Oleh : dr. Maya Cassandra IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. A Umur : 26 th Status : Menikah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : jln. Mangga Besar, Maphar Agama : Islam Pendidikan : SMP
Anamnesis Dilakukan secara alloanamnesis dan autoanamnesis pada tanggal 29-30 September 2014 Keluhan Utama Perdarahan pervaginam yang terus menerus 2 hari smrs Riwayat Penyakit Sekarang Awalnya os mengeluh terkadang keluar darah setelah berhubungan 1 bulan yang Lalu. Dan keluar darah haid lebih lama dari biasanya. Tidak ada nyeri perut dan daerah sekitar vagina, keputihan sesekali. Pada bulan agustus os memeriksakan keluhan ke dr. SpOG lalu dilakukan papsmear, dari pemeriksaan itu dokter mendiagnosis Ca Cervix dan disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke RSCM. Lalu os telah dijadwalkan dilakukan operasi pada bulan November. Sekarang ini perdarahan pervaginam terjadi terus menerus sehari kira-kira 2-3 pembalut tapi darah tidak terlalu banyak kadang hanya flek coklat kemerahan. Lalu 2 hari smrs os perdarahan hebat mengganti pembalut 5-6 kali. Dan os mengeluh pusing dan lemas. Riwayat Penyakit Dahulu Os tidak pernah memgalami sakit seperti ini sebelumnya. Tidak pernah haid lebih dari 7 hari dan tidak pernah mengalami sakit yang hebat karena haid. Os juga tidak pernah sakit keputihan yang menganggu seperti keputihan yang banyak berwarna dan berbau tidak enak. Tidak ada riwayat hipertensi, kencing manis dan asma. Riwayat Kehamilan 1. Meninggal umur 1 minggu 2. 10 tahun, laki-laki, lahir dibidan BB 3200gr 3. 3,5 tahun perempuan, lahir dibidan BB 3000gr Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga tidak ada riwayat sakit seperti ini. Tidak ada riwayat sakit kanker dikeluarga. Riwayat Sosial Os pertama kali menikah pada saat umur 14-15 tahun dan hanya berlangsung 1 tahun. Lalu menikah dengan suami yang sekarang pada umur 16 tahun. Suami os bekerja sebagai kontraktor dijakarta. Riwayat Kebiasaan Os tidak pernah merokok dan minum alcohol. Jarang memakan junkfood.
PEMERIKSAN FISIK
Kesan umum: TSS Kesadaran: CM Tanda vital Tekanan darah : 100/70 Suhu : 36C Nadi : 110x /menit, regular, isi cukup. Pernafasan : 20x /menit.
Pemeriksaan kepala Kepala: dalam batas normal Mata: konjungtiva anemis (+), sclera ikterik (-) THT: tidak diperiksa Leher: JVP tidak meningkat
Paru I: dada simetris saat statis maupun dinamis P: tidak dilakukan P: tidak dilakukan A: rhongki -/- Wheezing -/- Jantung: A: s1s2 reguler Mur(-) gal(-) Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : datar Palpasi : Supel, BU + N, nyeri tekan (-). Pemeriksaan Genitalia Dilakukan pemeriksaan inspekulo (di RS Adjidarmo) : o Perdarahan pervaginam o v/v perdarahan pervaginam + o terdapat masa berdenggul-denggul o portio rapuh dan mudah berdarah Ekstrimitas: Akral hangat, CRT <3detik
DIAGNOSIS: 1. Ca Cervix St. II b 2. Anemia ec perdarahan PEMERIKSAAN LAB: 25/9/14 28/9/14 29/9/14 Leukosit 13400 14690 15160 Eritrosit 2,53 2,76 3,47 Hb 8,1 8,7 11,0 Ht 23,3 25 30,7 Trombosit 218000 182000 224.000 Ct 1,3 Bt 8 Ot 18 Pt 18 GDS 121 Ur 7,19 Cr 1 Na 131 K 3,6 Cl 87
USG: Deskripsi : Korpus dan kavum uteri normal Endometrium stratum basalis regular. Tipis 3,39mm Servix (terutama posterior) mengandung massa inhomogen, tepid an bentuk tidak teratur, ukuran 32x56 mm, dengan hipervaskularisasi berasal dari malignancy servix. Massa berbatas tegas dengan paramerial (tak tampak invas) Kedua ovarium bentuk dan ukuran normal Tidak ada massa abnormal adneksa Tidak tampak pembesaran KGB paraaorta dan para iliaka Kesimpulan : Malignancy Cervix (tak tampak invasi parametrial)
