Professional Documents
Culture Documents
1
o
t
W
W
t x 100% (Zonneveld, et al., 1991)
a : Laju pertumbuhan harian (100%)
W
t
: Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (g)
W
o
: Bobot rata-rata ikan pada saat awal (g)
t : Lama pemeliharaan (hari)
3.4.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak merupakan ukuran panjang ikan yang
diukur dari bagian kepala hingga sirip ekor. Pengukuran dilakukan setiap 16 hari
sekali, secara langsung dengan menggunakan mistar plastik. Pada percobaan
ini digunakan mistar berukuran 20 cm dengan ketelitian 1 mm.
Pm = L
t
- L
o
(Effendie, 1997)
Pm : Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
L
t
: Panjang rata-rata akhir (cm)
L
o
: Panjang rata-rata awal (cm)
3.4.4 Konversi Pakan
Konversi pakan menunjukkan perbandingan bobot pakan yang
dikonsumsi dengan pertambahan beratnya. Jumlah pakan yang dikonsumsi
dapat dihitung melalui bobot kering dari substrat+perifiton, dikurangi bobot kering
substrat, dikali dengan feeding rate, feeding frequency dan lama pemeliharaan.
FCR
( )
o t
W W
F
= (Tacon, 1983)
FCR : Konversi pakan
F : Jumlah total pakan yang dikonsumsi (g)
W
t
: Bobot biomassa ikan uji pada akhir pemeliharaan (g)
W
o
: Bobot biomassa ikan uji pada awal pemeliharaan (g)
29
3.4.5 Analisis Fisika dan Kimia Air
Analisis kualitas air seperti suhu diukur menggunakan termometer dan pH
menggunakan pH-meter. Pengambilan sampel amonia dilakukan setiap 10 hari,
sedangkan dissolved oxygen (DO) diukur setiap 2 jam selama sehari pada awal
percobaan dengan menggunakan DO-meter dan kecerahan diukur
menggunakan Secchi disc.
30
10,95
9,63
7,35
4,91
7,3
9,37
4,79
7,02
7,98
4,83
6,67
6,83
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 16 32 48
Waktu (Hari)
B
o
b
o
t
i
k
a
n
(
g
)
35 ekor/m3 70 ekor/m3 105 ekor/m3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Bobot Ikan Nilem
Bobot ikan nilem bertambah setelah dipelihara selama 48 hari dengan
diberi pakan perifiton. Pada kepadatan 35 ekor/m
3
bobotnya bertambah lebih dari
2 kali lipat bobot awal, sedangkan kepadatan 105 ekor/m
3
bertambah lebih dari
1,5 kali lipat bobot awal. Pertambahan bobot pada kepadatan 35, 70 dan 105
ekor/m
3
berturut-turut sebesar 6,04 g ; 4,84 g dan 2,52 g (gambar 4).
Gambar 5. Grafik bobot ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) pada padat tebar
35, 70 dan 105 ekor/m
3
yang diberi pakan perifiton.
Melalui analisis covarian, bobot akhir ikan nilem yang dipelihara pada
kepadatan 35 ekor/m
3
tidak berbeda nyata (P>0,05) dari kepadatan 70 dan 105
ekor/m
3
. Simpangan baku pada masing-masing perlakuan menunjukkan nilai
yang cukup rendah (Tabel 5).
Tabel 5. Bobot akhir ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) pada padat tebar yang
berbeda.
Padat Tebar
Ulangan
35 ekor/m
3
70 ekor/m
3
105 ekor/m
3
1 12,86 10,80* 7,78
2 11,43 9,29 7,30
3 8,57 8,81 6,98
Rata-rata 10,95 2,18
9,63 1,04
7,35 0,40
Ket *) : Missing data
31
9,39
8,65
8 7,32
8,05
8,72
7,35
7,69
8,29
7,36
7,58
7,87
5
6
7
8
9
10
11
12
1 16 32 48
waktu (hari)
p
a
n
j
a
n
g
(
c
m
)
35 ekor/m3 70 ekor/m3 105 ekor/m3
4.1.2 Panjang Ikan Nilem
Sejalan dengan pertambahan bobot, panjang rata-rata ikan nilem selama
pemeliharaan pada kepadatan 35, 70 dan 105 ekor/m
3
masing-masing
bertambah sebanyak 2,07 ; 1,30 dan 0,64 cm (Gambar 6). Pada kepadatan 35
dan 105 ekor/m
3
panjangnya bertambah lebih dari 1 kali lipat dari panjang
awalnya.
