You are on page 1of 15

TUGAS AMDAL (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

PABRIK VICTORIA, SAKO PALEMBANG









OLEH
AFRIYANI ZULYANTI
05121002047



PRODI TEKNIK PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA



INDRALAYA
2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin banyak industri dan perusahaan-perusahaan makanan yang pesat di
Kabupaten Cilacap memberikan pula dampak negatif berupa meningkatnya tekanan
terhadap lingkungan. Hal ini terjadi karena pembangunan tempat
usaha yang kurang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan
setempat, yang pada akhirnya meningkatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup tersebut menjadi beban sosial, yang
pada akhirnya masyarakat dan pemerintah yang harus menanggung biaya
pemulihannya.
Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan berakibat pada masalah-masalah
yang semakin kompleks dan sulit penanganannya. Oleh karenanya pembangunan
yang harus dilakukan adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan yaitu
pembangunan yang memadukan lingkungan hidup dengan sumber daya alam, untuk
mencapaikeberlanjutan pembangunan yang menjadi jaminan bagi kesejahteraan dan
mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimasi dampak negatif yang
timbul dari suatu kegiatan maka dilakukan penyusunan kajian kelayakan
lingkungan berupa AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau
UKL & UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup). Kedua instrumen lingkungan ini disatu sisi merupakan kajian
kelayakan lingkungan bagi kegiatan yang akan memulai usaha tetapi disisi lain juga
merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin memulai usaha.
Sehingga melalui dokumen ini dapat diketahui dampak yang akan timbul dari suatu
kegiatan kemudian bagaimana dampak-dampak tersebut dikelola baik dampak
negatif maupun dampak positif.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pencemaran?
2. Seperti apa pencemaran limbah industri pangan itu?
3. Apa saja karakteristik limbah cair?
4. Apa saja dampak yang ditimbulkan limbah industri pangan terhadap
lingkungan?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian pencemaran
2. Mengetahui gambaran pencemaran limbah industri pangan
3. Mengetahui dan memahami karakteristik limah cair
4. Mengetahui dan memahami dampak yang ditimbulkan dari limbah industri
pangan terhadap lingkungan maupun manusia.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bioteknologi merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan penggunaan
organisme hidup atau produknya dalam proses industri berskala-besar. Bioteknologi
mikroorganisme adalah aspek bioteknologi industri yang berhubungan dengan proses
yang melibatkan mikroorganisme. Bioteknologi mikroorganisme kadangkadang
disebut mikrobiologi industri, suatu bidang yang lama dan sudah diperbaharui pada
beberapa tahun terakhir ini karena penambahan teknik rekayasa genetika.
Mikrobiologi industri awalnya dimulai dengan proses fermentasi alkohol, seperti
pada pembuatan beer dan wine (minuman dibuat dari buah anggur). Proses
mikrobial dikembangkan untuk produksi bahan farmasi seperti antibiotika, produksi
makanan tambahan seperti asam amino, serta produksi enzim, dan produksi industri
kimia seperti butanol dan asam sitrat.
Salah satu contoh industri mikrobiologi adalah industri kecap. Menurut buku
Chau Lai, salah satu buku klasik tentang Confucius, kecap sudah dikenal di Negeri
Tiongkok sejak sekitar 2500-3000 tahun yang lalu, yang kemudian pada tahun 600-
500 Sm diperkenalkan di Jepang bersamaan dengan berkembangnya agama Budha.
Secara umum, merupakan produk olahan/awetan kedelai dengan tekstur cair (asin)
atau kental (manis), berwarna coklat kehitaman, dan digunakan sebagai penyedap
masakan. Aromanya yang harum dan citarasanya yang gurih membuat kecap
diterima luas sebagai bumbu masak utama dalam budaya kuliner Asia. Kecap
dianggap sebagai kondimen dan bumbu masak yang dapat meningkatkan gairah
makan. Di Indonesia, kecap tersedia mulai dari penjaja makanan di kaki lima, hingga
di meja restoran hotel berbintang. Dapatkah kita bayangkan sate, soto, tahu goreng,
atau bubur ayam tanpa kecap?
Pabrik Victoria yang beralamat di Jl Pangeran Ayin No. 43/94, Palembang,
Sumatera Selatan, adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang industri
makanan termasuk kecap, minuman termasuk pula didalamnya pengemasan barang-
barang hasil produksi sendiri, juga dibidang perdagangan besar (distributor).
Perusahaan ini sebelumnya memiliki status Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN).
Kecap diduga berasal dari bahasa Amoy koechiap atau ke-tsiap. Dalam dialek
Kanton modern diucapkan sebagai gwaijap. Secara umum berarti kuah ikan atau saus
ikan. Istilah ketchup di dalam bahasa Inggris pun diduga keras berasal dari koechiap
karena dalam dialek Hanzi artinya saus terong kecil alias tomat. kecap yang terbuat
dari kedelai memiliki bermacam-macam nama, diantaranya shoyu, soja japais
tamari, tao-yu, dan soy sauce.
Kecap merupakan penyedap berbagai masakan Indonesia yang dibuat dengan
cara fermentasi kedelai. Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat kecap
adalah kedelai. Pembuatan kecap ada beberapa tahap, yang pertama kecap dapat
dibuat dengan cara fermentasi atau hidrolisis asam. Fermentasi pembuatan kecap
dimulai dengan fermentasi oleh kapang dan dilanjutkan fermentasi dalam larutan
garam (NaCl). Selama fermentasi kapang, mikroba yang berperan adalah Aspergillus
oryzae, Aspergillus flavus, Aspergillus niger dan Rhizopus olligosporus atau yang
dikenal dengan jamur tempe, dan fermentasi ini merupakan cara yang populer. Pada
dasarnya pembuatan kecap manis dan kecap asin itu hampir sama, perbedaannya
adalah pada akhir proses, yaitu terdapat penambahan gula dan bumbu-bumbu pada
kecap manis, sedangkan pada kecap asin tidak ada penambahan gula.
Produk buangan dari produksi kecap berupa limbah padat yang berupa ampas
kedelai dan bumbu serta campuran semi kecap, sedangkan limbah cair berupa air
buangan sisa pencucuian alat/mesin produksi dan air sisa rebusan kedelai.
Saus merupakan salah satu produk olahan pangan yang sangat populer. Saus
tidak saja hadir dalam sajian seperti mie bakso atau mie ayam, tetapi juga dijadikan
bahan pelengkap nasi goreng, mie goreng dan aneka makanan fast food (Anonimus,
2008). Saus terbagi atas beberapa jenis diantaranya saus cabe, saus tomat, saos tiram,
dan beberapa jenis saus lainya.
Saus cabe merupakan saus yang diperoleh dari pengolahan utama cabe
(Capricum sp) yang telah matang denagn atau tanpa penambahan bahan lain dan
digunakan sebagai penyedap makanan. Berbagai bumbu, bahan pengawet dan bahan
tambahan lainnya yang digunakan dalam pembuatan saus cabe harus yang telah
diizinkan pemakaiannya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, Departemen
Kesehatan RI (Dirjen POM, 1999).
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI-01-2891-1992), saus cabe
didefinisikan sebagai saus yang diperoleh dari pengolahan bahan utama
cabe (Capsicum sp) yang telah matang dan bermutu baik, dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain, serta digunakan sebagai penyedap makanan.
Bahan yang digunakan antara lain cabai merah besar, bawang putih, gula
pasir, garam, minyak wijen, kecap inggris, air, asam cuka dan bahan pengawet
(Suyanti, 2007).