PA (RSCM) : Didapatkan hasil PA dr RS Husada Keterangan Klinik : karsinoma epidermoid cervix uteri yang infiltrative jenis small cell dan large cell, non keratinizing Makroskopik : Terima 1 slide PA Mikroskopik : Slide PA dengan keterangan berasal dari cervix menunjukan keping-keping tumor ganas epithelial. Sel tumor tersusun dalam sarang-sarang yang infiltrative memenuhi stroma jaringan ikat. Inti sel tumor pleomorfik, vesikuler dengan anak inti / hiperkromatik, sitoplasma jernih / eosinofilik. Mitosis banyak. Reaksi limfosit ringan. Nekrosis sedikit. Invasi limfovaskuler tidak ditemukan Kesimpulan : Histologic sesuai dengan karsinoma cell skuamosa tidak berkeratin, berdiferensiasi sedang buruk Diagnosis klinik : Ca Cervix Stadium IIB
Terapi : IUVD : RL 500cc / 8 jam Kalnex 3x1 ap Vit K 3x1 ap Transfusi s/d HB > 10 gr/dl (total yang sudah masuk PRC 600cc) Ceftriaxone 1x2gr Prenatin Plus 1x1 tab
BAB I PENDAHULUAN
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki.Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang.Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang.Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual, kontrasepsi,atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks.Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang.
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari jaringan epitel sedangkan serviks itu merupakan bagian dari rahim sebagai jalan lahir yang berbentuk silinder. Serviks uteri : leher rahim. Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal yang terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang.
2. Anatomi dan Fisiologi Serviks merupakan segmen uterus berada bagian bawah yang dilapisi epitel torak pensekresi mukus dalam kesinambungan langsung dengan epitel vagina, yang befungsi sebagai jalan lahir. Ekstoserviks merupakan epitel berlapis yang gepeng serupa dengan vagina, dengan peralihan agak mendadak diantara keduanya, sambungan skuamakolumnar. Serviks mengalami perubahan/dramatis selama masa usia reproduktif maupun dalam siklus menstruasi. Sambungan skuamokolumnar normalnya terletak dalam kanalis endoservikalis, tetapi dapat berada jauh di luar pada ektoserviks, baik pasca persalinan atau atas dasar kongenital. Mukus serviks dihasilkan sebagai respon terhadap estrogen dan dengan eversi sel torak pensekresi mucus pada ektoserviks, suatu sekret mukoid dan kadang-kadang purulen bisa dialami. Walaupun ini bisa menyebabkan secret yang berbau busuk, tetapi tidak ada makna patologi dan tampaknya tidak mengubah kapasitas reproduksi. Mukus memberikan sawar bakteri diantara traktus genitalis atas yang steril dan vagina yang mengandung bakteri dan memudahkan sperma berjalan pada saat ovulasi. Arsitektur endoserviks mempunyai beberapa kripta yang memberikan penampungan untuk sperma, tempat sperma bertahan sampai beberapa hari setelah koitus. Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai saluran lonjongan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel toraks bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum (OUI) dan pintu vagina (OUE) Ostium Oteri Eksternum. Kedua pintu ini penting dalam klinik misalnya pada penilaian jalannya persalinan, abortus dan sebagainya.
