You are on page 1of 7

AGRIBISNIS EKONOMI PEDESAAN

Pembangunan pertanian merupakan upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat tani,


yang dicapai melalui investasi teknologi, pengembangan produktivitas tenaga kerja,
pembangunan sarana ekonomi, serta penataan dan pengembangan kelembagaan pertanian.
Sumber daya manusia, bersama-sama dengan sumber daya alam, teknologi dan kelembagaan
merupakan faktor utama yang secara sinergis menggerakan pembangunan pertanian untuk
mencapai peningkatan produksi pertanian. Pembangunan pertanian telah dan akan terus
memberikan sumbangan bagi pembangunan daerah, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan
pendapatan masyarakat, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang
kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain.
Dengan diberlakukannya otonomi daerah dimana setiap daerah mempunyai kewenangan
untuk mengembangkan potensi daerah masing-masing sangat mendukung terciptanya ekonomi
pedesaan yang berbasis agribisnis. Pengembangan usaha di sektor agribisnis memiliki basis yang
kuat dalam menciptakan ketahanan ekonomi masyarakat. Hal ini didasari oleh beberapa alasan,
diantaranya adalah :
1. Sektor pertanian masih menampung sebagian besar tenaga kerja (75%) dan mempunyai
basis yang kuat di tingkat masyarakat bawah. Sektor ini terbukti cukup bertahan dalam
menghadapi krisis ekonomi yang sangat berbengaruh terhadap sektor sekunder (industri)
dan juga sektor tersier (jasa), yang membuat banyak dua sektor terakhir mengalami
kebangkrutan dalam menghadapi krisis tersebut.
2. Sektor agroindustri yang berkembang di daerah perkotaan adalah industri yang mendapat
bahan baku utama dari sektor pertanian. Sehingga apabila sektor agroindustri tersebut
diharapkan tetap terjaga kelangsungannya, maka sektor pertanianlah yang harus tetap
mendapat perhatian dari pihak-pihak yang berkepentingan.
3. Sektor pertanian sebagian besar berada di wilayah pedesaan dan mereka belum
menikmati imbas dari kemajuam pembangunan yang sebagian besar terjadi di wilayah
perkotaan. Padahal banyak industri kecil menengah berada di daerah pedesaan yang
banyak belum mendapat perhatian cukup dari pemerintah.
Selama ini logika pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian dari
pembangunan ekonomi nasional. Dimana pertumbuhan ekonomi nasional yang menjadi orientasi
utama. Konsekuensinya, variabel kelembagaan masyarakat yang bersifat struktural di pedesaan
kurang diperhatikan dalam menentukan kebijakan ekonomi pertanian. Padahal kelembagaan
yang ada di pedesaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembangunan pertanian dan
menumbuhkan perekonomian daerah. Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting
dalam pembangunan ekonomi nasional. Peranan tersebut antara lain, meningkatkan devisa
negara, penyediaan lapangan kerja, meningkatkan daya saing, sebagai pemenuhan kebutuhan
dalam negeri, sebagai bahan baku industri dalam negeri serta pengelolaan sumber daya alam
secara berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian di saat
Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997-1998. Satu-satunya sektor yang menjadi
penyelamat saat itu adalah sektor pertanian.
Pertanian merupakan bidang yang sangat penting di negeri ini. Keberadaan pertanian
sangat membantu meningkatkan perekonomian daerah bahkan negara. Hampir rata-rata
penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai pemenuhan karbohidrat dan sebagai bahan
makanan pokok. Tentu saja ini semua didapat dari hasil pertanian. Tidak hanya itu, bahan
makanan lain seperti sayuran dan buah-buahan adalah hasil dari pertanian juga. Boleh dikatakan
kita sangat bergantung dengan pertanian. Sehingga pertanian menjadi bidang yang sangat
penting dan tidak boleh dianggap remeh. Adanya agribisnis dalam pertanian sangat membantu
untuk menaikkan eksistensi pertanian di kalangan masyarakat. Agribisnis dapat menjadi solusi
yang pas untuk meningkatkan produktifitas dalam kegiatan pertanian. Di sisi lain agribisnis juga
