Professional Documents
Culture Documents
Kata kunci: Perlakuan Panas, Baja NS seri 1045, Air dan Minyak Pelumas
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Luas Ilmu-nya. Tiada daya
dan upaya melainkan hanya kekuatan dari-NYA, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “ANALISA KEBUTUHAN
WAKTU TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA PROSES
HEAT TREATMENT BAJA NS 1045 DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR
DAN MINYAK PELUMAS”
Tugas akhir merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar
sarjana teknik (ST) pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).
Dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapat
bantuan, bimbingan, petunjuk serta saran dari berbagai pihak. Dalam kesempatan
ini penulis dengan hati yang tulus mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Orang Tua dan Keluarga (Bapak Jarwoto, Ibu Zainab dan Ibu
Endang Lestari) yang telah memberikan dukungan moril maupun materil
kepada penulis selama ini.
2. Bapak Rahmatullah., S.T., M.Sc, selaku Dekan Fakultas Teknik UMSU.
3. Bapak Munawar A. Siregar., S.T., M.T, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Teknik UMSU sekaligus Dosen Pembimbing I.
4. Bapak Khairul Umurani., S.T., M.T, selaku Wakil Dekan III Fakultas
Teknik UMSU sekaligus Dosen Pembimbing II.
5. Bapak Ir. Husin Ibrahim., M.T, selaku Dosen Penguji I
6. Bapak H. Muharnif M., S.T., M.Sc, selaku Dosen Penguji II
7. Bapak Affandi., S.T, selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin UMSU.
8. Bapak Chandra A Siregar., S.T, selaku Sekretaris Program Studi Teknik
Mesin UMSU
9. Kepada seluruh Dosen dan Staff pengajar dijurusan Teknik Mesin UMSU.
10. Kepada Adinda Sri Ayu Ramalinda., S.Pd, dan rekan-rekan mahasiswa
teknik mesin stambuk 2010 (Konversi Energi), serta Anak-anak TUMEX
yang telah membantu dalam hal pemberian motivasi, sehingga penulis
dapat menyelesesaikan tugas akhir ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri dan juga orang lain yang membacanya.
Masduki Pratama
NPM : 1007230150
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
SPESIFIKASI TUGAS
LEMBAR ASISTENSI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... vii
DAFTAR NOTASI ........................................................................................ viii
Halaman
Tabel 2.1 Jenis baja dan Waktu tahan pada Proses perlakuan Panas 9
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Baja NS 1045 9
Tabel 2.3 Contoh-contoh system kapasitas - tergabung 25
Tabel 3.1 Alat dan Fungsinya 26
Tabel 3.2 Bahan dan Fungsinya 27
Tabel 4.1 Data hasil pemanasan 39
Tabel 4.2 Proses pendinginan (quenching) spesimen dengan media air 40
Tabel 4.3 Proses pendinginan (quenching) spesimen dengan media oli 42
Tabel 4.4 Distribusi temperatur terhadap waktu dari spesimen pertama
terhadap fluida air 67
Tabel 4.5 Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen pertama
terhadap fluida air pada tiap-tiap waktu 69
Tabel 4.6 Distribusi temperatur terhadap waktu dari spesimen kedua
terhadap fluida oli (minyak pelumas) 71
Tabel 4.7 Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen kedua
terhadap fluida air pada tiap-tiap waktu 73
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
Grafik 4.1 Kontur grafik distribusi temperatur terhadap waktu dari spesimen
pertama terhadap fluida air. 67
Grafik 4.2 Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen pertama
terhadap fluida air pada tiap-tiap waktu. 69
Grafik 4.3 Kontur grafik distribusi temperatur terhadap waktu dari spesimen
kedua terhadap fluida oli. 71
Grafik 4.4 Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen kedua
terhadap fluida oli pada tiap-tiap waktu. 73
DAFTAR NOTASI
Densitas Kg/m3
A Luas permukaan benda mm2
V Volume benda mm3
qa Kalor
m Massa benda gr
PENDAHULUAN
Di dunia teknik kita sudah tidak asing lagi dengan istilah heat treatment
atau sering juga disebut perlakuan panas. Perlakuan panas adalah proses
sifat fisik untuk tujuan tertentu. Secara umum proses perlakuan panas adalah
sebagai berikut:
tertentu pula.
merata.
pada proses heat treatment antara lain oli, air, larutan garam dan gas. Media
dibandingkan dengan minyak (oli) karena air dapat dengan mudah menyerap
panas yang dilewatinya dan panas yang terserap cepat menjadi dingin, sebab
kemampuan panas yang dimiliki oleh air besarnya 10 kali dari minyak
(Schonmentz, 1985:260).
Air merupakan senyawa yang dapat berwujud padat, cair dan gas. Air
merupakan senyawa yang mengandung unsur (H) dan unsur Oksigen (O), dengan
perbandingan unsur 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen (H2O). Kedua unsur ini
memiliki sifat yang bertentangan, hidrogen adalah unsur yang tidak diperlukan
Minyak pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan
di antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan
fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu 105-135 derajat celcius.
yang berhubungan. Viskositas oli dan bahan dasar oli sangat berpengaruh dalam
memiliki kemampuan penyerapan panas lebih baik dibandingkan dengan oli yang
mempunyai viskositas lebih tinggi karena penyerapan panas akan lebih lambat.
