You are on page 1of 51

Jakarta, Pernahkan Anda melihat tingkah anak yang mendadak berubah

seperti gelisah ketika tidur dan muncul tanda kemerahan pada kulitnya?
Hati-hati, itu merupakan salah satu tanda adanya gejala alergi pada anak.

Salah satu nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak adalah
protein. Sayangnya nutrisi ini justru menjadi salah satu sumber utama
penyebab alergi pada anak. Menurut dr Eddy Karta, SpKK seorang
dokter kulit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo alergi merupakan
reaksi hipersensitifitas yang terjadi pada tubuh.

Nah, untuk mencegahnya orang tua harus waspada dan mengetahui hal-
hal apa saja yang dapat memicu terjadinya alergi pada anak.
Selanjutnya, dari perbincangan detikhealth bersama dr Indra G
Mansur,DHES, SpAnd, ILS yang ditulis pada Rabu (15/5/2013) ini dia
beberapa pemicu alergi pada anak.

1. Telur

Telur merupakan salah satu makanan yang kaya akan kandungan protein
dan seringkali disarankan untuk mendukung proses pertumbuhan dan
pembentukan postur pada anak. Sayangnya, untuk anak yang mengalami
alergi pada telur sudah tentu tidak dapat menikmatinya.

Menurut dr Indra, protein di dalam telur sendirilah yang menyebabkan
reaksi hipersensitifitas. Seperti yang diketahui kekurangan protein pada
anak-anak dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan.

2. Ayam (termasuk ayam kampung)
Kebanyakan anak-anak sangat menyukai makanan yang satu ini, apalagi
jika digoreng. Ayam memiliki kandungan lemak di dalamnya, hal inilah
yang dapat memungkinkan anak terkena alergi. dr Indra berkata terdapat
3 nutrisi makanan yang dapat menyebabkan alergi yaitu protein,
karbohidrat, dan lemak.

3. Ikan

Ikan dan jenis binatang laut lainnya diketahui merupakan penyebab
alergi paling tinggi. "Makanan laut adalah makanan yang paling tinggi
dan menonjol yang menjadi penyebab alergi," ucap dr Indra.

Tetapi, untuk anak yang gemar memakan ikan lele boleh bernafas lega.
Sebab menurut dr Indra, ikan lele jarang menimbulkan alergi dan
merupakan salah satu ikan yang bagus untuk dikonsumsi.

4. Udara

Udara merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan karena makhluk
hidup membutuhkannya untuk bernapas. Tetapi udara dapat memicu
alergi pada anak. Hal ini terjadi ketika anak bermain di taman atau
kebun.

"Angin di sana akan membawa sari bunga dan itu bisa masuk ke
pernafasan," kata dr Indra
Selain itu, paparan udara dapat menyebabkan tubuh anak yang
mengalami alergi menjadi gatal-gatal atau yang biasa disebut biduran.

5. Kacang

Selai kacang adalah salah satu selai yang menjadi favorit anak-anak.
Tetapi, untuk mereka yang memiliki alergi terhadap kacang, jangankan
selai bahkan minyak yang mengandung kacang untuk bahan pembuat
kue pun tak boleh ada di dekat mereka.

Risiko paling ringan adalah gatal-gatal tetapi jika sudah berat dapat
menyebabkan sesak nafas seperti yang dialami Kelsey Hough yang ia
ceritakan pada ABC news, Senin (13/5/2013). Menurut dr Indra kejadian
alergi kacang persentasenya kecil, dan juga untuk kacang kedelai atau
mede tidak bersifat manifest


Apa gejala alergi makanan?

Jika bayi Ibu alergi terhadap makanan tertentu, gejalanya akan muncul
dalam hitungan menit atau detik. Gejala yang paling umum adalah:

Batuk
Lidah dan tenggorokan kering dan gatal
Kulit gatal atau ruam
Mual dan kembung
Diare dan/atau muntah
Nafas tersengal-sengal dan nafas pendek
Bibir dan tenggorokan bengkak
Hidung berair dan tersumbat
Mata gatal, merah dan sakit

Makanan yang menyebabkan alergi

Makanan sering menimbulkan reaksi alergi antara lain:

Susu sapi dan produk susu lainnya
Telur
Makanan laut, seperti Ikan, Kepiting, Udang, dan Lobster
Kacang-kacangan (kacang tanah, kacang kedelai, dll)
Sereal yang mengandung gluten (gandum, gandum hitam, gandum
oat dan gandum barley)
Wijen
Makanan dan minuman yang mengandung pengawet Sulfur
dioksida dan sulfit
Seledri

Makanan yang harus dihindari

Ada beberapa makanan yang sebaiknya tidak diberikan dulu pada bayi
Ibu sebelum mencapai usia tertentu, untuk menghindari meningkatnya
risiko alergi sampai sistem kekebalan tubuhnya terbentuk.

Gluten (sebelum 6 bulan)
Gluten adalah protein yang ditemukan dalam biji-bijian seperti
gandum, gandum hitam, gandum barley dan gandum oat. Ibu
sebaiknya tidak memberikan makanan ini sampai usia 6 bulan
Carilah produk makanan yang berlabel 'bebas gluten'.

Makanan Laut (sebelum 6 bulan)
Ikan dapat menyebabkan reaksi alergi pada sebagian bayi, maka
Ibu sebaiknya tidak memberi ikan pada bayi Ibu sebelum dia
berusia 6 bulan. Setelah usia bayi Ibu mencapai 6 bulan, ikan bisa
menjadi bagian dari menu yang seimbang.

Kacang dan makanan yang mengandung kacang sebaiknya tidak
diberikan kepada bayi dari keluarga dengan riwayat alergi sampai
dia berusia setidaknya 3 tahun. Selain itu, jangan memberi segala
jenis kacang secara utuh pada anak balita karena berisiko tersedak.


Kadang-kadang, bayi tidak mengalami reaksi alergi hebat yang
membahayakan hidupnya, saat pertama kali ia diberi makanan bayi
tertentu. Namun, bila timbul bentol-bentol merah dan gatal di seluruh
tubuh, mulut, leher dan lidahnya membengkak sehingga sulit bernafas,
carilah segera bantuan medis. Jika perlu, berikan pertolongan pertama.
Reaksi ini dianggap berkaitan erat dengan makanan yang membuat bayi
peka, baik saat dalam kandungan maupun selama di beri ASI. Karena
itu, janganlah sekali-sekali memberi bayi atau anak anda makanan yang
membahayakan tersebut meskipun hanya untuk dicicipi. Bila kelak anda
ingin mengenalkan makanan tersebut, lakukan di bawah pengawasan
dokter.
Jika keluarga anda pernah terkena alergi, mungkin anda perlu
mengurangi jenis makanan tertentu untuk bayi anda. Hal ini tentu saja
dapat menghilangkan banyak nutrisi dari makanannya. Berkonsultasilah
dulu dengan dokter anak yang akan memberi nasihat tentang jenis nutrisi
yang dibutuhkan bayi anda selama masa penyapihan.
Mencegah Alergi
Langkah-langkah berikut membantu mecegah bayi alergi:
- Masa bahaya terhadap kepekaan adalah empat sampai enam
bulan pertama, jadi tundalah penyapihan dan teruskan memberi
ASI atau susu formula selama masa ini. Bayi anda akan mendapat
semua nutrisi yang dibutuhkan dari ASI atau susu formula sampai
usianya enam bulan.
- Selama memberi ASI anda pun harus berhati-hati terhadap
makanan yang berpotensi menimbulkan alergi, untuk
menghindarkan bayi dari alergi melalui ASI.
- Perkenalkan bayi pada makanan padat satu demi satu. Beri jarak
waktu beberapa hari untik setiap jenis makanan baru agar anda
dapat mengeceknya bila suatu reaksi alergi.
- Jika aleri mengenai keluarga anda, perhatikan saat pengenalan
selai kacang dan makanan lain dari kacang.
- Hindari bayi dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan alergi,
seperti asap, rokok, debu ruam, sebuk sari, dan binatang piaraan.
Formula Khusus
Jika bayi anda alergi terhadap susu sapi dan anda tidak dapat
memberinya ASI, coba gunakan susu bayi dari kacang kedelai. Susu ini
juga diberikan pada bayi yang tidak tahan terhadap laktosa. Sayangnya,
kedelai sendiri jadi pencetus alergi. Selama masa penyapihan, susu
kacang kedelai dapat diberikan sebagai minuman dalam cangkir.
- Susu formula dari kacang kedelai mengandung gula bukan dari
susu. Waspadalah kesehatan gigi bayi dan jangan berikan susu
dalam botol setelah usianya satu tahun. Hindari pemberian susu
formula diantara waktu makan dan waktu tidur.
- Susu kedelai biasanya (bukan susu kedelai bayi), tidak boleh
diberikan pada bayi yang sedang disapih karena tidak mengandung
cukup kalori, vitamin, dan kalsium
- Ada pula susu bayi yang menggunakan protein susu sapi yang
telah dimodifikasi secara khusus untuk bayi yang punya
kecenderungan alergi.
- Susu domba atau kambing terkadang dianggap kurang
menimbulkan alergi. Namun belum ada bukti ilmiah tentang hal
ini. Dalam keadaan apapun, sebaiknya jangan berikan susu ini
pada bayi di bawah usia satu tahun karena susu ini tidak
mengandung cukup nutrisi penting seperti Vitamin A, D, asam
folat dan zat besi



Kenali Tanda, Gejala Alergi dan Hipersensitifitas pada Bayi

Alergi termasuk gangguan yang menjadi permasalahan kesehatan
penting pada usia anak. Gangguan ini ternyata dapat menyerang
semua organ tanpa terkecuali. Mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin
bisa terjadi. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan
komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat
mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk
gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka timbul
gangguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan
konsentrasi, gangguan emosi, keterlambatan bicara, gangguan
konsentrasi hingga memperberat gejala penderita Autis dan ADHD.
Gejala alergi pada bayi sering dicetuskan dan disebabkan karena
banyak faktor. Tetapi yang paling sering terjadi justru dipicu atau
diperberat karena infeksi virus ringan yang tidak terdeteksi.
Sedangkan faktor lainnya dengan manifestasi lebih ringan
disebabkan karena diet ibu bila minum ASI dan makanan yang
dikonsumsi termasuk susu sapi. Seringkali dokter atau orangtua
sulit membedakan faktor mana yang menjadi penyebab, bahkan
seringkali setiap kali timbul gejala alergi langsung divonis alergi
susu sapi dan harus ganti susu khusus padahal belum tentu alergi
susu sapi.
Deteksi dan pencegahan alergi sejak bayi penting karena apat mencegah
atau menghilangkan perjalanan alamiah alergi jangka panjang (allergy
March). Perjalanan alamiah alergi jangka panjang adalah gejala alergi
setiap usia dan setiap orang akan berbeda. Pada kelmpok tertentu usia di
bawah 5 tahun akan mengaklami sensitif saluran cerna dan kulit, usia 5-
12 tahun asma dan sering pilek pada usia di atas 15 tahun lebih sensitif
hidung atau sinusitis.

Melihat demikian luas dan banyaknya pengaruh alergi yang mungkin
bisa terjadi, maka deteksi dan pencegahan alergi sejak dini sebaiknya
dilakukan. Gejala serta faktor resiko alergi dapat dideteksi sejak lahir,
bahkan mungkin sejak dalam kandungan. Alergi makanan tidak terjadi
pada semua orang, tetapi sebagian besar orang mempunyai potensi
menjadi alergi. Tampaknya sebagian besar orang bila dicermati pernah
mengalami reaksi alergi. Namun sebagian lainnya tidak pernah
mengalami reaksi alergi. Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi
makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang
kadang memerlukan faktor pencetus.
Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek dan nenek pada
penderita. Bila ada orang tua menderita alergi kita harus mewaspadai
tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang
menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar
20 40%, ke dua orang tua alergi resiko meningkat menjadi 40 80%.
Sedangtkan bila tidak ada riwayat alergi pada kedua orang tua maka
resikonya adalah 5 15%. Pada kasus terakhir ini bisa saja terjadi bila
nenek, kakek atau saudara dekat orang tuanya mengalami alergi.
Manifestasi klinis yang sering dikaitkan dengan penderita alergi
pada bayi.

