You are on page 1of 10

KEPUTUSAN ADMINISTRASI NEGARA

Dr. Ima Mayasari, S.H., M.H.


07 Oktober 2014
Pendahuluan
! Dalam pelaksanaan tugas administrasi kepemerintahan
yang baik, Administrator Negara tidak dapat dilepaskan
dari tugas pembuatan Keputusan (beschikking).
! Dengan semakin kompleksnya tugas Administrasi Negara
serta semaki n meni ngkatnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat, tidak tertutup kemungkinan
timbul benturan kepentingan antara Administrasi Negara
dengan seseorang atau Badan Hukum Perdata yang
merasa dirugikan oleh Keputusan (beschikking) tersebut,
sehingga menimbulkan sengketa.
Syarat Sah Pembuatan Keputusan
! Menurut Van der Pot sebagaimana dikutip Utrecht, terdapat
empat persyaratan kesahan suatu ketetapan yaitu
1. ketetapan dibuat oleh alat (organ) yang berkuasa (bevoegd)
membuatnya;
2. ket et apan mer upakan s uat u per nyat aan kehendak
(wilsverklaring), maka pembentukan kehendak itu tidak boleh
memuat kekurangan yuridis (geen juridische gebreken in de
wilsvorming);
3. ketetapan diberi bentuk (vorm) yang ditetapkan dalam peraturan
yang menjadi dasarnya dan pembuatnya juga memperhatikan
cara (procedure) membuat ketetapan itu bilaman cara itu
ditetapkan dengan tegas dalam peraturan dasar tersebut;
4. isi dan tujuan ketetapan sesuai dengan isi dan tujuan peraturan
dasar.
! Apabila salah satu syarat tidak dipenuhi, maka ketetapan
yang bersangkutan menjadi ketetapan yang tidak
sah.

! Contoh: ketetapan yang dibuat oleh organ atau pejabat
yang tidak berwenang (on bevoegd), ketetapan dibuat
karena adanya penipuan (bedrog), ketetapan tidak
menurut prosedur berdasarkan hukum (rechtmatige) dan
ketetapan tidak memenuhi tujuan peraturan dasarnya
(doel mati ge) atau tel ah terj adi penyal ahgunaan
wewenang (detournement de pouvoir).
Menurut Van der Wel sebagaimana dikutip Utrecht, persyaratan
kesahan suatu ketetapan (beschikking) dibagi menjadi dua golongan:

Pertama, syarat-syarat materiil yaitu 1) alat negara yang
membuat ketetapan berkuasa; 2) dalam kehendak alat negara yang
membuat ketetapan tidak boleh ada kekurangan; 3) ketetapan
berdasarkan suatu keadaan (situasi) tertentu; 4) ketetapan dapat
dilakukan, dan, tanpa melanggar peraturan-peraturan lain, menurut
isi dan tujuan sesuai dengan peraturan yang menjadi dasar
ketetapan itu.
Kedua, syarat-syarat formil yaitu 1) syarat-syarat yang
ditentukan berhubung dengan persiapan dibuatnya ketetapan dan
berhubung dengan cara dibuatnya ketetapan, dipenuhi; 2)
ketetapan diberi bentuk yang ditentukan; 3) syarat-syarat yang
ditentukan berhubung dengan dilakukannya ketetapan dipenuhi; 4)
jangka waktu yang ditentukan antara timbulnya hal-hal yang
menyebabkan dibuatnya ketetapan dan diumumkannya ketetapan
tidak boleh dilewati.
! Baik Van der Pot maupun Van der Wel menempatkan aspek
kewenangan sebagai syarat utama yang wajib
dipenuhi dalam pengambilan Keputusan.
! Pendapat kedua pakar tersebut sejalan dengan pendapat
Lotulung bahwa alasan utama pembatalan suatu keputusan
(beschikking) adalah tanpa kewenangan yaitu terhadap suatu
keputusan yang dikeluarkan oleh seorang pejabat yang tidak
mempunyai wewenang (kompetensi) sama sekali untuk
mengeluarkan keputusan yang bersangkutan, atau wewenang
sesungguhnya terdapat pada pejabat lain.

! Konsekuensi Administrator Negara yang tidak berwenang
membuat keputusan, maka keputusan menjadi batal mutlak
(van rechtswege nietig). Jadi, keputusan dianggap tidak
pernah ada dan pembatalan keputusan berlaku surut sampai
waktu sebelum keputusan tersebut diterbitkan.
Prinssebagaimana dikutip Kuntjoro menyebutkan sejumlah
contoh klasik (klassiek voorbeeld) tentang suatu keputusan yang
batal mutl ak karena or gan Admi ni strasi Negara yang
membuatnya sama sekali tidak berwenang.

Pada tahun 1906 di kota Kopenick (sebuah kota kecil dekat kota Berlin di
Negara Jerman), seorang tukang sepatu yang berpakaian kapten tentara
Jerman menyuruh 12 (dua belas) orang prajurit Jerman yang kebetulan
melancong di sekitar gedung kotapraja, menculik walikota dan pegawai
pemungut pajak dan menetapkan pajak baru. Perbuatan tersebut
dianggap administratif suatu perbuatan yang batal sama sekali (mutlak),
bahkan, suatu perbuatan yang batal karena hukum (nietig van
rechtswege).

Contoh tersebut menjelaskan mengenai pembuat ketetapan (alat
negara yang mengeluarkan ketetapan) sama sekali tidak berwenang.
Tidak berwenang dapat berupa tidak berwenang ratione materiae, tidak
berwenang ratione loci, serta tidak berwenang ratione temporis.
Administrasi negara mempunyai suatu tugas khusus yang
diberi nama bestuurszorg, yaitu suatu tugas yang hanya
diserahkan (terletak) pada administrasi negara. Suatu tugas
yang tidak diserahkan kepada manusia orang pribadi atau
badan hukum swasta. Agar dapat melaksanakan tugas
i sti mewa dengan bai k, maka admi ni strasi negara
memerlukan peraturan yang khusus, yang lebih memaksa
dan yang memberi wewenang khusus.
ASAS LEGALITAS
! Leyland dan Woods menyebut beberapa fungsi Hukum
Administrasi Negara, antara lain control function dan
command function. Kedua fungsi tersebut memiliki kaitan
yang erat dengan good governance. Fungsi pertama,
Hukum Administrasi Negara sebagai rem agar perbuatan
dan Keputusan Administrasi Negara tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan dan Asas-Asas
Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB), tidak melampaui
dan menyalahgunakan wewenang, serta tidak sewenang-
wenang.
! Fungsi kedua, Hukum Administrasi Negara mewajibkan para
admi ni st r at or mel akukan set i ap per buat an dan
pengambilan keputusannya didasarkan hukum sesuai
dengan asas legalitas.
! setiap tindakan pemerintahan baik dalam pengaturan
maupun pengurusan didasarkan pada hukum, baik hukum
tertulis khususnya maupun hukum tidak tertulis. Menurut Kelsen,
hukum tertulis tersebut tersusun secara hierarki (stufentheorie).
Pendapat Kelsen menyatakan:
norma hukum itu berjenjang dalam suatu tata susunan
hierarki. Suatu norma yang lebih rendah berlaku dan
bersumber atas dasar norma yang lebih tinggi, serta norma
yang lebih tinggi itu, berlaku dan bersumber kepada norma
yang lebih tinggi lagi. Demikian seterusnya sampai pada
suatu norma yang tidak dapat ditelusuri, yang bersifat
hipotetis dan fiktif, yaitu yang dikenal dengan istilah
grundnorm (norma dasar)

You might also like