You are on page 1of 88

ANALISA KEBUTUHAN WAKTU TERHADAP PERUBAHAN

TEMPERATUR PADA PROSES HEAT TREATMENT BAJA NS 1045


DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR DAN MINYAK PELUMAS
MASDUKI PRATAMA
1007230150
Pembimbing I : Munawar A. Siregar., S.T., M.T.
Pembing II : Khairul Umurani., S.T., M.T.
Pembanding I : Ir. Husin Ibrahim., M.T
Pembanding II : H. Muharnif M., S.T., M.Sc.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2014
ABSTRAK

Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan material yang


terkontrol dengan maksud merubah sifat fisik untuk tujuan tertentu. Baja NS 1045
adalah baja karbon yang mempunyai kandungan karbon sekitar 0,43 – 0,50 %
dan termasuk golongan baja menengah. Baja ini digunakan untuk komponen
automotif, misalnya untuk komponen roda gigi pada kendaraan bermotor. Pada
baja NS seri 1045 dengan ukuran benda 55mm x 10mm x 8mm dan massa benda
40 gr dilakukan beberapa tahapan dalam memberi perlakuan panas, dimulai
dengan proses pemanasan baja sampai pada temperatur akhir ruang bakar
700 C , dengan waktu penahanan temperatur (holding time) ruang bakar selama
15 menit tetap pada temperatur 700 C , kemudian dilanjutkan dengan proses
pendinginan (quenching) dengan menggunakan media air dan minyak pelumas
(Oli SAE 40). Dari hasil pengamatan dalam pengujian yang telah dilakukan
diperoleh temperatur akhir spesimen pertama sebesar 700 C dengan lama waktu
pendistribusian temperatur selama 50 detik terhadap fluida air yang temperatur
awalnya 31C naik menjadi 61C dan nilai koefisien perpindahan panas
konveksinya dalam waktu 50 detik adalah sebesar 0,71 W/m 2 .C , kemudian dari
spesimen kedua dengan temperatur sebesar 700C dengan lama waktu
pendistribusian temperatur selama 60 detik terhadap fluida oli yang temperatur
awalnya 34 C naik menjadi 47C dan nilai koefisien perpindahan panas
konveksi dalam waktu 60 detik adalah sebesar 0,67W/m 2 .C .

Kata kunci: Perlakuan Panas, Baja NS seri 1045, Air dan Minyak Pelumas
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Luas Ilmu-nya. Tiada daya
dan upaya melainkan hanya kekuatan dari-NYA, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “ANALISA KEBUTUHAN
WAKTU TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA PROSES
HEAT TREATMENT BAJA NS 1045 DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR
DAN MINYAK PELUMAS”
Tugas akhir merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar
sarjana teknik (ST) pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).
Dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapat
bantuan, bimbingan, petunjuk serta saran dari berbagai pihak. Dalam kesempatan
ini penulis dengan hati yang tulus mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Orang Tua dan Keluarga (Bapak Jarwoto, Ibu Zainab dan Ibu
Endang Lestari) yang telah memberikan dukungan moril maupun materil
kepada penulis selama ini.
2. Bapak Rahmatullah., S.T., M.Sc, selaku Dekan Fakultas Teknik UMSU.
3. Bapak Munawar A. Siregar., S.T., M.T, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Teknik UMSU sekaligus Dosen Pembimbing I.
4. Bapak Khairul Umurani., S.T., M.T, selaku Wakil Dekan III Fakultas
Teknik UMSU sekaligus Dosen Pembimbing II.
5. Bapak Ir. Husin Ibrahim., M.T, selaku Dosen Penguji I
6. Bapak H. Muharnif M., S.T., M.Sc, selaku Dosen Penguji II
7. Bapak Affandi., S.T, selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin UMSU.
8. Bapak Chandra A Siregar., S.T, selaku Sekretaris Program Studi Teknik
Mesin UMSU
9. Kepada seluruh Dosen dan Staff pengajar dijurusan Teknik Mesin UMSU.
10. Kepada Adinda Sri Ayu Ramalinda., S.Pd, dan rekan-rekan mahasiswa
teknik mesin stambuk 2010 (Konversi Energi), serta Anak-anak TUMEX
yang telah membantu dalam hal pemberian motivasi, sehingga penulis
dapat menyelesesaikan tugas akhir ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri dan juga orang lain yang membacanya.

Medan, 20 Agustus 2014


Penulis,

Masduki Pratama
NPM : 1007230150
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
SPESIFIKASI TUGAS
LEMBAR ASISTENSI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... vii
DAFTAR NOTASI ........................................................................................ viii

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ............................................................................ 3
1.4. Tujuan Analisa ............................................................................... 4
1.5. Manfaat Penulisan ......................................................................... 5
1.6. Sistematis Penulisan ...................................................................... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7


2.1. Baja ................................................................................................ 7
2.2. Proses Perlakuan panas (Heat Treatment) ..................................... 10
2.2.1. Quenching ........................................................................... 10
2.2.2. Media Pendingin ................................................................. 12
2.2.3. Diagram TTT (Time,Temperature & Transformation) ....... 13
2.3. Perpindahan Panas (Kalor) ............................................................. 15
2.3.1. Perpindahan Panas (Kalor) secara Konduksi ...................... 16
2.3.2. Perpindahan Panas (Kalor) secara Konveksi ....................... 17
2.3.3. Proses Perpindahan Panas (Kalor) Konduksi Keadaan Tak-
Tunak ................................................................................... 20
2.3.4. Sistem Kapasitas Panas (Kalor) Tergabung ......................... 21

BAB 3. METODE ANALISA ...................................................................... 26


3.1. Tempat dan Waktu ........................................................................ 26
3.1.1. Tempat ................................................................................. 26
3.1.2. Waktu .................................................................................. 26
3.2. Alat dan Bahan .............................................................................. 26
3.2.1. Gambar Alat ........................................................................ 28
3.2.2. Gambar Bahan ..................................................................... 32
3.3. Diagram Alir Analisa .................................................................... 34
3.4. Langkah-langkah Pengujian .......................................................... 35
3.5. Prosedur Pengujian ........................................................................ 37
3.5.1. Preparasi Bahan ................................................................... 38
BAB 4. ANALISA DAN HASIL DATA PENGUJIAN ............................. 39
4.1. Analisa Data Hasil Pengujian ........................................................ 39
4.1.1. Data Hasil Pemanasan ......................................................... 39
4.1.2. Data Hasil Pendinginan ....................................................... 39
4.2. Perhitungan Data Secara Teoritis ................................................... 44
4.2.1. Menghitung Nilai Kalor yang dibutuhkan Untuk Memanas
kan spesimen ...................................................................... 44
4.2.2. Menghitung Nilai Kalor yang di Serap oleh Fluida Media
Pendingin ........................................................................... 45
4.2.3. Menghitung Nilai Koefisien Perpindahan Panas Konveksi 62
4.3. Bentuk Kontur Grafik Temperatur terhadap Waktu ....................... 67

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 75


5.1. Kesimpulan .................................................................................... 75
5.2. Saran .............................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jenis baja dan Waktu tahan pada Proses perlakuan Panas 9
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Baja NS 1045 9
Tabel 2.3 Contoh-contoh system kapasitas - tergabung 25
Tabel 3.1 Alat dan Fungsinya 26
Tabel 3.2 Bahan dan Fungsinya 27
Tabel 4.1 Data hasil pemanasan 39
Tabel 4.2 Proses pendinginan (quenching) spesimen dengan media air 40
Tabel 4.3 Proses pendinginan (quenching) spesimen dengan media oli 42
Tabel 4.4 Distribusi temperatur terhadap waktu dari spesimen pertama
terhadap fluida air 67
Tabel 4.5 Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen pertama
terhadap fluida air pada tiap-tiap waktu 69
Tabel 4.6 Distribusi temperatur terhadap waktu dari spesimen kedua
terhadap fluida oli (minyak pelumas) 71
Tabel 4.7 Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen kedua
terhadap fluida air pada tiap-tiap waktu 73
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Pengaruh temperatur oli pada kecepatan quenching ............. 11


Gambar 2.2 : Pendinginan secara cepat ....................................................... 14
Gambar 2.3 : Pendingin yang mendapat gangguan ...................................... 14
Gambar 2.4 : Proses pendinginan secara lambat (anneling) ........................ 15
Gambar 2.5 : Bagan yang menunjukan arah aliran kalor ............................ 17
Gambar 2.6 : Perpindahan panas (kalor) konveksi dari suatu plat .............. 18
Gambar 2.7 : Pelat tak-berhingga yang permukaannya tiba-tiba diinginkan 21
Gambar 2.8 : Nomenklatur untuk analysis kapasitas-kalor satu gabungan .. 22
Gambar 3.1 : Tungku Pembakaran .............................................................. 28
Gambar 3.2 : Tabung Gas (LPG) ................................................................. 28
Gambar 3.3 : Regulator Tabung Gas ............................................................ 28
Gambar 3.4 : Burner ..................................................................................... 29
Gambar 3.5 : Thermocouple Type K ........................................................... 29
Gambar 3.6 : Digital Controller .................................................................... 30
Gambar 3.7 : Thermometer Infrared............................................................. 30
Gambar 3.8 : Gelas Ukur .............................................................................. 31
Gambar 3.9 : Stop Watch ............................................................................. 31
Gambar 3.10 : Sarung Tangan ....................................................................... 32
Gambar 3.11 : Baja NS 1045 ......................................................................... 32
Gambar 3.13 : Gelas ukur yang berisi fluida Air sebanyak 1 liter ................. 33
Gambar 3.14 : Gelas ukur yang berisi fluida Oli sebanyak 1 liter ................. 33
Gambar 3.15 : Diagram Alir Analisa ............................................................. 34
Gambar 3.16 : Bentuk dan ukuran spesimen uji ............................................. 38
DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1 Kontur grafik distribusi temperatur terhadap waktu dari spesimen
pertama terhadap fluida air. 67
Grafik 4.2 Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen pertama
terhadap fluida air pada tiap-tiap waktu. 69
Grafik 4.3 Kontur grafik distribusi temperatur terhadap waktu dari spesimen
kedua terhadap fluida oli. 71
Grafik 4.4 Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen kedua
terhadap fluida oli pada tiap-tiap waktu. 73
DAFTAR NOTASI

Simbol Keterangan Satuan


 Waktu s
o
T0 Temperatur akhir benda C
o
T1 Temperatur awal fluida C
o
T 2 Temperatur akhir fluida C
o
Trata-rata Temperatur rata-rata fluida C

C Kalor jenis benda J/Kg.oC

 Densitas Kg/m3
A Luas permukaan benda mm2
V Volume benda mm3

qa Kalor

m Massa benda gr

h Koefisien perpindahan kalor Konveksi W/m2.oC


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dunia teknik kita sudah tidak asing lagi dengan istilah heat treatment

atau sering juga disebut perlakuan panas. Perlakuan panas adalah proses

pemanasan dan pendinginan material yang terkontrol dengan maksud merubah

sifat fisik untuk tujuan tertentu. Secara umum proses perlakuan panas adalah

sebagai berikut:

a. Pemanasan spesimen sampai temperatur tertentu dengan kecepatan

tertentu pula.

b. Mempertahankan temperatur untuk waktu tertentu sehingga temperaturnya

merata.

c. Pendinginan dengan media pendingin (air, minyak pelumas atau udara).

