You are on page 1of 16

3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi meciptakan implikasi
dan pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan bermasyarakat. Akibatnya, dunia
penddidikan yang merupakan tonggak utama dalam pembangunan nasional dan
kehidupan bermasyarakat juga mengalami perubahan yang sangant pesat. Sebab, dunia
pendidikan merupakan lembaga atau institusi yang sarat dengan perkembangan
informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Akibatnya, dunia pendidikan pun dituntut
untuk berubah dan dengan cepat beradaptasi terhadap perubahan tersebut.
Untuk mengimbangi perubahan yang pesat itu, dunia pendidikan khususnya di
Indonesia pun mengalami berbagai perubahan dalam kurikulum yang merupakan
seperanggkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta tata
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum menurut anonim ( 2012:19) merupakan kata yang berasal dari bahasa
Latin currere, yang berarti lapangan perlombaan lari. Kurikulum h=juga dapat berasal
dari kata curriculum yang berarti a running course dan dalam bahasa Prancis dikenal
dengan carter yang berarti to run (berlari). Menurut J. Gallen Sailor dan William
M.Alexander dalam Anonim (2012:19), curriculum is defined reflects volume to
judgments regarding the nature of education. The definition used also influences how
curriculum will be planned and untilized. Sedangkan menurut Galen, the curriculum is
that subject matter therein to be throught by teacchers and learned by students.
Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonnesia No. 19 tahun 2005 tentang
standar Nasional Pendidikan, kurikulum adalah seperangkat rencana atau pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
4

Dalam sistem pendidkan di Indonesia, kurikulum telah mengalami perubahan
perubahan. Kurikulum yang merupakan seperangkat rencana kegiatan pendidikan telah
mengalami perubahan dan pengubahan sesuai dengan tuntutan kemajuan teknologi DAN
pengembangan informasi. Dimulai dari Rencana Pelajaran pada 1947, Kurikulum
Sekolah dasar pada 1968, Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada
1973, kurikulum 1994, Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada 2004, Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan pada 2006 hingga kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013.


Bagan perkembangan kurikulum di Indonesia

Kurikulum 2014 (Kurikulum Berbasis Kompetensi/KBK) menurut Artini,dkk
(2004:4) merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil
belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan
sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Adapun kompetensi
diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kurikulum 2004 merupakan kurikulum yang
berorientasi pada hasil dan implikasi yang diharapkan muncul pada peserta didik melalui
serangkaian pengalaman belajar dan keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan
kebutuhannya. SK Mendiknas No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi
dalam Mulyasa (2006:40) mengemukakan bahwa kompetensi adalah seperangkat
5

tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas tugas di bidang pekerjaan
tertentu. Kompetensi dilaksanakan dengan kesadaran dan dilandasi oleh rasionalitas
mengapa dan bagaimana kegiatan itu dilakukan. Rumusan kompetensi dalam
kurikulum 2004 merupakan pernyataaan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi,
atau dilaksanakan siswa dalam setiap tingkatan kelas atau satuan pendidikan sekaligus
menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk
menjadi kompeten.
BSNP pada 2007 dalam Anonim (2012:28) menyatakan bahwa kurikulum 2004
atau Kurikulum Berbasisi Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan
tentang tujuan, isi dan bahan pelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik memiliki
kompetensi dalam berbagai bidang kehidupan dan cara penampaiannya disesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan daerah atau madrasah atau sekolah.
Mulyasa (2006:39), berpendapat bahwa kurikulum berbasis kompetensi
merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga
hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu.
Nana Syaodih (2005:16) menyatakan KBK adalah suatu konsep yang
menekankan pengembangan kompetensi anak didik agar mempunyai profesionalisme
dalam bidangnya, sehingga anak akan betul betul mempunyai kompetensi sesuai yang
diharapkan.
Menurut Gunawan (2010:75), KBK merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian,
kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam
pengembangan kurikulum sekolah. Orientasi KBK adalh hasil dan dampak yang
diharapkan muncul pada diri murid melalui serangkaian pengalaman belajar yang
bermakna, dan adanya keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai kebutuhannya.
Menurut Mulyasa (2006:40) sedikitnya dapat diidentifikasi enam karakteristik
dari kurikulum berbasis kompetensi, yaitu :
1. Sistem belajar dengan modul
6

