INFESTASI EKTOPARASIT Lernaea SEBAGAI FAKTOR PEMICU MUNCULNYA
INFEKSI BAKTERI Aeromonas PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L.)
Jeny Ernawati Tambunan, Gunanti Mahasri dan Setiawan Koesdarto. 2011.15 hal.
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya, 60115 Telp. 031-5911451
ABSTRAK
Lernaea adalah salah satu parasit yang menyebabkan penyakit pada ikan. Parasit ini hidup pada air tawar dan dikenal dengan sebutan anchor worm karena bagian kepalanya berkembang seperti jangkar dibawah kulit ikan. Penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit Lernaea disebut Lernaeosis. Ikan yang terserang Lernaea menimbulkan gejala klinis dan perubahan patologi. Ikan yang terserang akan terlihat kurus, sering menggosokkan badan dan timbul luka dipermukaan tubuh yang nantinya dapat menimbulkan infeksi sekunder. Luka bekas dari infestasi Lernaea akan banyak ditumbuhi oleh bakteri Gram negatif. Salah satu bakteri yang timbul akibat infestasi Lernaea adalah Aeromonas, bakteri ini termasuk jenis bakteri yang sangat berbahaya bagi ikan. Penyakit yang disebabkan oleh infestasi Aeromonas disebut Aeromoniasis. Aeromonasis menyebabkan 80% kematian ikan budidaya. Ciri-ciri serangan penyakit Aeromoniasis adalah adanya bercak merah pada kulit, insang dan organ bagian dalam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa infestasi ektoparasit Lernaea merupakan faktor pemicu munculnya infeksi bakteri Aeromonas pada benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Sampel diambil dari kolam budidaya Ikan Mas, Desa Jati Tengah, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur dan diperiksa di Laboratorium Bakteriologi Balai Karantina Ikan RI, Juanda, Surabaya. Penentuan derajat infestasi ektoparasit, yaitu derajat infestasi ringan apabila ditemukan 1-5 parasit, derajat infestasi sedang apabila ditemukan 6-10 parasit dan derajat infestasi berat apabila ditemukan lebih dari 10 parasit. Untuk pengamatan bakteri Aeromonas, dilakukan isolasi dan identifikasi (Kismiyati, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa infestasi Lernaea merupakan faktor pemicu munculnya infeksi bakteri Aeromonas pada benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Dari 200 ekor sampel benih Ikan Mas berukuran 5 - 10 cm yang diambil, rata-rata ikan yang terserang masuk dalam katagori ringan yaitu berkisar antara 1-5 Lernaea sebanyak 118 ekor (59%). Hasil pemeriksaan preparat menunjukan bahwa parasit yang menginfestasi Ikan Mas adalah jenis Lernaea, sedangkan berdasarkan pengamatan isolasi dan identifikasi, Ikan Mas positif terinfeksi Aromonas.
KATA KUNCI : Lernaea, Aromonas, Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). 37
Lernaea Ectoparasite Infestation as a Trigger Factor of Aeromonas Infection in Carp Seed (Cyprinus carpio L.) Jeny Ernawati Tambunan, Gunanti Mahasri and Setiawan Koesdarto. 2011. 15p.
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya, 60115 Telp. 031-5911451
ABSTRACT
Lernaea is one of the parasites that cause disease in fish. These parasites live in freshwater and known as anchor worm as part of his head grow like an anchor under the skin of fish. Diseases caused by ectoparasites Lernaea called Lernaeosis. Fish that attacked Lernaea cause clinical symptoms and pathological changes. Fish that are attacked will look thin, often rubbing the body and injuries occur on the surface of the body which later can lead to secondary infections. Lernaea scars of infestation will be much overgrown by Gram-negative bacteria. One bacterial infestations arising from Lernaea are Aeromonas, these bacteria include species of bacteria that are dangerous to fish. Diseases caused by Aeromonas infestation called Aeromoniasis. Aeromonasis caused 80% mortality of fish farming. The characteristics of the attack Aeromoniasis disease is the presence of red spots on the skin, gills and internal organs. The purpose of this research is to know that the infestation of ectoparasites Lernaea is a trigger factor of Aeromonas infection in seed Goldfish (Cyprinus carpio L.). This study used descriptive research design. Samples taken from fish farming ponds Mas, Desa Jati Central, District Selopuro, Blitar, East Java and examined at the Laboratory of Bacteriology Fish Quarantine Center of RI, Juanda, Surabaya. Determination of the degree of infestation of ectoparasites, is a mild degree of infestation if found 1-5 parasites, if the degree of infestation was found 60-10 parasites and the degree of heavy infestation if found more than 10 parasites. For observation Aeromonas, isolation and identification (Kismiyati, 2009). The results showed that the infestation Lernaea is a trigger factor Aeromonas infection in seed Goldfish (Cyprinus carpio L.). Of the 200 samples of seeds Goldfish tail measuring 50-10 cm were taken, the average fish attacked into the mild category and it ranged between 1-5 Lernaea as many as 118 individuals (59%). Test results showed that the parasite preparations that infest Goldfish is a type Lernaea, whereas isolation and identification based on observations, positively infected Aromonas Goldfish.