BAB III DAMPAK LINGKUNGAN SEKITAR
A. Dampak Industri Terhadap Lingkungan
Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
No. 02/MENKLH/I/1998 yang dimaksud dengan pencemaran adalah masuk atau
dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air,
udara/tanah dan atau berubahnya tatanannya (komposisi) oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam, sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air, udara/tanah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya.
Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input)
menjadi keluaran (output). Keluaran yang dihasilkan suatu industri adalah berupa
produk yang diinginkan beserta limbah. Limbah dapat yang bernilai ekonomis
sehingga dapat dijual atau dipergunakan kembali dan yang tidak bernilai
ekonomis yang akan menjadi beban lingkungan. Limbah ini dikeluarkan melalui
media udara, air dan tanah yang merupakan komponen ekosistem alam.
Lingkungan, yang merupakan wadah penerima akan menyerap bahan limbah tersebut
sesuai dengan kemampuan asimilasinya. Kemampuan lingkungan
untuk memulihkan diri sendiri karena interaksi pengaruh luar, disebut daya
tampung lingkungan. Daya tampung lingkungan antara tempat yang satu dengan
tempat yang lain berbeda.
Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan akan berinteraksi dengan
satu atau lebih komponen lingkungan. Perubahan komponen lingkungan secara
fisika, kimia dan biologi sebagai akibat dari adanya bahan pencemar akan
mengakibatkan perubahan kualitas lingkungan. Limbah yang mengandung bahan
pencemar akan mengubah kualitas bila lingkungan tersebut tidak mampu
memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada padanya. Oleh karena
itu sangat perlu diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang
terkandung dalam limbah tersebut.
B. Konsep Industri Berwawasan Lingkungan
Usaha pengendalian pencemaran dapat dilakukan melalui berbagai upaya.
Pembangunan industri di Indonesia lebih menitik beratkan pada aspek
pertumbuhan ekonomi telah menjadikan pertumbuhan di sektor lain tidak
seimbang. Aspek sosial-budaya dan aspek lingkungan seperti diabaikan. Setelah
muncul berbagai masalah barulah disadari bahwa pembangunan berkelanjutan
adalah suatu keharusan. Menurut World Comission on Environment and
Development (1987), Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Gagasan Pembangunan berkelanjutan atau dikenal juga dengan
pembangunan berwawasan lingkungan secara bertahap mulai dimasukkan
kedalam kebijakan dan perencanaan pembangunan nasional. Hal ini terlihat dari
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan yang selanjutnya direvisi dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 yang kemudian direvisi dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 dan direvisi kembali dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
Pembangunan yang berlangsung saat ini baik langsung maupun tidak
langsung akan memberikan tekanan terhadap lingkungan yang beresiko
mencemari dan merusak lingkungan. Oleh karenanya pembangunan
seharusnyamengikuti konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan
dilakukan tidak hanya secara fisik tetapi juga
dengan mempertimbangkan kelestarian sumberdaya alam serta kesejahteraan
manusia di sekitarnya.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Survey Lingkungan
Pengamatan dilakukan di Pabrik Victoria yang beralamat di Jl Pangeran Ayin
No. 43/94, Palembang, Sumatera Selatan, 30163. Pengamatan dilakukan untuk
mengetahui dampak lingkungan yang diakibatkan limbah dari hasil produksi pabrik
yang telah berproduksi selama puluhan tahun tersebut.

