You are on page 1of 27

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan barang tambang mangan dewasa ini meningkat seiring
peningkatan teknologi dan kebutuhan akan mangan. Mangan merupakan mineral
logam yang digunakan sebagai salah unsur untuk campuran logam menghasilkan
baja, campuran logam untuk kebutuhan baterai, dan kebutuhan industri lainnya.
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih
mangan utama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi
oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu. Mangan mempunyai
warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai submetalik, kekerasan 2 6,
berat jenis 4,8, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang
berstruktur fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida lainnya namun
berperan bukan sebagai mineral utama dalam cebakan bijih adalah bauxit,
manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat
adalah rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.
Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan
hidrotermal, cebakan sedimenter, cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava
bawah laut, cebakan metamorfosa, cebakan laterit dan akumulasi residu.
Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses
produksi besi-baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi
antara lain untuk produksi baterai kering, keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain.
2

Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia cukup besar, namun terdapat
di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Potensi tersebut terdapat di
Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, di dapatlah beberapa rumusan
masalah, yaitu :
1. Pengertian mangan
2. Manfaat mangan
3. Tambang mangan dan lingkungan hidup
4. Tekhnik reklamasi

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan mempelajari tentang bahan tambang mangan
2. Untuk mengetahui manfaat dan penggunaan mangan
3. Untuk mengetahui bagaimana reklamasi dari bahan tambang mangan





3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mangan
Mangan adalah suatu unsur kimia yang mempunyai nomor atom 25 dan
memiliki symbol Mn. Mangan ditemukan oleh Johann Gahn pada tahun 1774 di
Swedia. Logam mangan berwarna putih keabu-abuan. Mangan termasuk logam
berat dan sangat rapuh tetapi mudah teroksidasi. Logam dan ion mangan bersifat
paramagnetic. Hal ini dapat dilihat dari obital d yang terisi penuh pada konfigurasi
electron. Mangan mempunyai isotop stabil yaitu 55Mn.
Mangan ditemukan sebagai unsur bebas dalam sifat dasarnya dan sering
dicampur dengan besi, seperti mineral-mineral lainnya. Sebagai unsur bebas,
Mangan adalah logam yang penting dalam penggunaan dengan campuran logam-
logam industri, terutama di dalam baja-baja anti karat.
Ion-ion dari mangan berfungsi sebagai faktor-faktor penunjang untuk
beberapa enzim-enzim dalam makhluk-makhluk hidup bertingkat tinggi, dimana
mereka berfungsi sebagai hal-hal penting dalam detoksifikasi radikal-radikal
bebas. Elemen tersebut adalah jejak mineral yang diperlukan untuk semua
makhluk-makhluk hidup bertingkat tinggi yang diketahui. Dalam kwantitas besar,
dan rupanya dengan aktivitas-aktivitas dengan cara penghirupan, mangan dapat
menyebabkan sindrom peracunan dalam binatang-binatang menyusui, dengan
kerusakan sistem deteksi detak jantung yang kadang-kadang tidak dapat diubah.
Mangan termasuk golongan transisi . Memiliki titik lebur yang tinggi kira-
kira 1250 C. Ia bereaksi dengan air hangat membentuk mangan (II) hidroksida
4