KEY WORDS : Lernaea, Aromonas, Gold Fish (Cyprinus carpio L.). PENDAHULUAN Usaha perikanan di Indonesia saat ini telah berkembang dengan pesat terutama dalam bidang budidaya (Lingga dan Susanto, 2003). Suantika dan Hernawati (2007) menyatakan secara umum produksi akuakultur Indonesia saat ini cukup tinggi yaitu sekitar 1,7 juta ton pada tahun 2005. Di Indonesia ikan yang termasuk famili Cyprinidae ini termasuk ikan yang populer dan paling banyak dipelihara masyarakat, serta mempunyai nilai ekonomis. Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia Ikan Mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan Mas 38
yang terdapat di Indonesia merupakan Ikan Mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan Mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 Ikan Mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya. Menurut Sutanmuda (2007), produksi Ikan Mas di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya permintaan. Mulai dari tahun 2005 sampai 2009 produksi Ikan Mas selalu meningkat yaitu berturut-turut dari tahun 2005 adalah 216.920, 147.633, 185.100, 375.000 dan 446.800 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi Jawa Timur 2009).
Keberhasilan budidaya Ikan Mas dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sering muncul pada budidaya Ikan Mas. Salah satu kendala yang perlu mendapat perhatian penting adalah adanya serangan penyakit. Penyakit yang sering menyerang ikan, salah satunya adalah penyakit parasiter, yaitu hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam atau pada tubuh organisme lain (berbeda jenis), sehingga memperoleh makanan dari inangnya tanpa ada kompensasi apapun (Handajani dan Samsundari, 2005). Menurut Diani (1995) dalam Prasetya et al. (2004) serangan parasit lebih sering mematikan pada ikan- ikan muda yang biasanya berukuran kecil karena belum berkembangnya sistem pertahanan tubuh.
Parasit kadangkala tidak hanya berbahaya karena berkaitan dengan aktivitasnya, tetapi juga memicu munculnya organisme patogen lain dan menyebabkan infeksi. Parasit juga dapat menyebarkan penyakit secara tidak langsung dengan merusak permukaan tubuh dan organ dalam, menghasilkan berbagai luka sebagai jalan masuk organisme patogen lain ke dalam tubuh ikan (Bauer, 1970 dalam Awilia, 2002). Organisme patogen dapat berupa virus atau bakteri yang sering menimbulkan penyakit pada ikan (Afrianto dan Liviawati, 1992). Djajadireja et al (1983) dalam Malik (2008) mengatakan bahwa salah satu parasit yang menyebabkan penyakit pada ikan adalah copepoda parasiter yaitu Lernaea yang masuk ke Indonesia pada tahun 1953. Lernaea merupakan jenis ektoparasit yang sering menyerang dalam kegiatan budidaya Ikan Mas. Whitten et al., (1997) dalam Wulansari (2010) menyatakan bahwa parasit tersebut berasal dari Jepang. Penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit Lernaea disebut Lernaeosis (Berry et al., 1991). Di Indonesia, wabah penyakit Lernaeosis semula hanya terjadi pada Ikan Mas, akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya ditemukan pula pada spesies ikan air tawar lainnya (Sugianti, 2005). Lernaea Menyerang pada bagian sirip, kulit, insang dan seluruh bagian luar tubuh inang. Menurut Fegan et al., (1993) derajat serangan parasit ektokomensal ditentukan berdasarkan jumlah parasit di setiap organ, misalnya permukaan tubuh. Kismiyati (2009) yang menyebutkan bahwa infestasi ringan bila ditemukan 1-5 parasit, infestasi sedang bila ditemukan 6-10 parasit dan infestasi berat bila ditemukan lebih dari 10 parasit. Dampak parasit terhadap inang bergantung pada tingkat infestasi dan ukuran inang (Abdulgani, 2008).