4.2 Survey Wawancara
Pengambilan data untuk analisis dampak lingkungan selanjutnya adalah
melakukan wawancara untuk kalangan warga sekitar perusahaan maupun lingkungan
internal perusahaan. Berikut hasil wawancara dari kedua pihak yang masing-masing
diambil 3 orang responden.
1. Pihak Pabrik
Nama : Marlina (34 tahun)
Jabatan: Pekerja pabrik
a. Pertanyaan: Apa pendapat ibu mengenai limbah yang dihasilkan pabrik ini?
b. Jawab: Selama ini aman-aman aja de. Gak pernah ada masalah sama warga
juga.
a. Pertanyaan: Apakah pihak pabrik telah mempertimbangkan dampaknya bagi
masyarakat?
b. Jawab: Selama gak ada masalah sih saya kira gak perlu dipikirin juga
dampaknya toh yang dihasilkan juga kan limbah organik yang dapat menjadi
pupuk warga belakang pabrik..
Nama : Hesti (44 tahun)
Jabatan: Pekerja pabrik
a. Pertanyaan: Apa pendapat ibu mengenai limbah yang dihasilkan pabrik ini?
b. Jawab: Menurut saya sih hasil produksi pabrik disini bukan termasuk limbah,
karena kalau ini limbah pasti sudah mendapat kecaman dari warga.
a. Pertanyaan: Apakah pihak pabrik telah mempertimbangkan dampaknya bagi
masyarakat?
b. Jawab: Memang seharusnya pabrik mempertimbangkan dampak yang akan
timbul nanti, tapi karena mungkin keterbatasan waktu dan biaya hal ini masih
bisa dikesampingkan dahulu kok. Lagipula volume limbah yang dihasilkan
tidak terlalu besar dan itupun dalam bentuk organik.

