TRADISI NGABEN UNTUK ALTERNATIF PENGURANGAN PENGGUNAAN
LAHAN KOSONG TEMPAT PEMAKAMAN ORANG MENINGGAL YANG BANYAK TERDAPAT DI DAERAH PERKOTAAN
Diusulkan oleh: I Komang Krisnawan Gapar ( 1208205013 / 2012 ) Bayu Baskara (1208205001 / 2012) I Gusti Ngurah Dwijaputra (12082050 / 2012) Universitas Udayana
ABSTRAKSI
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Tidak hanya budaya, Indonesia tentunya memiliki lahan kosong yang begitu luas dan tersebar di tiap tiap daerah. Dikarenakan Indonesia merupakan Negara kepulauan, yaitu Negara yang terdiri atas banyak pulau. Luasnya lahan kosong di tiap daerah membuat masyarakat banyak mendirikan rumah rumah dimanapun mereka kehendaki yang berimbas pada penataletakan daerah tersebut. Makin lama, makin banyak rumah yang dibangun dan berkurangnya lahan kosong tersebut serta seiring berjalannya waktu, orang orang pun meninggal dunia yang berimbas kepada lahan kosong tersebut. Kemudian, dibangunlah tempat pemakaman untuk menguburkan mereka. Lama kelamaan, tempat pemakaman itu penuh, dan lagi lagi berimbas kepada lahan kosong tersebut, dibangunlah lagi tempat pemakaman dan begitu seterusnya. Di daerah ibukota sendiri, tempat pemakaman banyak tersebar, dan lahan kosong menjadi sedikit yang tersisa. Apalagi sekarang tempat makam tersebut hamper penuh terisi, oleh karena itu perlu dilakukan suatu cara untuk meghentikan atau setidaknya mengurangi kejadian ini. Salah satunya dengan cara asimilasi budaya yang bermanfaat untuk kejadian ini, apalagi Indonesia kaya akan budaya. Melalui karya tulis ini, kita dapat mengetahui apa arti dari asimilasi budaya ataupun Ngaben yang sebenarnya. Dan berisi bagaimana keadaan lahan makam di daerah ibukota di Indonesia ini. Karya tulis ini juga berisi pembahasan ataupun cara mengantisipasi jumlah lahan kosong yang dijadikan sebagai tempat pemakaman. Pemanfaatan ini membuat banyak fungsi lain lahan kosong tersebut yang lebih berguna menjadi terhalang. Hal ini dapat berimbas kepada kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Maka, cara mengatasi hal ini yaitu dengan diuniversalkannya Ngaben di semua daerah di Indonesia. Karena pada saat upacara Ngaben, mayat yang telah dimakamkan dibakar sehingga lahan makam yang tadinya telah ditempati menjadi kosong dan dapat digunakan oleh mayat lain yang akan dikuburkan. Dengan demikian pemerintah tidak perlu lagi membangun tempat pemakaman, karena nantinya semua mayat akan diabenkan dan lahan makam tersebut dapat digunakan terus menerus.
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang Negara Indonesia terdiri atas bermacam macam pulau dan memiliki beragam suku, agama, dan budaya. Setiap suku yang ada di Indonesia memiliki budaya mereka masing masing. Budaya yang sudah melekat dan menjadi tradisi di kalangan mereka, biasanya sering dikait kaitkan dengan agama yang mereka anut, Seperti halnya salah satu pulau di bagian selatan Indonesia yaitu pulau Bali. Pulau yang satu ini memang terkenal akan tradisi yang telah mendarah daging di masyarakat pulau Bali, Seperti halnya Nyepi, yaitu tradisi dimana masyarakat pulau Bali tidak boleh keluar rumah untuk melaksanakan catur Brata Penyepian. Tidak hannya itu, ada juga tradisi pembakaran mayat yang disebut dengan Ngaben. Upacara Ngaben bertujuan untuk mengembalikan unsur yang ada di tubuh manusia kembali ke alam. Dan semua orang yang meninggal pasti nantinya akan diabenkan menunggu hari baik untuk melakukan upacara tersebut. Ngaben itu sendiri biasanya dilakukan oleh masyarakat Bali yang beragama Hindu. Dengan adanya upacara Ngaben tersebut masyarakat Bali tidak pernah khawatir akan kekurangan dan mahalnya lahan pemakaman karena mayat itu pasti akan diabenkan atau dibakar. Tetapi, masyarakat yang berada di daerah ibukota masih kebingungan akan kekurangan lahan makam karena penuhnya lahan makam tersebut sehingga membuat lahan makam tersebut menjadi mahal dan