You are on page 1of 25

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. N

TTL

: Indramayu / 30 Oktober 2005

Umur

: 5 tahun 6 bulan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Nama Orang tua

: Ny.Sunansih

Alamat

: Kuningan Timur

Tanggal Masuk RS : 30 Januari 2011 / 09.00


No. Kamar

: 03/Melati

No. Rekap Medik

: 00 72 60 34

ANAMNESIS
ALLO ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Sesak sejak 9 jam SMRS
Keluhan Tambahan:
Batuk (+), Demam (+)

Riwayat Penyakit Sekarang:


3 hari SMRS OS batuk, batuk tidak berdahak, ibu OS mengaku telah minum obat
batuk Triaminic, tapi batuk tidak berkurang, pilek (-).
14 jam SMRS OS muntah sebannyak 2 kali, warna muntah sesuai dengan warna
susu yang diminum OS,isi muntah susu, lendir (-), darah (-), muntah tidak menyemprot.
9 jam SMRS OS merasa sesak,ibu OS mengaku, OS napasnya cepat, bernapas
cuping hidung, terdengar suara mengi dari napas OS,ibu OS mengaku kalau muka OS
agak biru saat sesak, Sesak bertambah hebat saat OS bebaring dan agak berkurang saat
OS duduk,nyeri dada (+) ibu OS juga mengeluh OS demam, demam muncul bersamaat
dengan sesak , OS telah dikasih obat parasetamol, kemudian demam menurun, nafsu
makan baik, BAB lancer, BAK lancar
Riwayat Penyakit Dahulu:
Sebelumnya OS tidak pernah mengalami keluhan seperti ini,
Riwayat KP umur 1,5 tahun, OS tertular dari tetangganya dan sekarang sudah
tuntas, telah menjalani pengobatan KP selama 6 bulan.
Riwayat penyakit keluarga:
Riwayat Asma, TB paru, Jantung disangkal, nenek OS Hipertensi dan DM,
Kakek OS ada riwayat alergi.
Riwayat Pengobatan:
Pengobatan TB selama 6 bulan
Riwayat Kehamilan Ibu
Selama hamil ibu OS rutin periksa kehamilan ke dokter kandungan setiap bulan,
selama hamil ibu OS tidak ada keluhan, dan kondisi janin baik selama kehamilan.

Riwayat Kelahiran
Usia kehamilan cukup bulan, lahir secara normal, ditolong bidan, BBL = 3800
gram, PB = ibu OS lupa, pasca lahir menangis spontan, ibu OS tidak ada keluhan pasca
persalinan, keadaan bayi baik.
Riwayat Makanan
Makan tertur 3 kali sehari, suka sayur, suka buah, suka jajan es krim dan susu.
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B, BCG, Polio, DPT dan Campak
Kesan imunisasi lengkap
Riwayat Tumbuh Kembang
Bisa tengkurap usia 6 bulan, bisa merangkak umur 6-7 bulan, bisa berjalan umur
1 tahun, bisa bicara dengan jelas umur 1 tahun.
Kesan tumbuh kembang sesuai usia
Riwayat Alergi
Disangkal
Riwayat Psikososial
Ventilasi rumah cukup, tidak memiliki hewan peliharaan dirumah, dan
menggunakan bantal kapuk kalau tidur.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Composmentis

Tanda Vital
- Suhu

: 36,5

- Nadi

: 100 x/menit: regular,kuat angkat

- Pernapasan

: 38 x/menit

- Tekanan Darah

: tidak dilakukan

Antropometri
An. Laki-laki usia 5 tahun 6 bulan
BB

: 23 kg

TB/PB

: 115 cm

LK

: 51,5 cm

Status gizi

BB/U x 100%
= 23/19 x 100 % = 121,05 status gizi lebih

TB/U x 100%
= 115/110 x 100% = 104,54 % Baik atau Normal

BB/TB x 100 %
= 23/21 x 100 % = 109,52 % Normal

Status Generalis
Kepala
Bentuk

: Normocephal

Rambut

: Hitam,distribusi merata

Mata

:Cekung (-/-), Edema palpebra (-/-), kunjungtiva anemis (-/-), sklera


ikterik (-/-), refleks cahaya (+)