GANGGUAN SALURAN CERNA : Sering muntah/gumoh,
kembung,cegukan, sering buang angin, sering ngeden /mulet,
sering REWEL / GELISAH/COLIK terutama malam hari), Sering
buang air besar (> 3 kali perhari), tidak BAB tiap hari, BERAK
DARAH. Feses cair, hijau, bau tajam, kadang seperti biji cabe.
Hernia Umbilikalis (pusar menonjol), Scrotalis, inguinalis
(benjolan di selangkangan, daerah buah zakar atau pusar atau
turun berok) karena sering ngeden sehingga tekanan di dalam
perut meningkat.
Kulit sensitif. Sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama
di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah
rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Mata, telinga
dan daerah sekitar rambut sering gatal, disertai pembesaran
kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan kadang
sedikit berbau.
Kuning Timbul kuning tinggi atau kuning bayi baru lahir
berkepanjangan seharusnya setelah 2 minggu menghilang sering
disebut Breastfeeding Jaundice (kuning karena ASI mengandung
hormon pregnandiol). Seringkali jadi pertanyaan mengapa
sebagian besar bayi dengan ASI tidak mengalami kuning
berkepanjangan. Setelah usia 6 telapak tangan dan kaki kadang
berwarna kuning, sampai saat ini seringkali dianggap karena
terlalu banyak makan wortel atau kelebihan vitamin A padahal
selama ini hipotesa itu hanya sekedar dugaaan dan belum pernah
dibuktikan dengan pemeriksaan darah. Kuning berkepanjangan
meningkat pada bayi bisa sering terjadi pada bayi dengan
gangguan saluran cerna dengan keluhan obstipasi (sering
ngeden/mulet) dan konstipasi. Bila dicermati saat gangguan
saluran cerna meningkat kuning semkai terlihat jelas dan
sebaliknya saat saluran cerna membaik kuning menghilang.
Mulut hipersensitif. Lidah sering timbul putih kadang sulit
dibedakan dengan jamur (candidiasis) atau memang kadang juga
disertai infeksi jamur. Bibir tampak kering atau kadang pada
beberapa bayi bibir bagian tengah berwarna lebih gelap atau biru.
Produksi air liur meningkat, sehingga sering ngeces (drooling)
biasanya disertai bayi sering menjulurkan lidah keluar atau
menyembur-nyemburkan ludah dari mulut.
Napas Berbunyi (Hipersekresi bronkus). Napas grok-grok,
kadang disertai batuk sesekali terutama malam dan pagi hari siang
hari hilang. Bayi seperti ini beresiko sering batuk atau bila batuk
sering lama (>7hari) dan dahak berlebihan )
Sesak Saat Baru lahir. Sesak segera setelah lahir. Sesak bayi baru
lahir hingga saat usia 3 hari, biasanya akan membaik paling lama
7-10 hari. Disertai kelenjar thimus membesar (TRDN (Transient
respiratory ditress Syndrome) /TTNB). BILA BERAT SEPERTI
PARU-PARU TIDAK MENGEMBANG (LIKE RDS). Bayi usia
cukup bulan (9 bulan) secara teori tidak mungkin terjadi paru2
yang belum mengembang. Paru tidak mengembang hanya terjadi
pada bayi usia kehamilan < 35 minggu) Bayi seperti ini menurut
penelitian beresiko asma (sering batuk/bila batuk sering dahak
berlebihan )sebelum usia prasekolah. Keluhan ini sering dianggap
infeksi paru atau terminum air ketuban.
Hidung Sensitif. Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak,
kepala sering miring ke salah satu sisi (Sehingga beresiko kepala
peyang) karena hidung buntu, atau minum dominan hanya satu
sisi bagian payudara. Karena hidung buntu dan bernapas dengan
mulut waktu minum ASI sering tersedak
Mata Sensitif. Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata
(belekan) salah satu sisi atau kedua sisi.
Keringat Berlebihan. Sering berkeringat berlebihan, meski
menggunakan AC keringat tetap banyak terutama di dahi
Berat Badan Berlebihan atau kurang. Karena minum yang
berlebihan atau sering minta minum berakibat berat badan lebih
dan kegemukan (umur <1tahun). Sebaliknya terjadi berat badan
turun setelah usia 4-6 bulan, karena makan dan minum berkurang
Saluran kencing. Kencing warna merah atau oranye (orange)
denagna sedikit bentukan kristal yang menempel di papok atau
diapers . Hal ini sering dianggap inmfeksi saluran kencing, saat
diperiksa urine seringkali normal bukan disebabkan karena darah.
Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba
sumer/hangat.
Gangguan Hormonal. Mempengaruhi gangguan hormonal berupa
keputihan/keluar darah dari vagina, timbul jerawat warna putih.
timbul bintil merah bernanah, pembesaran payudara, rambut
rontok, timbul banyak bintil kemerahan dengan cairan putih
(eritema toksikum) atau papula warna putih
Gangguan Sulit Makan dan Gangguan Kenaikkan Berat
Badan. Pada bayi berusia di atas 6 bulan dengan keluhan sering
mual, BAB ngeden atau sulit, BAB > 3 kali seringkali
mengakibatkan kesulitan makan atau makan hanya sedikit yang
mengakibatkan gangguan kenaikkan berat badan dan sering
mengalami daya tahan tubuh menurun sejak usia 6 bulan. Pada
usia sebelum 6 bulan kenaikkan pesat tetapi setelah usia 6 bulan
kenaikkan relatif datar. Pada penderita hipersensitifitas non alergi
(non atopi) biasa nya ghangguan berat badan dan sulit makan lebih
tidak ringan dan timbul sejak usia sebelum 6 bulan tetapi setelah 6
bulan lebih buruk
PROBLEM MINUM ASI : minum berlebihan, berat berlebihan
karena bayi sering menangis dianggap haus. Haus palsu adalah
tampilan bayi sering menangis, mulutnya sering seperti mau
ngempeng atau mencari puting tampak sucking refleks berlebihan
dirangsang pipinya sedikit sudah seperti mencari puting. Hal itu
belum tentu karena haus atau bukan karena ASI kurang. Pada bayi
alergi yang sering rewel seringkali saluran cernanya sedikit sakit
sehingga bila ada perasaan tidak nyaman bayi akan sering seperti
ngempeng atau minta digendong. Sering menggigit puting
sehingga luka. Minum ASI sering tersedak, karena hidung
buntu dan napas dengan mulut. Minum ASI lebih sebentar pada
satu sisi,`karena satu sisi hidung buntu, jangka panjang bisa
berakibat payudara besar sebelah.
PERILAKU YANG SERING MENYERTAI PENDERITA
ALERGI PADA BAYI
GANGGUAN NEURO ANATOMI S : Mudah kaget bila ada suara
yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering gemetar.
Kaki sering dijulurkan lurus dan kaku. Breath Holding spell : bila
menangis napas berhenti beberapa detik kadang disertai sikter bibir
biru dan tangan kaku. Mata sering juling (strabismus). Kejang
tanpa disertai ganggguan EEG (EEG normal)
GERAKAN MOTORI K BERLEBI HAN Usia < 1 bulan sudah
bisa miring atau membalikkan badan. Usia < 6 bulan: mata/kepala
bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan,
tidak bisa diselimuti (dibedong). Kepala sering digerakkan
secara kaku ke belakang, sehingga posisi badan bayi mlengkung
ke luar. Bila digendomg tidak senang dalam posisi tidur, tetapi
lebih suka posisi berdiri.Usia > 6 bulan bila digendong sering
minta turun atau sering bergerak/sering menggerakkan kepala dan
badan atas ke belakang, memukul dan membentur benturkan
kepala. Kadang timbul kepala sering bergoyang atau mengeleng-
gelengkan kepala. Sering kebentur kepala atau jatuh dari tempat
tidur.
GANGGUAN TI DUR (biasanya MALAM-PAGI) gelisah,bolak-
balik ujung ke ujung; bila tidur posisi nungging atau tengkurap;
berbicara, tertawa, berteriak dalam tidur; sulit tidur atau mata
sering terbuka pada malam hari tetapi siang hari tidur terus; usia
lebih 9 bulan malam sering terbangun atau tba-tiba duduk dan tidur
lagi,
AGRESI F MENI NGKAT, pada usia lebih 6 bulan sering
memukul muka atau menarik rambut orang yang menggendong.
Sering menarik puting susu ibu dengan gusi atau gigi, menggigit,
menjilat tangan atau punggung orang yang menggendong. Sering
menggigit puting susu ibu bagi bayi yang minum ASI, Setelah usia
4 bulan sering secara berlebihan memasukkan sesuatu ke mulut.
Tampak anak sering memasukkan ke dua tangan atau kaki ke
dalam mulut. Tampak gampang seperti gemes atau menggeram
GANGGUAN KONSENTRASI : cepat bosan terhadap sesuatu
aktifitas bermain, memainkan mainan, bila diberi cerita
bergambar sering tidak bisa lama memperhatikan. Bila minum
susu sering terhenti dan teralih perhatiannya dengan sesuatu yang
menarik tetapi hanya sebentar
EMOSI MENINGKAT, sering menangis, berteriak dan bila
minta minum susu sering terburu-buru tidak sabaran. Sering
berteriak dibandingkan mengiceh terutama saat usia 6 bulan
GANGGUAN MOTORI K KASAR, GANGGUAN
KESEI MBANGAN DAN KOORDI NASI : Pada POLA
PERKEMBANGAN NORMAL adalah BOLAK-BALIK, DUDUK,
MERANGKAK, BERDIRI DAN BERJALAN sesuai usia. Pada
gangguan keterlambatan motorik biasanya bolak balik pada usia
lebih 5 bulan, usia 6 8 bulan tidak duduk dan merangkak, setelah
usia 8 bulan langsung berdiri dan berjalan.
GANGGUAN ORAL MOTOR: KETERLAMBATAN BICARA:
Kemampuan bicara atau ngoceh-ngoceh hilang dari yang
sebelumnya bisa. Bila tidak ada gangguan kontak mata, gangguan
pendengaran, dan gangguan intelektual biasanya usia lebih 2 tahun
membaik. GANGGUAN MENGUNYAH DAN MENELAN:
Gangguan makan makanan padat, biasanya bayi pilih-pilih
makanan hanya bisa makanan cair dan menolak makanan yang
berserat. Pada usia di atas 9 bulan yang seharusnya dicoba
makanan tanpa disaring tidak bisa harus di blender terus sampai
usia di atas 2 tahun.
I MPULSI F : banyak tersenyum dan tertawa berlebihan, lebih
dominan berteriak daripada mengoceh.
Memperberat ADHD dab Autis. Jangka panjang akan
memperberat gangguan perilaku tertentu bila anak mengalami
bakat genetik seperti ADHD (hiperaktif) dan AUTIS (hiperaktif,
keterlambatan bicara, gangguan sosialisasi). Tetapi alergi bukan
penyebab Autis tetapi hanya memperberat. Penderita alergi dengan
otak yang normal atau tidak punya bakat Autis tidak akan pernah
menjadi Autis.
Gejala alergi pada bayi selain makanan justru paling sering seringkali
diperberat saat sakit atau terjadi oleh infeksi berupa infeksi virus,
bakteri atau infeksi lainnya. Paling sering di antaranya adalah infeksi
virus. Pada bayi tanda dan gejala infeksi virus ringan ini lebih sulit
dikenali. Biasanya hanya berupa badan sumer teraba hangat hanya di
kepala, telapak tangan dan badan bila diukur suhu normal. Biasanya
disertai bersin, batuk sekali-sekali dan pada anak bayi tertentu nafas
bunyi grok-grok. Flu pada bayi jarang sekali menimbulkan hidung
meler biasanya hanya basah sedikit di sekitar hidung atau batuk sekali-
sekali karena refleks batuk pada bayi basih belum sempurna. Bahkan
sebagian dokter menilai gejala infeksi virus tersebut dianggap
sebagai gejala alergi.Pada keadaan sakit seperti itu biasanya ada kontak
yang sakit flu, demam, batuk atau infeksi virus ringan lainnya di dalam
di rumah. Sayangnya orangtua juga sering tidak menyadari bahwa
selama ini sering terkena infeksi virus yang gejalanya tidak khas
tersebut. Gejala infeksi virus yang ringan yang dialami oleh penderita
dewasa berupa badan ngilu, terasa pegal,nyeri tenggorokan atau kadang
disertai sakit kepala. Gejala ringan, tidak khas dan cepat membaik ini
sering dianggap gejala mau flu tidak jadi, masuk angin, kurang tidur,
panas dalam atau kecapekan
PENYEBAB ALERGI MAKANAN PADA BAYI
Alergi makanan lebih sering terjadi pada usia bayi atau anak
dibandingkan pada usia dewasa. Hal itu terjadi karena belum
sempurnanya saluran cerna pada anak. Secara mekanik integritas
mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke
dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan
menyebabkan denaturasi allergen. Secara imunologik sIgA pada
permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal
allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur sistem pertahanan
tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan
alergen, virus dan bakteri masuk ke dalam tubuh. Dengan pertambahan
usia, ketidakmatangan saluran cerna tersebut semakin membaik.
Biasanya setelah 2 tahun saluran cerna tersebut berangsur membaik. Hal
ini juga yang mengakibatkan penderita alergi sering sakit pada usia
sebelum 2 tahun. Fenomena tersebut juga menunjukkan bahwa sewaktu
bayi atau usia anak mengalami alergi makanan tetapi dalam
pertambahan usia membaik.
Gejala dan tanda karena reaksi alergi pada anak dapat ditimbulkan oleh
adanya alergen dari beberapa makanan tertentu yang dikonsumsi bayi.
Penyebab alergi di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau
polipeptida dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas
dan tahan ensim proteolitik. Sebagian besar alergen pada makanan
adalah glikoprotein dan berkisar antara 14.000 sampai 40.000 dalton.
Molekul-molekul kecil lainnya juga dapat menimbulkan kepekaan
(sensitisasi) baik secara langsung atau melalui mekanisme hapten-
carrier.
Susu sapi dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada bayi yang
paling sering. Beberapa penelitian di beberapa negara di dunia
prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun pertama kehidupan
sekitar 2%. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang
mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi
terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi
dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Reaksi simpang makanan
yang tidak melibatkan mekanisme sistem imun dikenal sebagai
intoleransi susu. Sekitar 1-7% bayi pada umumnya menderita alergi
terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sedangkan sekitar 80%
susu formula bayi yang beredar di pasaran ternyata menggunakan bahan
dasar susu sapi. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang
mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi
terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi
dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Alergi terhadap protein
susu sapi atau alergi terhadap susu formula yang mengandung protein
susu sapi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki sistem
reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat
dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein
yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun
akan muncul.
Pada bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif maka diet yang
dikonsumsi ibu sangat berpotensi menimbulkan gangguan alergi. Diet
ibu yang sangat berpotensi menimbulkan gangguan pada bayi yang
paling sering adalah ikan laut (terutama yang kecil seperti udang,
kerang, cumi dan sebagainya), kacang tanah dan buah-buahan (tomat,
melon, semangka).
Saat pemberian makanan tambahan usia 4-6 bulan, gejala alergi pada
bayi sering timbal. Jenis makanan yang sering diberikan dan
menimbulkan gangguan adalah pemberian buah-buahan (jeruk, dan
pisang), bubur susu (kacang hijau), nasi tim (tomat, ayam, telor, ikan
laut (udang, cumi,teri), keju, dan sebagainya. Sehingga penundaan
pemberian makanan tertentu dapat mengurangi resiko gangguan alergi
pada anak. Menurut beberapa penelitian pemberian multivitamin pada
bayi beresiko alergi ternyata meningkatkan gangguan penyakit alergi di
kemudian hari.
Penanganan
Pemicu tersering gangguan tersebut selama ini dianggap karena
alergi susu sapi tetapi justru paling sering adalah infeksi virus
atau flu ringan pada bayi yang sering tidak terdeteksi dan
diabaikan oleh dokter sekalipun. Bila hal itu penyebabnya maka
setelah 5 hari akan membaik. Tetapi akan timbul lagi bila terkena
infeksi virus lagi bila di rumah ada yang sakit lagi
Bila kolik pada bayi bila disertai manifestasi alergi lainnya sangat
mungkin alergi makanan berperanan sebagai penyebabnya. Saat
ibu memberikan ASI maka makanan yang dikonsumsi ibu sangat
berpengaruh.
Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan dengan
gangguan kolik adalah adalah dengan menghindari makanan
penyebabnya. Pemberian obat anti alergi dan obat untuk saluran
cerna penghilang rasa sakit dalam jangka panjang adalah bukti
kegagalan dalam mengidentifikasi makanan penyebab alergi.
Ikuti langkah-langkah dalam Tes Alergi Makanan : Challenge
Tes Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Bayi
Mengenali secara cermat gejala alergi dan mengidentifikasi secara
tepat penyebabnya, maka gejala alergi dan gangguan perilaku yang
menyertai dapat dihindari. Deteksi gejala alergi dan gangguan tidur
pada anak harus dilakukan sejak dini. Sehingga pengaruh alergi
makanan terhadap gangguan tidur atau gangguan perilaku lainnya
dapat dicegah atau diminimalkan.
Obat-obatan untuk berbagai gangguan tersebut hanya bersifat
sementara. Setelah itu gangguan tersebut akan hilang timbul
berulang terus. Bahkan seringkali berbagai obat kadang tidak
berpengaruh