2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar
3. Pengalaman lapangan
4. Strategi belajar individual personal
5. Kemudahan belajar
6. Belajar tuntas
Dari pengertian kurikulum oleh beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
kurikulum 2004 yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi meruppakan kurikulum yang
dirancang untuk menciptakan peserta didik yang kompeten. Pendidikan dirancang dan
dilaksanakan melalui suatu perangkat yang diharapkan mampu membentuk peserta didik
yang memiliki kemampuan atau kompetensi dalam bidang tertentu.
Menurut Rizalli,dkk (2010:203), kurikulum 2004 merupakan kurikulum yang
menekankan pada kompetensi atau hasil (outcome)-nya. Cara atau proses untuk mencapai
kompetensi kompetensi yang telah ditentukan dalam kurikulum diserahkan sepenuhnya
kepada improvisasi guru. Dalam kurikulum ini ada pergeseran peran guru dari yang
sebelumnya hanya mengikuti petunjuk, menjadi guru yang harus berinisiatif merancang
dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungan setempat.
Selain itu, perubahan mendasar disbanding kurikulum sebelumnya pada KBK adalah
terjadinya learning reform atau pembaharuan dan penyempurnaan pada pendekatan
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar mampu menghasilkan anak anak
yang berkualitas dan berkarakter. Learning reform ditujukan agar siswa tidak menjadi
pengikut apa yang diucapkan guru, tetapi termotivasi untuk belajar dan mencari sendiri
serta mendorong siswa agar memiliki kompetensi kompetensi tertentu.

2.2 Tujuan Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi/KBK)
Dari pengertian KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dapat dipahami tujuan
dari kurikulum 2004, yaitu :
1. KBK bertujuan untuk memandirikan peserta didik sesuai dengan kondisi
lingkungan
Dalam tiap jenjang pendidikan, KBK memungkinkan peserta didik mengalami
dan melalui proses pengalaman belajar dan mengajar yang sesuai dengan
kemampuan masing masing. Peserta didik tidak hanya dituntut untuk belajar
7

dan mengetahui apa yang diajarkan, tetapi juga dituntut untuk
mengaplikasikan apa yang dipelajari sehingga nantinya apa yang telah
dipellajari memberikan dampak yang positif dalam kehidupan bermasyarakat.
2. KBK bertujuan untuk memberi peluang pada pengembangan kemampuan dan
bakat dalam diri peserta didik. Setiap pribadi peserta didik, pasti memiliki
suatu bakat atau kemampuan lahiriah yang harus dibina sehingga menjadi
kemampuan (kompetensi ) yang kemudian akan menjadi bekal di masa depan.
Dalam KBK, bakat dan kemampuan tersebut sangat dihargai dan mendapat
peluang untuk dididik serta dikembangkansesuai dengan keberagaman masing
masing peserta didik. Proses pembelajaran dalam KBK menuntut guru untuk
lebih kreatif dalam membangkitkan dan memberikan respon agar kemampuan
dan bakat yang beragam pada peserta didik dapat dioptimalkan sehingga
proses pembelajaran menjadi sarana pendukung dan pengembangan
kompetensi peserta didik.
KBK menurut Widuri (2012:4) menekankan pada usaha mengeksplorasi
kemampuan atau potensi peserta didik secara optimal, mengkonstruk apa yang dipelajari
dan mengupayakan penerapan dalam kehidupan sehari hari. KBK berupaaya
mengkondisikan setiap peserta didik agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga proses
penyampaiannya harus bersifat kontekstual dengan mempertimbangkan factor
kemampuan, lingkungan, sumber daya, norma, integrasi dan aplikasi berbagai kecakapan
kinerja, dengan kata lain KBK berorientasi pada pendekatan kontruktivisme.
2.3 Fungsi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi berfungsi untuk menciptakan tamatan yang
kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya, disamping itu
terdapat beberapa fungsi lain, antara lain :
1. KBK memberikan dasar dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman
belajar yang membangun integritas social
2. Membudayakan dan mewujudkan karakter nasional
8

