You are on page 1of 215

A.

Tata Surya
Tata surya terdiri dari matahari, Sembilan planet dan berbagai benda langit seperti satelit,
komet dan asteroid. Planet-planet berevolusi mengelilingi matahari dengan bebagai orbit
(garis edar) yang berbentuk elip. Berbagai planet mempunyai satelit. Satelit ini berputar
mengelilingi planet dan bersama dengan planet mengelilingi matahari. Jadi tata surya
merupakan system rotasi yang berpusat pada matahari.
Hingga kini dikenal 9 planet sebagai anggota tata surya, yaitu : Merkurius, Venus, Bumi,
Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Sampai abad ke 17 baru dikenal 6
planet yairu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus. Uranus ditemukan pada tahun
1781, Neptunus pada tahun 1846, dan Pluto pada tahun 1930.
Menurut Kepler (1609), planet beredar mengelilingi matahari dengan orbit (lintasan)
bebentuk elip, matahari terletak pada salah satu titik fokusnya. Tetapi bentuk elipnya
mendekati lingkaran, karena eksentrisitas orbit planet sangat kecil. Eksentrisitas didefinisikan
sebagai perbandingan jarak dua focus elip dan sumbu panjangnya, lihat gambar 2.1 .
Eksentrisitas orbit planet Merkurius = 0,206; Venus = 0,007; Bumi = 0,017 ; Mars = 0,093 ;
Jupiter = 0,048 ; Saturnus = 0,056 ; Uranus = 0,047 ; Neptunus = 0,009 , dan Pluto = 0,249.
Empat planet terdekat dengan matahari, yaitu , Merkurius, Venus, Bumi, Mars disebut
planet dalam dan planet yaitu Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto disebut planet
luar. Pluto merupakan sebuah satelit Neptunus yang terlepas. Anatara orbit Mars dan Jupiter
terdapat sabuk asteroid, yaitu ribuan planet-planet kecil dan pecahan-pecahan yang asalnya
masih diperdebatkan. Semua planet berevolusi (berputar) mengelilingi matahari dalam arah
yang sama. Demikian hal nya juga dengan revolusi bulan mengelilingi bumi dan rotasi bumi
disekitar sumbunya mempunyai arah yang sama. Semua orbit planrt kecuali Merkurius dan
Pluto terletak hamper dalam bidang yang sama. Bidang orbit bumi disebut ekliptika.
Gambar 2.1 Definisi eksentrisitas F
1
dan F
2
: focus elip, k : jarak dua focus dan a : sumbu
panjang elip