Hidung

:Pernapasan cuping hidung (+), sekret (-/-),Septum deviasi (-)

Mulut

:Mukosa bibir lembab, lidah kotor (-), Lidah tremor (-), faring hiperemis
(-), tonsil T1/T1 tenang

Leher

pembesaran KGB (-)

Pembesaran kelenjer thyroid (-)

Thorax
Paru
Inspeksi

: Simetris,retraksi dinding dada (-), Bagian dada tertinggal (-)

Palpasi

: Bagian dada tertinggal (-)

Perkusi

: sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : Wheezing(+/+), Ronkhi (+/+)


Jantung
Inspeksi

:Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

: Bunyi jantung I dan II murni,gallop (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi

: Abdomen datar, tidak ada bekas luka, distensi (-)

Palpasi

: supel, turgor baik, hepar, lien dan ginjal tidak teraba

Perkusi

: timpani seluruh abdomen

Auskultasi

: peristaltik usus normal

Ekstremitas atas
Akral

: Hangat

Petekie

: (- /-)

Edema

: (-/-)

Sianosis

: (-)

RCT

: < 2 detik

Ekstremitas bawah
Akral

: Hangat

Edema

: (-/-)

Petekie

: (-/-)

RCT

: < 2 detik

Sianosis

:(-)

Genitalia: Tidak diperiksa


Pemeriksaan Penunjang:
Foto Thoraks
Pemeriksaan Laboratorium (Cek HHTL)
Resume
Anak laki-laki usia 5 tahun 6 bulan dating ke RSIJ dengan keluhan sesak
sejak 9 jam SMRS.3 hari SMRS OS batuk, batuk tidak berdahak,sudah minum obat
Triaminic.Tapi,batuk tidak berkurang.14 jam SMRS OS muntah,muntah 2 kali,warna
muntah warna susu,isinya susu.9 jam SMRS OS demam,lalu OS minum paracetamol
dan demam turun,kemudian OS juga sesak,napas cepat,bernapas cuping hidung,wajah

OS agak kebiruan ketika sesak,terdengar suara mengi, sesak bertambah saat tidur dan
berkurang saat duduk,nyeri dada (+), riwayat KP (+).

Dari pemeriksaan fisik didapat kan:


-

Keadaan umum:tampak sakit sedang

Kesadaran Composmentis

Suhu

: 36,5

Nadi

: 100 x/menit: regular,kuat angkat

Pernapasan

: 38 x/menit

BB = 23 kg status gizi lebih

Pernapasan cuping hidung (+)

Auskultasi : wheezing (+/+), Ronkhi (+/+)

Follow Up
Tanggal/Jam
30-01-2011

S
O
Batuk (+),Sesak Suhu:36,70C

A
Bronkopneumonia

(17.00)

napas (-), nyeri HR:128 x/mnt

Asma Bronkiale

dada(-),

RR:40 x/mnt

muntah(-)

Cuping

hidung(-),wheezi
ng (+/+),Ronkhi
31-01-2011

(+/+)
Batuk(+), Sesak Suhu:36,50C

Bronkopneumonia

(05.30)

napas(-),nyeri

HR:121 x/mnt

Asma Bronkiale

dada(-),muntah(

RR:35 x/mnt

-)

Cuping

hidung

(-), wheezing (+/


+),ronkhi(+/+)
Suhu:36,2 0C

01-02-2011

Batuk

(05.50)

(+),Sesak(-),min HR: 120 x/mnt


um

Cek

jarang,tapi RR:28 x/mnt

BAK sering dan Wheezing (+/+),


01-02-2011

banyak
Ronkhi(+/+)
Batuk(+),sesak(- Suhu: 36,40 C

(16.45)