Mei 5, 2013 by Indonesia Medicine
Intervensi Diet Sebagai Terapi dan Diagnosis Berbagai Gangguan
Alergi Pada Bayi
Intervensi Diet Sebagai Terapi dan Diagnosis Berbagai Gangguan
Alergi Pada Bayi
Challenge Tes (Eliminasi Provokasi Makanan-Open Food
Elimination Provocation) : Diagnosis Pasti Alergi Makanan dan
Hipersensitifitas Makanan

Food allergy is a matter of concern because it affects about 0.5-3.8%
of the paediatric population and 0.1-1% of adults, and as well may
cause life-threatening reactions. Skin prick testing with food
extracts and with fresh foods, the measurement of food-specific IgE,
elimination diets and a double-blind, placebo-controlled food
challenge are the main diagnostic procedures; many non-validated
procedures are available, creating confusion among patients and
physicians. Oral food challenges are indicated for the diagnosis of
food allergy and the double-blind, placebo-controlled oral food
challenge is considered the gold standard diagnostic method in
patient with suspected food allergy and food hypersensitivity.
Meski masih banyak diperdebatkan tetapi berbagai fakta ilmiah
berupa laporan kasus dan penelitian ilmiah menunjukkan berbagai
gangguan tubuh dan sistem tubuh terutama gangguan fungsional
tubuh yang belum dapat dipastikan penyebabnya seringkali
berkaitan dengan reaksi akibat makanan yang dikonsumsi.
Diagnosis alergi atau hipersensitif makanan dibuat bukan dengan
tes alergi tetapi berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa
(mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang
cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan,
tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi
provokasi makanan. Intervensi diet atau Challenge test adalah
untuk mencari penyebab dan memastikan bahwa berbagai
gangguan penyakit yang ada berkaitan dengan alergi dan
hipersensitifitas makanan sekaligus memperbaiki atau mengurangi
gangguan yang ada.
Latar Belakang :
o Untuk mendiagnosis dan memastikan makanan penyebab
alergi dan hipersensitifitas makanan harus menggunakan
Provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo
Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold
standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara
pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit
dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak
sedikit. Tes alergi tidak bisa memastikan penyebab alergi
makanan karena meski sensitifitasnya baik tetapi
spesifitasnya terhadap alergi makanan rendah.
o Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi
terhadap cara itu. Children Allergy Clinic Jakarta melakukan
modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan
cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan
melakukan Modifikasi Eliminasi Provokasi Makanan
Terbuka atau disebut sebagai Intervensi Diet atau challenge
Test.
o Bila setelah dilakukan eliminasi beberapa penyebab alergi
makanan selama 3 minggu didapatkan perbaikan , maka
dapat dipastikan penyebabnya adalah penyebab berbagai
gangguan yang ada adalah berkaitan dengan alergi makanan
dan hipersensitifitas makanan.
o Karena kesuklitan mencari penyebab alergi pada bayi
tersebut selama ini baik orangtua atau dokter hanya
menduga-duga penyebabnya. Seringkali dokter terburu-buru
memvonis alergin susu dsapi padahal bayi belum tentu benar
mengalami alergi susu sapi.
o Berbagai gangguan fungsional khususnya gangguan saluran
cerna dan susunan sataf pusat sering berkaitan dengan
gangguan alergi makanan dan hipersensitifitas makanan. Ciri
khasnya biasanya terdapat keluhan berulang seringkali dokter
mengatakan kedaan tubuhnya normal karena dalam
pemeriksaan darah, USG, endoskopi, CT scan, EEG
semuanya normal. Karakteristik lainnya adalah penggunaan
obat jangka panjang tanpa bisa menjelaskan penyebabnya
atau tanpa disertai gangguan organ tubuh.
o Banyak kontroversi dan perbedaan pendapat tentang
pengaruh makanan dan gangguan fungsi tubuh karena dasar
penilaian yang bebeda. Pada penelitian yang menunjang
dilakukan dengan intervensi eliminasi provokasi makanan
dan pengamatan secara klinis. Tetapi bagi penentangnya
biasanya melakukan penelitian dengan penilaian
laboratorium atau tes alergi tanpa dilakukan intervensi
eliminasi provokasi.
o Kontroversi pihak yang tidak sependapat dengan alergi dan
hipersensitifitas makanan berkaitan dengan berbagai
gangguan tubuh karena hanya mengamati kaitan makanan
dengan berbagai riwayat yang ada hanya dengan anamnesa
(mengetahui riwayat gangguan penderita), tes alergi ataupun
berbagai pemeriksaan alergi lainnya tanpa melakukan
challenge test dengan benar.
o Bila anak anda mengalami gangguan alergi dan
hipersensitifitas makanan, biasanya salah satu orangtua ada
yang mengalami juga (biasanya anak dan orangtua dengan
nwajah yang sama). Bila ini terjadi tidak ada salahnya
lakukan intervensi diet dengan saat yang sama karena akan
mempermudah pelaksaannnya dalam penyajian makanan.
Program Intervensi Diet atau Modifikasi Eliminasi Provokasi
Makanan Terbuka atau Challenge test
1. LANGKAH PERTAMA : identifikasi berbagai gangguan
yang ada pada tubuh bayi anda
2. LANGKAH KE DUA : identifikasi minimal satu gejala
yang ada dalam gangguan fungsi saluran cerna yang
selama ini kadang tidak disadari
3. LANGKAH KE TIGA : Lakukan program intervensi
diet atau eliminasi provokasi atau Challenge test dengan
hanya mengkonsumsi makanan yang relatif aman dan
menghindari beberapa makanan yang dicurigai sebagai
penyebab selama 3 minggu.
4. LANGKAH KE EMPAT : lakukan evaluasi dengan
cermat berbagai gangguan yang ada dan cermati
berbagai faktor yang berpengaruh , biasanya akan
membaik secara bersamaan
5. LANGKAH KE LIMA : Bila ingin mengetahui
penyebabnya lakukan provokasi satu persatu makanan
yang dicurigai mulai dari daftar makanan step 2 terus ke
high risk intervention.
6. LANGKAH KE ENAM : lakukan diet pemeliharaan
(maintenance dietary) dengan melakukan tahapan dan
jenis khusus tidap harinya
LANGKAH PERTAMA : identifikasi berbagai gangguan yang ada
pada tubuh dan sistem organ tubuh
Berbagai Gangguan Pada Bayi
KULIT : sering timbul bintik kemerahan terutama di pipi,
telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah
rambut. Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Kotoran
telinga berlebihan & berbau. Bekas suntikan BCG bengkak
dan bernanah. Timbul bisul.
SALURAN NAPAS : Hipereaktifitas Bronkus (Napas bunyi
grok-grok), kadang disertai batuk ringan. Sesak pada bayi baru
lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB)
HIDUNG : Bersin, hidung berbunyi, kotoran hidung banyak,
kepala sering miring ke salah satu sisi karena salah satu sisi
hidung buntu, sehingga beresiko KEPALA PEYANG.
MATA : Mata berair atau timbul kotoran mata (belekan) salah
satu sisi.
KELENJAR : Pembesaran kelenjar di leher dan kepala
belakang bawah.
PEMBULUH DARAH : telapak tangan dan kaki seperti pucat
sesaat (sering dikira anemia atau kurang darah), sering teraba
dingin
GANGGUAN HORMONAL : keputihan/keluar darah dari
vagina, timbul bintil merah bernanah, pembesaran payudara,
rambut rontok.
PERSARAFAN : Mudah kagetbila ada suara keras. Saat
menangis : tangan, kaki dan bibir sering gemetar atau napas
tertahan/berhenti sesaat (breath holding spells)
PROBLEM MINUM ASI : minum berlebihan, berat
berlebihan karena bayi sering menangis dianggap haus (haus
palsu : sering menangis atau mulut seperti mencari p[uting
atau reflek menghisap tinggi bila bibir disentuh seperti minta
minum, hal ini belum tentu karena haus atau bukan karena ASI
kurang. Sering menggigit puting sehingga luka. Minum ASI
sering tersedak, karena hidung buntu dan napas dengan mulut.
Minum ASI lebih sebentar pada satu sisi,karena satu sisi
hidung buntu, jangka panjang bisa berakibat payudara besar
sebelah.
.
.
GANGGUAN PERILAKU, MOTORIK DAN GANGGUAN
FUNGSI SUSUNAN SARAF PUSAT LAINNYA YANG BISA
TERJADI
SUSUNAN SARAF PUSAT : KEJANG NONSPESIFIK (kejang
tanpa demam dan EEG normal). GERAKAN MOTORIK
BERLEBIHAN pada bayi : Mata sering melihat ke atas. Tangan
dan kaki bergerak terus tidak bisa dibedong/diselimuti. Senang
posisi berdiri bila digendong, sering minta turun atau sering
menggerakkan kepala ke belakang, membentur benturkan
kepala.PERILAKU YANG SERING MENYERTAI
PENDERITA ALERGI PADA BAYI
GANGGUAN NEURO ANATOMI S : Mudah kaget bila ada
suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering
gemetar. Kaki sering dijulurkan lurus dan kaku. Breath
Holding spell : bila menangis napas berhenti beberapa detik
kadang disertai sikter bibir biru dan tangan kaku. Mata sering
juling (strabismus). Kejang tanpa disertai ganggguan EEG
(EEG normal)
GERAKAN MOTORI K BERLEBI HAN Usia < 1 bulan sudah
bisa miring atau membalikkan badan. Usia < 6 bulan:
mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki
bergerak berlebihan, tidak bisa diselimuti (dibedong).
Kepala sering digerakkan secara kaku ke belakang, sehingga
posisi badan bayi mlengkung ke luar. Bila digendomg tidak
senang dalam posisi tidur, tetapi lebih suka posisi berdiri.Usia
> 6 bulan bila digendong sering minta turun atau sering
bergerak/sering menggerakkan kepala dan badan atas ke
belakang, memukul dan membentur benturkan kepala. Kadang
timbul kepala sering bergoyang atau mengeleng-gelengkan
kepala. Sering kebentur kepala atau jatuh dari tempat tidur.
GANGGUAN TI DUR (biasanya MALAM-PAGI)
gelisah,bolak-balik ujung ke ujung; bila tidur posisi
nungging atau tengkurap; berbicara, tertawa, berteriak dalam
tidur; sulit tidur atau mata sering terbuka pada malam hari
tetapi siang hari tidur terus; usia lebih 9 bulan malam sering
terbangun atau tba-tiba duduk dan tidur lagi,
AGRESI F MENI NGKAT, pada usia lebih 6 bulan sering
memukul muka atau menarik rambut orang yang
menggendong. Sering menarik puting susu ibu dengan gusi
atau gigi, menggigit, menjilat tangan atau punggung orang
yang menggendong. Sering menggigit puting susu ibu bagi
bayi yang minum ASI, Setelah usia 4 bulan sering secara
berlebihan memasukkan sesuatu ke mulut. Tampak anak
sering memasukkan ke dua tangan atau kaki ke dalam mulut.
Tampak gampang seperti gemes atau menggeram
GANGGUAN KONSENTRASI : cepat bosan terhadap
sesuatu aktifitas bermain, memainkan mainan, bila diberi
cerita bergambar sering tidak bisa lama memperhatikan. Bila
minum susu sering terhenti dan teralih perhatiannya dengan
sesuatu yang menarik tetapi hanya sebentar
EMOSI MENINGKAT, sering menangis, berteriak dan bila
minta minum susu sering terburu-buru tidak sabaran. Sering
berteriak dibandingkan mengiceh terutama saat usia 6 bulan
GANGGUAN MOTORI K KASAR, GANGGUAN
KESEI MBANGAN DAN KOORDI NASI : Pada POLA
PERKEMBANGAN NORMAL adalah BOLAK-BALIK,
DUDUK, MERANGKAK, BERDIRI DAN BERJALAN sesuai
usia. Pada gangguan keterlambatan motorik biasanya bolak
balik pada usia lebih 5 bulan, usia 6 8 bulan tidak duduk dan
merangkak, setelah usia 8 bulan langsung berdiri dan berjalan.
GANGGUAN ORAL MOTOR: KETERLAMBATAN BICARA:
Kemampuan bicara atau ngoceh-ngoceh hilang dari yang
sebelumnya bisa. Bila tidak ada gangguan kontak mata,
gangguan pendengaran, dan gangguan intelektual biasanya
usia lebih 2 tahun membaik. GANGGUAN MENGUNYAH
DAN MENELAN: Gangguan makan makanan padat, biasanya
bayi pilih-pilih makanan hanya bisa makanan cair dan
menolak makanan yang berserat. Pada usia di atas 9 bulan
yang seharusnya dicoba makanan tanpa disaring tidak bisa
harus di blender terus sampai usia di atas 2 tahun.
I MPULSI F : banyak tersenyum dan tertawa berlebihan, lebih
dominan berteriak daripada mengoceh.
Memperberat ADHD dab Autis. Jangka panjang akan
memperberat gangguan perilaku tertentu bila anak mengalami
bakat genetik seperti ADHD (hiperaktif) dan AUTIS
(hiperaktif, keterlambatan bicara, gangguan sosialisasi). Tetapi
alergi bukan penyebab Autis tetapi hanya memperberat.
Penderita alergi dengan otak yang normal atau tidak punya
bakat Autis tidak akan pernah menjadi Autis.
.
.
Bila bayi anda mengalamai berbagai gangguan tersebut minimal 3
gejala yang ada sangat mungkin dicurigai bahwa alergi makanan dan
hipersensitifitas makanan berkaitan dengan gejala yang dialami .
Setelah itu lakukan langkah kedua dengan melakukan pengamatan
adakah gejala gangguan fungsional saluran cerna yang ada seperti di
bawah ini

LANGKAH KE DUA : Identifikasi minimal satu gejala yang ada
dalam gangguan fungsi saluran cerna yang selama ini kadang tidak
disadari
.
.
.
GASTROOESEPHAGEAL REFLUKS ATAU GER, Sering
MUNTAH/gumoh,
kembung,cegukan, buang angin keras dan sering
SERING REWEL ATAU GELISAH MALAM HARI (kolik)
sering dianggap haus minta minum
BAB > 3 kali perhari, BAB tidak tiap hari.
Feses warna hijau,hitam dan berbau.
Sering ngeden & beresiko Hernia Umbilikalis (pusar),
Scrotalis, inguinalis, tali pusat lama keringnya dan lepasnya
lama.
Air liur berlebihan. Lidah/mulut sering timbul putih, bibir
kering
Bila bayi anda mengalami minimal 1 gejala tersebut di atas maka
bayi anda mengalami gangguan fungsi saluran pencernaan yang
selama ini dianggap normal. Sangat mungkin berbagai gangguan
yang ada pada anda di atas dipengaruhi oleh alergi atau
hipersenitifitas makanan.
Bila Langkah Pertama dan Langkah kedua : saat identifikasi awal
terdapat gangguan minimal 3 tanda dan gejala dan 1 gejala pada
gangguan saluran cerna maka selanjutnya masuk ke LANGKAH
KETIGA
.
.
.

LANGKAH KE TIGA : Lakukan program intervensi diet atau
eliminasi provokasi atau Challenge test dengan hanya
mengkonsumsi makanan yang relatif aman dan menghindari
beberapa makanan yang dicurigai sebagai penyebab selama 3
minggu.

I ntervensi diet ini bukan dilakukan untuk jangka panjang tetapi
hanya dalam 3 minggu. Langkah intervensi diet yang haruis
dilakukan adalah :