Gambar 6. Grafik Panjang ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) pada padat
tebar 35, 70 dan 105 ekor/m
3
yang diberi pakan perifiton.
Panjang akhir ikan nilem yang dipelihara dengan padat tebar 35 ekor/m
3
tidak berbeda nyata (P>0,05) dari kepadatan 70 dan 105 ekor/m
3
. Simpangan
baku pada masing-masing perlakuan juga menunjukkan nilai yang cukup rendah
(Tabel 6).
Tabel 6. Panjang akhir ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) pada padat tebar
yang berbeda.
Padat Tebar
Ulangan
35 ekor/m
3
70 ekor/m
3
105 ekor/m
3
1 9,91 9,05* 8,28
2 9,77 8,69 7,77
3 8,47 8,21 7,96
Rata-rata 9,39 0,80
8,65 0,42
8,00 0,26
Ket *) : Missing data
4.1.3 Laju Pertumbuhan Harian Ikan Nilem
Pertumbuhan ini menunjukkan persentase penambahan bobot ikan per
hari selama masa pemeliharaan. Pertumbuhan harian di kepadatan 35, 70 dan
105 ekor/m
3
masing-masing menunjukkan nilai sebesar 1,66 ; 1,50 dan 0,88 %
(Tabel 7). Dari analisa statistik yang dilakukan, pertumbuhan harian ikan nilem
32
yang dipelihara pada kepadatan 35 ekor/m
3
juga tidak berbeda nyata (P>0,05)
dari kepadatan 70 dan 105 ekor/m
3
.
Tabel 7. Laju pertumbuhan harian ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) pada
padat tebar yang berbeda.
Padat Tebar (ekor/m
3
)
Ulangan
35 70 105
1 2,18 1,82* 1,01
2 1,62 1,36 0,98
3 1,19 1,31 0,66
Rata-rata 1,66 0,50
1,50 0,28
0,88 0,19
Ket *) : Missing data
4.1.4 Kelangsungan Hidup
Angka kelangsungan hidup pada akhir percobaan ikan nilem memberikan
hasil yang tidak berbeda jauh. Rata-rata kelangsungan hidup pada kepadatan
35, 70 dan 105 ekor/m
3
masing-masing sebesar 99,52 ; 93,73 dan 95,55 %
(Tabel 8). Analisa menunjukkan padat tebar yang berbeda tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata (P>0,05) terhadap kelangsungan hidup benih ikan
nilem.
Tabel 8. Kelangsungan hidup ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) pada padat
tebar yang berbeda.
Padat Tebar (ekor/m
3
)
Ulangan
35 70 105
1 98,57 89,05* 87,14
2 100 94,29 100
3 100 97,86 99,52
Rata-rata 99,52 0,83
93,73 4,43 95,55 7,29
Ket *) : Missing data
4.1.5 Konversi Pakan
Selama pemeliharaan berlangsung perlakuan 35 ekor/m
3
menghabiskan
133 lembar, perlakuan 70 dan 105 ekor/m
3
masing-masing menghabiskan 256
dan 379, dengan bobot kering perifiton yaitu 5 g/lembar. Konversi pakan pada
ketiga perlakuan ternyata menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Pada
kepadatan 35 ekor/m
3
sebesar 1,76 ; kepadatan 70 ekor/m
3
sebesar 2,28
sedangkan pada kepadatan 105 ekor/m
3
sebesar 4,25 (Tabel 9).
33
Tabel 9. Konversi pakan ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) pada padat tebar
yang berbeda dengan pakan perifiton.