dan hidrogen. Mangan cukup elektropositif, dan mudah melarut dalam asam
bukan pengoksidasi. Selain titik cairnya yang tinggi, daya hantar listrik
merupakan sifat-sifat mangan yang lainnya. Selain itu, mangan memiliki
kekerasan yang sedang akibat dari cepat tersedianya elektron dan orbital untuk
membentuk ikatan logam.
Mangan membuat sampai sekitar 1000 ppm (0,1%) dari kerak bumi,
sehingga ke-12 unsur paling berlimpah di sana. Tanah mengandung mangan 7-
9.000 ppm dengan rata-rata 440 ppm. air laut yang hanya 10 ppm mangan dan
suasana mengandung 0,01 g / m 3. Mangan terjadi terutama sebagai pyrolusite
(MnO 2), braunite, (Mn 2 + Mn 3 + 6) (SiO 12), psilomelane (Ba, H 2 O ) 2 Mn 5
O 10, dan ke tingkat yang lebih rendah sebagai rhodochrosite (MnCO 3).
Pyrolusite bijih mangan (MnO
2
) merupakan bentuk mangan yang paling
pentiing yang tersedia di alam. Lebih dari 80% dari sumber daya Bijih mangan
penting biasanya menunjukkan yang erat kaitannya dengan bijih besi. Tanah yang
berbasis mangan dunia dikenal ditemukan di Afrika Selatan dan Ukraina, endapan
mangan penting lainnya berada di Australia, India, Cina, Gabon dan Brasil. Pada
tahun 1978 diperkirakan 500 miliar ton nodul mangan ada di di dasar laut. Usaha-
usaha untuk menemukan metode ekonomis nodul mangan panen ditinggalkan
pada 1970-an.
Sifat-sifat mangan :
a. sifat fisika
Mangan merupakan unsur yang dalam keadaan normal memiliki bentuk
padat. Massa jenis mangan pada suhu kamar yaitu sekitar 7,21 g/cm
3
, sedangkan
5

massa jenis cair pada titik lebur sekitar 5,95 g/cm
3
. Titik lebur mangan sekitar
1519
o
C, sedangkan titik didih mangan ada pada suhu 2061
o
C. Kapasitas kalor
pada suhu ruang adalah sekitar 26,32 J/mol.K.
b. sifat kimia
1. Reaksi dengan air
Mangan bereaksi dengan air dapat berubah menjadi basa secara perlahan dan
gas hidrogen akan dibebaskan sesuai reaksi kimia:
Mn(s) + 2H
2
O Mn(OH)
2
+H
2
2. Reaksi dengan udara
Logam mangan terbakar di udara sesuai dengan reaksi:
3Mn(s) + 2O
2
Mn
3
O
4
(s)
3Mn(s) + N
2
Mn
3
N
2
(s)
3. Reaksi dengan halogen
Mangan bereaksi dengan halogen membentuk mangan (II) halida, reaksi:
Mn(s) +Cl
2
MnCl
2

Mn(s) + Br
2
MnBr
2

Mn(s) + I
2
MnI
2

Mn(s) + F
2
MnF
2

Selain bereaksi dengan flourin membentuk mangan (II) flourida, juga
menghasilkan mangan (III) flourida sesuai reaksi:
2Mn(s) + 3F
2
2MnF
3
(s)
4. Reaksi dengan asam
6

Logam mangan bereaksi dengan asam-asam encer secara cepat
menghasilkan gas hidrogen sesuai reaksi:

Mn(s) + H
2
SO
4
Mn
2
+(aq) + SO
4
2-
(aq) + H
2
(g)
B. Klasifikasi Bahan Tambang Mangan
Mangan merupakan golongan bahan galian vital. Golongna bahan galian
vital berarti dapat menjamin hajat hidup orang banyak. Bahan tambang mangan
paling banyak dan terbaik di dunia terletak di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Gambar : tambang mangan
Tabel 5. Cadangan mineral mangan di berbagai provinsi
Provinsi Lokasi
7

