You are on page 1of 7

KOMPAS.

com Surat terbuka yang di-posting putri petinggi Partai Amanat Nasional A
mien Rais, Tasniem Fauzia di laman Facebook-nya beberapa waktu lalu mengundang p
erhatian. Ada komentar positif, ada pula yang mempertanyakan sejumlah hal yang d
imuat Tasniem dalam surat yang ditujukannya untuk calon presiden Joko Widodo itu
. (Baca: Dukung Prabowo, Putri Amien Rais Buat Surat Terbuka untuk Jokowi)
Dalam surat terbukanya itu, Tasniem banyak memberi pertanyaan kepada Jokowi. Di
akhir pertanyaan, ia meminta Jokowi menjawab, tetapi tidak perlu membalas surat
tersebut. Tasniem meminta siapa saja yang membaca suratnya dan mengenal Jokowi,
agar menyampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta nonaktif itu. Sejumlah hal yang di
pertanyakan Tasniem kepada Jokowi, di antaranya mengenai Jokowi yang dinilainya
tidak amanah karena tak menyelesaikan tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta dan kem
ampuan mantan Wali Kota Solo itu memimpin ratusan juta rakyat Indonesia.
Surat Tasniem sempat mendapatkan jawaban dari Achmad Room Fitrianto, yang mengak
u sebagai anak petani dan tengah menyelesaikan pendidikan doktoral di Perth, Aus
tralia. (Baca: Anak Petani Jawab Surat Terbuka Anak Amien Rais soal Jokowi).
Kini, Tasniem kembali mendapatkan balasan atas surat terbukanya itu. Kali ini, d
ari mantan adik kelasnya saat menempuh pendidikan di SMP 5 Yogyakarta, Dian Para
mita. Dian mengunggah surat untuk Tasniem di laman situs pribadinya, www.dianpar
amita.com, dengan judul "Surat Terbuka untuk Tasniem Fauzia".
Dalam suratnya, Dian mengungkapkan kesannya terhadap Tasniem saat masih sama-sam
a duduk di bangku SMP. Ia mengaku mengagumi Tasniem yang disebutnya sederhana me
ski berstatus anak pejabat negara. Akan tetapi, kekaguman Dian terhadap Tasniem
buyar setelah ia membaca surat terbuka Tasniem untuk Jokowi.
"Kekaguman saya buyar setelah membaca surat terbuka Mbak untuk Jokowi, 26 Juni 2
014 lalu. Karena surat itu tidak seperti surat dari Mbak Tasniem yang saya kenal
humble, sederhana, dan jujur. Jika saya berpikiran dangkal, tentu saja saya aka
n berpikir Mbak menulis itu karena Mbak adalah anak dari Amien Rais, pendukung P
rabowo. Namun saya menahan diri untuk tidak berfikir seperti itu dulu," demikian
Dian dalam salah satu bagian suratnya.
Selengkapnya, berikut surat terbuka Dian untuk Tasniem:
Surat Terbuka untuk Tasniem Fauzia
Yang Terhormat Mbak Tasniem Fauzia,
yang dulu sangat saya kagumi sebagai kakak kelas di SMP 5 Yogyakarta.
Mungkin Mbak lupa siapa saya. Panggilan saya Mimit. Saat saya kelas 1 dan Mbak T
asniem kelas 3, kita mendapat kursi bersebelahan untuk mengikuti ulangan umum. S
aya ingat betul, Mbak selalu meminjam pensil saya, lalu pulpen saya, lalu pengha
pus saya, kemudian Mbak berbisik, "sorry ya Dek, aku kere..." Saya tertawa senan
g mendengarnya. Karena saat itu Mbak Tasniem adalah anak dari Ketua MPR, Amien R
ais.
