Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Dany Puguh Laksono
07/256988/TK/33449
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................................................3
I.1. Definisi dan Kondisi Ideal Peta.......................................................................................................3
I.2. Proyeksi Peta....................................................................................................................................3
I.3. Klasifikasi Proyeksi Peta..................................................................................................................4
I.4. Pemilihan Proyeksi Peta..................................................................................................................5
BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................................................6
II.1. Karakteristik Proyeksi Polyeder.....................................................................................................6
II.2. Penerapan Proyeksi Polyeder di Indonesia...................................................................................7
II.3. Sistem Penomoran Bagian Derajat Proyeksi Polyeder.................................................................7
II.4. Keuntungan dan Kerugian Sistem Proyeksi Polyeder..................................................................8
DAFTAR REFERENSI.............................................................................................................................9
LAMPIRAN.............................................................................................................................................10
1. Diagram Alir (Flowchart) untuk program hitungan dengan koreksi (t-T)....................................10
2. Listing Program dengan menggunakan bahasa Pemrograman Matlab........................................12
3. Hasil Output Program dalam Matlab..............................................................................................17
BAB I : PENDAHULUAN
I.1. Definisi dan Kondisi Ideal Peta
Peta merupakan gambaran permukaan bumi dalam ukuran yang lebih kecil pada bidang datar
[Prihandito, 1988]. Suatu peta idealnya harus dapat memenuhi ketentuan geometrik sebagai berikut :
Jarak antara titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
Luas permukaan yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan
besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi
Bentuk yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).
Pada daerah yang relatif kecil (30 km x 30 km) permukaan bumi diasumsikan sebagai bidang
datar, sehingga pemetaan daerah tersebut dapat dilakukan tanpa proyeksi peta dan tetap memenuhi
semua persyaratan geometrik. Namun karena permukaan bumi secara keseluruhan merupakan
permukaan yang melengkung, maka pemetaan pada bidang datar tidak dapat dilakukan dengan
sempurna tanpa terjadi perubahan (distorsi) dari bentuk yang sebenarnya sehingga tidak semua
persyaratan geometrik peta yang ideal dapat dipenuhi. [Mutiara, 2004].
Persoalan ditemui dalam upaya menggambarkan garis yang nampak lurus pada muka
lengkungan bumi ke bidang datar peta. Bila cakupan daerah pengukuran dan penggambaran tidak terlalu
luas, seperti halnya dalam ilmu ukur tanah (plane surveying) yang muka lengkungan bumi bisa dianggap
datar, maka tidak ditemui perbedaan yang berarti antara unsur di muka bumi dan gambarannya di peta
[Rio, online 2009].
Untuk memenuhi satu atau lebih syarat-syarat peta yang ideal, dapat dilakukan dengan dua
macam cara :
Membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian-bagian yang tidak begitu luas
Menggunakan bidang datar atau bidang yang dapat didatarkan (kalau didatarkan tidak
mengalami distorsi), yaitu bidang kerucut dan bidang silinder.
prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisis bisa
digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena permukaan bumi fisis tidak teratur maka akan sulit
untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu diperlukan pendekatan
secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut. Dalam hal ini, model bumi yang digunakan adalah
ellipsoid [Mutiara, 2004]. Berbagai model proyeksi peta tersedia dengan karakteristik tertentu yang
menjaga minimal satu syarat peta yang ideal. Tidak ada batasan jumlah yang mungkin dalam membuat
model proyeksi peta [Wikipedia : Map Projection].
I.3. Klasifikasi Proyeksi Peta
Proyeksi peta dapat diklasifikan menurut bidang proyeksi yang digunakan, posisi sumbu simetri
bidang proyeksi, kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, dan ketentuan geometrik yang dipenuhi.
1. Menurut bidang proyeksi yang digunakan
Bidang proyeksi adalah bidang yang digunakan untuk memproyeksikan gambaran permukaan
bumi. Bidang proyeksi merupakan bidang
Proyeksi Azimuthal. Bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang datar. Sumbu simetri
dari proyeksi ini adalah garis yang melalui pusat bumi dan tegak lurus terhadap bidang
proyeksi.
Proyeksi Kerucut (Conic). Bidang proyeksi yang digunakan adalah kerucut. Sumbu
simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari kerucut yang melalui pusat bumi.
Proyeksi Silinder (Cylindrical). Bidang proyeksi yang digunakan adalah silinder. Sumbu
simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari silinder yang melalui pusat bumi [Mutiara,
2004].