DI. Aceh Lho Kruet, Pantai Timur Aceh, Karang Igeuh,
Kapi
Sumatera Utara Pantai Timur, 23 km timur laut Natal
Sumatera Barat Mangani, Ulu Aer
Riau Sungai Lumut, Balangbeo
Sumatera Selatan Pesawaran Ratai
Bangka Belitung S. Selan
Bengkulu Tambang Sawah, Gebang Ilir, Tambang Sawah
Lampung G. Pesawaran Ratai, G. Waja, G. Kasih, G.
Kedondong
Banten Cikotok
Jawa Barat Cibadeng, Karangnunggal, Cibadong, Cigempor,
Salopa, Cikatomas
Jawa Tengah Peg. Karang Bolong, Klaten, Ngargoretno,
Salaman,Bapangsari, Semanggung, Cangkerep
Jawa Timur Puger, Nambakan, Tamban, Ngradu, Sempor, G.
Gede, Dawung, Klumpit, Banyumuntah, Bukul,
G. Kembar, Cikuli, Goro, Blimbing, Panggul, G.
Kuncung, Tumpaktelor, Serut, Sukorejo,
Tenggong, G. Jambe, G. Puncak Asem, G.
Cemerung, Wlingi, G. Rajak, Kalirejo, Bedug I,
Puger, G. Marondon Sekunir Puger, Jambe, G.
Sadeng
8

D.I. Yogyakarta Kliripan, Samigaluh, Gedad, Batuwarno,
Eromoko, Gunung Kidul
Kalimantan Barat G. Sekereh, Jelatok, Lumar
Kalimantan Selatan G. Besi, Pasir, Tanah Laut, . Tawon, Birayang
Kalimantan Timur G. Bambu, Muara Ancalong
Maluku Laloda, Galela, P. Batanta, Waturen, Tanjung
Fatufat, P. Doi, P. Dongasuli, Waigeo
Sulawesi Utara Tanjung Torawitan, Tewangko, S. Molosipat
Sulawesi Tengah Tawangko
Sulawesi Selatan Wonomulyo, Liburung, Tanene
Sulawesi Tenggara S. Rumu
Nusa Tenggara Barat Teluk Maja, Panda, Binoa
Nusa Tenggara Timur Oil Manonok, Tanini, Amarasi, Kupang, P. Roti,
Nggorang 8 Km Selatan Reo, Atar Punda, Bukit
Golorawang, Ngrawang, Wangkung, Kajong,
Lante, Wangkal, Meas, Kadung, Ngampur, Bajak,
Wancang, Riung, Metang, Weibuka, Nangasu,
Melana, Mena, Lake, Rokap, Manggarai, sebelah
timur Kupang, Ole Manenok, Tanimi, sebelah
selatan Kupang, Ikan Foti, Niuk Baum,Moil
Tobe, Buleo, Desa Ponudan Kaubelah, Oe Ekam,
Oe Baki, Babuin, Kalbano
Sumber : Dari berbagai sumber
9

C. Manfaat Mangan
Batu mangan berguna sebagai bahan baku industri, seperti untuk
pembuatan baterai, keramik, bahan kimia, dan baja. Namun saat ini mangan
paling banyak digunakan untuk kebutuhan industri baja yang penggunaannya
mencapai 90% (Majalah Tambang, 3 November 2008). Kandungan mangan dapat
menghasilkan baja dengan kualitas bagus, yaitu lebih kuat dan ringan
dibandingkan baja dari bahan mentah lain. Kualitas demikian membuat batu
mangan menjadi bahan baku paling banyak dicari oleh kalangan industriwan baja
akhir-akhir ini. Sebagaimana diketahui, industri baja merupakan salah satu
industri dasar (hulu) yang sangat dibutuhkan, baik untuk kebutuhan konstruksi,
elektronik, otomotif, dll. Negara yang pembeli mangan terbesar di dunia saat ini
adalah Tiongkok dan India. Sementara produsen terbesar adalah Ukraina dan
Afrika Selatan. Kedua negara tersebut menguasai sekitar 80% cadangan mangan
dunia.
Manfaat mangan :
1. sebagai depolariser dan sel kering baterai dan untuk menghilangkan warna
hijau
pada gelas
2. bahan dasar industri baterai
3. bahan dasar indutri korek api