Kita sering mengobrol saat ujian. Dari situ Mbak tau saya fans berat grup musik
The Moffatts. Kita bercerita mengenai pengalaman kita nonton konser The Moffatts
. Saya nonton yang di Jakarta, Mbak yang di Bandung. Beberapa hari kemudian, Mba
k jauh-jauh jalan dari kelas Mbak untuk mendatangi kelas saya, lalu memberikan f
oto-foto The Moffatts yang Mbak jepret di Bandung. Saya senang sekali. Sampai se
karang foto itu saya simpan.
Setelah Mbak sudah SMA dan saya masih SMP, saya sempat bertemu dengan Mbak di se
buah toko buku. Saat itu Mbak memakai celana baggy hijau dan kaos band berwarna
hitam. Mbak terlihat tomboy dan sederhana. Dengan senyum Mbak membalas sapaan sa
ya. Saya yakin, di toko buku itu tak ada yang tau bahwa Mbak Tasniem adalah anak
seorang Ketua MPR.
Berulang kali saya ceritakan tentang sosok Mbak Tasniem yang saya kenal dan kagu
mi. Saya ceritakan ke ibu saya, ke teman-teman saya, ke siapapun jika sedang mem
bicarakan anak pejabat. Karena Mbak berbeda dengan anak pejabat lainnya, saya ba
ngga pernah mengenal Mbak Tasniem.
Namun maaf Mbak, kekaguman saya buyar setelah membaca surat terbuka Mbak untuk J
okowi, 26 Juni 2014 lalu. Karena surat itu tidak seperti surat dari Mbak Tasniem
yang saya kenal humble, sederhana, dan jujur. Jika saya berpikiran dangkal, ten
tu saja saya akan berfikir Mbak menulis itu karena Mbak adalah anak dari Amien R
ais, pendukung Prabowo. Namun saya menahan diri untuk tidak berfikir seperti itu
dulu.
Oleh karena itu, saya sungguh-sungguh ingin bertanya, apakah benar Mbak Tasniem
yang menulis surat itu? Tanpa desakan atau pengaruh dari orang lain? Saya juga b
erharap Mbak menjawab dengan hati nurani yang paling dalam, jika benar Mbak menu
lis surat itu, apakah Mbak yakin surat itu baik untuk bangsa ini?
Saya yakin sulit bagi Mbak Tasniem untuk menjawabnya dengan hati nurani yang pal
ing dalam jika di sekeliling Mbak Tasniem adalah pendukung Prabowo. Apalagi mere
ka adalah keluarga tercinta. Oleh karena itu ijinkan saya membantu Mbak untuk me
renunginya dan menjawab beberapa pertanyaan Mbak untuk Jokowi yang saya rasa tid
ak tepat.
Sumpah Jabatan Jokowi
Pertanyaan Mbak mengenai Jokowi yang meninggalkan Jakarta bukan pertanyaan baru.
Saya sudah sering mendengar pertanyaan template ini dari para pendukung Prabowo
. Mengapa Jokowi melanggar sumpah jabatannya untuk menyelesaikan Jakarta dan jus
tru mencalonkan diri sebagai presiden?
Sebelum menjawab terlalu jauh, ada yang harus diluruskan terlebih dahulu agar Mb
ak Tasniem maupun semua pembaca surat Mbak tidak salah mengerti apa isi sumpah j
abatan. Berikut isi sumpah jabatan yang disebutkan Jokowi maupun Ahok di pelanti
kan mereka 2012 lalu.
Demi Allah saya bersumpah/saya berjanji.
Akan memenuhi kewajiban saya,
sebagai Gubernur/Wakil Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,
memegang teguh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya,
dengan selurus-lurusnya,
serta berbakti kepada masyarakat, nusa, dan bangsa.
Semoga Tuhan menolong saya.
Agar lebih jelas, Mbak Tasniem bisa menonton video sumpah jabatan Jokowi-Ahok di
sini: Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI masa periode 2012-2017.
