Professional Documents
Culture Documents
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. N
TTL
Umur
: 5 tahun 6 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
: Ny.Sunansih
Alamat
: Kuningan Timur
: 03/Melati
: 00 72 60 34
ANAMNESIS
ALLO ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Sesak sejak 9 jam SMRS
Keluhan Tambahan:
Batuk (+), Demam (+)
Riwayat Kelahiran
Usia kehamilan cukup bulan, lahir secara normal, ditolong bidan, BBL = 3800
gram, PB = ibu OS lupa, pasca lahir menangis spontan, ibu OS tidak ada keluhan pasca
persalinan, keadaan bayi baik.
Riwayat Makanan
Makan tertur 3 kali sehari, suka sayur, suka buah, suka jajan es krim dan susu.
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B, BCG, Polio, DPT dan Campak
Kesan imunisasi lengkap
Riwayat Tumbuh Kembang
Bisa tengkurap usia 6 bulan, bisa merangkak umur 6-7 bulan, bisa berjalan umur
1 tahun, bisa bicara dengan jelas umur 1 tahun.
Kesan tumbuh kembang sesuai usia
Riwayat Alergi
Disangkal
Riwayat Psikososial
Ventilasi rumah cukup, tidak memiliki hewan peliharaan dirumah, dan
menggunakan bantal kapuk kalau tidur.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: Composmentis
Tanda Vital
- Suhu
: 36,5
- Nadi
- Pernapasan
: 38 x/menit
- Tekanan Darah
: tidak dilakukan
Antropometri
An. Laki-laki usia 5 tahun 6 bulan
BB
: 23 kg
TB/PB
: 115 cm
LK
: 51,5 cm
Status gizi
BB/U x 100%
= 23/19 x 100 % = 121,05 status gizi lebih
TB/U x 100%
= 115/110 x 100% = 104,54 % Baik atau Normal
BB/TB x 100 %
= 23/21 x 100 % = 109,52 % Normal
Status Generalis
Kepala
Bentuk
: Normocephal
Rambut
: Hitam,distribusi merata
Mata
Hidung
Mulut
:Mukosa bibir lembab, lidah kotor (-), Lidah tremor (-), faring hiperemis
(-), tonsil T1/T1 tenang
Leher
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas atas
Akral
: Hangat
Petekie
: (- /-)
Edema
: (-/-)
Sianosis
: (-)
RCT
: < 2 detik
Ekstremitas bawah
Akral
: Hangat
Edema
: (-/-)
Petekie
: (-/-)
RCT
: < 2 detik
Sianosis
:(-)
OS agak kebiruan ketika sesak,terdengar suara mengi, sesak bertambah saat tidur dan
berkurang saat duduk,nyeri dada (+), riwayat KP (+).
Kesadaran Composmentis
Suhu
: 36,5
Nadi
Pernapasan
: 38 x/menit
Follow Up
Tanggal/Jam
30-01-2011
S
O
Batuk (+),Sesak Suhu:36,70C
A
Bronkopneumonia
(17.00)
Asma Bronkiale
dada(-),
RR:40 x/mnt
muntah(-)
Cuping
hidung(-),wheezi
ng (+/+),Ronkhi
31-01-2011
(+/+)
Batuk(+), Sesak Suhu:36,50C
Bronkopneumonia
(05.30)
napas(-),nyeri
HR:121 x/mnt
Asma Bronkiale
dada(-),muntah(
RR:35 x/mnt
-)
Cuping
hidung
01-02-2011
Batuk
(05.50)
Cek
banyak
Ronkhi(+/+)
Batuk(+),sesak(- Suhu: 36,40 C
(16.45)
),minum
dan Wheezing
(+/
02-02-2011
banyak
Batuk
+),Ronkhi(-)
Suhu: 36,5 0 C
(05.10)
(+),Sesak(-),
minum
biasa RR:26
x/mnt,
Hasil Laboratorium
(-),Ronkhi (-)
HHTL
Tanggal
30-01-2011
01-02-2011
Jam
08.30
10.35
Leukosit
17,49 ribu/l
11.020 ribu/l
Tanggal 30-01-2011
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Neutrofil batang
Neutrofil Segmen
Limfosit
Monosit
LED
Na
K
Cl
Hasil
Satuan
0
4
3
72
14
7
10
147
4,8
106
%
%
%
%
%
%
mm
mEq/L
mEq/L
mEq/L
Nilai rujukan
0-1
2-4
35
25 60
25 50
16
0 10
135 147
3,5 5,0
94 - 111
Working Diagnosis:
BronkoPneumoni
Diagnosis Banding:
Asma bronchial
Rencana penatalaksanaan:
Infus Asering
BB = 23 kg (10 x 100)+(10x50)+(3x25)= 1000 + 500 + 75 = 1575 ml/24jam
= 65/ 4 = 16 tpm (makro)
Oksigen 1 2 L/menit
Inhalasi
- Ventolin (salbutamol)dosis salbutamol 0,1-0,15 mg/KgBB/x
23 x 0,1 = 2,3 mg = 1 dosis ventolin nebulizer ( 1 ampul )
-Bisolvon (Bromheksin) dosis 1 mg/KgBB/hari bagi 3 dosis
23 x 1 = 23 / 3 = 8 mg
TINJAUAN PUSTAKA
BRONKOPNEUMONIA
Pendahuluan
Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran napas bawah akut tersering yang
menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas
kerja. Penyakit ini dapat terjadi secara primer ataupun merupakan kelanjutan
manifestasi infeksi saluran napas bawah lainnya misalnya sebagai perluasan
bronkiektasis yang terinfeksi.