Media pendingin yang lazim digunakan untuk mendinginkan spesimen

pada proses heat treatment antara lain oli, air, larutan garam dan gas. Media

pendingin tersebut digunakan sesuai dengan kemampuan untuk mendapatkan hasil

yang diharapkan. Air mempunyai efek pendinginan yang lebih besar

dibandingkan dengan minyak (oli) karena air dapat dengan mudah menyerap

panas yang dilewatinya dan panas yang terserap cepat menjadi dingin, sebab

kemampuan panas yang dimiliki oleh air besarnya 10 kali dari minyak

(Schonmentz, 1985:260).
Air merupakan senyawa yang dapat berwujud padat, cair dan gas. Air

merupakan senyawa yang mengandung unsur (H) dan unsur Oksigen (O), dengan

perbandingan unsur 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen (H2O). Kedua unsur ini

memiliki sifat yang bertentangan, hidrogen adalah unsur yang tidak diperlukan

dalam pembakaran, sedangkan oksigen adalah unsur yang dibutuhkan dalam

pembakaran. Dalam persenyawaannya kedua unsur ini memiliki sifat-sifat baru

yaitu tidak bisa terbakar.

Minyak pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan

di antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan

fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu 105-135 derajat celcius.

Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan

yang berhubungan. Viskositas oli dan bahan dasar oli sangat berpengaruh dalam

proses pendinginan spesimen. Oli yang mempunyai viskositas lebih rendah

memiliki kemampuan penyerapan panas lebih baik dibandingkan dengan oli yang

mempunyai viskositas lebih tinggi karena penyerapan panas akan lebih lambat.

Analisa ini menggunakan air dan oli SAE 40 sebagai media pendinginnya,

dipilihnya air dan oli SAE 40 dikarenakan kedua media pendingin tersebut

mempunyai sifat-sifat dan laju pendinginan yang berbeda, sehingga dimungkinkan

akan terlihat perbedaan temperatur pada saat pengujian heat treatment.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik menganalisa “

perpindahan panas pada proses heat treatment dengan metode perbandingan

waktu antara perhitungan teoritis dengan uji haet treatment dengan media

pendingin air dan minyak pelumas (Oli SAE 40)”.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam analisa ini adalah : Bagaimana mendapatkan

perubahan temperatur pada saat pendinginan spesimen dengan rentan waktu 10,

20, 30, 40, 50, dan 60 detik pada proses heat treatment dengan media pendingin

air dan minyak pelumas (Oli SAE 40) dan bagaimana bentuk kontur grafik

temperatur terhadap waktu dari masing-masing media pendingin (air dan oli SAE

40)?

1.3 Batasan Masalah

Karena luasnya permasalahan yang terdapat pada analisa perpindahan

panas pada proses heat treatment ini, maka diperlukan adanya batasan-batasan

yang akan dibahas. Adapun batasan masalah dalam analisa ini adalah sebagai

berikut:

1. Spesimen yang digunakan adalah baja NS 1045.

2. Ukuran spesimen panjang 55 mm, lebar 10 mm dan tebal 8 mm.

3. Menganalisa perubahan temperatur terhadap waktu pada proses heat

treatment dengan media pendingin air dan minyak pelumas (oli SAE 40).

4. Menghitung nilai koefisien perpindahan panas konveksi pada baja NS

1045 dengan media pendingin air dan minyak pelumas (oli SAE 40).

5. Menjelaskan bentuk kontur grafik temperatur terhadap waktu yang

dihasilkan dari masing-masing media pendingin (air dan oli SAE 40).
1.4 Tujuan Analisa

Analisa mengenai kebutuhan waktu terhadap perubahan temperatur pada

proses heat treatment ini memiliki beberapa tujuan, adapun tujuan tersebut yaitu :

a. Tujuan umum

Untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan panas konveksi pada baja

NS 1045 (dengan media pendingin air dan oli SAE 40).

b. Tujuan khusus

1. Untuk mendapatkan perubahan temperatur terhadap waktu pada

proses heat treatment (dengan media pendingin air dan oli SAE

40).

2. Untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan panas konveksi

pada baja NS 1045 (dengan media pendingin air dan oli SAE 40).

3. Untuk mendapatkan bentuk kontur grafik temperatur terhadap

waktu yang dihasilkan dari masing-masing media pendingin (air

dan oli SAE 40).


1.5 Manfaat

1. Dapat mengetahui nilai koefisisen perpindahan panas konveksi pada baja

NS 1045 yang sudah di uji.

2. Manfaat bagi dunia industri adalah untuk mendukung pengembangan

teknologi tepat guna bagi para industri kecil dan menengah.

3. Sebagai bahan perbandingan antara teori yang diperoleh dari bangku

perkuliahan dengan yang ada dilapangan.

1.6 Sistematika penulisan

Dalam penyelesaian tugas sarjana ini dibagi dalam beberapa bab, yang

terdiri dari :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisikan tentang informasi dan Landasan Teori, isinya

membahas tentang teori-teori yang mendasari tentang analisa.

BAB 3 : METODE ANALISA

Pada bab ini membahas tentang waktu dan tempat, pelaksanaan dan

metode analisa.
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang perhitungan lanjutan dari bab

sebelumnya.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan kesimpulan berisi secara garis besar hasil dan

pembahasan dari analisa ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baja

Baja (steel) adalah paduan antara besi (Fe) dan karbon, dengan kandungan

karbon kurang lebih sekitar 1,7%. Produk ini secara teknik dinyatakan sebagai

baja karbon. Pembuatan baja dapat dilakukan dengan konvertor, dapur Siemens

Martin dan dapur listrik. Baja dapat juga dilakukan perlakuan, baik perlakuan

panas maupun dingin. Baja merupakam logam campuran yang terdiri dari besi

(Fe) dan karbon (c). Jadi baja berbeda dengan besi (Fe), alumunium (Al), seng

(Zn), tembaga (Cu), dan titanium (Ti) yang merupakan logam murni. Secara

sederhana fungsi karbon adalah meningkatkan kualitas baja yaitu meningkatkan

daya tariknya (tensile strength) dan tingkat kekerasannya (hardness). Selain

karbon juga ditambahkan unsur chrom (Cr), nikel (Ni), vanadium (V), molybdaen

(Mo) untuk mendapatkan sifat lain sesuai aplikasi dilapangan seperti antikorosi,

tahan panas dan tahan temperatur tinggi. Baja juga dapat diartikan sebagai

campuran besi, dimana unsure logam menjadi dasar campurannya. Selain itu baja

juga mengandung unsur campuran lain, seperti sulfur (S), posfat (P), silicon (Si)

dan mangan (Mn) yang jumlahnya dibatasi (Amanto, 1991).


Berdasarkan banyak sedikitnya karbon, baja karbon dikelompokkan

menjadi 3 yaitu :

a. Baja Karbon Rendah

Baja karbon yang mempunyai kandungan karbon kurang dari 0,3

%. Karena kandungan karbonnya rendah maka sifat baja ini sangat lunak,

tetapi mempunyai tingkat keuletan yang tinggi. Baja ini dapat dituang,

dikeraskan permukaannya (case hardening), mudah dilas dan ditempa.

Baja karbon rendah ini biasanya banyak digunakan untuk kontruksi

jembatan, mur, baut, pelat, kawat, roda gigi, pipa dan sebagainya.

b. Baja Karbon Sedang

Baja karbon yang mempunyai kandungan karbon antara 0,3 sampai

0,7 % . Baja karbon ini lebih kuat dan keras dibanding baja karbon rendah.

Sifat-sifat dari baja ini adalah dapat dikeraskan, ditempering, dilas,

dikerjakan pada mesin dengan baik. Penggunaannya hampir sama dengan

baja karbon rendah. Perancangan konstruksi pembebanan yang lebih berat

yang memerlukan kekuatan dan kekerasan tinggi, maka baja karbon

sedang lebih tepat.

c. Baja Karbon Tinggi

Baja karbon tinggi mempunyai kandungan karbon antara 0,7

sampai 1,7 % Kekerasannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedua

baja karbon diatas. Baja karbon ini tingkat keuletannya rendah. Baja

karbon ini bersifat tahan aus, contoh penggunaannya adalah untuk pahat

kayu dan kikir.


Table 2.1 Jenis baja dan waktu tahan yang dibutuhkan pada proses perlakuan

panas.

Jenis baja Waktu tahan (menit)

Baja karbon dan baja paduan rendah 5 – 15

Baja paduan menengah 15 – 25

Low alloy tool steel 10 – 30

High alloy chrome steel 10 – 60

Hot-work tool steel 15 – 30

Dalam analisa ini, bahan yang akan dianalisa adalah baja NS 1045.

Baja NS 1045 adalah baja karbon yang mempunyai kandungan karbon

sekitar 0,43 – 0,50 % dan termasuk golongan baja menengah. Baja spesifikasi ini

banyak digunakan sebagai komponen automotif, misalnya untuk komponen roda

gigi pada kendaraan bermotor. Komposisi kimia dari baja NS 1045 dapat dilihat

pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komposisi kimia baja NS 1045

Kode C% Mn % P% S%

NS 1045 0,43 – 0,50 0,60 – 0,90 0,040 max 0,050 max


2.2 Proses Perlakuan Panas (Heat Tratment)

Perlakuan panas atau Heat Treatment adalah kombinasi operasi

pemanasan pada logam di bawah temperatur lebur logam tersebut dan kemudian

dibiarkan beberapa waktu pada saat itu, kemudian didinginkan ke temperatur yang

lebih rendah dengan kecepatan pendinginan yang sesuai. Secara umum proses

perlakuan panas adalah sebagai berikut:

a. Pemanasan material sampai temperatur tertentu dengan kecepatan tertentu

pula.

b. Mempertahankan temperatur untuk waktu tertentu sehingga temperaturnya

merata.

c. Pendinginan dengan media pendingin (air, minyak pelumas atau udara).

2.2.1 Quenching

Quenching adalah proses pendinginan cepat pada saat logam telah

mengalami perlakuan panas hingga pada titik temperatur tertentu dengan

kecepatan pendinginan tergantung media quenching yang digunakan. Media yang

dapat digunakan ialah air, air garam, minyak pelumas, dan udara.

Pendinginan dengan menggunakan air akan memberikan daya pendinginan

yang cepat dan apabila dilarutkan dengan garam dapur akan mempercepat

turunnya temperatur benda kerja. Sedangkan pendinginan dengan minyak pelumas

dan udara akan memberikan pendinginan yang lambat dari pada air dan air garam.