Lernaea merusak integumen sebagai pertahanan pertama ikan sehingga muncul luka yang dapat menjadi jalan masuk bagi infeksi sekunder oleh bakteri, virus dan organisme penyakit lainnya ke dalam tubuh ikan (Heckmann, 2003). Luka bekas dari infestasi Lernaea akan banyak ditumbuhi oleh bakteri Gram negatif karena salah satu 39
sifat dari bakteri Gram negatif tersebut adalah dapat mencerna hemoglobin dan gelatin yang terdapat pada luka akibat infestasi ektoparasit Lernaea. Bakteri Gram negatif yang muncul pada luka akibat infestasi ektoparasit Lernaea tersebut adalah kebanyakan dari genus Aeromonas (Handajani, 2005).
Penyakit yang disebabkan akibat infeksi Aeromonas disebut Aeromonasis. Umumnya bila tidak diobati dapat menyebabkan penyebaran yang sangat luas dan menyebabkan kematian ikan secara masal. Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui infestasi ektoparasit Lernaea sebagai faktor pemicu munculnya infeksi bakteri Aeromonas pada benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.).
METODOLOGI
Pengambilan sampel ikan mas dilakukan di kolam budidaya petani ikan di Desa Jati Tengah, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur dan Laboratorium Bakteriologi Balai Karantina Ikan Republik Indonesia, Juanda, Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 31 Agustus 2011. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Ikan Mas yang positif terkena infestasi Lernaea.
Bahan untuk identifikasi Lernaea antara lain formalin 10% sebagai cairan fiksatif, alkohol 10% sebagai bahan pengawetan parasit Lernaea. Sedangkan bahan untuk identifikasi Aeromonas antara lain media TSA, akuades, alkohol 70 %,
alkohol aseton, larutan crystal violet, larutan iodine-lugol, larutan safranin, larutan tetramethyl-p-phenylenediamine dihydrochloride 1 % dalam akuades (reagen oksidase), O/F basal medium, larutan glukosa 10 % disterilkan secara filterisasi, 0/129 disc, paraffin oil steril, RS medium, SIM agar, kertas label, paraffin, alumunium foil dan filter paper. Peralatan penelitian yang digunakan untuk identifikasi Lernaea antara lain pinset, pot plastik untuk tempat fiksasi sampel, pipet, object glass, cover glass, mikroskop cahaya.
Peralatan yang diperlukan untuk identifikasi Aeromonas laminarflow-hood (safety cabinet), peralatan bedah, meja bedah, cawan petri, labu erlenmeyer, tabung reaksi, jarum Ose, bunsen, pipet tetes, tangkai kaca (hockey stick), mortar, autoclave, vortex mixer, timbangan analitik, oven, inkubator, hot plate stirrer, magnetic stirrer, botol semprot, rak tabung reaksi, alat tulis, mikroskop, refrigerator, pH paper, termometer, petridish dan amoniak test-kit. Sedangkan peralatan untuk mengukur parameter kualitas air antara lain termometer untuk mengukur suhu air, kertas pH untuk mengukur pH air, piranti uji amonia dan piranti uji DO.
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode observasi lapangan yang dilakukan di kolam budidaya ikan mas dan hasilnya akan diperikasa di laboratorium untuk mengetahui bahwa infestasi ektoparasit Lernaea merupakan faktor pemicu munculnya infeksi bakteri Aeromonas pada benih Ikan Mas. HASIL DAN PEMBAHASAN
Benih Ikan Mas diperoleh dari Desa Jati Tengah, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menunjukan bahwa parasit yang menginfestasi Ikan Mas adalah jenis Lernaea. Parasit ini memiliki 40
ciri-ciri, bagian kepala seperti jangkar yang berfungsi sebagai alat untuk menempel pada tubuh inang sehingga sulit dilepaskan. Namun dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan kantung telur di bagian posterior tubuh, hal disebabkan pada saat pengambilan Lernaea, peneliti kurang berhati-hati sehingga kantung telur rusak. Gambar Lernaea dapat dilihat pada Gambar1.