pemerintah menjadiksn lahan kosong sebagai tempat pemakaman. Hal ini yang melatarbelakangi penulis agar dapat menemukan solusi supaya lahan makam tidak menjadi mahal dan berkurangnya lahan kosong yang dijadikan sebagai tempat pemakaman. Melalui karya tulis yang berjudul Tradisi Ngaben Untuk Mengurangi Lahan Kosong Sebagai Tempat Pemakaman Orang Yang Telah Meninggal Yang Banyak Terdapat di Daerah Perkotaan kita dapat mengetahui betapa pentingnya lahan kosong dijadikan tempat yang lebih berguna. Karya tulis ini berisi tentang permasalahan lahan kosong di Indonesia. Banyak lahan kosong di Indonesia yang dijadikan sebagai tempat pemakaman. Yang berarti, lahan kosong tersebut tidak memiliki perkembangan fungsi yang lebih baik daripada tempat pemakaman. Inilah yang membuat masyarakat negara Indonesia tidak bisa maju dan sejahtera. Dikarenakan masih ada fungsi lain lahan kosong yang lebih berguna, seperti halnya untuk tempat bekerja bagi pengangguran, pasar pasar untuk pedagang kaki lima, tempat tinggal untuk para gelandangan dan orang orang yang tidak punya rumah, taman untuk memperindah lingkungan, dan juga sekolah untuk generasi ke depan. Maka, tradisi Ngaben untuk pengalihfungsian lahan kosong dari fungsi sebagai tempat pemakaman menjadi fungsi lain yang lebih berguna itu, sangatlah penting.
Rumusan Masalah Dari karya tulis ini kita mengungkit masalah tentang mahalnya lahan makam dan lahan kosong yang banyak dijadikan sebagai tempat pemakaman : 1. Mengapa lahan makam di ibukota menjadi mahal? 2. Menurut pendapat anda, bagaimanakah cara mengurangi lahan kosong yang dijadikan sebagai tempat pemakaman? 3. Apakah lahan kosong bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang lebih berguna? 3
Dari rumusan masalah berikut kita dapat mengetahui banyaknya masalah lahan kosong yang dijadikan sebagai tempat pemakan dan sebuah tradisi untuk upaya pengurangan hal tersebut.
Tujuan Penelitian Melalui karya tulis ini kita dapat mengetahui bagaimana keprihatinan dan keadaan lahan kosong di Indonesia yang dijadikan sebagai tempat pemakaman dan mengetahui apa solusi untuk mengatasi masalah tersebut dan dapat membangun asimilasi budaya sehingga keharmonisan antaragama dapat menjadi lebih erat dan peleburan budaya di Indonesia akan semakin berkembang. Dan juga mengubah status antara budaya dan agama adalah satu kesatuan menjadi pemanfaatan budaya demi tercapainya keharmonisan serta kemakmuran bagi masyarakat antar umat beragama di Indonesia serta membuat perbedaan agama bukan menjadi penghalang untuk terjadinya peleburan budaya. Dengan demikian, lebih effisiennya penggunaan lahan lahan kosong di Indonesia baik yang terdapat di pedesaan maupun di perkotaan akan tercapai dengan mudah.
Manfaat Penelitian Manfaat Untuk Masyarakat Manfaat yang dapat kita peroleh yaitu kita dapat mengetahui solusi dari masalah mengenai lahan kosong yang dijadikan sebagai tempat pemakaman. Dan mendorong kita untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah ini.
Manfaat Untuk Pemerintah Dan manfaat untuk pemerintah yaitu, melalui karya tulis ini pemerintah dapat memaksimalkan lahan kosong untuk kepentingan yang lebih berguna untuk mewujudkan keharmonisan dan kemakmuran bagi masyarakat.
Ruang Lingkup Ruang lingkup dari karya tulis ini membahas tentang pentingnya lahan kosong di Indonesia untuk kepentingan yang lebih berguna ke depannya. Karena negara Indonesia merupakan negara yang belum maju atau yang biasa disebut berkembang. Membahas juga pentingnya asimilasi atau peleburan budaya untuk mewujudkan keharmonisan antar agama serta membuat perbedaan agama bukan menjadi penghalang untuk terjadinya peleburan budaya. Karena masih adanya anggapan bahwa budaya dan agama adalah satu kesatuan. Oleh karena itu, pentingnya peleburan budaya budaya yang bertujuan untuk tercapainya keharmonisan serta kemakmuran bagi masyarakat di Indonesia di segala bidanng kehidupan.