Mendengarkan ulang pelantikan itulah yang membuat saya bertanya, apakah Mbak Tas
niem betul-betul sudah membaca atau mendengar ulang isi pelantikan Jokowi dengan
Ahok tersebut? Karena dalam pelantikan itu saya tidak menemukan satu katapun su
mpah Jokowi harus menyelesaikan Jakarta hingga beres. Seperti yang sudah diatur,
Jokowi mengucapkan ulang sumpah jabatan itu untuk menjadi Gubernur DKI yang bai
k, adil, lurus, sesuai UUD '45, UU, dan peraturan, untuk berbakti kepada masyara
kat, nusa, dan bangsa. Lalu dimana letak Jokowi melanggar sumpah jabatan seperti
kata Mbak Tasniem?
Kalaupun kita mengalah menggunakan logika Mbak Tasniem untuk menuntut sumpah Jok
owi agar membereskan Jakarta, maka semua gubernur sebelum Jokowi juga harus kita
tuntut. Mereka semua juga belum membereskan Jakarta. Mengapa hanya Jokowi saja
yang dituntut? Toh Jakarta "tidak beres" bukan karena Jokowi. Justru seharusnya
kita menuntut mereka yang membuat Jakarta sedemikian rupa buruknya.
Saya setuju Jakarta itu penting untuk segera diperbaiki. Tetapi Jakarta tidak se
rta merta hancur lebur jika ditinggalkan Jokowi. Jokowi memiliki wakil sehebat A
hok. Jokowi tahu itu. Ahok pun adalah sosok yang diunggulkan Prabowo. Maka jika
Jokowi bisa mempercayakan Ahok untuk menggantikannya memimpin Jakarta, mengapa P
rabowo sebagai pencalon Ahok tidak bisa percaya kepadanya? Mengapa Mbak Tasniem
tidak bisa percaya kepada Ahok?
Mungkin Mbak Tasniem hanya sedikit tidak teliti membaca sumpah jabatan Jokowi. S
aya pahami. Itu normal terjadi. Namun Mbak, dari tuntutan Mbak tersebut, yang pa
ling menggelisahkan adalah seakan mengingatkan Jokowi untuk menyelesaikan Jakart
a itu jauh lebih penting daripada mengingatkan Prabowo untuk menyelesaikan kasus
penculikan 1998. Ada 23 orang diculik, 9 mengaku disiksa, 13 belum kembali, dan
1 mati ditembak. Beberapa korban yang kembali pernah bertemu korban yang masih
hilang di markas Kopassus Cijantung. Sehingga Prabowo tidak serta merta terlepas
dari keterkaitan kasus korban yang masih hilang.
Mungkin Mbak Tasniem tidak tau, bahwa kasus penculikan 1998 belum selesai. Prabo
wo belum dinyatakan bersalah atau tidak bersalah oleh pengadilan karena pengadil
an untuk kasus ini tidak kunjung dilakukan. Sejak 1998, 3 lembaga negara antara
lain Dewan Kehormatan Perwira (DKP), Tim Ad Hoc Komnas HAM, dan Tim Gabungan Pen
cari Fakta, sudah melakukan penyelidikan dan menemukan keterlibatan Prabowo dala
m kasus penculikan 1998 tersebut. Dalam penyelidikannya, tahun 2005-2006 Tim Ad
Hoc Komnas HAM memanggil Prabowo untuk bersaksi, namun ia mangkir tak pernah mem
enuhi panggilan. Tahun 2006, dibantu DPR, Komnas HAM mengajukan pengadilan kasus
ini ke Jaksa Agung. Namun hingga detik ini, pengadilan kasus ini belum juga dis
etujui. Jadi sekali lagi, belum ada pengadilan untuk kasus ini. Maka belum ada k
ejelasan hukum mengenai status Prabowo bersalah atau tidak bersalah. Untuk lebih
jelasnya, saya pernah menulis disini: Rangkaian Penculikan dan Keterlibatan Pra
bowo.
Lalu apakah memintanya untuk segera menyelesaikan kasus ini di pengadilan tidak
jauh lebih penting? Ada 9 keluarga korban yang selama 16 tahun menanti kejelasan
dimana orang tercinta mereka, Mbak. 16 tahun dan belum ada keadilan. Kata seora
ng ibu korban yang masih hilang, "separuh usiaku untuk membesarkan anakku. Separ
uh jiwaku terus sepi menunggu dia kembali..."