3. . Patofisiologi Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali dengan adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia tidak melibatkan seluruh lapisan epitel serviks, yang dibagi menjadi displasia ringan, sedang dan berat. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regresi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Displasia adalah neoplasma serviks intraepitel (CIN). Tingkatan adalah CIN 1 (displasia ringan), CIN 2 (displasia sedang), CIN 3 (displasia berat dan insitu). Dalam jangka waktu 7 10 tahun, perkembangan tersebut menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif, carsinoma insitu yang diawali fase statis dalam waktu 10 12 bulan berkembang menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks. Para metrium dan pada akhirnya dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan cavum uterus. Penyebab kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis, hipertensi dan adanya demam. MEKANISME MOLEKULER Kanker leher rahim yang disebabkan oleh beberapa tipe human papillomavirus (HPV) beresiko tinggi seperti HPV16 dan HPV18 memiliki onkogen E6 dan E7 dimana kedua ekspresi gen ini menjadi prasyarat bagi perkembangan kanker dan pertahanan fenotip malignan. Pemusnahan kedua onkogen ini dipertimbangkan untuk diaplikasikan pada terapi molekuler kanker servik (Yamato et al., 2006). 1. Protein E6 dan E7 dari HPV memodulasi protein seluler yang mengatur daur sel. a. Berikatan dengan protein selular yang disebut E6-associated protein (E6-AP) membentuk ubiquitin ligase E3 dengan target degradasi tumor suppressor p53 (Gewin et al., 2004). Degradasi p53 mengakibatkan sel tidak mengalami apoptosis ataupun memasuki cell cycle arest pada G1/S. b.Menginduksi protein c-myc yang dapat memacu enzim telomerase yang menyebabkan sel bersifat immortal. Menstimulasi ekspresi eksogenus gen hTERT (human telomerase reverse transcriptase) yang mengkode subunit katalitik dari telomerase (Horner et al., 2004) selain itu induksi telomerase juga terjadi melalui perantara kompleks E6-AP (Gewin et al., 2004). 2. Protein E7 a. Mengikat bentuk aktif terhipofosforilasi dari p105Rb dan anggota-anggota famili retinoblastoma (Rb) lainnya dari protein tumor supresor mengakibatkan destabilisasi dan hilangnya kompleks pRb/E2F dimana kompleks pRb/E2F berfungsi menekan transkripsi gen yang dibutuhkan untuk progresi siklus sel. Jalur p53 dan pRb saling berhubungan satu sama lain: fosforilasi p105Rb yang mengakibatkan lepasnya kompleks Rb/E2F diperantarai oleh cyclin-dependent kinase (cdk) dihambat oleh p21 yang merupakan target transkripsi dari p53. Protein E6 dan E7 juga menunjukkan ketidaktergantungannya pada aktivitas p53 dan pRb (DeFilippis et al., 2003). b.Protein E7 dapat menginhibisi p21 dan p27 (Fehrman, 2003). Sebagian besar sel kanker servik mempunyai gen p53 dan p105Rb dalam bentuk wild type. Jadi, gen pengatur pertumbuhan yang aktif dalam sel normal ini juga terdapat dalam sel kanker leher rahim. Namun, aktivitasnya dihambat oleh ekspresi protein E6 dan E7 dari HPV (Goodwin dan DiMaio, 2000). Apabila ekspresi onkogen E6 dan E7 dihambat, maka protein tumor supresor p53 dan retinoblastoma aktif dan sel kanker servik mengalami senescence yang kemudian menyebabkan apoptosis (Horner et al., 2004). Genom papilomavirus bereplikasi seperti plasmid ekstrakromosomal pada lesi premalignan dan juga terintegrasi pada sebagian besar karsinoma leher rahim secara acak. (Dalimartha, 1999; Matsukura et al., 1989). Genom virus yang terintegrasi ini akan memberikan mekanisme : Ekspresi E6 dan E7 dihambat oleh E2. E2 dapat menekan ekspresi E6 dan E7 karena E2 akan berikatan pada promotor awal HVP, sehingga akan menghalangi ikatan dua faktor transkripsi esensial, TBP dan Sp1 (Desaintes et al., 1999). Namun, E2 tidak diekspresikan pada viral DNA yang terintegrasi ada genom sel inang, karena gen E2 mengalami splitting dan menjadi in aktif. Akibatnya, dalam keadaan tanpa repressor, protein E6 dan E7 terekspresi dalam jumlah tinggi sehingga menyebabkan tumor suppressor protein, yaitu p53 dan p105Rb tidak aktif dan menstimulasi pertumbuhan (Hwang et al., 1993)