3. Memudahkan guru dalam penyajian pengalaman belajar yang sejalan dengan
prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar pendidikan
universal, yaitu belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar menjadi idiri
sendiri dan belajar dalam kebersamaan
2.4 Struktur Kurikulum Berbasis Kompetensi
Struktur kurikulum diartikan sebagai penyajian mata pelajaran/mata kuliah dalam
satu semester. Secara teoritis menurut Sub Direktorat KPS (2008 : 20) terdapat dua
macam pendekatan struktur kurikulum, yaitu 1) pendekatan serial yang menyusun mata
pelajaran/mata kuliah berdasarkan logika atau struktur keilmuannya. Pada pendekatan ini,
mata kuliah disusun dari yang paling dasar hingga mata kuliah di semester paling akhir
dan sifatnya saling berkesinambungan. 2) pendekatan parallel
Contoh struktur kurikulum kombinasi serial paralel



















9

Berikut merupakan contoh struktur kurikulum untuk Taman Kanak Kanak


Berikut merupakan contoh struktur kurikulum untuk Sekolah dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah :


Berikut merupakan contoh struktur kurikulum untuk Sekolah Menengah
Pertama/MTs

10

Berikut merupakan contoh struktur kurikulum untuk Sekolah Menengah Umum/MA :

2.5 Karakteristik Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan kurikulum yang menuntut pengembangan
kompetensi peserta didik. Adapun karakteristik umum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
adalah :
1. KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa baik secara
individual maupun klasikal. Artinya peserta didik diharapkan memiliki kemampuan
standar minimal yang harus dikuasai. Terdapat 4 kompetensi dasar yang harus
dimiliki sesuai dengan tuntutan KBK :
11

- Kompetensi akademik, dimana peserta didik harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam menghadapi persoalan dan tantangan hidup secara
independent
- Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan
mampu beradaptasi terhadap dunia kerja
- Kompetensi kultural, peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik
baiknya dalam system budaya dan tata nilai masyarakat pluralistic
- Kompetensi temporal, peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupannya
serta mampu memanfaatkan ketiga kemampuan dasar yang telah dimiliki sesuai
dengan perkembangan zaman
2. Merancang dan mengembangkan silabus yang merupakan panduan penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip kurikulum pada umumnya
seperti relevansi, fleksibel, kontinuitas, praktis dan efektivitas.
3. Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan kepada proses pengalaman
dengan memerhatikan hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman setiap
individu. Pembelajaran tidak hanya diarahkan untuk menguasai materi pelajaran,
akan tetapi bagaimana materi itu dapat menunjang dan mempengaruhi kemampuan
berpikir dan kemampuan bertindak sehari-hari.
4. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
5. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
6. Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Kedua sisi secara utuh yang tidak
hanya mengukur aspek pengetahuan saja, akan tetapi sikap dan keterampilan.




12

2.6 Ciri Ciri Spesifik KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Adapun ciri ciri dari kurikulum 2004 menurut Mulyasa dalam Kushartanti
(2007 : 109) adalah :
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual
maupun klasikal
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi
4. Sumber belajar tidak hanya dari guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur unsur yang edukatif
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
Menurut Tirta dan Gani (2007:19) KBK merupakan kurikulum yang
implementasinya akan sukses bila didukung oleh kelengkapan dokumen silabus serta
bergantung pada beberapa komponen lain sebagai daya dukungnya. Beberapa komponen
penting menjadi ciri khas dan spesifik dari KBK yaitu :
1. Model model pembelajaran yang lebih berorientasi pada peserta didik
(siswa/mahasiswa) daripada pengajar (guru/dosen). KBK lebih mengedepankan
model pembelajaran SCL (Student Centered Learning) dengan pengembangan lebih
lanjut berupa pengintegrasian soft skill ataupun aspek afektif dalam perencanaan dan
kegiatan pembelajaran
2. Model model evaluasi yang tidak saja dapat mengukur kemampuan hard skill peserta
didik tetapi juga mempertimbangkan aspek lain
3. Pemanfaatan media terutama yang berbasis ICT (Information and Communication
Technology) juga sangat mewarnai implementasi KBK di lapangan



13

2.7 Kelebihan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
1. Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didk pada setiap aspek mata
pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri.
2. KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus dan bermuara pada
hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan
potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar dan
proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami
berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of
knowledge).
3. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari pengembangan
kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu
dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari, serta aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan
standar kompetensi tertentu.
4. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik /siswa (student
oriented). Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan
memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran
terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian, peserta dapat belajar dengan bergerak
dan berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar, belajar dengan mengamati dan
menggambarkan, serta belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir.
Pengalaman-pengalaman itu dapat diperoleh melalui kegiatan mengindra, mengingat,
berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan sesuatu. Kegiatan
tersebut dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis.
5. Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai mata pelajaran yang diajarkan.
6. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata
pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran.
14

7. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang
terfokus pada konten.
8. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya
lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan
ketrampilan.
9. Pengembangan kurikulum dilakuan secara desentralisasi, sehingga pemerintah dan
masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam
kurikulum.