Gambar 1. Lernaea (100x)
Keterangan. (A) jangkar bagian dorsal, (B) kepala, (C) jangkar bagian ventral, (D) kaki renang, (E) pembuka pregenital (pregenital prominence), dan (F) abdomen.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, benih Ikan Mas yang positif terinfestasi Lernea menunjukkan gejala klinis seperti, warna tubuh terlihat pucat, lendir yang dihasilkan lebih banyak, beberapa sisik lepas, terdapat lesi pada bagian tubuh yang terinfestasi dan pendarahan. Kerusakan pada sisik dan kulit dikarenakan Lernaea merusak bagian integumen dari tubuh Ikan Mas. Lesi terbentuk dari adanya peradangan dan merupakan bentuk pertahanan tubuh ikan untuk menjaga fungsi organ atau daerah terinfeksi. Sedangkan pendarahan terjadi karena adanya infestasi Lernaea yang menyebabkan luka pada daerah infestasi sehingga darah keluar dari pembuluh darah menuju daerah yang terluka. Perbedaan gambaran makroskopik Ikan Mas dari masing-masing tingkat derajat infestasi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Gambaran makroskopik dari masing-masing tingkat derajat infestasi bedasarkan hasil penelitian.
Derajat Infestasi Gambaran makroskopik Sehat 1. Tubuh mengkilat 2. Susunan sisik rapi 3. Warna tubuh cerah 4. Tidak terjadi pendarahan (Haemoragic) 5. Tidak ada bekas luka Ringan 1. Tampak adanya Lernaea yang menempel pada 41
beberapa anggota tubuh, sebanyak 1-5 parasit 2. Sisik ada yang terlepas 3. Warna tubuh cerah 4. Terjadi pendarahan (Haemoragic) pada bagian yang terinfestasi 5. Terdapat luka Sedang
1. Tampak adanya Lernaea menempel pada beberapa bagian tubuh, sebanyak 6-10 parasit 2. Sisik banyak yang lepas 3. Warna tubuh lebih kusam 4. Terjadi pendarahan (Haemoragic) pada bagian yang terinfestasi 5. Jumlah luka pada tubuh lebih banyak dibanding dengan ikan yang terinfestasi ringan
Hasil penentuan derajat infestasi Lernaea pada sampel benih Ikan Mas yang diperoleh dari lapangan menunjukkan bahwa, sebagian besar sampel masuk dalam katagori derajat infestasi ringan, yaitu sebanyak 118 ekor. Hal ini dapat disebabkan pada saat pengambilan sampel, Lernaea masih dalam tahap copepodid yang belum menempel pada tubuh inang atau dapat juga telah mengalami kematian dan lepas dari tubuh inang, sehingga hanya sedikit ditemukan derajat infestasi sedang dan tidak ditemukan derajat infestasi berat. Selain itu, pada saat pengambilan sampel benih ikan mas masih memasuki umur dua bulan setelah penebaran sehingga diduga Lernaea belum banyak melekat benih Ikan Mas. Kondisi perairan normal dan optimal untuk pertumbuhan ikan juga menyebabkan ikan sulit terinfestasi Lernaea sehingga derajat infestasinya terhadap ikan dalam kisaran ringan. Perbedaan derajat infestasi Lernaea pada benih Ikan Mas, dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Perbedaan derajat infestasi Lernaea pada benih Ikan Mas No Derajat infestasi Jumlah 1 Sehat (normal) 67 (33,5%) 2 Infestasi ringan 118 (59%) 3 Infestasi sedang 15 (7,5%) 4 Infestasi berat 0 (0%)
Faktor yang penyebab Lernaeosis pada masing-masing kolam bisa disebabkan oleh sumber air kolam budidaya yang berasal dari air sungai. Air sungai memiliki potensi yang besar dalam membawa agen parasit jika digunakan sebagai sumber air dalam kegiatan budidaya karena air sungai yang kondisinya tidak terkontrol akan memudahkan penyakit masuk ke dalam perairan kolam budidaya yang pada akhirnya bisa menyebabkan ikan sakit. Selain itu, adanya hama ikan yang 42
berpotensi sebagai vektor biologis Lernaea juga dapat menjadi faktor penyebab Lernaeosis. Infestasi Lernaea tidak hanya berbahaya karena berkaitan dengan aktivitasnya, tetapi juga memicu infeksi sekunder oleh bakteri Aeromonas. Parasit ini meninggalkan bekas lubang pada kulit ikan sehingga lokasi tempat masuknya parasit menjadi jalan masuk bagi bakteri Aeromonas. Untuk membuktikan bahwa infeksi pada Ikan Mas benar disebabkan oleh bakteri Aeromonas, perlu dilakukan isolasi dan identifikasi. Isolasi sampel menggunakan media Triptic Soy Agar (TSA) dan diinkubasikan pada suhu 25 C selama 18-24 jam. Untuk menumbuhkan bakteri Aeromonas dapat digunakan media TSA karena TSA merupakan media umum untuk hampir semua jenis bakteri selain itu bakteri Aeromonas juga tidak memiliki media spesifik untuk tumbuh. Kandungan dalam media TSA antara lain soybean dan casein. Setelah dilakukan proses isolasi dilanjutkan dengan proses pemurnian. Pengambilan bakteri cukup dengan menyentuhkan ose ke bakteri yang akan dimurnikan, sentuhan dilakukan pada koloni bakteri yang terlihat sejenis, biasanya berbentuk lingkaran dan memiliki warna yang sama. Cara pengambilan dilakukan dengan sentuhan karena untuk memperkecil kemungkinan bakteri yg tidak sejenis terikut. Bakteri tersebut ditumbuhkan kembali pada media TSA dan diinkubasikan kembali pada suhu 25 C selama 18-24 jam.