4. Gejala klinis dari kanker serviks: Gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut. Pada pemeriksaan Pap Smear ditemukannya sel-sel abnormal di bagian bawah serviks yang dapat dideteksi melalui, atau yang baru-baru ini disosialisasikan yaitu dengan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Sering kali kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sudah berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala seperti pendarahan serta keputihan pada vagina yang tidak normal, sakit saat buang air kecil dan rasa sakit saat berhubungan seksual. Menurut International Federation of Gynecologists and Obstetricians, perkembangan kanker leher rahim dibagi menjadi 5 stadium berdasarkan ukuran tumor, kedalaman penetrasi pada leher rahim dan penyebaran kanker di dalam maupun diluar leher rahim. Stadium-stadium tersebut adalah sebagai berikut (Canavan dan Doshi, 2000) : Stadium 0 Terjadi pertumbuhan kanker (karsinoma) pada jaringan epitel leher rahim Stadium I Pertumbuhan kanker masih terbatas pada leher rahim Ia Secara mikroskopis, kanker telah menginvasi jaringan (terjadi penetrasi). Ukuran invasi sel kanker : kedalaman < 5 mm, sedangkan lebarnya < 7 mm Ia1 Ukuran invasi mempunyai kedalaman < 3 mm dan lebar < 7 mm Ia2 Kedalaman invasi > 3 mm dan < 5 mm, lebar < 7 mm Ib Terjadi lesi yang ukurannya lebih besar dari lesi yang terjadi pada stadium Ia Ib1 Ukuran tumor < 4 cm Ib2 Tumor > 4 cm Stadium II Karsinoma meluas sampai keluar leher rahim tetapi belum sampai dinding pelvis; karsinoma menyerang vagina tapi belum mencapai 1/3 vagina bagian bawah IIa Belum ada parameter yang jelas IIb Parameter jelas Stadium III Karsinoma meluas ke dinding pelvis; pada pemeriksaan rektal, tidak terlihat adanya ruang kosong antara tumor dan dinding pelvis; tumor menyerang 1/3 vagina bagian bawah; pada semua kasus juga ditemukan adanya hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi IIIa Kanker tidak menjalar ke dinding pelvis, tapi menyerang 1/3 vagina bagian bawah IIIb Menjalar ke dinding pelvis, terjadi hidronefrosis atau kegagalan fungsi ginjal, atau keduanya Stadium IV Karsinoma meuas melewati pelvis atau mukosa kandung kemih atau rektal IVa Menyebar ke organ yang berdekatan IVb Menyebar ke organ yang jauh
5. Faktor penyebab dan faktor resiko dari kanker serviks Beberapa faktor resiko terkena kanker serviks antara lain : Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda. Sering berganti ganti pasangan seksual. Sering menderita infeksi daerah kelamin. Melahirkan banyak anak. Kebiasaan merokok ( resikonya 2 kali lebih besar). Defisiensi vitamin A,E,C
Bersama-sama dengan faktor-faktor lainnya, risiko terkena kanker serviks bisa meningkat. Faktor-faktor risiko itu adalah sebagai berikut: Kurangnya Tes Pap Smear secara teratur. Kanker leher rahim atau serviks lebih sering terjadi pada wanita yang tidak menjalani tes Pap seacara teratur. Tes Pap membantu dokter menemukan sel abnormal. Menghapus atau membunuh sel-sel abnormal akan mencegah kanker serviks. Merokok. Di antara wanita yang terinfeksi HPV, merokok sedikit meningkatkan resiko kanker serviks atau leher rahim. Melemahnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV (virus penyebab AIDS) atau mengkonsumsi obat yang menekan sistem kekebalan tubuh meningkatkan risiko kanker serviks. Sejarah kehidupan seksual yang buruk. Wanita yang memiliki banyak pasangan seksual memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker serviks. Demikian pula seorang wanita yang telah berhubungan seks dengan pria yang memiliki banyak pasangan seksual menghadapi resiko lebih tinggi mengalami kanker serviks. Dalam kedua kasus di atas, risiko menderita kanker serviks atau leher rahim lebih tinggi karena wanita memiliki risiko yang lebih tinggi infeksi HPV. Menggunakan pil KB untuk waktu yang lama. Menggunakan pil KB untuk waktu yang lama (5 tahun atau lebih) sedikit meningkatkan resiko kanker leher rahim atau serviks pada wanita dengan infeksi HPV. Namun, risiko menurun dengan cepat ketika wanita berhenti menggunakan pil KB. Memiliki banyak anak. Penelitian menunjukkan bahwa melahirkan banyak anak (5 atau