You are on page 1of 7

Kekuatan Kayu

Revandy Iskandar M. Damanik



Program Studi Ilmu Kehutanan
Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN
Kayu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dan kebutuhannya akan
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dengan demikian maka penyediaannya harus
sejalan agar tidak terjadi kekurangan bahan baku. Penyediaan kayu dari hutan alam
relatif sukar untuk ditaksir, sementara penyediaan dari hutan tanaman lebih mudah,
upaya melalui pembuatan hutan tanaman industri merupakan langkah yang positif.
Kayu merupakan salah satu jenis komoditi hasil hutan yang banyak
dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan, mulai dari yang sederhana
(korek api, peti sabun) sampai kepada bahan lux/mewah (furniture, bahan interior
kapal dan bangunan, ukiran, dll) serta bahan bangunan.
Didalam kebijaksanaan peningkatan pengolahan hasil hutan oleh industri
kemampuan sumber daya hutan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri
harus mendapatkan perhatian yang lebih, agar industri-industri pengolahan kayu yang
ada tetap berperan dimasa mendatang.
Kayu sebagai bahan bangunan diisyaratkan mempunyai kekuatan tertentu,
terutama mengenai sifat fisik/mekaniknya. Dengan diketahuinya kekuatan untuk jenis
kayu tertentu, maka konsumen akan memilih jenis kayu yang tepat sesuai
penggunaannya. Sifat fisik/mekanik kayu yang penting adalah berat jenis, kembang
susut, kadar air dan kekuatan mekanik.
Setiap jenis kayu mempunyai ciri tersendiri baik sifat kimia, fisik/mekaniknya.
Sebagai contoh kayu jenis fast growing spesies mempunyai sifat mekanik yang lebih
lemah jika dibandingkan dengan jenis non fast growing spesies, karena kondisi set-set
kayunya berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu diantaranya adalah: faktor
biologis (microorganisme yang menyerang kayu), kadar air, berat jenis kayu. Faktor-
faktor tersebut pada dasamya dapat dimanipulasi sehingga upaya pencegahan
gangguan kekuatan kayu dapat dipertahankan, misalnya upaya pengawetan dengan zat
kimia, pengeringan dan manipulasi percepatan tumbuh.
Mengenai komponen kimia kayu mempunyai arti yang penting karena dapat
mengetahui penggunaan suatu jenis kayu dan dapat digunakan untuk membedakan
sesuatu jenis kayu yang secara anatomis sukar sekali untuk dibedakan. Susunan kimia
kayu dapat digunakan sebagai identifikasi kekuatan sesuatu jenis kayu terhadap
serangga atau jamur perusak. Disamping itu dapat pula digunakan untuk mengatur
pengerjaan/perlakuan dalam pengolahan untuk mendapatkan hasil yang optimal.


II. SIFAT MEKANIK KAYU

Sifat-sifat kayu yang penting sehubungan dengan penggunaannya meliputi
sifat fisik, sifat mekanik, sifat kimia dan keawetan alami. Sifat kayu yang erat
kaitannya dengan kekuatan kayu adalah sifat mekanik kayu. Kekuatan dan ketahanan
terhadap perubahan bentuk suatu bahan disebut sebagai sifat-sifat mekaniknya

