Current Diagnosis & Treatment Nephrology. 2009. page 89-98
GANGGUAN GINJAL AKUT (ACUTE KIDNEY INJURY) GgGA merupakan penyakit mengancam jiwa, terjadi pada 5% pasien rawat inap & 30% pasien ICU. Terjadi penurunan Laju Filtrasi Glomerulus/LFG akut retensi sampah nitrogen, creatinin, BUN, dll, yang seharusnya dibuang. Angka kematian masih besar. DIAGNOSIS GgGA Penurunan mendadak fungsi ginjal (dalam 48 jam) yang ditandai dengan: SC 0.3 mg/dL, atau SC > 1.5x (> 50% bila dibandingkan dengan kadar sebelumnya), atau Produksi urine < 0.5 cc/jam selama > 6 jam. KLASIFIKASI Kriteria RIFLE : Risk: SC 1.5x, LFG 25%, atau produksi urine (PU) < 0.5 mL/kgBB/jam selama 6 jam. Injury: SC 2x, LFG 50%, atau PU < 0.5 mL/kgBB/jam selama 12 jam. Failure: SC 3x, LFG 75%, atau PU < 0.5 mL/kgBB/jam selama 24 jam, atau anuria selama 12 jam. Loss: kehilangan fungsi ginjal yang memerlukan terapi penGgGAnti fungsi ginjal selama > 4 minggu. ESRD (End Stage Renal Disease): kehilangan fungsi ginjal yang memerlukan terapi penGgGAnti fungsi ginjal selama > 3 bulan. Kriteria AKIN (Acute Kidney Injury Network): Stage 1: SC 0.3 mg/dL atau 1.5-2x lipat nilai dasar, atau PU < 0.5 mL/kgBB/jam selama > 6 jam. Stage 2: SC > 2-3x lipat nilai dasar, atau PU < 0.5 mL/kgBB/jam selama > 12 jam. Stage 3: SC > 3x lipat nilai dasar atau SC 4.0 mg/dL dengan peningkatan akut minimal 0.5 mg/dL, atau PU < 0.3 mL/kgBB/jam selama 24 jam atau anuria selama 12 jam. Stage 1 R, stage 2 I, stage 3 F, RIFLE-L dan E dianGgGAp prognosis, bukan tahapan penyakit. Perkiraan LFG menurut Cockroft-Gault:
Perkiraan LFG menggunakan cystatin C(Van Biesen dkk, 2006; Lamiere dkk, 2006): LFG = (140 umur) x BB * 72 x serum kreatinin
* Perempuan: x 0.85 eLFG = 127.7 x CysC -1.17 x umur -0.3 ( x 0.91 bila wanita dan x 1.06 pada kulit hitam ) Perhitungan kriteria RIFLE disesuaikan dengan produksi urine (PU) dan berat badan pasien Roesli 2007
Kriteria RIFLE Berat badan pasien (kg) 40 50 60 70 RIFLE R PU 120 cc dalam 6 jam PU 150 cc dalam 6 jam PU 180 cc dalam 6 jam PU 210 cc dalam 6 jam RIFLE I PU 240 cc dalam 12 jam PU 300 cc dalam 12 jam PU 360 cc dalam 12 jam PU 420 cc dalam 12 jam RIFLE - F PU 288 cc dalam 24 jam, atau ANURI 12 jam PU 360 cc dalam 24 jam, atau ANURI 12 jam PU 432 cc dalam 24 jam, atau ANURI 12 jam PU 504 cc dalam 24 jam, atau ANURI 12 jam ETIOLOGI Azotemia Pre Renal
GgGA Intra Renal
GgGA Post Renal AZOTEMIA PRE RENAL Penyebab GgGA tersering (30-50% kasus) Penurunan aliran darah ke ginjal penurunan aliran darah arteri efektif penurunan volume absolut cairan ekstraselular (misal: hypovolemia), atau volume sirkulasi menurun walaupun volume absolut cairan ekstrasel normal (misal: gagal jantung kongestif). Bagaimana cara mengetahui volume darah arteri efektif? Monitor jantung invasif Fraksi ekskresi sodium oleh ginjal (FE Na+ ): FE NA+ < 1% + SC atau BUN pre renal azotemia penurunan aliran darah ginjal keadaanrakus sodium karena tubulus proksimal berusaha reabsorpsi Na+ dan air sebanyak- banyaknya. Fraksi ejeksi BUN (FE BUN ) < 35% Rasio BUN/SC > 20: 1 karena urea yang telah di filtrasi menjadi di reabsorpsi ke darah, sedangkan SC diekskresi. FE NA+ = urine sodium/serum sodium urine creatinine/serum creatinine Pre-renal (40- 80% of cases) Pre renal Hypotension Hypovolaemia (reduced intravascular volume) Low cardiac output Total loss Volume redistribution Reduced effective circulating volume (Ascites, oedema, 3 rd spacing, congestive cardiac failure) Altered vascular capacitance (Sepsis: shunting, vasodilatation. Hepatorenal syndrome HRS) GI loss (Vomiting, diarrhea, surgical fistulae) Haemorrhage (Visible and occult) Renal loss (Diuretics, polyuria) Skin loss (Exessive sweating, burns) Blakeley S, 2008. Renal Failure and replacement Therapy
