You are on page 1of 17

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Konsumsi gula dunia cenderung meningkat sejalan perkembangan populasi dan
peningkatan taraf hidup terutama di negara-negara maju. Di lain pihak, dengan alasan
kesehatan, konsumen berusaha mencari pemanis yang tidak menghasilkan kalori agar
mereka tetap dapat menikmati rasa manis tanpa takut menjadi gemuk atau menimbulkan
respon glikemik (peningkatan kadar gula darah).
Industri pangan dan farmasi berlomba-lomba menciptakan pemanis-pemanis sintetik
bebas kalori. Pemanis yang dihasilkan nantinya diharapkan dapat mengganti sukrosa (gula
tebu), glukosa atau gula-gula lain yang berkalori tinggi, mendukung usaha konsumen
untuk mengontrol berat badan, menekan kadar glukosa darah, mengurangi sedapat
mungkin karies gigi yang diakibatkan konsumsi gula, akan tetapi tetap dapat menikmati
rasa manis
Pemanis alternatif umum digunakan sebagai pengganti gula jenis sukrosa, glukosa atau
fruktosa. Ketiga jenis gula tersebut merupakan pemanis utama yang sering digunakan
dalam berbagai industri. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma,
memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia serta
sebagai sumber kalori bagi tubuh.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi produksi bahan kimia dan teknologi
pengolahan pangan atau produk farmasi dan kesehatan, bahan pemanis alternatif natural
mulai banyak digunakan. Hal ini juga ditunjang oleh trend back to nature dan adanya
kesadaran konsumen untuk menggunakan produk yang aman dan bergizi. Penggunaan
pemanis natural juga dipacu oleh adanya data-data penelitian yang menunjukkan efek
samping dalam penggunaan pemanis sintetis,yaitu bersifat karsinogenik.
Tujuan digunakan bahan pemanis alternatif antara lain untuk: mengembangkan jenis
minuman dan makanan dengan jumlah kalori terkontrol, mengontrol program
pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan
substitusi pemanis utama. Selain itu, pemanis alternatif dengan nilai kalori rendah sangat
dibutuhkan untuk penderita diabetes atau gula tinggi sebagai bahan substitusi gula reduksi
lainnya. Trend saat ini menunjukkan adanya penggunaan kombinasi dua jenis pemanis
untuk produk tertentu.
Kombinasi ternyata menyebabkan sinergi pada tingkat kemanisan, sehingga
menguntungkan karena akan mengurangi pemakaian jumlah pemanis dan meningkatkan
cita rasa produk. Pemilihan penggunaan bahan pemanis alternatif yang baik biasanya
didasarkan pada sifat-sifatnya yang menyerupai sukrosa, yaitu tingkat kemanisan
mendekati sukrosa, tidak berwarna, tidak berbau, mempunyai cita rasa yang
menyenangkan, aman dikonsumsi, Karena fenomena ini sangat penting dan bermanfaat
bagi kehidupan sehari-hari, maka perlu dipelajari secara detail tentang pemanis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam pemanis?
2. Apa dampak positif dan negatif dari berbagai jenis pemanis ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui macam-macam pemanis.
2. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari penggunaan berbagai jenis
pemanis.







