Anthrax adalah penyakit hewan yang dapat menular ke manusia dan
bersifat akut. Penyebabnya bakteri Bacillus anthracis. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang tahan puluhan tahun dalam tanah dan dapat menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia. Hewan tertular akibat makan spora yang menempel pada tanaman yang dimakan. Hewan yang mati akibat anthrax harus langsung dikubur atau dibakar, tidak boleh dilukai supaya bakteri tidak menyebar. 1
Penularan pada manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan spora yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah). Selain itu, paparan juga dapat terjadi bila mengonsumsi produk hewan yang terkena anthrax atau melalui udara yang mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang. Penularan anthrax di antara sesama manusia belum pernah ditemukan. Paparan juga dapat disebabkan oleh bioterorist, seperti surat yang terkontaminasi atau aerosol (airborne bacteria). Dosis efektif untuk menyebabkan infeksi adalah 8000 50000 spora. 2,3 Oleh karena itu, ada empat tipe anthrax, yaitu anthrax kulit, pencernaan/anthrax usus, dan pernapasan/anthrax paru. Dibanding 2 bentuk lainnya, antrax cutaneus paling sering ditemukan (> 95% kasus) tetapi yang paling jarang menyebabkan sepsis dan meningitis bila diobati. 1,2
Gambar 1. Berbagai macam tipe anthrax Gejala Klinis Pada cutaneus anthrax, pintu masuk organisme melalui luka pada kulit. Area yang sering terpapar adalah tangan, lengan, dan leher. Gejala awal dari anthrax cutaneus adalah eritema yang tidak nyeri juga dapat berupa pruritik papul seperti gigitan serangga. Lesi tersebut berubah menjadi lesi papul dalam waktu 48-72 jam. Pada 24-48 jam berikutnya, multipel vesikel dan edema lokal yang kemerahan muncul. Bahkan tanpa terapi, lesi tersebut tetap tidak nyeri dan tidak bersekret purulen. Pada fase ini, sekitar 1/3 pasien merasakan nyeri. Namun, nyeri tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder. 2 Satu hingga tiga hari setelah vesikel pertama muncul, papul akan pecah dan ulcer yang tengahnya berwarna hitam muncul, yang kemudian berubah menjadi eskar hitam. Pada saat ini, sesuai dengan perjalanan alamiah penyakit, pasien akan mengeluh demam, malaise, toksemia, edema berat dan limfadenitis regional yang sangat nyeri. Beberapa hari setelah terbentuknya eskar, proses penyembuhan dimulai dengan lambat, kira-kira hingga 6 minggu setelah onset awal. Sekitar 80% kasus akan sembuh dengan sendirinya tanpa terapi. 1,2
Gambar 2. Perubahan lesi pada anthrax cutaneus 4
Meskipun antibiotik tidak dapat mencegah pembentukan dan menyembuhkan eskar, tapi antibiotik tersebut menurunkan risiko dari penyakit sistemik. Komplikasi lokal seperti infeksi bakteri sekunder dan edema berat sering terjadi terutama bila lesi terletak di dada, leher, atau wajah. Komplikasi sistemik yang ditimbulkan sangat serius berupa sepsis, meningoencephalitis, dan kematian. Jika tidak diobati, angka kematian athrax cutaneus sekitar 20% sedangkan dengan pengobatan menurun hingga di bawah 1%. 1,2
Gambar 3. Edema luas di sekitar mata dan regio submandbular kiri, serta ulkus nekrotik dan hiperemia di palpebra bawah. 1
Gambar 4. Nekrotik eskar hitam di tengah dengan hiperemia di sekitarnya (ini merupakan pasien yang sama pada gambar 2 setelah diobati). 1
Gambar 4. Lesi nekrosis dengan hiperemia di sekitarnya pada permukaan dorsal ibu jari dan jari manis tangan kiri. 1
Gambar 5. Lesi nekrotik dengan edema luas pada dorsal pergelangan tangan kanan. 1
DAFTAR PUSTAKA
1. Irmak Hasan, Buzgan Turan, Kasim Mustafa, et al. Cutaneus Manifestations of Anthrax in Eastern Atonalia: A Review of 39 Cases. Acta Med. Okayama, 57: 235-40, 2008 2. Maguina Ciro, Del Pozo, Terashima Angelica, et al. Cutaneous Anthrax in Lima, Peru: Retrospective Analysis of 71 Case, Including Four with a Meningoencephalic Complication. Rev. Med. Trop S. Paulo, 47: 25-30, 2006 3. Ray, Kumar Tapas. 2007. Cutaneous Anthrax Outbreak in a V illage of West Bengal India: The Danger of Unsafe Handling of Infected Cow Meat. National Institute of Epidemiology Chennai: India 4. Lushniak, Boris D. A Rash Overwiew of The Cutaneous Manifestations of Agents of Bioterrorism. Occupational Health Conference, 2007.