Tidak seperti Jokowi yang bisa digantikan Ahok dalam memimpin Jakarta, penyelesa
ian kasus penculikan 1998 hanya bisa dimulai dari kesaksian Prabowo. Tak ada yan
g bisa menyelesaikan kasus ini tanpa Prabowo ke pengadilan dan membuka semua keb
enaran. Termasuk menyeret semua jendral yang terlibat.
Lagipula, menurut surat rekomendasi DKP pun Prabowo direkomendasikan untuk diber
hentikan dari dinas keprajuritan karena melanggar Sapta Marga dan sumpah prajuri
t. Salah satu sumpah prajurit adalah tidak membantah perintah atasan dan salah s
atu isi Sapta Marga adalah membela kejujuran, kebenaran, maupun keadilan. Prabow
o melanggar sumpah prajuritnya dengan melakukan tindakan yang tidak sesuai koman
do atasannya. Prabowo pun melanggar Sapta Marga-nya karena tidak bersedia member
i kesaksian saat dipanggil Komnas HAM terkait kasus penculikan 1998. Walaupun ke
saksiaan Prabowo penting untuk memberikan keadilan kepada korban dan keluarga ko
rban.
Mbak Tasniem, justru inilah yang disebut melanggar sumpah jabatan. Apa yang diuc
ap Prabowo, tidak sesuai dengan apa yang dilakukannya. Lalu mengapa Mbak Tasniem
lebih menggelisahkan Jakarta dan Jokowi yang ternyata tidak melanggar ucapan su
mpahnya, daripada menggelisahkan nasib kakak-kakak kita yang diculik, disiksa, d
ibunuh, dihilangkan, dan Prabowo yang jelas melanggar ucapan sumpahnya?
Ditakut vs Disegani
Mbak Tasniem yang cantik, ingat tidak kita pernah mengidolai The Moffatts? Sampa
i rela berdesak-desakan untuk menonton mereka dan mengambil gambar mereka. The M
offatts adalah band asing asal Kanada. Namun apakah kita takut kepada mereka? Ki
ta menyukai dan mengaggumi mereka, bukan takut pada mereka. Itulah yang penting
dalam menjalin hubungan antar bangsa. Saling menghormati dan dihormati. Bukan sa
ling menakuti dan ditakuti.
Menurut Mbak Tasniem founding father kita pernah berpesan untuk memiliki pemimpi
n yang ditakuti, dibenci, dan dicaci maki asing karena pemimpin yang seperti itu
lah yang akan membela kepentingan bangsa. Tapi saya rasa ini tidak tepat untuk d
i jaman yang lebih ramah seperti sekarang. Saya katakan ramah karena di jaman se
karang ini, segala permasalah antar negara tidak lagi diselesaikan dengan perang
. Tetapi sebisa mungkin kita selesaikan dengan menggunakan cara damai kekeluarga
an yaitu jalur diplomasi.
Maka untuk apa memiliki pemimpin yang ditakuti bangsa lain? Kita tidak sedang be
rperang. Kita sedang menjalin hubungan baik saling menguntungkan antar bangsa. M
emiliki pemimpin yang ditakuti tidak akan memberi dampak yang positif bagi bangs
a ini. Contohnya Korea Utara. Amerika Serikat bahkan PBB pun tak dapat ikut camp
ur dengan apa yang sudah Kim Jong Un perbuat dengan keji kepada rakyatnya. Karen
a mereka takut. Lalu apakah ketakutan AS pada Kim Jong Un itu berdampak baik bag
i rakyat Korea Utara? Justru tidak. Jika kita kaget dan iba menonton film jaman
dahulu yang rajanya menyiksa rakyat dan memperlakukan rakyat dengan tidak adil,
maka jangan kaget pula jika itu masih terjadi di Korea Utara. Hingga detik ini.