lebih) sedikit meningkatkan resiko kanker serviks atau leher rahim pada wanita dengan infeksi HPV. Kemiskinan. Banyak wanita yang tidak mampu tidak punya akses ke layanan-layanan medis yang memadai, misalnya tes Pap Smear. Ketika wanita tersebut menderita pra-kanker serviks, penyakit biasanya tetap tidak terdiagnosa dan tidak diobati sampai penyakit itu berkembang menjadi kanker serviks dan menyebar ke bagian-bagian lain dari tubuh. Wanita yang tidak mampu biasanya juga kekurangan gizi yang dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Kebersihan. Beberapa penelitian yang berbeda telah dilakukan pada wanita yang terserang HPV. Dari penelitian-peneritian itu ditemukan bahwa risiko kanker menjadi hampir setengahnya pada wanita yang mandi 6 kali atau lebih seminggu, bila dibandingkan dengan wanita yang mandi hanya 1 sampai 5 kali seminggu. Hasil studi lain menunjukkan bahwa risiko kanker serviks lebih tinggi pada wanita dengan kebersihan yang minim karena mereka lebih mungkin untuk mendapatkan infeksi HPV abadi jika mereka terkena virus. Penyakit menular lain. Studi baru-baru ini menunjukkan bahwa orang-orang yang menderita herpes bersama-sama dengan infeksi HPV ternyata menggandakan risiko tumbuhnya sel kanker serviks. Studi lain juga mengamati orang yang menderita infeksi HPV dan bakteri klamidia (chlamydia). Dari studi ini ditemukan bahwa risiko tumbuhnya sel kanker meningkat sekitar 80% pada wanita yang menderita dua infeksi tersebut. Paparan bahan kimia. Wanita-wanita yang bekerja di pabrik tertentu bisa terpapar bahan kimia yang bisa meningkatkan risiko mereka terserang kanker serviks. Paparan bahan kimia juga terjadi langsung pada vagina wanita yang menggunakan pembalut dengan bahan kertas daur ulang yang menjalani proses pemutihan.
6. CARA DETEKSI KANKER LEHER RAHIM
Layaknya semua kanker, terjadinya kanker leher rahim ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker. Selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel-sel yang abnormal tersebut dapat dideteksi kehadirannya dengan suatu test yang disebut Pap smear test, sehingga semakin dini sel-sel abnormal tadi terdeteksi, semakin rendahlah resiko seseorang menderita kanker leher rahim. Pap smear test merupakan suatu test yang aman, cepat dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. Test ini ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicolou, sehingga dinamakan Pap smear test. Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut. Dalam keadaan berbaring terlentang, sebuah alat yang dinamakan spekulum akan dimasukan kedalam liang senggama. Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan dinding vagina supaya tetap terbuka, sehingga memungkinkan pandangan yang bebas dan leher rahim terlihat dengan jelas. Sel-sel leher rahim kemudian diambil dengan cara mengusap leher rahim dengan sebuah alat yang dinamakan spatula, suatu alat yang menyerupai tangkai pada es krim, dan usapan tersebut dioleskan pada obyek-glass, dan kemudian dikirim ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan yang lebih teliti (Dolinsky, 2002). Prosedur pemeriksaan Pap smear test mungkin sangat tidak menyenangkan, tetapi tidak akan menimbulkan rasa sakit. Pap smear test dilakukan seminggu atau dua minggu setelah berakhirnya masa menstruasi. Bagi orang yang telah tidak haid, Pap smear test dapat dilakukan kapan saja. Tetapi jika kandung rahim dan leher rahim telah diangkat atau dioperasi (hysterectomy atau operasi pengangkatan kandung rahim dan leher rahim), Pap smear test tidak perlu lagi dilakukan karena secara otomatis orang tersebut telah terbebas dari resiko menderita kanker leher rahim. Pap smear test biasanya dilakukan setiap dua tahun sekali, dan lebih baik dilakukan secara teratur. Hal yang harus selalu diingat adalah tidak ada kata terlambat untuk melakukan Pap smear test. Pap smear test selalu diperlukan meskipun tidak lagi melakukan aktifitas seksual
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks: Normal Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas) Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas) Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).