e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
1
(Haygreen dan Bowyer, 1993). Ketahanan terhadap perubahan bentuk menentukan
banyaknya bahan yang dimanfaatkan, terpuntir atau terlengkungkan oleh sesuatu
beban yang mengenainya. Perubahan-perubahan bentuk yang terjadi segera sesudah
beban dikenakan dan dapat dipulihkan jika beban dihilangkan disebut peubahan
bentuk elastis. Sebaliknya jika perubahan bentuk berkembang perlahan-lahan sesudah
dikenakan, disebut reologis atau tergantung waktu.
Istilah kekuatan sering digunakan dalam arti umum untuk menyatakan semua
sifat mekanik. Hal ini dapat menyebabkan kekacauan karena banyak terdapat tipe-tipe
kekuatan dan sifat elastik yang berbeda-beda. Kayu yang relatif kuat sehubungan
dengan satu kekuatan mungkin tingkatnya lebih rendah pada sifat yang lain apabila
dibandingkan dengan spesies yang lain.
Sifat-sifat mekanik kayu yang penting diketahui kaitannya dengan kekuatan
kayu, yaitu :
1. Kekuatan lengkung (MOR): menentukan beban yang dapat dipikul suatu gelagar.
2. Kekuatan tekan sejajar serat: menentukan beban yang dapat dipikul suatu tiang
atau pancang yang pendek.
3. Tekanan tegak lurus serat: penting dalam rancangan sambungan-sambungan
antara siku-siku kayu dalam suatu bangunan dan pada penyangga gelagar.
4. Kekuatan tarik sejajar serat: penting untuk siku bawah (busur) pada penopang
kayu dan dalam rancangan sambungan antara siku-siku bangunan.
5. Kekuatan geser sejajar serat: sering menentukan kapasitas beban yang dapat
dipikul oleh gelagar pendek.
6. Keuletan: ukuran banyaknya kerja yang dikeluarkan untuk memecahkan contoh
uji kecil dengan pukulan.
7. Kekenyalan: diukur dengan banyaknya energi yang diserap apabila sepotong kayu
dibengkokkan dalam kisaran elastisitasnya.
8. Kekerasan sisi: berhubungan dengan ketahanannya terhadap lekukan seperti untuk
rantai.
9. Usaha sampai beban maksimal: ukuran energi yang diserap oleh contoh-contoh uji
kecil dibengkokkan perlahan-lahan.
10. Modulus elastisitas: ukuran ketahanan terhadap pembengkokan, yaitu
berhubungan langsung dengan kekauan gelagar juga suatu faktor untuk kekuatan
tiang yang panjang.
11. Modulus elastis (MOE) sejajar serat (Modulus Young): ukuran ketahanan
terhadap pemanjangan atau pemendekan suatu contoh uji dibawah tarikan atau
tekanan.

Kelas Kekuatan Kayu
Di dalam Vademecum Kehutanan Indonesia, kelas kekuatan kayu didasarkan
pada berat jenis, keteguhan lengkung mutlak (klm) dan keteguhan tekan mutlak (ktm),
dan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1 : Kelas Kekuatan Kayu
Kelas Kayu Berat Jenis Klm
(kg/cm
2
)
Ktm
(kg/cm
2
)
I 0,90 1.100 650
II 0,60 - <0,90 725 - <1.100 425 - <650
III 0,40 - <0,60 500 - <725 300 - <425
IV 0,30 - <0,40 300 - <500 215 - <300
V <0,30 <300 <215

e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
2
Kekuatan kayu terhadap gaya tekanan (sejajar serat) disebut daya tegang kayu.
Tegangan adalah gaya yang tersebar persatuan luas dan dinyatakan dalam psi (pon per
inci persegi) atau dalam Pascal (newton per meter kwadrat). Apabila suatu gaya
dikenakan pada suatu suku (benda), maka akan terjadi tegangan-tegangan internal.
Tegangan ini memiliki atau mengubah bentuk ukuran benda tersebut. Perubahan
panjang per satuan panjang dalam arah tekanan disebut regangan.

Gambar 1 : Gambaran tegangan dan regangan dalam tekanan sejajar serat
















Pada gambar di atas apabila beban 8000 pon dikenakan pada contoh uji (2" x
2"), terjadi suatu tegangan sejajar serat sebesar 8000/4" =2.000 psi. Tegangan ini
tersebar pada semua jarak dari ujung, karenanya perubahan bentuk total sebesar
0,0072 inci (6,000 - 5,9928), maka regangan yang terjadi adalah sebesar 0,0072/6 =
0,0012 in/in. Sehingga Modulus Young (MOE) adalah tegangan dibagi regangan =
2000/0,0012 =1,67x10
6
psi.
MOE dapat juga dihitung berdasarkan uji keteguhan lengkung. Untuk
mengerjakannya gelagar diberi beban sedang dan defleksinya diukur. Dari data ini
MOE dapat dihitung dengan menggunakan hubungan yang telah dikenal antara MOE,
ukuran gelagar, bentangan, beban, dan defleksinya. Cara ini umum untuk menentukan
MOE kayu utuh, partikel, dan produk-produk serat. Ini merupakan pengujian yang
lebih sederhana yang dapat dilakukan dan lebih dekat dengan hubungannya dengan
kebanyakan situas daripada MOB yang ditentukan dari uji tarik dan tekan.
Untuk contoh uji yang dibebani dengan beban yang terpusat pada tengah-
tengah bentangan dan disangga pada ujung-ujungnya. MOB dapat dihitung sebagai
berikut: (Haygreen dan Bowyer, 1993).