B. Asal-usul Terjadinya Tata Surya
1. Tebentuknya Tata Surya
Thales (astronom Yunani) pada abad ke-6 SM berpebdapat bahwa bumi berbentuk
datar, namun pada abad yang sama teori tersebut dipatahkan olek phytagoras yang
menyatrakan bahwa bumi bulat. Kemudian diperkuat oleh Aristoteles dengan pembuktian
bahwa bumi memang bulat (bundar). Aristarchus pada abad ke-3 SM, selain mengatakan
bahwa bumi bulat juga membentukan bahwa bumi bukan pusat alam semesta karena
bumi berputar dan beredar mengelilingi matahari (Heliosentris).
Astronomi klasik pada abad ke-1 SM Hipparchus mengatakan bahwa bumi bulat dan
diam. Matahari dan planet-plenet yang lain itu mengelillingi bumi (teori Geosentris).
Teori Geosentris ini disempurnakan oleh Ptolomeus pada abad ke-2.
Pada tahun 1512 Kopernicus telah berjasa menemukan teori baru dengan
mengembangkan teori-teori yang sudah ada. Kopernicus mengatakan bahwa planet dan
bintang termasuk bumi bergerak mengelilingi matahari dengan orbit berbentuk lingkaran.
Teori ini disempurnakan oleh Kepler yang menyebutkan bahwa matahari adalah pusat
tata surya dan planet mengorbit dengan bentuk elips.
Galileo orang yang berjasa karena menemukan teleskop. Dengan teleskop tidak hanya
memperkuat temuan-temuan para astronom tetapi juga memebuka perkembangan ilmu
astronomi.
2. Teori Tebentuknya Tata Surya
Terbentuknya tata surya memang masih menjadi pertanyaan. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut lalu muncul beberapa teori yang berusaha menjelaskan terbentuknya
tata surya.
a. Teori Turbulensi
Teori Turbulensi yang diusulkan oleh Rene Descrates (1596-1650) merupakan
teori tertua yang membahas tata surya. Dalam bukunya yang berjudul Theorie des
Vortex (1644), ia berpendapat bahwa alam semesta yang berisi eter dan materi
dipenuhi dengan pusaran-pusaran. Pusaran-pusaran materi inilah yang menyebabkan
terjadinya tata surya. Sekarang teori ini sudah tidak dapat diterima lagi, karena tidak
dapat menjelaskan adanya bidang ekliptika.
b. Teori Kondensasi atau Proto Planet
Teori Hipotesis kondensasi ini dikemukan oleh GP. Kuiper (seorang astronom
Belanda) pada tahun 1950. Dalam teori ini menyatakan bahwa sistem tata surya itu
ternyata pada mulanya berupa bola kabut raksasa. Dan di dalam Kabut itu terdiri dari
debu, es, dan gas. Bola kabut ini selanjutnya berotasi sehingga bagian yang ringan
mudah terlempar ke luar, sedangkan bagian yang berat berkumpul di pusatnya. Lama-
kelamaan bola kabut ini membentuk sebuah cakram, perputarannya pun semakin
cepat, dan suhunya pun semakin bertambah. Akhirnya, cakram itu kembali berbentuk
bola gas yang cukup solid hingga terbentuklah Matahari. Bagian tepi cakram yang
berupa gas dan debu mulai bertarikan dan membentuk suatu gumpalan. Selanjutnya,
gumpalan tersebut terlepas dari Matahari dan menyebar ke sekitarnya. Gumpalan-
gumpalan itu disebut protoplanet. Protoplanet lambat laun makin dingin dan padat
sehingga membentuk planet. Protoplanet tetap berotasi di orbitnya dan sambil
berotasi dia juga berevolusi mengelilingi Matahari.

3. Model Tata Surya Copernicus
Benda-benda astronomis memainkan peranan dalam cabang ilmu cabang cabang ilmu
geofisika. Matahari adalah sumber energy dan cahaya diplanet bumi. Atrakasi
gravitasional satelit bumi(bulan) menyebabkan pasang surut osean(laut). Lebih dari 2000
tahun yang lalufakta nyata bahwa bintang, planet dan juga bulan semua bergerak
menglilingi bumi, telah diterima sebagai dasar model geosentris (pusat-bumi) tata surya.
Gerak semu planet, bulan dan matahari relative terhadap bintang dan terhadap satu sama
lain dijelaskan secara hamper lengkap dalam teori geosentris Hipparchus pada tahun kira-
kira 140 Sebelum Masehi, Hipparchus adalah ahli astronomi terbesar dalam Yunani
Kuno. Selanjutrnya teori tersebut dikembangkan oleh Claudius Ptolemous sekitar tahun
150 T.M dan biasanya disebut teori Ptolemaic.
Ptolemy menyatakan bahwa semua objek bergerak relatif terhadap bumi. Dan teori ini
dipercaya selama hampir 1400 tahun. Tapi teori geosentrik mempunyai kelemahan, yaitu
Matahari dan Bulan bergerak dalam jejak lingkaran mengitari Bumi, sementara planet
bergerak tidak teratur dalam serangkaian simpul ke arah timur. Untuk mengatasi masalah
ini, Ptolemy mengajukan dua komponen gerak. Yang pertama, gerak dalam orbit
lingkaran yang seragam dengan periode satu tahun pada titik yang disebut deferent.
Gerak yang kedua disebut epycycle, gerak seragam dalam lintasan lingkaran dan berpusat
pada deferent.


