You are on page 1of 22

Laporan Hasil Rapat Laporan Hasil Rapat Laporan Hasil Rapat Laporan Hasil Rapat Kerja Kerja Kerja

rja Kerja
Kementerian Koordinator Bidang Kesra Kementerian Koordinator Bidang Kesra Kementerian Koordinator Bidang Kesra Kementerian Koordinator Bidang Kesra
dengan dengan dengan dengan
Calon Anggota DJSN Calon Anggota DJSN Calon Anggota DJSN Calon Anggota DJSN








Agenda Ke-2
Rancangan Kebijakan Umum DJSN














Ruang Rapat Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Rabu, 9 Mei 2007
Halaman 1 dari 21
Daftar Is Daftar Is Daftar Is Daftar Isi ii i
Agend Agend Agend Agenda 2 a 2 a 2 a 2 Rancangan Rancangan Rancangan Rancangan Kebijakan Umum DJSN Kebijakan Umum DJSN Kebijakan Umum DJSN Kebijakan Umum DJSN



1. Hasil Rapat dan Rekomendasi
2. Daftar Kehadiran
3. Usulan : Pokok-pokok Pikiran untuk
Penyusunan Rancangan Kebijakan Umum
DJSN
Halaman 2 dari 21
Hasil Rapat dan Rekomendasi Hasil Rapat dan Rekomendasi Hasil Rapat dan Rekomendasi Hasil Rapat dan Rekomendasi
Agenda 2 Agenda 2 Agenda 2 Agenda 2 Rancangan Rancangan Rancangan Rancangan Kebijakan Umum DJSN Kebijakan Umum DJSN Kebijakan Umum DJSN Kebijakan Umum DJSN


1. PENYELENGGARAAN
a. Hari/tanggal : Rabu, 9 Mei 2007
b. Jam : 10.00 13.00 WIB
c. Tempat : Ruang Rapat Kementerian Koord. Bidang Kesra
d. Peserta : 17 orang, terdiri dari:
3 orang perwakilan Kedeputian Bidang Kesejahteraan dan
perumahan rakyat
11 orang dari 15 orang calon anggota Dewan Jaminan Sosial
Nasional
3 orang perwakilan GTZ-SHI Indonesia.
e. Pimpinan : Prof. DR. Hasbullah Thabrani, MPH, DR (PH), Calon Anggota
DJSN.

