You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan
tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan
dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan
memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula
memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh
dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah
sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita
akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.
Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Di samping itu,
asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan
metabolisme pada tubuh.
Dalam penentuan apakah makanan itu mengandung vitamin apa tidak,
diperlukan suatu pengujian agar dapat mengetahui kadar vitamin yang ada seperti
vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B8, B9, B12, C, D, E, dan K. Untuk mengetahui
adanya suatu vitamin dalam suatu bahan diperlukan suatu analisa baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Dengan mengetahui kadar vitamin yang ada dalam
bahan pangan, maka kita dapat mengetahui kadar vitamin yang diperlukan oleh
tubuh kita agar tidak terjadi kekurangan vitamin yang dapat mengganggu
kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas analisis
mengenai beberapa jenis vitamin yakni vitamin B vitamin C dan vitamin K
dengan beberapa metode baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan vitamin B, vitamin C dan vitamin K?
2. Bagaimana metode analisis yang digunakan?


I.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini yakni untuk mengetahui apa
saja metode yang digunakan untuk menganalisis vitamin B, Vitamin C dan
Vitamin K baik secara kualitatif dan kuantitatif.



























BAB II
ISI
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh kita yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan
tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan
dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan
memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita. Dalam makalah ini akan
dibahas 3 vitamin yakni vitamin B, Vitamin C dan vitamin K .
II.1 UJi Kualitatif dan Kuantitatif vitamin C
Vitamin C adalah vitamin yang termasuk dalam kelompok vitamin larut
dalam air dan dikenal sebagai vitamin anti askorbut karena dapat menyembuhkan
penyakit skorbut (Wardani,2012). Fungsi lain dari vitamin C adalah sebagai
antioksidan, penghasil senyawa transmiter saraf dan hormon tertentu, membantu
memperbaiki sel tubuh dan meningkatkan kerja enzim sebagai faktor penyerap
dan pengguna zat gizi lainnya. Juga mengurangi tekanan darah tinggi,
menurunkan kolesterol darah, mengurangi risiko penyakit jantung dengan
melindungi kerusakan jantung dan pembuluh darah yang disebabkan oleh
makanan kaya lemak. Untuk dapat mengetahui kandungan yang terdapat dalam
vitamin C maka dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif.
A. Analisis kualitatif Vitamin C
Analisis kualitatif dari vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa
metode diantaranya yaitu titrasi asam basa dan dapat dilakukan dengan
menggunakan pereaksi benedict. Cara kerja dari metode ini yaitu:
1. Titrasi Asam Basa
Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memasukkan sampel ke
dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 2 tetes
NaOH 10% dan 2 mL larutan FeSO4 5%. Kemudian dicampurkan
hingga rata kemudian mengamati perubahan yang terjadi. Uji positif
timbul warna kuning.
2. Menggunakan pereaksi benedict
Ekstrak buah jambu biji merah dan filtrat dimasukkan dimasukkan
kedalam tabung reaksi menggunakan pipet sebanyak 5 tetes.
Kemudian ditambah 15 tetes pereaksi benedict dan dipanaskan diatas
api kecil sampai mendidih selama 2 menit. Adanya perubahan warna
hijau kekuningan menandakan adanya vitamin C pada sampel.
B. Analisis kuantitatif vitamin C
Analisis kuantitatif dari vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa
metode, diantaranya:
1. Metode iodimetri
Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat. Metode
iodometri (titrasi langsung dengan larutan baku 0,1 N) dapat
digunakan terhadap asam askorbat murni atau larutannya. Prosedur
penetapan kadar vitamin C secara iodometri: Sekitar 400 mg asam
askorbat yang ditimbang seksama dilarutkan dalam campuran yang
terdiri atas 100 mL air bebas oksigen dan 25 mL asam sulfat encer.
Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji
sampai terbentuk warna biru.
2. Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)
Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas sifat
mereduksi asam askorbat terhadap zat warna 2,6-
diklorofenolindofenol membentuk larutan yang tidak berwarna. Pada
titik akhir titrasi, kelebihan zat warna yang tidak tereduksi akan
berwarna merah muda dalam larutan asam. Metode ini tidak spesifik
karena beberapa senyawa mereduksi lainnya dapat mengganggu
penetapan. Senyawa pengganggu tersebut adalah senyawa sulfhidril,
tiosulfat, riboflavin dll.
3. Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin
Sebanyak 2 mL pereaksi 4-metoksi-2-nitroanilin ditambah 2 mL
natrium nitrit 0,2% diaduk hingga warna jingga hilang lalu ditambah
75 mL n-butil alcohol dan dicampur. Larutan ini selanjutnya
ditambah 0,5-2mg asam askorbat 0,5% dan dipindahkan ke dalam
corong pemisah. Selanjutnya larutan ditambah 25 mL natrium
hidroksida 10% dan 150 mL dietil eter. Lapisan organic dicuci tiga
kali dengan 15 mL natrium hidroksida 10%. Lapisan air dan cairan
hasil cucian dengan air diencerkan dengan air hingga 200 mL.
absorbansi larutan diukur terhadap blangko pada 570 nm.
4. Metode spektrofotometri
Asam askorbat dalam larutan air netral menunjukkan absorbansi
maksimum pada 264 nm. Panjang gelombang maksimum ini akan
bergeser oleh adanya asam mineral. Asam askorbat dalam asam
sulfat 0,01 N memiliki panjang gelombang maksimal 245 nm..
5. Metode spektrofluorometri
Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif vitamin C yang linier
pada kisaran konsentrasi asam askorbat 9,0 x 10-8sampai 3,6 x 10-8.
Suatu hubungan linier diperoleh antara penurunan intensitas
fluoroensi MB dan konsentrasi AA pada kisaran 3,0 x 10-7 sampai
6,0 x 10-6 . batas deteksi metode ini 2,5 x 10-7 m. metode ini telah
sukses digunakan untuk menetapkan kadar vitamin C dalam tablet
suplemen vitamin.
6. Metode kromatografi
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) telah
dikembangkan untuk penentuan asam askorbat dalam minimum
ringan dan jus apel menggunakan tris 2,2-bipiridin ruthenium II.
Sampel disaring dan diencerkan sebelum dilakukan analisis dengan
KCKT dan tidak ada pra-perlakuan lain yang dilakukan. Pemisajhan
asam askorbat menggunakan kolom oktadesil silan (ODS, C18)
menggunakan fase gerak larutan buffer NaH2PO4-K2HPO4 (pH
6,5). Aliran fase gerak 0,3 mL/menit. Asam askorbat yang terelusi
dicampur dengan (Ru(bpy)32+ 0,5 mM dan diosidasi pada 1,5 V
(dengan elektroda Ag/AgCl).


II.2 Uji Kualitatif dan Kuantitatif vitamin B
A. Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B1
1. Uji kualitatif :
Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sedikit serbuk
(sampel) ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambhkan 3 tetes NaOH
30%, 3 tetes K3Fe(CN)6 0,6% dan 1 mL isobutanol. Kemudian dikocok
hingga bercampur rata. Kemudian perhatikan larutan campuran tersebut
di bawah lampu ultraviolet. Apabila hasil campuran tersebut menjadi
berwarna biru maka uji positif pada sampel.