Berdasarkan hasil pewarnaan Gram diperoleh data, bakteri termasuk Gram negatif ditandai dengan sel bakteri berwarna merah atau pink dan bentuk batang pendek. Pengamatan preparat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Indonesia (2009). Sedangkan berdasarkan hasil uji biokimia, diperoleh data bahwa bakteri yang menginfeksi Ikan Mas positif Aeromonas. Pada uji oksidase, reaksi yang ditimbulkan adalah oksidase positif, ditandai dengan adanya perubahan warna pada kertas Bactident oxidase menjadi biru tua. Reaksi oksidase negatif, ditandai dengan tidak terjadi perubahan warna. Pada uji katalase, reaksi yang ditimbulkan adalah positif ditandai dengan terbentuk gelembung- gelembung oksigen. Apabila reaksi negatif, ditandai dengan tidak terbentuk gelembung- gelembung oksigen. Pada uji O/F, reaksi yang ditimbulkan adalah fermentatif. Fermentatif ditandai dengan tabung reaksi yang tidak ditutup parafin kuning dan yang ditutup parafin kuning. Oksidatif ditandai dengan tabung reaksi yang tidak ditutup parafin kuning dan yang ditutup parafin hijau. Untuk kedua media O/F tersebut tidak engalami perubahan warna berati tidak ada reaksi (NR). Pada uji TSIA, reaksi yang ditimbulkan adalah Asam atau Basa, Gas dan terdapat H 2 S. Warna menjadi kuning (asam) atau acid =A, warna menjadi merah (basa) atau alkaline =K, tusukan terdapat rongga udara, berarti menghasilkan gas =G dan warna hitam, berarti terdapat H 2 S. Pada uji MIO, reaksi yang ditimbulkan adalah motil, indol positif atau variabel, serta ornithin positif atau negatif. pada tusukan terlihat adanya pertumbuhan bakteri ditandai dengan adanya pelebaran pada tusukan tersebut dikatakan motil dan tidak ada pelebaran dari tusukan dikatakan non motil. Apabila timbul lapisan/cincin merah pada permukaan media maka dikatakan indol positif, apabila tidak ada timbul cincin merah dikatakan indol negatif. Pada media MIO apabila timbul warna kuning di sekitar tusukan dikatakan ornithin positif, sebaliknya apabila tida ada dikatakan ornithin negatif. Pada uji LIA, reaksi yang ditimbulkan adalah postif ditandai dengan 43
perubahan warna menjadi ungu pada goresan dan kuning pada tusukan. Berarti lysine decarboxylase (+). Sedangkan untuk uji Gula, reaksi yang ditimbulkan adalah positif dan menghasilkan H 2 S atau tidak. Warna berubah menjadi kuning berarti gula tersebut terfermentasikan (+) dan pada tabung durham terdapat gelembung, berarti bakteri menghasilkan gas H 2 S.