. Kolposkopi Kolposkop : Alat untuk melihat cerviks dengan lampu dan dibesarkan 10 40 kali. Serviks mula mula dibersihkan dengan kapas, kemudian dengan acidum aceticum 3 % hasil pemeriksaan kalposkopi dapat sebagai berikut : a. Benigna 1. Epitel gepeng yang normal. 2. Ectodi 3. Zone transforman 4. Perubahan peradangan b. Suspek 1. Lekoplakia 2. Punctation : Daerah bertitik merah 3. Papillary punctation 4. Mozaik 5. Transformasi yang atypis Keuntungan : Dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah melakukan biopsi. Kelemahan : Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu portio, selain kelainan pada skuamous columner dan intraservikal tidak terlihat.
c. Kolpomikroskopi Pembesaran 200 kali. Sebelum dilihat dengan kolpokop diwarnai dulu dengan Maiyer emaktocylin atau tolvidine blue. Dykaryose dan sel-sel atypis dari carcinoma dapat dilihat tidak begitu populer. d. Biopsi Sebagai suplemen terhadap sitologi. Daerah tempat diadakan biopsi, berdasarkan hasil pemeriksaan kolposkopi. Kalau perlu diadakan multiple punch biopsi atau kuretasi serviks, dengan biopsi dapat ditentukan jenis Ca nya. e. Konisasi Dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan kelainan yang jelas. Untuk pemeriksaan Ca diperlukan konisasi dengan pisau (Cold Conization)
7. Penanganan Makin tinggi diagnosis makin baik hasil terapi., dan terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan direncanakan dengan matang oleh suatu tim. Disamping terapi karsinoma serviks didasarkan atas stadium juga didasarkan keinginan dan mempertahankan fungsi reproduksi (hanya pada stadium Ia). Pada stadium 0 dapat dilakukan biopsi kerucut (conebiopsy) meskipun untuk diagnostik, dapat juga terapeutik. Bila penderita cukup tua atau sudah punya anak, uterus dapat diangkat, agar penyakit tidak kambuh dapat dilakukan histerektomi sederhana (simple vagina hysterectomy). Staidum Ia bila masih ingin punya anak dilakukan amputasi kerucut secara radikal, bila tidak ingin punya anak lagi dilakukan histerektomi total. Stadium IB dan Ia dilakukan histerektomi radikal + anjuran therapy. Stadium IIB sampai IVA dilakukan kemoterapi dan atau radioterapi. Sedangkan bila sudah sampai stadium IVB dilakukan radioterapi saja.
Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor berikut: Tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi) Rencana penderita untuk hamil lagi Usia dan keadaan umum penderita. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa: Kriosurgeri (pembekuan) Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi) Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram atau nyeri lainnya, perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina.
