS)
Konsentrasi Volume Vol Kawasan Kosentrasi EPS
(ppm) larutan aquades (mg/L)
Kali rungkut 11,5. 107 mg/L
Glukosa (ml)
(ml) Suramadu 7,46 . 107 mg/L
100 2 18
Kenjeran lama 8,15 . 107 mg/L
80 1,6 18,4
Kenjeran baru 1,87 . 107 mg/L
60 1,2 18,8
40 0,8 19,2 Sungai keputih 1,15 . 107 mg/L
20 0,4 19,6
Sungai Gebang 9,83 . 107 mg/L

Sungai Delta 59,4 . 107 mg/L


Grafik larutan Standar Glukosa

Grafik Hubungan Konsentrasi dengan


Perhitungan C (konsentrasi
Absorben (Larutan standar glukosa)
glukosa)
120 Misal diambil data pada plot 1.1
100
80 konsentra
Konsentrasi

si larutan
60
standar
40 Plot 1.1
glukosa
20 AS = K.C
0
6
2
4
6
6
57
51

49
52
56
0.
0.

0.
0.
0.

Absorben
C= A
K
= 1,005
7,29.10-3

C S= 1,38.108mg/L

plot pengul a t C=a/k


angan
I 1 0,602 25 8,25.107 30
2 0.660 21,8 9,05.107 Laju aktivasi enzim plot 3:
3 0,792 16,5 9,87.107
= C . vol larutan
II 1 0,970 10,7 1,33.108
30 menit
2 0,925 11,9 1,27.108
3 0,955 11,1 1,31.108 = 7,39. 108 x 8 = 1,97. 108
III 1 0,524 29,5 7,19.107 30
7
2 0,518 30,3 7,10.10 Laju aktivasi enzim total rata-rata:
3 0,576 26,5 7,9.107
= 1,579. 108