a. Helosentris dan Perkembangannya
Bumi adalah tempat manusia berpijak dan merupakan satu hal yang sangat erat
kaitannya dengan kehidupan kita oleh karena itu maka tidak aneh beila ilmu tentang
bumi berkembang sejak dulu kala. Begitu juga dengan matahari yang merupakan
sumber cahaya bagi manusia dan makhluk lainnya di muka bumi ini.
Pembicaraan tentang bumi dan matahari adalah pembicaraan yang sangat menarik
sejak zaman dahulu kala. Perbicaraan ini sudah dimulai semenjak zaman Pra-Sains
ketika para filosofi di berbagai macam peradaban seperti Mesir, Mesopotamdia, India
dan peradaban-peradaban awal di bumi yang mengungkapkan pendapat mereka
tentang bumi mulai dari bentuknya yang banyak mengandung nilai spirit begitu juga
tentang matahari dan benda-benda langit lain yang tentunya sangat kenral dengan
nilai spiritual dan pekembangan budaya di tempat ilmu itu berkembang
Perkembangan Heliosentris tidak akan pernah lepas darai berkembangnya
geosentris yang semenjak zaman pra-sains selalu menjadi perdebatan di kalangan
filosofi ataupun ilmuan di berbagai macam tempat. Pandangan geosentris zaman pra-
sains diungkapkan oleh para ilmuan Yunani seperti Anaximander, Phytagoras,
Eudoxus, Hipparchus Klaudiusz Ptolemeusz dan Aristoteles yang menyatakan faham
mereka tentang geosentris yaitu bahwa bumi dan manusia adalah pusat dari tata surya
dan planet serta benda-benda langit lainnya bergerak mengelilingi bumi termasuk
matahari. Pendapat ini diyakini oleh sebagian besar ilmuan zaman itu walaupun pada
zaman ini sudah ada ilmuan yang mengungkapkan tentang teori heliosentris yaitu
Aristachus di Mesir.
Klaudiusz Ptolemeusz mengungkapkan fahamnya tentang
pandangangeosentrisnya pada sebuah karyanya yaitu "Megale syntaksis". Pada
karyanya ini Ptolemeuszz mengungkapkan bahwa bumi merupakan pusat dari tata
surya, planet dan matahri bergerak mengelilingi bumi secara seragam dengan lintasan
melingkar yang semakin dekat lingkarannya semakin kecil.
Pemahaman geosentris ini terus bertahan sampai diterjemahkan ke banyak bahasa
salah satunya diterjemahkan ke bahasa arab yang kemuddian dipelajari oleh ilmuan
ilmuan muslim di sana. Mereka banyak mengkeritik pandangan geosentris yang
tertera pada karya besar Ptolemeusz yang berjudul Almagest pada abad ke-8 M, salah
satunya buku tersebut dikeritik oleh Al-Farghani pada abad ke-9 M telah
mengkoreksi data-data dan cara-cara perhitungan astronomis yang lebih akurat dan
ilmdiah daripada Ptolemeusz. Pada abad yang sama Tsabit ibn Qurrah juga
mengkoreksi sistem bola langit Ptolemeusz.
Kemuddian Al-Battani pada abad ke-10 M telah sampai pada upaya mengkoreksi
dan mengkritik konsep-konsep dasar sistem astronomi Ptolemeuszz, kemuddian dia
merenovasi astronomi Ptolemus yang statis menjadi astronomi dinamis sehingga
karya-karyanya masih dikutip oleh para astronom terkemuka Eropa sampai abad ke-
18 M. Selain itu Ibn al-Haitsam pada abad ke-11 M telah melukiskan gerak planet
dalam suatu model non-Ptolemeusz, dia juga menggugat tafsiran Ptolemeusz
terhadap langit-langit sebagai bentuk-bentuk geometris abstrak belaka. Al-Biruni juga
pada abad ke-11 telah mengajukan untuk pertama kalinya dalam dundia astronomi
mengenai gerak bumi mengelilingi matahari, dan telah membahas pula kemungkinan
rotasi bumi di sekeliling sumbunya.
Akhirnya ilmuan muslim yang paling fenomena Nashiruddin al-Thusi pada abad
ke-13M mendirikan observatorium di Maragha, yang menurut Nasr, menjadi
jembatan penghubung perkembangan astronomi Islam dengan astronomi Eropa.
Observatorium ini memiliki instrumen-instrumen astronomis yang sangat maju dan
lengkap pada masanya, dan menjadi pusat ilmdiah yang masyhur di kalangan sarjana
di Timur dan Barat. Al-Thusi mengajukan model planet yang baru, yang non-
Ptolemeusz. Salah satu temuan ilmdiahnya ddiabadikan hingga sekarang dengan
istilah Tusi couple (pasangan Tusi). Model planet baru al-Thusi itu memang
diteruskan dan diselesaikan oleh murid-muridnya seperti Ibn Syathir dan Quthbuddin
al- Syirazi. Teori yang dimaksud adalah teori heliosentris yang kita kenal sekrang.
Namun ilmuan yang lebih kita kenal sebagai orang yang menyatakan pandangan
heliosentris secara eksperimen adalah Nicolas Copernicus. Dia adalah seorang
agamawan yang bekerja sambilan sebaga ilmuan di gereja dia juga sudah
mempelajari penemuan-penemuan filosof Yunani sebelumnya tentang pandangan
geosentris. Copernikus mengungkapkan pandangannya melalui karyanya yaitu De
Revolutionibus Orbium Coelestium (Tentang Revolusi Bulatan Benda-benda Langit)
pada abad ke-15, yang melukiskan teorinya secara terperinci dan mengedepankan
pembuktdian-pembuktdiannya. Untuk menghindari kontroversi yang terjadi di pihak
gereja maka pada kata pengantar buku ini Copernikus menyampaiakan bahwa buku
ini hanya merupakan pemapara model tata surya secara matematis.
Dalam buku itu Copernicus mengatakan bahwa bumi berputar pada porosnya,
bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, serta planet-planet lain
semuanya berputar mengelilingi matahari. Tapi, seperti halnya para pendahulunya,
ddia membuat perhitungan yang serampangan mengenai skala peredaran planet
mengelilingi matahari dan pada karyanta ini juga dia masih menyebutkan bahwa
lintasan planet-planet itu berbentuk bulat. Copernikus juga menyampaikan
keberatannya tentang possi merkurius dan venus pada pandangan geosentris.
Ide yang disampaikan oleh Copernikus ini banyak memiliki kesamaan dengan ide
yang disampaikan oleh Nashiruddin Al-Thusi, ada ilmuan yang menyebutkan bahwa
sebenarnya Al-Thusi lah sebenarnya yang pertama kali menyampaikan pendapatnya
tentang heliosentris secara ilmiah dan Copernikus hanyalah menjiplak apa yang
ditemukannya, tetapi karena faktor sejarah Copernikus lebih dikenal sebagai pencetus
walaupn Aristachus jauh-jauh hari juga telah menyampaikan pendapatnya tentang
heliosentris, tapi apa yang dismapaikan oleh Aristachus ini tidak didukung oleh bukti-
bukti ilmiah yang kuat.

