You are on page 1of 2

TIMAH PENCABUT NYAWA

"Inilah tempat timah terkaya yang tidak ada bandingannya di dunia, Seluruh pulau
nya akan menjadi tambang timah terbesar. Demikian pernyataan Sir Thomas Stamford
Raffles. Pulau Bangka dan Belitung adalah sedikit dari beberapa wilayah di Indon
esia, bahkan di dunia yang dianugerahi Tuhan dengan kekayaan timah. Tidak hanya
di darat, dilaut pun ada kandungan timahnya. Meskipun sudah dikeruk dari ratusan
tahun lalu, sampai sekarang timah seolah tidak pernah habis. Namun sayangnya, k
omoditas ini disamping berdampak positif bagi perekonomian Babel, juga mengandun
g banyak masalah bahkan malapetaka. Mulai dari kerusakan lingkungan, seperti rus
aknya hutan lindung dan terumbu karang, sampai jatuhnya korban para pekerja tamb
ang.
Deretan Kasus
Penulis mencoba menelusuri berbagai berita diharian ini selama 3 tahun terakhir
terkait kecelakaan kerja diareal tambang timah. Pada tahun 2010, paling tidak te
rcatat oleh media ada 6 kecelakaan tambang dengan 6 korban meninggal dunia. Lalu
pada tahun 2011, berdasarkan data Polda Kepulauan Babel tercatat ada 18 kasus k
ecelakaan tambang dengan korban 32 orang meninggal dunia dan 2 orang luka berat.
Lokasi kecelakaan terbanyak di Bangka Barat sebanyak 9 kejadian, Bangka Tengah
dan Bangka masing-masing 3 kasus, kabupaten lain masing-masing 1 kasus, sedangka
n Pangkalpinang tidak ada. Jumlah korban paling banyak terjadi di Bangka Barat 1
2 orang, Bangka 11 orang, Basel 4 orang, Bateng 3 orang, Belitung dan Belitung T
imur masing-masing satu orang. Kecelakaan tambang belum juga berakhir, pada Janu
ari-April 2012 telah terjadi 7 kasus dengan korban 11 orang meninggal dunia. Dat
a-data ini tentu hanya yang tercatat oleh aparat dan terekspos oleh media. Mungk
in masih ada banyak kasus lain dipelosok provinsi ini yang tidak dilaporkan dan
diketahui oleh media.
Safety First
Adanya peningkatan jumlah kasus kecelakaan pekerja tambang dari tahun ke tahun m
enuntut ada upaya yang serius oleh semua pihak terkait untuk dapat mencegah terj
adinya kembali kecelakaan kerja dan jatuhnya korban. Aktivitas diareal tambang m
emang memiliki resiko tinggi untuk terjadi kecelakaan kerja. Terlebih pada sekto
r tambang informal, yang kegiatan tambangnya tidak berizin dan tidak dilengkapi
dengan sarana dan prasarana keselamatan kerja. Resiko semakin besar ketika kegia
tan penambang tidak disertai dengan pengetahuan dalam menambang, seperti kapan w
aktu dan lokasi yang aman untuk menambang. Tidak sedikit pekerja tambang yang me
ninggal dunia karena tertimbun lonsor diareal tambang atau tenggelam saat menyel
am di TI Apung.
Safety first, harus menjadi prinsip utama dalam setiap kegiatan penambangan, bai
k yang dikerjakan secara legal maupun illegal. Permasalahan kecelakaan kerja tam
bang memang sering terjadi pada sektor tambang informal yang tidak berizin. Akib
atnya tidak ada pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh instansi terkait. D
engan demikian sulit pula dilakukan pendataan dan perlindungan terhadap pekerjan
ya. Akhirnya standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) jelas tidak akan perna
h dilakukan.
Selama ini Pemerintah Daerah melalui instansi terkait tentu sudah melakukan sosi
alisasi dan mewajibkan perusahaan-perusahaan tambang untuk menerapkan K3 dalam s
emua aktivitasnya. Hanya saja upaya ini sepertinya belum mampu mengurangi terjad
inya kecelakaan kerja tambang di masyarakat. Saya rasa, meskipun korban-korban i
ni bekerja pada tambang illegal, namun mereka tetap warga negara yang harus dili
ndungi dan dijamin keselamatannya. Tidak mudah memang untuk melakukan hal ini. N
amun korban akan terus bertambah jika kita selalu beralasan mereka tidak terdata
, penambang illegal dan lain-lain. Jadi mari kita bersama-sama mengatasi masalah
ini agar timah tidak lagi menjadi pencabut nyawa para pencarinya didarat maupun
dilaut.
Sebagai langkah awal, memang semua tambang illegal harus ditertibkan. Apakah ini
mungkin ? Ini memang tidak mudah, membutuhkan waktu, kerja keras, komitmen dan
kerjasama antara aparat kepolisian, Satpol PP, dan SKPD terkait. Dan yang terpen
ting adalah kesadaran masyarakat yang membuka tambang illegal. Tanpa ini, upaya
sidak, penertiban dan lain-lain yang selama ini dilakukan hanya akan bersifat se
mentara. Setelah penertiban dilakukan, semua penambangan harus legal dan dilakuk
an pendataan terhadap semua pekerjanya. Sehingga dapat dilakukan pembinaan, perl
indungan dan mewajibkan perusahaan yang mempekerjakannya menerapkan K3. Kemudian
para pekerja tambang juga harus dilengkapi dengan jaminan asuransi yang memadai
.
Penegakan Hukum
Maraknya penambangan illegal dan kecelakaan kerja yang menyertainya tentu menjad
i perhatian serius dari aparat penegak hukum. Penertiban harus terus dilakukan t
anpa pandang bulu. Begitupula dengan kasus kecelakaan kerja. Pemilik tentu tidak
hanya dapat dijerat karena tambang illegalnya, tetapi juga kelalaian karena men
yebabkan pekerjanya meninggal dunia. Mereka tidak bisa lepas tanggung jawab bahw
a ini adalah kecelakaan kerja dan karena ketidakhati-hatian pekerja. Karena prin
sip terjadinya kecelakaan kerja adalah, setelah segala upaya untuk menekan resik
o kecelakaan kerja telah dilakukan. Misalnya dengan tersedianya sarana prasarana
kerja dan lingkungan kerja yang menjamin keselamatan pekerja. Jika itu tidak ad
a, berarti unsur kesengajaan lebih banyak dibandingkan kelalaian pemiliknya, kar
ena resiko terjadinya kecelakaan kerja memang tinggi tanpa pencegahan yang maksi
mal.
Kekayaan timah kiranya lebih banyak memberikan dampak positif bagi provinsi ini
dan bukan sebaliknya. Segala label negatif tentang timah terhadap provinsi ini,
seperti Babel (Babak Belur), menuju Ghost City, pulau seribu kolong, dan lain-la
in saya rasa sudah cukup untuk menyadarkan kita semua untuk berbuat sesuatu agar
timah memang menjadi anugerah dan bukan petaka.
Bangkapos, 4 Mei 2012
Penulis : Dwi HaryadiDosen FH UBB dan Peneliti Ilalang Institute

You might also like