Sehingga bagi saya Mbak Tasniem, kita tidak lagi membutuhkan pemimpin yang ditak
uti, namun disegani bangsa asing. Karena di jaman kita sekarang, kita tidak lagi
sedang berperang, namun kita sedang bekerja sama yang saling menguntungkan. Say
a mohon Mbak Tasniem, jangan lagi memandang bangsa asing sebagai musuh. Karena i
tu akan menghacurkan kita sendiri. Pandanglah bangsa asing sebagai teman baik un
tuk bekerja sama dan berkompetisi. Untuk memiliki teman baik seperti itu, maka k
ita harus ramah namun disegani, bukan ditakuti.
Saya percaya, bahwa Jokowi tidak akan sempurna nantinya. Namun saya pun percaya,
dia bukan jenis pemimpin yang represif atau yang memaksakan perintahnya kepada
rakyat. Sehingga nantinya, jika Mbak Tasniem merasa Jokowi tidak bisa membela ke
pentingan bangsa di atas kepentingan asing, kita bisa dengan lantang tanpa rasa
takut untuk mengkritisinya.
Jokowi dan Bangsa Asing
Sumber: dianparamita.com Sumber: dianparamita.com
Tentu saja sosok Jokowi sudah menjadi sosok yang disegani bangsa asing. Ia berul
ang kali disorot media asing dengan positif. Salah satunya, seperti yang Mbak Ta
sniem sebutkan, Jokowi masuk dalam majalah Fortune. Tidak tanggung-tanggung ia d
inobatkan sebagai salah satu dari 50 pemimpin terbaik di dunia. Ia disandingkan
dengan para pemimpin hebat lainnya seperti Dalai Lama, Bill Clinton, Pope Franci
s, dan Aung San Suu Kyi. Mengutip majalah Fortune sebelum memperkenalkan 50 pemi
mpin hebat versi mereka,
In era that feels starved for leadership, we've found men and women who will
inspire you - some famous, others little known, all of them energizing their fo
llowers and making the world better.
Membaca kutipan itu dan mengetahui bahwa ada orang Indonesia termasuk yang diseb
ut di dalam kutipan itu, maka seharusnya Mbak Tasniem bangga, bukan khawatir. Ba
hwa ada calon pemimpin kita yang disegani bangsa asing sedemikian rupa. Sehingga
akan membantu kita berhubungan baik saling menguntungkan dengan mereka.
Jokowi Mampu
Mbak Tasniem yang manis, sebenarnya apa yang Mbak tanyakan kepada Jokowi mengena
i kemampuannya memimpin 250 juta jiwa Indonesia seharusnya ditanyakan juga kepad
a Prabowo. Apakah Prabowo mampu? Namun baik Jokowi maupun Prabowo tidak perlu me
njawab. Hanya rekam jejak mereka yang bisa menjawab dengan jujur, apakah mereka
mampu atau tidak memimpin bangsa ini?
Rekam jejak Jokowi mengatakan ia mampu. Ia telah memimpin Kota Solo dengan baik.
Kalo tidak baik, mengapa rakyat Solo menyanjung dan menghormatinya hingga sekar
ang? Bahkan mendukungnya untuk menjadi presiden? Kalo tidak baik, mengapa sejak
dahulu kita sudah mendengar nama Jokowi walaupun ia hanya seorang walikota? Saya
ingat betul saya mendengar nama besar Jokowi pada tahun 2011, di acara Provocat
ive Proactive yang dipandu teman baik saya Pandji Pragiwaksono. Acara ini adalah
sebuah acara remaja yang membahas politik. Di kesempatan itu Mas Pandji menyebu
t Jokowi sebagai seorang walikota yang hebat. Beberapa bulan kemudian banyak sek
ali berita baik mengenai kinerjanya. Karena itu masyarakat memohon kepada PDIP u
ntuk mencalonkan Jokowi agar memimpin ibukota Indonesia, Jakarta. Ia pun berangk
at ke Jakarta dan terpilih. Tidak sampai disitu, ia pun melakukan berbagai perub
ahan berarti, seperti pembangunan MRT, penertiban Tanah Abang, penertiban topeng
monyet, dsb. Kemudian masyarakat memohon kepada Megawati dan PDIP untuk mencalo
nkan Jokowi sebagai presiden. Termasuk saya. Termasuk keluarga saya. Termasuk te
man-teman saya. Banyak. Ia mencalonkan diri sebagai presiden bukan karena paksaa
n Megawati, namun karena paksaan saya dan jutaan rakyat lainnya.