b. Kontroversi Teori Heliosentris oleh Nicolaus Coprnicus
Copernicus menggunakan tahun-tahun terakhir kehidupannya untuk memperbaiki
dan melengkapi berbagai argumen dan rumus matematika yang menopang teorinya.
Lebih dari 95 persen dokumen akhir itu memuat perincian teknis yang mendukung
kesimpulannya. Dokumen tulisan tangan orisinal ini masih ada dan disimpan di
Universitas Jagiellonian di Krakw, Polandia. Dokumen ini tidak berjudul. Oleh
karena itu, astronom Fred Hoyle menulis, "Kita benar-benar tidak tahu bagaimana
Copernicus ingin menamai bukunya I tu".
Bahkan sebelum karya itu diterbitkan, isinya telah membangkitkan minat.
Copernicus telah menerbitkan sebuah rangkuman singkat tentang gagasannya dalam
sebuah karya yang disebut Commentariolus. Alhasil, laporan tentang penelitiannya
sampai ke Jerman dan Roma. Pada awal tahun 1533, Paus Klemens VII mendengar
tentang teori Copernicus. Dan, pada tahun 1536, Kardinal Schnberg menyurati
Copernicus, mendesak dia untuk menerbitkan catatan lengkap gagasannya. Georg
Joachim Rhticus, seorang profesor di Universitas Wittenberg di Jerman, begitu
penasaran oleh karya Copernicus sampai-sampai ia mengunjungi Copernicus dan
akhirnya menghabiskan waktu bersamanya selama dua tahun. Pada tahun 1542,
Rhticus membawa pulang sebuah salinan manuskrip itu ke Jerman dan
menyerahkannya kepada seorang tukang cetak bernama Petraeius dan seorang juru
tulis sekaligus korektor tipografi bernama Andreas Osiander.
Osiander menjuduli karya itu De revolutionibus orbium coelestium (Mengenai
Perputaran Bola-Bola Langit). Dengan mencantumkan frasa bola-bola langit,
Osiander menyiratkan bahwa karya itu dipengaruhi oleh gagasan Aristoteles.
Osiander juga menulis kata pengantar anonim, yang menyatakan bahwa hipotesis
dalam buku itu bukanlah artikel tentang iman dan belum tentu benar. Copernicus
tidak menerima salinan dari buku yang dicetak itu, yang diubah dan dikompromikan
tanpa seizinnya, sampai hanya beberapa jam sebelum kematiannya pada tahun 1543.