GgGA INTRA RENAL Renal (Intrinsic) (20- 40% of cases) Intrinsic Glomerular (Glomerulonephritis) Tubular Interstitial (Autoimmune, toxic, infectious) Vascular Toxic Ischaemic (Extreme pre renal, sepsis, pancreatitis) Large vessel (Renovascular disease, atheroembolic) Small vessel (Vasculitis, HRS, renovascular, malignant hypertension) Intrinsic toxins (Rhabdomyolysis, massive aemolysis tumour lysis, myeloma) Extrinsic toxins (Radio contrast, drugs, antibiotics) Blakeley S, 2008. Renal Failure and replacement Therapy 1. Nekrosis Tubular Akut (ATN) Penyebab GgGA intra renal tersering 90% pasien MRS. Umumnya reversible, kecuali sangat berat dan menimbulkan nekrosis korteks. Timbul dipicu: iskemia, sepsis, atau toksin. a. GgGA & sepsis GgGA terjadi pada 20-25% pasien sepsis dan 51% pasien syok sepsis. GgGA+ sepsis mortalitas 70%. Pada GgGA yang terkait sepsis: vasokonstriksi renal, dengan fungsi tubulus utuh intervensi awal (dalam waktu 6 jam setelah onset) mencegah GgGA dan kerusakan sel ginjal. Vasokonstriksi renal gangguan pengeluaran endothelin kerusakan endotel, oksigen radikal, aktivasi jalur komplemen, dan DIC (koagulasi intravaskular disseminata). Intervensi: Ekspansi volume cairan & pemberian vasopressor TD 65 mmHg. Transfusi PRC Hct 30% jika saturasi oksigen vena sentral < 70% jika gagal: mulai pemberian dobutamin. b. GgGA & Nefrotoksin Nefrotoksin memicu kerusakan sel tubulus melalui: Kerusakan sel secara langsung Vasokonstriksi Obstruksi tubulus NEFRO- TOKSIN Eksogen Endogen Antibiotik & obat Kontras radiografi Obstruksi intra tubulus Etilen glikol Myoglobinuria Hemolisis intravaskular masif Nefrotoksin Eksogen: Antibiotik aminoglikosida Pada 10-20% yg mendapat aminoglikosida Faktor risiko: dosis tinggi, dosis berulang, atau pemberian jangka panjang, usia tua, kurangnya volume darah, berkurangnya volume arteri efektif, dan adanya iskemia atau nefrotoksin lain. Gejala: BUN-SC dalam 48 jam-1 minggu setelah terapi, poliuria, hipomanesemia. Tips: efektifitas pemberian aminoglikosida 1x/hari > dosis berulang, jangan digunakan pada pasien CKD. Amphotericin Logam berat Foscarnet Pentamidine Cisplatin & Tacrolimus Toksisitas terkait dosis fungsi ginjal membaik setelah dosis berkurang atau obat dihentikan. Kontras radiografi: Memicu vasokonstriksi dan kerusakan sel ginjal secara langsung. Gejala: LFG akut dalam 24-48 jam setelah pemberian. Faktor risiko: riwayat penurunan fungsi ginjal, nefropati diabetes, gagal jantung berat, deplesi volume, usia tua, penggunaan kontras dalam jumlah banyak, paparan nefrotoksik lain. Pencegahan nefropathy dipicu kontras: infus saline profilaksis (1 mL/kgBB selama 12 jam sebelum dan sesudah prosedur). Obstruksi intra tubulus: Pasien keganasan dengan turnover sel yang tinggi (tumor lysis syndrome) Gejala: peningkatan produksi asam urat atau hiperurikosuria nefropathy asam urat asam urat dapat mencapai 