Salah satu jenis pelumas yang sering digunakan dalam perlakuan panas ialah oli

Mesran SAE 40 yang sering di ditemui di industri maupun di bidang otomotif.


Quench ke dalam oli saat ini paling banyak digunakan, karena laju

pendinginan untuk baja yang diquench di oli relatif rendah karena tingginya titik
0
didih dari oli. Memanaskan oli sampai sekitar 40 - 100 C sebelum proses

quenching akan meningkatkan laju pendinginan (lihat Gambar 2.1).

Temperature (C)
900
Standard quenching oil
800
32 C
Super
700 quench
oil 60 C
600
80 C
500
32 C
400
60 C
300
80 C
200

100

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 65
Time (seconds)

Gambar 2.1 Pengaruh temperatur oli pada kecepatan quenching

Dengan ditingkatkannya temperatur oli akan menjadikan oli lebih encer

sehingga meningkatkan kapasitas pendinginannya. Faktor-faktor yang mengatur

penyerapan panas dari benda kerja adalah panas spesifik, konduktivitas termal,

panas laten penguapan dan viskositas oli yang digunakan. Umumnya makin

rendah viskositas makin cepat laju pendinginannya. Temperatur maksimum dari


0
oli yang digunakan harus 25 C dibawah titik didih oli yang bersangkutan.

Pada proses pendinginan dilakukan dengan dua cara yaitu dengan

pendinginan lambat dan pendinginan cepat. Pendinginan lambat biasanya


dilakukan dengan cara didinginkan didalam tungku dan didinginkan melalui udara

bebas. Pendinginan cepat dilakukan dengan cara dicelupkan ke dalam media

quench berupa air dan oli.

2.2.2 Media pendingin

Media pendingin yang lazim digunakan untuk mendinginkan spesimen

pada proses heat treatment antara lain oli, air, larutan garam dan gas. Media

pendingin tersebut digunakan sesuai dengan kemampuan untuk mendapatkan hasil

yang diharapkan. Air mempunyai efek pendinginan yang lebih besar

dibandingkan dengan minyak (oli) karena air dapat dengan mudah menyerap

panas yang dilewatinya dan panas yang terserap cepat menjadi dingin, sebab

kemampuan panas yang dimiliki oleh air besarnya 10 kali dari minyak.

Analisa ini menggunakan air dan oli SAE 40 sebagai media pendinginnya,

dipilihnya air dan oli SAE 40 dikarenakan kedua media pendingin tersebut

mempunyai sifat-sifat dan laju pendinginan yang berbeda, sehingga dimungkinkan

akan terlihat perbedaan lama waktu antara perhitungan dengan uji heat treatment.

Air merupakan senyawa yang dapat berwujud padat, cair dan gas. Air

merupakan senyawa yang mengandung unsur (H) dan unsur Oksigen (O), dengan

perbandingan unsur 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen (H2O). Kedua unsur ini

memiliki sifat yang bertentangan, hidrogen adalah unsur yang tidak diperlukan

dalam pembakaran, sedangkan oksigen adalah unsur yang dibutuhkan dalam

pembakaran. Dalam persenyawaannya kedua unsur ini memiliki sifat-sifat baru

yaitu tidak bisa terbakar.


Minyak pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan

di antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan

fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu 105-135 derajat celcius.

Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan

yang berhubungan. Viskositas oli dan bahan dasar oli sangat berpengaruh dalam

proses pendinginan spesimen. Oli yang mempunyai viskositas lebih rendah

memiliki kemampuan penyerapan panas lebih baik dibandingkan dengan oli yang

mempunyai viskositas lebih tinggi karena penyerapan panas akan lebih lambat.

2.2.3 Diagram TTT (Time, Temperature, & Transformation)

Diagram TTT (Time, Temperature, dan Transformation) adalah sebuah

gambaran dari temperatur terhadap waktu logaritma untuk baja paduan dengan

komposisi tertentu. Diagram ini biasanya digunakan untuk menentukan kapan

transformasi mulai dan berakhir pada perlakuan panas yang isothermal

(temperatur konstan) sebelum menjadi campuran Austenit.

Pada gambar 2.2 laju pendinginan A dan B menunjukkan dua proses

pendinginan secara cepat. Dalam hal ini kurva A akan menyebabkan distorsi yang

lebih besar dan tegangan dalam yang lebih besar dari laju pendinginan B. Kedua

laju pendinginan akan menghasilkan produk akhir martensit. Laju pendinginan B

juga dikenal sebagai laju pendinginan kritis. Laju pendinginan kritis didefinisikan

sebagai laju pendinginan terendah yang menghasilkan 100% martensit juga

memperkecil tegangan dalam dan distorsi.


Gambar 2.2 Pendinginan secara cepat

Pada gambar 2.3, sebuah proses pendinginan secara cepat mendapat

gangguan (garis horizontal menunjukkan gangguan) dengan mencelupkan

material ke dalam rendaman garam yang dicairkan dan direndam pada temperatur

konstan. Sebagai hasil dari laju pendinginan D; dimensinya lebih stabil, distorsi

dan tegangan dalam yang ditimbulkan lebih sedikit.

Gambar 2.3 Pendinginan yang mendapat gangguan


Pada gambar 2.4 laju pendinginan C menggambarkan proses pendinginan

secara lambat, seperti pada pendinginan furnace. Sebagai contoh untuk

pendinginan jenis ini adalah proses annealing dimana semua austenit akan

berubah menjadi perlit sebagai hasil dari pendinginan secara lambat.

Gambar 2.4 Proses pendinginan secara lambat (annealing)

2.3 Perpindahan Panas (Kalor)

Perpindahan panas (kalor) atau alih bahang (heat transfer) dapat di

defenisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laju perpindahan energi panas

(kalor) diantara material/benda karena adanya perbedaan suhu (panas dan dingin).

Yaitu pada proses perpindahannya, panas (kalor) akan mengalir dari tempat yang
suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah. Perpindahan panas pada

umumnya dibedakan menjadi tiga cara perpindahan panas yang berbeda :

konduksi (conduction ; juga dikenal dengan istilah hantaran), konveksi

(convection ; juga dikenal dengan istilah ilian), dan radiasi (radiation ; juga

dikenal dengan istilah pancaran).

2.3.1 Perpindahan Panas (Kalor) secara Konduksi

Perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan panas jika

panas mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ketempat yang suhunya lebih

rendah, dengan media penghantar panas tetap.

Dalam prosesnya, jika pada suatu benda terdapat gradien (perubahan) suhu

(temperatur), maka akan terjadi perpindahan energi dari bagian yang bersuhu

tinggi ke bagian benda yang bersuhu rendah. Kita katakan bahwa energi

berpindah secara konduksi atau hantaran dan bahwa laju perpindahan panas itu

berbanding dengan gradien suhu normal:

q T
~
A x

Jika dimasukkan konstanta proporsionalitas (proportionality constant) atau

tetapan ke sebandingan, maka:

q  kA T (2.1)
x

di mana (q) ialah laju perpindahan panas dan (T / x) merupakan gradien suhu

kearah perpindahan panas (kalor). Konstanta positif (k ) disebut konduktivitas atau


kehantaran thermal (thermal conductivity) benda, sedangkan tanda minus ()

diselipkan agar memenuhi kedua hukum thermodinamika, yaitu bahwa panas

mengalir ke tempat yang lebih rendah dalam skala suhu, sebagaimana juga

ditunjukkan dalam sistem koordinat pada Gambar 2.5.

T Profil suhu

x
Gambar 2.5 Bagan yang menunjukkan arah aliran kalor

Persamaan 2.1 disebut dengan hukum Fourier tentang konduksi kalor, yang telah

memberikan sumbangan yang sangat penting dalam pengolahan analitis masalah

perpindahan kalor konduksi. Perlu di catat disini bahwa Persamaan 2.1

merupakan persamaan dasar dari konduktivitas thermal, dan bahwa satuan (k )

ialah Watt per meter per derajat Celcius (dalam sistem satuan yang menggunakan

Watt sebagai satuan aliran kalor).

2.3.2 Perpindahan Panas (Kalor) secara Konveksi

Perpindahan panas secara konveksi ialah perpindahan panas yang terjadi

antara permukaan padat dengan fluida yang mengalir di sekitarnya, dengan

menggunakan media penghantar berupa fluida (cairan/gas)

Dalam sebuah contoh yang telah umum diketahui, bahwa plat logam panas

akan menjadi dingin lebih cepat bila di taruh di depan kipas angin dibandingkan
dengan bilamana ditempatkan di udara tenang, atau dalam contoh lain bila di

dinginkan dengan air dibandingkan dengan udara. Berarti, kita katakan bahwa

panas (kalor) di konveksi atau di ili keluar, dan proses ini dinamakan perpindahan

panas (kalor) secara konveksi atau ilian. Dari contoh perpindahan kalor secara

konveksi diatas menyatakan bahwa, gradien (kecepatan perubahan) suhu

bergantung pada laju aliran fluida dan medan alirannya.

Mekanisme perpindahan panas (kalor) secara konveksi memiliki hubungan

secara mekanisme fisis dengan perpindahan panas konduksi. Perhatikan pelat

panas seperti pada Gambar 2.6. Suhu pelat ialah (Tw ) dan suhu fluida (T ) .

Kecepatan aliran adalah seperti tergambar, yaitu nol pada muka pelat akibat aksi

kental viskos (viscous action). Oleh karena kecepatan lapisan fluida pada dinding

adalah nol, maka disini kalor hanya dapat berpindah dengan cara konduksi saja.

Jadi, kita dapat menghitung perpindahan kalor yaitu dengan menggunakan

Persamaan 2.1, dengan menggunakan konduktivitas thermal fluida dan gradien

suhu fluida pada dinding.

Gambar 2.6 Perpindahan panas (kalor) konveksi dari suatu pelat

Guna menyatakan pengaruh konduksi secara menyeluruh, maka digunakan

hukum Newton tentang pendinginan:


q  hA(Tw  T ) (2.2)

Disini, laju perpindahan panas (kalor) dihubungkan dengan beda suhu menyeluruh

antara dinding dan fluida, dan luas permukaan ( A) . Besaran (h) disebut koefisien

perpindahan panas (kalor) konveksi (convection heat-transfer coefficient), dan

Persamaan 2.2 itulah rumus dasarnya. Kita dapat melakukan perhitungan analitis

atas (h) untuk beberapa sistem. Untuk situasi yang rumit (h) harus ditentukan

dengan percobaan. Koefisien perpindahan panas (kalor) kadang-kadang disebut

dengan konduktans film (film conductance) karena hubungannya dengan proses

konduksi pada lapisan fluida diam yang tipis pada muka dinding. Dari

Persamaan 2.2 dapat kita lihat bahwa satuan (h) ialah watt per meter persegi per

derajat celcius apabila aliran panas (kalor) dalam watt.