KONSUMSILAH SELAMA 3 MINGGU MAKANAN YANG
RELATIF AMAN SEPERTI DIBAWAH INI
ASI tetap diteruskan. Bila sebelumnya bayi telah minum
susu tetapi tidak ada tanda dan gejala alergi susu formula
yang sebelumnya bisa diteruskan, bubur instan
Nestle Beras Merah(ekonomis), kentang,
Tepung Beras Putih (Rose Brand), NASI, Bubur tepung
organik Gasol (beras merah, kentang, ubi, beras putih,
beras hitam),
Snack : Biscuit Baby Choice rasa original. tahu,
Semua organ Sapi, Kambing, Babi (non muslim)
dagingnya, hati, otak, sumsum, kaki dan sebagainya. Tofu
(original,plain)
BUAH : Apel, pepaya, Alpukat, Pear, Jambu, buah naga.
Agar-agar plaIN.
Margarin (Blue Band, Palmbom dll, Mentega dihindari
karena margarin berbeda dengan mentega), kentang, ubi.
BISCUIT BERAS : Modern, Fantastic,
MI : bihun, misoa. Bakso, tempe
Sayur : kacang panjang, bayam, wortel, kedelai, taoge,
buncis, kedelai, sawi, dll.
Ikan air tawar (Mujair, Lele, Belut, Mas, Patin,Gurame),
Madu. Berbagai bumbu dapur herbal : garam, gula,
bawang,merah, bawang putih dan lain-lain
HINDARILAH SELAMA 3 MINGGU MAKANAN YANG
DICURIGAI SEBAGAI PENYEBAB SEPERTI DI BAWAH
INI
Biskuit dan Bubur Bayi Instan( termasuk Goodmil bubur
untuk alergi rasa ayam)
Telor, Gula merah, Sayur Brokoli, bayam merah, Labu,
Jagung, Makaroni, Ikan Salmon, Tuna, Bandeng. Buah
Jeruk, Pisang, Kacang hijau, Kecap manis, Ayam, Itik,
Burung Dara, Beras Ketan.
COKLAT, Kacang-kacangan : Kacang
Tanah/Hijau/Merah/Mente.
Ikan Laut kecil: Cumi, Udang, Kepiting,
Kembung,Tenggiri, Teri (termasuk kerupuk ikan,
kerupuk udang atau sambel erasi).
Buah-buahan terutama Melon, Semangka, Timun Mas,
Mangga, Duku, Tomat, Nanas, Durian, Anggur, Nangka,
Leci dan sejenisnya.
KEJU, Mentega atau Butter (margarin boleh karena
margarin bukan mentega). Telor Ayam, taoco, saos tiram,
saos tomat. Agar-agar berwarna, Yakult, Vitacam,
Yoghurt dll
Catatan Penting :
1. Harus dilakukan secara disiplin dan ketat.
2. Bila bayi masih menyusui ibu hamil sebaiknya
menghindari makanan laut udang, cumi, ikan teri , sambel
terasi, kerupuk udang dll (kecuali salmon, bandeng,
sarden dan ikan tuna boleh), hindari kacang tanah, kacang
hijau, kacang merah (diganti kacang kedelai boleh),
hindari Coklat, Keju (susu sapi boleh)
3. Pemberian diet pada bayi dan ibu hamil tidak akan
kurang gizi karena makanan yang dihindari memang
bergizi tetapi ada penggantinya yang juga tidak kalah
bergizi dan hal ini hanya dilakukan dalam 3 minggu
Misalnya tomat diganti wortel, kacang tanah diganti
kacang kedelai dll.
4. Amati dengan cermat berbagai tanda dan gejala yang ada
sebelum dilakukan dan setelah intervensi. Kalau perlu
dengan memakai buku harian dengan mencatat pola
makanan dan gejala yang menyertai setiap hari.
5. Pemberian makanan tertentu yang terkandung dalam
makanan lain juga dihindari, seperti makan nasi goreng di
chinesse food dihindari karena ada saos tiram, minyaknya
bekas udang,
6. Cermati kemungkinan pelanggaran pemberian makanan
seperti pemberian makanan oleh orang lain tanpa
sepengetahuan orangtua : misalnya disuapi sedikit
makanan ke mulut oleh neneknya, Makan di sekolah
dengan makanan pemberian pihak sekolah atau ulang
tahun, sebaiknya stop makan di sekolah dengan membawa
makanan bekal dari rumah.
7. PEMILIHAN SUSU :
Pada bayi dengan alergi berat bisa menggunakan
sementara susu hidrolisat ekstensif (neocate, pregestimil
atau peptijunior).
Pada bayi dan anak dengan gangguan BAB tidak tiap hari,
atau sulit BAB atau berat badan yang kurus pemilihan
awal susu menggunakan susu hidrolisat parsial VITALAC
BL.
Pada anak atau bayi dengan riwayat sesak sebaiknya
sementara menggunakan soya, kecuali terdapat gangguan
sulit BAB gunakan Vitalac BL.
Pada penderita kecurigaan intoleransi gluten sebaiknya
menghindari tepung terigu (roti, biskuti dll), khususnya
pada penderita celiac, dicurigai Autism, ADHD, atau BB
sangat kurus tidak pernah gemuk.
Pada penderita alergi yang berat (multipel allergy) atau
pada bayi bisa menggunakan basic diet elminasi hanya
Susu Neocate, Pepaya (hawai), kentang, Tepung Beras
Putih (Rose Brand), Tofu (original), Buncis, Nasi, Daging
Kambing