Analisa ini menggunakan air dan oli SAE 40 sebagai media pendinginnya,
dipilihnya air dan oli SAE 40 dikarenakan kedua media pendingin tersebut
waktu antara perhitungan teoritis dengan uji haet treatment dengan media
perubahan temperatur pada saat pendinginan spesimen dengan rentan waktu 10,
20, 30, 40, 50, dan 60 detik pada proses heat treatment dengan media pendingin
air dan minyak pelumas (Oli SAE 40) dan bagaimana bentuk kontur grafik
temperatur terhadap waktu dari masing-masing media pendingin (air dan oli SAE
40)?
panas pada proses heat treatment ini, maka diperlukan adanya batasan-batasan
yang akan dibahas. Adapun batasan masalah dalam analisa ini adalah sebagai
berikut:
treatment dengan media pendingin air dan minyak pelumas (oli SAE 40).
1045 dengan media pendingin air dan minyak pelumas (oli SAE 40).
dihasilkan dari masing-masing media pendingin (air dan oli SAE 40).
1.4 Tujuan Analisa
proses heat treatment ini memiliki beberapa tujuan, adapun tujuan tersebut yaitu :
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
proses heat treatment (dengan media pendingin air dan oli SAE
40).
pada baja NS 1045 (dengan media pendingin air dan oli SAE 40).
Dalam penyelesaian tugas sarjana ini dibagi dalam beberapa bab, yang
terdiri dari :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang, batasan masalah, rumusan
Pada bab ini berisikan tentang informasi dan Landasan Teori, isinya
Pada bab ini membahas tentang waktu dan tempat, pelaksanaan dan
metode analisa.
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN
sebelumnya.
Pada bab ini berisikan kesimpulan berisi secara garis besar hasil dan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Baja
Baja (steel) adalah paduan antara besi (Fe) dan karbon, dengan kandungan
karbon kurang lebih sekitar 1,7%. Produk ini secara teknik dinyatakan sebagai
baja karbon. Pembuatan baja dapat dilakukan dengan konvertor, dapur Siemens
Martin dan dapur listrik. Baja dapat juga dilakukan perlakuan, baik perlakuan
panas maupun dingin. Baja merupakam logam campuran yang terdiri dari besi
(Fe) dan karbon (c). Jadi baja berbeda dengan besi (Fe), alumunium (Al), seng
(Zn), tembaga (Cu), dan titanium (Ti) yang merupakan logam murni. Secara
karbon juga ditambahkan unsur chrom (Cr), nikel (Ni), vanadium (V), molybdaen
(Mo) untuk mendapatkan sifat lain sesuai aplikasi dilapangan seperti antikorosi,
tahan panas dan tahan temperatur tinggi. Baja juga dapat diartikan sebagai
campuran besi, dimana unsure logam menjadi dasar campurannya. Selain itu baja
juga mengandung unsur campuran lain, seperti sulfur (S), posfat (P), silicon (Si)
menjadi 3 yaitu :
%. Karena kandungan karbonnya rendah maka sifat baja ini sangat lunak,
tetapi mempunyai tingkat keuletan yang tinggi. Baja ini dapat dituang,
jembatan, mur, baut, pelat, kawat, roda gigi, pipa dan sebagainya.
0,7 % . Baja karbon ini lebih kuat dan keras dibanding baja karbon rendah.
baja karbon diatas. Baja karbon ini tingkat keuletannya rendah. Baja
karbon ini bersifat tahan aus, contoh penggunaannya adalah untuk pahat
panas.
Dalam analisa ini, bahan yang akan dianalisa adalah baja NS 1045.
sekitar 0,43 – 0,50 % dan termasuk golongan baja menengah. Baja spesifikasi ini
gigi pada kendaraan bermotor. Komposisi kimia dari baja NS 1045 dapat dilihat
Kode C% Mn % P% S%
pemanasan pada logam di bawah temperatur lebur logam tersebut dan kemudian
dibiarkan beberapa waktu pada saat itu, kemudian didinginkan ke temperatur yang
lebih rendah dengan kecepatan pendinginan yang sesuai. Secara umum proses
pula.
merata.
2.2.1 Quenching
dapat digunakan ialah air, air garam, minyak pelumas, dan udara.
yang cepat dan apabila dilarutkan dengan garam dapur akan mempercepat
dan udara akan memberikan pendinginan yang lambat dari pada air dan air garam.
Salah satu jenis pelumas yang sering digunakan dalam perlakuan panas ialah oli
pendinginan untuk baja yang diquench di oli relatif rendah karena tingginya titik
0
didih dari oli. Memanaskan oli sampai sekitar 40 - 100 C sebelum proses
Temperature (C)
900
Standard quenching oil
800
32 C
Super
700 quench
oil 60 C
600
80 C
500
32 C
400
60 C
300
80 C
200
100
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 65
Time (seconds)
penyerapan panas dari benda kerja adalah panas spesifik, konduktivitas termal,
panas laten penguapan dan viskositas oli yang digunakan. Umumnya makin
pada proses heat treatment antara lain oli, air, larutan garam dan gas. Media
dibandingkan dengan minyak (oli) karena air dapat dengan mudah menyerap
panas yang dilewatinya dan panas yang terserap cepat menjadi dingin, sebab
kemampuan panas yang dimiliki oleh air besarnya 10 kali dari minyak.