20 mg/dL Pencegahan GgGA: mengusahakan produksi urine 3-5L/24 jam, berikan allopurinol sebelum kemoterapi (untuk blok produksi), alkalisasi urine (meningkatkan eksresi). Dapat juga disebabkan oleh acyclovir, sulfonamides, methotrexate, triamterene, etilen glikol, myeloma rantai ringan. Etilen glikol: Memakan etilen glikol (dalam bentuk zat antibeku-secara sengaja atau tidak sengaja) dimetabolisme oleh alkohol dehydrogenase menjadi glikolat & asam oksalat toksik terhadap tubulus renal. Gejala: asidosis metabolik-anion gap meningkat, hipokalsemia, banyak kalsium oksalat pada urine Terapi: IV Natrium bikarbonat meningkatkan ekskresi glikolat IV ethanol atau Fomepizole blok metabolisme etilen glikol. Emergensi hemodialisis Nefrotoksin Eksogen: Myoglobinuria karena rhabdomyolisis Rhabdomyolsis dipicu oleh trauma, hipokalemia, hipophosphatemia, pengunaan kokain, neuroleptic malignant syndrome, penggunaan hydroxymethylglutaryl coenzyme A (HMG-CoA) reduktase untuk terapi hiperkolesterolemia. Gejala: urine berwarna coklat kehitaman, urine dipstick darah (+), hiperkalemia, hiperphosphatemia, hiperurisemia tanda rhabdomyolisis. Terapi: hidrasi agresif & alkalisasi urine mencegah GgGA. Hemolisis intravaskular masif pada reaksi transfusi berat & gigitan ular hemoglobinuria & ATN. 2. Penyakit Glomerulus Glomerulonefritis ditandai oleh: Hipertensi, proteinuria, hematuria Glomerulonefritis penyebab GgGA Rapidly Progressive Glomerulonephritis (RPGN) pada 5% GgGA Intra Renal RPGN dapat terjadi pada penyakit: Sistemik lupus nefritis,Wegeners granulomatosis, polyarteritis nodosa, Sindrom Goodpasture, Henoch-Schnlein purpura, glomerulonefritis immunologis karena infeksi, dan sinrom hemolitik uremik. 3. Nefritis Interstitial Banyak obat dapat memicu timbulnya nefritis interstitial mekanisme: idiosyncratic diperantarai imun. Obat tersering: NSAID, penisillin, sefalosforin, sulfonamide, diuretik, allopurinol. Gejala: demam, makulopapula rash, dan eosinofil dalam urine. 4. Penyakit Vaskular Penyakit atheroemboli, terutama pada usia tua. Muncul 1 hari-beberapa minggu setelah melakukan prosedur vaskular invasif atau trauma mayor. Gejala: rash ekstremitas bawah, livedo reticularis, dan eosinofil dalam urine. Tidak ada terapi spesifik. Pencegahan: kontrol tekanan darah & batasi prosedur intra- arterial. GgGA POST RENAL Penyebab primer: BPH, kanker prostat, kanker servik, fibrosis retroperitoneal, limfoma retroperitoneal, karsinoma metastase, nefrolithiasis, bekuan darah pada saluran urine. Pemeriksaan: USG melihat hidronefrosis pada ginjal sinyal adanya obstruksi. Hati-hati USG false negatif pada obstruksi awal atau fibrosis retroperitoneal. Post-renal (10- 20% of cases) Intrinsic Extrinsic Intra-luminal: e.g. stone, blood cloth, papillary necrosis Pelvic malignancy Intra-mural: e.g. urethral stricture, prostatic hypertophy or malignancy, bladder tumour, radiation fibrosis Retroperitoneal fibrosis Goldsmith D, 2007. ABC of Kidney Disease PENCEGAHAN Identifikasi pasien risiko tinggi. Koreksi deplesi volume cairan. TEMUAN KLINIS Gejala: terbatas, non diagnostik, dan sering tidak dikenali pemeriksaan laboratorium perlu pada pasien risiko tinggi. Diagnosis GgGA : dokumentasi peningkatan BUN & SC. Penanda lain: serum cystatin C dapat mendeteksi GgGA 1-2 hari lebih cepat dibandingkan SC.