),minum

HR: 110 x/mnt

jarang,tapi BAK RR:27 x/mnt


sering

dan Wheezing

(+/

02-02-2011

banyak
Batuk

+),Ronkhi(-)
Suhu: 36,5 0 C

(05.10)

(+),Sesak(-),

HR: 103 x/mnt

minum

biasa RR:26

x/mnt,

saja, BAK tidak Wheezing


sering

Hasil Laboratorium

(-),Ronkhi (-)

HHTL

Tanggal
30-01-2011
01-02-2011

Jam
08.30
10.35

Hemoglobin Hematokrit Trombosit


14 gr/dl
39 %
393 ribu/l
13,6 gr/dl
43 %
446 ribu/l

Leukosit
17,49 ribu/l
11.020 ribu/l

Tanggal 30-01-2011
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Neutrofil batang
Neutrofil Segmen
Limfosit
Monosit
LED
Na
K
Cl

Hasil

Satuan
0
4
3
72
14
7
10
147
4,8
106

%
%
%
%
%
%
mm
mEq/L
mEq/L
mEq/L

Nilai rujukan
0-1
2-4
35
25 60
25 50
16
0 10
135 147
3,5 5,0
94 - 111

Hasil Foto Thorax :


Tanggal 30-01-2011

Cor, Sinus, Diaphragma baik

Infiltrat perihiler kiri dan Paracardiac kanan dan kiri

Kesan : Bronkopneumonia Duplex

Working Diagnosis:

BronkoPneumoni

Diagnosis Banding:
Asma bronchial
Rencana penatalaksanaan:

Infus Asering
BB = 23 kg (10 x 100)+(10x50)+(3x25)= 1000 + 500 + 75 = 1575 ml/24jam
= 65/ 4 = 16 tpm (makro)
Oksigen 1 2 L/menit
Inhalasi
- Ventolin (salbutamol)dosis salbutamol 0,1-0,15 mg/KgBB/x
23 x 0,1 = 2,3 mg = 1 dosis ventolin nebulizer ( 1 ampul )
-Bisolvon (Bromheksin) dosis 1 mg/KgBB/hari bagi 3 dosis
23 x 1 = 23 / 3 = 8 mg

Injeksi Seftriakson (50-100 mg/kg BB/hari, bagi 2 dosis) injeksi seftriakson


500 mg 2x1 dalam dexstrose 5% 100 ml
Antibiotik ini diberikan dan di pantau ada/tidaknya perbaikan dalam 24-72 jam, jika
tidak ada perbaikan, ganti dengan antibiotik lain
Meptyn syrup

TINJAUAN PUSTAKA
BRONKOPNEUMONIA
Pendahuluan
Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran napas bawah akut tersering yang
menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas
kerja. Penyakit ini dapat terjadi secara primer ataupun merupakan kelanjutan
manifestasi infeksi saluran napas bawah lainnya misalnya sebagai perluasan
bronkiektasis yang terinfeksi.
Definisi
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang
akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

Etiologi
Etiologi pneumonia sulit dipastikan karena kultur sekret bronkus merupakan tindakan
yang sangat invasif sehingga tidak dilakukan.
Hasil penelitian 44-85% CAP disebabkan oleh bakteri dan virus, dan 25-40%
diantaranya disebabkan lebih dari satu patogen. Patogen penyebab pneumonia pada
anak bervariasi tergantung :

Usia

Status lingkungan

Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)

Status imunisasi

Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi)

Sebagian besar pneumonia bakteri didahului dulu oleh infeksi virus.


Etiologi menurut umur, dibagi menjadi :
1.

Bayi baru lahir (neonatus 2 bulan)

Organisme saluran genital ibu : Streptokokus grup B, Escheria coli dan kuman Gram
negatif lain, Listeria monocytogenes, Chlamydia trachomatis tersering , Sifilis
kongenital pneumonia alba.
Sumber infeksi lain : Pasase transplasental, aspirasi mekonium, CAP
2.