Analisa ini menggunakan air dan oli SAE 40 sebagai media pendinginnya,
dipilihnya air dan oli SAE 40 dikarenakan kedua media pendingin tersebut
akan terlihat perbedaan lama waktu antara perhitungan dengan uji heat treatment.
Air merupakan senyawa yang dapat berwujud padat, cair dan gas. Air
merupakan senyawa yang mengandung unsur (H) dan unsur Oksigen (O), dengan
perbandingan unsur 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen (H2O). Kedua unsur ini
memiliki sifat yang bertentangan, hidrogen adalah unsur yang tidak diperlukan
di antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan
fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu 105-135 derajat celcius.
yang berhubungan. Viskositas oli dan bahan dasar oli sangat berpengaruh dalam
memiliki kemampuan penyerapan panas lebih baik dibandingkan dengan oli yang
mempunyai viskositas lebih tinggi karena penyerapan panas akan lebih lambat.
gambaran dari temperatur terhadap waktu logaritma untuk baja paduan dengan
pendinginan secara cepat. Dalam hal ini kurva A akan menyebabkan distorsi yang
lebih besar dan tegangan dalam yang lebih besar dari laju pendinginan B. Kedua
juga dikenal sebagai laju pendinginan kritis. Laju pendinginan kritis didefinisikan
material ke dalam rendaman garam yang dicairkan dan direndam pada temperatur
konstan. Sebagai hasil dari laju pendinginan D; dimensinya lebih stabil, distorsi
pendinginan jenis ini adalah proses annealing dimana semua austenit akan
defenisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laju perpindahan energi panas
(kalor) diantara material/benda karena adanya perbedaan suhu (panas dan dingin).
Yaitu pada proses perpindahannya, panas (kalor) akan mengalir dari tempat yang
suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah. Perpindahan panas pada
(convection ; juga dikenal dengan istilah ilian), dan radiasi (radiation ; juga
panas mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ketempat yang suhunya lebih
Dalam prosesnya, jika pada suatu benda terdapat gradien (perubahan) suhu
(temperatur), maka akan terjadi perpindahan energi dari bagian yang bersuhu
tinggi ke bagian benda yang bersuhu rendah. Kita katakan bahwa energi
berpindah secara konduksi atau hantaran dan bahwa laju perpindahan panas itu
q T
~
A x
q kA T (2.1)
x
di mana (q) ialah laju perpindahan panas dan (T / x) merupakan gradien suhu
mengalir ke tempat yang lebih rendah dalam skala suhu, sebagaimana juga
T Profil suhu
x
Gambar 2.5 Bagan yang menunjukkan arah aliran kalor
Persamaan 2.1 disebut dengan hukum Fourier tentang konduksi kalor, yang telah
ialah Watt per meter per derajat Celcius (dalam sistem satuan yang menggunakan
Dalam sebuah contoh yang telah umum diketahui, bahwa plat logam panas
akan menjadi dingin lebih cepat bila di taruh di depan kipas angin dibandingkan
dengan bilamana ditempatkan di udara tenang, atau dalam contoh lain bila di
dinginkan dengan air dibandingkan dengan udara. Berarti, kita katakan bahwa
panas (kalor) di konveksi atau di ili keluar, dan proses ini dinamakan perpindahan
panas (kalor) secara konveksi atau ilian. Dari contoh perpindahan kalor secara
panas seperti pada Gambar 2.6. Suhu pelat ialah (Tw ) dan suhu fluida (T ) .
Kecepatan aliran adalah seperti tergambar, yaitu nol pada muka pelat akibat aksi
kental viskos (viscous action). Oleh karena kecepatan lapisan fluida pada dinding
adalah nol, maka disini kalor hanya dapat berpindah dengan cara konduksi saja.
Disini, laju perpindahan panas (kalor) dihubungkan dengan beda suhu menyeluruh
antara dinding dan fluida, dan luas permukaan ( A) . Besaran (h) disebut koefisien
Persamaan 2.2 itulah rumus dasarnya. Kita dapat melakukan perhitungan analitis
atas (h) untuk beberapa sistem. Untuk situasi yang rumit (h) harus ditentukan
konduksi pada lapisan fluida diam yang tipis pada muka dinding. Dari
Persamaan 2.2 dapat kita lihat bahwa satuan (h) ialah watt per meter persegi per
Hal ini dapat dimengerti karena viskositas mempengaruhi profil kecepatan, dan
karena hal itu mempengaruhi laju perpindahan energi di daerah dinding. Jika
suatu pelat panas di biarkan berada di udara sekitar tanpa ada sumber gerakan dari
luar, maka udara itu akan bergerak sebagai akibat terjadinya gradien densitas di
dekat pelat itu. Peristiwa ini dinamakan konveksi alamiah (natural convection)
atau konveksi bebas (free convection) untuk membedakannya dari konveksi paksa
(forced convection) yang terjadi apabila udara itu di hembuskan di atas pelat itu
dengan menggunakan kipas. Fenomena pendidihan dan pengembunan juga
diperlukan beberapa waktu sebelum temperatur benda itu berada kembali pada
Sedangkan sebaliknya, yang dimaksud dalam hal ini ialah dalam suatu proses
pemanasan dan pendinginan yang bersifat transien atau fana (transient) yang
mesti disesuaikan agar cocok dengan situasi fisis yang terdapat dalam masalah
dengan kasus yang geometrinya sederhana dapat kita contohkan seperti berikut;
perhatikanlah sebuah plat tak berhingga yang tebalnya (2𝐿) seperti pada Gambar
2.7. Pada mulanya pelat ini berada pada temperatur seragam (𝑇𝑖 ) dan pada titik
waktu nol temperatur permukaan tiba-tiba diturunkan menjadi (𝑇 = 𝑇1 ).