Definisi
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang
akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Etiologi
Etiologi pneumonia sulit dipastikan karena kultur sekret bronkus merupakan tindakan
yang sangat invasif sehingga tidak dilakukan.
Hasil penelitian 44-85% CAP disebabkan oleh bakteri dan virus, dan 25-40%
diantaranya disebabkan lebih dari satu patogen. Patogen penyebab pneumonia pada
anak bervariasi tergantung :
Usia
Status lingkungan
Status imunisasi
Organisme saluran genital ibu : Streptokokus grup B, Escheria coli dan kuman Gram
negatif lain, Listeria monocytogenes, Chlamydia trachomatis tersering , Sifilis
kongenital pneumonia alba.
Sumber infeksi lain : Pasase transplasental, aspirasi mekonium, CAP
2.
Streptococcus aureus dan Streptokokus grup A tidak sering tetapi fatal. Pneumonia
dapat ditemukan pada 20% anak dengan pertusis
3.
Usia 1 5 tahun
Epidemiologi
Sporadis atau endemic; muda atau
Pneumonia Nosokomial
Pneumonia Rekurens
Pneumonia Aspirasi
Pneumonia
pada
orang tua
Didahului perawatan di RS
Terdapat dasar penyakt paru kronik
Alkoholik, usia tua
Pada pasien transplantasi, onkologi,
gangguan imun
AIDS
Patogenesis
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru.
Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan
mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa
filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan
lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit,
komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai
sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah
melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang
melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi
saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon
imun. Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan
infeksi virus.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat
paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri
dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan
intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium
hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yamg melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching)
yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen
menyebabkan peningkatan kerja jantung. Stadium berikutnya terutama diikuti dengan
penumpukan fibrin dan disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu).
Pada kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat
dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui
batuk. Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi
intrapleura menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat
berlangsung secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat
dan pembentukan perlekatan.
Manifestasi Klinik
Gambaran klinik biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas akut bagian atas
selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil. Suhu tubuh kadang-
kadang melebihi 40 0c, sakit tenggorok, nyeri otot, dan sendi. Juga disertai batuk
dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.
Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan hal-hal sebagai
berikut :
a.
Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan
b.
fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru
(kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
c.
d.
dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah
(tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah
(tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles
individual) halus atau kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya).
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan
napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka.
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan
corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang
paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung
leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial.
Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm 3 dengan
limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan
neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta
peningkatan LED.
Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.
Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif
sehingga tidak rutin dilakukan.
Kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :
a.sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
b.
panas badan
Komplikasi
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam
rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran
bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah
komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi.
Penatalaksanaan
a.
-
Penatalaksaan umum
Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak
b.
Penatalaksanaan khusus
tidak diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi
antibioti awal.
Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau
penderita kelainan jantung
-
Antibiotik :
Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama)
menurut kelompok usia.
a.Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
-
ampicillin + aminoglikosid
amoksisillin-asam klavulanat
amoksisillin + aminoglikosid
amoksisillin-amoksisillin klavulanat
golongan sefalosporin
kotrimoksazol
makrolid (eritromisin)
c.
harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam sekali sampai
hari ketiga.
Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata
dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman
penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti
empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif)
ASMA BRONKHIALE
Definisi
Menurut WHO
Asma adalah Keadaan kronik yang ditandai oleh bronkospasme rekuren akibat
penyempitan lumen saluran napas sebagai respon terhadap suatu stimuli yang tidak
menyebabkan penyempitan
Klasifikasi
Patofisiologi
Manifestasi Klinik
Anamnesis
Pilek
Pemeriksaan Fisik
Penatalaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN KASUS
BRONKOPNEUMONIA
NAMA
: Dita Putri
NIM
: 2007730039
PEMBIMBING
Assalamualaikum wr. wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
Laporan Kasus ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk melatih diri dalam menyelesaikan sebuah kasus terutama
penyakit pada anak.
Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa
dan masih perlu banyak belajar, penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan
penyusunannya masih jauh dari sempurna, tapi demi kewajiban dan tugas penulis, maka penulis
memberanikan diri membuat laporan ini. Dan insya Allah perbaikanperbaikan akan penulis
lakukan pada laporan-laporan yang akan datang. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang positif agar laporan ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di
masa yang akan datang.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Dr. Suryono
Wibowo,Sp.A sebagai dokter pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan motivasi
serta kedua orang tua yang selalu mendoakan.
Dengan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan penulis mengharapkan laporan ini dapat
membawa manfaat dan keuntungan yang berarti pada semua pembaca.
Penulis