Hasil isolasi dan idetifikasi terhadap 20 benih Ikan Mas diperoleh data bahwa bakteri Aeromomas terdapat pada semua sampel. Namun pada ikan normal, belum dijumpai gejala klinis infeksi Aeromonas seperti pendarahan (hemoragic). Sedangkan pada ikan yang terinfestasi Lernaea derajat ringan dan sedang, sudah dijumpai gejala klinis seperti, pendarahan pada bagian tutup insang, kulit, rongga mulut hingga sirip. Dapat diketahui bahwa ikan yang terinfestasi Lernaea lebih mudah terinfeksi bakteri Aeromonas dibandingkan ikan sehat, sebab luka yang ditimbulkan oleh Lernaea merupakan jalan masuk bagi bakteri Aeromonas ke dalam tubuh ikan. Selain itu juga infestasi Lernaea juga mempengaruhi daya tahan tubuh ikan sehingga ikan yang terinfestasi lebih mudah terinfeksi Aeromonas. Sedangkan ikan sehat memiliki daya tahan tubuh yang baik, ikan sehat lebih sulit terinfeksi walaupun bakteri Aeromonas terdapat di sekitar peraiaran. Hal ini membukitikan bahwa infestasi ektoparasit Lernaea merupakan faktor pemicu munculnya infeksi bakteri Aeromonas pada benih Ikan Mas. Aeromonas menyerang benih Ikan Mas karena pada ukuran benih organ tubuh Ikan Mas belum berfungsi secara sempurna. Hal ini sesuai dengan pendapat Komarudin dkk. (1991) yang menyatakan bahwa Ikan Mas pada ukuran benih merupakan kondisi dimana ikan berada dalam fase yang sangat kritis dan mudah terinfestasi penyakit karena semua organ tubuh belum berfungsi secara sempurna. Hasil pemeriksaan bakteri Aeromonas pada benih Ikan Mas sehat dan yang terinfestasi Lernaea dengan derajat infestasi berbeda dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil pemeriksaan bakteri Aeromonas pada benih Ikan Mas sehat dan yang terinfestasi Lernaea dengan derajat infestasi berbeda
No Derajat infestasi Jumlah sampel (ekor) Hasil pemeriksaan 1 Sehat 6 +6 2 Ringan 12 +12 3 Sedang 2 +2
Berdasarkan Tabel 3. diketahui baik ikan sehat maupun ikan yang terinfestasi Lernaea, positif terserang Aeromonas. Namun terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri Aeromonas pada sampel ikan sehat, ikan dengan derajat infestasi rendah dan ikan dengan derajat infestasi sedang. Jumlah koloni bakteri pada beih Ikan Mas dengan derajat infestasi ringan lebih sedikit dibandingkan jumlah bakteri pada benih Ikan Mas dengan infestasi sedang. Hal ini menunjukan bahwa, perbedaan derajat infestasi Lernaea pada tubuh Ikan Mas mempengaruhi tingkat infeksi bakteri Aromonas. Semakin ringan derajat infestasi Lernaea maka infeksi bakteri Aeromonas rendah, bagitu pula sebaliknya semakin berat derajat infestasi Lernaea maka infeksi bakteri Aeromonas semakin tinggi. Sedangkan pada ikan sehat, jumlah koloni bakteri Aeromonas tidak dapat dibaca karena jumlah koloni terlalu padat. 44
Berdasarkan Standar Plate Count (SPC) cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 sampai 300. kesalahan ini mungkin terjadi karena peneliti terlalu banyak mencampurkan kultur bakteri ke dalam larutan BFP (Butterfields phospate buffer) atau menuangkan campuran kultur bakteri dan larutan BFP ke dalam cawan petri secara berlebihan.
Berdasarkan data pengenceran, Jumlah total mikroba tertinggi pada pengenceran 10 7 , kemudian 10 8 dan yang terakhir 10 9 . Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat pengenceran maka sampel yang terdapat pada larutan yang telah diencerkan sedikit sehingga total mikroba yang terhitung juga semakin sedikit. Menurut Koneman et al., (1992) dalam Farichatin (2005), pada kepadatan 10 8
CFU/ml bakteri Aeromonas bersifat patogen terhadap inang. Hasil penelitian menunjukan bahwa mulai dari kepadatan 10 1 , bakteri bersifat patogen terhadap inang dan berakhir pada kepadatan 10 8 tetapi pada kepadatan 10 9 dan seterusnya, bakteri tidak lagi bersifat patogen. Dari data yang diperoleh juga dapat diketahui, jumlah minimal bakteri Aeromonas yang bersifat patogen terhadap inang antara 10 16 koloni.