Sementara rekam jejak Prabowo belum menunjukkan ia mampu memimpin 250 juta jiwa
Indonesia. Ia adalah mantan seorang pemimpin prajurit militer. Mbak Tasniem, pra
jurit militer itu berbeda dengan rakyat sipil. Dimana prajurit harus menuruti se
mua komando pemimpinnya, tanpa boleh protes. Berbeda dengan rakyat sipil yang ju
stru idealnya terus mengkritisi pemerintah jika dirasa kebijakannya tidak baik.
Bahkan sebagai prajurit pun Prabowo pernah diberhentikan dari ABRI 11 tahun sebe
lum masa pensiunnya. Disini letak perbedaannya. Jokowi sudah teruji dan dipuji s
aat memimpin rakyat sipil di 2 wilayah Indonesia, sementara Prabowo belum teruji
dan bahkan pernah diberhentikan dari militer.
Maka dari itu Mbak Tasniem, bertanyalah pada hati yang terdalam, apakah seseoran
g bisa kita percaya akan menjadi pemimpin yang baik jika belum teruji dan pernah
diberhentikan? Menurut rekam jejak kedua calon, siapakah yang lebih siap dan ma
mpu memimpin 250 juta jiwa Indonesia yang mayoritas sipil itu?
Blusukan Jokowi
Saya tahu Mbak Tasniem dari keluarga muslim yang dihormati. Saya pun yakin Mbak
Tasniem adalah seorang muslimah yang baik. Karena muslimah yang baik adalah mere
ka yang selalu berprasangka baik. Maka mari kita berprasangka baik pada blusukan
Jokowi.
Blusukan Jokowi tidak begitu saja langsung diketahui media lalu disorot. Ada pro
sesnya. Darimana media tau Jokowi blusukan jika sebelumnya Jokowi tidak blusukan
di berbagai tempat? Blusukan Jokowi dilakukannya jauh sebelum media tahu, lalu
kemudian menjadi pembahasan masyarakat, lalu kemudian media tertarik dan meliput
.
Namun untuk menjawab keraguan Mbak Tasniem mengenai keikhlasan Jokowi dalam blus
ukan dan kesederhanaannya, mungkin Mbak Tasniem perlu mengetahui cerita kesaksia
n dari 3 anak bangsa ini. Namanya Maya Eliza, Vicky Nidya Putri, dan Fandy.
Sumber: dianparamita.com Cuplikan testimoni Jokowi yang dimuat dalam surat terbu
ka untuk Tasniem Fauzia Rais oleh Dian Paramita.
Karena kagum, baik Maya, Vicky, maupun Fandy membagikan cerita dan fotonya ke Fa
cebook. Pengalaman mereka ini menjadi viral dibagikan oleh anak bangsa lainnya.
Ini bukan cerita dari media. Ini cerita dari anak bangsa seperti kita, Mbak Tasn
iem.
Dana dan Kebocoran
Menanggapi pertanyaan Mbak tentang asal dana untuk program Jokowi akan sulit. Ka
rena itu memang hanya bisa ditanggapi oleh Jokowi dan timnya sendiri. Namun kemu
dian Mbak Tasniem menyebutkan kebocoran kekayaan alam Indonesia yang dijelaskan
Prabowo di dalam debat capres kedua.
