You are on page 1of 10

PENYAKIT DHF (Dengue Haemorrhagic Fever )

Oleh :

Zulkarnain
1102101010054





















FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Kasus demam berdarah dengue (BDB) sudah menjadi perhatian internasional
dengan jumlah kasus di seluruh dunia mencapai 50 juta pertahun. Penyakit DBD
disebabkan oleh satu dari empat bahan antigenik yang dikenal serotipe 1-4 (virus
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4) dari genus Flavivirus, famili Flaviridae. Infeksi
dengan satu dari empat serotipe ini tidak menyediakan kekebalan protektif silang,
sehingga orang yang tinggal di daerah endemik dapat tertular oleh empat infeksi virus
sepanjang waktu (Westway et al. 1985).
. Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suriadi, 2001 : 57). Demam Berdarah Dengue
ialah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan, disebabkan oleh virus,
ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat,
sindrom syok kehilangan protein. (Nelson, 2000 : 1134)
Penyakit Demam Berdarah DHF ini adalah jenis penyakit yang disebabkan
oleh virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit demam berdarah
DBD ini yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan. itu adalah pengertian dari demam berdarah.
Bercak merah khas demam berdarah ini akan terlihat pada banyak penderita demam
berdarah yang kulitnya timbul bercak-bercak merah sebagai ciri khas penyakit
demam berdarah ini.
Aedes aegypti dan Aedes albopictus adalah vektor penular penyakit DBD. Ae.
aegypti menempati habitat domestik terutama penampungan air di dalam rumah yang
tidak berhubungan dengan tanah, sedangkan Ae. albopictus berkembang biak di
lubang-lubang pohon, drum, ban bekas yang terdapat di luar (peridomestik) (WHO
2004; Chan 1985)

BAB II
TINJAUNAN PUSTAKA
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit
demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya
berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan
dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian. (Depkes,
2006).
Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF), dan Syndrom Shock Dengue (SSD). Infeksi dengue di
jumpai sepanjang tahun dan meningkat pada musim hujan. Demam berdarah dengue
merupakan penyakit infeksi yang masih menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini
masih disebabkan oleh karena tingginya angka morbiditas dan mortalitas (Depkes,
2006).
Penyakit itu disebabkan oleh virus dari famili Flaviridae yang ditularkan oleh
serangga (arthropod borne virus = arbovirus). Virus tersebut mempunyai 4 serotype
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Seseorang yang pernah terinfeksi oleh
salah satu serotypes virus tersebut biasanya kebal terhadap serotype yang sama dalam
jangka waktu tertentu, namun tidak kebal terhadap serotypes lainnya, bahkan menjadi
sensitif terhadap serangan demam berdarah Dengue. Serangga yang diketahui
menjadi vector utama adalah nyamuk Aedes aegypti (Linn.) dan nyamuk kebun Aedes
albopictus (Skuse.)(Diptera: Culicidae). Kedua spesies nyamuk itu detemukan di
seluruh wilayah Indonesia kecuali pada ketinggian di atas 1000 di atas permukaan
laut (Kristina et al, 2004). Penyakit demam yang ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti
selain demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah demam dengue
(Dengue Fever) yang dikenal sebagai Cikungunyah (Break Bone Fever) di Indonesia
(Roche, 2002).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
(Seoparman , 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar
secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah
suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes
aegypty (Seoparman, 1996).






























BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Definisi
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suriadi, 2001 : 57). Demam Berdarah Dengue ialah
suatu penyakit demam berat yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai
oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok
kehilangan protein. (Nelson, 2000 : 1134).