2. Pihak Masyarakat
Nama : Harmina (40 tahun)
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
a. Pertanyaan: Apa pendapat ibu mengenai limbah yang dihasilkan pabrik
selama ini? Apakah pihak pabrik telah mempertimbangkan dampaknya bagi
masyarakat?
b. Jawab: Baunya gak sedap dan merusak lingkungan apalagi disekitaran jalan
buat lewat orang-orang, kayanya pabrik sih gak peduli karena mungkin bagi
mereka masih bisa di kasih toleransi dari masyarakat juga, karena belum
sampai ke taraf mengganggu warga.
Nama : Minar (41 tahun)
Pekerjaan : Pedagang makanan depan pabrik
a. Pertanyaan: Apa pendapat ibu mengenai limbah yang dihasilkan pabrik?
Apakah pihak pabrik telah mempertimbangkan dampaknya bagi masyarakat?
b. Jawab: Sebenernya buat saya sih gak mengganggu, karena limbahnya gak
terlalu parah. Hanya sesekali terdengar suara mesin dan bau pengolahan
kecap dan saos.
Nama : Alwi
Pekerjaan : Kepala RT (60 tahun)
a. Pertanyaan: Apa pendapat bapak mengenai limbah yang dihasilkan pabrik
ini? Apakah pihak pabrik telah mempertimbangkan dampaknya bagi
masyarakat?
b. Jawab: Belum ada gangguan berarti sih bagi masayarkat, tapi memang bagi
lingkungan itu limbah bisa merusak. Dan saya rasa pihak pabrik belum
mempertimbangkan terhadap lingkungan sekitar, tapi itupun karena selama
ini belum ada warga yang mengeluh akibat limbah yang dihasilkan pabrik
dan pihak pabrik juga sebenarnya bisa bekerja sama dengan baik apabila
nanti ada keluhan dari masyarakat sekitar, karena saya juga kan dekat dengan
pemilik pabrik.

