You are on page 1of 14

Disusun Oleh : Adelia Melianti (406107010)

Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara
Reaksi alergi terhadap antibiotik morbiditas,
mortalitas dan biaya pemeliharaan kesehatan.
Kulit organ yang sering terkena dampak reaksi obat.
2,2 % dari frekuensi reaksi obat : amoxicilin,
ampicillin, trimethoprim sulfamethoxazole.
3,6% dari 1000 pasien rawat inap : 55 % kasus alergi
antibiotik.
Imunologi ( sel T) reaksi hipersensitivitas tipe
lambat (erupsi maculopapular)
Onset : beberapa hari minggu
Sekunder : menit - jam
HIV
frekuensi reaksi alergi antibiotik > non HIV
(sulfamethoxazole, amoxicillin, clindamycin, dapsone
dan amithiozone)
Hipersensitivitas terhadap trimethoprim
sulfamethoxazole : 20 80% pada pasien dengan HIV
Kistik Fibrosis
30% alergi terhadap 1 atau lebih antibiotik.
(piperacillin, ceftazidime dan ticarcillin)
Infeksi Mononucleosis : reaksi alergi terhadap
penicillin dan antiotik lainnya meningkat. (infeksi
virus)
Riwayat medis penting !
Skin test alergen spesifik IgE antibodi
Akurasi tinggi untuk identifikasi alergi penisilin.
Skin-prick test intrakutan test.
Tes lain : Coombss test, limfosit transformasi test, test
provokasi.

Desensitisasi Obat
43 dari 57 kasus (75%) berhasil
11 (19%) reaksi alergi berat
3 terminasi

Graded Challenge ( tes provokasi)


Resiko terhadap reaksi sefalosporin meningkat pada
pasien dengan hasil skin tes terhadap penisilin yang
positif .
6 dari 135 pasien dengan hasil skin tes penisilin (+)
reaksi terhadap sefalosporin
Pasien dengan riwayat alergi terhadap sulfonamid,
mempunyai resiko terhadap reaksi alergi non
antibiotik sulfonamid meningkat( diuretik,
sulfonilurea, celecoxib)
Untuk pasien yang curiga mempunyai riwayat reaksi
IgE terhadap penisilin, skin test merupakan indikasi,
sebelum mereka menerima antibiotik beta laktam
lainnya.

You might also like