4. Hukum Kepler, Hukum Bode, Hukum Newton
a. Hukum Kepler
Walaupun Copernicus telah menerbitkan tulisannya tentang TeoriHeliosentrik,
tidak semua orang setuju dengannya. Salah satunya,Tycho Brahe (1546-1601) dari
Denmark yang mendukung teorimatahari dan bulan mengelilingi bumi sementara
planet lainnyamengelilingi matahari. Tahun 1576, Brahe membangun
sebuahobservatorium di pulau Hven, di laut Baltic dan melakukan penelitiandisana
sampai kemudian ia pindah ke Prague pada tahun 1596.Di Prague, Brahe
menghabiskan sisa hidupnya menyelesaikan tabelgerak planet dengan bantuan
asistennya Johannes Kepler (1571-1630). Setelah kematian Brahe, Kepler menelaah
data yangditinggalkan Brahe dan menemukan bahwa orbit planet tidak
sirkularmelainkan elliptik. Keepler kemudian tiga hokum gerak orbit :
Planet bergerak dalam orbit ellips mengelilingi matahari sebagai pusat system
Radius vektor menyapu luas yang sama dalam interval waktu yang sama.
Kuadrat kala edar planet mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga
jarak rata-rata dari matahari.

1) Hukum I Kepler
Lintasan planet mengelilingi Matahari berbentuk elips dimana matahari
terletak pada salah satu titik api (focus ). Hukum ini menjelaskan bahwa jarak
planet- planet ke matahari tidak selalu sama. Ada kalanya,planet-planet berada
pada jarak terdekatnya terhadap matahari (perihelium ), dan terkadang planet
beradapada jarak terjauhnya terhadap matahari (aphelium ).

Gambar Hukum I Kepler
Persamaan elips dalam hokum keepler I adalah :
( )


Keterangan=
E = eksentrisitas, perbandingan antara dua focus dengan diameter panjang elip
E = 0, orbit lingkaran
e
bumi
= 0,017, medekati lingkaran

2) Hukum II Kepler
Garis yang menghubungkan planet dan matahari selama revolusi planet
tersebut melewati bidang yang sama luasnya, dalam jangka waktu yang sama.
Hukum ini memberikan penjelasan bahwa planet beredar mengelilingi matahari
dengan kecepatan tidak tetap. Pada saat planet berada pada jarak terdekatnya
dengan matahari, planet akan bergerak dengan cepat. Sementara saat berada pada
jarak terjauh dengan matahari, planet bergerak dengan lambat. Hukum II Kepler
mendekati gagasan tentang gravitasi tanpa memberikan penjelasan dengan tegas,
karena perubahan kecepatan berfungsi untuk menyeimbangkan gaya gravitasi
planet terhadap gaya gravitasi mataharI.Dalam keadaan jarak terdekat ke
matahari, gravitasi matahari sangat besar, sehingga planet menyeimbangkannya
dengan pergerakan yang lebih cepat agar planet tidak jatuh ke matahari.
Demikian juga pada saat planet berada pada jarak terjauh, agar planet tidak
melepaskan diri dari gravitasi matahari, maka planet bergerak lambat.
Luas (ds) yang dilintasi oleh garis penghubung antara planet dan matahari
dalam interval waktu yang sama adalah sama. Hukum ini menyatakan kecepatan
orbit tidak uniform.
Hukum Kepler II:

()
Akibat planet bergerak lebih cepat dalam orbitnya jika deket dengan matahri
(perihelion) dibandingkan jika planet berada di aphelion yaitu jarak terjauh
dengan matahari. Kecepatan planet berbanding terbalik dengan jarak antara
aphelion dan perihelion.