D. Metode Penambangan Mangan
10

1. Tahap Prakontruksi
a) Kegiatan survei dan pengukuran
b) Kegiatan sosialisasi dan konsultasi publik. Kegiatan ini diawali
dengan pengumuman melalui media massa dan pengumuman
dilokasi rencana usaha dan rona lingkungan awal dilokasi rencana
usaha. Kemudian, dilaksanakan lagi dengna kegiatan sosialisasi
rencana usaha kepda masyarakat di lokasi rencana usaha dan
sekitarnya.
c) Kemitraan lahan. Dalam proses penambangan mangan, pemrakarsa
umumnya akan menggunakan system Plasma, yang artinya
Pemrakarsa tidak memiliki dan menguasai lahan karena lahan
adalah milik penduduk setempat. Pemrakarsa hanya beroperasi
selama rentang waktu setiap 5 tahunan bersamaan dengan
ketersdiaan potensi mangan. Pemrakarsa bekerjasama dengna
masyarakat selama kegiatan pertambangan. Dilahan yang diketahui
berpotensi mangan, pemrakarsa mengoperasikan alat berat untuk
pengupasan tanah penutup, sedang penggalian batu mangan
dilakukan oleh masyarakat, terutama pemilik lahan. Hasil
penggalian batu mangan dikumpul oleh pemrakarsa.
2. Tahap konstruksi
1. Sasaran produksi pertambangan bahan galian mangan adalah
sebesar 60.000 mton/tahun dengan ukuran 10-70mm
2. Jumlah deposit
11

3. Bentuk, jenis, kedudukan dan penyebaran deposit
4. Kondisi topografi
5. Faktor lain, seperti modal, kelestarian lingkungan dan sosail
ekonomi seperti penyerapan tenaga kerja lokal.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas, maka sistem
pertambangan mangna yang digunakan adlah pertambangan terbuka dengna
metode pertambnagan terpilih. Pada prinsipnya, metode pertambangan ini adalah
tata cara melepaskan atau menambang mangan dari batuan induk dan memilih
mangan dengna kandungan yang sesuai dengna kebutuhan. Selajutnya, untuk
menghasilkan ukuran mangan yang sesuai dengna kebutuhan dilakukan
pengecilan ukuran dan pemisahan ukuran.
3. Tahap operasi
1. Kegiatan penggalian. Kegiatan ini bertujuan untuk mengambil atau
memisahkan bahan galian mangan dari batuan induknya untuk
memperoleh yang sesuai dengan yang dibutuhkan.

12


2. Kegiatan pengolahan. Dengan penentuan sistem dan tata cara
pengolahan serta penentuan jenis peralatan yang akan dipakai,
telah dipertimbangkan beberapa faktor penentu, antara lain :
a. sasaran produksi
b. infrastruktur yang tersedia
c. bentuk dan jenis bahan galian mangan
13


3. Pemisahan. Tujuan nya adalah memilih mangan yang berkadar
sesuai dengna kebutuhan. Kegiatan ini dilakukan secara manual
dengna menggunakan tenaga yangcekatan dan berpengalaman pada
belt conveyor 5 dan 6.
4. Pemisahan ukuran. Kegiatan ini bertujuan untuk memisahkan
mangna hasil pengecilan ukuran (crusher) yang berukuran 10-17
mm.
5. Stock pile. Direncanakan area stock pile ini dapat menampung
produk akhir sebanyak 5.000 ton.
E. Tambang Mangan dan Lingkungan Hidup
1. Pada lingkungan fisik dan kimiawi
14

a) Terjadinya peningkatan debu yang menyebabkan kualitas
udara menurun, sebagai akibat dari mobilisasi kendaraan
proyek atau kendaraan lain serta akibat tiupan angin jika di
lokasi tambang tersebut tidak ada vegetasi yang cukup
b) Terjadinya peningkatan kebisingan karena akibat aktivitas
penggunaan alat-alat berat maupun lalulintas kendaraan
proyek. Pada hal sebelum ada penambangan batu mangan,
suasana di lokasi tersebut jauh dari kebisingan dan mereka
masih dapat menghirup udara segar karena selain arus lalu
lintas yang sangat sedikit, juga masih banyak pohon yang
bisa menahan karbondioksida.
c) Terjadinya penurunan kualitas air dan kuantitas air (debit
air) sebagai akibat dari pencucian batu mangan maupun
karena akibat dari tanah/lahan yang telah menjadi terbuka
(tidak ada vegetasi penutup) sehingga air dapat mengalir
dengan bebas ke badan-badan air jika tanpa adanya wadah
penampungan/pengelolaan limbah cair tersebut, Debit air
tanah juga akan menurun karena vegetasi (terutama
pepohonan) yang dapat menampung air telah ikut di tebang
dalam sistim pertambangan itu.
d) Terjadinya perubahan topografi/morfologi (bentangan
lahan) yang disebabkan oleh kegiatan penambangan
(penggalian) maka pada daerah yang berbukit dapat
15