Proyeksi Normal (Polar). Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bumi
Proyeksi Miring (Oblique). Sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut terhadap
sumbu bumi
Proyeksi Transversal (Equatorial). Sumbu simetri bidang proyeksi tegak lurus terhadap
sumbu bumi
Proyeksi Ekuidistan. Jarak antara titik yang terletak di atas peta sama dengan jarak
sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
sama dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi, sehingga dengan
memperhatikan faktor skala peta bentuk yang digambarkan di atas peta akan sesuai
dengan bentuk yang sebenarnya di permukaan bumi.
Proyeksi Ekuivalen. Luas permukaan yang digambarkan di atas peta sama dengan luas
sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta). [Mutiara,
2004]
Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi dan sebagian
lainnya diperoleh dengan cara matematis [Prihandito, 1988]
BAB II : PEMBAHASAN
Telah disebutkan sebelumnya bahwa pemilihan model proyeksi peta diantaranya harus
memperhatikan lokasi yang akan dipetakan. Salah satu model proyeksi peta yang banyak digunakan di
Indonesia adalah Polyeder. Peta dengan proyeksi Polyeder dibuat di Indonesia sejak sebelum Perang
Dunia II, meliputi peta-peta di pulau Jawa, Bali dan Sulawesi [Rio, online 2009].
II.1. Karakteristik Proyeksi Polyeder
Polyeder merupakan model proyeksi peta dengan karakteristik sistem proyeksi Kerucut (bidang
proyeksi berupa kerucut), Polysuperficial (terdiri dari banyak kerucut), Normal (arah sumbu simetri
berimpit dengan sumbu bumi), Tangent (bidang proyeksi menyinggung bola bumi/ellipsoid) dan
Konform (mempertahankan besar sudut atau arah pada peta) [Prihandito, 1988].
Proyeksi Polyeder
Proyeksi Polyeder digunakan untuk daerah 20' x 20' (37 km x 37 km), sehingga bisa
memperkecil distorsi. Bumi dibagi dalam jalur-jalur yang dibatasi oleh dua garis paralel dengan lintang
sebesar 20' atau tiap jalur selebar 20' diproyeksikan pada kerucut tersendiri.
20
20
o, o
Paralel
Standard
Meridian
Standard
Bidang kerucut menyinggung pada garis paralel tengah yang merupakan paralel baku (faktor
skala k = 1).
Meridian tergambar sebagai garis lurus yang konvergen ke arah kutub, ke arah KU (Kutub Utara)
untuk daerah di sebelah utara ekuator dan ke arah KS (Kutub Selatan) untuk daerah di selatan ekuator.
Paralel-paralel tergambar sebagai lingkaran konsentris. Untuk jarak-jarak kurang dari 30 km, koreksi
jurusan kecil sekali sehingga bisa diabaikan. Konvergensi meridian di tepi bagian derajat di wilayah
Indonesia maksimum 1.75'. [Prihandito, 1988]
Secara praktis, pada kawasan 20' x 20', jarak hasil ukuran di muka bumi dan jarak lurusnya di
bidang proyeksi mendekati sama atau bisa dianggap sama.
94 40 BT - 141 BT, yang dibagi sama tiap 20' atau menjadi 139 bagian,
dan penomoran dari LU ke LS: I, II, III, ... , LI. (menggunakan Angka Romawi)
Koordinat titik-titik lain seperti titik triangulasi dan titik pojok lembar peta dihitung dari titik
pusat bagian derajat masing-masing bagian derajat. Koordinat titik-titik sudut (titik pojok) geografis
lembar peta dihitung berdasarkan skala peta, misal 1 : 100 000, 1 : 50 000, 1 : 25 000 dan 1 : 5 000.
Pada skala 1 :50 000, satu bagian derajat proyeksi polyeder (20' x 20') tergambar dalam 4 lembar
peta dengan penomoran lembar A, B, C dan D. Sumbu Y adalah meridian tengah dan sumbu X adalah
garis tegak lurus sumbu Y yang melalui perpotongan meridian tengah dan paralel tengah. Setiap lembar
peta mempunyai sistem sumbu koordinat yang melalui titik tengah lembar dan sejajar sumbu X,Y dari
sistem koordinat bagian derajat.
II.4. Keuntungan dan Kerugian Sistem Proyeksi Polyeder
Keuntungan proyeksi polyeder:
Karena perubahan jarak dan sudut pada satu bagian derajat 20' x 20', sekitar 37 km x 37 km bisa
diabaikan, maka proyeksi ini baik untuk digunakan pada pemetaan teknis skala besar.
Kerugian proyeksi polyeder:
a. Untuk pemetaan daerah luas harus sering pindah bagian derajat, memerlukan tranformasi
koordinat,
b. Grid kurang praktis karena dinyatakan dalam kilometer fiktif,
c. Tidak praktis untuk peta skala kecil dengan cakupan luas,
d. Kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km [Prihandito, 1988].