Ditinjau dari kondisi kualitas air kolam budidaya Ikan Mas, Desa Jati Tengah, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menunjukkan bahwa kondisi kualitas air adalah dalam kondisi normal, artinya kondisi kualitas air tersebut sesuai dan berada pada kisaran normal bagi kelangsungan hidup Ikan Mas. Kondisi ini dapat menyebabkan pertumbuhan Lernaea berlangsung dalam waktu yang lebih lama, sehingga pada beberapa ikan mas masih banyak ditemukan adanya kerusakan yang ringan diakibatkan belum terlalu lama terinfestasi Lernaea.
SIMPULAN DAN SARAN
Semakin tinggi infestasi Lernaea maka infekesi bakteri Aeromonas semakin berat. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah infestasi Lernaea maka infestasi bakteri Aeromonas semakin ringan. Hal ini membuktikan, Infestasi ektoparasit Lernaea merupakan faktor pemicu munculnya infeksi bakteri Aeromonas pada benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.).
Diperlukan penelitian mengenai infestasi Lernaea pada skala laboratoris sehingga dapat hubungan antara infestasi Lernaea terhadap infeksi Aeromonas sesuai dengan lamanya waktu infestasi. Selain itu juga mengingat bakteri Aeromonas merupakan bakteri oportunistis, perlu dilakukan perhitungan konsentrasi bakteri permili liter untuk mengetahui jumlah bakteri pada Ikan Mas normal dan Ikan Mas yang terinfestasi Lernaea dengan derajat infestasi berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, N. 2008. Derajat Infeksi Argulus sp. Pada Ikan Maskoki (Carassius auratus) di Desa Bangoan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung. Tesis. Departemen Biologi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. 8 hal.
Awilia, V. 2002. Inventarisasi dan Distibusi Parasit pada Ikan Maanvis (Pterophyllum scalare) dan Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) DKI J akarta. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 45
Berry, C.R., G.J. Babey., T.Shrader. 1991. Effect of Lernaea cyprinacea (Crustacea: Copepoda) on Stocked Rainbow Trout (Onchorhynchus mykiss). Journal of Wildlife Disease, 27 (2). pp 206-213.
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur. 2009. Laporan Statistik Perikanan. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur Surabaya. 173 hal. Fegan, D.F., Flegel, T.W., Nietes, A., Waiyakhruttha, M. and Rojsuwan, S. 1993. The development of a method for determining the quality of post larva of Penaeus monodon Fab., Asian Fisheries Society Conferences. 23 hal.
Handajani, A. dan S. Samsundari. 2005. Parasit dan Penyakit Ikan. Muhammadiyah University Press. Malang. 214 hal.
Heckmann, R. 2003. Other Ectoparasites Infesting Fish; Copepods, Branchiurans, Isopods, Mites and Bivalves. Aquaculture Magazine. USA
Kismiyati. 2009. Ektoparasit Argulus japonicas (Crustacea: Argulidae) pada Ikan Maskoki Carassius auratus (Cypriniformes: Cyprinidae) dan Upaya Pengendalian dengan Ikan Sumatera Puntius tetrazone (Cypriniformes: Cyprinidae). Disertasi. Program Pascasarjana. Universitas Airlangga. 128 hal.
Lingga, P. dan H. Susanto. 2003. Ikan Hias Air Tawar Edisi Revisi (Penebar Swadaya. Jakarta). 237 hal.
Malik, I. 2008. Masalah Penyakit dalam Budidaya Air di Daerah Tropik. www. akuakulturunhas.blogspot.com//masa lah-penyakit-dalam-budidaya- air. 23/5/2009. 8 hal.
Prasetya, D. Rokhmani dan Subadrah. 2004. Kekayaan J enis Ektoparasit yang Menyerang Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Tahap Pendederan I dan II Dengan Pemeliharaan Secara Tradisional. Prosiding Seminar Nasional IV, Penyakit Ikan dan Udang. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Purwokerto.
Suantika, G. dan Hernawati. 2007. Penggunaan Sistem Resirkulasi dalam Pendederan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.), Disaintek (1):1. 14 hal.
Sugianti B. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional Dalam Pengendalian Penyakit Ikan. Makalah Pribadi Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor.37 hal.
Sutanmuda, 2007. Budidaya Ikan Mas ( Cyprinus carpio ). http:// sutanmuda. worldpress.com.
Wulansari, D.P. 2010. Perubahan Patologi Kulit Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Akibat Infestasi Lernaea cyprinacea pada Derajat Infestasi yang Berbeda. Skripsi. Fakultas perikanan dan kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya. Hal. 72. 46