C rata-rata plot1 : Grafik Hubungan Konsentrasi dengan


Absorben (Larutan sedimen)
= 27,17. 108 = 9,06.108
10
3

Konsentrasi rata-rata
8
C rata-rata plot 2 : 6
4
= 3,91. 108 = 1,30. 108
2
3 0
C rata-rata plot 3 : 0.685 0.95 0.539
Absorben rata-rata
= 22,19. 109 = 7,39. 108
3
C rata-rata plot 1,2,3 : 5,92. 108 PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui jumlah total karbohidrat
Laju aktivasi enzim : extra polymeric substances (EPS)
Plot 1 : yang terdapat dalam sedimen
= C . vol larutan intertidal.
30 menit Prinsip kerja pada percobaan ini
= 9,06.108 x 8 = 2,42. 108 adalah mencari nilai konsentrasi dari
30 masing-masing karbohidrat extra
Laju aktivasi enzim plot 2: polymeric substances (EPS) dari
= C . vol larutan enam lokasi pengambilan sample
30 menit yang berbeda dengan mengukur
8 7
= 1,30. 10 x 8 =3,47. 10 nilai absorbansinya melalui
spektrofotometer. Nilai absorbansi untuk mencegah bakteri yang ada
karbohidrat extra polymeric pada sedimen berfotosintesis dengan
substances (EPS) yang muncul pada bantuan sinar matahari. Sample
spektrofotometer akan digunakan sedimen berwarna abu-abu pekat,
untuk menghitung jumlah total berlendir dan berbau menyengat
karbohidrat pada masing-masing dengan data fisik-kimia yang sama
sample sedimen, yaitu sample sedimen untuk ketiga titik yaitu pH sebesar 7,
pada sungai industri dan laut industri suhu 31 ˚C dan salinitas 00/00. Botol
pada percobaan ini. Setelah itu akan film kemudian disimpan ke dalam ice
dibandingkan nilai karbohidrat extra box untuk proses pengawetan sampel.
polymeric substances (EPS) dari Kondisi sampel yang berwarna
beberapa sample. abu-abu pekat, berlendir dan berbau
A. Pengambilan Sedimen menyengat berhubungan dengan
Mula-mula diambil sampel lokasi pengambilan sample yang
pada permukaan sediment dengan berada di daerah pemukiman dan
kedalaman 0,5cm-1cm. Lokasi aktivitas kampus politeknik ITS.
pengambilan sediment adalah daerah Pertumbuhan bakteri secara ekstensif
kali gebang depan politeknik ITS. disertai oleh sejumlah besar polimer
Pengambilan sampel dilakukan di 3 ekstraseluller, menyebabkan
titik yang berbeda sehingga dapat pembentukan lapisan berlendir
mewakili keseluruhan lokasi (biofilm) selain itu limbah yang
pengambilan sampel. Pemilihan 3 titik terbuang pada daerah pemukiman
berdasarkan tempat yang refresentatif sebagian besar merupakan bahan-
yaitu yang sedimennya mudah bahan kimia organik.
dijangkau. B. Penanganan Sampel (Preparasi)
Sampel sedimen diambil Pada percobaan penanganan
menggunakan siring, suatu alat sampel (Preparasi), sedimen yang
menyerupai botol suntik raksasa. telah diambil dari lokasi dicuci dan
Kemudian sample sediment sungai disaring di laboratorium. Metode
yang didapat dimasukan kedalam penyaringan dilakukan untuk
botol film berwarna hitam. Hal ini menyaring benda-benda yang tidak
diperlukan seperti sampah atau C. Metode Phenol Sulfuric Acid
bebatuan. Kemudian sample sedimen Mula-mula sampel sediment
yang telah disaring dikeringkan ditimbang dengan neraca. Berat
dengan dioven pada suhu 60° selama sedimen ditentukan sebesar 0,03 gr
24 jam. Setelah dioven sedimen untuk tiap-tiap sampel. Kemudian
menjadi mengering, keras, dengan ditambah 2 ml aquades. Penambahan
warna abu-abu pekat. Proses aquades adalah untuk mengencerkan
pengeringan ini bertujuan agar padatan sedimen. Setelah
sedimen dapat mencapai berat penambahan aquades ternyata padatan
keringnya saat dilakukan penimbangan sedimen tidak melarut sempurna .
pada percobaan selanjutnya, yaitu pada Selanjutnya ditambah 1 ml Phenol
Metode Phenol Sulfuric Acid. Karena 5%.Setelah penambahan phenol 5%
apabila sedimen ditimbang dalam padatan sedimen semakin melarut.
keadan basah, maka kandungan air Fungsi penambahan phenol, yaitu
dalam sample akan mempengaruhi memberikan suasana asam pada
berat keringnya sehingga berat yang sedimen dan sebagai pemberi warna
diperoleh bukan merupakan berat pada sedimen, sehingga konsentrasi
kering yang sesungguhnya. glukosa pada sedimen dapat terbaca
Sebelum melakukan teknik pada spektrofotometer. Selanjutnya
pengeringan dalam oven, praktikan adalah penambahan 5 ml H2SO4