LANGKAH KE EMPAT : lakukan evaluasi dengan cermat
berbagai gangguan yang ada dan cermati berbagai faktor yang
berpengaruh , biasanya akan membaik secara bersamaan
EVALUASI DAN MONITORING YANG HARUS
DILAKUKAN
1. Identifikasi Keberhasilan atau ketidak berhasilannya
BERHASIL : Bila berbagai gejala gangguan saluran cerna
yang ada akan membaik dan berbagai gangguan tubuh lainnya
tanda dan gejalanya berkurang atau bahkan hilang.
TIDAK BERHASIL : Bila berbagai gejala gangguan saluran
cerna yang ada akan membaik sementara atau tidak membaik
dan berbagai gangguan tubuh lainnya tanda dan gejalanya
tidak berkurang
2. Cari penyebab ketidak berhasilannya, biasanya karena :
Tidak disiplin dan tidak ketat dalam penghindaran makanan,
Terdapat kesalahan yang tersembunyi yang tidak disadari : ada
beberapa jenis makanan yang masih dikonsumsi meski hanya
sedikit. Kesalahan tersembunyi ini di antaranya adalah : orang
lain (nenek atau orang lain) menyodorkan makanan sedikit ke
mulut meski sedikit tetap berpengaruh, makan di sekolah,
makan di restoran masakan cina, kandungan dalam makanan
yang tidak disadari terdapat jenis yang seharusnya dihindari.
Mengalami infeksi virus terkena infeksi seperti demam, atau
tidak demam tetapi hanya hangat teraba di tagan atau kepala
bila diperiksa suhu niormal, batuk, pilek atau muntah dan
infeksi lainnya. Pada orang dewasa gejalanya infeksi virus
kadang hanya pegal, linu sering dianggap kecapekan. (baca :
Infeksi Virus Memicu Terjadinya Manifestasi Alergi). Ciri
khas yang terjadi bila gangguan alergi tidak ringan seperti :
nyeri perut hebat, gangguan maag kambuh berat, asma
kambuh, mata bengkak, biduran, mulut bengkak, bintik merah
kecil luas, atau gangguan kulit yang luas biasanya
penyebabnya dipicu oleh infeksi virus, flu atau infeksi virus
saluran napas lainnya.
BILA BERHASIL MAKA BISA DIPASTIKAN BAHWA
BERBAGAI GEJALA YANG ADA SELAMA INI SANGAT
DIPENGARUHI OLEH ALERGI MAKANAN DAN
HIPERSENSITIFITAS MAKANAN. atau ANDA DAN ANAK
ANDA MENGALAMI GANGGUAN ALERGI MAKANAN
ATAU HIPERSENSITIFITAS MAKANAN YANG SELAMA
INI TIDAK ANDA SADARI MENGANGGU BERBAGAI
ORGAN TUBUH LAINNYA. Selanjutanya ikuti LANGKAH
KELIMA
BILA TIDAK BERHASIL dengan berbagai kesalahan danm
penyebab yang ada tersebut di atas maka program intervensi diet ini
harus ada ulangi lagi mulai awal dan lakukan lagi selama 3 minggu.
BILA TIDAK BERHASIL tanpa disertai kesalahan atau faktor
penyebab yang ada maka ALERGI MAKANAN DAN
HIPERSENSITIFITS MAKANAN TIDAK BERPENGARUH
TERHADAP BRBAGAI GANGGUAN YANG ADA, Sebaiknya
anda atau anak anda berkonsultasi dengan dokter lebih jauh sangat
mungkin terdapat gangguan organ atau gangguan non fungsional
dalam tubuh.Bila setelah semua makanan dilakukan ketat dan tidak
ada gejala infeksi virus maka susu yang diberikan harus dievaluasi.
Pada anak yang sulit BAB (tidak tiap hari, BAB ngeden, hijau dan
hitam) maka sebaiknya susu diganti dengan SGM, Morinaga non
platimum atau Chilmil non platinum atau similac. Bila bayi sering
BAB lebih dari 3 kali susunya bisa diganti Bebelac atau SGM. Bila
gangguannya berat, sementara diganti susu hidrolisat ekstensif
(neocate, pregestimil atau peptijunior.
LANGKAH KE LIMA : Bila ingin mengetahui penyebabnya
lakukan provokasi satu persatu makanan yang dicurigai mulai dari
daftar makanan step 2 terus ke high risk intervention.
Dilakukan trial and error satu persatu makanan dan diamati gejala
yang timbul sambil diamati berbagi faktor yang berpengaruh
Melakukan provokasi makanan harus dilakukan dalam keadaan
sehat tidak rewel malam, nafsu makan baik, berat badan naik, tidak
panas, batuk, pilek dan tidak ada gangguan saluran cerna atau
gangguan alergi dan hipersensitifitas lainnya.
LANGKAH KE ENAM : lakukan diet pemeliharaan (maintenance
dietary) dengan melakukan tahapan dan jenis khusus tiap harinya
Bila dalam keadaan sehat seperti tidak rewel malam, nafsu makan baik,
berat badan naik, tidak panas, batuk, pilek dan tidak ada gangguan
lainnya pada usia tertentu atau orang dewasa boleh dicopba konsumsi
makanan beresiko.
DIETARY INTERVENTION : STEP TWO
Bubur Bayi Instan( termasuk Goodmil rasa
ayam)
Telor itik, Gula merah
Sayur Brokoli, bayam merah, Labu, Jagung,
Makaroni, Mi telor,
Ikan Salmon, Tuna, Bandeng. Buah Jeruk,
Pisang, Kacang hijau, Kecap manis, Ayam,
Itik, Burung Dara, Beras Ketan
HIGH RISK DIETARY INTERVENTION
COKLAT, Kacang-kacangan : Kacang
Tanah/Hijau/Merah/Mente
Ikan Laut kecil: Cumi, Udang, Kepiting,
Kembung,Tenggiri, Teri
Buah: Melon, Semangka, Timun Mas,
Mangga, Duku, Tomat, Nanas, Durian,
Anggur, Nangka, Leci dan sejenisnya.
KEJU, Mentega (Butter). Telor Ayam, taoco,
saos tiram, saos tomat.
Agar-agar berwarna, Yakult, Vitacam,
Yoghurt, kerupuk udang dll
Pada anak usia di atas 1 tahun daftar makanan
DIETARY INTERVENTION : STEP TWO boleh dikonsumsi 1 -2
kali perminggu, di atas usia 11-3 tahun boleh dikonsumsi 2-3 kali
perminggu. Pada usia di atas usia 2-5 tahun daftar makanan
HIGH RISK DIETARY INTERVENTION boleh dikonsumsi 1-2
kali per bulan di atas 2-5 tahun. Dengan semakin bertambahnya
usia permasalahan alergi berkurang dapat dikonsumsi lebih sering.
Gejala alergi pada bayi selain makanan justru paling sering seringkali
diperberat saat sakit atau terjadi oleh infeksi berupa infeksi virus,
bakteri atau infeksi lainnya. Paling sering di antaranya adalah infeksi
virus. Pada bayi tanda dan gejala infeksi virus ringan ini lebih sulit
dikenali. Biasanya hanya berupa badan sumer teraba hangat hanya di
kepala, telapak tangan dan badan bila diukur suhu normal. Biasanya
disertai bersin, batuk sekali-sekali dan pada anak bayi tertentu nafas
bunyi grok-grok. Flu pada bayi jarang sekali menimbulkan hidung
meler biasanya hanya basah sedikit di sekitar hidung atau batuk sekali-
sekali karena refleks batuk pada bayi basih belum sempurna. Bahkan
sebagian dokter menilai gejala infeksi virus tersebut dianggap
sebagai gejala alergi.Pada keadaan sakit seperti itu biasanya ada kontak
yang sakit flu, demam, batuk atau infeksi virus ringan lainnya di dalam
di rumah. Sayangnya orangtua juga sering tidak menyadari bahwa
selama ini sering terkena infeksi virus yang gejalanya tidak khas
tersebut. Gejala infeksi virus yang ringan yang dialami oleh penderita
dewasa berupa badan ngilu, terasa pegal,nyeri tenggorokan atau kadang
disertai sakit kepala. Gejala ringan, tidak khas dan cepat membaik ini
sering dianggap gejala mau flu tidak jadi, masuk angin, kurang tidur,
panas dalam atau kecapekan
PENYEBAB ALERGI MAKANAN PADA BAYI
Alergi makanan lebih sering terjadi pada usia bayi atau anak
dibandingkan pada usia dewasa. Hal itu terjadi karena belum
sempurnanya saluran cerna pada anak. Secara mekanik integritas
mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke
dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan
menyebabkan denaturasi allergen. Secara imunologik sIgA pada
permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal
allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur sistem pertahanan
tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan
alergen, virus dan bakteri masuk ke dalam tubuh. Dengan pertambahan
usia, ketidakmatangan saluran cerna tersebut semakin membaik.
Biasanya setelah 2 tahun saluran cerna tersebut berangsur membaik. Hal
ini juga yang mengakibatkan penderita alergi sering sakit pada usia
sebelum 2 tahun. Fenomena tersebut juga menunjukkan bahwa sewaktu
bayi atau usia anak mengalami alergi makanan tetapi dalam
pertambahan usia membaik.
Gejala dan tanda karena reaksi alergi pada anak dapat ditimbulkan oleh
adanya alergen dari beberapa makanan tertentu yang dikonsumsi bayi.
Penyebab alergi di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau
polipeptida dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas
dan tahan ensim proteolitik. Sebagian besar alergen pada makanan
adalah glikoprotein dan berkisar antara 14.000 sampai 40.000 dalton.
Molekul-molekul kecil lainnya juga dapat menimbulkan kepekaan
(sensitisasi) baik secara langsung atau melalui mekanisme hapten-
carrier.
Susu sapi dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada bayi yang
paling sering. Beberapa penelitian di beberapa negara di dunia
prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun pertama kehidupan
sekitar 2%. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang
mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi
terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi
dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Reaksi simpang makanan
yang tidak melibatkan mekanisme sistem imun dikenal sebagai
intoleransi susu. Sekitar 1-7% bayi pada umumnya menderita alergi
terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sedangkan sekitar 80%
susu formula bayi yang beredar di pasaran ternyata menggunakan bahan
dasar susu sapi. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang
mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi
terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi
dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Alergi terhadap protein
susu sapi atau alergi terhadap susu formula yang mengandung protein
susu sapi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki sistem
reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat
dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein
yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun
akan muncul.
Pada bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif maka diet yang
dikonsumsi ibu sangat berpotensi menimbulkan gangguan alergi. Diet
ibu yang sangat berpotensi menimbulkan gangguan pada bayi yang
paling sering adalah ikan laut (terutama yang kecil seperti udang,
kerang, cumi dan sebagainya), kacang tanah dan buah-buahan (tomat,
melon, semangka).
Saat pemberian makanan tambahan usia 4-6 bulan, gejala alergi pada
bayi sering timbal. Jenis makanan yang sering diberikan dan
menimbulkan gangguan adalah pemberian buah-buahan (jeruk, dan
pisang), bubur susu (kacang hijau), nasi tim (tomat, ayam, telor, ikan
laut (udang, cumi,teri), keju, dan sebagainya. Sehingga penundaan
pemberian makanan tertentu dapat mengurangi resiko gangguan alergi
pada anak. Menurut beberapa penelitian pemberian multivitamin pada
bayi beresiko alergi ternyata meningkatkan gangguan penyakit alergi di
kemudian hari.
End Point :
Intervensi Diet/Challenge Tes atau Eliminasi Provokasi adalah
diagnosis pasti untuk memngetahui seseorang mengalami
alergi makanan dan hipersensitifitas makanan. Tes alergi dan
pemeriksaan lainnya belum memastikan penyebab alergi atau
hipersensitifitas makanan.
Penderita yang harus dicurigai mengalami gangguan alergi
makanan dan hipersensitifitas makanan adalah yang mengalami
gangguan fungsi saluran cerna
Ketidakberhasilan intervensi diet ini tidak disiplin dan tidak
ketat dalam menghindari makanan pantangan atau karena
terganggu Infeksi saluran napas atau infeksi virus lain yang
tidak disadari
Berdasarkan berbagai penelitian selain mengakibatkan gangguan
fungsional organ tubuh ternyata juga memperberat berbagai
gangguan organik dan gangguan auto imun, gangguan endokrin
dan metabolisme dan berbagai gangguan genetik lainnya.
Kekawatiran tentang kekurangan gizi saat melakukan tes
eliminasi ini sebenarnya tidak berdasar, karena setiap
makanan yang sementara dihindari selalu ada makanan
pengganti yang tidak kalah gizinya. Justru setelah dilakukan
intervensi diet bila dilakukan secara benar dan tanpa
dipengaruhi faktor infeksi maka keberhasilannya ditandai
dengan berat badan yang meningkat. bila BB tidak meningkat
sebagai faktor penentu ketidak berhasilan program intervensi
diet.
Bila dalam melakukan Intervensi Diet/Challenge Tes atau
Eliminasi Provokasi dengan benar dan berhasil maka penderita
harus percaya faktanya bahwa selama ini berbagai gangguan
yang ada disebabkan karena reaksi simpang makanan. Meski
berbagai pendapat menentang atau tidak mempercayainya. Pihak
yang tidak sependapat ini harus dimaklumi karena untuk
memastikan penyebab alergi dan hipersensitifitas makanan tidak
mudah.
Intervensi Diet/Challenge Tes atau Eliminasi Provokasi hanya
dilakukan selama 3 minggu bukan selamanya setelah itu
dilakukan provokasi makanan atau mantenance diet.
Daftar Pustaka
Fleischer DM, Bock SA, Spears GC, Wilson CG, Miyazawa NK,
Gleason MC, Gyorkos EA, Murphy JR, Atkins D, Leung DY. Oral
Food Challenges in Children with a Diagnosis of Food Allergy. J
Pediatr. 2010 Oct 27.
Lins MG, Horowitz MR, da Silva GA, Motta ME. Oral food
challenge test to confirm the diagnosis of cows milk allergy. J
Pediatr (Rio J). 2010 Jul-Aug;86(4):285-9. Epub 2010 May 27.
English, Portuguese.
Pestana S, Moreira M, Olej B. Safety of ingestion of yellow
tartrazine by double-blind placebo controlled challenge in 26
atopic adults. Allergol Immunopathol (Madr). 2010 May-
Jun;38(3):142-6. Epub 2010 Jan 27.
Rincn de Arellano IR, Vzquez-Corts S, Sinaniotis AC,
Fernndez-Rivas M. False positive placebo reaction in a double-
blind placebo-controlled food challenge. J Investig Allergol Clin
Immunol. 2009;19(3):241-2. No abstract available.
Asero R, Fernandez-Rivas M, Knulst AC, Bruijnzeel-Koomen CA.
Double-blind, placebo-controlled food challenge in adults in
everyday clinical practice: a reappraisal of their limitations and
real indications. Curr Opin Allergy Clin Immunol. 2009
Aug;9(4):379-85. Review.
Vlieg-Boerstra BJ, Duiverman EJ, van der Heide S, Bijleveld CM,
Kukler J, Dubois AE. Should children with a history of
anaphylaxis to foods undergo challenge testing? Clin Exp Allergy.
2008 Dec;38(12):1935-42. Epub 2008 Sep 3.
Lieberman JA, Sicherer SH. Diagnosis of Food Allergy:
Epicutaneous Skin Tests, In Vitro Tests, and Oral Food Challenge.
Curr Allergy Asthma Rep. 2010 Oct 5.
Pestana S, Moreira M, Olej B. Safety of ingestion of yellow
tartrazine by double-blind placebo controlled challenge in 26
atopic adults. Allergol Immunopathol (Madr). 2010 May-
Jun;38(3):142-6. Epub 2010 Jan 27.
Patriarca G, Schiavino D, Pecora V, Lombardo C, Pollastrini E,
Aruanno A, Sabato V, Colagiovanni A, Rizzi A, De Pasquale T,
Roncallo C, Decinti M, Musumeci S, Gasbarrini G, Buonomo A,
Nucera E. Food allergy and food intolerance: diagnosis and
treatment. Intern Emerg Med. 2009 Feb;4(1):11-24. Epub 2008
Aug 16. Review.
Scibilia J, Pastorello EA, Zisa G, Ottolenghi A, Ballmer-Weber B,
Pravettoni V, Scovena E, Robino A, Ortolani C. Maize food
allergy: a double-blind placebo-controlled study. Clin Exp Allergy.
2008 Dec;38(12):1943-9. Epub 2008 Sep 4
Reese I, Zuberbier T, Bunselmeyer B, Erdmann S, Henzgen M,
Fuchs T, Jger L, Kleine-Tebbe J, Lepp U, Niggemann B, Raithel
M, Saloga J, Vieths S, Werfel T. Diagnostic approach for
suspected pseudoallergic reaction to food ingredients. J Dtsch
Dermatol Ges. 2009 Jan;7(1):70-7. Epub 2008 Nov 24. Review.
Ranc F, Deschildre A, Villard-Truc F, Gomez SA, Paty E, Santos
C, Couderc L, Fauquert JL, De Blic J, Bidat E, Dupont C,
Eigenmann P, Lack G, Scheinmann P; SFAIC and SP2A
Workgroup on OFC in Children. Oral food challenge in children:
an expert review. Eur Ann Allergy Clin Immunol. 2009
Apr;41(2):35-49.
Lee S, Noh GW, Lee KY. Clinical application of histamine prick
test for food challenge in atopic dermatitis. J Korean Med Sci.
2001 Jun;16(3):276-82.
Vatn MH, Grimstad IA, Thorsen L, Kittang E, Refnin I, Malt U,
Lvik A, Langeland T, Naalsund A. Adverse reaction to food:
assessment by double-blind placebo-controlled food challenge and
clinical, psychosomatic and immunologic analysis. Digestion.
1995;56(5):421-8.
Asero R, Fernandez-Rivas M, Knulst AC, Bruijnzeel-Koomen CA.
Double-blind, placebo-controlled food challenge in adults in
everyday clinical practice: a reappraisal of their limitations and
real indications. Curr Opin Allergy Clin Immunol. 2009
Aug;9(4):379-85. Review.
Fleischer DM, Bock SA, Spears GC, Wilson CG, Miyazawa NK,
Gleason MC, Gyorkos EA, Murphy JR, Atkins D, Leung DY. Oral
Food Challenges in Children with a Diagnosis of Food Allergy. J
Pediatr. 2010 Oct 27. [Epub ahead of print]
Pastorello EA, Pravettoni V, Stocchi L, Bigi A, Schilke ML,
Zanussi C. Are double-blind food challenges necessary before
starting an elimination diet? Allergy Proc. 1991 Sep-
Oct;12(5):319-25.
Vatn MH, Grimstad IA, Thorsen L, Kittang E, Refnin I, Malt U,
Lvik A, Langeland T, Naalsund A. Adverse reaction to food:
assessment by double-blind placebo-controlled food challenge and
clinical, psychosomatic and immunologic analysis. Digestion.
1995;56(5):421-8.
Wthrich B. [Food allergy, food intolerance or functional
disorder?] Praxis (Bern 1994). 2009 Apr 1;98(7):375-87. German.