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi. Pembedahan Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. 1. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat. 2. Terapi penyinaran Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi: Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu. Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah: Iritasi rektum dan vagina Kerusakan kandung kemih dan rektum Ovarium berhenti berfungsi. 3. Kemoterapi Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya. Adapun obat-obat yang dipakai sebagai kemoterapi diberikan 5 seri selang 3-4 minggu. Premedikasi : - Antalgin injeksi. - Dipenhydramine injeksi. - Dexamethason injeksi. - Metochlorpropamide injeksi. - Furosemide injeksi. Sitostatika : - Ciplatinum (50 mg/m2 luas permukaan tubuh per infus hari I). - Vincristin (0,5 mg/m2 luas permukaan tubuh intraevenous hari I). - Bleomisin (30 mg) per infus hari II. - Mitomicin (40 mg dosis tunggal, dianjurkan dengan radioterapi). 4. Terapi Biologis Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi. Efek Samping Pengobatan Selain membunuh sel-sel kanker, pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga seringkali menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan. Efek samping dari pengobatankanker sangat tergantung kepada jenis dan luasnya pengobatan. Selain itu, reaksi dari setiap penderita juga berbeda-beda. Metoda untuk membuang atau menghancurkan sel-sel kanker pada permukaan serviks sama dengan metode yang digunakan untuk mengobati lesi prekanker. Efek samping yang timbul berupa kram atau nyeri lainnya, perdarahan atau keluar cairan encer dari vagina. Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa mengalami nyeri di perut bagian bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri. Penderita juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air besar. Untuk membantu pembuangan air kemih bisa dipasang kateter. Beberapa saat setealh pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi agar penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu. Setelah menjalani histerektomi, penderita tidak akan mengalami menstruasi lagi. Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah seksual dan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual. Tetapi banyak penderita yang mengalami gangguan emosional setelah histerektomi. Pandangan penderita terhadap seksualitasnya bisa berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia tidak dapat hamil lagi. Selama menjalani radioterapi, penderita mudah mengalami kelelahan yang luar biasa, terutama seminggu sesudahnya. Istirahat yang cukup merupakan hal yang penting, tetapi dokter biasanya menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif. Pada radiasi eksternal, sering terjadi kerontokan rambut di daerah yang disinari dan kulit menjadi merah, kering serta gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap. Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan udara yang cukup, tetapi harus terlindung dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak menggunakan pakaian yang bisa mengiritasi daerah yang disinari. Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh melakukan hubungan seksual. Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi lebh sempit dan kurang lentur, sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Untuk mengatasi hal ini, penderita diajari untuk menggunakan dilator dan pelumas dengan bahan dasar air. Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering berkemih. Efek samping dari kemoterapi sangat tergantung kepada jenis dan dosis obat yang digunakan. Selain itu, efek sampingnya pada setiap penderita berlainan. Biasanya obat anti-kanker akan mempengaruhi sel-sel yang membelah dengan cepat, termasuk sel darah (yang berfungsi melawan infeksi, membantu pembekuan darah atau mengangkut oksigen ke seluruh tubuh). Jika sel darah terkena pengaruh obat anti-kanker, penderita akan lebih mudah mengalami infeksi, mudah memar dan mengalami perdarahan serta kekurangan tenaga. Sel-sel pada akar rambut dan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan juga membelah dengan cepat. Jika sel-sel tersebut terpengaruh oleh kemoterapi, penderita akan mengalami kerontokan rambut, nafsu makannya berkurang, mual, muntah atau luka terbuka di mulut. Terapi biologis bisa menyebabkan gejala yang menyerupai flu, yaitu menggigil, demam, nyeri otot, lemah, nafsu makan berkurang, mual, muntah dan diare. Kadang timbul ruam, selain itu penderita juga bisa mudah memar dan mengalami perdarahan.
8. Pencegahan Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks: Mencegah terjadinya infeksi HPV Melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur . Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker serviks pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun.
Anjuran untuk melakukan Pap smear secara teratur: Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun Setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin, Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB. Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun jika 3 kali Pap smear berturut-turut menunjukkan hasil negatif atau untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker. Sesering mungkin jika hasil Pap smear menunjukkan abnormal Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prekanker maupun kanker serviks. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya: Anak perempuan yang berusia dibawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kutil kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin Jangan berganti-ganti pasangan seksual Berhenti merokok. Pemeriksaan panggul setiap tahun (termasuk Pap smear) harus dimulai ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual atau pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi.