You are on page 1of 5

ALAT-ALAT UKUR DASAR MEKANIK

PENDAHULUAN
Alat-alat ukur dasar mekanik memegang peranan penting dalam melakukan praktikum
fisika. Berikut ini akan dibahas alat-alat yang digunakan untuk mengukur besaranbesaran dasar panjang, massa, waktu, dan temperatur. Pembahasan akan meliputi
penggunaan alat dan ketelitiannya.
Pada umumnya alat ukur direncanakan dan dibuat sesuai dengan penggunaan tertentu.
Ketelitiannya juga disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Di samping itu perlu
diperhitungkan ketidaksempurnaan pada pembuatan alat, yang dapat menimbulkan
ketidakpastian (error) pada hasil pengukuran. Error juga dapat timbul dari cara
pengamatan dan juga dari keadaan lingkungan yang mempengaruhi keadaan alat.
Dalam menggunakan alat ukur perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Batas ukur alat, yaitu ukuran maximum yang dapat diukur dengan alat tersebut.
Contoh: thermometer dengan batas ukur 500C hanya dapat digunakan untuk
mengukur temperatur sampai dengan 500C, karenanya tidak dapat digunakan
untuk mengukur temperatur didih air.
b. Nilai skala terkecil, yaitu ukuran terkecil yang dapat diukur oleh alat tersebut
dengan teliti. Contoh: jangka sorong jorong yang dilengkapi nonius dapat
mempunyai nilai skala terkecil 0,1 mm atau 0,05 mm, tergantung nonius yang
digunakan. Nilai skala terkecil mempengaruhi ketepatan dan ketelitian.
c. Titik nol alat, yaitu penunjukan skala alat ketika alat tidak digunakan. Pada alat
yang baik titik nol ini tepat pada titik nol skala utama alat. Pada alat yang kurang
baik titik nol alat mungkin berpindah.

ALAT UKUR PANJANG


Di dalam laboratorium digunakan berbagai macam alat ukur panjang yang
penggunaannya disesuaikan dengan tujuannya. Alat-alat ukur panjang yang digunakan
adalah mistar (meter scale), penggaris, dan jangka sorong.
Mistar dan penggaris dapat digunakan untuk pengukuran dengan nilai skala terkecil 1
mm. Alat ukur yang lebih teliti biasanya dilengkapi dengan nonius, seperti jangka sorong
dengan nilai skala terkecil 0,1 mm atau 0,05 mm. Ada dua macam nonius, yaitu nonius
geser dan nonius putar.

ALAT UKUR MASSA


Dapat digunakan neraca dengan nilai skala terkecil 1 g.

ALAT UKUR WAKTU


Dapat digunakan jam tangan dan stop watch dengan nilai skala terkecil 0,1 s.

ALAT UKUR TEMPERATUR


Dapat digunakan thermometer dengan nilai skala terkecil 0,10C.

ALAT UKUR TEKANAN UDARA


Dapat digunakan barometer dengan nilai skala terkecil 0,1 hPa dan manometer dengan
nilai skala terkecil 0,1 mbar.
Selain dengan alat ukur mekanik, pengukuran besaran-besaran dasar dan turunan dapat
dilakukan dengan alat ukur digital.

TEORI KESALAHAN SEDERHANA PADA PENGUKURAN


Setiap pengukuran tidak mungkin dapat dilakukan dengan keseksamaan yang
sempurna. Membaca harga skala suatu alat ukur pada hakekatnya adalah menaksir.
Misalnya apabila panjang sebuah benda terukur 19,7 mm, maka berarti kita
menentukan bahwa harga ini merupakan harga penaksiran yang dipandang paling tepat.
Padahal mungkin saja terjadi kesalahan dalam pembacaan skala mistar. Untuk memberi
keyakinan bahwa harga 19,7 mm itu terbaca di antara harga 19,6 mm dan 19,8 mm,
maka hasil pengukuran lebih baik dituliskan menjadi 19,7 mm 0,1 mm.
Harga 0,1 mm ini disebut kesalahan (error) atau simpangan (deviation) dari harga
pengukuran yang dipandang paling tepat, yang mengandung makna ketelitian dalam
pengukuran. Misalnya dalam suatu pengukuran diperoleh harga 19,735 mm 0,1 mm,
maka angka 0,035 tidak perlu dicantumkan lagi karena sudah tercakup dalam besar
harga kesalahannya. Penentuan harga kesalahan ini bergantung pada si pengamat dan
tidak ada aturan yang pasti, namun pada umumnya harga kesalahan pengamatan ini
diambil dari sepersepuluh nilai skala terkecil alat ukur yang digunakan.
Harga kesalahan pengukuran yang dinyatakan dengan satuan dari besarannya disebut
kesalahan mutlak (sx). Harga kesalahan yang dinyatakan dengan persentase terhadap
harga besaran yang terukur disebut kesalahan relatif atau koefisien variasi (v).
Jadi: Koefisien variasi

v=

sx
100 %
x

JENIS KESALAHAN (ERROR)


Secara umum error dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
Kesalahan sistematis disebabkan oleh:
Kesalahan kalibrasi (tera) alat ukur yaitu kesalahan pada saat memberi
nilai skala pada alat ukur.
Kesalahan perorangan yaitu kesalahan yang ditimbulkan oleh sikap
pengamat; misalnya paralaksis: pengamat tidak membaca skala secara
tegak lurus.
Kondisi percobaan yaitu kesalahan yang ditimbulkan oleh alat yang
digunakan dalam kondisi berbeda dengan saat alat ukur dikalibrasi.
Kesalahan titik nol yaitu penyimpangan titik nol jarum penunjuk dari titik
nol skala.

Kelelahan komponen dikarenakan sudah ausnya alat ukur.


Kesalahan sistematis menyebabkan hasil pengukuran menyimpang dari
harga yang sebenarnya, tapi biasanya mempunyai arah tertentu.
Kesalahan acak dapat disebabkan oleh:
Kesalahan penaksiran yaitu kesalahan yang ditimbulkan oleh nilai
pengamatan yang bervariasi pada saat melakukan pengukuran.
Kondisi yang berubah-ubah yaitu kesalahan yang timbul selama
percobaan berlangsung, misalnya berfluktuasinya tegangan dari sumber
arus, berubah-ubahnya temperatur ruangan.
Gangguan teknis misalnya vibrasi mekanis, adanya kebocoran.
Kesalahan definisi yaitu kesalahan yang timbul karena adanya
penyimpangan dari definisi, misalnya simpangan pada penentuan titik
awal waktu, simpangan pada penentuan kedudukan parallel dari dua
buah garis.
Sifat kesalahan acak adalah nilainya tidak konstan. Suatu pengukuran dikatakan
menyangkut metode presisi bila kesalahan acaknya kecil. Umumnya kesalahan acak
dapat diperkecil dengan melakukan percobaan berulang-ulang, yang kemudian
diambil hasil rata-ratanya; harga pengamatan yang terlalu menyimpang dapat
disingkirkan.
Kesalahan lain. Kelompok ini mencakup jenis kesalahan di luar kedua kelompok
di atas, dan dapat terjadi pada setiap percobaan. Umumnya jenis ini merupakan
kesalahan kasar dan tidak menyangkut bidang percobaannya secara langsung.
Termasuk ke dalamnya adalah:
Kekeliruan/kesilapan yaitu kesalahan yang timbul pada pembacaan alat
ukur, pengaturan kondisi percobaan, maupun pada perencanaan dan
perumusan. Contoh: angka 8 dibaca menjadi 3; penentuan tekanan yang
terlalu besar.Kesalahan ini dapat diatasi dengan mengulangi percobaan.
Kesalahan perhitungan yaitu kesalahan yang timbul oleh cara
menghitung dan menggunakan alat hitung (seperti kalkulator, table
logaritma, mistar). Kesalahan ini harus diatasi dengan penanganan yang
lebih teliti.

NILAI TERBAIK DAN NILAI KETIDAKPASTIAN


Pengukuran besaran-besaran yang dapat langsung diukur seperti panjang, lebar, tebal,
temperatur, dan lain-lain sebaiknya dilakukan secara berulang (sampai tak hingga kali)

sehingga hasilnya dapat mendekati nilai yang sebenarnya. Namun hal ini tidak mungkin
dilakukan pada saat praktikum karena keterbatasan waktu. Sebagai pendekatan dapat
dilakukan pengulangan yang terbatas dan bahkan untuk suatu alasan mungkin hanya
dilakukan pengukuran tunggal.
Pengukuran tunggal
Ada besaran-besaran tertentu yang hanya dapat diukur satu kali, misalnya kecepatan
mobil yang lewat, atau pengukuran tebal suatu buku, jika hanya diukur dengan
mistar biasa akan tidak berguna jika dilakukan berulang-ulang. Untuk pengukuran
tunggal, hasil yang terukur yang terbaik (misalnya xo) dianggap sebagai nilai yang
benar. Nilai kesalahan (x) pada umumnya diambil kebijaksanaan, misalnya
sepersepuluh nilai skala terkecil.
Hasil pengukuran dituliskan dalam bentuk:

x = x o x
Artinya bahwa dapat dijamin bahwa besaran tersebut mempunyai nilai:

xo - x x xo - x
Pengukuran berulang
Karena pengukuran saat praktikum tidak dapat dilakukan sampai tak hingga maka
biasanya dilakukan beberapa kali pengukuran, karenanya nilai xo hanya dapat
berupa pendekatan yang disertai dengan nilai penyimpangannya.
Nilai terbaik yang dapat dipakai sebagai nilai pendekatan adalah nilai rata-rata dari
pengukuran. Jika dari hasil pengukuran sebanyak n kali diperoleh hasil x1, x2, x3, xn,
maka nilai terbaik:
n

x=

x
i=1

Kesalahan atau penyimpangan nilai terbaik terhadap nilai sebenarnya secara


statistik yang paling sesuai adalah simpangan baku (deviasi standar), yaitu:
n

sx =

(x i )2
i=1

n 1

(x
=

i=1

Hasil pengukuran dituliskan sebagai:

x = x sx

x )2

n 1

You might also like