You are on page 1of 6

JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 2, NO.

1, MARET 2011: 1-6


1
Penurunan Kadar Logam Berat dan Kekeruhan Air Limbah
Menggunakan Proses Elektrokoagulasi

Sutanto
1*
, Danang Widjajanto
1
, dan Hidjan
2


1. J urusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri J akarta, Depok16425, Indonesia
2. J urusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri J akarta, Depok16425, Indonesia

*
E-mail : stanto09@gmail.com


Abstrak

Kandungan polutan dalam air limbah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan polusi lingkungan. Air limbah dengan
kandungan polutan tinggi harus diturunkan sampai memenuhi ambang batas aman, sehingga tidak merusak lingkungan.
Kandungan maksimum logam berat dan parameter lain yang diizinkan dalam air limbah masing-masing adalah: 1,0
mg/L untuk besi (Fe), 0,5 mg/L untuk mangan (Mn), 500 mg/L untuk kesadahan (CaCO
3
), 0,05 mg/L untuk arsen (As),
200 mg/L untuk natrium (Na), 0,5 mg/L untuk timbal (Pb), kekeruhan 25 NTU, 6,5 -9,0 untuk pH dan 10 mg/L untuk
bahan organik. J ika kandungan logam berat dan kekeruhan melebihi dari ketentuan tersebut, maka air harus diolah
sampai memenuhi syarat. Salah satu proses pengolahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menerapkan proses
elektrokagulasi. Penelitian dilakukan dengan mengalirkan campuran air limbah dari industri pembuat komponen
elektronika dan air limbah rumah potong ayam sebanyak 4,5 liter ke dalam bak elektrokoagulasi yang dilengkapi
sumber arus searah. Proses elektrokoagulasi dijalankan menggunakan arus 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, dan 0,5 ampere dengan
interval waktu pengamatan 20 menit. Analisis kandungan logam berat dilakukan dengan AAS dan kekeruhan dengan
turbidimetri. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar besi yang memenuhi syarat adalah 0,91 mg/L dan kekeruhan
21,2 nepnelometrik turbidity units (NTU) dengan waktu proses 120 menit pada penggunaan arus 0,4 ampere.


Abstract

Reduction of Heavy Metal Content and Turbidity in Waste Water by Using Electrokoagulation Process. The
content pollutants in waste water that are not controlled can cause environmental pollution. The waste water with high
content of pollutants must be reduced until to be safe for the environment. Maximum content of heavy metals and the
other parameter that eligible in waste water are: 1.0 mg/L for iron (Fe), 0.05 mg/L for manganese (Mn), 500 mg/L for
hardness (CaCO
3
), 0.5 mg/L for arsen (As), 200 mg/L for sodium (Na), 0.5 mg/L for lead (Pb), 25 NTU for turbidity,
6.5-9.0 for pH and 10 mg/L for organic matter. If the content of heavy metals and turbidity in the waste water is over of
such provision, then the water must be treated until approach like as recommended. One of the processing carried out in
this research is to apply the electrocoagulation process. The research is conducted by flowing water of 4.5 liters of
mixed between waste water of electronic industry and waste water from home industry into the bath electrocoagulation
process that equipped with source of direct current. The process is run with an electric current 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, and 0.5
amperes with intervals of 20 minutes for observation data. The content of heavy metals are analyzed by AAS and the
turbidity by turbidimetry. The results showed that the iron content eligible is 0.91 mg/L and turbidity is 21.2 NTU at
120 minutes on the use current of 0.4 ampere.

Keywords: electrocoagulation, pollutants, reduction of heavy metal, turbidity



1. Pendahuluan

Air limbah sebelum dibuang kelingkungan sebaiknya
telah terkontrol kandungan logam berat, kekeruhan dan
bahan organik yang ada didalamnya supaya tidak
menyebabkan polusi dan kerusakan lingkungan.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No
416/Menkes/Per/IX/1990 [1], kandungan maksimum
logam berat dan parameter lain dalam air limbah
masing-masing ditunjukkan pada Tabel 1.
JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 2, NO. 1, MARET 2011: 1-6 2
Untuk menjamin keamanan air limbah sebelum dibuang
ke lingkungan sebaiknya air tersebut telah diolah,
sehingga bisa mendekati ambang batas aman sebagai air
baku buangan. Bila ditemukan satu jenis logam berat
atau lebih dan kekeruhan dengan kadar di atas batas
maksimum, maka kadar logam dan kekeruhan tersebut
harus diturunkan sampai memenuhi standar yang
diizinkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya keracunan atau akibat lain yang
berdampak kurang baik bagi lingkungan sekitarnya.
Salah satu metode yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini adalah penerapan prinsip elektrolisis yang
dikenal sebagai proses elektrokoagulasi.