MOE =PL 3/48 ID (psi)

dimana :
P =beban dalam pon (di bawah batas proposi)
D =defleksi pada tengah-tengah bentangan dalam inci akibat dari P
L =bentangan dalam inci
I =momen inersia, suatu fungsi ukuran gelagar (lebar x tinggi
3
)/12 untuk gelagar
dengan potongan melintang empat persegi panjang, dihitung dengan bersamaan.

e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
3
Keteguhan lengkung kayu utuh dan produk-produk asal kayu biasanya
dinyatakan dalam istilah Modulus Patah (MOR). I dihitung dari beban maksimum
(beban pada saat patah) dalam uji keteguhan lengkung, dengan menggunakan cara
pengujian yang sama seperti untuk menentukan MOE. Untuk contoh dengan
penampang melintang empat persegi panjang MOR dihitung dengan persamaan :

MOR =1,5 PL/db2 psi

dimana :
P =beban maksimum pematah dalam pon
L =jarak penyangga (bentangan) dalam inci
b =lebar gelagar (inci)
d =tebal gelagar (inci)

Persamaan ini hanya syah apabila gelagar empat persegi panjang disangga secara
bebas pada kedua ujungnya dan dibebani pada tengah-tengah bentangan.

III. HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN KAYU DENGAN BERAT JENIS
Kekuatan kayu sangat erat kaitannya dengan berat jenis. Semakin besar berat
jenis kayu maka semakin kuat kayu tersebut. Hubungan antara sifat-sifat mekanik dan
berat jenis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2 : Hubungan antara sifat-sifat dan berat jenis kadar air 12%
Kekuatan yang diperkirakan pada
berat jenis terpilih
Sifat Perkiraan
Kekuatan Dari
BJ 0,30 0,40 0,50 0,60
Lengkungan
MOR (psi)
MOE (106 psi)

25700 x BJ 1,25
2,80 x BJ

5706
0,84

8175
1,12

10806
1,40

13571
1,68
Tekanan
sejajar serat
Keteguhan tekan
Maksimum (psi)
MOE (106 psi)



12200 x BJ
3,38 x BJ



3660
1,01



4880
1,35



6100
1,69



7320
2,03
Tegangan sejajar serat
Tegangan pada batas
Proposi (psi)
Kekerasan sisi



4630 x BJ 2,25
3770 x BJ 2,25



308
251



589
480



973
973



1467
1194
Sumber : Haygreen dan Bowyer, 1993

Tabel di atas menunjukkan sejumlah kekuatan dan berat jenis yang ditetapkan
oleh laboratorium hasil hutan Amerika Serikat dengan menguji 160 spesies. Dapat
dilihat bahwa sifat-sifat seperti MOE dalam lengkungan dan keteguhan tekan
maksimum sejajar serat naik secara linear dengan berat jenis. Hubungan untuk sifat-
sifat yang lain adalah fungsi pangkat. J adi sebagian sifat-sifat naik dengan berat jenis
jauh lebih cepat daripada yang lain.




e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
4
IV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN KA YU

1. Faktor Biologis
Faktor biologis perusak kayu yang penting adalah jamur, bakteri, serangga dan
binatang laut. J asad hidup tersebut merusak kayu karena menjadikan kayu tersebut
sebagai tempat tinggal atau makanannya.
Kerusakan yang terjadi akibat kerusakan kayu oleh faktor biologis dapat terjadi
baik pada pohon yang masih berdiri, balok segar, kayu gergajian maupun produk-
produk kayu lain dalam proses penyimpanan dan pemakaian. Oleh karena itu
upaya pengendalian terhadap jasad hidup perusak kayu tersebut sudah sejak lama
dilakukan baik secara fisik, mekanik, kimia maupun secara hayati. Kayu yang
diserang jamur akan mempengaruhi keteguhan pukul, keteguhan lengkung,
keteguhan tekan, kekerasan serta elastisitasnya dan mengakibatkan kekuatan kayu
berkurang.