Padat Tebar (ekor/m
3
)
Ulangan
35 70 105
1 1,17 2,16* 4,58
2 1,55 2,35 3,31
3 2,56 2,34 4,86
Rata-rata 1,76 0,72
a
2,28 0,11
a
4,25 0,83
b
Ket *) : Missing data
4.1.6 Kualiatas Air
Kualitas air selama penelitian berlangsung dalam keadaan baik untuk
pemeliharaan ikan. Nilai DO dari awal hingga akhir penelitian berkisar antara
3,59 di pagi hari dan 7,73 di siang hari. Suhu dan pH masing-masing berada
pada kisaran 29-34
o
C dan 7,5-8,8 serta kecerahan yang memang sangat rendah
yaitu 96 cm. Parameter lainnya seperti ammonia dapat dilihat pada Lampiran.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan tiga perlakuan diatas, bobot ikan nilem mengalami
pertumbuhan selama pemeliharaan 48 hari. Pertumbuhan terjadi apabila ikan
hidup pada lingkungan yang optimum (suhu, pH dan oksigen) serta kebutuhan
makanan yang mencukupi. Pada penelitian ini makanan berupa pakan alami
perifiton yang diberi sesuai perbandingan padat tebar. Kepadatan 35, 70 dan
105 ekor/m
3
masing-masing diberi substrat perifiton sebanyak 1, 2 dan 3 lembar.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hepher dan Pruginin dalam Suhadi (2003)
yang menyatakan peningkatan kepadatan ikan tanpa disertai peningkatan jumlah
pakan yang diberikan akan menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan dan
jika telah sampai pada batas carrying capacity maka pertumbuhannya akan
terhenti sama sekali.
Kualitas air yaitu DO, ammonia, suhu, kecerahan dan pH pada penelitian
ini masih berada dalam kisaran optimal. Sesuai yang diutarakan Hepher dan
Pruginin (1981), Peningkatan padat penebaran dapat diikuti dengan
pertumbuhan yang maksimal serta peningkatan hasil selama pakan tercukupi
dan kualitas air tetap mendukung. Oleh karena itu, kedua faktor tersebut tidak
mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot dan panjang
dari tiga kepadatan tersebut sama baiknya. Berdasarkan analisis data yang
34
dilakukan, menjelaskan bahwa ketiga perlakuan tersebut tidak berbeda nyata
(P>0,05). Hal tersebut disebabkan karena kebutuhan lingkungan dan makanan
(perifiton) masih dalam keadaan yang mencukupi. Sama halnya dengan bobot
dan panjang, laju pertumbuhan harian ikan (a) juga tidak berbeda nyata antara
tiga perlakuan (P>0,05). Peningkatan kepadatan (stock density) pada percobaan
ini belum menunjukkan adanya penurunan pada laju pertumbuhan harian ikan.
Hal ini juga disebabkan karena kebutuhan lingkungan (faktor kimia, fisika dan
biologi perairan) dan makanan masih menunjang bagi pertumbuhan ikan nilem.
Mengenai kebutuhan makanan, Warren dan Davis (1967) berpendapat bahwa
pemberian pakan dalam jumlah yang disesuaikan dengan bobot masing-masing
perlakuan menyebabkan perbedaan pertumbuhan harian (a) tidak terjadi.
Pertumbuhan ikan dapat terjadi bilamana sejumlah makanan yang dicerna
melebihi jumlah makanan yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuh. Sama
halnya dengan pertumbuhan harian, nilai kelangsungan hidup (SR) juga sama
antar perlakuan (P>0,05). Hal ini juga diduga karena kondisi lingkungan dan
pakan yang masih tercukupi.