KOMPLIKASI A. HIPERKALEMIA Pada pasien GgGA K + serum cepat, terutama akibat sel lisis seperti pada kerusakan otot, hemolisis, iskemia sal pencernaan, tumor lysis syndrome, demam tinggi, atau transfusi darah. Hiperkalemia juga diperburuk oleh asidosis metabolik K +
pindah dari intrasel ke ekstrasel. Terapi: pemberian glukosa + insulin, bikarbonat, agonis 2 hirup, dan resin pengikat kalium jika gagal ginjal tetap berlangsung, pertimbangkan hemodialisis. B. ASIDOSIS METABOLIK Pasien GgGA sering mengalami keadaan hiperkatabolik (demam, trauma, sepsis) metabolisme anaerob asidosis laktat asidemia berat (pH < 7.1) efek inotropik dan metabolik negatif. Terapi: hemodialisis bikarbonat merupakan buffer umum pada dialisat hemodialisis kontrol asidosis metabolik dan mengeluarkan asam organik lain. C. CAIRAN BERLEBIHAN Overload cairan merupakan masalah utama pada GgGA oliguria (produksi urine < 400 mL/hari) waspada edema paru dan perifer. Pasien risiko tinggi: critically ill pemberian obat, nutrisi, darah, dan produk darah IV, serta resusitasi cairan agresif pada fase awal penyakit. Terapi: loop diuretik (furosemide) IV bolus atau infus berkelanjutan; hemofiltrasi (hemodialisis atau continuous renal replacement therapy) mengeluarkan cairan dan molekul kecil pada pasien hemodinamik tidak stabil. D. HIPONATREMIA Umumnya berhubungan volume cairan berlebih. Manifestasi klinik berupa gejala neurologi. Hiponatremia simptomatik terapi agresif sebelum 48 jam mencegah myelinolisis central pontine. Target terapi: Natrium 1-2 mEq/L/jam hinGgGA gejala membaik atau level Na + 120 mEq/L.
E. ANEMIA Umum terjadi pada pasien GgGA mekanisme penyebab banyak umumnya karena produksi eritropoetin tidak cukup dan penurunan respon terhadap eritropoetin; juga peningkatan kecepatan penghancuran sel darah merah sering disertai disfungsi platelet karena azotemia mudah terjadi perdarahan.
F. HIPERPHOSPHATEMIA Karena penurunan ekskresi ginjal, destruksi jaringan, dan perpindahan phosphat dari intrasel ke ekstra sel. Terapi: pengikat phophat, seperti kalsium karbonat, kalsium asetat, sevelamer HCl, atau lanthanum karbonat. G. KETIDAKSEIMBANGAN ELEKTROLIT LAIN Hipokalsemia sering terjadi jarang perlu terapi. Penyebab hipokalsemia: hipomagnesemia, hiperphosphatemia, resistensi terhadap hormon paratiroid, kekurangan vitamin D aktif, terperangkapnya kalsium di jaringan, penggunaan produk darah yang disimpan di sitrat, dan pemberian infus natrium bikarbonat. Kadang terjadi juga hiperkalsemia pada pasien GgGA dengan keganasan (malignancy), multiple myeloma, atau rhabdomyolisis. TERAPI A. AZOTEMIA PRE RENAL Hipovolemia karena perdarahan terapi dengan isotonik saline transfusi PRC (jika Hct rendah). Pengunaan koloid malah menimbulkan hasil akhir lebih buruk. Monitor serum K + dan status asam basa. Jika disertai gagal jantung: tambahkan inotropik positif, agen mengurangi preload dan afterload, dan bantuan mekanik seperti intraanortic baloon pump. Pasien sirosis monitor pemberian cairan untuk menghindari peningkatan asites. B. NEKROSIS TUBULAR AKUT (ATN) Terapi bersifat suportif. Mengubah oliguria menjadi non uliguria berikan loop diuretik, seperti furosemide waspada deplesi cairan. Hindari penggunaan mannitol memicu munculnya gagal jantung kongestif karena ekspansi volume intravaskular pada pasien dengan produksi urine rendah. GgGA oliguria: batasi cairan menyeimbangkan kehilangan cairan insensible, serta pembatasan masukan kalium dan phosphor. Dopamine tidak terbukti meningkatkan survival. Komplikasi Pengobatan Kelebihan volume intravaskular Batasi garam (1-2 g/hari) dan air (<1 L/hari) Furosemide, ultrafiltrasi atau dialisis Hiponatremia Batasi asupan air (< 1 L/hari); hindari infus larutan hipotonik Hiperkalemia Batasi asupan diet K (< 40 mmol/hari); hindari diuretik hemat K Potassium-binding ion exchange resins Glukosa (50 ml dextrosa 50%) dan insulin (20 unit) Natrium bikarbonat (50-100 mmol) 2 agonist (salbutamol, 10-20 mg diinhalasi atau 0,5-1 mg IV) Kalsium glukonat (10 ml larutan 10% dalam 2-5 menit) Asidosis metabolik Natrium bikarbonat (upayakan bikarbonat serum > 15 mmol/L, pH > 7,2) Hiperfosfatemia Batasi asupan diet fosfat ( < 800 mg/hari) Obat pengikat fosfat (Kalsium asetat, Kalsium karbonat) Hipokalsemia Kalsium karbonat; kalsium glukonat (0-20 ml larutan 10%) Nutrisi Batasi asupan protein diet (0,8-1 g/kgBB/hari) jika tidak katabolik Karbohidrat (100 g/hari) Nutrisi enteral atau parenteral, jka perjalanan klinik lama atau katabolik Pengobatan suportif terhadap komplikasi C. RENAL REPLACEMENT THERAPY/DIALISIS Indikasi: Overload cairan refrakter, Hiperkalemia, Mtabolik asidosis berat, Aotemia, gejala uremia (seperti perikarditis, neuropati, atau penurunan status mental yang tidak dapat dijelaskan), Overdosis obat/toksin yang dapat hilang dengan dialisis. BUN 60-80 mg/dL Pada kasus GgGA: hemodialisis > peritonial dialisis. Peritonial dialisis dipertimbangkan pada pasien dengan: akses sulit, kontraindikasi anti koagulan, atau hemodinamik tidak stabil. Indikasi dialisis pada gagal ginjal akut Indikasi Karakteristik Uremia Mual, muntah, asterixis, kejang, pericarditis BUN > 150 Kreatinin > 10 mg% Hiperkalemia K+ > 6,5 mmol/L K+ > 5,5 mmol/L dan perubahan EKG Kelebihan cairan Resisten terhadap diuretik, terutama udem paru Asidosis metabolik pH < 7,2-meski dengan terapi natrium bikarbonat Natrium bikarbonat tak bisa diberikan karena kelebihan cairan a. Hemodialisis Hemodialisis beberapa kali untuk kontrol abnormalitas metabolik dan volume cairan pasien