II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemanis
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk
keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan kesehatan.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nomor 235, pemanis termasuk ke
dalam bahan tambahan kimia, selain zat lain seperti antioksidan, pemutih, pengawet,
pewarna, dan lain-lain.
Berdasarkan proses produksi dikenal suatu jenis pemanis yaitu :
1. Pemanis Sintesis
2. Pemanis Natural
Pemanis sintesis merupakan pemanis yang dihasilkan melalui proses kimia. Contoh
dari pemanis ini antara lain aspartam, sakarin, siklamat, asesulfam K, dan neotam. Pada
dasarnya pemanis sintetis merupakan senyawa yang secara substansial memiliki tingkat
kemanisan lebih tinggi, yaitu berkisar antara 30 sampai dengan ribuan kali lebih manis
dibandingkan sukrosa. Karena tingkat kemanisannya yang tinggi, penggunaan pemanis
sintetis dalam produk pangan hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga dapat
dikatakan rendah kalori atau tidak mengandung kalori.
Selain itu penggunaan pemanis sintetis untuk memproduksi makanan jauh lebih murah
dibanding penggunaan sukrosa. Seperti yang telah diketahui, sukrosa sebagai bahan
pemanis alamiah memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi, yaitusebesar 251 kal
dalam 100 gram bahan. Konsumsi makanan dan minuman dengan kandungan gula tinggi
secara berlebihan dan tanpa diimbangi dengan asupan gizi lain dapat menimbulkan
gangguan metabolisme dalam tubuh, dimana kalori berubah menjadi lemak sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan. Penggunaan pemanis sintetis yang semula hanya
ditujukan pada produk-produk khusus bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya
semakin meluas pada berbagai produk pangan secara umum. Beberapa pemanis buatan
bahkan tersedia untuk dapat langsung digunakan atau ditambahkan langsung oleh
konsumen kedalam makanan atau minuman sebagai pengganti gula. Propaganda mengenai
penggunaan pemanis buatan umumnya dikaitkan dengan isu-isu kesehatan seperti :
pengaturan berat badan, pencegahan kerusakan gigi, dan bagi penderita diabetes
dinyatakan dapat mengontrol peningkatan kadar glukosa dalam darah. Namun demikian,
tidak selamanya penggunaan pemanis buatan tersebut aman untuk dikonsumsi.
Pemanis natural merupakan pemanis dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolasi dari
tanaman dan buah atau melalui enzimatis, contohnya sukrosa, glukosa, fruktosa,
galaktosa, manosa, pentosa, maltosa, laktosa, sorbitol, manitol, trehalosa, inositol,
sukralosa, palatinosa, dan xylitol.
Sedangkan berdasarkan fungsinya dibagi dalam dua kategori yaitu bersifat nutritif
dan non-nutritif. Pemanis nutritif adalah pemanis yang dapat menghasilkan kalori atau
energi sebesar 4 kalori/gram. Contohnya sorbitol dan laktosa. Sedangkan pemanis non-
nutritif adalah pemanis yang digunakan untuk meningkatkan kenikmatan cita rasa produk-
produk tertentu, tetapi hanya menghasilkan sedikit energi atau sama sekali tidak ada.
Pemanis jenis ini banyak membantu dalam manajemen mengatasi kelebihan berat badan,
kontrol glukosa darah,dan kesehatan gigi.
2.2 Pemanis Buatan
Saat ini dalam industri pangan atau produk farmasi dan kesehatan banyak
digunakan pemanis buatan sebagai alternatif pemanis natural.
Selain berasa manis, suatu senyawa untuk dapat digunakan sebagai pemanis harus
memenuhi beberapa kriteria tertentu, diantaranya :
1. Secara fisik (bentuk)
Pemanis sintetik tidak berwarna, tidak berbau, dan memiliki rasa manis yang sama
dengan gula, namun rasanya yang tidak tahan lama.
2. Secara kimia
Pemanis buatan harus dapat larut dalam air dan mudah dipadukan dengan berbagai
senyawa kimia. Jika diolah dalam teknologi tinggi, pemanis sintetik/buatan akan tahan
dengan suhu tinggi (pemanasan, penggorengan, perebusan, pemanggangan), dan suhu
rendah (pendinginan, pembekuan). Selain itu, juga tahan terhadap asam dan cahaya.
3. Pemanis buatan harus tidak beracun, dapat dicerna dengan baik oleh tubuh dan dapat
dikeluarkan dengan baik oleh tubuh secara utuh sehingga tidak menimbulkan efek
samping serta tidak berpengaruh terhadap metabolisme, gula darah, dan organ tubuh
manusia.
4. Larut dan stabil dalam kisaran pH yang luas.
5. Stabil pada kisaran suhu yang luas.
6.Tidak mempunyai side atau after-taste.
7. Murah, setidak-tidaknya tidak melebihi harga gula.
Penetapan jenis pemanis yang diijinkan dan batas ADI di Indonesia lebih mengacu
peraturan yang dikeluarkan oleh US Food and Drug Administration (FDA) atau Codex
Alimentarius Commission (CAC). Pertimbangannya adalah bahwa kategori pangan sistem
CAC telah dikenal dan digunakan sebagai acuan oleh banyak negara dalam komunikasi
perdagangannya. Banyak aspek yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan jenis
pemanis buatan yang diijinkan untuk digunakan dalam produk makanan, antara lain nilai
kalori, tingkat kemanisan, sifat toksik, pengaruhnya terhadap metabolisme, gula darah,
dan organ tubuh manusia. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bila dikonsumsi
berlebihan atau secara berkelanjutan beberapa jenis pemanis membawa efek samping yang
membahayakan kesehatan manusia. Oleh sebab itu selain ketentuan mengenai penggunaan
pemanis buatan juga harus disertai dengan batasan jumlah maksimum penggunannya.