2. RISALAH RAPAT
a. Umum
Rapat Kerja Calon Anggota DJSN tanggal 9 Mei 2007 yang dihadiri 17 orang peserta
dibuka oleh Drs. Soekamto, Asisten Deputi Bidang Jaminan Sosial. Rakor tersebut
merupakan agenda ke-2 dari rakor yang telah dilaksanakan pada tanggal 2 Mei
2007, dengan pokok bahasan:
1. Membahas perkembangan terakhir rencana implementasi SJSN.
2. membahas pokok-pokok pikiran Rancangan Kebijakan Umum DJSN.
3. membahas agenda konsinyering tanggal 28-29 Mei 2007.
Kemudian Pimpinan Rapat diserahkan kepada Prof. DR. Hasbullah Thabrani, MPH.,
DR.(PH.) yang secara garis besar menjelaskan pokokpokok permasalahan yang
dihadapi dalam penyelenggaraan SJSN dalam rangka mencapai tujuan SJSN, yaitu
jaminan sosial untuk semua penduduk sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi.
Halaman 3 dari 21
Untuk itu, DJSN perlu menentukan prioritas kebijakan untuk 5 (lima) tahun ke
depan.
Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat, DR. Adang
Setiatna, juga memberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Di lingkungan Kementerian Koord. Bidang Kesra telah terjadi perubahan
struktur organisasi pada tingkat Kedeputian, yaitu:
a. Deputi Bidang Koordinator Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat.
b. Deputi Bidang Koordinator Kerawanan Sosial.
Sedangkan SJSN berada di bawah koordinasi Kedeputian Bidang Koord.
Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat.
2. Berdasarkan hasil Rapat Pokja Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan di
Bogor pada tanggal 15-16 Maret 2007, pada butir ke-2 agenda tindak lanjut
telah disepakati untuk menyelesaikan pembahasan draft awal PP UU SJSN yang
terkait dengan penerima bantuan iuran pada bulan Mei 2007 dan pada butir
ke-5 huruf g telah pula disepakati bahwa Penanggung jawab tugas dan anggaran
terkait butir ke-2 adalah Departemen Sosial dan BPS. Namun pada
perkembangannya, Departemen Sosial telah melayangkan surat kepada
Kementerian Koord. Bidang Kesra dan menyatakan menolak hal-hal tersebut di
atas.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah:
a. Hasil Rapat Pokja Harmonisasi dimaksud tidak dilaporkan kepada Menteri
Sosial.
b. Belum adanya kesamaan pemahaman tentang SJSN (khususnya dikalangan
pejabat Pemerintah), sehingga menurunnya koordinasi antar
departemen/instansi terkait.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, Kementerian Koord. Bidang Kesra akan
mengambil langkah-langkah:
a. Melakukan rapat koordinasi antar pejabat Eselon-1 departemen/instansi
terkait dan dilanjutkan rapat koordinasi antar Menteri dari departemen
terkait.
b. Sosialisasi intensif tentang SJSN kepada Pemerintah, diantaranya untuk
menjabarkan bahwa implementasi SJSN tidak memberatkan APBN.
3. Rapat Kerja Calon Anggota DJSN akan diteruskan sebagaimana yang telah
direncanakan.
Halaman 4 dari 21
Selanjutnya Sekretariat Pokja SJSN menyampaikan bahwa anggaran DJSN telah ada
dan untuk sementara masih melalui Dipa Kedeputian Bidang Koordinator
Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat. Adapun alokasi dana diperuntukan bagi
penyelenggaraan:
1. Rapat Koordinasi Pusat di Kementerian Koord. Bidang Kesra.
2. Konsinyering.
3. Perjalanan dinas ke 33 provinsi (@ 3 orang).
4. Fasilitas kerja.
5. Honor ketua dan anggota DJSN*.
6. Sewa ruang kerja.
* Menunggu Keputusan Presiden
Selama DJSN belum terbentuk, perlu adanya Keputusan Menteri Koord. Bidang
Kesra untuk memberi kewenangan kepada Deputian Bidang Koord. Perlindungan
Sosial dan Perumahan Rakyat dalam penggunaan Dipa dimaksud.

b. Diskusi Pokok-Pokok Pikiran Rancangan Kebijakan Umum DJSN
1. Anggota Tim GTZ-SHI Indonesia dan Kementerian Koord. Bidang Kesra
menyampaikan pemaparan tentang Pokok-Pokok Pikiran Rancangan Kebijakan
Umum DJSN. Usulan tim ditanggapi positif dan dianggap komprehensif.
2. Untuk memformulasikan usulan lebih lanjut Kebijakan Umum DJSN, perlu
dilengkapi dengan identifikasi permasalahan.
3. Para peserta rapat menyampaikan berbagai pernyataan dan usulan, sebagai
berikut:
a. UU No. 3 Tahun 1992 mendukung UU NO. 40 Tahun 2004.
b. Telaah UU No. 40 Tahun 2004:
menjawab kealpaan pemerintah terhadap penyelenggaraan Jaminan
Sosial bagi seluruh rakyat.
Merupakan keniscayaan yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah.
c. Perubahan UU No. 3 Tahun 1992:
Khususnya untuk pembayaran pesangon (terkait UU No. 13 Tahun 2003),
masih dalam perdebatan.
Menghentikan proses pembahasan Perubahan UU No. 3 Tahun 1992 di
DPR RI.
Halaman 5 dari 21
d. Apakah DJSN sebagai pengganti Kementerian BUMN? Apabila ya, maka
diperlukan tatanan tugas dan wewenang, serta kebijakan keuangan.
e. Pengimplementasian SJSN harus mengacu pada prinsip-prinsip Jaminan Sosial,
antara lain untuk mengimplementasikan restribusi pendapatan.
f. Perlu kajian terhadap Jaminan Pensiun untuk mempertimbangkan kelebihan
dan kekurangan sistem perhitungan iuran pasti atau manfaat pasti bagi pesert,
dimana selama ini dianut manfaat pasti yang menguntungkan penduduk
berpendapatan.
g. Pilihan-pilihan prioritas kebijakan agar dilakukan secara cermat setelah
melakukan kajian yang mendalam.
Kebijakan umum:
Hirarki peraturan perundang-undangan.
Kepesertaan.
Sektor informal perlu mendapat penanganan yang tepat, disamping fakir
miskin dan orang yang tidak mampu sebagai penerima bantuan iuran.
Program.
Kontribusi.
Kewajiban kontribusi, pengambilan (collecting) dan pengumpulan (pooling)
data/pendaftaran, serta pembayaran (paying) perlu ditata agar efektif dan
efisien.
BPJS.
Kebijakan perpajakan perlu mendapat perhatian.
h. Kembali ke konsep awal sebagaimana Naskah Akademik SJSN.
i. Contoh: Provinsi Jawa Timur dengan APBD Rp. 4 Trilyun. 20% anggota
Jamsostek (800.000 orang) pendapatan Rp. 10 Trilyun (2.5 X APBD), sehingga
pemerintah setempat tertarik untuk membentuk badan jaminan sosial daerah.
Dengan SJSN, yang dapat didesentralisasikan adalah jaminan sosial yang
bersifat jangka pendek.
Mencari formulasi BPJS Daerah yang tepat, sehingga dapat menentukan
posisinya sebagai bagian dari SJSN berdasarkan UU SJSN pasca putusan MK.