2. Uji Kuantitatif :
Metode Kolorimetri
Dasar metode ini adalah reaksi antara tiamin dengan 6-
aminotimol yang telah didiazotasi. Hasil peruraian tiamin tidak
menghasilkan warna dengan pereaksi ini. Dekstrosa, laktosa, maltosa,
sukrosa, tepung, kasein, gelatin, pepton, urea, gliserofosfat dan logam
berat, dengan kadar 100 kali lebih besar dari kadar tiamin tetap tidak
mengganggu. Riboflavin, asam nikotinat, nikotinamid, piridoksin,
asam pantotenat, guanin, adenin, triptopan, tirosin dan histidin yang
terdapat dengan kadar 20 kali lebih besar daripada kadar tiamin juga
tidak mengganggu. Pereaksi 6-aminotimol dibuat dengan melarutkan
50 mg 6-aminotimol dalam 50 mL asam klorida 0,35% dan
mengencerkannya dengan air secukupnya hingga 200 mL. Prosedur
penetapan kadar tiamin murni dengan pereaksi 6-aminotimol:
Sejumlah 5,0 pereaksi 6-aminotimol didinginkan dengan es, ditambah
2,0 mL natrium nitrit 0,1%, lalu dicampur dan didiamkan selama 1
menit. Larutan selanjutnya ditambah 5,0 mL natrium hidroksida 20%
dan diencerkan dengan air secukupnya sampai 20,9 mL. Sejumlah 1,0
pereaksi ini ditambah 1,0 larutan sampel. Setelah 5 menit larutan
diencerkan dengan air untuk mendapatkan absorbansi yang sesuai.
Digunakan larutan blanko.
Jika larutan sampel telah berwarna atau keruh, dilakukan
penetapan seperti diatas kemudian warna yang terjadi disari dengan
campuran pelarut yang terdiri atas 90 mL toluen yang telah didestilasi
ulang (redestilasi) dan 10 mL n-butanol. Lapisan pelarut organik
dipisahkan dan ditambah 1 gram natrium sulfat anhidrat untuk
mengeringkan pelarut lalu diukur absorbansinya.
Metode Alkalimetri
Adanya hidroklorida pada tiamin hidroklorida dapat dititrasi
dengan natrium hidroksida 0,1 N menggunakan indikator brom timol
biru. Prosedur penetapan kadar tiamin hidroklorida dengan metode
alkalimetri: Lebih kurang 500 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang
seksama, dilarutkan dalam 75 mL air bebas CO2 lalu dititrasi dengan
NaOH 0,1 N menggunakan indikator brom timol biru. Tiap mL NaOH
0,1 N setara dengan 33,70 gram tiamin hidroklorida. Berat ekivalen
(BE) tiamin hidroklorida pada penetapan secara alkalimetri adalah
sama dengan berat molekulnya (BM). Hali ini disebabkan karena tiap
1 mol tiamin hidroklorida bereaksi dengan 1 mol NaOH.
Metode Titrasi Bebas Air (TBA)
Tiamin hidroklorida dalam asam asetat glasial dapat dititrasi
dengan asam perklorat dengan sebelumnya ditambah raksa (II) asetat
berlebihan. Kedua atom nitrogen dalam tiamin hidroklorida tertitrasi
sehingga berat ekivalennya setengah dari berat molekulnya. Sebagai
indikator dapat digunakan p-naftol benzen, merah kuinaldin, atau
dengan kristal violet.
Prosedur penetapan kadar tiamin dengan metode TBA: Lebih
kurang 250 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang seksama ditambah
10 mL asam asetat glasial, 10 mL raksa (II) asetat 5% dalam asam
asetat glasial, dan ditambah 20 mL dioksan. Selanjutnya larutan
dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N menggunakan indikator 3 tetes
kristal violet sampai warna biru. Tiap mL asam perklorat 0,1 N setara
dengan 16,86 mg tiamin hidroklorida. Berat ekivalen (BE) tiamin
hidroklorida pada penetapan secara titrasi bebas air adalah setengah
dari berat molekulnya (BM/2). Hali ini disebabkan karena tiap 1 mol
tiamin hidroklorida bereaksi dengan 2 mol HClO4.
Metode Argentometri
Adanya klorida dalam tiamin hidroklorida dapat ditetapkan
secara argentometri dengan menggunakan metode Volhard. Pada
penetapan dengan metode Volhard suasananya harus asam sebab jika
suasananya basa maka akan terjadi reaksi antara perak nitrat dengan
basa membentuk Ag(OH) yang pada tahap selanjutnya akan
membentuk endapan putih Ag2O, akibatnya perak nitrat tidak hanya
bereaksi dengan sampel tetapi juga bereaksi dengan basa.