melakukan kesalahan metode Pekat pada sedimen. Setelah
pengeringan dengan menjemurnya penambahan H2SO4 pekat sedimen
terlebih dahulu di bawah sinar menjadi semakin larut dengan kondisi
matahari. Teknik penjemuran ini gumpalan yang semakin kecil. H2SO4
mendukung proses fotosintesis yamg memiliki sifat dapat menghidrolisa,
mana hasil fotosintesis berupa sehingga penambahan ini
karbohidrat (glukosa). Hal ini dapat dimaksudkan agar H2SO4 dapat
mempengaruhi kadar/ jumlah total membantu menghidrolisa karbohidrat
kandungan ESP yang berupa menjadi monosakarida. Pada tabung
karbohidrat juga. reaksi terjadi proses eksoterm yaitu
perpindahan panas dari larutan ke luar
lingkungan (tabung reaksi) sehingga 6. Pembacaan persen transmisi
tabung reaksi terasa panas. Kemudian diatur menjadi o,ooo dengan
didiamkan 10 menit, dikocok dan menggunakan tombol control
diinkubasi selama 15 menit. Agar sebelah kri-bawah. Kompartmen
hidrolisis berlangsung sempurna. tempat sampel harus kosong dan
Kemudian diukur absorbansi ditutup.
monosakarida melalui 7. Mengukur blangko. Blangko
spektrofotometer. terdiri bahan terlarut dan
Cara kerja dari spektrofotometer ini pelarutnya. Blanko dimasukkan
adalah: dalam kuvet Bx100 mm dan
1. Tombol on/off (sebelah kiri- dibersihkan dengan tissue untuk
bawah) diputar searah dengan menghilanhkan air,debu atau sidik
jarum jam. jari. Kuvet dimasukkan ke
2. Ditunggu 10 menit untuk kompartmen dan tutup kembali.
pemanasan 8. Pembacaan persen transmisi
3. Panjang gelombang yang diatur menjadi 100 dengan
diinginkan diatur dengan memtar menggunakan tombol control
tombol panjang gelombang transmisi atau absorbansi sebelah
(sebelah kanan-atas) kanan bawah.
4. Tombol folter (sebelah kiri bawah) 9. Blanko dikeluarkan dan
diatur sehingga warna sama digantikan dengan kuvet yang
dengan panjang gelombang yang mengandung sampel larutan yang
dipilih: akan diukur. Tutup kompartmen
Filter ungu= 300-375 nm monitor akan menunjukkan angka
Filter biru = 375 – 540 nm percobaan absorbansi dan
Filter kuning = 540 – 740 nm transmisi sampel.
Filter merah = 740 – 900 nm Dari nilai absorbansi yang
5. Tombol “mode” (sebelah kanan- muncul ini akan dihitung konsentrasi
atas) diatur agar muncul absorbansi karbohidrat extra polymeric
dan transmisi secara bersamaan substances (EPS) dengan rumus
A= K.C netral dan suhu yang relatif stabil
310C.
Nilai absorbansi sedimen kali Sampel sedimen diambil di
gebang masing-masing untuk plot 1 daerah kali rungkut (data kelompok I)
yaitu 0,602 , 0,660 , 0,792 plot 2 0,970 yang kepadatan penduduknya relatif
, 0,925, 0,955, dan plot 3 0,524, 0,518, tinggi, dimana pada sungai tersebut
0,576. Konsentrasi karbohidrat extra selain mengalir sisa-sisa “limbah”
polymeric substances (EPS) pada plot rumah tangga juga membawa aliran
7 7
1 adalah 8,25.10 mg/L, 9,05.10 mg/L “limbah” pasar. Limbah pasar
7
dan 9,87.10 mg/L Sedangkan pada disinyalir mempunyai kandungan
8
plot 2 sebesar 1,33.10 mg/L, nutrien/bahan-bahan organik yang
8 8
1,27.10 mg/L dan 1,31.10 mg/L dan banyak. Pelekatan biofilm juga
7
plot 3 sebesar 7,19.10 mg/L, dipengaruhi oleh penumpukan bahan-
7,10.107mg/L dan 7,9.107mg/L. bahan organik yang diselubungi oleh
Tinggi rendah nilai Konsentrasi matrik polimer ekstraseluller yang
karbohidrat extra polymeric dihasilkan oleh bakteri tersebut.
substances (EPS) ini berhubungan Matrik ini berupa struktur benang-
dengan keberadaan bakteri penghasil benang bersilang satu sama lain yang
karbohidrat atau biofilm dengan dapat berupa perekat bagi biofilm
faktor pengaruh suhu, pH, dan (Jamilah, 2003). Pengguna pasar
salinitas. sangat memanfaattkan keberadaan
Pada sungai pemukiman (Kali sungai untuk mendukung aktivitas
Gebang) banyak terdapat sisa-sisa mereka, biasanya untik mencuci ikan,
nutrisi oleh penduduk yang secara sayur dan sebagainya.
sengaja ataupun tidak sisa-sisa nutrisi Sungai wisata (data kelompok
tersebut akan dibuang atau dialirkan II, lokasi Suramadu) memungkinkan
ke sungai tedekat. Biofilm terbentuk terbentuknya biofilm, sama halnya
khususnya secara cepat dalam sistem dengan daerah pemukiman dimana
yang mengalir dimana suplai nutrisi banyak pengunjung yang membuang