c. Kesimpulan/Rekomendasi dan Agenda Tindak Lanjut
1. Askeskin merupakan program untuk menangani Penerima Bantuan Iuran.
2. Rencana perubahan UU No. 3 Tahun 1992 perlu dibahas secara komprehensif
dan mendalam, terutama keterkaitannya dengan implementasi UU SJSN.
Halaman 6 dari 21
3. Diperlukan studi/kajian dan modeling dalam rencana penyusunan kebijakan
yang dapat menunjang tugas-tugas DJSN.
4. Perlu dilakukan pendekatan ke Sekretariat Kabinet untuk mengetahui
perkembangan PerPres tentang DJSN.
5. Konsinyering Calon Anggota DJSN pada tanggal 28-29 Mei 2007 meliputi
pembahasan:
a. Konsep RPP tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Sosial.
b. Konsep Kebijakan Umum DJSN tentang Penyelenggaraan SJSN.
c. Konsep RUU BPJS.
Halaman 7 dari 21
Daftar Kehadiran Daftar Kehadiran Daftar Kehadiran Daftar Kehadiran
Agenda 2 Agenda 2 Agenda 2 Agenda 2 Rancangan Rancangan Rancangan Rancangan Kebijakan Umum DJSN Kebijakan Umum DJSN Kebijakan Umum DJSN Kebijakan Umum DJSN

Rabu, 9 Mei 2007
Ruang Rapat Kementerian Koord. Bidang Kesra

Kehadiran
No. Nama
Hadir Tidak Hadir
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
1.
Drs. Soekamto
Asisten Deputi Bidang Jaminan Sosial

2.
Drs. Ponco Respati N
Staf Asisten Deputi Bidang Jaminan Sosial

3.
Dra. Endang Sri Mulyani
Staf Asisten Deputi Bidang Jaminan Sosial

Calon Anggota DJSN
1. Prof. Dr. Hasbullah Thabrani, MPH., DR(PH).
2. Drs. Marwanto Harjowiryono., MA.
3. Dr. H. M. Bambang Pranowo
4. Ir. Tianggur Sinaga MA.
5. Drs. Chazali H. Situmorang, Apt., M.Sc.
6. Dr. Adang Setiana
7. Drg. Moeryono Aladin, SIP., MM .
8. Drs. Suparwanto, MBA.
9. Dr. Bambang Poerwoko, SE., MA.
10. Drs. Djoko Sungkono, MM.
11. T. Arsen Rickson, SH.
12. Ir. Hariadi B. Sukamdani, MM.
13. Drs. Timur Soetanto
14. Drs. H. Syukur Sarto
15. Drs. Ridwan Monoarfa
Tim Ahli (GTZ-SHI Indonesia)
1. Dr. M. W. Manicki (Team Leader)
2. Dr. Asih Eka Putri (Senior Advisor)
3. A. A. Oka Mahendra, SH. (Legal Specialist)



Halaman 8 dari 21














U s u l a n
Pokok-Pokok Pikiran
untuk Penyusunan
Rancangan Kebijakan Umum DJSN








Bahan Pertemuan Calon Anggota DJSN
9 Mei 2007


Disusun oleh :

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahreraan Rakyat
bekerjasama dengan
GTZ-SHI Project

