Gambar 1. Desain Alat SOLOR Smart Microbial Detector dibuat oleh tim
Jelaskan tentang desain alat (aku ra ngerti ) B. Metode Pembuatan Tahap Persiapan dan Studi Pustaka Sebelum masuk dalam tahap pelaksanaan kegiatan, terdapat beberapa persiapan-persiapan yang harus dilakukan untuk menciptakan sistem yang efektif. Persiapan- persiapan tersebut antara lain: Mengumpulkan bahan studi pustaka yang terkait dengan Perhitungan Mutu mikrobiologis, (TPC) Total Plate Count, (SNI) Standar Nasional Indonesia tentang Cemaran Mikrobiologis untuk Pangan layak Konsumsi Survey harga peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan Alat SOLOR di toko dan internet untuk mengetahui besar anggaran yang dibutuhkan. Perancangan konsep dan desain layout. Pembelian alat dan bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan tahap desain teknologi pembuatan.
Pelaksanaan Pembuatan Tahap selanjutnya adalah pembuatan alat SOLOR Smart Microbial Detector. Metode yang digunakan adalah perakitan kerangka SOLOR Smart Microbial Detector berbahan dasar plastik HDPE yang dilapisi dengan pelat alumunium pada lapisan dalam. Tujuan penggunaan plastic HDPE dan plat alumunium agar kerangka luar alat ini tahan dari benturan benda-benda lainnya sehingga meminimalisir tingkat kerusakan fisik. Kemudian dilakukan perakitan alat mulai dari lup, kamera, prossesor, dan display LCD. Lup digunakan untuk memperbesar objek yang akan dianalisa mikrobiologis. Kamera digunakan untuk menyimpan gambar yang didapat dari pengolahan citra. Prosessor berfungsi untuk mengonversi data gambar yang masuk menjadi suatu variabel data yang menunjukkan jumlah titik-titik tersebar dalam gambar. LCD berfungsi untuk menampilkan data berupa angka.
Gambar 2. Prinsip Kerja Alat SOLOR Smart Microbial Detector dibuat oleh tim Pengolahan citra merupakan langkah terpenting pada deteksi mikroba untuk mengetahui karakteristik citra mikroba sehingga dapat diketahui posisi akurat dari objek mikroba. Permasalahan yang dialami dalam melakukan image processing antara lain variasi bentuk, warna, dan ukuran mikroba. Faktor lainnya seperti kualitas gambar dan pencahayaan yang tidak konsisten dapat mempengaruhi keberhasilan deteksi. Warna merupakan fitur yang dapat digunakan untuk mengekstraksi bakteri tanpa memperhatikan tekstur dan lokasi gemotrisnya. Berikut merupakan langkah pengolahan citra: a) Ekstraksi Fitur Ektraksi fitur adalah langkah untuk mendapatkan nilai digit suatu fitur (interesting point) sehingga dapat dilakukan image processing. Fitur yang digunkan antara lain model warna RGB, HS dan CbCr serta rasio blob/calon mikroba. Proses ini dimulai ketika data sedang diproses, data akan diekstraksi nilai warna RGB nya kemudian akan ditransformasi ke dalam model warna lainnya yaitu HS dan CbCr model. Ukuran mikroba yang di uji cobakan berukuran bulat. Oleh karena itu nilai rasio toleransi maksimal dari sistem ini adalah 0.85 dan 1.12. Apabila rasio ukuran calon mikroba yang ditemukan kurang dari 0.85 atau melebihi maka dianggap sebagai noise. b) RGB-HS-CbCr model Proses ini menggunakan RGB-HS-CbCr model yang dikembangkan Garcia dan Tziritas untuk membedakan objek berwarna yang ada dalam gambar. Model ini awalnya dikembangkan untuk mendeteksi wajah, namun disini kami rubah nilainya menjadi warna mikroba yakni warna putih susu atau putih keruh. Setelah proses ini dilakukan, gambar yang akan dideteksi tersebut dirubah menjadi hitam putih (Binary Image). Dimana objek yang dianggap sebagai mikroba akan diwarnai putih, sedangkan backgroudnya dirubah menjadi hitam. Sehingga pada proses selanjutnya dapat dilakukan proses penghitungan mikroba tersebut. c) Penghitungan Jumlah Mikroba Langkah berikutnya dari sistem ini adalah menghitung mikroba yang terdeteksi dalam gambar yang sudah ter-Binary-kan. Proses ini dilakukan dengan menyesuaikan ukuran pixel gambar yang dideteksi sebagai mikroba dengan rasio ukuran mikroba yang sesungguhnya. Sehingga apabila ukuran pixel gambar mikroba yang ditemukan ternyata melebihi atau bahkan kurang dari rasio tersebut, maka objek tersebut dianggap sebagai noise. Selanjutnya sistem akan menghitung objek yang dianggap sebagai mikroba tersebut, dan kemudian menandainya dengan tanda persegi/persegi panjang, yang artinya bahwa objek tersebut yang dianggap oleh sistem sebagai mikroba. Sehingga nantinya hasil perhitungan tersebut dapat dievaluasi oleh manusia. C. Pengujian SOLOR Terdapat beberapa proses pengujian yaitu 1. Pengujian Keefektifitas kerja alat dilakukan dengan mengetahui alat dapat dioperasikan sesui cara kerjanya yaitu ketika sel yang telah diisolasi dalam agar disinari dengan cahaya, maka akan tampak berkas titik-titik yang tersebar yang merepresentasikan posisi bakteri dalam agar. Citra ini kemudian ditangkap oleh kamera dan tersimpan dalam bentuk data gambar. Data ini kemudian dikirimkan ke prosesor untuk diolah. Prosesor di sini bertugas untuk mengonversi data gambar yang masuk menjadi suatu variabel data yang menunjukkan jumlah titik-titik tersebar dalam gambar. Angka tersebut kemudian dikirimkan ke dalam LDC display untuk ditampilkan agar bisa dibaca oleh pengguna. 2. Pengujian dengan mengunakan sampel bahan pangan sudah diketahui nilai TPC nya kemudian dicoba ulang pada alat SOLOR Smart Microbial Detector. Jika didapat hasil TPC sama atau mendekati maka alat ini sudah efektif fungsi kerja dalam mewujudkan safety and security food di masyarakat. D. Kriteria Keberhasilan Alat ini dinilai berhasil apabila telah lolos uji keefektifan dan fungsi kerja alat sesuai dengan (SNI) Standar Nasional Indonesia nilai TPC atau cemaran pada produk pangan sehingga sudah efektif fungsi kerja dalam mewujudkan safety and security food di masyarakat.