dapat meningkatkan kualitas dari hasil pertanian, perbaikan teknologi yang sejalan dengan
pertanian dan juga dapat menyerap tenaga kerja dalam sektor pertanian. Dari hal tersebut tidak
perlu diragukan lagi kalau agribisnis dapat menyokong pembangunan pertanian serta
meningkatkan perekonomian negara.
Perlunya agribisnis dalam pembangunan pertanian harus kita akui. Sudah jelas bahwa
agribisnis dapat menjadi tolok ukur bagi keberhasilan pembangunan pertanian. Ilmu agribisnis
mengajarkan kita untuk menjadi pebisnis dalam bidang pertanian dengan mengandalkan inovasi-
inovasi yang dapat merubah pola kegiatan bertani menjadi lebih gampang dan lebih
menguntungkan. Dengan adanya agribisnis maka upaya-upaya kita untuk membangun pertanian
akan lebih mudah. Pembangunan pertanian harus terus dilakukan untuk menghadapi tantangan di
masa yang akan datang. Upaya demi upaya harus dilakukan sebagai langkah menuju
keberhasilan dalam pembangunan pertanian. Agribisnis dapat menjadi bidang yang mampu
menunjang prestasi di bidang pertanian. Apapun ceritanya pertanian di negeri ini harus dapat di
tingkatkan. Bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan daerah atau perekonomian negara tapi
juga untuk mensejahterakan kehidupan para petani.
Banyak di kalangan petani yang tidak mengerti terhadap pemasaran hasil pertaniannya.
Mereka hanya mampu menjual dengan pedagang pengumpul atau agen setempat. Dan mau tak
mau mereka harus menerima penghasilan yang rendah. Karena agen lah yang membuat
kebijakan harga. Namun setelah sampai di pasar harga itu naik menjulang. Rasanya tidak sesuai
dengan harga yang sebelumnya. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi pasar yang diterima
petani. Dan juga tidak adanya keberanian mereka untuk memasarkan hasil pertaniannya sendiri.
Mungkin inilah yang menjadi dilema. Akibatnya kehidupan petani di negeri ini sangat miris. Tak
sepantasnya itu yang mereka dapat melainkan kemakmuran dan kesejahteraan. Mungkin
agribisnis dapat menjadi jawaban bagi pertanian saat ini. Dimana, melalui agribisnis mereka
dapat menemukan inovasi-inovasi yang dapat membantu kegiatan pertanian mereka. Serta
memperkenalkan teknologi yang sejalan dengan pertanian. Agribisnis juga dapat membuka
wawasan mereka untuk dapat mengembangkan hasil dari pertaniannya. Sehingga ketika panen
mereka dapat mengolah hasil pertaniannya dalam bentuk lain. Dalam artian mereka mampu
membuat produk sendiri dari hasil pertaniannya. Sehingga pada nantinya mereka akan
mendapatkan keuntungan yang lebih dari sebelumnya. Hal ini tentu saja dapat membantu
perekonomian rakyat, khususnya petani. Dengan munculnya inovasi atau pengembangan dari
hasil pertanian juga dapat membuka lapangan pekerjaan. Karena jika keluarga petani akan
mengembangkan hasil pertaniannya menjadi suatu produk pasti mereka membutuhkan tenaga
kerja untuk menciptakan suatu produk. Walaupun terkadang mereka masih memperkerjakan
tetangga ataupun saudaranya paling tidak itu sudah membantu perekonomian rakyat.
Berbagai Keterbatasan Desa Dalam Mengembangkan Agribisnis
Usahatani pedesaan terpencil yang masih bersifat subsisten, skala kecil dan terpencar-
pencar (tidak terintegrasi) sering menjadi permasalahan dalam pengembangan agribisnis di
pedesaan. Hal ini menyebabkan tidak efisiennya transportasi dan pemasaran, serta sulit untuk
mengakses teknologi, lembaga permodalan dan informasi pasar (lack of technology, capital, and
market information), yang pada akhirnya menyebabkan agribisnis di desa tersebut tidak
berkembang. Di beberapa desa dengan potensi produksi komoditasnya yang sudah lebih
berkembang (padi, kopi, coklat dsb), umumnya rantai pemasarannya dikuasai oleh
tengkulak/pengumpul kecil yang tidak berpihak kepada petani, karena para tengkulak ini juga
dikendalikan oleh pengumpul besar. Para trader ini juga tidak mau bertindak sebagai agen
informasi pasar (bahkan pada beberapa kasus informasi pasar ditutup/dibiaskan), dan juga bukan
sebagai agen transfer teknologi. Hal ini yang menyebabkan agribisnis di desa-desa yang
walaupun tampaknya sudah lebih sejahtera tetapi tidak berkembang.