2.3 Produk Pangan yang Menggunakan Pemanis Sintesis
1. Produk Minuman
Perubahan trend dan gaya hidup masyarakat menyebabkan permintaan akan
produk minuman siap minum mengalami peningkatan. Semakin tingginya tingkat
kesadaran masyarakat akan kesehatan juga mendorong pertumbuhan industri minuman
yang mengklaim produknya sebagai produk yang baik untuk kesehatan, termasuk
didalamnya produk-produk bebas gula (sugar free). Pada penggunaan sakarin dan
siklamat, kisaran batas maksimum yang ditetapkan SNI relatif lebih tinggi
dibandingkan standar yang ditetapkan oleh Eropa dan USA. Sedangkan untuk
penggunaan acesulfame-K, meskipun standar yang ditetapkan jauh lebih tinggi
dibandingkan EU namun relatif lebih rendah bila dibandingkan standar yang telah
ditetapkan oleh Amerika. Berbagai produk minuman ringan yang dipasarkan dan
dikonsumsi secara global diketahui secara pasti dapat menyebabkan demineralisasi
enamel yang secara langsung dikenal sebagai erosi, atau bila melalui fermentasi
karbohidrat dalam hubungannya dengan aktivitas bakteri dikenal sebagai karies gigi.
Berkaitan dengan hal tersebut, para produsen minuman ringan memproduksi produk
minuman yang bebas gula,dan mempromosikan bahwa produk yang dihasilkan tidak
merusak gigi. Hal ini merupakan konsep yang salah, karena faktanya demineralisasi
secara langsung, lebih diakibatkan oleh kandungan asam dalam minuman ringan
dibandingkan kandungan gulanya. Beberapa sampel produk minuman yang
mengandung pemanis buatan ditampilkan pada Kombinasi ini ternyata menyebabkan
sinergi pada tingkat kemanisan, sehingga menguntungkan bagi produsen karenaakan
mengurangi pemakaian jumlah pemanis dan meningkatkan citarasa produk.
Ditambahkan oleh Lipinski (2002), kombinasi penggunaan beberapa pemanis juga
dilakukan untuk menutupi karakteristik rasa lain yang tidak diinginkan muncul dalam
produk yang dihasilkan, seperti rasa pahit dan efek liquorice atau citarasa logam
(metallic taste). Permasalahannya adalah di Indonesia belum ada standar ataupun
peraturan mengenai batas maksimum penggunaan pemanis buatan yang
dikombinasikan. Kombinasi pemanis buatan yang paling banyak ditemukan dalam
sejumlah sampel produk minuman adalah penggunaan aspartame bersama-sama
dengan acesulfame K. Padaminuman ringan (soft drink), kombinasi siklamat dan
sakarin lebih cenderung untuk digunakan. Perbandingan yang umumnya digunakan
untukkombinasi aspartam-acesulfame pada produk pangan di Australia adalah 60%
aspartam dan40% acesulfame dari bobot total (FSANZ, 2003). FSANZ menetapkan
konsentrasi penggunaan aspartam-acesulfame yang diperbolehkan dalam produk
minuman adalah sebesar 190-270 ppm.Sedangkan batas maksimum kombinasi
penggunaan sakarin-siklamat pada produk minuman ringan yang diijinkan oleh Food
Standard Code adalah 80 mg/kg untuk sakarindan 600 mg/kg untuk siklamat (FSANZ,
2003). Jika standar tersebut dijadikan acuan untuk produk minuman di Indonesia,
maka konsentrasi yang digunakan masih berada dalam ambang batas yang diijinkan.
Pada salah satu produk minuman ringan, diketahui bahwa perbandingan pemanis
siklamat dan sakarin yang digunakan hampir mencapai 10 : 1. Meskipun demikian US-
CFR memberi penegasan bahwa produk pangan yang diyakini memberikan konsumsi
sorbitol lebih dari 50 g, harus memberikan label peringatan karena dapat menimbulkan
efek laksatif. Belum adanya peraturan dan sanksi yang tegas dari pemerintah Indonesia
mengenai hal tersebut, menyebabkan mayoritas produsen minuman cenderung
mengabaikan anjuran agar mencantumkan peringatan mengenai kandungan bahan
pemanis dan efek sampingnya.

