You are on page 1of 10

Nama Anggota:

1. Adeline Ayu
2. Anggita Shaskia
3. Anggriyana Danastri
4. Elita Ratna
5. Fadiyah Almas
6. Nurul Oktaviani


Policy Formulation merupakan bagian pra-pengambilan
keputusan dari fase pembuatan kebijakan yang mencakup
pengidentifikasian dan / atau penyusunan seperangkat
kebijakan alternatif untuk mengatasi sebuah masalah dan
mempersempit rangkaian solusi untuk persiapan keputusan
kebijakan akhir.

Dalam Policy Formulation membutuhkan pertanyaan : Apa
1. Apa rencana untuk mengatasi sebuah masalah?
2. Apa tujuan dan prioritas?
3. Apa pilihan yang tersedia untuk mencapai tujuan?
4. Apa saja biaya dan benefit dari masing-masing pilihan?
5. Apa eksternalitas positif dan negatif yang berhubungan
dengan masing-masing alternatif?


Pendekatan perumusan kebijakan melekat pada tahap
proses kebijakan.

Berasumsi : partisipan di dalam proses kebijakan sudah
mengakui dan menentukan sebuah masalah
kebijakan, dan memindahkannya ke dalam agenda
kebijakan.

Policy Formulation merupakan fase kritis dari proses
kebijakan, merancang alternatif-alternatif yang akan
dipertimbangkan oleh pengambil keputusan secara
langsung pengaruhnya pada pilihan kebijakan yang
utama.

Approaches to policy formulation

Secara umum literatur yang berfokus pada formulasi
kebijakan merujuk pada konsep desain kebijakan. Desain
kebijakan muncul sebagai respon dari studi implementasi
pada tahun 1970an dimana sistem birokrasi bertanggung
jawab pada kegagalan kebijakan.

Rasionalitas terikat (bounded rationality) terjadi karena
adanya batasan pemikiran manusia serta batasan dari
pengetahuan tentang dunia sosial yang menyebabkan para
pembuat kebijakan untuk fokus pada beberapa aspek saja
dari sebuah permasalahan dengan mengorbankan aspek
yang lain.





Policy formulation melibatkan berbagai kalangan pada
proses dialog pembuatan kebijakan termasuk di
dalamya turut serta kelompok marjinal. Formulasi
kebijakan mengedepankan rasionalitas sehingga
mampu mengatasi permasalahan yang ada

Scholars memanfaatkan teori institusional yang
menyarankan hukum, konstitusi dan organisasi dari
proses politik untuk menyalurkan perilaku politik dan
pilihannya. Artinya institusi akan membentuk
preferensi pilihan dan strategi aktor.




Dalam proses policy design terdapat interaksi antara level
of design dengan lokus design untuk membentuk resep
kebijakan. Misalnya antara legislative setting dan
bureaucratic setting yang masing-masing membawa
kepiawaiannya dalam proses tersebut.

Legislative setting membutuhkan keahlian kompromi
antara pendapat-pendapat yang berbeda yang kadang
mengarah kepada perluasan dan pengaburan konten.

Pada Bureaucratic setting terdapat keahlian teknis dan
ilmiah untuk dibawa pada proses policy design.

Approaches to policy tools


Bardach, dalam lampiran things governments do
terdapat 8 step kerangka analisis kebijakan yaitu
describing taxes, regulation, grants (hibah), services,
budgets, information, rights (hak), dan policy tools
lainnya.

Dalam pemilihan tools yang dipertaruhkan bukan
hanya cara yang paling efisien dalam menyelesaikan
masalah publik melainkan juga pengaruh dari
kelompok-kelompok kepentingan
Policy Design Beyond The Stages Model

Schneider dan Ingram;
1. Kerangka ini menawarkan beberapa prediksi mengenai tipe
desain kebijakan yang akan muncul dari berbagai jenis proses
politik, dan secara eksplisit menggabungkan analisis normatif
dengan mempertimbangkan dampak dari desain kebijakan
pada kelompok sasaran dan praktek demokrasi.

2. Menjawab tuntutan untuk menggunakan pendekatan
integratif terhadap penelitian kebijakan. Kerangka ini juga
menggabungkan pendekatan kritis terhadap studi kebijakan
dengan mengeksplorasi bagaimana pemerintah dan kebijakan
membuat dan menjaga sistem hak istimewa, dominasi dan
ketenangan diantara mereka yang paling tertindas.

3. Desain kebijakan memengaruhi tidak hanya implementasi
tapi juga mobilisasi politik dan sifat demokrasinya.


Policy Design

Desain kebijakan itu pada intinya untuk merumuskan
ide atau kerangka pemikiran yang abstrak supaya
dapat dengan mudah diidentifikasi dan dianalisis.

Dalam desain kebijakan biasanya memuat tujuan,
kelompok sasaran, agen, struktur implementasi,
peralatan, aturan, alasan-alasan, dan asumsi.

rasionalitas pembuat kebijakan itu dapat dibatasi oleh
banyak hal, seperti aturan dan nilai-nilai yang berlaku
di masyarakat, sehingga ini akan sangat berpengaruh
terhadap kebijakan yang dihasilkan, bisa saja suatu
kebijakan di suatu daerah ini baik untuk diterapkan
tapi tidak untuk daerah lain karna berbenturan
dengan nilai yang ada dalam masyarakatnya.


Critique and New Direction

1. Perumusan kebijakan sebagai fungsi bukan sebagai
tahap yang dimulai dan berakhir di suatu tahapan
tertentu
2. Dalam lingkungan marjinal, organisasi menargetkan
kebijakan yang mereka buat untuk mereka yang
membutuhkan. Berbeda dengan harapan Schneider
dan Ingram bahwa pembuat kebijakan menghindari
pemberian manfaat langsung untuk kelompok yang
paling terpinggirkan.
3. Penelitian mengenai perumusan kebijakan
memberikan kontribusi untuk penelitian tentang
pengaturan agenda, batasan masalah, pelaksanaan,
dan kebijakan koalisi.

You might also like