Gambar Hukum II Kepler



3) Hukum III Kepler
Pangkat dua waktu revolusi planet berbanding lurus dengan pangkat tiga jarak
rata-rata dari matahari. Jika waktu revolusi planet= P, dan jarak rata-rata planet ke
Matahari= J, maka Hukum III Kepler dapat dinyatakan dalam rumus pada kolom
di samping dengan c merupakan bilangan konstan yang besarnya tergantung
satuan yang digunakan. Jika P menggunakan satuan tahun dan J menggunakan
satuan ukuran SA ( satuan astronomi ) , maka c=1. Dengan perbandingan
antara P dan J seperti pada rumus tersebut, dimana c bernilai 1, maka untuk semua
planet berlaku perbandingan seperti pada kolom di samping. Dengan demikian,
dengan menggunakan hukum ini dapat dicari berapa jarak rata-rata planet ke
matahari atau berapa waktu revolusi planet jika salah satu konstan diketahui.

Gambar Hukum III Kepler
Rasio kubik jika rata-rata planet-matahari(d) dengan kuadrat periode
revolusinya (T) terhadap matahari adalah sama untuk semua planet :

()
Hukum Kepelr III menyatakan hubungan jarak planet-matahari dalam periode
revolusi yang berkisar antara 88 hari untuk planet terdekat Merkurius sampai 284
tahum untuk planet terjauh Pluto.
Jika bumi sebagai acuan, maka jarak bumi matahari sebesar 150x10
6
km
disebut satuan astronomi (SA) atau astronomi unit (AU), dan periode revolusi
bumi satu tahun, maka konstanta C=1 dan persamaaan hokum kepler III menjadi:


Keterangan :
d : jarak rata-rata planet-matahari dalam SA
T : periode revolusi planet dalam satuan tahun

b. Tafsiran Newton Terhadap Hukum Keepler
1) Tafsiran Newton Terhadap Hukum I Keepler

Ketika F
G
> Fs, maka P akan mendekati M, sehingga v bertambah dan R
mengecil. Akibatnya FS akan membesar, sampai F
S
> F
G.
Agar P tidak
meninggalkan orbitnya, maka P bergerak menjauh, sehingga FS mengecil kembali
sampai F
S
< F
G
. Proses ini berulang terus, R selalu berubah-ubah, tetapi P tetap
dalam satu orbit. Hal ini hanya bisa terjadi kalau orbitnya berbentuk elips.

Solusi dari persamaan sistim dua benda m
1
and m
2
adalah:

)( )
(Irisann kerucut dengan bidang datar)

2) Tafsiran Newton Terhadap Hukum II Keepler


3) Tafsiran Newton Terhadap Hukum III Keepler


Keadaan Fisis Planet

No Planet Jarak
(SA)
Perioda
(Tahun)
Diameter
(km)
Massa
(x m
g
)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
Merkurius
Venus
Bumi
Mars
Jupiter
Saturnus
Uranus
Neptunus
Pluto
0,387
0,723
1,000
1,523
5,203
9,538
19,182
30,058
39,527
0,241
0,613
1,000
1,98
11,86
29,86
84,01
164,8
248,5
4.880
12.112
12.750
6.800
143.000
121.000
52.000
48.600
6.000
0,055
0,812
1,000
0,107
317,9
95,2
14,6
17,2
0,0024



c. Hukum Titius-Bode
Hukum yang memudahkan mengingat jarak antara planet-planet ke matahari ini
pertama kali dikemukakan oleh Titius. Kemudian hukum ini dipopulerkan oleh Bode.
Karena itulah hukum ini dikenal sebagai Hukum Titius- Bode. Hukum Titius-Bode :
Jarak antara planet ke Matahari dapat dihitung dengan menggunakan deret ukur
sebagai berikut : 0,3,6,12,24,48, dan seterusnya dengan menambahkan bilangan 4
pada tiap-tiap suku deret itu, kemudian setelah itu dibagi masing- masing 10. Dengan
cara tersebut dapat digambarkan jarak antara masing-masing planet dengan matahari
berdasarkanHukum yang memudahkan mengingat jarak antara planet-planet ke
matahari ini pertama kali dikemukakan oleh Titius. Kemudian hukum ini
dipopulerkan oleh Bode. Karena itulah hukum ini dikenal sebagai Hukum Titius-
Bode.