Dari pembahasan diatas, dapatlah diharapkan bahwa perpindahan panas

(kalor) konveksi bergantung pada viskositas fluida disamping ketergantungannya

kepada sifat-sifat thermal fluida (konduktivitas thermal, kalor spesifik, densitas).

Hal ini dapat dimengerti karena viskositas mempengaruhi profil kecepatan, dan

karena hal itu mempengaruhi laju perpindahan energi di daerah dinding. Jika

suatu pelat panas di biarkan berada di udara sekitar tanpa ada sumber gerakan dari

luar, maka udara itu akan bergerak sebagai akibat terjadinya gradien densitas di

dekat pelat itu. Peristiwa ini dinamakan konveksi alamiah (natural convection)

atau konveksi bebas (free convection) untuk membedakannya dari konveksi paksa

(forced convection) yang terjadi apabila udara itu di hembuskan di atas pelat itu
dengan menggunakan kipas. Fenomena pendidihan dan pengembunan juga

termasuk dalam kelompok masalah perpindahan-panas (kalor) secara konveksi.

2.3.3 Proses Perpindahan Panas (kalor) Konduksi Keadaan Tak-Tunak

Jika sebuah benda padat tiba-tiba mengalami perubahan lingkungan, maka

diperlukan beberapa waktu sebelum temperatur benda itu berada kembali pada

keadaan seimbang. Keadaan seimbang ini disebut keadaan-tunak (steady state).

Sedangkan sebaliknya, yang dimaksud dalam hal ini ialah dalam suatu proses

pemanasan dan pendinginan yang bersifat transien atau fana (transient) yang

berlangsung sebelum tercapainya keseimbangan disebut dengan keadaan-tak

tunak (unsteady-state). Dalam keadaan-tak tunak ini analisis mesti di sesuaikan

untuk memperhitungkan perubahan energi-dalam (internal energy) benda menurut

waktu. Demikian pula kondisi atau syarat-syarat batas (boundary conditions)

mesti disesuaikan agar cocok dengan situasi fisis yang terdapat dalam masalah

perpindahan-kalor keadaan-tak tunak (unsteady-state heat transfer). Analisis

perpindahan-kalor keadaan-tak tunak jelas mempunyai arti praktis yang nyata

mengingat banyaknya proses-proses pemanasan dan pendinginan yang harus

dihitung dalam penerapan industri.

Untuk menganalisis masalah-masalah perpindahan panas (kalor) transien

dengan kasus yang geometrinya sederhana dapat kita contohkan seperti berikut;

perhatikanlah sebuah plat tak berhingga yang tebalnya (2𝐿) seperti pada Gambar

2.7. Pada mulanya pelat ini berada pada temperatur seragam (𝑇𝑖 ) dan pada titik
waktu nol temperatur permukaan tiba-tiba diturunkan menjadi (𝑇 = 𝑇1 ).

Persamaan diferensialnya ialah:

𝜕2𝑇 1 𝜕𝑇
= .............................................. (2.3)
𝜕𝑥 2 𝛼 𝜕𝜏

Gambar 2.7 Pelat tak-berhingga yang permukaannya tiba-tiba di dinginkan

2.3.4 Sistem Kapasitas Panas (Kalor) Tergabung

Dalam sistem ini kita perlu melakukan analisis sistem yang temperaturnya

dapat di anggap seragam. Analisis seperti ini di sebut sebagai metode kapasitas

panas (kalor) tergabung atau tergumpal (lumped heat capacity method). Sistem ini

jelas merupakan suatu idealisasi, karena di dalam setiap bahan selalu ada gradien

temperatur (temperature gradient) kalau pada bahan itu ada kalor yang di

konduksi ke dalam atau keluar. Pada umumnya, makin kecil ukuran benda makin

realistik pula pengandaian tentang temperatur seragam itu, dan pada limitnya kita

dapat menggunakan diferensial volume sebagaimana dalam penurunan persamaan

umum konduksi panas (kalor).


Jika sebuah bola baja panas di celupkan ke dalam air dingin, kita boleh

menggunakan metode analisis kapasitas kalor tergabung apabila kita dapat

membenarkan pengandaian temperatur seragam di dalam bola, selama proses

pendinginan itu berlangsung. Jelas, bahwa distribusi temperatur di dalam bola

bergantung dari konduktivitas thermal (thermal conductivity) bahan bola itu, dan

kondisi perpindahan kalor dari muka bola ke fluida lingkungan, yaitu koefisien

perpindahan kalor konveksi permukaan (surface convection heat transfer

coefficient). Distribusi temperatur yang cukup seragam didalam bola bisa kita

dapatkan jika tahanan terhadap perpindahan kalor konduksi kecil bila di

bandingkan dengan tahanan konveksi pada permukaan, sehingga gradien

temperatur terdapat terutama pada lapisan fluida di permukaan bola.

qa  mcp(T ) ........................................................ (2.4)

Rugi kalor konveksi dari suatu benda terlihat dari penurunan energi dalam

(internal energy) benda itu, seperti terlihat pada Gambar 2.8. Jadi,

𝑑𝑇
𝑞 = ℎ𝐴 𝑇 − 𝑇∞ = −𝑐𝜌𝑉 .............................. (2.5)
𝑑𝜏

Dimana (𝐴) adalah luas permukaan konveksi dan (𝑉) adalah volume. Keadaan

awal adalah (𝑇 = 𝑇0 ) pada (𝜏 = 0).


(a) (b)

Gambar 2.8 Nomenklatur untuk analisis kapasitas-kalor satu gabungan

Jaringan thermal untuk kapasitas tunggal (single capacity system)

ditunjukkan pada Gambar 2.8b. Dalam jaringan ini terlihat bahwa kapasitas

thermal sistem mula-mula “di muati” pada potensial (𝑇0 ) dengan menutup sakelar

(𝑆). Kemudian bila sakelar itu dibuka, energi yang tersimpan dalam kapasitans

thermal dibuang melalui tahanan (1/ℎ𝐴). Analogi antara sistem thermal ini

dengan sistem listrik cukup kentara, dan kita dengan mudah dapat menyusun

sistem listrik yang tingkah lakunya sama dengan sistem thermal, yaitu dengan

membuat perbandingan:

sama dengan (1/𝑅𝑒 𝐶𝑒 ) dimana (𝑅𝑒 ) ialah tahanan dan (𝐶𝑒 ) adalah kapasitans.

Dalam sistem thermal kita menyimpan energi, sedang dalam sistem listrik kita

menyimpan muatan listrik. Aliran energi dalam sistem thermal disebut kalor,

aliran muatan listrik di sebut arus listrik. Besaran (𝑐𝜌𝑉/ℎ𝐴) disebut konstanta

waktu (time constant) dari sistem itu, karena mempunyai dimensi waktu. Bila,
𝑐𝜌𝑉
𝜏=
ℎ𝐴

terlihatlah bahwa beda temperatur (𝑇 − 𝑇∞ ) mempunyai nilai 36,8 persen dari

beda awal (𝑇0 − 𝑇∞ ).

Untuk penerapan analisis kapasitas tergabung, yaitu telah kita lihat bahwa

analisis seperti kapasitas tergabung ini mengandaikan distribusi temperatur

seragam pada seluruh benda padat itu, dan pengandaian itu sama artinya dengan

mengatakan bahwa tahanan konveksi permukaan (surface convection resistance)

lebih besar dari pada tahanan konduksi dalam (internal conduction resistance).

Analisis demikian dapat diharapkan akan menghasilkan perkiraan yang memadai

apabila kondisi di bawah ini di penuhi:

ℎ(𝑉/𝐴)
< 0,1 ............................................ (2.6)
𝑘

Dimana (𝑘) adalah konduktivitas thermal benda padat itu. Dalam bagian berikut

ini akan kita periksa situasi-situasi dimana kondisi di atas tidak berlaku. Akan kita

lihat bahwa analisis kapasitas tergabung mempunyai hubungan langsung dengan

metode numeris. Jika kita perhatikan perbandingan (𝑉/𝐴 = 𝑠) sebagai suatu

dimensi karakteristik benda padat itu; grup tak berdimensi itu disebut angka Biot:

ℎ𝑠
= 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐵𝑖𝑜𝑡 = 𝐵𝑖
𝑘

Dalam Tabel 2.3 di berikan beberapa contoh yang menunjukkan validitas

(keberlakuan) relatif kasus-kasus dalam kapasitas tergabung.


Tabel 2.3 Contoh-contoh sistem kapasitas-tergabung

𝒌 Nilai kira-kira(𝒉)
Situasi Fisis 𝒌(𝑽/𝑨)
(𝑾/𝒎. ℃) 𝟐
(𝑾/𝒎 . ℃) 𝒌

1. Kubus baja 3,0cm di


40 7,0 8,75 × 10−4
dinginkan di udara

2. Silinder kaca 5,0 cm

didinginkan dalam arus 0,8 180 2,81

udara (angin) 50m/s

3. Sama seperti 2 (dua)

diatas, tetapi silinder 380 180 0,006


tembaga

4. Kubus tembaga panas di

celupkan di- dalam air 380 10.000 0,132

sehingga air mendidih

Jadi, analisis kapasitas kalor tergabung mengandaikan bahwa tahanan

dalam benda dapat diabaikan terhadap tahanan luar.

Rugi kalor konveksi dari suatu benda terlihat dari penurunan energi dalam

(internal energy) benda itu.

𝑑𝑇
𝑞 = ℎ𝐴 𝑇 − 𝑇∞ = −𝑐𝜌𝑉 .............................. (2.7)
𝑑𝜏

Dimana (𝐴) adalah luas permukaan konveksi dan (𝑉) adalah volume. Keadaan
awal adalah (𝑇 = 𝑇0 ) pada (𝜏 = 0), sehingga penyelesaian Persamaan 2.7
adalah:
T  T
 e hA/ cV  ........................................ (2.8)
T0  T
BAB 3

METODE ANALISA

3.1 Tempat dan Waktu

3.1.1 Tempat

Pengujian dilakukan di Laboratorium Program Studi Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Jalan Kapten

Mukhtar Basri No. 3 Medan.

3.1.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan pada waktu bulan Juni s/d Agustus 2014 di

Laboratorium Teknik Fakultas Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan dan Bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah:

Tabel 3.1 Alat dan Fungsinya

No. Nama Alat Fungsi/Kegunaan


1. Tungku Pembakaran Sebagai wadah untuk melakukan pembakaran
atau pemanasan spesimen.
2. Tabung Gas (LPG) Sebagaai bahan bakar.

3. Regulator Tabung Gas Untuk mengatur dan menstabilkan tekanan


Gas yang keluar dari tabung.
4. Burner Untuk menyalurkan api kedalam tungku
5. Thermocouple Sensor untuk mengukur temperatur.
6. Digital Termometer Untuk mendapatkan input nilai temperatur
7. Thermometer infrared Untuk mengukur temperatur air dan oli
(minyak pelumas).
8. Gelas Ukur Untuk mengukur banyaknya air dan oli
(minyak pelumas) dan sebagai wadah media
pendingin Air dan Oli (minyak pelumas).
9. Stop Watch Untuk menghitung lamanya waktu
pembakaran dan pendnginan.
10. Sarung Tangan Untuk melindungi tangan agar tidak cidera
akibat efek panas.