Sedangkan pada nilai konversi pakan (FCR), tiga perlakuan tersebut
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Ketika dilanjutkan melalui Uji
Tuckey memperlihatkan bahwa antara kepadatan 35 dan 70 ekor/m
3
tidak
berbeda nyata, namun konversi pakan kedua perlakuan tersebut berbeda nyata
dengan kepadatan 105 ekor/
3
. Menurut Allen (1974) ruang gerak ikan akan
berpengaruh terhadap keeffisienan konversi makanan. Penurunan keeffisienan
konversi makanan dapat dibuktikan pada konversi pakan yang cenderung
menurun sejalan dengan peningkatan padat tebar. Pada perlakuan 35 ekor/m
3
nilai FCR sebesar 1,76 ; perlakuan 70 ekor/m
3
nilai FCR sebesar 2,28 dan
perlakuan 105 ekor/m
3
nilai FCR sebesar 4,25. Hal ini diduga bahwa ruang gerak
yang semakin sempit memberikan tekanan (stresor) pada kepadatan yang tinggi,
sehingga energi yang dihasilkan dari metabolisme untuk pertumbuhan sebagian
digunakan terlebih dahulu untuk bertahan dari stres. Dalam hal ini tingkat stres
yang ditimbulkan belum mencapai keadaan dimana ikan tidak mau makan,
sehingga pertumbuhan tetap berjalan. Maka dengan kata lain ikan makan banyak
untuk menghasilkan energi yang sebagian digunakan untuk bertahan dari stres
dan sebagian lagi digunakan untuk pertumbuhan.
Secara keseluruhan pertumbuhan ikan nilem pada ukuran benih yang
dipelihara di jaring terapung dengan menggunakan pakan perifiton tergolong
lebih cepat jika dibandingkan dengan ikan nilem yang dipeluhara pada kolam-
35
kolam darat dengan sistem polikultur. Pada kolam darat umumnya diberikan
pelet dan sayuran berupa kol atau sawi. Seperti penelitian ikan nilem yang
dilakukan Ayu (2003) di daerah Magek-Sumatra Barat dipelihara pada kolam
darat dengan pakan pelet dan sayuran. Percobaan tersebut menunjukkan
pertumbuhan harian ikan nilem sebesar 0,38 %, nilai ini lebih kecil dibandingkan
pertumbuhan harian yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu sebesar 1,66 %
untuk kepadatan 35 ekor/m
3
dan 0,88 % untuk kepadatan 105 ekor/m
3
(Tabel 10).
Perbedaan ini dapat disebabkan karena pada penelitian di KJA Cirata, ikan nilem
tidak dipelihara bersama ikan lain (monokultur). Keberadaan perifiton di KJA juga
lebih besar karena tingkat kesuburan waduk yang tinggi jika dibandingkan
dengan kolam darat di daerah Magek.
Tabel 10. Panjang dan Bobot ikan nilem yang dipelihara pada kolam di dearah
Magek, Sumatra Barat dan KJA Cirata, Cianjur, Jawa Barat.
Ukuran Awal Ukuran Akhir
Daerah
Umur
Ikan
(bulan)
Panjang
(cm)
Berat
(g)
Panjang
(cm)
Berat
(g)
Pertumbuhan
Harian (%)
Sistem
Budidaya
Sumber
8 18 50-60 0,38
18-24 25 150 0,38
Magek,
Sumatra Barat
12
10 20-30
20 80-100 0,37
Kolam
Darat
Ayu
(2003)
7,32 4,91 10,21 11,78 1,66 Cirata, Cianjur
Jawa Barat
1,5
7,36 4,83 8,46 6,59 0,88
KJA
Percobaan
ini
Jika mengacu pada pemanfaatan plankton dan perifiton untuk
mengurangi Blooming algae maka perlakuan 105 ekor/m
3
yang menjadi padat
tebar optimal, karena mampu menghabiskan jumlah perifiton yang banyak
dibandingkan perlakuan lainnya. Namun jika mencari keuntungan produksi yang
maksimal maka perlakuan 70 ekor/m
3
merupakan padat tebar yang optimal
karena dengan pakan yang sedikit dihasilkan daging yang lebih banyak dari
perlakuan lainnya. Pada percobaan ini perlakuan kepadatan 70 ekor/m
3
memberikan keuntungan produksi yang paling besar dibandingkan dengan
perlakuan lainnya yaitu sekitar 80% lebih (Lampiran 6).