Gambar Hukum Titus Bode

d. Hukum Newton
Penemuan teleskop pada tahun 1610 dan terutama karya ilmiah Galileo (1564-
1642) mempercepat perkembangan astronomi dan menepatkan model heliosentris
dalam tata surya. Dalam hokum kepler makam Isac Newton mengemukakan hokum
gravutasi universal yang menyatakan bahwa gaya gravitasi antara dua benda
sebanding dengan hasil kali massa kedua benda dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara kedua benda tersebut. Karya newton menujukan bahwa hukum
Kepler diturunkan secara empiris, tetapi sesuai dengan hokum-hukum fundamental
gerak.
Newton bersama kawannya waktu sedang minum-minum tek kejatuhan buah apel.
Ia berfikir kenapa apel bias jatuh sedangakan planet tidak.hukum newton tentang
gravitasi universal, meyatakan bahwa gaya tarik antara dua benda yang mempunyai
massa m
1
dan m
2
dan berjaral r adalah:


Keterangan:
F : gaya tarik dalam newton
m1, m2 : massa benda 1 dan benda 2 (kg)
r : jarak kedua benda (m)
G : konstanta universal = 6,67 x 10
-11
Nm
2
/kg
Mengapa apel dapet jatuh sedangkan bulan tidak jatuh ke bumi dan planet-planet
tidak jatuh atau mendekati matahari, meskipun diratik oleh matahari. Jawabannya
adalah planet-planet bergerak mengelilingi matahari dengan kecepatan v, sehingga
timbul gaya sentrifugal yang menyeimbangi tarik matahari.
Gaya tarik antara matahari dan planet, adalah:


M adalah massa matahari dan m
p
adalah massa planet.
Gaya sentrifugal karena planet planet bergerak melingkar dengan kecepatan v
adalah :


Dalam orbit planet dianggap lingkaran
Jika gaya tarik F
1
diimabangi oleh gaya sentrifugal F
2
, maka:
F
1
=F
2
Atau


Gaya tarik F
1
berarah kedalam sehingga bertindak sebagai gaya sentripetal.
Persamaan tersebut menujukan bahwa :
Kuadrat kecepatan planet (V
2
) berbanding terbalik dengan jarak planet
matahari, ini berarti semakin dekat dengan matahari, gerak palnet semaikin cepat
(sesuai hukum II Keepler)
Jika percepatan planet V=0, maka gatya sentrifugalnya F
2
=0, tetapi gaya tarik
F
1
0, sehingga planet akan jatuh ke matahari.



C. Astronomi
Astronomi ialah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit
(seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta fenomena-
fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi latar belakang kosmik
(radiasi CMB)). Ilmu ini secara pokok mempelajari pelbagai sisi dari benda-benda langit
seperti asal-usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak dan bagaimana pengetahuan
akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta.
Cukup banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut disertakan sebagai bagian dari
astronomi, dan apabila diperhatikan, sifat cabang-cabang ini sangat beragam: dari astrometri,
pelayaran berbasis angkasa, astronomi observasional, sampai dengan penyusunan kalender
dan astrologi. Meski demikian, dewasa ini astronomi profesional dianggap identik dengan
astrofisika.
Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang: astronomi
observasional dan astronomi teoretis. Yang pertama melibatkan pengumpulan data dari
pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian akan dianalisis menggunakan prinsip-
prinsip dasar fisika. Yang kedua terpusat pada upaya pengembangan model-model
komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat benda-benda langit serta fenomena-fenomena
alam lainnya. Adapun kedua cabang ini bersifat komplementer astronomi teoretis
berusaha untuk menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi observasional, dan astronomi
observasional kemudian akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan yang dibuat oleh
astronomi teoretis.
Astronom-astronom amatir telah dan terus berperan penting dalam banyak penemuan-
penemuan astronomis, menjadikan astronomi salah satu dari hanya sedikit ilmu pengetahuan
di mana tenaga amatir masih memegang peran aktif, terutama pada penemuan dan
pengamatan fenomena-fenomena sementara.
1. Penciptaan Alam Semesta
Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:
"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)
Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu
pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa
keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada
sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang
dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar
tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik
tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya
penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan
bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana
materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara
metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli
fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada
tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini
merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi
fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.
2. Pemisahan Langit dan Bumi
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman?" (Al Qur'an, 21:30)
Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk
merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami
pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa
sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari
"ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu
peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.
Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut,
langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa")
satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big
Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan
kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah diciptakan,
juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik
tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang
dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut,
bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan
kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh
menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.