Tabel 3.2 Bahan dan Fungsinya

No. Nama Bahan Fungsi/Kegunaan


1. Baja NS seri 1045 Sebagai spesimen/benda uji yang akan di
panaskan.
2. LPG (Gas) Netto 12 kg Sebagai sumber bahan bakar yang digunakan
untuk melakukan pembakaran/pemanasan.
3. Air (1 liter) Sebagai fluida media pendingin.

4. Oli (MESRAN, SAE 40 Sebagai fluida media pendingin.


/1 liter)
3.2.1 Gambar Alat

1. Tungku Pembakaran

Gambar 3.1 Tungku pembakaran


2. Tabung Gas (LPG)

Gambar 3.2 Tabung Gas yang berisi LPG


3. Regulator Tabung Gas

Gambar 3.3 Regulator Tabung Gas


4. Burner

Gambar 3.4 Burner


5. Thermocouple

Gambar 3.5 Thermocouple Type K


Spesifikasi Alat:
Model : Thermocouple Type K

Range : () 200C to 1300C


6. Digital Controller

Gambar 3.6 Digital Controller ESM-7750


Spesifikasi Alat:
Model : ESM – 7750

Scale : () 200C to 1300C

7. Thermometer

Gambar 3.7 Thermometer


Spesifikasi Alat:
Model : Extech 42509 Dual Laser Infrared

Range :  60 to 550 C (-76 to 1022 F)


8. Gelas Ukur

Gambar 3.8 Gelas Ukur


Spesifikasi Alat:
Kapasitas: 0 – 1000 ml
Ketelitian: 100 ml
9. Stop Watch

Gambar 3.9 Stop Watch


10. Sarung Tangan

Gambar 3.10 Sarung Tangan


3.2.2 Gambar Bahan
1. Baja NS seri 1045

Gambar 3.11 Baja NS (Nippon Steel) seri 1045


2. Bahan Bakar Gas (LPG)

Gambar 3.12 Tabung Gas yang berisi LPG, Netto 12 Kg


3. Gelas Ukur yang berisi Air 1 liter

Gambar 3.13 Gelas Ukur yang berisi Air 1 liter


4. Gelas ukur yang berisi Oli (minyak pelumas) 1 liter

Gambar 3.14 Gelas Ukur yang berisi Oli Mesran SAE 40 1 liter
3.3 Diagram alir analisa

Adapun diagram alir dari analisa ini dapat dilihat pada gambar 3.15 dibawah ini :

MULAI

Persiapan alat dan spesimen

METODE PENGUJIAN

Proses pemanasan spesimen di Quenching


dalam tungku pembakaran hingga Proses pendinginan dengan
temperatur akhir spesimen menggunakan media air dan
mencapai minyak pelumas (Oli SAE
40)

Pengambilan data

Analisa dan perhitungan


data hasil pengujian

PENUTUP/SELESAI

Gambar 3.15 Diagram Alir Analisa


3.4 Langkah-langkah pengujian

Langkah – langkah yang dilakukan dalam melakukan pengujian ini, adalah

sebagai berikut :

1. Mulai

Pembuatan proposal tugas akhir dengan judul “Analisa kebutuhan waktu

terhadap perubahan temperatur pada proses Heat treatment Baja NS 1045

dengan media pendingin air dan minyak pelumas”.

2. Persiapan Alat dan Spesimen

 Mempersiapkan alat-alat dan spesimen dengan ukuran panjang 55 mm,

lebar 10 mm dan tebal 8 cm.

 Mempersiapkan tempat / wadah pendingin.

 Mempersiapkan media pendingin berupa air dan minyak pelumas (Oli

SAE 40).

 Menyambungkan Burner ke tungku dengan tabung gas LPG, dan

 Mempersiapkan stopwatch.

3. Metode Pengujian

Metode pengujian yang di lakukan meliputi proses pemanasan dan

pendinginan. Dimana, proses pengujian langkah pertama yaitu melakukan

pemanasan terhadap spesimen yang di posisikan di dalam ruang tungku

pembakaran hingga mencapai temperatur akhir spesimen sebesar 700℃ dan

ditahan beberapa saat agar temperatur dari temperatur pemanasan merata.

Kemudian, langkah kedua yaitu melakukan pendinginan cepat (Quenching)


terhadap spesimen dengan media pendingin fluida air dan minyak pelumas

(Oli SAE 40) dengan mencelupkan spesimen yang telah dipanaskan tersebut

kedalam air dan minyak pelumas (Oli SAE 40) yang berada di dalam gelas

ukur. Maka akan di dapat distribusi temperatur perpindahan panas yang di

terima oleh media air dan minyak Pelumas (Oli SAE 40) tersebut yang di

ukur menggunakan thermometer.

4. Pengambilan Data

Data yang diambil adalah :

a. Temperatur spesimen sebelum pemanasan.

b. Temperatur spesimen setelah pemanasan.

c. Temperatur ruang bakar sebelum pemanasan.

d. Temperatur ruang bakar setelah pemanasan.

e. Temperatur fluida media pendingin sebelum pencelupan.

f. Temperatur fluida media pendingin (air dan oli) akibat distribusi

temperatur perpindahan panas dari spesimen yang dipanaskan.

5. Analisa dan Perhitungan Data Hasil Pengujian

a. Untuk mendapatkan perubahan temperatur terhadap waktu.

b. Untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan panas konveksi pada

baja NS 1045.

c. Untuk mendapatkan bentuk kontur grafik temperatur terhadap waktu

yang dihasilkan dari masing-masing media pendingin.


3.5 Prosedur Pengujian

prosedur yang dilakukan dalam melakukan pengujian heat treatment adalah

sebagai berikut :

1. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pengujian

2. Menyambungkan burner ke tungku pembakaran dengan tabung Gas Elpji.

3. Mempersiapkan spesimen yaitu baja NS 1045 dengan ukuran 55 x 10 x 8

mm sebanyak 2 (dua) potong.

4. Menyediakan gelas ukur sebagai tempat media pendingin air dan oli SAE

40.

5. Menuangkan air dan oli kedalam gelas ukur sebanyak 1 liter.

6. Mengukur tempertur ruang bakar sebelum proses pemanasan spesimen.

7. Mengukur temperatur spesimen sebelum proses pemanasan pada tungku

pembakaran

8. Mengukur temperatur awal fluida air dan oli sebelum proses pendinginan

spesimen

9. Memasukkan spesimen uji kedalam dapur tungku pembakaran.

10. Menyalakan api didalam dapur tungku pembakaran dengan bantuan

pemantik api.

11. Mengukur temperatur spesimen yang ada didalam ruang bakar hingga

mencapai temperatur 700 oC , lalu temperatur ditahan selama 20 menit

agar temperatur didalam ruang bakar merata.

12. Membuka pintu tungku pembakaran.


13. Mengeluarkan spesimen dari dalam tungku pembakaran dengan sarung

tangan las dan tang.

14. Mengukur temperatur spesimen yang telah dipanaskan didalam tungku

pembakaran sebelum proses pendinginan.

15. Memasukkan sepsimen ke media pendingin air dan oli SAE 40.

16. Mencatat nilai kenaikan temperatur air dan oli SAE 40 dengan stop watch

3.5.1 Preparasi Spesimen

Dalam pengujian ini disiapkan 2 (dua) potong spesimen jenis baja NS

(Nippon Steel) seri 1045. Spesimen ini masing-masing di bentuk dengan ukuran

55 10  8 mm menggunakan mesin produksi.

Gambar 3.16 Bentuk dan ukuran spesimen


BAB 4

ANALISA DAN HASIL DATA PENGUJIAN

4.1 Analisa Data Hasil Pengujian

Setelah melakukan pengujian, adapun data yang dapat di ambil dari hasil

pengujian ini yang sesuai dengan pembahasan dari tujuan pengujian tugas akhir

ini adalah sebagai berikut :

4.1.1 Data Hasil Pemanasan

Data hasil pemanasan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Data hasil pemanasan

No. Data Pengamatan Dalam Pengujian Temperatur (℃)

1. Temperatur ruang bakar mula-mula 36

2. Temperatur ruang bakar setelah pemanasan 720

3. Temperatur awal spesimen 37

4. Temperatur akhir spesimen 700

4.1.2 Data Hasil Pendinginan

Proses pendinginan (quenching) dalam pengujian ini di maksudkan untuk

mendapatkan nilai perpindahan panas konveksi spesimen (baja NS seri 1045)


terhadap fluida media pendingin (air dan oli), setelah spesimen di panaskan

didalam tungku pembakaran hingga temperatur akhir spesimen mencapai 700 0C .

Adapun data hasil pendinginan di berikan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 di bawah

ini:

Tabel 4.2 Proses pendinginan (quenching) spesimen dengan media air

No  T0 T1 T 2 Tratarata C  A V
3 2
(s ) ( 0C ) ( 0C ) ( 0C ) ( 0C ) ( Kj / Kg.0 C ) ( Kg / m ) (mm ) (mm3 )

1 10 700 31 40 35,5 0,465 7833 2140 4400

2 20 700 31 47 39 0,465 7833 2140 4400

3 30 700 31 55 43 0,465 7833 2140 4400

4 40 700 31 59 45 0,465 7833 2140 4400

5 50 700 31 61 46 0,465 7833 2140 4400

6 70 700 31 56 43,5 0,465 7833 2140 4400

7 70 700 31 48 39.5 0,465 7833 2140 4400

8 80 700 31 36 33,5 0,465 7833 2140 4400

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat di uraikan bahwa, pada pengujian diperoleh

temperatur akhir pemanasan spesimen di dalam tungku pembakaran ( T0 )

spesimen pertama sebesar 700C . ketika di celupkan ke dalam gelas ukur yang

berisi fluida air sebanyak 1 liter dengan temperatur awal ( T1 ) sebesar 31C .
Kemudian, pada waktu 10 detik setelah di celupkan temperatur akhir ( T 2 ) air

menjadi naik mencapai temperatur 40C dan temperatur rata-ratanya sebesar

35,5 C , selanjutnya pada waktu 20 detik temperatur air naik menjadi 47C dan

temperatur rata-ratanya sebesar 39C , pada waktu 30 detik temperatur air naik

menjadi 55C dan temperatur rata-ratanya sebesar 43C , pada waktu 40 detik

temperatur air naik menjadi 59C dan temperatur rata-ratanya sebesar 45C ,

terakhir sampai pada titik akhir kenaikan temperatur panas yang di distribusikan

pada waktu 50 detik dengan temperatur 61C dan temperatur rata-ratanya sebesar

46C , dan pada waktu 60 detik temperatur air mengalami penurunan sebesar

56C dan temperatur rata-ratanya sebesar 43,5 C , pada waktu 70 detik

temperatur fluida air mengalami penurunan sebesar 48C dan temperatur rata-

ratanya sebesar 39,5 C , dan terakhir sampai pada titik akhir penurunan

temperatur fluida air pada waktu 80 detik dengan temperatur 36C dan

temperatur rata-ratanya sebesar 35,5 C dimana temperatur fluida air tidak dapat

lagi mengalami perubahan temperatur (konstan). Nilai kalor jenis spesimen (C)

sebesar 0,465 Kj / Kg.0 C , nilai densitas spesimen (  ) sebesar 7833 Kg / m 3 ,

nilai luas permukaan spesimen ( A ) sebesar 2140 mm 2 , dan nilai volume

spesimen ( V ) sebesar 4400 mm3 dan nilai kalor jenis spesimen, densitas

spesimen, luas permukaan spesimen dan volume spesimen semua sama pada

waktu perhitungan yang akan di hitung dari nilai-nilai yang terdapat dalam table

4.2 pada halaman selanjutnya.