Halaman 9 dari 21
USULAN

Pokok-Pokok Pikiran
untuk Penyusunan
Rancangan Kebijakan Umum DJSN


I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Tujuan pembentukan Pemerintah Negara R.I. adalah untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
1

Tujuan tersebut menunjukan bahwa Negara R.I. adalah negara kesejahteraan
(welfare state). Dalam negara kesejahteraan hak rakyat untuk memperoleh jaminan
sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermartabat
2
dijamin dalam konstitusi. Selain itu konstitusi mengamanatkan
negara untuk mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
3
Negara kesejahteraan dengan jaminan sosial memang bergandengan
tangan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak dan
meningkatkan martabat rakyat menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang
sejahtera, adil dan makmur. Sebagai peklaksanaan ketentuan Pasal 28 H dan Pasal
34 UndangUndang Dasar Negara R.I. Tahun 1945 pada tanggal 19 Oktober 2004
telah disahkan dan diundangkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional pada
dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian
perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui
program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup
yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau


1
UUD Negara RI Tahun 1945, Pembukaan Alinea ke-4
2
Ibid, Pasal 28H ayat (3)
3
Ibid, Pasal 34 ayat (2)
Halaman 10 dari 21
berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit,mengalami kecelakaan,
kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut atau pensiun.
4

Undang-Undang SJSN dimaksudkan pula untuk mensinkronisasikan penyelenggaraan
berbagai bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara
selama ini agar dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta memberikan
manfaat yang lebih besar bagi setiap peserta.
5

Undang-Undang SJSN menganut prinsip-prinsip kegotong royongan, nirlaba,
keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib,
dana amanat dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan sebesar-besar kepentingan peserta.
6

Jenis program Jaminan Sosial meliputi
7
:
a. Jaminan Kesehatan (JK),
b. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
c. Jaminan Hari Tua (JHT),
d. Jaminan Pensiun (JP), dan
e. Jaminan Kematian (JKM).
Untuk penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan UU SJSN tersebut
dibentuk Dewan Jaminan Sosial Nasional
8
(DJSN).
Peranan DJSN sangat penting untuk menyelenggarakan SJSN agar berjalan secara
efektif dan efisien sesuai dengan amanat konstitusi dan ketentuan UU SJSN. Oleh
karena itu DJSN perlu menetapkan kebijakan umum dan sinkronisasi
penyelenggaraan SJSN.


4
UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN, Penjelasan Umum alinea ke-3
5
Ibid, alinea ke-8
6
Ibid, Pasal 4
7
Ibid, Pasal 18
8
Ibid, Pasal 6
Halaman 11 dari 21
b. Maksud dan Tujuan
Maksud penyelenggaraan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN
adalah:
1. Memberikan gambaran obyektif tentang permasalahan yang dihadapi dalam
penyelenggaraan SJSN.
2. Menetapkan skala prioritas kebijakan dibidang SJSN sesuai dengan ketentuan UU
SJSN dan peraturan pelaksanaannya.
3. Menjamin terselenggaranya program jaminan sosial oleh Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial (BPJS) secara efektif dan efisien dan meningkatkan kemanfaatan
bagi peserta.
4. Menjadi tolok ukur keberhasilan kinerja kelembagaan yang terkait dengan
penyelenggaraan jaminan sosial.
Tujuan penyusunan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN adalah:
1. Mengendalikan dan mengarahkan penyelenggaraan SJSN sesuai dengan
ketentuan UU SJSN dan peraturan pelaksanaannya.
2. Membangun sinergi antar segenap aktor dalam penyelenggaraan SJSN.
3. Memastikan pentahapan pendaftaran peserta untuk memperluas jangkauan
kepesertaan.
c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN:
1. Kedudukan, fungsi, tugas dan wewenang DJSN.
2. Permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan SJSN
3. Visi dan Misi
4. Kebijakan umum
5. Evaluasi dan laporan.