DAFTAR REFERENSI
-
Mutiara, Ira. 2004. Materi Diklat Teknis Pengukuran dan Pemetaan Kota. FTSP-ITS,
Surabaya
LAMPIRAN
1. Diagram Alir (Flowchart) untuk program hitungan dengan koreksi (t-T)
Begin
Temporary Variable :
MatTMP = [0]
10
Pemberian nilai :
[MatTMP] := [MatT]
Iterasi := Iterasi + 1
[DmaT]
<
0.01?
Koordinat Baru
(Xbr, Ybr)
End.
11
No
= inline('a/sqrt(1-e2*(sin(lintg))^2)','a','e2','lintg');
Mo
= inline('(a*(1-e2))/(1-e2*(sin(lintg))^2)^(3/2)','a','e2','lintg');
fprintf('\n\n');
fprintf(1,'------------------------------------------------------------------------\n');
fprintf(1,'
fprintf(1,'
fprintf(1,'------------------------------------------------------------------------\n\n');
% Input data koordinat pendekatan (hasil hitungan bowditch)
fid = fopen('c:\matlab6\work\inp_propet.txt');
F = fread(fid);
inp1 = sscanf(char(F),'%f',[3,5])';
fprintf('Koordinat pendekatan (hasil hitungan bowditch)\n');
inp1
% Plotting Data dalam variabel
for n = 1:5,
koordX(n,1) = [inp1(n,2)];
koordY(n,1) = [inp1(n,3)];
end
% Input data ukuran terkoreksi (sudut dan jarak terkoreksi bowditch)
12
fid2 = fopen('c:\matlab6\work\inp_propet2.txt');
F2 = fread(fid2);
inp2 = sscanf(char(F2),'%f',[5,5])';
fprintf('Data ukuran terkoreksi (sudut dan jarak terkoreksi bowditch)\n');
inp2
% Plotting Data dalam variabel sudut(n) dan matriks sudut
for n = 1:5,
eval(['sdt' num2str(n) ' = inp2(n,2)+(inp2(n,3)/60)+(inp2(n,4)/3600);']);
jrk(n,1) = [inp2(n,5)]
end;
sdt = [sdt1; sdt2; sdt3; sdt4; sdt5];
% Data Hitungan
fprintf('\n.: Data Ellipsoid : \n');
WGS84.a = 6378137.0;
WGS84.finv = 298.257223563
WGS84.e2 = 2*(1/WGS84.finv)+(1/WGS84.finv)^2;
fprintf('.: Koordinat Geodetik Titik 1 :');
fprintf('\n
Geod1.lintg =
-(8+(25/60)+(8.042/3600));
fprintf('\n
Bujur
Geod1.bjr =
(7+(35/60)+(50.22/3600));
Azp12 = (30+(12/60)+(20/3600));
% Pusat Polyeder
fprintf('\n.: Koord Pusat Lembar Peta Polyeder :');
fprintf('\n
Poli.lintg =
-(8+(30/60));
fprintf('\n
Poli.bjr =
Bujur
= 7o 30'' BT ');
(7+(30/60));
13
% Harga k
fprintf('\n # Faktor Skala : \n');
for n = 1:5
if n<5,
m = n+1;
else
m=1;
end
K(n,1) = k(R0, koordY(n), koordY(m));
end
K
% Koreksi Jarak
fprintf('\n # Jarak terkoreksi k : \n');
jrk = jrk .* K
% timinti
fprintf('\n # Nilai koreksi (t-T) (dalam detik) :\n')
for n = 1:5
if n<5,
m = n+1;
else
m=1;
end
eval(['tT',num2str(n),num2str(m),' = tTab(R0, koordX(n), koordY(n),koordX(m),koordY(m))']);
eval(['tT',num2str(m),num2str(n),' = tTba(R0, koordX(n), koordY(n),koordX(m),koordY(m))']);
end %endfor
matT = [tT12;tT21;tT23;tT32;tT34;tT43;tT45;tT54;tT51;tT15];
% fprintf('\n\nKoreksi sudut dengan koreksi (t-T) :\n'); %(t-T) dalam detik
sdt(1) = sdt(1) + tT12/3600 + tT15/3600;
sdt(2) = sdt(2) + tT23/3600 + tT21/3600;
sdt(3) = sdt(3) + tT34/3600 + tT32/3600;
sdt(4) = sdt(4) + tT45/3600 + tT43/3600;
sdt(5) = sdt(5) + tT51/3600 + tT54/3600;
% Koreksi Sudut dengan kesalahan penutup sudut
korsdt = (1260-(sdt(1)+sdt(2)+sdt(3)+sdt(4)+sdt(5)))/5;
for n = 1:5,
sdt(n) = sdt(n) + korsdt;
end
fprintf('\n\n # Hitungan Azimuth (derajat) :\n');
Az12 = Azp12
Az23 = sdt(2) -180 + Az12
14
= sum(jrk);
dsinAlph
= jrk .* sin(rad(Azm));
SigmFx
= sum(dsinAlph);
for n = 1:5,
KorDsinA(n,1)
= (-jrk(n)/SigmD)*SigmFx;
end
CtDsinA
= dsinAlph + KorDsinA;