Tabel 4.3 Proses pendinginan (quenching) spesimen dengan media oli

No  T0 T1 T 2 Tratarata C  A V
3 2
(s ) ( 0C ) ( 0C ) ( 0C ) ( 0C ) ( Kj / Kg.0 C ) ( Kg / m ) (mm ) (mm3 )

1 10 700 34 37 35,5 0,465 7833 2140 4400

2 20 700 34 40 37 0,465 7833 2140 4400

3 30 700 34 42 38 0,465 7833 2140 4400

4 40 700 34 44 39 0,465 7833 2140 4400

5 50 700 34 46 40 0,465 7833 2140 4400

6 70 700 34 47 40,5 0,465 7833 2140 4400

7 70 700 34 46 40 0,465 7833 2140 4400

8 80 700 34 44 39 0,465 7833 2140 4400

9 90 700 34 43 38,5 0,465 7833 2140 4400

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat di uraikan bahwa, pada pengujian diperoleh

temperatur akhir pemanasan spesimen di dalam tungku pembakaran ( T0 )

spesimen kedua sebesar 700C . ketika di celupkan ke dalam gelas ukur yang

berisi fluida minyak pelumas (oli) sebanyak 1 liter dengan temperatur awal ( T1 )

sebesar 34C . Kemudian, pada waktu 10 detik setelah di celupkan temperatur

akhir ( T 2 ) oli menjadi naik mencapai temperatur 37C dan temperatur rata-

ratanya sebesar 35,5 C , selanjutnya pada waktu 20 detik temperatur oli naik
menjadi 40C dan temperatur rata-ratanya sebesar 37C , pada waktu 30 detik

temperatur oli naik menjadi 42C dan temperatur rata-ratanya sebesar 38C ,

pada waktu 40 detik temperatur oli naik menjadi 44C , pada waktu 50 detik

temperatur oli naik menjadi 46C dan temperatur rata-ratanya sebesar 39C ,

terakhir sampai pada titik akhir kenaikan temperatur panas yang di distribusikan

pada waktu 60 detik dengan temperatur 47C dan temperatur rata-ratanya sebesar

40,5 C , dan pada waktu 70 detik temperatur fluida oli mengalami penurunan

sebesar 46C dan temperatur rata-ratanya sebesar 40C , pada waktu 80 detik

temperatur fluida oli mengalami penurunan sebesar 44C dan temperatur rata-

ratanya sebesar 39C , dan terakhir sampai pada titik akhir penurunan temperatur

fluida oli pada waktu 90 detik dengan temperatur 43C dan temperatur rata-

ratanya sebesar 38,5 C dimana temperatur fluida oli tidak dapat lagi mengalami

perubahan temperatur (konstan). Nilai kalor jenis spesimen (C) sebesar 0,465

Kj / Kg.0 C , nilai densitas spesimen (  ) sebesar 7833 Kg / m 3 , nilai luas

permukaan spesimen ( A ) sebesar 2140 mm 2 , dan nilai volume spesimen ( V )

sebesar 4400 mm3 dan nilai kalor jenis spesimen, densitas spesimen, luas

permukaan spesimen dan volume spesimen semua sama pada waktu perhitungan

yang akan di hitung dari nilai-nilai yang terdapat dalam table 4.2 pada halaman

selanjutnya.
4.2 Perhitungan Data Secara Teoritis

4.2.1 Menghitung Nilai Kalor yang di Butuhkan Untuk Memanaskan

Spesimen

Menghitung nilai kalor yang di butuhkan untuk memanaskan

kedua spesimen dari temperatur awal 37C sampai pada temperatur akhir

spesimen sebesar 700C , yang di dapat dari hasil pemanasan

menggunakan tungku pembakaran pada temperatur akhir ruang bakar

720C dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.4) sebagai

berikut:

1. Spesimen pertama

Q  m . c p . T (T 1  T 0 )
 0,04 kg  0,465 kJ/kg. C  (700  37)C
 12,3318kJ

2. Spesimen kedua

Q  m .c p . ΔT (T1  T0 )
 0,04 kg  0,46 5kJ/kg. C  (700  37)C
 12,3318 kJ
4.2.2 Menghitung Nilai Kalor yang di Serap oleh Fluida Media Pendingin

Untuk menghitung nilai kalor yang di serap oleh fluida media pendingin

dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.4) sebagai berikut:

1. Nilai kalor yang di serap oleh fluida air dari spesimen pertama :

a. Dalam waktu 10 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida air:

T0  T1 31  40
Trata rata    35,5 C
2 2

Maka, (c p ) air saat bertemperatur 35,5 C  4,174 kJ/kg. C di dapat dari hasil

interpolasi dari pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.

37,78  35,5 4,174  X



37,78  32,22 4,174  4,174
2,28 4,174  X T (C) c p (kJ/kg.C)

5,56 0
2,28  0 32,22 4,174
4,174  X 
5,56
 X  0  4,174 35,5 4,174
X  4,174 kJ/kg. C
37,78 4,174

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama pada

waktu 10 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
air

 1 kg  4,174 kJ/kg. C  (40  31) C


 37,56 kJ
b. Dalam waktu 20 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida air:

T0  T1 31  47
Trata rata    39 C
2 2

Maka, (c p ) air saat bertemperatur 39C  4,174 kJ/kg. C di dapat dari hasil

interpolasi pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.

43,33  39 4,174  X

43,33  37,78 4,174  4,174
4,33 4,174  X

5,55 0
4,33  0
4,174  X 
5,55
 X  0  4,174
X  4,174 kJ/kg. C

T (C) c p (kJ/kg.C)

37,78 4,174
39 4,174
43,33 4,174

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama

pada waktu 20 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
air

 1 kg  4,174 kJ/kg. C  (47  31) C


 66,78 kJ
c. Dalam waktu 30 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida air:

T0  T1 31  55
Trata rata    43 C
2 2

Maka, (c p ) air saat bertemperatur 43 C  4,174 kJ/kg. C di dapat dari hasil

interpolasi pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.

43,33  43 4,174  X

43,33  37,78 4,174  4,174
0,33 4,174  X

5,55 0
0,33  0
4,174  X 
5,55
 X  0  4,174
X  4,174 kJ/kg. C

T (C) c p (kJ/kg.C)

37,78 4,174
43 4,174
43,33 4,174

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama

pada waktu 30 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
air

 1 kg  4,174 kJ/kg. C  (55  31) C


 100,18 kJ
d. Dalam waktu 40 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida air:

T0  T1 31  59
Trata rata    45 C
2 2

Maka, (c p ) air saat bertemperatur 45 C  4,174 kJ/kg. C di dapat dari hasil

interpolasi pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 3.

48,89  45 4,174  X

48,89  43,33 4,174  4,174
3,89 4,174  X

5,56 0
3,89  0
4,174  X 
5,56
 X  0  4,174
X  4,174

T (C) c p (kJ/kg.C)

43,33 4,174
45 4,174
48,89 4,174

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama

pada waktu 40 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
air

 1 kg  4,174 kJ/kg. C  (59  31) C


 123,69 kJ
e. Dalam waktu 50 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida air:

T0  T1 31  61
Trata rata    46 C
2 2

Maka, (c p ) air saat bertemperatur 46 C  4,174 kJ/kg. C di dapat dari hasil

interpolasi pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.

48,89  46 4,174  X

48,89  43,33 4,174  4,174
2,89 4,174  X

5,56 0
2,89  0
4,174  X 
5,56
 X  0  4,174
X  4,174

T (C) c p (kJ/kg.C)

43,33 4,174
46 4,174
48,89 4,174

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama

pada waktu 50 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
air

 1 kg  4,174 kJ/kg. C  (61  31) C


 125,22 kJ
f. Dalam waktu 60 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida air:

T0  T1 31  56
Trata rata    43,5 C
2 2

Maka, (c p ) air saat bertemperatur 43,5 C  4,174 kJ/kg. C di dapat melalui

interpolasi dari tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.

48,89  43,5 4,174  X



48,89  43,33 4,174  4,174
5,39 4,174  X

5,56 0
5,39  0
4,174  X 
5,56
 X  0  4,174
X  4,174

T (C) c p (kJ/kg.C)

43,33 4,174
43,5 4,174
48,89 4,174

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama

pada waktu 60 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
air

 1 kg  4,174 kJ/kg. C  (56  31) C


 104,35 kJ
g. Dalam waktu 70 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida air:

T0  T1 31  48
Trata rata    39,5 C
2 2

Maka, (c p ) air saat bertemperatur 39,5 C  4,174 kJ/kg. C di dapat dari hasil

interpolasi pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.

43.33  39,5 4,174  X



43,33  37,78 4,174  4,174
3,83 4,174  X

5,55 0
3,83  0
4,174  X 
5,55
 X  0  4,174
X  4,174

T (C) c p (kJ/kg.C)

37,78 4,174
39,5 4,174
43,33 4,174

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama

pada waktu 70 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
air

 1 kg  4,174 kJ/kg. C  (48  31) C


 70,96 kJ
h. Dalam waktu 80 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida air:

T0  T1 31  36
Trata rata    33,5 C
2 2

Maka, (c p ) air saat bertemperatur 33,5 C  4,174 kJ/kg. C di dapat dari hasil

interpolasi pada tabel Sifat-sifat Air (zat cair jenuh) pada lampiran 2.

37,78  33,5 4,174  X



37,78  32,22 4,174  4,174
4,28 4,174  X

5,56 0
4,28  0
4,174  X 
5,56
 X  0  4,174
X  4,174

T (C) c p (kJ/kg.C)

32,22 4,174
33,5 4,174
37,78 4,174

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida air dari spesimen pertama

pada waktu 80 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
air

 1 kg  4,174 kJ/kg. C  (36  31) C


 20,87 kJ
2. Nilai kalor yang di serap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari spesimen

kedua :

a. Dalam waktu 10 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida oli (minyak pelumas):

T0  T1 34  37
Trata rata    35,5 C
2 2

Maka, (c p ) oli saat bertemperatur 35,5 C  1,945 kJ/kg. C di dapat dari

hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.