TINJAUAN PUSTAKA Kajian Tentang Asimilasi Budaya Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh 4
usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama. Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas perbedaan antarindividu dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok. Selanjutnya, individu melakukan identifikasi diri dengan kepentingan bersama. Artinya, menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok. Demikian pula antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut: terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda. terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang relatif lama. Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri. Faktor-faktor yang mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut. Toleransi di antara sesama kelompok yang berbeda kebudayaan Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi Kesediaan menghormati dan menghargai orang asing dan kebudayaan yang dibawanya. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal Perkawinan antara kelompok yang berbeda budaya Mempunyai musuh yang sama dan meyakini kekuatan masing-masing untuk menghadapi musuh tersebut. Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi antara lain sebagai berikut. Kelompok yang terisolasi atau terasing (biasanya kelompok minoritas) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi Prasangka negatif terhadap pengaruh kebudayaan baru. Kekhawatiran ini dapat diatasi dengan meningkatkan fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan Perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan kelompok lain. Kebanggaan berlebihan ini mengakibatkan kelompok yang satu tidak mau mengakui keberadaan kebudayaan kelompok lainnya Perbedaan ciri-ciri fisik, seperti tinggi badan, warna kulit atau rambut Perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kebudayaan kelompok yang bersangkutan Golongan minoritas mengalami gangguan dari kelompok penguasa
5
Kajian Tentang Pengertian Ngaben Ngaben adalah upacara pembakaran mayat yang dilakukan di Bali, khususnya oleh yang beragama Hindu, dimana Hindu adalah agama mayoritas di Pulau Seribu Pura ini. Di dalam Panca Yadnya, upacara ini termasuk dalam Pitra Yadnya, yaitu upacara yang ditujukan untuk roh lelulur. Makna upacara Ngaben pada intinya adalah untuk mengembalikan roh leluhur (orang yang sudah meninggal) ke tempat asalnya. Seorang Pedanda mengatakan manusia memiliki Bayu, Sabda, Idep, dan setelah meninggal Bayu, Sabda, Idep itu dikembalikan ke Brahma, Wisnu, Siwa. Upacara Ngaben biasanya dilaksanakan oleh keluarga sanak saudara dari orang yang meninggal, sebagai wujud rasa hormat seorang anak terhadap orang tuanya. Dalam sekali upacara ini biasanya menghabiskan dana 15 juta s/d 20 juta rupiah. Upacara ini biasanya dilakukan dengan semarak, tidak ada isak tangis, karena di Bali ada suatu keyakinan bahwa kita tidak boleh menangisi orang yang telah meninggal karena itu dapat menghambat perjalanan sang arwah menuju tempatnya. Hari pelaksanaan Ngaben ditentukan dengan mencari hari baik yang biasanya ditentukan oleh Pedanda. Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan, keluarga dibantu oleh masyarakat akan membuat Bade dan Lembu yang sangat megah terbuat dari kayu, kertas warna-warni dan bahan lainnya. Bade dan Lembu ini merupakan tempat mayat yang akan dilaksanakan Ngaben. Pagi hari ketika upacara ini dilaksanakan, keluarga dan sanak saudara serta masyarakat akan berkumpul mempersiapkan upacara. Mayat akan dibersihkan atau yang biasa disebut Nyiramin oleh masyarakat dan keluarga, Nyiramin ini dipimpin oleh orang yang dianggap paling tua didalam masyarakat. Setelah itu mayat akan dipakaikan pakaian adat Bali seperti layaknya orang yang masih hidup. Sebelum acara puncak dilaksanakan, seluruh keluarga akan memberikan penghormatan terakhir dan memberikan doa semoga arwah yang diupacarai memperoleh tempat yang baik. Setelah semuanya siap, maka mayat akan ditempatkan di Bade untuk diusung beramai-ramai ke kuburan tempat upacara Ngaben, diiringi dengan gamelan, kidung suci, dan diikuti seluruh keluarga dan masyarakat, di depan Bade terdapat kain putih yang panjang yang bermakna sebagai pembuka jalan sang arwah menuju tempat asalnya. Di setiap pertigaan atau perempatan maka Bade akan diputar sebanyak 3 kali. Sesampainya di kuburan, upacara Ngaben dilaksanakan dengan meletakkan mayat di Lembu yang telah disiapkan diawali dengan upacara - upacara lainnya dan doa mantra dari Ida Pedanda, kemudian Lembu dibakar sampai menjadi Abu. Abu ini kemudian dibuang ke Laut atau sungai yang dianggap suci. Setelah upacara ini, keluarga dapat tenang mendoakan leluhur dari tempat suci dan pura masing-masing. Inilah yang menyebabkan ikatan keluarga di Bali sangat kuat, karena mereka selalu ingat dan menghormati lelulur dan juga orang tuanya. Terdapat kepercayaan bahwa roh leluhur yang mengalami reinkarnasi akan kembali dalam lingkaran keluarga lagi, jadi biasanya seorang cucu merupakan reinkarnasi dari orang tuanya. 6
METODE PENULISAN
Waktu Dan Tempat Pengumpulan Data Penulis mendapatkan data berdasarkan karya tulis ini dari warnet( warung internet ) di situs www.wikipedia.org. Penulis mengumpulkan data ini pada jam 09 : 00. Penulis mengumpulkan dan menyimpulkannya di Universitas Udayana.