4.3 Analisis Hasil Survey
Berdasarkan hasil survey dapat dinyatakan bahwa sebelum adanya Pabrik
Victoria yang beralamat di Jl Pangeran Ayin No. 43/94, Palembang, Sumatera
Selatan, 30163, lingkungan disekitar masih sangat asri dan tidak menimbulkan bau
yang tidak sedap serta tidak timbulnya kerusakan pada tumbuhan disekitar limbah.
Namun, setelah pabrik didirikan dengan pembuangan limbah yang sembarangan
mengakibatkan adanya ketidaknyamanan warga sekitar dan kerusakan lingkungan
seperti rusaknya tumbuhan dan menimbulkan bau (daerah belakang pabrik).
Berikut ini solusi yang seharusnya perusahaan pertimbangkan dengan konsep
AMDAL:
1. AMDAL seharusnya dilakukan untuk proyek yang akan dibangun karena
Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan Pemerintah menghendaki demikian.
Apabila pemilik atau pemrakarsa proyek tidak melakukannya maka akan
melanggar undang-undang dan besar kemungkinan perizinan untuk
pembangunan proyek tersebut tidak akan didapat, atau akan menghadapi
pengadilan yang dapat memberikan sanksisanksi yang tidak ringan. Cara ini
cukup efektif untuk memaksa para pemilik proyek yang kurang memperhatikan
kualitas lingkungan atau pemilik proyek yang hanya mementingkan keuntungan
proyeknya sebesar mungkin tanpa menghiraukan dampak sampingan yang
timbul. Tanpa adanya undang-undang, peraturan pemerintah, dan Pedoman-
pedoman Baku Mutu maka dasar hukum dari pelaksanaan AMDAL ini tidak ada.
2. AMDAL seharusnya dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak karena
adanya proyek-proyek pembangunan. Cara kedua ini merupakan yang ideal,
tetapi kesadaran mengenai masalah ini tidak mudah ditanamkan pada setiap
orang terutama para pemrakarsa proyek. Manusia dalam usahanya memenuhi
kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraannya telah melakukan berbagai
aktivitas dari bentuk yang sederhana sampai yang sangat canggih, mulai dari
bangunan yang kecil sampai yang sangat besar dan canggih, mulai dari yang
hanya sedikit saja mengubah sumber daya alam dan lingkungan sampai yang
menimbulkan perubahan yang besar.
Untuk menghindari timbulnya dampak lingkungan yang tidak dapat
ditoleransi maka perlu disiapkan rencana pengendalian dampak negative yang akan
terjadi. Untuk dapat merencanakan pengendalian dampak negatif harus diketahui
dampak negatif apa yang akan terjadi dan untuk dapat mengetahui dampak yang
akan terjadi maka perlu dilakukan pendugaan dampak lingkungan. Langkah ini
disebut Pendugaan Dampak Lingkungan atau Environmental Impact Assessment dan
pendugaan ini merupakan proses dalam AMDAL.
AMDAL dilakukan untuk menjamin tujuan proyek-proyek pembangunan
yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusak kualitas lingkungan
hidup. AMDAL bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian
dari proses AMDAL yang lebih besar dan lebih penting sehingga AMDAL
merupakan bagian dari beberapa hal, yaitu pengelolaan lingkungan, pemantauan
proyek, pengelolaan proyek, pengambil keputusan, dan dokumen yang penting.
Aktivitas pengelolaan lingkungan baru dapat dilakukan apabila dapat disusun
rencana pengelolaan lingkungan, sedangkan rencana pengelolaan lingkungan dapat
disusun apabila telah diketahui dampak lingkungan yang akan terjadi akibat dari
proyek-proyek pembangunan yang akan dibangun.
Pendugaan dampak lingkungan yang digunakan sebagai dasar pengelolaan dapat
berbeda dengan kenyataan dampak yang terjadi setelah proyek berjalan sehingga
program pengelolaan lingkungan sudah tidak sesuai atau mungkin tidak mampu
menghindarkan rusaknya lingkungan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil pengkajian terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan pada sektor industri dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan oleh industri
masih pada tahap pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh industri belum
mengarah pada kesadaran untuk kelestarian lingkungan.
2. Pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh industri masih sebatas
meredam protes atau mencegah terjadinya gejolak oleh masyarakat di
sekitar lokasi industri, belum mencakup pengelolaan lingkungan secara
utuh.
3. Masyarakat masih beranggapan bahwa industri yang memberikan
banyak bantuan dan menyerap banyak tenaga kerja lokal merupakan
industri yang telah peduli terhadap lingkungan.
4. Masyarakat tidak mempermasalahkan apakah
industri tersebut mencemari lingkungan atau tidak.
5. Sebagian masyarakat yang berkeinginan terlibat dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan tidak mempunyai akses untuk dapat terlibat
dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

B. Saran
Perlu adanya kajian mengenai daya tampung lingkungan yang dapat menjadi
dasar kebijakan dalam penyusunan peraturan daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Produksi Kecap Indo Moto. (Online). (http://journal-
iptek.blogspot.com/2007/04/produksi-kecap-indo-moto.html). Diakses pada
tanggal 26 April 2014 pukul 20.00 WIB
Anonim. 2008. Dampak Limbah Industri. (Online).
(http://kakisewu.wordpress.com/2008/03/28/dampak-limbah-industri/).
Diakses pada tanggal 26 April 2014 pukul 20.00 WIB
Cahpati, vicha. 2011. Industri Kecap. (Online).(http://vicha-
cahpati.blogspot.com/2011/12/industri-kecap.html). Diakses pada tanggal
26 April 2014 pukul 20.00 WIB
Firdauz, Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu, Winalti Pudji. 1993. Penanganan Limbah
IndustriPangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Nurdianara. 2011. Laporan Pencemaran Lingkungan Disekitar Pabrik Tahu.
(Online). (http://nurdianara3.wordpress.com/2011/09/09/contoh-laporan-
pencemaran-lingkungan-disekitar-pabrik-tahu/). Diakses pada tanggal 26
April 2014 pukul 20.00 WIB
Sastrawijaya, A. Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Varian, semprul 2013. Contoh AMDAL. (Online).
(http://semprulvarian.blogspot.com/2013/03/contoh-amdal.html). Diakses
pada tanggal 26 April 2014 pukul 20.00 WIB
Wildan. Tanpa tahun. Makalah Kimia Industri Kecap. (Online). http://wildan-
archibald.blogspot.com/p/makalah-kimia-industri-makalah-kecap.html).
Diakses pada tanggal 26 April 2014 pukul 20.00 WIB
Lampiran




Peta Pabrik Victoria

You might also like