40  35,5 1,964  X T (C) c p (kJ/kg.C)



40  20 1,964  1,880
4,5 1,964  X 20 1,880

20 0,084
4,5  0,084 35,5 1,945
1,964  X 
20
40 1,964
 X  0,0189  1,964
X  1,945 kJ/kg. C

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari

spesimen kedua pada waktu 10 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
oli

 0,97 kg  1,945 kJ/kg. C  (37  34) C


 5,66 kJ
b. Dalam waktu 20 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida oli (minyak pelumas):

T0  T1 34  40
Trata rata    37 C
2 2

Maka, (c p ) oli saat bertemperatur 37 C  1,951kJ/kg. C di dapat dari

hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.

40  37 1,964  X

40  20 1,964  1,880
3 1,964  X

20 0,084
3  0,084
1,964  X 
20

 X  0,0126  1,964
X  1,951 kJ/kg. C

T (C) c p (kJ/kg.C)

20 1,880
37 1,951
40 1,964

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari

spesimen kedua pada waktu 20 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
oli

 0,97 kg  1,951 kJ/kg. C  (40  34) C


 11,35 kJ
c. Dalam waktu 30 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida oli (minyak pelumas):

T0  T1 34  42
Trata rata    38 C
2 2

Maka, (c p ) oli saat bertemperatur 38 C  1,956 kJ/kg. C di dapat dari

hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.

40  38 1,964  X

40  20 1,964  1,880
2 1,964  X

20 0,084
2  0,084
1,964  X 
20

 X  0,0084  1,964
X  1,956 kJ/kg. C

T (C) c p (kJ/kg.C)

20 1,880
38 1,956
40 1,964

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari

spesimen kedua pada waktu 30 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
oli

 0,97 kg  1,956 kJ/kg. C  (42  34) C


 15,18 kJ
d. Dalam waktu 40 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida oli (minyak pelumas):

T0  T1 34  44
Trata rata    39 C
2 2

Maka, (c p ) oli saat bertemperatur 39 C  1,959 kJ/kg. C di dapat dari

hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.

40  39 1,964  X

40  20 1,964  1,880
1 1,964  X

20 0,084
1  0,084
1,964  X 
20

 X  0,0042  1,964
X  1,959 kJ/kg. C

T (C) c p (kJ/kg.C)

20 1,880
39 1,959
40 1,964

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari

spesimen kedua pada waktu 40 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
oli

 0,97 kg  1,959 kJ/kg. C  (44  34) C


 19 kJ
e. Dalam waktu 50 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida oli (minyak pelumas):

T0  T1 34  46
Trata rata    40 C
2 2

Maka, (c p ) oli saat bertemperatur 40 C  1,964 kJ/kg. C di dapat dari

Tabel Sifat-sifat oli (Zat cair Jenuh) pada lampiran 3.

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari

spesimen kedua pada waktu 50 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
oli

 0,97 kg  1,964 kJ/kg. C  (46  34) C


 22,86 kJ
f. Dalam waktu 60 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida oli (minyak pelumas):

T0  T1 34  47
Trata rata    40,5 C
2 2

Maka, (c p ) oli saat bertemperatur 40,5 C  1,961kJ/kg. C di dapat dari

hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.

60  40,5 2,047  X

60  40 2,047  1,964
19,5 2,047  X

20 0,083
19,5  0,083
2,047  X 
20

 X  0,081  2,042
X  1,961 kJ/kg. C

T (C) c p (kJ/kg.C)

40 1,964
40,5 1,961
60 2,047

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari

spesimen kedua pada waktu 60 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
oli

 0,97 kg  1,961 kJ/kg. C  (47  34) C


 24,73 kJ
g. Dalam waktu 70 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida oli (minyak pelumas):

T0  T1 34  46
Trata rata    40 C
2 2

Maka, (c p ) oli saat bertemperatur 40 C  1,964 kJ/kg. C di dapat dari

Tabel Sifat-sifat oli (Zat cair Jenuh) pada lampiran 3.

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari

spesimen kedua pada waktu 70 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
oli

 0,97 kg  1,964 kJ/kg. C  (46  34) C


 22,86 kJ
h. Dalam waktu 80 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida oli (minyak pelumas):

T0  T1 34  44
Trata rata    39 C
2 2

Maka, (c p ) oli saat bertemperatur 39 C  1,959 kJ/kg. C di dapat dari

hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.

40  39 1,964  X

40  20 1,964  1,880
1 1,964  X

20 0,084
1  0,084
1,964  X 
20

 X  0,0042  1,964
X  1,959 kJ/kg. C

T (C) c p (kJ/kg.C)

20 1,880
39 1,959
40 1,964

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari

spesimen kedua pada waktu 80 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
oli

 0,97 kg  1,959 kJ/kg. C  (44  34) C


 19 kJ
i. Dalam waktu 90 detik

Dengan temperatur rata-rata fluida oli (minyak pelumas):

T0  T1 34  43
Trata rata    38,5 C
2 2

Maka, (c p ) oli saat bertemperatur 38,5 C  1,958 kJ/kg. C di dapat dari

hasil interpolasi pada tabel Sifat-sifat Oli (zat cair jenuh) pada lampiran 3.

40  38,5 1,964  X

40  20 1,964  1,880
1,5 1,964  X

20 0,084
1,5  0,084
1,964  X 
20

 X  0,0063  1,964
X  1,958 kJ/kg. C

T (C) c p (kJ/kg.C)

20 1,880
38,5 1,958
40 1,964

Maka, nilai kalor yang dapat diserap oleh fluida oli (minyak pelumas) dari

spesimen kedua pada waktu 60 detik adalah:

Q  m . c p . (T1  T0 )
oli

 0,97 kg  1,958 kJ/kg. C  (43  34) C


 17,1 kJ
4.2.3 Menghitung Nilai Koefisien Perpindahan Panas Konveksi

Menghitung nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen

terhadap fluida media pendingin air dan oli saat proses pendinginan (quenching),

dapat di hitung dengan menggunakan Persamaan (2.8) sebagai berikut:

Persamaan (2.8)

T0  T  [ hA / cV ] 
e
T1  T

Maka penyelesaiannya:

 T  T   [ hA / cV ] 
ln  0   ln e
 T1  T 

 T  T 
ln  0    [hA / cV ] . ln e
 1
T  T 

 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
1. Menghitung nilai koefisien perpindahan panas konveksi spesimen
pertama pada fluida air:

a. Dalam waktu 10 detik

 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  31  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  31 2,14.10 3 m 2  10s
h  3,53 W/m 2 .C

b. Dalam waktu 20 detik

 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  31  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  31 2,14.10 3 m 2  20s
h  1,77 W/m 2 .C

c. Dalam waktu 30 detik

 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  31  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  31 2,14.10 3 m 2  30s
h  1,18 W/m 2 .C

d. Dalam waktu 40 detik

 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  31  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  31 2,14.10 3 m 2  40s
h  0,88 W/m 2 .C
e. Dalam waktu 50 detik

 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  31  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  31 2,14.10 3 m 2  50s
h  0,71 W/m 2 .C

e. Dalam waktu 60 detik

 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  31  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  31 2,14.10 3 m 2  60s
h  0,59 W/m 2 .C

e. Dalam waktu 70 detik

 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  31  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  31 2,14.10 3 m 2  70s
h  0,50 W/m 2 .C

e. Dalam waktu 80 detik

 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  31  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  31 2,14.10 3 m 2  80s
h  0,44 W/m 2 .C
2. Menghitung nilai koefisien perpindahan panas konveksi spesimen kedua

pada fluida oli (minyak pelumas)

a. Dalam waktu 10 detik

 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  34  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  34  2,14.10 3 m 2  10s
h  4,05 W/m 2 .C

b. Dalam waktu 20 detik

 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  34  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  34  2,14.10 3 m 2  20s
h  2,02 W/m 2 .C

c. Dalam waktu 30 detik

 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  34  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  34  2,14.10 3 m 2  30s
h  1,35 W/m 2 .C

d. Dalam waktu 40 detik

 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  34  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  34  2,14.10 3 m 2  40s
h  1,01 W/m 2 .C
e. Dalam waktu 50 detik
 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  34  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  34  2,14.10 3 m 2  50s
h  0,81 W/m 2 .C
f. Dalam waktu 60 detik
 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  34  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  34  2,14.10 3 m 2  60s
h  0,67 W/m 2 .C
g. Dalam waktu 70 detik
 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  34  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  34  2,14.10 3 m 2  70s
h  0,58 W/m 2 .C
h. Dalam waktu 80 detik
 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  34  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  34  2,14.10 3 m 2  80s
h  0,51 W/m 2 .C
i. Dalam waktu 90 detik
 T  T  cV
h   ln  0 
 T1  T  A
6
 37  34  7833 kg/m  0,465 kJ/kg. C  4,4.10 m
3 3
h   ln  
 700  34  2,14.10 3 m 2  90s
h  0,45 W/m 2 .C
4.3 Bentuk Kontur Grafik Temperatur terhadap waktu
1. Kontur grafik distribusi temperatur terhadap waktu dari spesimen
pertama terhadap fluida air.

Tabel 4.4 Distribusi temperatur terhadap waktu dari spesimen pertama terhadap
fuida air.
Waktu (detik/second)
Temperatur fluida air (oC)

40 10

47 20

55 30

59 40

61 50

56 60

48 70

36 80

Grafik 4.1 Grafik temperatur terhadap waktu pada proses perpindahan panas dari
spesimen pertama terhadap fluida air.

Grafik Temperatur terhadap Waktu pada proses


Perpindahan Panas dari Spesimen Pertama Terhadap
Fluida Air

70
Temperatur Fluida Air (°C)

60 61
59 56
55
50 48
47
40 40
36
30 31
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu (detik/second)
Berdasarkan Grafik 4.1 dapat di simpulkan bahwa, pada pengujian

diperoleh temperatur akhir spesimen pertama sebesar 700C hasil dari

pemanasan di dalam tungku pembakaran. ketika spesimen di celupkan ke dalam

gelas ukur yang berisi fluida air sebanyak 1 liter dengan temperatur awal fluida air

sebesar 31C . Kemudian, pada waktu 10 detik setelah di celupkan temperatur air

menjadi naik mencapai temperatur 40C , selanjutnya pada waktu 20 detik

temperatur air naik menjadi 47C , pada waktu 30 detik temperatur air naik

menjadi 55C , pada waktu 40 detik temperatur air naik menjadi 59C , terakhir

sampai pada titik akhir kenaikan temperatur panas yang di distribusikan pada

waktu 50 detik dengan temperatur 61C dan pada waktu 60 detik temperatur air

mengalami penurunan sebesar 56C , pada waktu 70 detik temperatur fluida air

mengalami penurunan sebesar 48C dan terakhir sampai pada titik akhir

penurunan temperatur fluida air pada waktu 80 detik dengan temperatur 36C ,

dimana temperatur fluida air tidak dapat lagi mengalami perubahan temperatur

(konstan).
Tabel 4.5 Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen pertama
terhadap fluida air pada tiap-tiap waktu.