Jenis Data Data mengenai karya tulis ini yaitu data kualitatif atau berdasarkan panca indera karena data ini berasal dari internet. Dan data ini bukanlah merupakan data kuantitatif karena saya mendapatkan data ini ataupun menyimpulkannya bukan berdasarkan hitungan tetapi berdasarkan panca indera saya.
Metode Pengumpulan Data Penulis mengumpulkan data dengan metode studi pustaka, atau berdasarkan internet. Penulis mengumpulkan data dari internet dengan situs www.wikipedia.org yang berisi tentang ensiklopedia modern.
Teknik Analisis Data Penulis menganalisis data ini dengan cara deskriptif kuantitatif atau dengan mendeskripsikan berdasarkan data yang berasal dari panca indera penulis. Data yang penulis dapatkan dari internet tepatnya dari situs www.wikipedia.org ini penulis deskripsikan berdasarkan teknik deskriptif kuantitatif.
Penarikan Kesimpulan Penulis menyimpulkan bahwa penulis mengumpulkan dan menyimpulkan data di Universitas Udayana. Dengan jenis data kuantitatif atau berdasarkan panca indera. Penulis menganalisis data dengan cara deskriptif kuantitatif atau mendeskripsikan data yang berdasarkan panca indera penulis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengapa Lahan Makam Di Ibukota Menjadi Mahal? Di era modern seperti sekarang ini, terutama di ibukota sangat sulit rasanya untuk mendapatkan sepeser uang dari hasil bekerja atau dengan kata lain sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Tidak hanya pekerjaan, namun lahan untuk bertempat tinggal ketika sudah meninggalpun sulit sekali didapatkan. Jika kita memiliki dana yang lebih, mungkin kita bisa mendapatkannya. Itu pun makam bekas orang lain yang sudah tidak diurus lagi oleh keluarga mereka. Lain halnya dengan di daerah pedesaan. Dengan dana yang cukup, kita bisa mendapatkan lahan makam baru yang belum pernah terpakai oleh siapapun. Mahalnya lahan makam di ibukota disebabkan oleh penuhnya makam di ibukota dan karena adanya percaloan lahan makam oleh para penggali kuburan di lahan makam tersebut. Percaloan lahan kuburan menjadi penghasilan yang lebih menguntungkan dibanding membuat lubang dan menguruk kuburan. Apalagi tidak 7
setiap hari ada pemakaman. Itu semua dilakukan karena upah yang mereka terima sebagai penggali kuburan hanya Rp 300 ribu, itupun dibagi dengan 10 orang. Sementara jika menjadi calo kuburan, mereka bisa mendapat uang jutaan rupiah. Sebab, mereka menjual lahan makam tersebut dengan tarif berkisar antara Rp 5 juta - 15 juta. Harga tersebut sudah termasuk biaya penguburan dan tenda. Padahal, berdasarkan Perda No 1/2006 tentang Retribusi Pemakaman, sewa lahan selama 3 tahun tarifnya berkisar antara Rp 40 ribu 100 ribu bergantung pada kelas yang mereka tempati. Sementara untuk biaya gali dan tutup makam Rp 150 ribu. Untuk sewa tenda saat prosesi pemakaman dikenai biaya Rp 300 ribu. Mahalnya harga makam yang dipatok calo, membuat keluarga kurang mampu di ibukota terpaksa menguburkan saudara mereka di kampung halamannya karena tidak sanggup membeli lahan makam tersebut.