menjadi rata,daerah yang berkemiringan akan semakin
miring atau terjadi cekungan cekungan pada daerah datar
e) Peningkatan erosi tanah dan longsor sebagai akibat dari
kegiatan penggalian batu mangan dan pembersihan lokasi
(penebangan vegetasi) sehingga lapisan tanah atas (top soil)
menjadi saling melepas dan jika turun hujan maka akan
semakin banyak permukaan lahan yang terkikis oleh aliran
air permukaan (run-off) ke daerah yang lebih rendah
dengan membawa material tanah maupun humus dan jika
terbawa masuk ke aliran sungai maka akan terjadi
pendangkalan sungai dan naiknya Total Suspended Solid
(TSS) air sungai
f) Terjadi perubahan pola tata guna lahan sebagai akibat
pembersihan lokasi penambangan (land clearing) dan
penggalian dapat menyebabkan pola penggunaan lahan
dimana yang sebelumnya diperuntukan bagi lahan usaha
tani telah beralih menjadi lahan penambangan maupun
pembangunan sarana dan prasarana proyek penambangan
itu sendiri
g) Terjadinya penurunan kesuburan tanah sebagai akibat dari
perubahan pola tata guna lahan maupun erosi tanah serta
longsor dari aktivitas penambangan sehingga lahan menjadi
16

tidak subur jika dimanfaatkan lagi untuk kegiatan usaha
tani dalam jangka waktu yang pendek
2. Pada lingkungan biologis
a) Terjadinya penurunan keanekaragaman flora karena banyak
tumbuhan yang harus di tebang untuk membuka lokasi
tambang dan juga jalan raya sebagai akses keluar masuk
kendraan proyek
b) Terjadinya penurunan keanekaragaman fauna karena
terbatasnya bahan maknan dan juga habitat akibat
pembukaan lokasi tambang yang semakin hari semakin
menigkat

3. Pada lingkungan sosial,ekonomi,budaya dan kesehatan
a) Terjadinya perubahan proses social dan pranata social
karena ada buruh (orang-orang yang melakukan
penambangan) dan majikan (pemilik lahan)
b) Terjadinya perubahan sikap dan persepsi masyarakat dalam
hal ini adanya pro dan contra terhadap penambangan
mangan
c) Perubahan pola penyakit.angka kesakitan. Dimana terjadi
jumlah kematian yang Sangat tinggi dan menimbulkan
penyakit karena debu dari kendraan proyek dan juga
tambang.
17

F. Reklamasi dan Rehabilitasi Lahan Bekas Pertambangan Mangan
Kegiatan pelaksanaan reklamasi harus segera dimulai sesuai dengan
rencana tahunan pengelolaan lingkungan (RTKL) yang telah disetujui dan harus
sudah selesai pada waktu yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan
reklamasi, perusahaan pertambangan bertanggungjawab sampai kondisi/rona
akhir yang telah disepakati tercapai.
Setiap lokasi penambangan mempunyai kondisi tertentu yang
mempengaruhi pelaksanaan reklamasi. Pelaksanaan reklamasi umumnya
merupakan gabungan dari pekerjaan teknik sipil meliputi : pembuatan teras,
saluran pembuangan air (SPA), bangunan pengendali lereng, chek dam,
penangkap oli bekas (oil chatcher) dan lain-lain yang disesuaikan dengan kondisi
setempat.
Pekerjaan teknik vegetasi meliputi : pola tanam, sistim penanaman
(monokultur, multiple croping), jenis tanaman yang disesuaikan kondisi setempat,
tanaman penutup (cover crop) dan lain-lain.
Pelaksanaan reklamasi lahan meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan
bentuk lahan (landscaping), pengaturan/penempatan bahan tambang kadar rendah
(low grade) yang belum dimanfaatkan
b) Pengendalian erosi dan sedimentasi
c) Pengelolaan tanah pucuk (top soil)
d) Revegetasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan bekas tambang
untuk tujuan
18