2.8 Kelemahan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Adapun kelemahan dari kurikulum 2004 adalah :
1. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indicator
sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang kondisi
peserta didik dan lingkungan.
2. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi
dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran
secara berkelanjutan.
3. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum
sebelumnya yang lebih pada teacher oriented.
4. Memandang kompetensi sebagai sebuah entitas yang bersifat tunggal, padahal
kompetensi merupakan a complex combination of knowledge,attitudes, skills and
values displayed in the context of task performance . ( Gonczi,1997), sistem
pengukuran perilaku yang menggunakan paradigma behaviorisme ditengarai tidak
mampu mengukur sesuatu perilaku yang dihasilkan dari pembelajaran bermakna
(significant learning) (Barrie dan Pace,1997), dan kendala yang dihadapi dalam
mengimplementasikan KBK adalah waktu,biaya dan tenaga yang banyak.
5. Kualitas guru, hal ini didasarkan pada statistik, 60% guru SD, 40% guru SLTP, 43%
SMA, 34% SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing.
Selain itu 17,2% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang
15

studinya. Kualitas SDM kita adalah urutan 109 dari 179 negara berdasarkan Human
Development Index.
6. Sarana dan pra sarana pendukung pembelajaran yang belum merata di setiap sekolah,
sehingga KBK tidak bisa diimplementasikan secara komprehensif.
7. Kebijakan pemerintah yang setengah hati, karena KBK dilaksanakan dengan uji coba
di beberapa sekolah mulai tahun pelajaran 2001/2002 tetapi tidak ada payung hukum
tentang pelaksanaan tersebut.
8. Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual.
Dalam pembelajaran individual setiap peserta didik dapat belajar sendiri, sesuai
dengan cara dan kemampuan masing-masing, serta tidak bergantung kepada orang
lain, sehingga interaksi sosial antar peserta didik kurang terlihat.

2.9 Pembelajaran KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Kegiatan pembelajaran dalam KBK merupakan rangkaian kegiatan yang diawali
dari penyusunan perencanaan pembelajaran. Rancangan pembelajaran harus memuat
rincian seperti :
a. kompetensi yang harus dikuasai siswa
b. cakupan dan kedalaman materi
c. indikator pencapaian kompetensi
d. pengalaman belajar yang harus dialami siswa, sarana belajar yang diperlukan, dan
metode serta prosedur penilaian ketercapaian kompetensi.
Setelah rancangan pembelajaran tersusun, guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadi interaksi antara
guru, siswa, dan sumber belajar lainnya secara optimal guna memberikan pengalaman
belajar yang bermakna sehingga dapat dicapai kompetensi yang telah ditetapkan. Untuk
mengetahui kepastian penguasaan kompetensi yang dimaksud, guru harus melakukan
penilaian kelas selama proses pembelajaran.
Analisis hasil penilaian berfungsi untuk mengetahui tingkat penguasaan
kompetensi oleh siswa dan untuk mengetahui efektivitas kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Analisis hasil analisis penilaian juga bermanfaat sebagai umpan balik
bagi perbaikan dan peningkatan kegiatan pembelajaran berikutnya dalam satu semester
16

atau satu tahun pelajaran, baik bagi guru maupun bagi siswa. Karena itu rancangan
pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru pada siklus pembelajaran berikutnya harus
didasarkan analisis hasil penilaian dan umpan balik sebelumnya. Dengan demikian
kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama satu semester atau satu tahun pelajaran
merupakan siklus kegiatan yang terencana, terintegrasi, dan berkesinambungan sehingga
menjamin tercapainya kompetensi dan belajar tuntas.