2. Permen dan Kembang Gula
Produk permen dan kembang gula merupakan produk yang tidak dapat terlepas dari
penggunaan bahan pemanis, baik alami maupun buatan. Penggunaan pemanis buatan
merupakan salah satu alternatif yang paling menguntungkan untuk mengurangi biaya
produksi, sehingga penggunaan pemanis buatand alam produk-produk permen
cenderung meningkat. Produsen umumnya berdalih bahwap enggunaan pemanis
buatan dilakukan dalam upaya menjaga kesehatan, yaitu mencegah kerusakan gigi.
Menurut hasil survei di Australia, produk permen dan minuman ringan merupakan
produk dengan kandungan pemanis buatan yang paling banyak dikonsumsi, yaitu
masing-masing mencapai 27% (Fisher, 2007). Konsumen untuk produk ini sangat
beragam, dari anak-anak sampai dengan orang tua. Oleh karena itu, peraturan
mengenai penggunaan pemanis dalam produk ini harus diperketat. Batas maksimum
penggunaan pemanis buatan dalam produk permen dan kembang gula yang ditetapkan
Indonesia dapat dikatakan relatif lebih tinggi dibandingkan standar yang ditetapkan
oleh Eropa dan Amerika, terutama untuk penggunaan pemanis jenis aspartam. Lipinski
(2002) menyebutkan bahwa konsumsi (asupan) aspartam dalam dosis tinggi dapat
meningkatkan kadar aspartat dan glutamate dalam darah. Penyimpangan juga
ditemukan pada beberapa merek permen, yang meskipun telah mencantumkan jenis
pemanis yang digunakan, namun tidak diikuti dengan pencantuman jumlah/konsentrasi
penggunaan pemanis buatan dalam produk.

3. Permen Karet
Dalam industri permen karet, penambahan pemanis buatan sangat berguna dan
menguntungkan. Hal ini dikarenakan bahan pemanis buatan memiliki karakteristik
tertentu yang dapat memperkaya cita rasa produk yang dihasilkan, bersifat osmosis,
dapat menghasilkan tekstur yang baik, serta viskositasnya yang tinggi (Linden dan
Lorient, 1999). Pada salah satu sampel produk permen karet, bahan pemanis yang
digunakan merupakan kombinasi dari beberapa jenis pemanis buatan yaitu aspartam
dan acesulfameK. Bagi produsen, kombinasi penggunaan bahan pemanis buatan dapat
meningkatkan citarasa produk, memperpanjang umur simpan, serta menurunkan biaya
produksi. Polyol (sorbitol danmaltitol) dalam produk tersebut tidak berfungsi sebagai
bahan pemanis, namun lebih berfungsi sebagai pencitarasa, bahan pengisi, penstabil,
antikempal, humektan, dan sekuestran pangan, termasuk permen karet. Pada produk
permen karet, penggunaannya dibatasi maksimum sampai dengan 75 persen.