Halaman 12 dari 21
II. KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG DJSN.
a. Kedudukan
Kedudukan DJSN berada dibawah Presiden. Ketua dan anggota DJSN diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden. DJSN bertanggung jawab kepada Presiden.
9

b. Fungsi
DJSN berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan
SJSN.
10
Fungsi merumuskan kebijakan umum (major policies) pada dasarnya
berhubungan dengan proses penerimaan masukan (input) untuk dijadikan bahan
mentah (policy agenda) bagi proses pembuatan kebijakan (policy formulation) untuk
ditetapkan menjadi kebijakan (policy adaption).
11
Kebijakan umum yang dirumuskan
DJSN pada dasarnya merupakan pilihan prioritas tindakan tertentu yang bertujuan
agar penyelenggaraan SJSN yang melibatkan beberapa aktor dapat mencapai
tujuannya yaitu memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap peserta dan / atau anggota keluarganya.
12

Oleh karena itu penyelenggaraan SJSN melibatkan banyak aktor maka untuk
mencapai tujuan diperlukan sinkronisasi, kerjasama dan koordinasi yang mantap
antar berbagai aktor.
c. Tugas
Terdapat 3 (tiga) tugas DJSN yaitu:
13

1. Melakukan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan penyelenggaraan
jaminan sosial.
Kajian dan penelitian yang dilakukan dalam ketentuan ini antara lain penyesuaian
masa transisi; standar operasional dan prosedur BPJS, besaran iuran dan
manfaat, pentahapan kepesertaan dan perluasan program, pemenuhan hak
peserta, dan kewajiban BPJS.
2. Mengusulkan kebijakan investasi Dana Jaminan Sosial Nasional.
Kebijakan investasi yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah penempatan dana
dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian, optimalisasi hasil, keamanan dana
dan transparasi.


9
Ibid, Pasal 8 ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1)
10
Ibid, Pasal 7 ayat (2)
11
Taliziduhu Ndraha, Kybernology, 493
12
Opcit Pasal 3
13
Ibid, Pasal 7 ayat (3) dan Penjelasannya
Halaman 13 dari 21
3. mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi penerima bantuan iuran dan
tersedianya anggaran operasional kepada Pemerintah.
d. Wewenang
DJSN berwenang melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program
jaminan sosial.
14

Kewenangan melakukan monitoring dan evaluasi dalam ketentuan ini dimaksudkan
untuk menjamin terselenggaranya program jaminan sosial, termasuk tingkat
kesehatan keuangan BPJS. Dengan kata lain DJSN berwenang melakukan monitoring
dan evaluasi terhadap kinerja BPJS.

III. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI DALAM PENYELENGGARAAN SJSN
a. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
Sebelum mengemukakan permasalahan yang dihadapi perlu terlebih dahulu
dikemukakan 4 (empat) faktor yang berpengaruh dalam menyusun desain dan
perencanaan makro penyelenggaraan SJSN yaitu :
1. Kebijakan dan strategi pengembangan yang dilandasi oleh Peraturan perundang-
undangan dibidang jaminan sosial yang terstruktur sebagai satu kesatuan yang
koheren (selaras, serris dan seimbang) membentuk sebuah sistem peraturan
perundang-undangan dibidang jaminan sosial sebagai bagian integral dari sistem
hukum nasional dan berlaku secara efektif dalam masyarakat.
2. Sistem penyelenggaraan kepemerintahan yang mengacu kepada
penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) dengan
karakteristik participation, rule of law, transparancy, responsivness, consesnsus
orientation, equity, effectiveness and efficiency, accountability, strategic vision.
15

3. Sumber daya meliputi sumber daya manusia dan finansial / sarana dan prasarana
yang berkualitas, dapat dijangkau dan dimanfaatkan secara efektif, efisien dan
berkelanjutan.
4. Masyarakat yang menjadi tulang punggung dan pemilik sistem (social property)
dalam arti bahwa sistem jaminan sosial dibangun dari, oleh dan untuk
masyarakat.