Prosedur penetapan kadar vitamin B1 secara argentometri:
Lebih kurang 100 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang secara
seksama dilarutkan dalam 20 mL air. Larutan diasamkan dengan asam
nitrat encer dan ditambah 10 mL perak nitrat 0,1 N. Endapan yang
terjadi disaring dan dicuci dengan air sampai tidak mengandung
klorida. Filtrat selanjutnya dititrasi dengan larutan baku ammonium
tiosianat 0,1 N menggunakan indikator besi (III) amonium sulfat. Tiap
mL perak nitra 0,1 N setara dengan 16,86 mg tiamin hidorklorida.
Berat ekivalen (BE) tiamin hidroklorida pada penetapan secara
argentometri adalah setengah dari berat molekulnya (BM/2). Hal ini
disebabkan karena tiap 1 mol tiamin hidroklorida (yang mengandung
2 Cl-) bereaksi dengan 2 mol AgNO3.
Metode Gravimetri
Tiamin dalam tablet vitamin B1 dan dalam injeksi dapat
ditetapkan secara gravimetri dengan cara mengendapkan larutan
tiamin menggunakn asam silikowolframat.
Prosedur penetapan kadar tiamin dengan metode gravimetri:
Sejumlah tertentu tablet yang telah ditimbang secara seksama dan
setara dengan lebih kurang 50 mg tiamin hidroksida, diencerkan
dengan air secukupnya hingga 50 mL lalu ditambah 2 mL asam
klorida pekat dan dipanaskan hingga mendidih. Pada larutan yang
telah mendidih ini selanjutnya ditambah dengan cepat tetes demi tetes
4 mL asam silikowolframat yang baru disaring lalu dididihkan selama
4 menit. Larutan disaring melalui penyaring kaca masir lalu dicuci
dengan 50 mL campuran mendidih yang terdiri atas 1 bagian volume
asam klorida pekat dan 19 bagian air yang mengandung asam
silikowolframat 0,2% (b/v), kemudian dicuci 2 kali tiap kali dengan 5
mL aseton. Sisa dikeringkan pada suhu 105oC selama satu jam lalu
didinginkan selama 10 menit dan dibiarkan dalam eksikator di atas
larutan asam sulfat 38% dan ditimbang. Tiap gram sisa setara dengan
192,9 mg tiamin hidroklorida.
B. Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B2
1. Analisis kualitatif Ribofavin (Vitamin B2)
Vitamin B2 disebut juga riboflavin karena strukturnya mirip
dengan gula ribose dan juga karena ada hubungan dengan kelompok
flavin. Riboflavin larut dalam air dan member warna fluorosen kuning-
kehijauan. Riboflavin sangat mudah rusak oleh cahaya dan sinar
ultraviolet, akan tetapi tahan terhadap panas, oksidator, dan asam.
Kelarutan Riboflavin dalam air bervariasi dari 1 bagian riboflavin dalam
3000 bagian air sampai 1 bagian riboflavin dalam 15.000 bagian air.
Variasi ini disebabkan oleh variasi bentuk kristalnya.
Berdasarkan pada sifat-sifat di atas pada waktu penetapan kadar,
riboflavin harus terhindar cahaya. Penyinaran dengan sinar ultraviolet atau
cahaya tampak terhadap larutan riboflavin dalam basa menghasilkan
lumiflavin sedangkan larutan riboflavin dalam suasana netral atau asam
menghasilkan lumikrom yang berfluorsensi biru.
2. Analisis kuantitatif Ribofavin (Vitamin B2)
Metode spektrofluorometri
Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran yang
bebas dari senyawa berwarna yang mengganggu atau senyawa
pengganggu lain yang mengandung riboflavin lebih besar dari 0,1 %.
Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran yang
tidak mengandung senyawa berfluorosensi atau senyawa berwarna yang
larut dalam air atau dalam asam encer. Pengukuran harus dilakukan
secepat mungkin karena riboflavin terurai oleh sinar ultraviolet. Larutan
sampel : Sejumlah serbuk yang ditimbang seksama dan setara dengan
lebih kurang 2,5 mg riboflavin dimasukkan ke dalam labu 250 mL lalu
ditambah 1 mL asam asetat 32,5% dan air secukupnya hingga 200 mL.