𝜕2𝑇 1 𝜕𝑇
= .............................................. (2.3)
𝜕𝑥 2 𝛼 𝜕𝜏
Dalam sistem ini kita perlu melakukan analisis sistem yang temperaturnya
dapat di anggap seragam. Analisis seperti ini di sebut sebagai metode kapasitas
panas (kalor) tergabung atau tergumpal (lumped heat capacity method). Sistem ini
jelas merupakan suatu idealisasi, karena di dalam setiap bahan selalu ada gradien
temperatur (temperature gradient) kalau pada bahan itu ada kalor yang di
konduksi ke dalam atau keluar. Pada umumnya, makin kecil ukuran benda makin
realistik pula pengandaian tentang temperatur seragam itu, dan pada limitnya kita
bergantung dari konduktivitas thermal (thermal conductivity) bahan bola itu, dan
kondisi perpindahan kalor dari muka bola ke fluida lingkungan, yaitu koefisien
coefficient). Distribusi temperatur yang cukup seragam didalam bola bisa kita
Rugi kalor konveksi dari suatu benda terlihat dari penurunan energi dalam
(internal energy) benda itu, seperti terlihat pada Gambar 2.8. Jadi,
𝑑𝑇
𝑞 = ℎ𝐴 𝑇 − 𝑇∞ = −𝑐𝜌𝑉 .............................. (2.5)
𝑑𝜏
Dimana (𝐴) adalah luas permukaan konveksi dan (𝑉) adalah volume. Keadaan
ditunjukkan pada Gambar 2.8b. Dalam jaringan ini terlihat bahwa kapasitas
thermal sistem mula-mula “di muati” pada potensial (𝑇0 ) dengan menutup sakelar
(𝑆). Kemudian bila sakelar itu dibuka, energi yang tersimpan dalam kapasitans
thermal dibuang melalui tahanan (1/ℎ𝐴). Analogi antara sistem thermal ini
dengan sistem listrik cukup kentara, dan kita dengan mudah dapat menyusun
sistem listrik yang tingkah lakunya sama dengan sistem thermal, yaitu dengan
membuat perbandingan:
sama dengan (1/𝑅𝑒 𝐶𝑒 ) dimana (𝑅𝑒 ) ialah tahanan dan (𝐶𝑒 ) adalah kapasitans.
Dalam sistem thermal kita menyimpan energi, sedang dalam sistem listrik kita
menyimpan muatan listrik. Aliran energi dalam sistem thermal disebut kalor,
aliran muatan listrik di sebut arus listrik. Besaran (𝑐𝜌𝑉/ℎ𝐴) disebut konstanta
waktu (time constant) dari sistem itu, karena mempunyai dimensi waktu. Bila,
𝑐𝜌𝑉
𝜏=
ℎ𝐴
Untuk penerapan analisis kapasitas tergabung, yaitu telah kita lihat bahwa
seragam pada seluruh benda padat itu, dan pengandaian itu sama artinya dengan
lebih besar dari pada tahanan konduksi dalam (internal conduction resistance).
ℎ(𝑉/𝐴)
< 0,1 ............................................ (2.6)
𝑘
Dimana (𝑘) adalah konduktivitas thermal benda padat itu. Dalam bagian berikut
ini akan kita periksa situasi-situasi dimana kondisi di atas tidak berlaku. Akan kita
dimensi karakteristik benda padat itu; grup tak berdimensi itu disebut angka Biot:
ℎ𝑠
= 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐵𝑖𝑜𝑡 = 𝐵𝑖
𝑘
𝒌 Nilai kira-kira(𝒉)
Situasi Fisis 𝒌(𝑽/𝑨)
(𝑾/𝒎. ℃) 𝟐
(𝑾/𝒎 . ℃) 𝒌
Rugi kalor konveksi dari suatu benda terlihat dari penurunan energi dalam
𝑑𝑇
𝑞 = ℎ𝐴 𝑇 − 𝑇∞ = −𝑐𝜌𝑉 .............................. (2.7)
𝑑𝜏
Dimana (𝐴) adalah luas permukaan konveksi dan (𝑉) adalah volume. Keadaan
awal adalah (𝑇 = 𝑇0 ) pada (𝜏 = 0), sehingga penyelesaian Persamaan 2.7
adalah:
T T
e hA/ cV ........................................ (2.8)
T0 T
BAB 3
METODE ANALISA
3.1.1 Tempat
3.1.2 Waktu
Penelitian ini dilakukan pada waktu bulan Juni s/d Agustus 2014 di
Sumatera Utara.
1. Tungku Pembakaran
7. Thermometer
Gambar 3.14 Gelas Ukur yang berisi Oli Mesran SAE 40 1 liter
3.3 Diagram alir analisa
Adapun diagram alir dari analisa ini dapat dilihat pada gambar 3.15 dibawah ini :
MULAI
METODE PENGUJIAN
Pengambilan data
PENUTUP/SELESAI
sebagai berikut :
1. Mulai
SAE 40).