2. Kadar Air
Saat kayu mengering dibawah titik jenuh serat, sebagian besar kekuatan dan sifat-
sifat elastik bertambah. Ini mungkin diharapkan akan terjadi karena saat air
dikeluarkan dari dinding sel, molekul-molekul berantai panjang bergerak saling
mendekat dan menjadi terikat lebih kuat. Kenaikan kekuatan umumnya mulai
nampak sedikit dibawah titik jenuh serat dan biasanya kadar air pada 25%.
Hubungan antara kandungan air dan sifat-sifat kekuatan "white ash" yang
dihubungkan dengan kekuatan segar dapat ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2: Hubungan sifat-sifat kekuatan dengan kandungan air (Sifat-sifat white
ash dibandingkan dengan kekuatan segarnya)

























e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
5
3. Waktu Penyimpanan
Penyimpanan kayu tanpa pengaruh yang merusak oleh microorganisme, suhu
tinggi, atau pembebanan terus menerus kecil pengaruhnya terhadap sifat-sifat kayu
tersebut. Setelah berabad-abad, perubahan memang terjadi. Tetapi ini biasanya akibat
faktor-faktor lingkungan dan bukan penyimpanan itu sendiri.
Sejumlah kehilangan kebutuhan akan terjadi apabila penyimpanan lama
disertai oleh pembebanan suhu terus menerus. Sebagian besar sifat-sifat mekanik
kayu terpengaruh oleh lama beban yang dikenakan. Makin lama beban disangga
makin rendah beban yang dapat disangga dengan aman.

4. Suhu
Kebanyakan sifat-sifat mekanik kayu berkurang apabila kayu tersebut
dipanaskan, dan bertambah apabila didinginkan. Selama suhu tidak melebihi 100
o
C
terdapat sedikit saja kehilangan kekuatan yang permanen. Umumnya semakin tinggi
kandungan air kayu semakin besar kepekaannya terhadap suhu tinggi. Hal ini harus
dipertimbangkan apabila suhu dapur yang terlalu tinggi digunakan untuk
mengeringkan suhu-suhu bangunan yang kritis.

5. Kelelahan
Kekuatan lelah suatu beban adalah kemampuan untuk mempertahankan
kekuatannya apabila dikenai beban berat yang berulang. Gelagar pada jembatan jalan
rel kereta api adalah suatu contoh penerapan pentingnya kekuatan lelah. Ini dapat
terjadi berjuta-juta kali selama umur jembatan. Menurut Wood Handbook (USFPL,
1994) dalam Haygreen dan Bowyer, 1993 kayu bebas cacat berserat lurus yang
terkena 2 juta siklus lengkungan akan masih memiliki 60% kekuatan statiknya.

6. Mata Kayu
Mata kayu adalah cacat yang paling umum mengurangi kekuatan kayu
gergajian. Pengaruh suatu mata kayu dalam banyak hal mungkin dianggap sama
dengan pengaruh suatu lubang. Dalam hal-hal yang lain mata kayu dapat mempunyai
pengaruh yang lebih besar daripada suatu lubang yang dibor karena pemuntiran dalam
arah serat yang menyertainya. Banyaknya pengurangan kekuatan suatu mata kayu
tergantung tidak hanya pada ukuran mata kayu tetapi pada letaknya pada suatu
potongan. Suatu mata kayu pada pinggir atas atau bawah suatu gelagar jauh lebih
berat dari pada mata kayu yang sama yang letaknya dekat garis tengah. Mata kayu
pada pinggir bawah suatu gelagar lebih berat dari pada apabila terletak di pinggir atas,
karena mata kayu mempunyai pengaruh yang sangat besar pada kekuatan tarik dari
pada pengaruhnya pada kekuatan tekan.

7. Kemiringan Serat
Kemiringan serat pada kayu gergajian dinyatakan dalam panjang dengan
penyimpangan suatu inci dalam serat tersebut.
Sumber kemiringan serat dapat dihasilkan oleh :
1. Pemotongan pinggir kayu gergajian yang tidak tepat.
2. Pemotongan rang tidak sejajar kulit.
3. Akibat dari serat memuntir.
Cara terbaik untuk mengenali tipe penyimpangan serat ini ialah dengan
melihat pada alur-alur resin, retak permukaan, karat mineral, atau cacat-cacat kecil
lain yang cenderung searah dengan sel-sel. Kekuatan kayu terpengaruh apabila
terdapat kemiringan serat lebih besar dari pada kira-kira 1 dalam 20.

e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
6
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonimous, 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia, Direktorat J enderal
Kehutanan. Departemen Pertanian, J akarta.

2. _________ , 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan Republik
Indonesia, J akarta.

3. Arief, Arifin, 1994. Hutan, Hakikat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan.
Yayasan Obor Indonesia, J akarta.

4. Haygreen, J .G dan J im L. Bowyer, 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Terjemahan
Sutjipto A. Hadikusumo. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

5. Panshin, A.J dan Carl de Zeeuw, 1980. Textbook of Wood Technology. Fourth
Edition. McGraw Hill Book Company, New York.

e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
7

You might also like