Pendekatan Agribisnis
Pendekatan agribisnis yang sedang kita kembangkan saat ini sangat relevan dan praktis,
baik ditinjau dari aspek lingkungan yang mengarah pada persaingan semakin ketat maupun
lingkungan lokal spesifik yang menuntut perbaikan efisiensi aspek termasuk didalamnya
masalah ketersediaan pangan. Kedua aspek tersebut dalam implementasinya memerlukan
pendekatan agribisnis yaitu:
1. Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang
berkeadilan, persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan.
2. Mengembangkan perekonomian yang berorentasi global sesuai dengan kemajuan
teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan
komparatif sesuai kompetensi dan produk unggulan spesifik lokasi berbasis sumber daya
alam dan sumber daya manusia.
3. Memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi agar lebih efisien, produktif
dan berdaya saing.
4. Mengoptimalkan peran Pemerintah Daerah dalam mengoreksi ketidak sempurnaan pasar
dengan menghilangkan seluruh hambatan yang menggannggu mekanisme pasar.
5. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbaisis pada keragaman sumberdaya
bahan pangan, kelembagaan dan budidaya lokal dalam rangka menjamin ketersediaan
pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang memadai serta peningkatan pendapatan
petani produser disektor hulu.
Pemberdayaan ekonomi rakyat
Isu strategis pembangunan ekonomi yang berkembang adalah pemberdayaan ekonomi
rakyat yang notabene adalah dipedesaan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu
memihak pemberdayaan ekonomi rakyat. Menurut data BPS 1994 angkatan kerja Nasional
berjumlah sekitar 82 juta jiwa. Sekitar 46 % atau 38 juta jiwa bekerja disektor pertanian. Bila
diperhitungkan jumlah anggota keluarga rata-rata 4 orang, maka paling sedikit 70 % dari jumlah
penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan disektor pertanian. Mereka adalah keluarga
petani, buruh tani, peternak rakyat, nelayan yang berada dipedesaan dan merupakan kelompok
masyarakat yang tergolong rendah ekonominya bahkan sebagian mereka masih hidup dibawah
garis kemiskinan. Menurut Kasrino (1996) dalam penelitian Sosial Ekonomi Pertanian di
wilayah Jawa dan Nusatenggara menunjukkan bahwa pada tahun 1995 pendapatan rata-rata
rumah tangga pertanian (seluruh pendapatan) diwilayah Pulau Jawa termasuk di Pati masih
sekitar Rp 1,3 juta atau Rp 294.700,- per kapita per tahun. Bila dibandingkan dengan pendapatan
per kapita nasional yang telah mencapai sekitar Rp 2 juta, maka pendapatan per kapita mereka
tersebut masih sangat rendah, yakni hanya sekitar 10 % dari pendapatan per kapita nasional.
Kaitannya dengan kelompok masyarakat yang kurang beruntung ini, perlu mencari
terobosan bagaimana cara memberdayakan ekonomi kelompok masyarakat tersebut ?, menginat
mereka hanya menggantungkan kehidupannya pada kegiatan usahatani dipedesaan, sektor
ekonomi apa yang harus dikembangkan agar ekonomi mereka dapat diberdayakan. Mubiarto
dalam Kasrino (1996) mengemukakan bahwa secara nasional rasio pendapatan kota dan desa
selama tahun 1983-1993 semakin mengalami peningkatan dari 1,69 tahun 1981 menjadi 1,82
tahun 1993. Artinya laju pertumbuhan pendapatan perkotaan jauh lebih cepat bila dibandingkan
dengan laju pertumbuhan pendapatan dipedesaan. Akibat yang timbul menguatnya arus
urbanisasi dan migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan, sehingga menjadi persoalan bagi
pembangunan dipedesaan karena pelarian sumberdaya manusia dan kapital yang bila
berlangsung terus menerus dikhawatirkan semakin memperbesar kesenjangan ekonomi dan
pembangunan. Untuk mengurangi ketimpangan tersebut, diperlukan pengembangan sektor
ekonomi yang mampu mengintegrasikan perekonomian antara usahatani dan industri/jasa,
artinya dipedesaan perlu dikembangkan pengelolaan usahatani yang berbasisis spesifik lokasi
dan berorentasi pada kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran (agribisnis).
Permasalahan dalam Kelembagaan Agribisnis
Kebijaksanaan pemerintah yang kurang mendukung
Berbagai kebijaksanaan pemerintah yang menumbuhkan kelembagaan yang melalui top-
down policy sepertinya masih belum dapat menghasilkan kelembagaan agribisnis yang kuat
dan mandiri. Dalam hal ini,kadang dadapatkan penyuluhan yang kurang detail karena
dukungan dari pemerintah yang kurang seperi halnya bantuan atas fasilitas yang sangat
diperlukan kelompok tani miskin dalam merealisasikan apa yang telah didapatkannya dari
penyuluhan yang telah didapatkannya.