Menurut Pendapat Anda, Bagaimanakah Cara Mengurangi Lahan Kosong Yang Dijadikan Sebagai Tempat Pemakaman? Penuhnya lahan makam di ibukota berimbas pada lahan kosong lain yang belum direncakan akan dijadikan apa. Oleh karena itu, kita harus memikirkan cara agar hal tersebut tidak terjadi atau setidaknya mengurangi kejadian tersebut. Cara untuk mengurangi lahan kosong yang dujadikan sebagai tempat pemakaman adalah dengan membuat tradisi Ngaben menjadi tradisi yang universal di masyarakat. Tujuan diuniversalkannya Ngaben agar masyarakat tidak pusing lagi akan kekurangan lahan makam. Karena pada saat Ngaben, mayat yang telah dikubur akan diambil dan dibersihkan terlebih dahulu kemudian dibakar, dan abu sisa pembakaran dari mayat itu akan dibawa ke laut. Karena mayat tersebut diambil dan dikeluarkan dari lahan makam, jadi lahan makam tersebut tidak ada yang menempati dan bisa digunakan untuk mayat lain yang nantinya akan dikubur. Cara ini dilakukan dengan tujuan, agar permasalahan masyarakat ibukota tentang lahan makam yang mahal tidal lagi menjadi beban, yang kedua yaitu menjadikan lahan kosong tersebut menjadi sarana yang lebih berguna untuk masyarakat, seperti dijadikan sekolah gratis, taman kota, tempat kerja, dan masih banyak yang lain, yang ketiga yaitu mengajak masyarakat untuk mengasimilasikan budaya yang bermanfaat bagi mereka.
Apakah Lahan Kosong Bisa Dimanfaatkan Menjadi Sesuatu Yang Lebih Berguna? Pemanfaatan lahan kosong tidak hanya sebagai tempat pemakaman. Masih banyak hal lain yang lebih berguna dari lahan kosong tersebut. Salah satunya dengan menjadikan lahan kosong tersebut sebagai tempat bekerja bagi para pengangguran, pasar pasar untuk para pedagang kaki lima agar tidak berjualan di jalanan lagi, tempat tinggal untuk para gelandangan dan orang orang yang tidak punya rumah, taman kota untuk memperindah lingkungan ibukota yang makin hari makin memburuk, dan juga sekolah gratis untuk anak - anak yang kurang mampu dan orang yang buta aksara. Dengan pemanfaatan ini, diharapkan masyarakat Indonesia menjadi lebih sejahtera dan harmonis.
8
PENUTUP
Simpulan Melalui karya tulis ini penulis menyimpulkan bahwa pentingnya lahan kosong dan asimilasi budaya untuk kehidupan masyarakat Indonesia. Masyarakat harus bisa memanfaatkan lahan kosong tersebut menjadi sesuatu yang lebih berguna. Dan juga masyarakat Indonesia harus diberikan pengertian bahwa budaya dan agama bukanlah satu kesatuan melainkan budaya diasimilasikan agar tercapainya keharmonisan antara umat beragama serta membuat perbedaan agama bukan menjadi penghalang untuk terjadinya asimilasi tersebut. Oleh karena itu lahan kosong dan asimilasi budaya itu sangat berarti dan sangat penting untuk masyarakat.
Saran-Saran Bagi Generasi Muda Generasi muda diharuskan untuk mengetahui betapa pentingnya asimilasi budaya itu. Generasi muda harus mempunyai kesadaran untuk menjaga, memanfaatkan, dan mengasimilasikan budaya tersebut demi masa depan Negara Indonesia. Bagi Masyarakat Umum Masyarakat umum juga harus mempunyai kesadaran bahwa betapa pentingnya lahan kosong dan asimilasi budaya untuk kehidupan. Dan juga harus melestarikan serta mengasimilasikan budaya yang ada agar tidak punah serta menjadikannya suatu yang lebih bermanfaat bagi mereka. Bagi Pemerintah Pemerintah harus membuat asimilasi budaya tersebut bisa menjadi nyata dan dapat diterapkan di masyarakat. Serta membuat kebijakan tentang pemanfaatan lahan kosong menjadi seseuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat untuk menciptakan Indonesia yang makmur.