tersedia secara teratur bagi bakteri. sampah baik sampah basah maupun
Hal ini juga didukung juga dengan sampah kering ke sungai. Dan
kadar pH yang balance, salinitas
sampah-sampah basah akan dengan sebaliknya ketika kecepatan arus
mudah diurai oleh bakteri karena meningkat maka bakteri dapat
banyak bahan organik. bergerak dengan bantuan arus laut
Pada daerah sungai industri, sehingga dapat meningkatkan
(data kelompok VII, Kali Delta) kemampuan bakteri untuk melekat
diperkirakan di daerah ini merupakan pada substrat Terbentuknya Biofilm
daerah yang terdiri atas bahan-bahan karena adanya interaksi antara
anorganik, dimana dengan semakin bakteri dan permukaan yang
melimpahnya jumlah bahan-bahan ditempeli. Interaksi ini terjadi dengan
anorganik yang dihasilkan dalam adanya faktor-faktor yang meliputi
bentuk limbah pabrik akan kelembaban permukaan, makanan
berbanding lurus dengan jumlah yang tersedia, pembentukan matrik
bakteri penghasil karbohidrat. Hal ini ekstraseluller (exopolimer) yang
disebabkan karena bakteri, yaitu terdiri dari polisakarida, faktor-faktor
bakteri penghsil karbohidrat extra fisikokimia seperti interaksi muatan
polymeric substances (EPS) permukaan dan bakteri, ikatan ion,
khususnya akan berperan sebagai ikatan Van Der Waals, pH dan
pengurai dari bahan-bahan anorganik tegangan permukaan serta
tersebut dan menjadikannya sebagai pengkondisian permukaan. Dengan
sumber nutrisi bagi kelangsungan kata lain terbentuknya biofilm adalah
hidupnya. karena adanya daya tarik antara
Pada data kelompok IV lokasi kedua permukaan (psikokimia) dan
Kenjeran Baru kandungan ESPnya adanya alat yang menjembatani
juga tinggi karena pada laut aliran air pelekatan (matrik eksopolisakarida)
(arus) lebih cepat dari pada arus dll.
sungai. Sel berperilaku seperti Biofilm terdiri dari sel-sel
partikel pada suatu perairan sehingga mikroorganisme yang melekat erat
pelekatan sel bakteri pada substrat ke suatu permukaan sehingga berada
tergantung dari arus. Pelekatan sel dalam keadaan diam (sesil),
sangat tergantung pada motilitas Pelekatan ini seperti pada bakteri
bekteri ketika kecepatan arus rendah, disertai oleh penumpukan bahan-
bahan organik yang diselubungi oleh
matrik polimer ekstraseluller yang
dihasilkan oleh bakteri tersebut.
Matrik ini berfungsi sebagai perekat
bagi biofilm.
Biofilm akan terbentuk dengan
Pada air oligotropik bakteri
cepat dalam sistim yang mengalir
tumbuh seara aktif walaupun lambat,
dimana suplai nutrisi tersedia secara
sedangkan banyak diantaranya tidak
teratur bagi bakteri. Pertumbuhan
dapat mengambil makanan yang
bakteri secara ekstensif disertai oleh
cukup untuk mendukung
sejumlah besar polimer ekstraseluller,
pertumbuhan lalu hanya survive pada
menyebabkan pembentukan lapisan
keadaan lapar. Keadaan suvive-lapar
berlendir (biofilm)
ini memberikan beberapa kesimpulan
Peranan eps bagi biofilm
adanya kemampuan bakteri untuk
adalah menyediakan makanan bagi
bertahan (revert) dalam keadaan
biofilm, terlibat dalam mekanisme
diam (sesil). Seringkali kelaparan
pertahanan inang, dan membantu
disertai oleh mengecilnya ukuran dan
dalam agregasi dan pelekatan
respirasi endogenous, peningkatan
permukaan, untuk bertahan pada
hidrofobisitas permukaan sel dan
kondisi dimana sel planktonik sudah
meningkatkan pelekatan. Faktor ini
tidak mampu bertahan hidup.
membuat bakteri cendrung melekat
Llokomosi (pergerakan), pertahanan
ke permukaan padat, dimana
terhadap toksin.Eps mengandung
kesempatan untuk mendapatkan
materi yang utama yaitu polisakarida,
nutrisi lebih tinggi.
asamamino, protein, lemak.
Kesalahan yang terjadi pada
Struktur amilum: (C6H10O5.H2O)n
jumlah total konsentrasi karbohidrat
extra polymeric substances (EPS)
dapat disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain kesalahan perhitungan
dan kesalahan pada perlakuan.
Kesalahan perhitungan, khususnya
terjadi pada saat perhitungan tertinggi ada pada sedimen kawasan
menggunakan rumus. Sedangkan industri di daerah sungai delta.
untuk perlakuan diperkirakan terjadi
saat pembuatan larutan standar
glukosa dan perlakuan dalam proses
absorbansi. DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, N.D. Saptarini dan D.