Lalu dipanaskan di atas penangas air sambil sering dikocok hingga
riboflavin larut lalu didinginkan hingga suhu 20C. Larutan ditambah
air secukupnya hingga 250 mL dan dicampur baik-baik. Larutan
riboflavin baku persediaan I, dibuat dengan melarutkan 50 mg
riboflavin yang telah dikeringkan pada suhu 105 C selama 2 jam dalam
asetat 0,02 N secukupnya hingga 500 mL.
Larutan riboflavin baku persediaan II, dibuat dengan cara
menambah 10,0 mL larutan riboflavin baku persediaan I dengan asam
asetat 0,02 N secukupnya hingga 100 mL. Larutan riboflavin baku,
dibuat dengan mengencerkan 10,0 mL larutan riboflavin baku
persediaan II dengan air secukupnya hingga 100 mL.
Metode spektrometri
Larutan riboflavin dalam pH 4,0 menunjukkan absorbs
maksimum ( maks) pada 444 nm. Cara ini digunakan untuk
menetapkan kemurnian riboflavin atau untuk penetapan riboflavin
dilakukan dengan cara terlindung dari cahaya. Prosedur penetapan
kadar riboflavin tunggal secara spektrofotometri: Sekitar 100 mg
riboflavin yang ditimbang seksama dilarutkan dengan pemanasan dalam
campuran 2 mL asam asetat glacial dan 150 mL air. Larutan selanjutnya
diencerkan dengan air, didinginkan, ditambah air secukupnya hingga
1000 mL. pada 10,0 mL larutan ditambah 3,5 mL natrium asetat 0,1 M
kemudian ditambah air secukupnya hingga 100 mL. kadarnya dihitung
dengan menggunakan riboflavin baku sebagai pembanding.

3. Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B6
1. Metode spektrofotometri
Pada daerah ultraviolet, piridoksin, piridokamin dan piridoksal
menunjukkan daerah penyerapan yang karakteristik walaupun tidak ada
maksimum untukketiganya. Kadar vitamin B6 jumlah dalam larutan buffer
ph 6,75 dapat diterapkan pada panjang gelombag 325 nm. Pada panjang
gelombang ini, piridoksin dan piridoksamin menunjukkan absorbansi
maksimum.
Prosedur penetapan dalam tablet tunggal secara spektrofotometri:
Sebanyak 20 tablet ditimbang dan diserbuk. Pada sejumlah serbuk yang
ditimbang seksama yang setara dengan lebih kurang 25 mg piridoksin
hidroklorida ditambah 50 mL asam klorida 0,1 N sambil diaduk. Larutan
diencerkan dengan asam klorida secukupnya hingga 100 mL. larutan
diukur absorbansinya menggunakan kuvet dengan ketebalan 1 cm pada
panjang gelombang maksimum (291 nm)
2. Metode kolorimetri
Metode ini didasarkan pada reaksi fenol dengan 2,6-dikloro-p-
benzokuin-4-kloromina dengan menghasilkan warna biru yang dapat disari
dengan pelarut organik. Reaksi ini merupakan reaksi umum untuk senyawa
fenol berkedudukan para terhadap gugus hidroksil fenol tidak tersubsitusi.
3. Metode titrasi bebas air
Lebih kurang 300 mg piridoksin hidroklorida yang ditimbang
seksama, dilarutkan dalam 40 mL asam asetat glacial lalu dititrasi dengan
asam perklorat 0,1 N menggunakan indicator 3 tetes Kristal violet samapai
biru hijau. Tiam mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 20,56 mg
piridoksin hidroklorida.
4. Metode kromatografi
Kromatofrafi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detector
fluorometri telah digunakan secara luas untuk analisis kuantitatif vitamin
B6 dalam ayam dan bahan makanan lainnya.

4. Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B12 (sianokobalamin)
Sianokobalamin, C63H88O14N14Pco, merupakan senyawa
kompleks dengan kordinat kobalt berberat molekul 1355,4. Kristal vitamin
B12 cepat menyerab lembab udara. Sianokobalamin bersifat netral dan
mengandung gugus sian. Gugus ini dapat diganti dengan berbagai ion
untuk menghasilkan senyawa baru seperti klorokobalamin dan
hidroksokobalamin. Bila sianokobalamin dihidrolisis dengan asam maka
akan menghasilkan 5,6-dimetilbenzimdazol. Metode penetapan kadar
vitamin (sianokobalamin)
Metode spektrofotometri B12
Sianokobalamin dalam air menunjukkan absorbansi maksimun
( maks) pada 278 1nm, 361 nm dan 550 2 nm. Metode
spektrofotometri tidak spesifik untuk sianokobalamina karena
senyawa bewarna merah dan pseudosiokobalamin menunjukkan
spektra absorbansi yang serupa. Metode yang paling sederhana adalah
dengan menetapkan pada 550 nm, tetapi metode ini hanya dapat
digunakan terhadap sianokobalamin yang bebas senyawa pengganggu.
Metode yang lebih peka ialah dengan melakukan penetapan pada
panjang gelombang 361 nm. Prosedur penetapan kadar
sianokobalamin secara spekrofotometri:
Lebih kurang 2 mg sianokobalamin yang ditimbang saksama,
dilarutkan dalam akuades secukupnya dan diencerkan hingga 50,0
mL. Larutan diukur absorbansinya dengan kuvet 1 cm pada panjang
gelombang 361 nm. Harga E1cm1% pada 361 nm adalah 207.
Metode kromatografi
Metode KCKT telah sukses digunakan untuk pemisahan dan
analisis kuantitatif vitamin B1, B2, dan campuran-campurannya dalam
bebagai macam bahan makanan. Berbagai macam isomer vitamin
B12(sianokobalamin) yang ada dalam berbagai macam susu juga
telah dipisahkan dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik.
Sianokobalamin diekstraksi dari sampel dengan mencampur 25
mL susu dengan 2-4 mL HCL 0,1 M pH 4,6. Campuran dipanaskan
pada suhu 1200C selama 10 menit dan selanjtnya disaring. pH filtrat
diatur 5,5 dengan natrium hidroksida 0,1 M dan diencerkan dengan
akuades sampai 50mL. Sianokobalamin selanjutnya dipekatkan pada
cartridge oktadesil silan yang telah dikondisikan dengan 2 mL
asetonitril dan dicuci dengan 6 mL akuades. Filtrat selanjutnya
dilewatkan melalui cartridge dan selanjutnya cartridge dicuci dengan
12 mL air. Sianokobalamain dengan asetonitril: iar(1:1 v/v) dan
dipisahkan dengan kolom oktil silika. Elusi gradien dimulai dengan
asetonitril: larutan amonium fosfat pH 3,0 (5:95) lalu konsentrasi
asetonitril ditingkatkan samapi 30% selama 16 menit. Konsentrasi
vitamin B12 selanjutnya dengan metode radioassay.
II.3 Analisis kualitatif dan kuantitatif Vitamin K
Analisis kuantitatif dari vitamin K dapat dilakukan menggunakan metode
HPLC. Dimana contoh sampel yang dgunakan adalah kentang goring,
sandwich, sereal, dan makanan yang dipanggang. Sampel yang digunakan
biasanya mengandung filokuinon dan dihidrophillokuinone.















BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
Elmira,B, dkk. 2013. Metode Analisa Management Laboratorium Vitamin.
Malang: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya
Rahmawaty,F,dkk. 2012. Kajian Aktivitas Antioksidan Produk Olahan Buah
Jambu Merah (Psidium guajava L.). Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia















Makalah Analisis Farmasi II
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF
VITAMIN C , VITAMIN B DAN VITAMIN K
DENGAN MENGGUNAKAN METODE
TERTENTU

O L E H
KELOMPOK III
Zikriana Adiwarsa Mahmud
Siti Nurtiah Arsad
Sri Maryana Moha
Sapriliya Kaku
Munafri A. Tahir
Sri Novita
Kelas A/S1 Farmasi

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2014

You might also like