Usia > 2 12 bulan

Streptococcus aureus dan Streptokokus grup A tidak sering tetapi fatal. Pneumonia
dapat ditemukan pada 20% anak dengan pertusis
3.

Usia 1 5 tahun

Streptococcus pneumonia, H. influenzae, Stretococcus grup A, S. aureus tersering


Chlamydia pneumonia : banyak pada usia 5-14 th (disebut pneumonia atipikal)
4.

Usia sekolah dan remaja

S. pneumonia, Streptokokus grup A, dan Mycoplasma pneumoniae (pneumonia


atipikal)terbanyak
Klasifikasi
(1). Berdasarkan lokasi lesi di paru:
Pneumonia lobaris, pneumonia interstitialis, Bronkopneumonia
(2).Berdasarkan asal infeksi:
pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired pneumonia = CAP),
pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
(3). Berdasarkan mikroorganisme penyebab :
Pneumonia bakteri, pneumonia virus, pneumonia mikoplasma, pneumonia jamur
(4). Berdasarkan karakteristik penyakit:
Pneumonia tipikal, pneumonia atipikal
(5). Berdasarkan lama penyakit:
pneumonia akut, pneumonia persisten
Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Lingkungan dan Pejamu
Tipe Klinis
Pneumonia Komunitas

Epidemiologi
Sporadis atau endemic; muda atau

Pneumonia Nosokomial
Pneumonia Rekurens
Pneumonia Aspirasi
Pneumonia
pada

orang tua
Didahului perawatan di RS
Terdapat dasar penyakt paru kronik
Alkoholik, usia tua
Pada pasien transplantasi, onkologi,

gangguan imun

AIDS

Patogenesis
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru.
Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan
mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa
filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan

lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit,
komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai
sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah
melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang
melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi
saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon
imun. Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan
infeksi virus.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat
paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri
dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan
intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium
hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yamg melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching)
yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen
menyebabkan peningkatan kerja jantung. Stadium berikutnya terutama diikuti dengan
penumpukan fibrin dan disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu).
Pada kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat
dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui
batuk. Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi
intrapleura menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat
berlangsung secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat
dan pembentukan perlekatan.
Manifestasi Klinik
Gambaran klinik biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas akut bagian atas
selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil. Suhu tubuh kadang-

kadang melebihi 40 0c, sakit tenggorok, nyeri otot, dan sendi. Juga disertai batuk
dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.
Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan hal-hal sebagai
berikut :
a.

Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan

pernapasan cuping hidung.


Tanda objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalah retraksi
dinding dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung; orthopnea;
dan pergerakan pernafasan yang berlawanan. Tekanan intrapleura yang bertambah
negatif selama inspirasi melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi
bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan
sub kostal, dan fossae supraklavikula dan suprasternal. Kebalikannya, ruang interkostal
yang melenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin positif. Retraksi
lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan
lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua.
Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan fossae
supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat dipercaya akan
adanya sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini terjadi akibat head
bobbing, yang dapat diamati dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala
disangga tegal lurus dengan area suboksipital. Apabila tidak ada tanda distres
pernapasan yang lain pada head bobbing, adanya kerusakan sistem saraf pusat dapat
dicurigai.
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress
pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal (contohnya
pada kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior
dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga
menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama inspirasi.

b.

Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.


Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran

fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru
(kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
c.

Pada perkusi tidak terdapat kelainan

d.

Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.


Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang

dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah
(tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah
(tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles
individual) halus atau kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya).
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan
napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka.
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan
corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang
paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung
leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial.
Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm 3 dengan
limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan
neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta
peningkatan LED.
Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.

Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif
sehingga tidak rutin dilakukan.
Kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :
a.sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
b.

panas badan

c.Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)


d.

Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus

e.Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm 3 dengan limfosit


predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)

Komplikasi
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam
rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran
bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah
komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi.
Penatalaksanaan
a.
-

Penatalaksaan umum
Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak

nafas hilang atau PaO2 pada analisis gas darah 60 torr


-

Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.

Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

b.

Penatalaksanaan khusus

mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya

tidak diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi
antibioti awal.
Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau
penderita kelainan jantung
-

pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme

penyebab dan manifestasi klinis


Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka
resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
a.Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis
b.

Berat ringan penyakit

c.Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis


d.

Ada tidaknya penyakit yang mendasari

Antibiotik :
Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama)
menurut kelompok usia.
a.Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
-

ampicillin + aminoglikosid

amoksisillin-asam klavulanat

amoksisillin + aminoglikosid

sefalosporin generasi ke-3

b. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)


-

beta laktam amoksisillin

amoksisillin-amoksisillin klavulanat

golongan sefalosporin

kotrimoksazol

makrolid (eritromisin)

c.

Anak usia sekolah (> 5 thn)

amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)

tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)


Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error) maka

harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam sekali sampai
hari ketiga.
Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata
dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman
penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti
empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif)
ASMA BRONKHIALE
Definisi
Menurut WHO
Asma adalah Keadaan kronik yang ditandai oleh bronkospasme rekuren akibat
penyempitan lumen saluran napas sebagai respon terhadap suatu stimuli yang tidak
menyebabkan penyempitan

Menurut PNAA (Pedoman Nasional Asma Anak)


Asma adalah Mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai
berikut:
Timbul secara episodik
Cenderung pada malam hari/dini hari (Nokturna)
Musiman
Setelah aktivitas fisik

Riwayat Asma atau atopi lain pd pasien atau keluarga


Faktor Risiko
Jenis kelamin
Usia
Riwayat Atopi
Lingkungan
Ras
Asap Rokok
Outdoor air pollution
Infeksi Respiratorik

Klasifikasi

Patofisiologi

Manifestasi Klinik

Anamnesis

Serangan mengi/mengi berulang

Batuk malam hari

Mengi/batuk setelah berolahraga

Mengi,dada terasa berat,batuk stlh terpajan alergen/polutan

Pilek

Setelah pengobatan anti asma,apakah membaik?

Pemeriksaan Fisik

Umumnya tdk ditemukan kelainan saat pasien tdk mengalami serangan


Alur Diagnosis

Penatalaksanaan

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia: 2010


Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2006.
Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. 2007. Jakarta:RSCM
Rudolf, et al. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 2. 2006. Jakarta: EGC
Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 1. 2004. Jakarta: Badan Penerbit IDAI
Standar Pelayanan Medis RSUP Dr Sardjito

LAPORAN KASUS

BRONKOPNEUMONIA

NAMA

: Dita Putri

NIM

: 2007730039

PEMBIMBING

: Dr. Suryono Wibowo, Sp. A

STASE ANAK RUMAH SAKIT ISLAM


JAKARTA PUSAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2011
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
Laporan Kasus ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk melatih diri dalam menyelesaikan sebuah kasus terutama
penyakit pada anak.
Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa
dan masih perlu banyak belajar, penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan
penyusunannya masih jauh dari sempurna, tapi demi kewajiban dan tugas penulis, maka penulis
memberanikan diri membuat laporan ini. Dan insya Allah perbaikanperbaikan akan penulis
lakukan pada laporan-laporan yang akan datang. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang positif agar laporan ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di
masa yang akan datang.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Dr. Suryono
Wibowo,Sp.A sebagai dokter pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan motivasi
serta kedua orang tua yang selalu mendoakan.
Dengan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan penulis mengharapkan laporan ini dapat
membawa manfaat dan keuntungan yang berarti pada semua pembaca.

Jakarta , 8 Februari 2011

Penulis

You might also like