Mempersiapkan stopwatch.
3. Metode Pengujian
(Oli SAE 40) dengan mencelupkan spesimen yang telah dipanaskan tersebut
kedalam air dan minyak pelumas (Oli SAE 40) yang berada di dalam gelas
terima oleh media air dan minyak Pelumas (Oli SAE 40) tersebut yang di
4. Pengambilan Data
baja NS 1045.
sebagai berikut :
4. Menyediakan gelas ukur sebagai tempat media pendingin air dan oli SAE
40.
pembakaran
8. Mengukur temperatur awal fluida air dan oli sebelum proses pendinginan
spesimen
pemantik api.
11. Mengukur temperatur spesimen yang ada didalam ruang bakar hingga
15. Memasukkan sepsimen ke media pendingin air dan oli SAE 40.
16. Mencatat nilai kenaikan temperatur air dan oli SAE 40 dengan stop watch
(Nippon Steel) seri 1045. Spesimen ini masing-masing di bentuk dengan ukuran
Setelah melakukan pengujian, adapun data yang dapat di ambil dari hasil
pengujian ini yang sesuai dengan pembahasan dari tujuan pengujian tugas akhir
Data hasil pemanasan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini:
Adapun data hasil pendinginan di berikan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 di bawah
ini:
No T0 T1 T 2 Tratarata C A V
3 2
(s ) ( 0C ) ( 0C ) ( 0C ) ( 0C ) ( Kj / Kg.0 C ) ( Kg / m ) (mm ) (mm3 )
spesimen pertama sebesar 700C . ketika di celupkan ke dalam gelas ukur yang
berisi fluida air sebanyak 1 liter dengan temperatur awal ( T1 ) sebesar 31C .
Kemudian, pada waktu 10 detik setelah di celupkan temperatur akhir ( T 2 ) air
35,5 C , selanjutnya pada waktu 20 detik temperatur air naik menjadi 47C dan
temperatur rata-ratanya sebesar 39C , pada waktu 30 detik temperatur air naik
menjadi 55C dan temperatur rata-ratanya sebesar 43C , pada waktu 40 detik
temperatur air naik menjadi 59C dan temperatur rata-ratanya sebesar 45C ,
terakhir sampai pada titik akhir kenaikan temperatur panas yang di distribusikan
pada waktu 50 detik dengan temperatur 61C dan temperatur rata-ratanya sebesar
46C , dan pada waktu 60 detik temperatur air mengalami penurunan sebesar
temperatur fluida air mengalami penurunan sebesar 48C dan temperatur rata-
ratanya sebesar 39,5 C , dan terakhir sampai pada titik akhir penurunan
temperatur fluida air pada waktu 80 detik dengan temperatur 36C dan
temperatur rata-ratanya sebesar 35,5 C dimana temperatur fluida air tidak dapat
lagi mengalami perubahan temperatur (konstan). Nilai kalor jenis spesimen (C)
spesimen ( V ) sebesar 4400 mm3 dan nilai kalor jenis spesimen, densitas
spesimen, luas permukaan spesimen dan volume spesimen semua sama pada
waktu perhitungan yang akan di hitung dari nilai-nilai yang terdapat dalam table
No T0 T1 T 2 Tratarata C A V
3 2
(s ) ( 0C ) ( 0C ) ( 0C ) ( 0C ) ( Kj / Kg.0 C ) ( Kg / m ) (mm ) (mm3 )
spesimen kedua sebesar 700C . ketika di celupkan ke dalam gelas ukur yang
berisi fluida minyak pelumas (oli) sebanyak 1 liter dengan temperatur awal ( T1 )
akhir ( T 2 ) oli menjadi naik mencapai temperatur 37C dan temperatur rata-
ratanya sebesar 35,5 C , selanjutnya pada waktu 20 detik temperatur oli naik
menjadi 40C dan temperatur rata-ratanya sebesar 37C , pada waktu 30 detik
temperatur oli naik menjadi 42C dan temperatur rata-ratanya sebesar 38C ,
pada waktu 40 detik temperatur oli naik menjadi 44C , pada waktu 50 detik
temperatur oli naik menjadi 46C dan temperatur rata-ratanya sebesar 39C ,
terakhir sampai pada titik akhir kenaikan temperatur panas yang di distribusikan
pada waktu 60 detik dengan temperatur 47C dan temperatur rata-ratanya sebesar
40,5 C , dan pada waktu 70 detik temperatur fluida oli mengalami penurunan
sebesar 46C dan temperatur rata-ratanya sebesar 40C , pada waktu 80 detik
temperatur fluida oli mengalami penurunan sebesar 44C dan temperatur rata-
ratanya sebesar 39C , dan terakhir sampai pada titik akhir penurunan temperatur
fluida oli pada waktu 90 detik dengan temperatur 43C dan temperatur rata-
ratanya sebesar 38,5 C dimana temperatur fluida oli tidak dapat lagi mengalami
perubahan temperatur (konstan). Nilai kalor jenis spesimen (C) sebesar 0,465
sebesar 4400 mm3 dan nilai kalor jenis spesimen, densitas spesimen, luas
permukaan spesimen dan volume spesimen semua sama pada waktu perhitungan
yang akan di hitung dari nilai-nilai yang terdapat dalam table 4.2 pada halaman
selanjutnya.