Mbak Tasniem yang cerdas, bukankah kebocoran yang disebut Prabowo itu penuh perd
ebatan? Jika Prabowo mengaku mendapatkan data kebocoran itu dari Abraham Samad,
maka sebenarnya maksud Abraham Samad yang bocor itu bukan dana yang sudah ada, b
ukan pula alam Indonesia. Maksud Abraham Samad mengenai kebocoran adalah hilangn
ya potensi pendapatan negara. Potensi ini hilang bukan karena dicuri, namun kare
na banyak pengusaha yang tidak membayar pajak atau banyaknya produk impor yang m
asuk.
Jika menurut Mbak Tasniem dana program Prabowo berasal dari kebocoran itu, maka
ini berarti pihak Prabowo menggantungkan dana program mereka dari sesuatu yang m
asih bersifat potensi. Potensi yang masih mungkin berhasil didapatkan, tetapi mu
ngkin juga tidak berhasil didapatkan. Kemungkinan potensi ini berhasil didapatka
n negara adalah melalui perbaikan peraturan pajak atau ketegasan pemerintah dala
m menarik pajak kepada pengusaha. Lain lagi dalam impor, potensi baru bisa berha
sil didapatkan jika pemerintah mampu melindungi produk dalam negri dari impor.
Tentu saja untuk menuju keberhasilan, kedua cara ini prosesnya bersifat lama. Ji
ka demikian, sambil menunggu proses mendapatkan dana dari potensi itu, dari mana
dana untuk program-program Prabowo? Bahkan potensi dana belum tentu berhasil di
dapatkan. Jika tidak berhasil didapatkan kemudian pertanyaannya, dari mana dana
untuk program-program Prabowo?
Bertanya Pada Hati Nurani
Sejujurnya saya kecewa dengan isi surat Mbak Tasniem. Surat Mbak Tasniem menggel
isahkan untuk bangsa ini. Karena Mbak Tasniem seakan lebih mengkhawatirkan Jakar
ta dipimpin Ahok daripada mengkhawatirkan 13 anak bangsa yang masih hilang di ba
wah komando Prabowo. Seakan sumpah jabatan Jokowi itu lebih berdosa daripada Pra
bowo melanggar sumpah prajuritnya. Seakan blusukan Jokowi itu perlu dicurigai da
ripada mencurigai koalisi gemuk dan koruptor pengemplang pajak di belakang Prabo
wo. Seakan jaman sekarang lebih butuh pemimpin yang ditakuti karena pernah melan
ggar HAM daripada pemimpin yang disegani dan dipuji bangsa lain. Seakan lebih te
pat meremehkan kemampuan Jokowi yang terbukti sudah mampu memimpin 2 wilayah di
Indonesia daripada meremehkan Prabowo yang belum pernah memimpin sipil dan jelas
diberhentikan atasannya. Seakan lebih baik memaklumi masa lalu kelam Prabowo da
n orang-orang lama bermasalah di belakangnya daripada memaklumi masa lalu Jokowi
yang terbukti baik.
Kita tidak sedang bertaruh seperti suporter sepak bola dengan taruhan uang priba
di. Kita sedang menentukan masa depan bangsa, yang taruhannya anak-cucu kita nan
ti. Memang betul kita harus selalu bertanya pada hati nurani yang paling dalam u
ntuk keputusan kita memilih pemimpin nanti. Maka Mbak Tasniem, mohon tanyakan pa
da diri sendiri, apakah benar Mbak Tasniem menulis surat itu dengan hati yang pa
ling dalam?
Surat tulus dari mantan adik kelasmu yang dulu mengaggumimu,
Jakarta, 30 Juni 2014,
Dian Paramita
PS: Surat ini tak perlu dibalas.
JAKARTA, KOMPAS.com Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Hidayatullah
Jakarta Zaki Mubarak mengatakan, Partai Demokrat sengaja menunggu momen yang tep
at untuk secara resmi mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam pem
ilu presiden mendatang.
Dia berpendapat, partai tersebut terus mencermati tren elektabilitas Prabowo-Hat
ta dan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudh
oyono, kata dia, mulai melihat bahwa tren elektabilitas Prabowo-Hatta terus mena
ik.