Pada umumnya setiap kegiatan pertambangan dan pengolahan bahan
galian akan menimbulkan dampak negatif, antara lain :
a. Hilangnya beberapa jenis tumbuhan dan tanaman di areal
kegiatan pertambangan dan pengolahan
b. Hilangnya humus dan lapisan tanah atas
c. Gangguan terhadap penduduk sekitar tambang, seperti
polusi udara dan kebisingan
Upaya untuk mengurangi dampak negatif dari kegiatan
tambang pertambangan dan pengolahan adalah :
a) Mengiventarisasi jenis tumbuhan atau tanaman yang
bermanfaat dan dapat tumbuh cepat di areal bekas
pertambangan dan pengolahan
b) Menimbun kembali tanah atas pada areal bekas
tambang
c) Menanam pohon yang cukup lebat dengan jarak
yang rapat pada batas daerah cadangan untuk
mengurangi polusi udara
d. Demobilisisasi peralatan. Peralatan yang didemobilisasi
meliputi peralatan mekanikal dan elektrikal. Semua
peralatan tersebut akan di angkut melalui jalan darat dari
lokasi-lokasi rencana usaha kembali dengan menggunakan
dup truck dan trontoon.
e. Pelepasan tenaga kerja
19

f. Pengaturan kembali lahan asyarakat areal perbukitan.
Dengan kegiatan penggalian bukit dan peralatan areal
perbukitan, ini berdampak pada penyusutan luas lahan.

G. Tekhnik Reklamasi
1. Pengelolaan Lahan Bekas Tambang
1. Pengamanan Lahan Bekas Tambang
Kegiatan ini meliputi.
a. Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak
digunakan di lahan yang akan direklamasi
b. Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah
beracun dan berbahaya (B-3) dengan perlakuan khusus agar tidak
mencemari lingkungan.
c. Pembuangan atau penguburan potongan beton dan scrap pada
tempat khusus
d. Penutupan lubang bukaan tambang dalam secara aman dan
permanen
e. Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas tambang yang
akan direklamasi
2. Pengaturan Bentuk Lahan
Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi topografi
dan hidrologi setempat. Kegiatan ini meliputi:
a. Pengaturan bentuk lereng
20

1. Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi
kecepatan air limpasan (run off); erosi dan sedimentasi
serta longsoran
2. Lereng jangan terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk
berteras-teras
b. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA)
1. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksud untuk
pengatur air agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat
mengurangi kerusakan lahan akibat erosi.
2. Jumlah/kerapatan dan bentuk SPA tergantung dari bentuk
lahan (topografi) dan luas areal yang direklamasi.
3. Pengaturan/Penempatan Low Grade
Maksud pengaturan dan penempatan low grade (bahan tambang kadar
rendah) adalah agar bahan tambang tersebut tidak tererosi/hilang apabila ditimbun
dalam waktu yang lama karena belum dapat dimanfaatkan.