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Untuk memanfaatkan plankton dan perifiton yang tinggi di Cirata, maka
padat tebar yang terbaik dalam budidaya ramah lingkungan adalah 105 ekor/m
3
dengan FCR sebesar 4,25 karena menghabiskan perifiton dalam jumlah banyak.
Namun jika mencari keuntungan produksi yang maksimal maka kepadatan 70
ekor/m
3
adalah yang optimal karena dengan perifiton yang lebih sedikit
dihasilkan daging yang lebih banyak.
5.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah
kepadatan ikan nilem untuk mengetahui kepadatan optimal bagi pertumbuhan
ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) dengan memanfaatkan pakan alami berupa
perifiton.
37
DAFTAR PUSTAKA
Allen KO. 1974. Effect of Stocking Density and Water Exchange Rate on Growth
and Survival of Channel Cattfish (Letaheny punetatus). Incircular
Tanks. Aquaculture.
Amidarhana A. 2001. Analisis Produktivitas Usaha Budidaya Ikan dalam
Keramba Jaring Apung di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta,
Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.Hal 27.
Ayu LR. 2003. Prospek Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Mas dan Nilem
di Nagari Magek, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam,
Sumatra Barat. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 33.
Beveridge MCM. 1966. Cage Culture (2nd Edition). Fishing News Books.
England, 346 p.
Boyd CE. 1979. Water Quality Management in Warm Water Fish Pond. Craft :
Master Printer, Inc Opelika. Alabama.
Boyd C.E. 1982. Water Quality Management for Pond. Fish Culture. Auburn
University. Elsevier Science Publishing Company , Inc. New York.
Boyd C.E. dan Bowman JR. 1997. Pond Bottom Soils. In Dynamics of Pond
Aquaculture (ed. H.S. Egna & C.E. Boyd), pp. 135-162. CRC Press,
Boca Raton, New York.
Danakusumah E. 1999. Kemungkinan Penggunaan Ikan Mola
(Hypopthalmichthys molitrix) sebagai Agen Pembersih Perairan
Waduk. h. XXII (1-4). Prosiding. Semiloka Nasional Pengelolaan dan
Pemanfaatan Waduk. 30 November 1999, Bogor. PPLH-LP.
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Hardjamulia A. 1979. Budidaya Perikanan. Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio
L.), Ikan Tawes (Puntius javanicus), Ikan Nilem (Ostheochilus
hasselti). Sekolah Ilmu Perikanan. SUPM. Bogor. Badan Pendidikan,
Latihan dan Penyuluhan Pertanian. Dept. Pertanian. Hal 19.
Harris GP. 1986. Phytoplankton Ecology. Structure, Function and Fluctuation.
Chapman and Hall, London. New York. 384 p.
Hendayana D. 2002. Analisis Usaha Perikanan Budidaya Perairan Waduk
dengan Jaring Apung (Kasus Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat). Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hal 50.
Herpher B. dan Pruginin Y. 1981. Comercial fish farming : With Special
Reference to Fish Culture in Israel. John Wiley & Sons New York. 88
p.
38
Hickling CF. 1971. Fishculture. Faber and Faber, London.
Huet M. 1970. Tex book of Fish Culture. Breeding and Cultivation. De Wyngeaut,
Brussel. 425p.
Karyati T. 1987. Studi Luas Relung Asosiasi Habitat dan Makanan Serta Pola
Reproduksi Ikan Nilem (Ostheochilus hasselti) dan Tawes (Puntius
javanicus) Di Situ Babakan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta
Selatan. Skripsi. Jurusan MSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Hal 137.
Khairuman, Suhenda D dan Gunadi B. 2002. Budidaya Ikan Mas secara Intensif.
Jakarta. Penerbit Argo Media Pustaka.
Li SF. 1994. Fish Culture in Cages and Pens. In Freshwater Fish Culture in China:
Principels and Practice (ed. S.F. Li & J. Mathias), pp. 305-346.
Elsevier, Amsterdam.