4.2 Perhitungan Data Secara Teoritis
Spesimen
kedua spesimen dari temperatur awal 37C sampai pada temperatur akhir
berikut:
1. Spesimen pertama
Q m . c p . T (T 1 T 0 )
0,04 kg 0,465 kJ/kg. C (700 37)C
12,3318kJ
2. Spesimen kedua
Q m .c p . ΔT (T1 T0 )
0,04 kg 0,46 5kJ/kg. C (700 37)C
12,3318 kJ
4.2.2 Menghitung Nilai Kalor yang di Serap oleh Fluida Media Pendingin
Untuk menghitung nilai kalor yang di serap oleh fluida media pendingin
1. Nilai kalor yang di serap oleh fluida air dari spesimen pertama :
T0 T1 31 40
Trata rata 35,5 C
2 2
Maka, (c p ) air saat bertemperatur 35,5 C 4,174 kJ/kg. C di dapat dari hasil
interpolasi dari pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama pada
Q m . c p . (T1 T0 )
air
T0 T1 31 47
Trata rata 39 C
2 2
Maka, (c p ) air saat bertemperatur 39C 4,174 kJ/kg. C di dapat dari hasil
interpolasi pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.
43,33 39 4,174 X
43,33 37,78 4,174 4,174
4,33 4,174 X
5,55 0
4,33 0
4,174 X
5,55
X 0 4,174
X 4,174 kJ/kg. C
T (C) c p (kJ/kg.C)
37,78 4,174
39 4,174
43,33 4,174
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama
Q m . c p . (T1 T0 )
air
T0 T1 31 55
Trata rata 43 C
2 2
interpolasi pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.
43,33 43 4,174 X
43,33 37,78 4,174 4,174
0,33 4,174 X
5,55 0
0,33 0
4,174 X
5,55
X 0 4,174
X 4,174 kJ/kg. C
T (C) c p (kJ/kg.C)
37,78 4,174
43 4,174
43,33 4,174
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama
Q m . c p . (T1 T0 )
air
T0 T1 31 59
Trata rata 45 C
2 2
interpolasi pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 3.
48,89 45 4,174 X
48,89 43,33 4,174 4,174
3,89 4,174 X
5,56 0
3,89 0
4,174 X
5,56
X 0 4,174
X 4,174
T (C) c p (kJ/kg.C)
43,33 4,174
45 4,174
48,89 4,174
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama
Q m . c p . (T1 T0 )
air
T0 T1 31 61
Trata rata 46 C
2 2
interpolasi pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.
48,89 46 4,174 X
48,89 43,33 4,174 4,174
2,89 4,174 X
5,56 0
2,89 0
4,174 X
5,56
X 0 4,174
X 4,174
T (C) c p (kJ/kg.C)
43,33 4,174
46 4,174
48,89 4,174
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama
Q m . c p . (T1 T0 )
air
T0 T1 31 56
Trata rata 43,5 C
2 2
interpolasi dari tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.
T (C) c p (kJ/kg.C)
43,33 4,174
43,5 4,174
48,89 4,174
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama
Q m . c p . (T1 T0 )
air
T0 T1 31 48
Trata rata 39,5 C
2 2
Maka, (c p ) air saat bertemperatur 39,5 C 4,174 kJ/kg. C di dapat dari hasil
interpolasi pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.
T (C) c p (kJ/kg.C)
37,78 4,174
39,5 4,174
43,33 4,174
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama
Q m . c p . (T1 T0 )
air
T0 T1 31 36
Trata rata 33,5 C
2 2
Maka, (c p ) air saat bertemperatur 33,5 C 4,174 kJ/kg. C di dapat dari hasil
interpolasi pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.
T (C) c p (kJ/kg.C)
32,22 4,174
33,5 4,174
37,78 4,174
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama
Q m . c p . (T1 T0 )
air
kedua :
T0 T1 34 37
Trata rata 35,5 C
2 2
hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari
Q m . c p . (T1 T0 )
oli
T0 T1 34 40
Trata rata 37 C
2 2
hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.
40 37 1,964 X
40 20 1,964 1,880
3 1,964 X
20 0,084
3 0,084
1,964 X
20
X 0,0126 1,964
X 1,951 kJ/kg. C
T (C) c p (kJ/kg.C)
20 1,880
37 1,951
40 1,964
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari
Q m . c p . (T1 T0 )
oli
T0 T1 34 42
Trata rata 38 C
2 2
hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.
40 38 1,964 X
40 20 1,964 1,880
2 1,964 X
20 0,084
2 0,084
1,964 X
20
X 0,0084 1,964
X 1,956 kJ/kg. C
T (C) c p (kJ/kg.C)
20 1,880
38 1,956
40 1,964
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari
Q m . c p . (T1 T0 )
oli
T0 T1 34 44
Trata rata 39 C
2 2
hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.
40 39 1,964 X
40 20 1,964 1,880
1 1,964 X
20 0,084
1 0,084
1,964 X
20
X 0,0042 1,964
X 1,959 kJ/kg. C
T (C) c p (kJ/kg.C)
20 1,880
39 1,959
40 1,964
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari
Q m . c p . (T1 T0 )
oli
T0 T1 34 46
Trata rata 40 C
2 2
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari
Q m . c p . (T1 T0 )
oli
T0 T1 34 47
Trata rata 40,5 C
2 2
hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.