14
Ibid, Pasal 7 ayat (4) dan Penjelasannya
15
Joko Widodo : Good Governance, 2
Halaman 14 dari 21
b. Permasalahan
Dengan memperhatikan keempat faktor tersebut dapat diidentifikasikan
permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan SJSN sebagai berikut :
1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan
a. Peraturan perundangan:
tumpang tindih dan dalam beberapa hal saling bertentangan;
Belum dilengkapi dengan peraturan perundang-undangan pelaksanaan
yang bersifat operasional sebagai frame work yang jelas dalam
penyelenggaraan jaminan sosial untuk kesejahteraan rakyat.
Posisi UU SJSN terhadap undang-undang lain yang juga mengatur
jaminan sosial tidak jelas apakah sebagai lex generalis terhadap lex
spesialist atau undang-undang payung (umbrella law) terhadap undang-
undang pelaksanaan.
b. Kerangka konseptual pembangunan jaminan sosial
UU SJSN tidak tegas mengatur kerangka konseptual tentang yuridiksi, subyek
hukum dan inter-relasi antar aktor yang terkait dengan bekerjanya SJSN.
Dampaknya sangat terasa dalam operasionalisasi program jaminan sosial.
2. Sistem Kepemerintahan
a. Masih belum ada kejelasan mengenai lembaga yang bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan SJSN apakah Pesiden, Menteri atau DJSN.
b. Masih belum ada kejelasan mengenai pelaku-pelaku dan institusi-institusi
yang terlibat berikut tugas, fungsi dan kewenangannya serta relasi antar
pelaku dan antar institusi dalam menyelenggarakan SJSN.
c. Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara Nomor 007/PUU-III/2005
tanggal 31 Agustus 2005 timbul masalah baru yaitu berkenaan dengan
kewenangan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan SJSN sebagaimana
dikemukakan dalam pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi yang pada
intinya menyatakan : bahwa pengembangan sistem jaminan sosial adalah
bagian dari pelaksanaan fungsi pelayanan sosial negara yang kewenangan
penyelenggaraannya berada ditangan pemegang kekuasaan pemerintahan
negara yaitu, kewenangan Pemerintah Pusat dan dapat juga menjadi
kewenangan Pemerintahan Daerah.
16

d. Sejak reformasi telah terjadi transisi sistemik penyelenggaraan pemerintahan
negara yang dipicu oleh transformasi politik otoritarian yang sentralistik


16
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Putusan Perkara Nomor 007/PUU-III/2005, 197
Halaman 15 dari 21
menuju demokratisasi yang desentralistik dengan penerapan prinsip good
governance. Transisi sistemik ini mengubah perilaku pemangku dari perilaku
yang dibangun dengan pendekatan perintah, hirarkis dan ketaatan
(otoriterisme) ke pendekatan kebebasan, kepesertaan dan pemberdayaan
(demokrasi).
e. UU SJSN memberikan tugas dan wewenang yang terbatas kepada DJSN
dalam penyelenggaraan SJSN. Disamping itu DJSN sebagai Dewan yang baru
masih perlu melakukan konsolidasi wawasan untuk penyamaan visi dan
konsolidasi organisasi serta perlu menjalin hubungan dengan aktor-aktor
lainnya.
3. Sumber Daya
a. BPJS dalam posisi transisi pasca putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 31
Agustus 2005 sehingga status hukumnya tidak jelas. Hal tersebut
mempengaruhi kinerja BPJS karena harus melakukan transformasi dari
Persero yang mencari keuntungan menuju badan hukum pengelola dana
amanah yang bersifat nirlaba. Hal tersebut selain menyangkut aspek yuridis
dan administratif juga berkaitan dengan transformasi corporate culture.
b. Sementara itu kapasitas manajemen dan administrasi BPJS yang masih
dalam proses pengembangan terbentur pada peraturan perundang-undangan
yang belum pasti.
c. Fasilitas pelayanan masih berorientasi kepada pasar tradisional sehingga
belum memikirkan social responsibility.
d. Dilihat dari aspek keterjangkauan sumber daya fisik kendala utamanya adalah
kesenjangan kemampuan antar daerah sangat tinggi yang berpengaruh pada
penyediaan fasilitas pelayanan. Kondisi tersebut diperparah lagi karena
pelayanan yang tidak terintegrasi sehingga menimbulkan inefisiensi dan biaya
tinggi.
4. Masyarakat
a. Pertumbuhan GDP masih sangat rendah 5,1 % (tahun 2004) - 5,6% (tahun
2005), - 5,1% (2006) dan pola pertumbuhannya mengalami pergeseran
kearah yang kurang menguntungkan penyerapan tenaga kerja dan
pengentasan kemiskinan yang ditandai oleh kesenjangan sektor barang dan
sektor jasa. Implikasinya ialah angka kemiskinan meningkat, angka
pengangguran juga meningkat. Penduduk miskin pada tahun 2005 berjumlah
Halaman 16 dari 21
35,10 juta (15,97%) pada tahun 2006 menjadi 39,05 juta (17,75%).
17