2. Pengelolaan Pengupasan dan Penimbunan Tanah
Beberapa cara untuk mengendalikan erosi dan air limpasan adalah
sebagaia berikut:
1. Meminimasikan areal terganggu dengan:
a. membuat rencana detail kegiatan penambangan dan reklamasi
b. membuat batas-batas yang jelas areal tahapan penambangan
21

c. penebangan pohon sebatas areal yang akan dilakukan
penambangan
d. pengawasan yang ketat pada pelaksanaan penebangan pepohonan
2. Membatasi/mengurangi kecepatan air limpasan dengan:
a. pembuatan teras-teras
b. pembuatan saluran diversi (pengelak)
c. pembuatan SPA
d. dam pengendali
e. chek dam
3. Meningkatkan infiltrasi (persesapan air tanah)
a. dengan pengaturan tanah searah kontur
b. akibat penggaruan, tanah menjadi gembur dan volume tanah
meningkat sebagai media perakaran tanah
c. pembuatan lubang-lubang tanaman, pendangiran, dll

3. Penimbunan Batuan Sisa
Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan tanah
pucuk dengan lapisan tanah lain. Hal ini karena tanah pucuk merupakan media
tumbuh bagi tanaman dan merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan
pertumbuhan tanaman pada kegiatan reklamasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah:
a. Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut sampai
dengan bahan galian
22

b. Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan
pada tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya dan timbunan tanah pucuk
tidak melebihi dari 2 meter
c. Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula dengan
tanah pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimum 0,15 m
d. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun
dianjurkan lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan
khusus dengan cara mengisolasi dan meisahkannya
e. Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk
menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah

4. Revegetasi Lahan Tambang Mangan
Tata ruang kawasan reklamasi harus memperhatikan beberapa aspek
seperti aspek sosial, aspek ekonomi, aspek pergerakan, aspek aksesbilitas, dan
aspek transportasi.
Komponen-komponen biaya reklamasi terdiri dari :
1. Biaya Langsung meliputi :
a. Biaya pembongkaran fasilitas tambang (bangunan, jalan,
emplaseman), kecuali ada persetujuan dari instansi yang berwenang
bahwa fasilitas tersebut akan digunakan pemerintah.
b. Biaya penataan kegunaan lahan
c. Biaya reklamasi
d. Biaya pencegahan dan penanggulangan air asam tambang
23

e. Biaya untuk pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca tambang
2. Biaya Tidak Langsung meliputi
a. Biaya mobilisasi dan Demobilisasi alat-alat berat
b. Biaya perencanaan reklamasi
c. Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor/pihak ketiga
pelaksana reklamasi
3. Penentuan lokasi lahan bekas tambang
a. Identifikasi lokasi lahan bekas tambang
b. Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang
c. Peruntukan Lahan Bekas Tambang untuk Reklamasi (Revegetasi /
Penghijauan)
Kebijakan Reklamasi Diatur dalam :
1. Permen ESDM No. 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan
Tambang
2. Undang undang RI No. 4 Tahun Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral Bijih Mangan
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 78 Tahun 2010 tentang
Reklamasi dan Pasca tambang

Karakterisitik dari reklamasi disesuaikan dengan karakteristik geologi
(stratigrafi, struktur dan litologi).
Permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan rencana
reklamasi meliputi :
24

1. Pengisian kembali bekas tambang, penebaran tanah pucuk dan penataan
kembali lahan bekas tambang serta penataan lahan bagi pertambangan
yang kegiatannya tidak dilakukan pengisian kembali.
2. Stabilitas jangka panjang, penampungan tailing, kestabilan lereng dan
permukaan timbunan, pengendalian erosi dan pengelolaan air.
3. Karakteristik fisik kandungan bahan nutrient dan sifat beracun tailing atau
limbah batuan yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan revegetasi.
4. Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang, potensi terjadinya
AAT dari bukaan tambang yang terlantar, pengelolaan tailing dan
timbunan limbah batuan (sebagai akibat oksidasi sulfida yang terdapat
dalam bijih atau limbah batuan).
Kegiatan reklamasi harus melibatkan masyarakat. Reklamasi harus dapat
menyentuh masyarakat dari sisi Sosial, Ekonomi, Budaya dan Politik yang
berkembang di masyarakat. Kegiatan reklamasi yang tidak memperhatikan aspek
sosial masyarakat, melibatkan seluruh komponen masyarakat, dan kepedulian dari
masyarakat tentunya akan mendatang kegagalan.
Reklamasi lahan bekas tambang juga membutuhkan dukungan politik yang
luar biasa dari seluruh komponen, komitmen yang kuat dari pemerintah untuk
mengatur kegiatan penambangan dan tindakan yang tegas bila terdapat
pelanggaran, dan menjadikannya skala prioritas akan dapat membantu dalam
keberhasilan kegiatan reklamasi ini.
Teknik rehabilitasi meliputi penaman kembali permukaan tanah yang
tergradasi, penampungan dan pengelolaan racun dan air asam tambang (AAT)
25