60 40,5 2,047 X
60 40 2,047 1,964
19,5 2,047 X
20 0,083
19,5 0,083
2,047 X
20
X 0,081 2,042
X 1,961 kJ/kg. C
T (C) c p (kJ/kg.C)
40 1,964
40,5 1,961
60 2,047
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari
Q m . c p . (T1 T0 )
oli
T0 T1 34 46
Trata rata 40 C
2 2
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari
Q m . c p . (T1 T0 )
oli
T0 T1 34 44
Trata rata 39 C
2 2
hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.
40 39 1,964 X
40 20 1,964 1,880
1 1,964 X
20 0,084
1 0,084
1,964 X
20
X 0,0042 1,964
X 1,959 kJ/kg. C
T (C) c p (kJ/kg.C)
20 1,880
39 1,959
40 1,964
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari
Q m . c p . (T1 T0 )
oli
T0 T1 34 43
Trata rata 38,5 C
2 2
hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.
40 38,5 1,964 X
40 20 1,964 1,880
1,5 1,964 X
20 0,084
1,5 0,084
1,964 X
20
X 0,0063 1,964
X 1,958 kJ/kg. C
T (C) c p (kJ/kg.C)
20 1,880
38,5 1,958
40 1,964
Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari
Q m . c p . (T1 T0 )
oli
terhadap fluida media pendingin air dan oli saat proses pendinginan (quenching),
Persamaan (2.8)
T0 T [ hA / cV ]
e
T1 T
Maka penyelesaiannya:
T T [ hA / cV ]
ln 0 ln e
T1 T
T T
ln 0 [hA / cV ] . ln e
1
T T
T T cV
h ln 0
T1 T A
1. Menghitung nilai koefisien perpindahan panas konveksi spesimen
pertama pada fluida air:
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 31 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 31 2,14.10 3 m 2 10s
h 3,53 W/m 2 .C
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 31 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 31 2,14.10 3 m 2 20s
h 1,77 W/m 2 .C
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 31 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 31 2,14.10 3 m 2 30s
h 1,18 W/m 2 .C
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 31 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 31 2,14.10 3 m 2 40s
h 0,88 W/m 2 .C
e. Dalam waktu 50 detik
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 31 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 31 2,14.10 3 m 2 50s
h 0,71 W/m 2 .C
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 31 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 31 2,14.10 3 m 2 60s
h 0,59 W/m 2 .C
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 31 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 31 2,14.10 3 m 2 70s
h 0,50 W/m 2 .C
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 31 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 31 2,14.10 3 m 2 80s
h 0,44 W/m 2 .C
2. Menghitung nilai koefisien perpindahan panas konveksi spesimen kedua
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 34 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 34 2,14.10 3 m 2 10s
h 4,05 W/m 2 .C
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 34 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 34 2,14.10 3 m 2 20s
h 2,02 W/m 2 .C
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 34 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 34 2,14.10 3 m 2 30s
h 1,35 W/m 2 .C
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 34 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 34 2,14.10 3 m 2 40s
h 1,01 W/m 2 .C
e. Dalam waktu 50 detik
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 34 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 34 2,14.10 3 m 2 50s
h 0,81 W/m 2 .C
f. Dalam waktu 60 detik
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 34 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 34 2,14.10 3 m 2 60s
h 0,67 W/m 2 .C
g. Dalam waktu 70 detik
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 34 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 34 2,14.10 3 m 2 70s
h 0,58 W/m 2 .C
h. Dalam waktu 80 detik
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 34 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 34 2,14.10 3 m 2 80s
h 0,51 W/m 2 .C
i. Dalam waktu 90 detik
T T cV
h ln 0
T1 T A
6
37 34 7833 kg/m 0,465 kJ/kg. C 4,4.10 m
3 3
h ln
700 34 2,14.10 3 m 2 90s
h 0,45 W/m 2 .C
4.3 Bentuk Kontur Grafik Temperatur terhadap waktu
1. Kontur grafik distribusi temperatur terhadap waktu dari spesimen
pertama terhadap fluida air.
Tabel 4.4 Distribusi temperatur terhadap waktu dari spesimen pertama terhadap
fuida air.
Waktu (detik/second)
Temperatur fluida air (oC)
40 10
47 20
55 30
59 40
61 50
56 60
48 70
36 80
Grafik 4.1 Grafik temperatur terhadap waktu pada proses perpindahan panas dari
spesimen pertama terhadap fluida air.
70
Temperatur Fluida Air (°C)
60 61
59 56
55
50 48
47
40 40
36
30 31
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu (detik/second)
Berdasarkan Grafik 4.1 dapat di simpulkan bahwa, pada pengujian
gelas ukur yang berisi fluida air sebanyak 1 liter dengan temperatur awal fluida air
sebesar 31C . Kemudian, pada waktu 10 detik setelah di celupkan temperatur air
temperatur air naik menjadi 47C , pada waktu 30 detik temperatur air naik
menjadi 55C , pada waktu 40 detik temperatur air naik menjadi 59C , terakhir
sampai pada titik akhir kenaikan temperatur panas yang di distribusikan pada
waktu 50 detik dengan temperatur 61C dan pada waktu 60 detik temperatur air
mengalami penurunan sebesar 56C , pada waktu 70 detik temperatur fluida air
mengalami penurunan sebesar 48C dan terakhir sampai pada titik akhir
penurunan temperatur fluida air pada waktu 80 detik dengan temperatur 36C ,
dimana temperatur fluida air tidak dapat lagi mengalami perubahan temperatur
(konstan).