Nilai koefisien perpindahan panas konveksi Waktu (detik/second)


(W/m2.oC)
3,53 10

1,77 20

1,18 30

0,88 40

0,71 50

0,59 60

0,50 70

0,44 80

Grafik 4.2 Grafik Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen pertama
terhadap fluida air pada tiap-tiap waktu.

Grafik Nilai Koefisien Perpindahan Panas Konveksi dari


Spesimen Pertama Terhadap Fluida Air Pada Tiap-Tiap
Nilai koefisien perpindahan panas Konveksi

Waktu
4
3.5 3.53

3
(W/m².°C)

2.5
2
1.77
1.5
1.18
1
0.88 0.71 0.59 0.5
0.5 0.44
0
10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu (detik/second)
Berdasarkan Grafik 4.2 dapat disimpulkan bahwa, nilai koefisien

perpindahan panas dari temperatur akhir spesimen pertama sebesar 700C

terhadap fluida air dengan temperatur 31C pada waktu 10 detik adalah sebesar

3,53 W/m2. C , kemudian pada waktu 20 detik turun menjadi 1,77 W/m2. C , pada

waktu 30 detik turun menjadi 1,18 W/m2. C , pada waktu 40 detik turun menjadi

0,88 W/m2. C , pada waktu 50 detik turun menjadi 0,71 W/m2. C , pada waktu 60

detik turun menjadi 0,59 W/m2. C , pada waktu 70 detik turun menjadi 0,50

W/m2. C , terakhir sampai pada titik akhir penurunan pada waktu 80 detik turun

menjadi 0,44 W/m2. C .


2. Kontur grafik distribusi temperatur terhadap waktu dari spesimen kedua
terhadap fluida oli (minyak pelumas).

Tabel 4.6 Distrribusi temperatur terhadap waktu terhadap fluida oli (Minyak
pelumas).

Temperatur Fluida Oli (oC) Waktu (detik/second)


37 10
40 20
42 30
44 40
46 50
47 60
46 70
44 80
43 90

Grafik 4.3 Distribusi temperatur perpindahan panas dari spesimen kedua terhadap fluida
oli (minyak pelumas) yang di pengaruhi oleh waktu.

Grafik Temperatur terhadap Waktu pada proses


Perpindahan Panas dari Spesimen Kedua Terhadap Fluida
70 Oli (Minyak Pelumas)
60
Temperatur Fluida Oli (°C)

50
46 47 46
42 44 44 43
40 40
37
34
30

20

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (detik/second)
Berdasarkan Grafik 4.3 dapat di simpulkan bahwa, pada pengujian

diperoleh temperatur akhir spesimen kedua sebesar 700C hasil dari pemanasan

didalam tungku pembakaran. ketika di celupkan ke dalam gelas ukur yang berisi

fluida minyak pelumas (oli) sebanyak 1 liter dengan temperatur awal oli sebesar

34C . Kemudian, pada waktu 10 detik setelah di celupkan temperatur oli menjadi

naik mencapai temperatur 37C , selanjutnya pada waktu 20 detik temperatur oli

naik menjadi 40C , pada waktu 30 detik temperatur oli naik menjadi 42C , pada

waktu 40 detik temperatur oli naik menjadi 44C , pada waktu 50 detik

temperatur oli naik menjadi 46C , terakhir sampai pada titik akhir kenaikan

temperatur panas yang di distribusikan pada waktu 60 detik dengan temperatur

47C dan pada waktu 70 detik temperatur fluida oli mengalami penurunan

sebesar 46C , pada waktu 80 detik temperatur fluida oli mengalami penurunan

sebesar 44C , dan terakhir sampai pada titik akhir penurunan temperatur fluida

oli pada waktu 90 detik dengan temperatur 43C , dimana temperatur fluida oli

tidak dapat lagi mengalami perubahan temperatur (konstan).


Tabel 4.7 Nilai Koefisien Perpindahan Panas konveksi dari spesimen kedua
terhadap fluida oli (Minyak pelumas) pada tiap-tiap waktu.

Nilai Koefisien perpindahan panas konveksi Waktu (detik/second)


(W/m2.oC)
4,05 10
2,02 20
1,35 30
1,01 40
0,81 50
0,67 60
0,58 70
0,51 80
0,45 90

Grafik 4.4 Grafik Nilai koefisien perpindahan panas konveksi dari spesimen kedua
terhadap fluida oli (minyak pelumas) pada tiap-tiap waktu yang di
tentukan.

Grafik Nilai Koefisien Perpindahan Panas Konveksi dari


Spesimen kedua Terhadap Fluida oli (Minyak Pelumas)
Nilai Koefisien perpindahan Panas Konveksi

Pada Tiap-Tiap Waktu


4.5
4 4.05
3.5
(W/m².°C)

3
2.5
2 2.02
1.5
1.35
1 1.01
0.81 0.67 0.58 0.51
0.5 0.45
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (detik/second)
Berdasarkan Grafik 4.4 dapat disimpulkan bahwa, nilai koefisien

perpindahan panas dari temperatur akhir spesimen kedua sebesar 700C terhadap

fluida oli dengan temperatur 34C pada waktu 10 detik adalah sebesar 4,05

W/m2. C , kemudian pada waktu 20 detik turun menjadi 2,02 W/m2. C , pada

waktu 30 detik turun menjadi 1,35 W/m2. C , pada waktu 40 detik turun menjadi

1,01 W/m2. C , pada waktu 50 detik turun menjadi 0,81 W/m2. C , pada waktu 60

detik turun menjadi 0,67 W/m2. C , pada waktu 70 detik turun menjadi 0,58

W/m2. C , pada waktu 80 detik turun menjadi 0,51 W/m2. C , terakhir sampai

pada titik akhir penurunan pada waktu 90 detik turun menjadi 0,45 W/m2. C .
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan analisa data yang telah dilakukan pada

proses Heat Treatment dengan temperatur akhir spesimen sebesar 700 oC

menggunakan Baja NS 1045 yang kemudian dilanjutkan dengan proses quenching

dengan media pendingin air dan minyak pelumas, dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Perbandingan antara air dan oli (minyak pelumas) adalah bahwa, fluida oli

masih mengalami kenaikan temperatur sampai waktu 60 detik dengan

temperatur 47C , sedangkan fluida air mengalami kenaikan temperatur

hanya sampai waktu ke 50 detik dengan temperatur 61C . Hal ini

membuktikan bahwa fluida air cepat menyerap panas namun juga cepat

melepaskan panas dan sebaliknya, bahwa fluida oli (minyak pelumas)

lambat dalam menyerap panas namun juga lambat dalam melepaskan

panas.

2. Nilai koefisien perpindahan panas konveksi yang optimal dari spesimen

pertama yang bertemperatur akhir 700C terhadap fluida air pada waktu

50 detik adalah sebesar 0,71 W/m2. C . dan,


3. Nilai koefisien perpindahan panas konveksi yang optimal dari spesimen

kedua yang bertemperatur akhir 700C terhadap fluida oli (minyak

pelumas) pada waktu 60 detik adalah sebesar 0,67 W/m2. C .

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan, penulis

menyarankan beberapa hal antara lain :

1. Bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan atau melakukan pengujian ini,

dianjurkan agar alat perlakuan panas ini dimodifikasi kembali sehingga

nantinya akan mendapat kesempurnaan pada saat pengujian.

2. Temperatur air atau oli pendingin perlu dikontrol untuk menghasilkan data

dengan kondisi yang seragam pada setiap perlakuan.

3. Bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan atau melakukan pengujian ini,

dianjurkan agar memvariasikan bahan-bahan uji yang di gunakan atau

menggunakan media pendingin yang berbeda untuk mengetahui

perbandingan nilai perpindahan panasnya.

4. Bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan atau melakukan pengujian ini,

dianjurkan agar menghitung perpindahan panas konveksi dan perpindahan

panas konduksi.
DAFTAR PUSTAKA

Holman, J.P. “ Perpindahan Kalor”. Erlangga, Jakarta, 1986.


Amanto, Hari. “Ilmu Bahan”. Bumi Aksara, Jakarta, 1991.
Schonmentz, Gruber. “ Pengetahuan Bahan Dalam Pengerjaan Logam”.
Bandung, Aksara, 1985 : 260.

Ricky Septian. ”Diagram TTT (Time, Temperature, & Transformation)” . Blog


mahasiswa Universitas Brawijaya.
URL:.http://www.scribd.com/doc/78923416/Heat-Treatment
Diakses oleh Masduki Pratama pada tanggal 06 Mei 2014

Joko Waluyo. “Pengaruh Temperatur Dan Waktu Tahan Pada Proses


Karburisasi Cair Terhadap Kekerasan Baja AISI 1025 Dengan Media
Pendinginan Air”. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta, 2009.
URL : http://eprints.uns.ac.id/7760/1/126520308201005131.pdf
Diakses oleh Masduki Pratama pada tanggal 06 Mei 2014

Bambang Tri Wibowo. “Pengaruh Temper Dengan Quenching Media Pendingin


Oli Mesran Sae 40 Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis Baja St 60”. Fakultas
Teknik Universitas Negri Semarang, 2006.
URL: http://ahmadefancenter.files.wordpress.com/2010/06/quench-oli-sae-40.pdf
Diakses oleh Masduki Pratama pada tanggal 5 Juni 2014

http://hukummaritimardiansyahab.blogspot.com/2011_06_01_archive.html
Diakses oleh Masduki Pratama pada tanggal 8 Mei 2014
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Masduki Pratama

Tempat & Tanggal Lahir : Bandar Telu, 04 Agustus 1992

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Dusun Emplasmen Perkebunan Turangi,


Kecamatan Bahorok.

No. Hp : 082167347171

RIWAYAT PENDIDIKAN

1998-2004 : SD Negeri 050645 Turangi

2004-2007 : SMP N 1 Bahorok

2007-2010 : SMK – TI YPHB Kuala

2010-2014 : Tercatat sebagai Mahasiswa UMSU, Program


Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik (Konversi
Energi)
Penelitian dan Karya Tulis :

Masduki Pratama, dan rekan-rekan kelompok “Mesin Pembuat Es Krim sistem

mixer menggunakan tabung horizontal dengan kapasitas 4 kg. Sebagai syarat

kelulusan pada mata kuliah Teknologi Tepat Guna.

Kegiatan Lainnya:

Melaksanakan kerja praktek di P.T. P.P. London Sumatera. Tbk. Turangi Palm Oil

Mill.

You might also like