Menurut Carmona (2006) dalam proses elektrokoagulasi
yang menggunakan anoda dan katoda dari bahan
aluminium terjadi reaksi sebagai berikut [2]:
reaksi pada anoda (oksidasi)

2 Al 2 Al
+3
+6 e
-
(1)

reaksi pada katoda (reduksi)

6H
2
O +6 e
-
6 OH
-
+3H
2 +
(2)

2 Al +6 H
2
O 2 Al(OH)
3
+3H
2
(3)

Dari Pers.(3) nampak terbentuk Al(OH)
3
yang berperan
sebagai bahan koagulan, sehingga akan memudahkan
polutan dalam air teperangkap membentuk flok atau
gumpalan yang mudah terendapkan.

Menurut Sutanto et al. (2010) prinsip kerja proses
elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 1 [3].

Untuk keperluan perancangan yang berhubungan
dengan pembentukan ion logam Al
+3
dalam proses
elektrokoagulasi menurut Chen et al. (2000) dibutuhkan
persamaan-persamaan perancangan [4]. Bila proses
dilakukan secara kontinu, maka persamaan waktu
tinggal air dalam bejana adalah:

t =(s)(A)/Q (4)

dengan t : waktu tinggal air limbah dalam bejana (det),
A: luas penampang bejana (cm
2
), Q: debit air limbah
(cm
3
/det) dan S: tinggi bejana (cm).

Persamaan untuk waktu proses elektrolisis menurut
hukum Faraday pertama adalah:

t =[(96.500)(m)(n)]/[(ar)(I)] (5)

dengan t : waktu proses (det), m: massa Al
+3
yang
dilepaskan oleh anoda (gram), n: perubahan bilangan
oksidasi, ar: massa atom relatif dan I: arus listrik
(ampere). J ika Pers. (4) dimasukkan ke Pers. (5), maka
didapat persamaan:

(s)(A)/Q =(96.500)(m)(n)/[ar)(I)] (6)
Tabel 1. Kandungan Maksimum Logam Berat dan
Parameter Lain Dalam Air Limbah [1]

Parameter Kandungan maksimum
Kesadahan 500 mg/L
Timbal (Pb) 0,5 mg/L
Besi (Fe) 1,0 mg/L
Mangan (Mn) 0,5 mg/L
Kekeruhan 25 NTU
Arsen (As) 0,05 mg/L
Natrium (Na) 200 mg/L
pH 6,59,0
Bahan organik 10 mg/L



Gambar 1. Prinsip Kerja Proses Elektrokoagulasi [3]


Sehingga persamaan untuk massa ion logam Al
+3
yang
dihasilkan selama proses elektokoagulasi adalah:

m =(s)(A)(ar)(I)/[(Q)(96.500)(n) (7)

Harga n (perubahan bilangan oksidasi Al) dan ar (massa
atom relatif Al), dalam hal ini n=3 dan ar=27.
Berdasarkan Pers. (7) dapat dijelaskan jika arus yang
digunakan pada proses elektrokoagulasi semakin besar,
maka terbentuknya Al(OH)
3
semakin banyak.
Akibatnya persediaan bahan koagulan Al(OH)
3
menjadi
semakin meningkat, sehingga kecepatan dan
kesempatan untuk mengendapkan polutan dalam air
limbah menjadi semakin meningkat pula.

J ika anoda dibuat dari bahan aluminum dan katoda dari
bahan besi, maka akan terjadi pengendapan ion logam
pada dasar bak proses dengan warna endapan yang
berbeda-beda sesuai dengan jenis logam yang
terkandung dalam air. Beberapa contoh warna endapan
logam berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sutanto et al. (2007)[5], ditunjukkan seperti pada Tabel
2.

Pada penelitian tersebut digunakan anoda aluminium
dengan ukuran panjang 7 cm dan diameter 2 cm.
Sedangkan katoda besi dibuat dengan ukuran panjang 7
cm dan diameter 2 cm.
Sumber DC
Anoda (Al) Katoda (Al)
Al (OH)
3

Al
+3
OH
H
2
O
2
JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 2, NO. 1, MARET 2011: 1-6 3
Tabel 2. Warna Endapan Berbagai Ion Logam Hasil
Proses Elektrokoagulasi Air Limbah

J enis ion logam Warna endapan
Tembaga (Cu
+2
) hijau
Aluminium (Al
+3
) biru
Besi (Fe
+3
) kuning
Kalsium (Ca
+2
) hitam
Magnesium (Mg
+2
) hitam


Contoh proses elektrokoagulasi dengan elektroda
aluminium dilakukan pada penanganan limbah cair yang
mengandung polutan timbal (Pb). Pada proses ini
dihasilkan lumpur yang mengandung Pb bersama-sama
dengan Al(OH)
3
dan dikeluarkan lewat bagian dasar bak
proses, sedangkan cairan bening dikeluarkan lewat
bagian atas bak proses. Pada percobaan yang dilakukan
tersebut digunakan limbah cair dengan kadar awal
kontaminan Pb 10,00 ppm dan zat padat terlarut (TSS)
sebesar 200 ppm. Percobaan dilakukan secara aliran
kontinu dengan debit sebesar 1,5 liter/menit, kuat arus
bervariasi dari 1,0 sampai 5,0 ampere dan variasi waktu
operasi dari 60 sampai 120 menit. Analisis Pb dalam
filtrat hasil akhir dilakukan dengan menggunakan
perangkat atomic absorption spectrophotometer (AAS)
dan analisis TSS menggunakan metode gravimetri. Dari
percobaan diperoleh nilai efisiensi elektrokoagulasi
kontaminan Pb sebesar 99,16% dan TSS sebesar
80,24% pada kuat arus 5,0 ampere dan waktu operasi
120 menit.

Pada pengolahan limbah cair dari limbah rumah potong
hewan (RPH) secara elektrokoagulasi pernah dilakukan
secara batch dengan menempatkan cairan limbah di
dalam sel elektrolisis. Proses dijalankan selama waktu
tertentu untuk menurunkan kadar total suspended solid
(TSS), total disolved solid (TDS), pH (derajad
keasaman) dan turbiditi.Dari hasil penelitian didapatkan
kadar TSS dan TDS yang semakin turun dan efisisensi
removal yang semakin besar. Hal ini menunjukkan
bahwa air limbah tersebut memiliki kualitas yang
semakin baik [6].

Pada penelitian elektrokoagulasi menggunakan empat
buah elektroda yang terbuat dari bahan aluminium (Al)
dan besi (Fe) ternyata proses membutuhkan waktu
operasi lebih pendek untuk mencapai efisiensi removal
(penghilangan) TSS dan TDS yang maksimum dari
pada hanya menggunakan dua buah elektroda. Pada
penggunaan empat buah elektroda dibutuhkan waktu
operasi 70 menit dengan kemampuan penghilangan TSS
dan TDS mencapai 99%, sedangkan pada penggunaan
dua buah elektroda dibutuhkan waktu operasi 90 menit
dengan kemampuan penghilangan TSS dan TDS
maksimum hanya mencapai 98% [7].

2. Metode Penelitian

Bahan untuk elektroda dibuat dari bahan aluminium
jenis HTC 16-35. Air limbah yang diolah adalah berasal
dari industri pembuat komponen elektronika dicampur
air limbah rumah potong ayam dengan kondisi fisik dan
kimia seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Alat pendukung terdiri atas pompa air, avometer,
stabilizer, accumulator, detektor ion logam,
turbidimetry, AAS dan kabel penghantar listrik.
Rangkaian alat penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Alat proses terdiri atas sumber DC, avometer, bak
penampung air limbah, bak proses elektrokoagulasi, bak
pengendap kotoran dan bak penampung air hasil olahan.
Bak penampung air limbah berukuran panjang 40 cm,
lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Bak proses
elektrokoagulasi berbentuk persegi tersusun atas tiga
sel. Masing-masing sel berukuran lebar 5 cm, panjang
20 cm dan tinggi 25 cm yang dilengkapi anoda dan
katoda dari bahan aluminium masing-masing berukuran
lebar 7 cm dan panjang 10 cm. J arak antara anoda dan
katoda 5 cm. Bak pengendap kotoran berbentuk persegi
dengan ukuran tinggi 50 cm, panjang 50 cm dan lebar
50 cm. Bak penampung air hasil olahan berbentuk
kubus dengan panjang sisi 50 cm.

Tabel 2. Kondisi Fisik dan Kimia Air Limbah

Parameter Hasil pengukuran
Tembaga (Cu) 3,52 mg/L
Aluminium (Al) Tidak terdeteksi
Khrom (Cr) Tidak terdeteksi
Besi (Fe) 3,23 mg/L
pH 7,64
Kekeruhan 44,10 NTU
Minyak dan lemak 27 mg/L


Gambar 2. Rangkaian Alat Penelitian

Anoda Anoda
Anoda
Katoda
JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 2, NO. 1, MARET 2011: 1-6 4
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan mengalirkan
air limbah dari bak penampung sebanyak 4,5 liter ke
bak elektrokoagulasi. Sumber DC dihidupkan pada arus
0,1 ampere untuk mengoperasikan proses
elektrokoagulasi. Sumber DC dimatikan setelah proses
berjalan 20 menit. Semua air dari bak elektrokoagulasi
dialirkan ke bak pengendap untuk memisahkan kotoran.
Selanjutnya dilakukan analisiss kandungan logam yang
ada dalam air hasil olahan dengan AAS dan turbidimetri
untuk kekeruhan (turbiditas). Pengulangan perlakuan
yang sama dilakukan dengan waktu pengamatan 40, 60,
80, 100, 120 dan 140 menit. Untuk penelitian
berikutnya digunakan arus listrik 0,2, 0,3, 0,4 , 0,5 dan
0,6 ampere dengan variasi waktu pengamatan 20, 40,
60, 80, 100, 120 dan 140 menit.

3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan Tabel 2 disebutkan bahwa kandungan
logam berat dalam air limbah terdiri atas tembaga (Cu)
sebanyak 3,52 mg/L, besi (Fe) sebanyak 1,21 mg/L dan
tingkat kekeruhan 44,`10 NTU [5]. Artinya kandungan
kedua logam dan kekeruhan tersebut belum memenuhi
standar baku air limbah, karena masih berada di atas
ambang batas aman. Pada pembahasan ini hanya
dibatasi pada pengamatan perubahan kandungan logam
besi (Fe) dan tingkat kekeruhan (turbiditas) saja,
sedangkan logam tembaga tidak dibahas. Hasil
penelitian perubahan kandungan atau kadar logam besi
(Fe) dari proses elektrokoagulasi pada campuran air
limbah industri pembuat komponen elektronik dan
rumah potong ayam ditunjukkan pada Tabel 3 dan
Gambar 3.

Pengukuran kandungan atau kadar besi (Fe) pada Tabel
3 dilakukan dengan alat AAS. Berdasarkan data pada
Tabel 3, ditunjukkan bahwa pada penggunaan waktu
yang semakin lama mengakibatkan terjadinya
penurunan kadar besi semakin signifikan. Ditunjukkan
pula bahwa pada penggunaan arus yang semakin besar
dengan waktu proses yang sama, ternyata terjadi
penurunan kadar besi yang cukup signifikan. Pada hasil

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kadar Besi (Fe) dalam Air
Limbah Setelah Proses Elektrokoagulasi

Kadar Besi (Fe), mg/L
Waktu, Arus Arus Arus Arus Arus
menit 0,1A 0,2 A 0,3 A 0,4 A 0,5 A
0 3,23 3,23 3,23 3,23 3,23
20 3,10 2,88 2,69 2,37 2,00
40 2,97 2,73 2,58 2,12 1,86
60 2,74 2,51 2,37 1,89 1,62
80 2,56 2,39 2,18 1,57 1,21
100 2,42 2,15 1,89 1,29 0,97
120 2,11 1,82 1,57 0,91 0,60
140 1,88 1,58 1,25 0,56 0,21

Gambar 3. Kurva Perubahan Kadar Besi terhadap Waktu


pengamatan proses elektrokoagulasi selama 120 menit
atau 2 jam dengan arus 0,1 ampere terjadi penurunan
kandungan besi dari 3,23 mg/L menjadi 2,11 mg/L.
Demikian juga pada hasil pengamatan proses
elektrokoagulasi yang dilakukan dengan waktu yang
tetap selama 120 menit sedangkan arus yang digunakan
ditingkatkan dari 0,1 ampere menjadi 0,2 ampere, maka
terjadi penurunan kandungan besi dari 2,11 mg/L
menjadi 1,82 mg/L. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
peningkatan pembentukan Al(OH)
3
pada waktu proses
semakin lama dijalankan atau arus yang digunakan
semakin ditingkatkan. Dalam hal ini Al(OH)
3

merupakan senyawa koagulan yang berperan sebagai
bahan penggumpal dan penyerap besi dalam air limbah,
sehingga membentuk senyawa kompleks dengan berat
molekul yang lebih besar dan mudah diendapkan. Dari
Tabel 3 terlihat bahwa untuk memenuhi standar air
limbah dengan kadar besi 1,0 mg/L atau dibawahnya
dibutuhkan waktu masing-masing 120 menit untuk arus
0,4 ampere dan 100 menit untuk arus 0,5. Sedangkan
untuk arus 0,1, 0,2 dan 0,4 ampere sampai dengan
waktu proses 140 menit belum dapat memenuhi syarat
air yang aman terhadap lingkungan. Mengingat
perbedaan biaya yang agak mahal antara penggunaan
arus 0,4 ampere dan 0,5 ampere dan tidak ada
perbedaan waktu yang signifikan untuk mencapai
kondisi standar air limbah yang aman, maka sebaiknya
proses dipilih pada arus 0,4 ampere dan waktu 120
menit. Sedangkan untuk arus 0,1 ampere sampai 0,3
ampere tidak diperlukan. Karena untuk mencapai
standar baku air limbah ternyata proses berjalan terlalu
lama, sehingga kecepatan produksi atau produktivitas
pengolahan air limbah sangat rendah. Gambar 3
memperkuat pernyataan dari hasil penelitian, bahwa ada
kecenderungan penurunan kandungan logam besi (Fe)
pada saat proses dijalankan dengan arus tetap, tetapi
waktu yang digunakan semakin lama. Dari Gambar 3
juga dapat diiinformasikan bahwa ada kecenderungan
penurunan kandungan logam besi (Fe) pada saat proses
JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 2, NO. 1, MARET 2011: 1-6 5
dijalankan dengan waktu tetap, tetapi arus yang
digunakan semakin ditingkatkan.

Hasil penelitian perubahan kekeruhan (turbiditas) dari
proses elektrokoagulasi pada campuran air limbah
industri pembuat komponen elektronik dan rumah
potong ayam ditunjukkan pada Tabel 4 dan Gambar 4.
Pengukuran perubahan kekeruhan air pada Tabel 4
dilakukan menggunakan turbidimetri dengan satuan
NTU (nepnelometrik turbidity units). Berdasarkan Tabel
4 dan Gambar 4, terlihat bahwa kekeruhan air semakin
berkurang pada saat proses dilakukan semakin lama.
Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan
pembentukan Al(OH)
3
. Dalam hal ini Al(OH)
3

merupakan senyawa koagulan yang berperan sebagai
bahan penggumpal dan penyerap berbagai polutan baik
organik maupun anorganik yang terdapat dalam air
limbah, sehingga membentuk senyawa kompleks
dengan berat molekul yang lebih besar dan mudah
diendapkan. Dengan semakin banyaknya endapan yang
terbentuk menyebabkan penurunan jumlah polutan
dalam air, sehingga semakin lama air nampak semakin
jernih atau tingkat kekeruhannya semakin berkurang.