Lumbanbatu, D.T.F. 1979. Aspek Biologi Reproduksi Beberapa Jenis Ikan di
Waduk Lahor, Jawa Timur. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 169.
Payne AI. 1986. The Ecology of Tropical Lakes and Rivers. John Wiley & Sons,
Chichester, Great Britain.
Pescod MB. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standart for
Tropical Countries. AIT, Bangkok. 59 p.
Pratiwi NTM. 2003. Peran Plankton dalam Mengevaluasi Kualitas Air.
Manajemen Bioregional Jabodetabek : Profil dan Strategi Pengelolaan
Situ, Rawa dan Danau. Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor.
Reynold CC. 1984. The Ecology of Freshwater Fitoplankton. Cambridge
University Press. London. New York, 383 p.
Ruttner F. 1974. Fundamentals of Limnology. University of Toronto Press.
Toronto, 295 p.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Vol I dan I. Bina Cipta,
Bandung. Hal 1508.
Shcmittou HR. 1993. High Density Fish Culture in Low Volume Cages.
Aquaculture, American Soybean Association. Vol. AQ41 1993/7, 78 p.
Sjafei DS, Rahardjo MF, Affandi R dan Sulistiono. 1989. Ikhtiologi. Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 183.
Suganda H. 2001. Arus Balik, Membuat Periuk Nasi Terbalik. Harian Kompas.
Senin 16 April 2001, Jakarta. Hal 27.
39
Suganda H. 2001. Bom Waktu dari Saguling dan Cirata.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/01044/16/daerah/bomw25.htm.
[20 Mei 2004]
Suhadi I. 2003. Pendederan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis di Keramba
Jaring Apung dengan Padat Tebar yang Berbeda. Skripsi. Jurusan
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Hal 6.
Sulastri. 2003. Karakteristik Ekosistem Perairan Danau Dangkal. Manajemen
Bioregional Jabodetabek : Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa
dan Danau. Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor.
Suwignyo P. 2003. Ekosistem Perairan Pedalaman, Tipologi dan
Permasalahannya. Manajemen Bioregional Jabodetabek : Profil dan
Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau. Pusat Penelitian Biologi-
LIPI, Bogor.
Tacon AG dan De Saliva SS. 1983. Aquaculture. 11-20 p.
Warren CE. dan Davis GE. 1967. Laboratory Studies on The Feeding
Bioenergetics and Grownd of Fishes. P:175-214 in S.D. Gerging. The
Biological Basic of Freshwater Fish Production. Blackwell Scientific
Publication, Oxford.
Weber M dan de Beauford LF. 1916. The Fishes of The Indo Australian
Archipelago. Vol III. EJ. Brill Ltd, Leiden. 455 p.
Welch EB. 1980. The Ecological Effect of Waste Water. Cambridge University
Press, Cambridge.
Wetzel RG. 2001. Limnology. Lake and River Ecosystem. Third Edition.
Academic Press. San Diego. New York.
Weitzel RL. 1979. Methods and Measurements of Perifiton Communities. A
Review American Society for testing and Materials, Philadelphia. 163p.
Winanto T. 1982. Aspek Biologi Kebiasaan Makanan, Hubungan Panjang, Berat
dan Fekunditas Ikan Tawes (Puntius javanicus) dan Ikan Nilem
(Ostheochilus hasselti) di Waduk Wonogiri, Jawa Tengah, Pada Awal
Penggenangan. Karya Ilmiah. Jurusan MSP. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 183.
Wood EJF. 1967. Microbiology of Ocean and Estuaries. Elsevier Publishing
Company, New York. 319 p.
Zonneveld N, Huisman EA dan Boon JH. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. PT.
Gramedia Pustaka Utam, Jakarta. 108 p.
40
LAMPIRAN
41
Lampiran 1. Bobot akhir ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) pada padat
tebar yang berbeda.
Padat Tebar
Ulangan
35 ekor/m
3
70 ekor/m
3
105 ekor/m
3
1 12,86 10,80* 7,78
2
11,43 9,29 7,30
3
8,57 8,81 6,98
Rata-rata 10,95 2,18
9,63 1,04
7,35 0,40
Ket *) : Missing data
Tabel Sidik Ragam
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 19,8747 2 9,937352 4,967205 0,053388 5,143253
Within Groups 12,00355 6 2,000592
Total 31,87826 8 31,87826
F hit. < F tabel : Tidak berbeda nyata
42
Lampiran 2. Panjang akhir ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) pada padat
tebar yang berbeda.
Padat Tebar
Ulangan
35 ekor/m
3
70 ekor/m
3
105 ekor/m
3
1 9,91 9,05* 8,28
2
9,77 8,69 7,77
3
8,47 8,21 7,96
Rata-rata 9,39 0,80
8,65 0,42
8, 0,26
Ket *) : Missing data
Tabel Sidik Ragam
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 2,865079 2 1,43254 4,900294 0,054756 5,143253
Within Groups 1,754025 6 0,292337
Total 4,619104 8
F hit. < F tabel : Tidak berbeda nyata
43
Lampiran 3. Laju pertumbuhan harian ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V)
pada padat tebar yang berbeda.
Padat Tebar
Ulangan
35 ekor/m
3
70 ekor/m
3
105 ekor/m
3
1 2,18 1,82* 1,01
2
1,62 1,36 0,98
3
1,19 1,31 0,66
Rata-rata 1,66 0,50
1,50 0,28
0,88 0,19
Ket *) : Missing data
Tabel Sidik Ragam
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 1,012356 2 0,506178 4,182135 0,072879 5,143253
Within Groups 0,7262 6 0,121033
Total 1,738556 8
F hit. < F tabel : Tidak berbeda nyata
44
Lampiran 4. Kelangsungan hidup ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V)
pada padat tebar yang berbeda.
Padat Tebar
Ulangan
35 ekor/m
3
70 ekor/m
3
105 ekor/m
3
1 98,57 89,05* 87,14
2
100 94,29 100
3
100 97,86 99,52
Rata-rata 99,52 0,83
93,73 4,43 95,55 7,29
Ket *) : Missing data
Tabel Sidik Ragam
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 52,5974 2 26,2987 1,073945 0,399317 5,143249
Within Groups 146,9276 6 24,48793
Total 199,525 8
F hit. < F tabel : Tidak berbeda nyata.
45
Lampiran 5. Konversi pakan ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) pada
padat tebar yang berbeda dengan pakan perifiton.
Padat Tebar (ekor/m
3
)
Ulangan
35 70 105
1 1,17 2,16* 4,58
2
1,55 2,35 3,31
3
2,56 2,34 4,86
Rata-rata 1,76 0,72
a
2,28 0,11
a
4,25 0,83
b
Ket *) : Missing data
Tabel Sidik Ragam
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 10,3606 2 5,180299 12,79293 0,006855 5,143249
Within Groups 2,429608 6 0,404935
Total 12,79021 8
F hit. > F tabel : berbeda nyata.
Tukey HSD
N
Subset for
alpha = .05
Kepadatan
1 2
35 ekor/m
3
3 1,76
70 ekor/m
3
3 2,28
105 ekor/m
3
3 4,25
Sig. 0,598 1,000
46
Lampiran 6. Hasil analisis proksimat ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V)
dan perifiton.
Ikan nilem pada awal penelitian :
Kepadatan
(ekor/m
3
)
Kadar Air
Kadar
Abu
Protein Lemak
Serat
Kasar
BETN
35/70/105 76,77 4,09 15,40 2,34 0,21 1,19
Ikan nilem pada akhir penelitian :
Kepadatan
(ekor/m
3
)
Kadar Air
Kadar
Abu
Protein Lemak
Serat
Kasar
BETN
30 77,29 4,27 15,33 1,64 0,03 1,43
70 77,21 4,60 16,16 1,48 0,06 0,48
105 77,32 5,10 15,70 1,08 0,15 0,65
Ket : Dalam % bobot basah
Perifiton :
Kadar Air Kadar Abu Protein Lemak Serat Kasar BETN
97,06 1,64 0,46 0,05 0,40 0,39
Ket : Dalam % bobot basah
47
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0:00 2:00 4:00 6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00
Waktu (jam)
o
k
s
i
g
e
n
(
p
p
m
)
0,075
0,025
0,034
0,063
0,032
0,054
0,04
0,095
0,049 0,052
0,052
0,082
0,001
0,049
0,045
0,048
0,039
0,001
0
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
0,08
0,09
0,1
1 11 21 31 41 51
Waktu (hari)
A
m
m
o
n
i
a
(
p
p
m
)
35 ekor/m3 70 ekor/m3 105 ekor/m3
Lampiran 7. Profil DO dan amoniak di KJA Bonafeed, waduk Cirata, Cianjur,
Jawa Barat.