Bahkan, kata dia, beberapa survei belakangan juga menyebutkan elektabilitas pasa
ngan nomor urut satu itu telah menyalip pasangan nomor dua.
"Pak SBY sepertinya mulai membaca bahwa ada potensi Prabowo mengalahkan Jokowi d
alam pilpres kali ini, sehingga dukungan tersebut dikeluarkan sekarang," kata Za
ki saat dihubungi, Selasa (1/7/2014).
"Saat survei menunjukkan Prabowo masih jauh di bawah Jokowi, kartu politik berup
a dukungan ini akan disimpan," lanjutnya.
Menurut Zaki, SBY adalah tipikal politisi yang sangat hati-hati dalam melakukan
kalkulasi politik. SBY, kata Zaki, ingin agar dukungan yang diberikan partainya
berdampak signifikan terhadap kemenangan Prabowo-Hatta.
Dia melanjutkan, SBY ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah king maker dalam pem
ilu presiden kali ini. Bukan tidak mungkin, lanjut Zaki, SBY yang hingga saat in
i masih di belakang layar akan turun langsung untuk memberikan dukungan bagi kem
enangan Prabowo-Hatta.
"Dengan melakukan serangan kilat ini atau blitzkrieg, ia (SBY) meyakini menjadi
penentu pertarungan pilpres ini," tandasnya.
Sebelumnya, Demokrat resmi menyatakan dukungan kepada Prabowo-Hatta. Secara form
al ketika pendaftaran peserta pilpres di KPU, Demokrat bersikap netral setelah g
agal membentuk poros baru untuk mengusung capres Konvensi.
Dengan dukungan Demokrat itu, sudah ada tujuh parpol pendukung Prabowo-Hatta. En
am partai lain, yakni Gerindra, PAN, Golkar, PKS, PPP, dan PBB. Sementara itu, p
asangan Jokowi-JK "hanya" diusung lima partai, yakni PDI-P, Nasdem, Hanura, PKB,
dan PKPI.

You might also like

  • TEXT1
    TEXT1
    Document1 page
    TEXT1
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 7
    Text 7
    Document1 page
    Text 7
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 1
    Text 1
    Document1 page
    Text 1
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 7
    Text 7
    Document1 page
    Text 7
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 5
    Text 5
    Document1 page
    Text 5
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 16
    Kompas 16
    Document7 pages
    Kompas 16
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 4
    Text 4
    Document1 page
    Text 4
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 4
    Text 4
    Document1 page
    Text 4
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 3
    Text 3
    Document1 page
    Text 3
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 2
    Kompas 2
    Document11 pages
    Kompas 2
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 6
    Text 6
    Document1 page
    Text 6
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 2
    Text 2
    Document7 pages
    Text 2
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 8
    Kompas 8
    Document5 pages
    Kompas 8
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 1
    Kompas 1
    Document10 pages
    Kompas 1
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 3
    Kompas 3
    Document7 pages
    Kompas 3
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 7
    Kompas 7
    Document7 pages
    Kompas 7
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 1
    Kompas 1
    Document10 pages
    Kompas 1
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 6
    Kompas 6
    Document6 pages
    Kompas 6
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 4
    Kompas 4
    Document7 pages
    Kompas 4
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 5
    Kompas 5
    Document7 pages
    Kompas 5
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 9
    Kompas 9
    Document5 pages
    Kompas 9
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 10
    Kompas 10
    Document4 pages
    Kompas 10
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 15
    Kompas 15
    Document5 pages
    Kompas 15
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 12
    Kompas 12
    Document4 pages
    Kompas 12
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 11
    Kompas 11
    Document5 pages
    Kompas 11
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 15
    Kompas 15
    Document5 pages
    Kompas 15
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 16
    Kompas 16
    Document6 pages
    Kompas 16
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 14
    Kompas 14
    Document4 pages
    Kompas 14
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 7
    Kompas 7
    Document6 pages
    Kompas 7
    Joachim Gard
    No ratings yet