3.2. Etiologi Dan Cara Penularan
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui populasi manusia
yaitu oleh nyamuk Aedes aegypri. Nyamuk ini hidup di daerah tropis dan
berkembang biak pada sumbe air yang mendek.
Hasil penelitian Ponlawat & Harington (2005) yang dilakukan sekitar tahun 2003
dan 2004 di Thailand menunjukkan bahwa Ae. aegypti hampir sepenuhnya (99%,
658/664) mengisap darah manusia. Namun beberapa hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Tempelis et al (1970) di Hawaii menunjukkan bahwa Ae. aegypti
mempunyai inang selain manusia yaitu binatang peliharaan seperti anjing, kucing,
sapi dan kuda. Sementara hasil penelitian di Afrika yang dikutif dari Weitz (1960)
oleh Ponlawat & Harington (2005) juga menyebutkan inang nyamuk tersebut selain
manusia adalah kucing, anjing, kambing, anak sapi jantan dan kera. Sama dengan Ae.
albopictus yang dikenal sebagai vector kedua virus DBD tersebut diasumsikan
sebagai pemakan yang lebih generalis dibandingkan dengan Ae. aegypti. Anggapan
tersebut diperkuat oleh penemuan Niebylski et al. (1994) dan Savage et al. (1993)
yang dikutif oleh Ponlawat & Harington (2005) bahwa inang nyamuk tersebut selain
manusia adalah kelinci, tikus, anjing, rusa, lembu, bajing tanah, penyu, tupai, sapi
jantan, kucing, dan burung. Walaupun demikian ada juga fakta yang menunjukkan
bahwa di daerah tertentu nyamuk Ae. albopictus hanya menjadikan mansuia sebagai
inang tunggalnya seperti yang dilaporkan oleh Ponlawat & Harington (2005) dari
hasil penelitiannya di Sebelah Selatan Thailand pada tahun 2003 dan 2004. Oleh
karena itu, kisaran inang dan preferensi vector terhadap inang tersebut menentukan
status spesies tersebut sebagai vector utama virus DBD.
Cara Menularkan Virus. Cara penularan virus DBD adalah melalui cucukan stilet
nyamuk Aedes betina terhadap inang penderita DBD. Nyamuk Aedes yang bersifat
antropofilik itu lebih menyukai mengisap darah manusia dibandingkan dengan
darah hewan. Darah yang diambil dari inang yang menderita sakit mengandung virus
DBD, kemudian berkembang biak di dalam tubuh nyamuk sekitar 8 -10 atau sekitar 9
hari.
Setelah itu nyamuk sudah terinfeksi virus DBD dan efektif menularkan virus.
Apabila nyamuk terinfeksi itu mencucuk inang (manusia) untuk mengisap cairan
darah, maka virus yang berada di dalam air liurnya masuk ke dalam sistem aliran
darah manusia. Setelah mengalami masa inkubasi sekitar empat sampai enam hari,
penderita akan mulai mendapat demam yang tinggi. Untuk mendapatkan inangnya,
nyamuk aktif terbang pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.00-10.00 dan sore hari
antara pukul 15.00-17.00. Nyamuk yang aktif mengisap darah adalah yang betina
untuk mendapatkan protein. Tiga hari setelah menghisap darah, imago betina
menghasilkan telur sampai 100 butir telur kemudian siap diletakkan pada media.
Setelah itu nyamuk dewasa, mencari inang luntuk menghisap darah untuk bertelur
selanjutnya.
Selain itu Ae. Aegypti mempunyai kemampuan untuk menularkan virus terhadap
keturunannya secara transovarial atau melalui telurnya (Yulfi, 2006). Namun Roche
(2002) melaporkan bahwa hanya A. albopictus yang mampu menularkan virus
melalui keturunanya sementara Ae. Aegypti tidak. Sementara Maurya et al. (2001),
Joshi et al. (2002) dan Rohani et al. (2005 dalam Yulfi, 2006) menegaskan bahwa
kedua spesies itu dapat menularkan virus pada keturunannya. Rohani et al. (2005)
menemukan larva terinfeksi virus DBD tersebut di 16 lokasi penelitiannya di
Malaysia dengan laju infeksi virusnya lebih tinggi pada Ae. aegypti (13,7%)
dibandingkan pada Ae. albopictus (4,2%). Keturunan nyamuk yang menetas dari telur
nyamuk terinfeksi virus DBD secara outomatis menjadi nyamuk terinfeksi yang dapat
menularkan virus DBD kepada inangnya yaitu manusia.