Dissolved Oxygen (mg/l)
Waktu (jam)
Tanggal
00.00 02.00 04.00 06.00 08.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 22.00
10 'Des 5,43 5,17 4,31 4,75 5,63 6,15 7,51 9,24 8,5 7,63 5,88 5,03
11 'Des 4,5 4,12 3,2 4,18 5,77 6,42 5,57 7,16 6,31 5,88 4,88 4,37
12 'Des 4,01 3,37 3,25 3,25 3,89 4,2 5,81 6,8 6,47 6,13 5,42 3,94
Rata2 4,65 4,22 3,59 4,06 5,1 5,59 6,297 7,73 7,09 6,55 5,393 4,447
Gambar 7. Grafik profil DO (mg/l) dalam 24 jam di KJA Bonafeed, waduk Cirata, Cianjur Jawa
Barat.
Amoniak (mg/l)
Waktu Pemeliharaan (hari ke-)
Kepadatan
(ekor/m
3
)
1 11 21 31 41 51
35 0,032 0,054 0,075 0,04 0,063 0,025
70 0,001 0,082 0,095 0,052 0,049 0,052
105 0,001 0,048 0,034 0,039 0,049 0,045
Gambar 8. Grafik profil Ammonia (mg/l) di KJA Bonafeed, waduk Cirata, Cianjur, Jawa Barat.
26
27
28
29
30
31
32
33
34
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57 59 61 63
Waktu pemeliharaan (hari)
S
u
h
u
Pagi Siang Sore
6,5
7
7,5
8
8,5
9
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57 59 61 63
Waktu pemeliharaan (hari)
p
H
Pagi Siang Sore
Gambar 9. Grafik profil suhu (
o
C) selama 48 hari di KJA Bonafeed, waduk Cirata, Cianjur, Jawa Barat.
Gambar 10. Grafik profil pH selama 48 hari, di KJA Bonafeed, waduk Cirata, Cianjur, Jawa Barat.
Estimasi biaya operasi budidaya ikan Nilem di Keramba Jaring Apung.
Perlakuan
Jml Awal
(ekor)
Jml Akhir
(ekor)
Bobot awal
(g)
Bobot akhir
(g)
Biomasa awal
(g)
Biomasa akhir
(g)
Harga benih*
(Rp)
Harga panen*
(Rp)
? (Rp)
Rataan
(Rp)
A1 70 69 4,5714 12,8571 320 887,14 4800 13307 8507
A2 70 70 5,2857 11,4286 370 800,00 5550 12000 6450
A3 70 70 4,8571 8,5714 340 600,00 5100 9000 3900
6286
B1 140 120 5,07 10,79 710 1294,80 10650 19422 8772
B2 140 132 4,8571 9,2857 680 1225,71 10200 18386 8186
B3 140 137 4,7143 8,8095 660 1206,90 9900 18104 8204
8186
C1 210 183 4,8095 7,7778 1010 1423,33 15150 21350 6200
C2 210 210 4,5714 7,3016 960 1533,33 14400 23000 8600
C3 210 209 5,0952 6,9841 1070 1459,68 16050 21895 5845
6882
Ket : *) Harga Benih Rp.15.000,-/kg
*) Harga Panen Rp.15.000,-/kg (Ukuran panen = Ukuran pendederan)