= jrk .* cos(rad(Azm));
SigmFy
= sum(dcosAlph);
for n = 1:5,
KorDcosA(n,1)
= (-jrk(n)/SigmD)*SigmFy;
end
CtDcosA
= dcosAlph + KorDcosA;
:\n');
DmatT = matT-matTmp
matTmp = matT;
if (DmatT<0.01),
break;
end %if
iterasi = iterasi + 1;
end %while
15
fprintf(1,'\n------------------------------------------------------------------------\n');
fprintf(1,'
Program Selesai\n');
% xBr(6,1) = xBr(1,1);
% yBr(6,1) = yBr(1,1);
% plot(xBr, yBr);
% title('Plotting Titik Hasil Hitungan');
1 10713.61246
8968.120328
93 57 12
100061
2 60981.47386
95503.6059
271 9 12
86425
3 134718.66451 50580.25671
294 54 12
125476
4 30282.51941
254 00 12
67870
345 59 12
36010
-19032.76964
5 -21555.81299 24874.53632
16
10713.61246
8968.120328
60981.47386
95503.6059
134718.66451
50580.25671
30282.51941
-19032.76964
-21555.81299
24874.53632
93
57
12
100061
271
12
86425
294
54
12
125476
254
12
67870
345
59
12
36010
.: Data Ellipsoid :
WGS84 =
a: 6378137
finv: 298.257223563
.: Koordinat Geodetik Titik 1 :
Lintang = 8o 25' 8".042 LS
Bujur
= 7o 35' 50".22 BT
= 7o 30' BT
Iterasi ke :
17
# Faktor Skala :
K =
1.00004147303744
1.00006807770676
1.00000807340744
1.00000209288722
1.00000380283996
# Jarak terkoreksi k :
jrk =
100065.149833599
86430.883615807
125477.013018873
67870.1420442557
36010.136940267
# Nilai koreksi (t-T) (dalam detik) :
tT12 =
4.8499995681013
tT21 =
-8.54973189665705
tT23 =
15.1511867349949
tT32 =
-12.333813563543
tT34 =
-7.29501829783873
tT43 =
1.11162304529744
tT45 =
0.581586745820701
tT54 =
1.3542711467493
tT51 =
1.6115440427144
tT15 =
-1.17497872620115
18
Az45 =
310.263189397636
Az51 =
116.250940642477
# Koordinat Baru :
xBr =
10713.61246
60981.8877612743
134721.010913618
30285.6949534321
-21555.6907261819
yBr =
8968.120328
95509.5420956316
50582.4641612375
-19033.8214025101
24873.0296915286
# Selisih (t-T)n dan (t-T)n-1
DmatT =
4.8499995681013
-8.54973189665705
15.1511867349949
-12.333813563543
-7.29501829783873
1.11162304529744
0.581586745820701
1.3542711467493
1.6115440427144
-1.17497872620115
Iterasi ke :
# Faktor Skala :
K =
1.00004147303744
1.00006807770676
1.00000807340744
1.00000209288722
1.00000380283996
# Jarak terkoreksi k :
jrk =
100069.299839305
19
86436.767632157
125478.026045924
67870.2840888087
36010.2738810548
# Nilai koreksi (t-T) (dalam detik) :
tT12 =
4.8499995681013
tT21 =
-8.54973189665705
tT23 =
15.1511867349949
tT32 =
-12.333813563543
tT34 =
-7.29501829783873
tT43 =
1.11162304529744
tT45 =
0.581586745820701
tT54 =
1.3542711467493
tT51 =
1.6115440427144
tT15 =
-1.17497872620115
# Koordinat Baru :
xBr =
10713.61246
60982.301645404
134723.357052939
20
30288.87045503
-21555.5684184786
yBr =
8968.120328
95515.4785457359
50584.6715254108
-19034.8730767849
24871.5230840307
# Selisih (t-T)n dan (t-T)n-1
DmatT =
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-----------------------------------------------------------------------Program Selesai
21
Koordinat X Lama
Koordinat Y Lama
10713.61246
8968.120328
60981.47386
95503.6059
134718.66451
50580.25671
30282.51941
-19032.76964
-21555.81299
24871.53632
Titik
1
Koordinat X Baru
10713.61246
Koordinat Y Baru
8968.120328
60982.301645404
95515.4785457359
134723.357052939
50584.6715254108
30288.87045503
-19034.8730767849
-21555.5684184786
24871.5230840307
22