Susu Formula Khusus Alergi Yang Ada di Indonesia
Formula sintetis asam amino
Neocate adalah sintetis asam amino 100% yang merupakan bahan dasar susu
formula hipoalergenik. Rasa susu formula ini relatif lebih enak dan lebih
bisa rasanya lebih bisa diterima oleh bayi pada umumnya, tetapi harganya
sangat mahal.
Neocate digunakan untuk mengatasi gejala alergi makanan persisten dan
berat. Seperti Multiple Food Protein Intolerance, alergy terhadap extensively
hydrolysed formulae, alergi makanan dengan gangguan kenaikkan berat
badan, alergi colitis, GER yang tidak berespon dengan terapi standar.
Multiple food protein intolerance atauMFPI didefinisikan sebagai intoleransi
terhadap lebih dari 5 makanan utama termasuk EHF (extensive Hydrolysa
Milk) dan susu formula soya.
MFPA (Multiple food protein allergy) didefinisikan sebagai alergi lebih dari
1 makanan dasar seperti susu, tepung, telur dan kedelai. Susu ini juga
digunakan sebagai placebo dalam DBPCFC untuk mendiagnosis alergi susu
sapi

SUSU SOYA (ISOLAT KEDELAI)
Susu formula soya adalah salah satu susu formula pengganti bagi bayi dan
anak yang mengalami alergi terhadap protein susu sapi. Susu formula soya
juga bebas laktosa yang aman dipakai oleh bayi dan anak yang memerlukan
diet bebas laktosa.
Soya menggunakan isolat protein kedelai sebagai bahan dasar. Isolat protein
kedelai tersebut memiliki kandungan protein tinggi yang setara dengan susu
sapi.
Seperti halnya pada ASI, kalsium dan fosfor pada susu formula soya
memiliki perbandingan 2: 1 untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi
yang kuat. Susu formula ini juga ada yang mengandung asam lemak
esensial, yaitu Omega 6 dan Omega 3 dengan rasio yang tepat sebagai bahan
dasar pembentukan AA & DHA untuk tumbuh kembang otak yang optimal.
Karbohidrat pada formula soya adalah maltodextrin, yaitu sejenis
karbohidrat yang dapat ditoleransi oleh sistem pencernaan bayi yang terluka
saat mengalami diare ataupun oleh sistem pencernaan bayi yang memang
alergi terhadap susu sapi. Susu formula soya (kedelai) kurang lebih sama
manfaat nutrisinya dibandingkan formula hidrolisat ekstensif, tetapi lebih
murah dan rasanya lebih familiar.
Pada penelitian yang dilakukan terhadap 170 bayi alergi susu sapi
didapatkan susu soya bisa diterima oleh sebagian besar bayi dengan alergi
susu sapi baik IgE dan Non IgE . Perkembangan IgE berkaitan dengan susu
soya termasuk jarang.
Susu soya direkomendasikan untuk alternatif pilihan pertama pada penderita
alergi susu sapi pada usia di atas 6 bulan. Tetapi bukan berarti penelitian ini
merubah pemberian susu formula soya di bawah usia 6 bulan. Anak yang
mengalami alergi susu sapi, ternyata didapatkan sekitar 30 40%
mengalami alergi susu soya.

SUSU EKSTENSIF HIDROLISAT LAINNYA
Alternatif pengganti pada alergi susu sapi adalah susu formula yang
mengandung protein susu sapi hidrolisa (melalui pemrosesan khusus).
Susu formula ini rasanya memang tidak begitu enak dan relatif lebih mahal..
Protein Whey sering lebih mudah di denaturasi (dirusak) oleh panas
dibandingkan protein kasein yang lebih tahan terhadap panas. Sehingga
proses denaturasi whey dapat diterima oleh penderita alergi susu sapi, seperti
susu sapi evaporasi.
European Society of Paediatric Allergy dan Clinical Immunology (ESPACI)
mendefinisikan formula ekstensif hidrolisa adalah formula dengan bahan
dasar protein hidrolisa dengan fragmen yang cukup kecil untuk mencegah
terjadinya alergi pada anak.
Formula ekstensif hidrolisa akan memenuhi criteria klinis bila secara klinis
dapat diterima 90% oleh penderita proven IgE-mediated alergi susu sapi
(95% confidence interval) seperti yang direkomendasikan American
Academy of Paediatrics Nutritional Committee.
Sejauh ini sekitar 10% penderita alergi susu sapi dapat menimbulkan reaksi
terhadap susu formula ekstensif hidrolisa. Secara pasti penderita yang alergi
terhadap formula ekstensif hidrolisa belum diketahui, diperkirakan lebih dari
19%. Pengalaman penggunaan hidrolisa kasein telah dilakukan hampir 50
tahun lebih,
Beberapa penelitian menunjukkan sangat efektif untuk penderita alergi susu
sapi. Susu Hidrolisa kasein yang terdapat dipasaran adalah Pregestimil
(Mead Johnson). Sedangkan hidrolisa whey dalam waktu terakhir ini mulai
dijadikan alternatif, dan tampaknya toleransi secara klinik hampir sama
dengan hidrolisa kasein. Beberapa contoh susu hidrolisa whey adalah Pepti-
Junior (Nutricia). Protein Whey lebih mudah didenaturasi dengan suhu
panas tetapi kasein sangat tahan panas


SUSU PARSIAL HIDROLISA
Susu formula parsial hidrolisa masih mengandung peptida cukup besar
sehingga masih berpotensi untuk menyebabkan reaksi alergi susu sapi. Susu
ini tidak direkomendasikan untuk pengobatan atau pengganti susu untuk
penderita alergu susu sapi.
Susu hipoalergenik atau rendah alergi ini contohnya NAN HA, NUTRILON
HA dan Enfa HA. Susu ini direkomendasikan untuk penderita yang
beresiko tinggi alergi sebelum menunjukkan adanya gejala alergi. Penelitian
menunjukkan pemberian Formula hidrolisa Parsial mengurangi onset gejala
alergi yang dapat ditimbulkan.
Kesalahan yang sering terjadi susu hipoalergenik bukan pengganti sebagai
alergi susu sapi, tetapi hanya sebagai pencegahan. Banyak kasus ditemui
anak dianggap atau dicurigai alergi susu sapi lansung direkomendasikan
hipoalergenik parsial.


PARSIAL HIDROLISA DAN BEBAS LAKTOSA
Susu parsial hidrolisat lainnya adalah VITALAC BL. Susu formula jenis ini
relatif unik. Produsen susu formula khusus ini khabarnya awalnya
mengkonsep untuk penggunaan hipoalergenik, tetapi karena berbagai hal
maka dialihkan menjadai susu penderita sensitif pencernan seperti diare dan
sebagainya.
Penelitian pendahuluan yang di lakukan Children Allergy Clinic didapatkan
bahwa beberapa bayi yang tidak toleran atau tidak cocok dengan susu
hipoalergenik parsial dengan menggunakan susu ini 80% dapat di toleransi
dengan baik. Bahkan yang agak unik, pada beberapa kasus dengan susu
ekstensif hidrolisat dibandingkan dengan penggunaan susu ini ternyata
mempunyai respon yang lebih baik. Temuan awal ini mungkin adapat
dilakukan penelitian lebih jauh tentang penggunaan susu vitalac BL sebagai
alternatif penggunaan susu hipoalergenik.
Saat ini susu ini tidak diproduksi lagi oleh sari husada
DIAGNOSIS ALERGI SUSU SAPI
Diagnosis alergi susu sapi adalah suatu diagnosis klinis berupa anamnesis
yang cermat, mengamati tanda atopi pada pemeriksaan fisis, pemeriksaan
imunoglobulin E total dan spesifik susu sapi.
Untuk memastikan alergi susu sapi harus menggunakan provokasi makanan
secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC).
DBPCFC yang menjadi gold standard atau baku emas. Namun cara
DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan
biaya yang tidak sedikit. Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan
modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy Clinic melakukan modifikasi
dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi
DBPCFC tersebut dengan melakukan Eliminasi Provokasi Makanan
Terbuka Sederhana.
Anamnesis atau mengetahui riwayat gejala dilihat dari jangka waktu
timbulnya gejala setelah minum susu sapi atau makanan yang mengandung
susu sapi. Harus diketahui riwayat pemberian makanan lainnya termasuk
diet ibu saat pemberian ASI dan pemberian makanan pendamping lainnya.
Harus diketahui juga gejala alergi asma, rinitis alergi, dermatitis atopik,
urtikaria, alergi makanan, dan alergi obat pada keluarga (orang tua, saudara,
kakek, nenek dari orang tua), dan pasien sendiri.
Gejala klinis pada kulit seperti urtikaria, dermatitis atopik, ras. Saluran
napas: batuk berulang terutama pada malam hari, setelah latihan asma, rinitis
alergi. Gangguan saluran cerna, muntah, diare, kolik dan obstipasi.
Pemeriksaan fisik yang mungkin didapatkan hdala ada kulit tampak
kekeringan kulit, urtikaria, dermatitis atopik allergic shiners, Siemen
grease, geographic tongue, mukosa hidung pucat, dan wheezing (mengi).
PITFALL DIAGNOSIS
Pitfall terjadi pada awal penentuan diagnosis dilakukan hanya berdasarkan
data laboratorium baik tes kulit atau IgE spesifik terhadap susu sapi.
Padahal baku emas diagnosis adalah dengan melakukan menggunakan
provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food
Chalenge = DBPCFC). Penelitian yang dilakukan penulis terungkap bahwa
25 anak dengan hasil IgE spesifik terhadap susu sapi positif, ternyata setelah
dilakukan elimisasi provokasi terbuka sekitar 48% dapat toleran terhadap
susu sapi nutrien dense, 40% toleran terhadap susu sapi evaporasi, 24%
toleran terhadap susu formula sapi biasa.
Pitfall diagnosis juga sering terjadi hanya berdasarkan anamnesa tanpa
pemeriksaan penunjang dan DBPCFC. Bila anamnesis tidak cermat sering
terjadi kesalahan karena faktor yang mempengaruhi gejala yang timbul
bukan hanya protein susu sapi. Reaksi simpang yang terjadi dapat juga
diakibatkan oleh beberapa kandungan tambahan yang ada di dalam susu
formula dan reaksi yang ditimbulkan karena diet ibu saat pemberian ASI.
Faktor lain yang memicu timbulnya gejala adalah faktor terjadinya infeksi
pada anak. Saat terjadi infeksi seperti batuk, pilek atau panas sering memicu
timbulnya gejala alergi. Misalnya saat infeksi saluran napas akut pada
penderita alergi sering disertai gejala diare, muntah dan dermatitis.
Terlalu cepat memastikan suatu anak menderita alergi susu sapi biasanya
didasarkan ketidakcermatan dalam menganalisa permasalahan kesehatan
pada penderita. Dalam menentukan kecurigaan apakah suatu anak
mengalami alergi susu sapi diperlukan ketelitian dan kecermatan. Bila anak
minum PASI (Pengganti Air Susu Ibu) dan ASI (Air Susu Ibu), harus cermat
dalam menentukan penyebab gangguan tersebut. Dalam kasus tersebut,
PASI atau ASI dapat dicurigai sebagai penyebab alergi. Pada pemberian
ASI, diet yang dimakan ibunya dapat mempengaruhi bayi. Bila pemberian
PASI sebelumnya sudah berlangsung lebih dari 1 2 minggu tidak terdapat
gangguan, kemungkinan susu formula sapi tersebut bukan sebagai penyebab
alergi. Harus diperhatikan apakah diet ibunya sebagai penyebab alergi.
Kadang ada beberapa anak dengan susu formula sapi yang satu tidak cocok
tetapi susu formula sapi lainnya bisa diterima. Hal inilah yang menunjukkan
bahwa komposisi dan kandungan lain di dalam susu formula tersebut yang
ikut berperanan. Faktor yang berpengaruh mungkin saja karena perbedaan
dalam proses pembuatan bahan dasar susu sapi. Dengan pemanasan dan
proses tertentu yang berbeda beberapa kandungan protein tertentu yang
mengganggu akan menghilang.
Sebagian besar alergi susu sapi pada bayi adalah tipe cepat yang diperan
oleh IgE dan gejala utama adalah ras kulit, eritema perioral, angioedema,
urtikaria dan anafilaksis. Sedangkan bila gejala lambat pada saluran cerna
berupa muntah, konstipasi dan diare dan gangguan kulit dermatitis
herpertiformis biasanya bukan diperani oleh IgE. Peranan Non IgE inilah
biasanya disebabkan bukan oleh kandungan protein susu sapi.. Melihat
berbagai jenis kandungan protein dalam susu sapi dan beberapa zat
tambahan seperti AA, DHA, sumber komponen lemak (minyak safflower,
minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kedelai) atau aroma rasa
(coklat, madu dan strawberi). Masing masing kandungan tersebut
mempunyai potensi berbeda sebagai penyebab alergi atau reaksi simpang
dari susu formula..
Kandungan DHA dalam susu formula kadang dapat mengakibatkan
gangguan pada anak tertentu berupa gangguan kulit. Sedangkan kandungan
minyak kelapa sawit dapat mengakibatkan gangguan saluran cerna berupa
konstipasi. Aroma rasa susu seperti coklat sering menimbulkan reaksi batuk
atau kosntipasi. Begitu juga kandungan lemak tertentu, minyak jagung dan
laktosa pada susu formula tersebut dapat mengakibatkan manifestasi yang
hampir sama dengan alergi susu sapi. Bila gangguan akibat susu formula
tersebut hanya ringan mungkin penggantian susu sapi formula tanpa DHA
atau susu sapi formula tertentu keluhannya dapat berkurang. Jadi bila ada
keluhan dalam pemakaian susu sapi formula belum tentu harus diganti
dengan susu soya atau susu hidrolisat. Tapi bila keluhannya cukup berat
mungkin penggantian susu sapi formula tersebut perlu dipertimbangkan
untuk pemberian susu soya atau hidrolisat protein.
Bayi atau anak yang sebelumnya telah mengkonsumsi salah satu jenis susu
sapi dan tidak mengalami keluhan dalam waktu lebih 2 minggu. Biasanya
setelah itu tidak akan mengalami alergi susu yang sama dikemudian hari.
Hal ini sering disalah artikan ketika anak mengalami gejala alergi, kemudian
susunya diganti. Padahal sebelumnya anak telah beberapa bulan
mengkonsumsi susu yang diganti tersebut tanpa keluhan. Sering terjadi saat
terjadi gangguan terdapat faktor penyebab lainnya. Riwayat pemberian
makanan lainnya atau adanya infeksi yang diderta anak saat itu dapat
menimbulkan gejala yang sama. Kasus yang seperti ini menunjukkan bahwa
kita harus cermat dan teliti dalam mencurigai apakah seorang anak alergi
susu sapi atau bukan.
Pitfal penanganan yang sering terjadi adalah saat gejala alergi timbul,
penderita paling sering direkomendasikan oleh para klinisi adalah pemberian
susu partial hidrolisa. Padahal relkomendasi yang seharusnya diberikan
adalah susu formula ekstensif hidrolisat atau susu soya, Pemberian partial
hidrolisa secara klinis hanya digunakan untuk pencegahan alergi bagi
penderita yang beresiko alergi yang belum timbul gejala. Meskipun
demikian pada beberapa kasus gejala alergi ringan ternyata pemberian susu
parsial hidrolisa bisa bermanfaat.
Pemberian obat anti alergi baik peroral atau topikal bukan merupakan jalan
keluar yang terbaik untuk penanganan jangka panjang. Pemberian anti alergi
jangka panjang merupakan bukti kegagalan dalam mengidentifikasi
penyebab alergi.
CARA PEMILIHAN SUSU PENDERITA ALERGI
Pemberian susu adalah merupakan masalah yang tersendiri pada penderita
alergi. Untuk menentukan penderita alergi susu sapi pilihan utama adalah
susu ektensif hidrolisat. Tetapi beberapa penderita juga bisa toleran terhadap
susu soya. Beberapa bayi dengan gejala alergi yang ringan dapat
mengkonsumsi susu hodrolisat parsial. Meskipun sebenarnya susu ini untuk
pencegahan alergi bukan untuk pengobatan.
Secara klinis dan laboratoris seringkali sulit untuk memastikan anak
menderita alergi susu sapi. Tidak mudah untuk menentukan pemilihan susu
yang terbaik untuk anak tersebut. Seringkali sulit memastikan apakah
seseorang alergi susu sapi atau intoleransi atau bereaksi terhadap kandungan
tertentu dari kandungan yang ada di dalam formula. Dalam menghadapi
kasus seperti ini klinik Children Allergy Clinic Jakarta melakukan eliminasi
provokasi terbuka sederhana. Secara awal penderita diberikan susu ekstensif
hidrolisat. Bila gejala alergi membaik selanjutnya dilakukan provokasi
formula berturut turut yang lebih beresiko seperti soya, parsial hidrolisat,
dan susu formula yang minimal kandungan AA, DHA, minyak kelapa sawit
dan sebagainya. Formula yang paling tepat adalah yang tidak menimbulkan
gangguan. Bila timbul gejala pada salah satu formula tersebut kita harus
pilih formula satu tingkat lebih aman di atasnya. Bila susu parsial hidrolisa
dan soya timbul gangguan dilakukan provokasi terhadap susu laktosa dan
lemah rantai tunggal (Monochain Trigliceride/MCT).
Banyak keraguan terhadap kualitas gizi susu pengganti susu sapi. Keraguan
tersebut seperti soya tidak menggemukkan, susu hipoalergenik tidak
mebuat anak pintar karena tidak mengadung DHA dan sebagainya. Secara
umum semua susu formula yang beredar secara resmi kandungan gizinya
sama. Karena mengikuti standard RDA (Recomendation Dietery Allowence)
dalam jumlah kalori, vitamin dan mineral harus sesuai dengan kebutuhan
bayi dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal. Keraguan bahwa susu
formula tertentu tidak menggemukkan tidak beralasan karena kandungan
kalori, vitamin dan mineral tidak berbeda. Penggunaan apapun merek susu
formula yang sesuai kondisi dan usia anak selama tidak menimbulkan
gangguan fungsi tubuh adalah susu yang terbaik untuk anak tersebut. Bila
ketidakcocokan susu sapi terus dipaksakan pemberiannya, akan mengganggu
fungsi tubuh terutama saluran cerna sehingga membuat gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak..
British Nutrition Foundation, ESPGAN (European Society for Pediatric
Gastroenterology and Nutrition), WHO (World Health Organization) dan
FAO (Food Agriculture Organization) merekomendasikan penambahan
DHA dan AA hanya perlu untuk susu formula bayi prematur. Secara teoritis
dan bukti klinis penambahan tersebut hanya bermanfaat untuk bayi
prematur, karena belum bisa mensintesa AA dan DHA secara baik.
Penambahan AA dan DHA secara langsung tidak terlalu penting karena
sebenarnya tubuh bayi cukup bulan sudah bisa mensitesa atau memproduksi
sendiri AA dan DHA dari asam lemak esessial lain.