dengan menggunakan penghalang fisik maupun tumbuhan untuk mencegah erosi
atau terbentuknya AAT. Permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam
penetapan rencana reklamasi meliputi :
1. Pengisian kembali bekas tambang, penebaran tanah pucuk dan penataan
kembali lahan bekas tambang serta penataan lahan bagi pertambangan
yang kegiatannya tidak dilakukan pengisian kembali.
2. Stabilitas jangka panjang, penampungan tailing, kestabilan lereng dan
permukaan timbunan, pengendalian erosi dan pengelolaan air.
3. Keamanan tambang terbuka, longsoran, pengelolaan B3 dan bahaya
radiasi.
4. Karakteristik fisik kandungan bahan nutrient dan sifat beracun tailing atau
limbah batuan yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan revegetasi.
H. Manfaat dan Implikasi Rehabilitasi dan Reklamasi Terhadap Lingkungan
Pemanfaatan lahan bekas tambang adalah upaya untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui
penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Pemanfaatan untuk
lahan bekas tambang adalah untuk revegetasi (penghijauan) kembali dengan
ditutup (back filing).





26

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mangan adalah suatu logam rapuh berwarna kelabu keputihan yang
terdapat dalam delapan bentuk oksida. MnO
2
adalah bentuk yang paling stabil,
diantara senyawa-senyawa logam organik, mangan 2-metil siklopentadienil
trikarbonil (MMT) dan mangan siklopentadienil trikarbonil (CMT) adalah yang
paling penting. Mangan tidak larut dalam air. Bentuk yang terpenting adalah
oksida, karbonat dan silikat mangan. Yang paling umum mangan dioksidasi
(pirolusit) yang biasanya ditambang dengan teknik terbuka.
Sembilan puluh persen dari seluruh Mn di dunia digunakan dalam industri
baja sebagai reagen untuk mereduksi oksigen dan sulfur. Mn juga digunakan pada
produksi baterai sel kering dan produksi kalium permanganat serta senyawa-
senyawa lainnya, sebagai pelapis elektroda batang-bantang las, senyawa-senyawa
Mn ttt digunakan sebagai pengering unutk minyak rami, pengelantang kaca dan
tekstil, pewarna, penyamak kulit dan pembuatan pupuk.
B. Saran
Dengan dibuatnya paper (makalah) ini diharapkan dapat bermanfaat dan
dapat memberi wawasan bagi pembaca maupun penulis mengenai pembahasan
tentang bahan tambang mangan. Maka saran dan kritik dari pembaca sekalian
selalu kami harapkan demi kesempurnaan paper (makalah) ini.


27

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous, 2005, Mangan ,Informasi Mineral dan Batubara, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara,
Kementrian Negara Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta
2. Soedradjat, R. 1999. Lingkungan Hidup, Suatu Pengantar. Dirjen Dikti, P
& K. Jakarta
3. http://bataviase.co.id/detailberita-9829528.html
4. Madjadipoera, T., 1990, Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat
Sumberdaya Mineral.
5. pusatpanduan.com/pdf/konsep-pengelolaan-tambang-berbasis-lingkungan-
htmmusi-rawas.go.id/musirawas/images/stories/pdf...

You might also like