4. Produk Kesehatan (Dietary Suplements)
Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sebagai sumber gizi serta
untuk menjaga kesehatan semakin meningkat baik di negara maju maupun negara
berkembang seperti Indonesia. Dasar pertimbangan konsumen dalam memilih produk
pangan tidak lagi hanya bertumpu pada kandungan gizi serta kelezatannya, tetapi juga
pengaruhnya terhadap kesehatan. Berdasarkan data Badan POM, produk suplemen
makanan meningkat cukup pesat dalam dasawarsa terakhir, baik yang diproduksi di
dalam negerimaupun yang diimpor (Winarti dan Nurdjanah,2005). Berbagai produk
suplemen makanan baik dalam bentuk sediaan obat, vitamin, maupun produk susu
rendah lemak telah beredar dipasaran. Dengan alasan kesehatan pula, penggunaan
pemanis buatan dalam sejumlah produk kesehatan semakin meluas. Pada produk
makanan khusus (terutama bagi penderita diabetes), penggunaan jenis pemanis buatan
yang digunakan didominasi oleh sorbitol dansukralosa. Hal ini tidak mengherankan
mengingat bagi penderita diabetes, penggunaan sorbitol sangat bermanfaat karena
konsumsi pemanis ini tidak menyebabkan peningkatan gula dalam darah secara
signifikan (Linden dan Lorient, 1999). Sama halnya dengan sorbitol, penggunaan
sukralosa umumnya juga didasari pertimbangan akan sifatnya yang non nutritive
(rendah kalori) sehingga dapat digunakan untuk penderita diabetes. Mayoritas produk-
produk kesehatan yang beredar di pasaran telah mengikuti peraturan yang ditetapkan
di Indonesia mengenai penggunaan pemanis buatan. Namun demikian, beberapa
produsen produk kesehatan dalam bentuk sediaan vitamin yang dijadikan sampel
masih melakukan pelanggaran yang berkaitan dengan pencantuman jumlah/kadar
pemanis buatan yang terkandung dalam produk.

Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan
No Nama Pemanis
Buatan
Penggunaan dalam
Pangan
Ukuran maksimum
yang diizinkan
1. Sakarin (dan garam
natrium sakarin)
- Saus, es lilin, minuman
ringan dan minuman
yogurt berkalori rendah
- Es krim, es puter dan
sejenisnya, jam dan jelly
berkalori rendah
- Permen barkalori rendah
- Permen karet dan
minuman ringan
fermentasi berkalori
rendah
300 mg/kg



200 mg/kg


100 mg/kg

50 mg/kg
2. Siklamat (dan garan
natrium dan kalsium
siklamat)
- Saus, es lilin, minuman
ringan dan minuman
yogurt berkalori rendah
- Es krim, es puter, dan
sejenisnya serta jem dan
jelly berkalori rendah
- Permen berkalori rendah
- Permen karet dan
minuman ringan
fermentasi berkalori
rendah
2 gr/kg



3 gr/kg



1 gr/kg

500 mg/kg
3. Sorbitol - Kismis
- Jem, jelly, dan roti
- Pangan lain
5 gr/kg
300 mg/kg
120 mg/kg
III. PEMBAHASAN