2.10 Penilaian dalam KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Dalam KBK penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran.
Kegiatan penilain harus dipahami sebagai upaya untuk mengefektifkan proses
pembelajaran. Karena itu kegiatan penilaian harus dirancang yang menyenangkan bukan
yang menakutkan sehingga dapat memacu siswa untuk mencapai atau menguasai standar
kompetensi yang diharapkan.
Sistem penilaian berbasis kompetensi yang direncanakan adalah sistem penilaian
yang berkesinambungan dalam arti semua komponen indikator dibuat soalnya, hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi yang telah dimiliki dan yang belum, sehingga
dapat untuk menentukan tindakan perbaikan berupa program remidial bagi siswa yang
belum mencapai nilai ketuntasan yang ditetapkan oleh sekolah atau pengayaan bagi siswa
yang sudah mencapai ketuntasan belajar baik dalam satu atau beberapa kompetensi dasar
(KD) . Untuk itu digunakan berbagai jenis penilaian, yaitu: pertanyaan lisan di kelas,
kuis, ulangan harian, tugas rumah, ulangan blok (gabungan beberapa KD), ulangan
semester dan sebagainya.
Penilaian berbasis kompetensi mencakup 3 ranah penilaian, terdiri dari:
a. Penilaian Kognitif adalah penilaian kecerdasan atau kemampuan berfikir,
kemampuan memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman,
konseptualisasi. Penilaian kognitif ini dinyatakan dalam bentuk bilangan atau
angka dengan rentang nilai 1-100.
b. Penilaian Psikomotorik adalah penilaian keterampilan gerak atau kemampuan
melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badaan, kemampuan yang
berkaitan dengan gerak fisik. Penilaian Psikomotorik ini dinyatakan dalam
bentuk bilangan atau angka dengan rentang nilai 1-100.
17

c. Penilaian Afektif adalah penilaian kerajinan, keaktifan, kerjasama,
kelengkapan catatan, kedisiplinan/kemampuan yang berkaitan dengan
perasaan, emosi, sikap, derajaat, penerimaan atau penolakan terhadap suatu
objek. Penilaian kognitif ini dinyatakan dalam bentuk huruf dengan predikat
A, B, C, D.
Untuk menetapkan siswa sudah mencapai ketuntasan belajar atau tidak, maka tiap
mata pelajaran ditetapkan standar mutlak yaitu pencapaian nilai minimal (SKBM) yang
harus dicapai siswa tiap mata pelajaran sesuai dengan hasil analisis tingkat kerumitan dan
kesulitan materi bagi peserta didik per KD di tiap-tiap madrasah yang dilakukan oleh
forum guru madrasah yang bersangkutan, di samping juga madrasah merencanakan target
dalam waktu tertentu untuk mencapai 100 sebagai nilai ketuntasan maksimum.



















18

DAFTAR RUJUKAN
Anonim.2012.Buku Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Teknik
Telekomunikai Jenjang diploma III http://dte.telkomuniversity.ac.id/wp-
content/uploads /2012/06/Buku-Kur-D3-TT-versi-mhs.pdf . Diakses taanggal 19
September 2014
Artini,S.2004. Terampil dan Aktif Berkomputer, Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2004.
Bandung : grafindo
Gunawan.A.W. 2010. Apakah IQ anak bisa ditingkatkan ?. Jakarta : Gramedia
Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kushartanti.2007. Wacana Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya. Jakarta : Koperasi Pegawai FIB-
UI
Mulyasa,E. 2007. Kurikullum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasi.
Bandung : Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E. 2006. Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembalajaran KBK. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Rizalli,A. Sidi, I.D,Dharma,S.2010. Dari Guru Konvensional Menuju Guru Pofesional.
Bandung:Gasindo
Sub Direktorat KPS. 2008. Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pendidikan tinggi (Sebuah alternatif penyusunan kurikulum)
http://akademik.dikti.go.id/data/BUKU/BUKU%20Panduan%20KBK.pdf. Diakses 19
September 2014
Tirta,I.M., Gani,A.A.2007. Kumpulan Tulisan Daya dukung kurikulum Berbasis kompetensi
Universitas Jember. http://hukumpt.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/KBK
DAN _DAYA_DUKUNGNYA.pdf. Diakses pada 19 September 2014
Widuri.E. 2012. Perbandingan Pengajaran Dengan Menggunakan Kbk (Kurikulum Berbasis
Kompetensi) Dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
http://jurnal.unimed.ac .id/2012/index.php/basastra/article/download/197/76. Diakses
19 September 2014

You might also like