Tabel 4. Hasil Pengukuran Kekeruhan (Turbiditas) Air
Limbah Setelah Proses Elektrokoagulasi

Kekeruhan, NTU
Waktu, Arus Arus Arus Arus Arus
menit 0,1A 0,2 A 0,3 A 0,4 A 0,5 A
0 44,1 44,1 44,1 44,1 44,1
20 42,0 40,2 38,5 36,5 34,2
40 40,7 38,3 36,2 34,2 31,3
60 38,6 36,1 34,1 31,7 28,2
80 34,5 32,3 30,3 27,3 24,6
100 31,6 30,1 28,8 24,2 21,5
120 28,5 26,9 24,4 21,2 18,6
140 26,3 25,2 22,3 19,3 15,7



Gambar 4. Kurva Perubahan Kekeruhan terhadap Waktu
Dari Tabel 4 terlihat, bahwa untuk memenuhi standar
baku air limbah dengan kekeruhan 25 NTU atau
dibawahnya dibutuhkan waktu masing-masing 120
menit untuk arus 0,3 ampere, 100 menit untuk arus 0,4
ampere dan 80 menit untuk arus 0,5 ampere.

Mengingat perbedaan biaya yang agak mahal antara
penggunaan arus 0,3, 0,4 dan 0,5 ampere dan tidak ada
perbedaan waktu yang signifikan untuk mencapai
kondisi standar baku air limbah dengan kekeruhan yang
aman, maka sebaiknya proses dipilih pada arus 0,4
ampere dan waktu 120 menit. Karena dengan kondisi
tersebut kadar besi dan kekeruhan secara simultan telah
memenuhi syarat dalam air limbah yang aman.
Sedangkan untuk arus 0,1 ampere sampai 0,3 ampere
tidak diperlukan. Karena untuk mencapai standar baku
air limbah ternyata proses berjalan terlalu lama,
sehingga kecepatan produksi atau produktivitas
pengolahan air limbah sangat rendah. Dengan
mempertimbangkan efisiensi waktu, biaya operasional,
persyaratan kandungan logam dan tingkat kekeruhan
standar baku air limbah, maka penggunaan arus listrik
0,4 ampere dengan waktu proses 120 menit dapat
direkomendasikan sebagai parameter yang memenuhi
syarat untuk pengolahan air limbah menjadi air yang
aman terhadap lingkungan. Pada penggunaan waktu 120
menit dan arus 0,4 ampere akan didapat kadar besi 0,91
mg/L (kurang dari 1,0 mg/L) dan kekeruhan air 21,2
NTU (kurang dari 25 NTU).

4. Simpulan

Proses elektrokoagulasi dengan elektroda aluminium
dapat menurunkan kadar besi dan kekeruhan dalam air
limbah. Semakin lama waktu proses atau arus semakin
besar, maka kadar besi dan kekeruhan air limbah
semakin turun. Kondisi proses terbaik adalah arus listrik
0,4 ampere dan waktu proses 120 menit dengan kadar
besi 0,91 mg/Ldan kekeruhan 21,2 NTU.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimaksih disampaikan kepada DP2M-DIKTI
yang telah memberikan dana penelitian Stranas tahun
kedua.

Daftar Acuan

[1] Kementerian Kesehatan RI, Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air,
J akarta, 1990.
[2] M. Carmona, M. Khemis, J .P. Leclerc, F. Lapicque,
Chem. Eng. Sci. 61 (2006) 1237.
[3] Sutanto, D. Widjajanto, J urnal Elite Elektro 1
(2010) 59.
JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 2, NO. 1, MARET 2011: 1-6 6
[4] X. Chen., G. Chen, P.L. Yue, Sep. Purif. Technol.
19 (2000) 65.
[5] Sutanto, D.S.T.S. Basuki, D. Wijayanto, Model
Alat Pendeteksi Ion Logam dalam Air dengan
Metode Elektrolisis, Laporan Penelitian, J urusan
Teknik Elektro, Politeknik Negeri J akarta, 2007.
[6] M. Bayramoglu, M. Eyvaz, M. Kobya, E. Senturk,
Sep. Purif. Technol. 51 (2006) 404.
[7] A.F Ardhani, D. Ismawati, Penanganan Limbah
Cair Rumah Pemotongan Hewan dengan Metode
Elektrokoagulasi, Laporan Penelitian, J urusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro, Semarang, 2007.

You might also like