3.3. Gejala Klinis
Empat gejala utama DHF adalah :
1. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus selama
2 7 hari, naik turun, tidak mempan dengan obat antipiretik. Kadang suhu tubuh
sangat tinggi sampai 40C dan dapat terjadi kejang demam. Akhir fase demam
merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat fase demam mulai cenderung menurun
dan pasien tampak seakan sembuh. Hati hati karena fase tersebut dapat sebagai
awal kejadian syok. Hari ke 3, 4, 5 adalah fase kritis yang harus dicermati pada hari
ke 6 dapat terjadi syok. Kemungkinan terjadi perdarahan dan kadar trombosit sangat
rendah (<200.000)
2. Perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien DBD adalah vaskulopati, trobositopenia
dan gangguan fungsi trombosit serta koagulasi intravaskuler yang menyeluruh, jenis
perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji tourniquet (uji rumple
leede/ uji bendung) positif, petekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan konjungtiva.
Petekie merupakan tanda perdarahan yang sering ditemukan. Tanda ini dapat muncul
pada hari hari pertama demam tetapi dapat pula dijumpai pada hari ke 3, 4, 5
demam.
3. Hepatomegali
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit,
bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba sampai 2 4 cm dibawah lengkungan iga
kanan. Proses pembesaran hati dan tidak teraba dapat meramalkan perjalanan
penyakit DBD. Derajat pembesaran hati sejajar dengan beratnya penyakit, namun
nyeri tekan pada daerah tepi hati berhubungan dengan adanya perdarahan. Nyeri
perut lebih tampak jelas pada anak dewasa dari pada anak kecil. Pada sebagian kecil
kasus dapat terjadi ikterus.
4. Shock
Saat akan terjadi syok beberapa pasien tampak sangat lemah dan sangat
gelisah. Sesaat sebelum syok sering kali pasien mengeluh nyeri perut. Syok ditandai
dengan denyut nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau
kurang). Jadi untuk menilai tekanan nadi perhatikan tekanan sitolik dan diastolic,
misalnya 100/90 mmHg (berarti tekanan nadi 10 mmHg) atau hipotensi (tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg aau kurang), kulit dingin dan lembab. Syok
merupakan tanda kegawatan yang harus mendapat perhatian serius karena bila tidak
diatasi sebaik-baiknya dan secepatnya dapat menyebabkan kematian. Pasien dapat
dengan cepat masuk ke dalam fase kritis yaitu syok berat (profound syok), pada saat
itu tekanan darah dan nadi tidak dapat terukur lagi. Syok dapat terjadi dalam waktu
yang sangt singkat, pasien dapat meninggal daam waktu 12 14 jam atau sembuh
cepat setelah dapat penggantian cairan yang memadai.
Gejala yang khas :
Suhu meningkat tiba tiba.
Perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematom, epitaksis, melena)
Gejala yang tidak khas :
Keluhan pada saluran pernapasan, seperti : batuk, pilek, sakit waktu menelan.
Keluhan pada saluran pencernaan, seperti : mual, muntah, tidak nafsu makan
(anorexia), diare, konstipasi.
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO (1975) Derajat I : Demam
disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turnikel positif, trombositopeni
dan hemokonsentrasi. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan
atau perdarahan lain. Derajat III : Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah,
hipotensi kulit dingin, lembab, gelisah. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan
tekanan darah tidak dapat diukur. Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti Badannya kecil,
warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit pada siang hari, badannya datar
saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari, jarak
terbangnya kurang dari 100 M dan senang menggigit manusia). Aedes Aegypti betina
mempunyai kebiasaan berulang (multi diters) yaitu menggigit beberapa orang secara
bergantian dalam waktu singkat.
3.4. Pencegahan dan p
Untuk menanggulangi masalah penyakit DHF tersebut diperlukan strategi
pengendalian terpadu dengan cara mengintegrasikan cara-cara pengendalian yang
potensial secara efektif, ekonomis dan ekologis untuk menekan populasi serangga
vector pada aras yang dapat ditoleransi. Cara-cara pengendalian potensial tersebut
dapat diambil dari teknologi yang sudah berkembang di anataranya cara biologis,
fisik, mekanis, kimiawi, dan regulasi yang penerapannya disesuaikan dinamika
populasi vector, status penyakit, situasi dan kondisi lingkungan serta masyarakat
setempat.
3.5. Terapi
Pengobatan saat ini belum diketahui secara pasti, hanya memberikan terapi
berdasarkan gejala yang ditimbulkan. Terapi selanjutnya meningkatkan sistim
imunitas dan pemberian suplemen tambahan.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Westway EG, Brinton MA, Gaimoamovich S, Horzink MC, Igarashi A, Kaariainen L. 1985.
Flaviridae. Intervirologi 24:183-192.
Depkes RI, 2005. Kajian Masalah Kesehatan Demam Berdarah Dengue, Badan
Litbang dan Pegembangan Kesehatan. Jakarta,
Joshi, V., DT. Maurya & RC. Sharma. 2002. Persintence of Dengue 3 virus thrugh
transovarial transmission passage in successive generation of Aedes aegypti
mosquito. Am. Soc. Trop. Med. Hyg. 67(2):158-161.
WHO. 1975. Manual on practical in malaria part II. Geneva: WHO

WHO. 2003. Prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever. New
Delhi India: WHO Regional Publication SEARO.
WHO. 2004. Dengue alert in South East Asia Region. New Delhi. World Health
Organisation. Regional Office for South East Asia. Available at:
http://w3.whosea.orga/index.htm [accessed 25 August 2004]

You might also like