3.1 Macam-macam Pemanis
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk
keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan kesehatan.
Berdasarkan proses produksinya, pemanis terdiri dari pemanis natural (alami) dan pemanis
sintesis (buatan).
1. Pemanis Natural (Alami)
Pemanis natural merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh
dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Contoh pemanis natural, diantaranya:
a. Sukrosa
Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Secara komersial gula
pasir yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari kedua macam bahan makanan tersebut
melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Gula merah yang banyak digunakan di
Indonesia dibuat dari tebu, kelapa atau enau melalui proses penyulingan tidak
sempurna. Sukrosa juga terdapat di dalam buah, sayuran, dan madu.
b. Glukosa
Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam
jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan bersamaan
dengan fruktosa dalam madu. Glukosa memegang peranan sangat penting dalam ilmu
gizi. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa
pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk
karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi.
c. Fruktosa
Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula paling manis. Susunan
atom dalam fruktosda merangsang jonjot kecapan pada lidah sehingga menimbulkan
rasa manis.
d. Galaktosa
Galaktosa tidak terdapat bebas di alam seperti halnya glukosa dan fruktosa, akan tetapi
terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa.
e. Manosa
Manosa jarang terdapat di dalam makanan. Di gurun pasir, seperti di Israel terdapat di
dalam manna yang mereka olah untuk membuat roti.
f. Pentosa
Pentosa, merupakan bagian sel-sel semua bahan makanan alami. Jumlahnya sangat
kecil, sehingga tidak penting sebagai sumber energi. Ribosa merupakan salah satu
unsur dari pentosa.
g. Maltosa
Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk pada setiap
pemecahan pati, seperti yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan bila benih atau bijian
berkecambah dan di dalam usus manusia pada pencernaan pati.
h. Laktosa
Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan
satu unit galaktosa. Kekurangan laktase ini menyebabkan ketidaktahanan terhadap
laktosa. Laktosa yang tidak dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam saluran
pencernaan. Hal ini mempengaruhi jenis mikroorganisme yang tumbuh, yang
menyebabkan gejala kembung, kejang perut, dan diare. Ketidaktahanan terhadap
laktosa lebih banyak terjadi pada orang tua. Laktosa adalah gula yang rasanya paling
tidak manis (seperenam manis glukosa) dan lebih sukar larut daripada disakarida lain.
i. Sorbitol
Sorbitol terdapat di dalam beberapa jenis buah dan secara komersial dibuat dari
glukosa. Kemanisan sorbitol sekitar 60% dari kemanisan sukrosa (gula tebu) dengan
ukuran kalori sekitar sepertiganya. Rasanya lembut di mulut dengan rasa manis yang
menyenangkan dan dingin. Sorbitol bersifat non-kariogenik (tidak menyebabkan
kanker) dan dapat berguna bagi orang-orang penderita diabetes (kencing manis). Telah
terbukti aman digunakan dalam proses industri makanan untuk hampir separuh suatu
abad. Sorbitol digunakan pada produk lain seperti yang berkenaan dengan farmasi dan
kosmetik. Sekarang ini sorbitol secara komersial diproduksi dari hidrogenasi glukosa
dan tersedia dalam bentuk kristal maupun cairan. Sorbitol dapat berada pada suhu
tinggi dan tidak mengalami reaksi Maillard (pencokelatan). Sehingga pada produksi
kue berwarna segar, tidak ada penampilan warna cokelatnya. Juga berkombinasi baik
dengan ramuan makanan lain seperti gula, jelly, lemak sayuran dan protein.
j. Manitol
Manitol adalah alkohol yang dibuat dari monosakarida manosa dan galaktosa. Manitol
terdapat di dalam nanas, asparagus, ubi jalar, dan wortel. Secara komersialo manitol
diekstraksi dari sejenis rumput laut. Kedua jenis alkohol ini banyak digunakan dalam
industri pangan.
k. Trehalosa
Trehalosa seperti juga maltosa, terdiri atas dua mol glukosa dan dikenal sebagai gula
jamur. Sebanyak 15% bagian kering jamur terdiri atas trehalosa. Trehalosa juga
terdapat dalam serangga.
l. Inositol
Inositol merupakan alkohol siklis yang menyerupai glukosa. Inositol terdapat dalam
banyak bahan makanan, terutama dalam sekam serealia.
m. Sukralosa
Sukralosa dihasilkan dari proses klorinasi sukrosa. Pemanis ini mempunyai tingkat
relatif kemanisan yang sangat tinggi terhadap sukrosa yaitu 550-750 kalinya.
Keuntungan lain pemanis ini adalah sifatnya yang tidak menyebabkan karies dan tidak
merusak gigi, sehingga cocok untuk digunakan dalam industri kembang gula.
Sukralosa juga bersifat non-nutritif, dicirikan dari rendahnya kalori yang dihasilkan
yaitu sekitar 2 kalori per satu sendok teh, sehingga dapat digunakan untuk penderita
diabetes dan program penurunan berat badan.
n. Palatinosa
Palatinosa merupakan turunan sukrosa sebagai hasil proses enzimatis. Enzim yang
digunakan adalah x-glukosil transferase dari Protanimobacler rubrum. Palatinosa
mempunyai kemanisan lebih rendah yaitu 0,42 kalinya sukrosa, tetapi mempunyai
keuntungan dengan sifat yang tidak merusak gigi dan kandungan kalori 4 kkal/gram.
o. Xylitol
Salah satu pemanis alternatif pengganti sukrosa yang potensial adalah xylitol. Dalam
jumlah kecil (BPJ -bagian persejuta), xylitol secara alami banyak ditemukan pada
buah-buahan dan sayuran seperti strawberry, wortel, bayam, selada dan bunga kol.
Sedangkan untuk produksi skala besar, dilakukan dengan proses kimiawi dan
bioteknologi. Proses kimia dilakukan dengan hidrogenasi xylose menggunakan larutan
asam. Sedangkan proses bioteknologi dilakukan menggunakan proses enzimatik
dengan bantuan mikroba jenis yeast seperti candida dan saccharomyces. Xylitol
mempunyai sifat yang menguntungkan yaitu rasa yang menarik, aman bagi kesehatan
gigi karena sifatnya yang tidak merusak gigi (non cariogenik). Juga membantu
menurunkan pembentukan carries dan plaque pada gigi sehingga banyak digunakan
untuk campuran pasta gigi Untuk mengatur metabolismenya tidak memerlukan
insulin, sehingga menguntungkan bagi penderita diabetes, mempunyai efek sensasi
dingin yang menyenangkan dan tahan panas.