Definisi
Alergi susu sapi (Cows milk allergy) merupakan
respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh kita terhadap susu sapi dan produk yang
mengandung susu sapi, di mana tubuh kita salah mengenali protein susu sapi sebagai zat yang
membahayakan tubuh, sehingga tubuh memproduksi zat kekebalan tubuh (IgE) untuk melawan
protein susu.
Gejala
Manifestasi alergi susu sapi dapat berbeda dari satu orang ke orang lainnya, terjadi beberapa
menit sampai beberapa jam setelah minum susu atau produk dari susu sapi.
Segera setelah mengkonsumsi susu sapi, tanda-tanda alergi susu yang mungkin timbul antara lain
: urticaria (biduran), wheezing (mengi), muntah. Walaupun jarang, dapat pula terjadi reaksi
alergi yang berat yang biasa dikenal dengan anaphylaxis.
Gejala yang mungkin timbul setelah beberapa hari-minggu antara lain : diare (bisa terdapat
bercak darah), perut kram, batuk, mengi, alergi hidung, mata berair karena alergi, ruam kulit
yang gatal (sering di sekitar mulut), colic (nyeri perut) pada bayi.
Faktor Risiko
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya alergi susu sapi:
Alergi jenis lainnya. Banyak anak yang alergi terhadap susu juga memiliki alergi lain,
seperti asma, alergi hidung, alergi kulit (eksim), biduran. Seringkali alergi susulah yang
pertama kali muncul.
Dermatitis atopik (eksim). Anak yang memiliki dermatitis atopik lebih sering menderita
alergi makanan.
Riwayat alergi pada keluarga. Risiko seseorang menderita alergi makanan akan
meningkat bila salah satu atau kedua orang tua memiliki alergi makanan atau jenis alergi
lainnya.
Usia. Alergi susu sapi lebih sering terjadi pada anak-anak. Ketika bertambah dewasa,
sistem pencernaan menjadi lebih sempurna dan tubuh lebih jarang bereaksi terhadap susu.
Pemeriksaan dan Diagnosis
Untuk mengevaluasi apakah terjadi alergi susu, dokter akan :
mengajukan pertanyaan rinci tentang tanda-tanda dan gejala yang timbul
melakukan pemeriksaan fisik
mengevaluasi catatan rinci / riwayat makanan yang dikonsumsi bayi dan Ibu (bila
menyusui) dalam beberapa hari-minggu terakhir.
meminta untuk menghindari konsumsi susu / produk dari susu dalam beberapa
hari/minggu. Kemudian mencoba kembali memberikan susu/produk susu. Bila memang
terdapat reaksi alergi pada susu sapi, maka akan terlihat lebih jelas.
Dokter juga dapat merekomendasikan pemeriksaan berikut ini:
Tes kulit. Dalam tes ini, kulit akan ditusuk dengan jarum kecil dan diberikan sejumlah
kecil protein susu. Jika terdapat alergi, maka akan timbul benjolan pada kulit.
Tes darah. Untuk mengukur respon sistem kekebalan tubuh terhadap susu dengan
mengukur jumlah antibodi tertentu dalam darah (IgE).
Satu-satunya cara untuk mencegah alergi susu sapi adalah dengan menghindari susu dan protein
susu sama sekali. Hal ini kadang sulit dilakukan karena susu merupakan bahan umum di banyak
makanan.
Jika perlu obat golongan Antihistamin, dapat mengurangi tanda-tanda dan gejala reaksi alergi
susu ringan. Obat ini dapat diberikan setelah mengkonsumsi susu sapi untuk mengontrol reaksi
alergi dan membantu meringankan gejalanya. Bila terjadi reaksi alergi yang serius (anafilaksis),
Anda perlu segera mendapatkan penanganan di ruang gawat darurat rumah sakit.
Jika bayi Anda memiliki alergi susu sapi dan Anda sedang menyusuinya, maka Anda juga perlu
menghindari konsumsi susu dan segala produk dari susu, seperti berbagai jenis susu, mentega,
yogurt, es krim, gelato, keju. Hal ini karena protein susu yang dikonsumsi oleh Ibu bisa masuk
ke dalam ASI.
Jika Anda memberikan susu formula, Anda dapat beralih ke susu formula berbasis protein
kedelai (soya). Jika bayi Anda juga alergi terhadap susu kedelai, maka perlu diganti dengan
formula hypoallergenic.
Dua jenis utama dari formula hypoallergenic tersedia:
1. Susu formula terhidrolisa ekstensif protein susu sapi dipecah menjadi partikel kecil
sehingga mereka kurang menyebabkan alergi. Kebanyakan bayi yang memiliki alergi
susu sapi dapat menerima dengan baik susu formula yang terhidrolisa ekstensif ini.
Contoh susu jenis ini adalah Pregestimil.
2. Susu formula berbasis asam amino mengandung protein dalam bentuk yang paling
sederhana (asam amino). Susu jenis ini direkomendasikan bila kondisi bayi Anda tidak
membaik bahkan setelah beralih ke formula terhidrolisa ekstensif. Contoh susu jenis ini :
Nutramigen, Neocate.
Susu formula yang terhidrolisa sebagian banyak terdapat di pasaran. Biasanya susu jenis ini
mudah dikenali karena mencantumkan tulisan Hypoallergenic atau HA. Susu jenis ini tidak
digolongkan sebagai benar-benar hypoallergenic dan masih dapat memicu reaksi alergi yang
cukup berarti.
Susu jenis ini biasanya untuk bayi yang tidak mendapat ASI, diberikan sejak awal untuk
mencegah bayi yang beresiko alergi (dari riwayat orang tua), agar tidak berlanjut menjadi alergi
susu sapi ataupun jenis alergi lainnya. Susu jenis ini tidak dianjurkan untuk diberikan
kepada bayi yang sudah terdiagnosis / menderita alergi susu sapi.
Penggantian Susu Formula
Setelah Anda mengganti susu formula, gejala alergi diharapkan menghilang dalam 2 4
minggu. Dokter mungkin akan merekomendasikan untuk tetap memberikan susu terhidrolisa
ekstensif ataupun susu berbasis asam amino tsb di atas sampai ulang tahun pertama anak Anda,
kemudian secara bertahap memperkenalkan susu sapi ke dalam pola dietnya.

You might also like