KESIMPULAN Krisnawati. 1997. Analisis

Pada percobaan Penentuan Keaneka- ragaman Biota

Kandungan Total Karbohidrat extra Penempel Penyebab Biofouling di

polymeric substances (EPS) Mikrobia Perairan Pantai Ujung Surabaya.

dalam Sedimen Intertidal dengan Jurusan Kimia FMIPA ITS:

tujuan untuk mengetahui jumlah total Surabaya

karbohidrat extra polymeric substances


(EPS) mikrobia yang terdapat dalam Anil A.et al. Dynamics Mecanism and

sedimen intertidal dapat disimpulkan Control of Biofouling and

bahwa kandungan total karbohidrat Corossion in Marine Water, J

extra polymeric substances (EPS) dari Biofouling 120: 23-25

nilai absorbansi sedimen sungai


industri kali delta = 59,4 . 107 mg/L. Anonimous.1999. Biofouling and

Konsentrasi karbohidrat extra Biocorossion. Zeta Corporation :

polymeric substances (EPS) pada laut USA

industri dengan lokasi pada laut di


wilayah jembatan Suramadu adalah Azis et al. 2001. Biofouling Potential

sebesar 7,46 . 107 mg/L. Sedangkan and Enviromental factor of

pada sungai industri dengan lokasi Seawater at a desalination plant

daerah sungai Industri kali rungkut intake, J desalination. 135 : 69-82

adalah sebesar 11,5. 107 mg/L.


Kandungan total karbohidrat Bharta et al. 1998. Microbial Ecology

extra polymeric substances (EPS) Fundamental and Application 4th


edition. Addyson Wesley Longman Molecular Biologi Rev 64 (4):
: USA 847-867

Benson, H.J. 1998. Microbiological Helianti.2007. Biofilm untuk


Application: laboratory Manual in Satabilisasi Bangunan agar
general Microbiology 7th edition. Tahan Gempa. BPPT : Jogjakarta
Mc Graw Hill: USA
Master, M.G.1991.Introduction to
Enviromental Engineering &
Bhaskar. P.V. 2005. Microbial
Science. Prentice Hall Int. Ed.
Extracellular polymeric Englewood Cliffs, N.J. Hal 117
& 134-141
Substances in marine
Biogeochemical process. J Current
Science 88.I : 45-53

Davey , ME. 2000. Microbial Biofilm


from ecology to Molecular
Genetics.J microbial and

You might also like