Sebagai konsekuensi pertumbuhan ekonomi yang rendah maka angka
pengangguran semakin tinggi. Pengangguran terbuka + 9,1% dan
pengangguran terselubung + 24 %.
b. Angka partisipasi tenaga kerja masih rendah sekitar 68%.
c. Kesadaran masyarakat terhadap hak dan kewajibannya di bidang jaminan
sosial masih rendah seiring dengan partisipasi pendidikan yang rendah
(sekitar 5 tahun).
d. Masyarakat rentan terhadap bencana alam, wabah penyakit dan kerusuhan
sosial yang beresiko pada kondisi keuangan jangka panjang masyarakat.
e. Prinsip solidaritas sosial tidak berjalan dengan baik karena lapisan masyarakat
berpenghasilan menengah keatas tidak ikut dalam skema asuransi sosial,
karena mereka dapat memilih skema asuransi yang lebih baik sesuai dengan
kemampuan ekonomi mereka.

IV. DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL
a. Visi dan Misi
Visi DJSN:
Satu sistem jaminan sosial berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang SJSN untuk terwujudnya jaminan sosial bagi semua penduduk pada tahun
2020
Misi DJSN:
1. Mengharmonisasikan undang-undang yang terkait dengan jaminan sosial dengan
UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN
2. Melaksanakan institution and capacity building dengan menerapkan prinsip good
governance dalam penyelenggaraan SJSN.
3. Mendorong Pemerintah untuk mengembangkan sumber daya pendukung yang
memenuhi standar di seluruh daerah.
4. Mempromosikan penggunaan sumber daya secara efektif, efisien dan
berkelanjutan.


17
Faisal Basri, Dalam Menakar Kinerja Kabinet Indonesia Bersatu Perspektif Ekonomi, 31-45
Halaman 17 dari 21
5. Membangun SJSN yang berbasis masyarakat yaitu SJSN dari, oleh dan untuk
masyarakat.
b. Kebijakan Umum
1. Harmonisasi peraturan perundang-undangan SJSN dan mengefektifkan
pelaksanaannya.
a. Mengharmonisasikan peraturan perundang-undangan di bidang jaminan
sosial dengan UU SJSN.
b. Menyusun kodifikasi peraturan perundang-undangan dibidang SJSN.
c. Mempercepat pembentukan peraturan pelaksanaan UU SJSN.
d. Sinkronisasi UU SJSN dengan UU Pemerintahan Daerah.
e. Mengefektifkan pelaksanaan UU SJSN.
2. Mengembangkan prinsip kepemerintahan yang baik (good governance) untuk
memantapkan kelembagaan.
a. Memastikan kelembagaan yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
SJSN dan mekanisme koordinasinya dengan lembaga / instansi yang terkait.
b. Memastikan peranan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan SJSN pasca
putusan Mahkamah Konstitusi.
c. Mendorong pelaksanaan prinsip good governance dalam penyelenggaraan
SJSN.
d. Melakukan konsolidasi wawasan dan konsolidasi organisasi DJSN untuk
meningkatkan kapasitas DJSN dalam penyelenggaraan SJSN berdasarkan
ketentuan UU SJSN.
3. Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Sumber Daya
a. Memfasilitasi agar proses transformasi menuju BPJS sebagai pengelola dana
amanah dan bersifat nirlaba dapat berjalan dengan lancar termasuk
perubahan corporate culturenya.
b. Mendorong peningkatan kualitas manajemen dan administrasi BPJS agar lebih
efektif dan efisien.
c. Meningkatkan social responsibility fasilitas pelayanan SJSN.
d. Memperluas penyebaran fasilitas pelayanan SJSN dengan standar mutu yang
memadai dan mengembangkan sistem pelayanan yang terintegrasi agar lebih
efektif dan efisien.
4. Memberdayakan komunitas sebagai pemilik (subyek) sistem.
a. Memastikan tahapan penyelenggaraan program jaminan sosial bagi fakir
miskin dan orang yang tidak mampu.
Halaman 18 dari 21
b. Memperluas kepesertaan program jaminan sosial agar menjangkau segenap
lapisan masyarakat.
c. Meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat atas jaminan sosial.
d. Mengembangkan penyelenggaraan program jaminan sosial yang lebih
responsif terhadap kondisi sosial masyarakat dan mendukung terbangunnya
solidaritas sosial.
e. Mensinergikan program jaminan sosial dengan program bantuan sosial untuk
lebih mengefektifkan penanggulangan masalah sosial dan pengentasan
kemiskinan.
c. Evaluasi dan Pelaporan
1. Evaluasi.
Evaluasi dilaksanakan secara obyektif berdasarkan standar tertentu pada
tingkat administrasi dan manajemen pelaksanaan kebijakan umum
penyelenggaraan SJSN. Evaluasi dilakukan secara berkala sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun sekali. Hasil evaluasi tersebut dipergunakan
sebagai pertimbangan penting dalam menyempurnakan kinerja DJSN maupun
dalam merumuskan kembali permasalahan dan kebijakan umum.
2. Pelaporan
Laporan pelaksanaan kebijakan umum penyelenggaraan SJSN dilakukan
secara berkala setiap tahun sekali. Pada akhir masa jabatan dibuat laporan
akhir pelaksanaan kebijakan umum penyelenggaraan SJSN. Laporan
disampaikan kepada Presiden dan terbuka untuk diakses oleh masyarakat.