Masalah intern kelembagaan
Apabila ditelusuri lebih jauh ke dalam setiap subsistem agribisnis akan ditemukan titik-titik
rawan dalam produksi petani berupa kelembagaan yang kinerjanya kurang maksimal, sebagai
berikut :
1. Kelembagaan sarana produksi, biasanya petani pada umumnya masih menggunakan
peralatan tradisional yang masih dalam takaran rendah. Sehingga tidak tersedianya
peralatan modern yang mendukung dari lembaga agribisnis tersebut.
2. Kelembagaan pasca panen dan pengolahan hasil, seperti yang dijelaskan bahwa para
petani langsung menjual hasil panen dan tidak mengolah lebih lanjut. Hal itu karena tidak
ada penyuluhan bagaimana hasil produksi tersebut diolah lebih lanjut dan menjadi apa.
3. Permodalan usaha, modal yang didapat adalah modal sendiri, sehingga tidak ada bantuan
modal lain sebagai modal tambahan.
4. Kelembagaan jasa layanan pendukung yaitu berupa bank perkreditan rakyat yang
berperan sebagai sarana untuk meminjam uang yang digunakan sebagai dana proses
produksi dan koperasi yang menyediakan peralatan dan pupuk serta benih, bibit yang
jumlahnya terbatas.
Pengembangan Sumberdaya Agribisnis
Pengembangan sektor agribisnis dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar,
sehingga diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan
pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM) . Dalam
pengembangan teknologi, yang perlu dikembangkan adalah pengembangan teknologi aspek:
Bioteknologi, teknologi Ekofarming, teknologi proses, teknologi produk dan teknologi
Informasi. Sehingga peran Litbang sangatlah penting karena jaringan litbang diperlukan dalam
pengembangan sistem teknologi informasi yang berperan mengkomunikasikan informasi pasar,
mengefektifkan arus informasi antar komponen jaringan, mengkomunikasikan hasil-hasil litbang
kepada pengguna langsung dan mengkomunikasikan konsep dan atribut produk agribisnis
kepada konsumen. Dalam pengembangan SDM Agribisnis perlu menuntut kerjasama tim (team
work) SDM Agribisnis yang harmonis mulai dari SDM Agribisnis pelaku langsung dan SDM Agribisnis
pendukung sektor agribisnis.
Penataan dan Pengembangan Struktur Agribisnis.
Struktur agribisnis telah menciptakan masalah transisi dan margin ganda. Oleh karena itu
penataan dan pengembangan struktur agribisnis nasional diarahkan pada dua sasaran pokok
yaitu:
a. Mengembangkan struktur agribisnis yang terintegrasi secara vertikal mengikuti suatu aliran
produk (Product Line) sehingga subsektor agribisnis hulu, subsektor agribisnis pertanian
primer dan subsektor agribisnis hilir berada dalam suatu keputusan manajemen.
b. Mengembangkan organisasi bisnis (ekonomi) petani/koperasi agribisnis yang menangangani
seluruh kegiatan mulai dari subsistem agribisnis hulu sampai dengan subsistem agribisnis
hilir, agar dapat merebut nilai tambah yang ada pada subsistem agribisnis hulu dan subsistem
agribisnis hilir.
Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis.
Perlu perubahan orientasi lokasi agroindustri dari orientasi pusat-pusat konsumen ke
orientasi sentra produksi bahan baku, dalam hal ini untuk mengurangi biaya transportasi dan
resiko kerusakan selama pengangkutan. Oleh karena itu perlu pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan sektor agribisnis komoditas unggulan yang didasarkan pada peta perkembangan
komoditas agribisnis, potensi perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi.Serta berdasar
Keunggulan komparatif wilayah. Perencanaan dan penataan perlu dilakukan secara nasional
sehingga akan terlihat dan terpantau keunggulan setiap propinsi dalam menerapkan komoditas
agribisnis unggulan yang dilihat secara nasional/kantong-kantong komoditas agribisnis
unggulan, yang titik akhirnya terbentuk suatu pengembangan kawasan agribisnis komoditas
tertentu.

Agribisnis merupakan sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan pra-panen,
panen, pasca-panen dan pemasaran. Sebagai sebuah sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Terputusnya salah satu bagian
akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Sedangkan kegiatan agribisnis melingkupi
sektor pertanian, termasuk perikanan dan kehutanan, serta bagian dari sektor industri. Sektor
pertanian dan perpaduan antara kedua sektor inilah yang akan menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang baik secara nasional. Kelembagaan adalah organisasi yang mampu menghasilkan
ragam produk yang dapat memanfaatkan dan mengembangkan keunggulan komparatif atau
keunggulan kompetitif.Kelembagaan Agribisnis memiliki berbagai macam keragaman dan
peranan.Namun,didalam kelembagaan agribisnis ini juga terdapat berbagai macam masalah
sehingg harus diperhatikan berbagai macam upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan
berbagai masalah yang ada.

You might also like