Tabel 4.5 Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen pertama
terhadap fluida air pada tiap-tiap waktu.
1,77 20
1,18 30
0,88 40
0,71 50
0,59 60
0,50 70
0,44 80
Grafik 4.2 Grafik Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen pertama
terhadap fluida air pada tiap-tiap waktu.
Waktu
4
3.5 3.53
3
(W/m².°C)
2.5
2
1.77
1.5
1.18
1
0.88 0.71 0.59 0.5
0.5 0.44
0
10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu (detik/second)
Berdasarkan Grafik 4.2 dapat disimpulkan bahwa, nilai koefisien
terhadap fluida air dengan temperatur 31C pada waktu 10 detik adalah sebesar
3,53 W/m2. C , kemudian pada waktu 20 detik turun menjadi 1,77 W/m2. C , pada
waktu 30 detik turun menjadi 1,18 W/m2. C , pada waktu 40 detik turun menjadi
0,88 W/m2. C , pada waktu 50 detik turun menjadi 0,71 W/m2. C , pada waktu 60
detik turun menjadi 0,59 W/m2. C , pada waktu 70 detik turun menjadi 0,50
W/m2. C , terakhir sampai pada titik akhir penurunan pada waktu 80 detik turun
Tabel 4.6 Distrribusi temperatur terhadap waktu terhadap fluida oli (Minyak
pelumas).
Grafik 4.3 Distribusi temperatur perpindahan panas dari spesimen kedua terhadap fluida
oli (minyak pelumas) yang di pengaruhi oleh waktu.
50
46 47 46
42 44 44 43
40 40
37
34
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (detik/second)
Berdasarkan Grafik 4.3 dapat di simpulkan bahwa, pada pengujian
diperoleh temperatur akhir spesimen kedua sebesar 700C hasil dari pemanasan
didalam tungku pembakaran. ketika di celupkan ke dalam gelas ukur yang berisi
fluida minyak pelumas (oli) sebanyak 1 liter dengan temperatur awal oli sebesar
34C . Kemudian, pada waktu 10 detik setelah di celupkan temperatur oli menjadi
naik mencapai temperatur 37C , selanjutnya pada waktu 20 detik temperatur oli
naik menjadi 40C , pada waktu 30 detik temperatur oli naik menjadi 42C , pada
waktu 40 detik temperatur oli naik menjadi 44C , pada waktu 50 detik
temperatur oli naik menjadi 46C , terakhir sampai pada titik akhir kenaikan
47C dan pada waktu 70 detik temperatur fluida oli mengalami penurunan
sebesar 46C , pada waktu 80 detik temperatur fluida oli mengalami penurunan
sebesar 44C , dan terakhir sampai pada titik akhir penurunan temperatur fluida
oli pada waktu 90 detik dengan temperatur 43C , dimana temperatur fluida oli
Grafik 4.4 Grafik Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen kedua
terhadap fluida oli (minyak pelumas) pada tiap-tiap waktu yang di
tentukan.
3
2.5
2 2.02
1.5
1.35
1 1.01
0.81 0.67 0.58 0.51
0.5 0.45
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (detik/second)
Berdasarkan Grafik 4.4 dapat disimpulkan bahwa, nilai koefisien
perpindahan panas dari temperatur akhir spesimen kedua sebesar 700C terhadap
fluida oli dengan temperatur 34C pada waktu 10 detik adalah sebesar 4,05
W/m2. C , kemudian pada waktu 20 detik turun menjadi 2,02 W/m2. C , pada
waktu 30 detik turun menjadi 1,35 W/m2. C , pada waktu 40 detik turun menjadi
1,01 W/m2. C , pada waktu 50 detik turun menjadi 0,81 W/m2. C , pada waktu 60
detik turun menjadi 0,67 W/m2. C , pada waktu 70 detik turun menjadi 0,58
W/m2. C , pada waktu 80 detik turun menjadi 0,51 W/m2. C , terakhir sampai
pada titik akhir penurunan pada waktu 90 detik turun menjadi 0,45 W/m2. C .
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisa data yang telah dilakukan pada
dengan media pendingin air dan minyak pelumas, dapat diambil beberapa
1. Perbandingan antara air dan oli (minyak pelumas) adalah bahwa, fluida oli
membuktikan bahwa fluida air cepat menyerap panas namun juga cepat
panas.
pertama yang bertemperatur akhir 700C terhadap fluida air pada waktu
5.2 Saran
2. Temperatur air atau oli pendingin perlu dikontrol untuk menghasilkan data
panas konduksi.
DAFTAR PUSTAKA
http://hukummaritimardiansyahab.blogspot.com/2011_06_01_archive.html
Diakses oleh Masduki Pratama pada tanggal 8 Mei 2014
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
No. Hp : 082167347171
RIWAYAT PENDIDIKAN
Kegiatan Lainnya:
Melaksanakan kerja praktek di P.T. P.P. London Sumatera. Tbk. Turangi Palm Oil
Mill.