V. KESIMPULAN, HARAPAN DAN TINDAK LANJUT
Reformasi dan pembangunan sistem jaminan sosial di Indonesia diprakarsai oleh
Pemerintah. Hal ini berbeda dari negara-negara industri di mana pembangunan
jaminan sosial diawali dari bawah (hubungan industrial) untuk meminimalkan
ketidakamanan ekonomi karena peristiwa industrial. Dengan demikian, langkah
pertama yang harus ditempuh dalam membangun jaminan sosial nasional yang
adekuat di Indonesia adalah menyelesaikan agenda-agenda regulasi yang
diharapkan dapat dengan tegas mengatur hal-hal yang menyangkut yuridiksi, subyek
hukum dan interlasi antar pelaku yang terkait.
Halaman 19 dari 21
Pemerintah harus proaktif melakukan perubahan penyelenggraan jaminan sosial
untuk melaksanakan prinsip-prinisp jaminan sosial secara konsisten dimulai dengan
menyusun kebijakan umum dan desain makro penyelenggaraan SJSN sebagai
pengimplementasian UU No. 40 Tahun 2004 Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
dengan didukung oleh:
1. Peratuan perundangan yang koheren (selaras, serasi dan seimbang) dengan
cara:
a. Mengharmonisasikan peraturan perundangan terkait penyelenggaraan
jaminan sosial
b. Menyusun kodifikasi hukum di bidang jaminan sosial
c. Menyinkronisasikan peraturan perundangan terkait
d. Mengefektifkan pelaksanaan peraturan perundangan melalui pelaksanaan
secara konsisten dan penegakan hukum.
2. Kerangka konseptual yang padu dan solid dengan mengintegrasikan kebijakan
dan strategi makro, sistem kepemerintahan, ketersediaan dan pembangunan
sumber daya serta kondisi masyarakat dan pemberdayaannya.
4
Promote
Assessable,
Efficient and sustainable use
of resources
MACRO DEVELOPMENT POLICY/
STRATEGY (1)
SYSTEM OF GOVERNANCE (2)
RESOURCES (3) COMMUNITY (4)
GRAND DESIGN
PLANNING
AND
MANAGEMENT
Conceptual Framework for Developing
Grand Design, Planning And Management
Based on
harmonized and coherent
laws and regulations
Follow the principles of
GOOD GOVERNANCE
Promote
Social Property

Halaman 20 dari 21
3. Terintegrasi dengan pembangunan ekonomi dan program penanggulangan
kemiskinan; dan khusus untuk program jaminan kesehatan, harus terintegrasi
dengan sistem kesehatan nasional
4. Mengindahkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance)
5. Mengikutsertakan masyarakat sebagai pemilik SJSN dalam proses penyusunan
kebijakan untuk membangun kepemilikan (social property) dan untuk
keberlanjutan pembangunan SJSN dalam jangka panjang
6. Mengimplementasikan SJSN dengan konsisten.
Halaman 21 dari 21
Daftar Kepustakaan

1. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945.
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
4. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
5. Faisal Basri, Perspektif Ekonomi Dalam Menakar Kabinet Indonesia Bersatu di Paruh
Waktu, Jakarta 2007.
6. Joko Widodo, Good Governance, Surabaya, 2001.
7. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Putusan Perkara Nomor
007/PUU-III/2005.
8. Taliziduhu Ndraha, Kybernology Jilid 2, Jakarta; 2003.

You might also like