GgGA. Hemodialisis harian pasien GgGA lebih baik dibanding hemodialisis konvensional (tiap beberapa hari) kontrol uremia lebih baik, episode hipotensi saat hemodialisis lebih jarang, dan perbaikan lebih cepat. b. Continuous renal replacement therapy (CRRTs) CRRT meliputi dialisis (diffusion-based solute removal) atau filtrasi (convection-based solute and water removal) secara kontinu/terus menerus, terdiri dari: Continuous venovenous hemofiltration (CVVH) Continuous venovenous hemodialisis (CVVHD) Continuous arteriovenous hemodialysis (CAVHD) Continuous venovenous hemodiafiltration (CVVHDF) Slow continuous ultrafiltration (SCUF) Sustained low efficiency dialysis (SLED) CRRT secara teoritis memiliki beberapa keuntungan dibandingkan hemodialisis intermittent pada pasien kritis dengan GgGA: Kontrol volume secara lebih akurat. Meningkatkan dosis dialisis Hemodinamik lebih stabil Mampu memberi nutrisi lebih agresif Dapat mengeliminasi mediator inflamasi Kekurangan CRRT: Pemeriksaan untuk kelayakan CRRT lebih banyak. Risiko perdarahan >> karena penggunaan anti koagulan pada saat CRRT. Dialysis modalities for acute kidney injury Intermittent therapies (up to 12 hours) Continuous therapies (24 hours) Hemodialysis intermittent daily Hemodiafiltration Slow Continuous Ultra-Filtration Extended Daily Dialysis Sustained Low Efficiency Dialysis Peritoneal dialysis Ultrafiltration (SCUF) Hemofiltration (CAVH, CVVH) Hemodialysis (CAVHD, CVVHD) Hemodiafiltration (CAVHDF, CVVHDF)
Adapted from Mehta RL. Supportive therapies; intermittent hemodialysis, continuous renal replacement therapies and peritoneal dialysis. In : Schrier RW, editor. Atlas of diseases of the kidney, Current Medicine, Philadelphia: Blackwell Science; 1998: with permission. ADVANTAGES DISADVANTAGES Intermittent hemodialysis Efficient and rapid removal of volume and small molecules Cost effective Readily available Central venous access required Anticoagulation may be required May not be tolerated by hemodynamically unstable patients Continuous hemofiltration Excellent control of volume enabling liberal use of hyperalimentation, blood products, etc. Good removal of larger molecules Can be used in relatively hypotensive patients Central venous access required Anticoagulation may be required Labor intensive and expensive Peritoneal dialysis No need for anticoagulation Cost-effective Slow removal of uremic toxins Risk of peritonitis May be tolerated poorly in patients with splanchnic hypo perfusion The advantages and disadvantages of intermittent versus continuous renal replacement therapies Nephrology Secret, 2006 Skema mekanisme kerja HD
Mekanisme CAPD Liver
Stomach
Pancreas
Intestines
Bladder
Uterus
Rectum D. NUTRISI Terjadi katabolisme berlebih akibat sepsis, syok, luka bakar, atau rhabdomyolisis. Renal replacement therapy juga dapat meningkatkan katabolisme. Keperluan energi harian pasien GgGA; 30-40 kkal/kgBB normal/hari. Tambahkan vitamin larut dalam air. Diet : Keseimbangan cairan Patokan : cairan masuk = 500 cc + cairan keluar dalam 24 jam Cairan masuk : makan, minum, infus Cairan keluar : urine, Insensible water loss, muntah, diare Elektrolit : garam : 1 2 gm/hari, K hindari Kalori : 2000 3000 / hari Protein : 0,8 1 g/kgBB/hari PROGNOSIS Hasil akhir survival tetap 50% walaupun teknologi meningkat. Pasien MRS dengan GgGA karena ATN fase oliguria umumnya berlangsung selama 1-2 minggu, bahkan dapat mencapai 4-6 minggu diikuti fase diuretik. Komplikasi memperberat hasil akhir. Mortalitas GgGA oliguria > dibanding yang lain. Mengenali pasien risiko tinggi, pencegahan timbulnya GgGA, dan terapi pada fase awal lebih efektif. TERIMA KASIH