2.Pemanis Buatan (Sintesis)
Pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis laboratorium yang merupakan bahan
tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan tidak
atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis alami, pemanis buatan juga
mudah larut dalam air. Beberapa pemanis buatan yang beredar di pasaran di antaranya :
a. Aspartam
Aspartam mempunyai nama kimia aspartil fenilalanin metil ester, merupakan pemanis
yang digunakan dalam produk-produk minuman ringan. Aspartam merupakan
pemanis yang berkalori sedang. Tingkat kemanisan dari aspartam 200
kali lebih manis daripada gula pasir. Aspartam dapat terhidrolisis atau bereaksi dengan
air dan kehilangan rasa manis, sehingga lebih cocok digunakan untuk pemanis yang
berkadar air rendah.
b. Sakarin
Sakarin merupakan pemanis buatan yang paling tua. Tingkat kemanisan sakarin
kurang lebih 300 kali lebih manis dibandingkan gula pasir. Namun, jika penambahan
sakarin terlalu banyak justru menimbulkan rasa pahit dan getir. Es krim, gula-gula, es
puter, selai, kue kering, dan minuman fermentasi biasanya diberi pemanis sakarin.
Sakarin sangat populer digunakan dalam industri makanan dan minuman karena
harganya yang murah. Namun penggunaan sakarin tidak boleh melampaui batas
maksimal yang ditetapkan, karena bersifat karsogenik (dapat memicu timbulnya
kanker).
c. Siklamat
Siklamat terdapat dalam bentuk kalsium dan natrium siklamat dengan tingkat
kemanisan yang dihasilkan kurang lebih 30 kali lebih manis daripada gula pasir.
Makanan dan minuman yang sering dijumpai mengandung siklamat antara lain: es
krim, es puter, selai, saus, es lilin, dan berbagai minuman fermentasi. Beberapa negara
melarang penggunaan siklamat karena diperkirakan mempunyai efek karsinogen.
Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 5003.000 mg per kg bahan makanan.
d. Asesulfam K
Asesulfam K adalah asam asetoasetat dan asam sulfamat yang berada dalam bentuk
garam kalsiumnya. Tingkat kemanisan asesulfam adalah 200 kali lebih manis daripada
sukrosa dan mutu kemanisannya berada di antara sakarin dan siklamat. Pengujian yang
lama dan teliti telah membuktikan bahwa asesulfam K tidak berbahaya bagi manusia
dan stabilitasnya selama pengolahan sangat baik. Asesulfam K dapat disintesis dengan
harga yang relatip murah dan dengan perolehan yang sangat murni.
e. Neotam
Merupakan senyawa yang bersih, berbentuk tepung kristal berwarna putih, penegas
cita-rasa yang unik dan memiliki tingkat kelarutan dalam air sama dengan aspartam.
Neotam termasuk pemanis non-nutritif yaitu tidak memiliki nilai kalori. Penggunaan
neotam dalam produk pangan dapat dilakukan secara tunggal maupun kombinasi
dengan pemanis lain seperti aspartam, garam acesulfame,siklamat, sukralosa, dan
sakarin. Neotam dapat berfungsi sebagai penegas cita rasa terutama cita rasa buah.
Kajian digestive memperlihatkan bahwa neotam terurai secara cepat dan dibuang
sempurna tanpa akumulasi oleh tubuh melalui metabolisme normal. Hasil kajian
komprehensif penggunaan neotam pada binatang dan manusia termasuk anak-anak,
wanita hamil,penderita diabetes memperlihatkan bahwa neotam aman dikonsumsi
manusia.



3.2 Dampak Penggunaan Pemanis
1. Dampak Positif
a. Pemanis dapat di gunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman.
b. Pemanis dapat meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat sifat fisik,
sebagai pengawet, memperbaiki sifat sifat kimia.
c. Pemanis merupakan salah satu sumber kalori bagi tubuh.
d. Pemanis buatan dapat membantu dalam manajemen mengatasi kelebihan berat
badan, kontrol glikosa darah dan kesehatan gigi.

2. Dampak Negatif
Dampak negatif penggunaan pemanis sintetis :
a. Pemanis sintetis dipasarkan sebagai satu produk diet, tapi ini sama sekali bukanlah
produk untuk diet. Kenyataannya, ini dapat menyebabkan berat tubuh bertambah
karena dapat membuat kecanduan karbohidrat. Membuat berat tubuh Anda
bertambah hanyalah sebuah hal kecil yang dapat dilakukan oleh pemanis sintetis.
b. Pemanis sintetis adalah bahan kimia beracun yang dapat merubah kimiawi pada
otak dan sungguh mematikan bagi orang yang menderita parkinson.
c. Bagi penderita diabetes, hati-hatilah bila mengkonsumsi untuk jangka waktu lama
atas produk yang mengandung pemanis dengan kadar gula tinggi karena dapat
menyebabkan koma, bahkan meninggal.








IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Pemanis merupakan salah satu bahan tambahan yang digunakan untuk keperluan di
industri pengolahan pangan, makanan dan minuman, serta farmasi.
Berdasarkan proses pembuatannya, pemanis dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Pemanis natural (alami)
Terdiri dari sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa, pentosa, maltosa, laktosa,
sorbitol, manitol, trehalosa, inositol, sukralosa, palatinosa, dan xylitol.
2. Pemanis sintesis (buatan)
Terdiri dari aspartam, sakarin, siklamat, asesulfam K, dan neotam.
Penggunaan pemanis sebagai bahan tambahan pangan memiliki dampak positif dan
dampak negatif. Salah satu dampak positif dalam penggunaan pemanis adalah pemanis dapat
meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat sifat fisik, sebagai pengawet, dan
memperbaiki sifat sifat kimia. Sedangkan penggunaan pemanis yang berlebihan akan
menyebabkan penyakit diabetes.

4.2 Saran
Pemanis sebagai bahan tambahan pangan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari. Tetapi sebaiknya dalam penggunaannya harus sesuai dengan dosis yang ditentukan.
Karena apabila penggunaannnya yang berlebihan akan membahayakan tubuh.

You might also like