Gambar ini menampakkan peristiwa Big Bang,
yang sekali lagi mengungkapkan bahwa Allah
telah menciptakan jagat raya dari ketiadaan. Big
Bang adalah teori yang telah dibuktikan secara
ilmiah. Meskipun sejumlah ilmuwan berusaha
mengemukakan sejumlah teori tandingan guna
menentangnya, namun bukti-bukti ilmiah malah
menjadikan teori Big Bang diterima secara
penuh oleh masyarakat ilmiah.


3. Mengembangnya Alam Semesta
Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih
terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-
benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)
Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam
Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut
digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam
semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang
dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu
pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala
tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan
dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki
permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi
Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam
semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929.
Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika,
menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah
alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti
bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan
di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang.
Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini
dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan
alam semesta.

Sejak terjadinya peristiwa Big Bang,
alam semesta telah mengembang secara
terus-menerus dengan kecepatan maha
dahsyat. Para ilmuwan menyamakan
peristiwa mengembangnya alam semesta
dengan permukaan balon yang sedang
ditiup.

4. Garis Edar
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa
masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak
dalam garis edar tertentu:
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan
astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak
dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega
dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh
kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan
satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya,
semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini,
dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)
Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari
hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian
besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam
garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-
masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan
yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak
bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.



Sebagaimana komet-komet lain di alam raya,
komet Halley, sebagaimana terlihat di atas, juga
bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya
yang telah ditetapkan. Komet ini memiliki garis
edar khusus dan bergerak mengikuti garis edar
ini secara harmonis bersama-sama dengan
benda-benda langit lainnya

Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-
galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang
terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini
memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati
bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya
saling bersentuhan.
Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop
masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan
kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu
tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi
lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini
dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu:
karena Al Qur'an adalah firman Allah.














Semua benda langit termasuk planet, satelit yang
mengiringi planet, bintang, dan bahkan galaksi,
memiliki orbit atau garis edar mereka masing-
masing. Semua orbit ini telah ditetapkan
berdasarkan perhitungan yang sangat teliti
dengan cermat. Yang membangun dan
memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah,
Pencipta seluruh sekalian alam.

5. Atap yang Terpelihara
Dalam Al Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik
tentang langit:
"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka
berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al Qur'an,
21:32)
Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20.
Atmosfir yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan.
Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka mendekati
bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup.
Atmosfir juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan.
Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak berbahaya
dan berguna, - seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan gelombang radio. Semua
radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultraviolet tepi, yang hanya
sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan bagi
kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat yang
dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian kecil dan
penting saja dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.


Kebanyakan manusia yang memandang
ke arah langit tidak pernah berpikir
tentang fungsi atmosfir sebagai
pelindung. Hampir tak pernah terlintas
dalam benak mereka tentang apa jadinya
bumi ini jika atmosfir tidak ada. Foto di
atas adalah kawah raksasa yang
terbentuk akibat hantaman sebuah
meteor yang jatuh di Arizona, Amerika
Serikat. Jika atmosfir tidak ada, jutaan
meteorid akan jatuh ke Bumi, sehingga
menjadikannya tempat yang tak dapat
dihuni. Namun, fungsi pelindung dari
atmosfir memungkinkan makhluk hidup
untuk melangsungkan kehidupannya
dengan aman. Ini sudah pasti
perlindungan yang Allah berikan bagi
manusia, dan sebuah keajaiban yang
dinyatakan dalam Al Qur'an.

Fungsi pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi
bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat
celcius di bawah nol.
Tidak hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir,
Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi,
juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet kita.
Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya,
sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan
energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali pada
matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.
Dr. Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita:
Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita.
Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan
medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa
radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika
lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat berlangsung di
Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan memiliki medan magnet
adalah Merkurius - tapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi.
Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung
Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi.
Energi yang dipancarkan dalam satu jilatan api saja, sebagaimana tercatat baru-baru ini,
terhitung setara dengan 100 milyar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan di
Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut, teramati bahwa jarum
magnetik kompas bergerak tidak seperti biasanya, dan 250 kilometer di atas atmosfir
bumi terjadi peningkatan suhu tiba-tiba hingga mencapai 2.500 derajat celcius.
Singkatnya, sebuah sistem sempurna sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia
melingkupi bumi kita dan melindunginya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Para
ilmuwan baru mengetahuinya sekarang, sementara berabad-abad lampau, kita telah
diberitahu dalam Al Qur'an tentang atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan
pelindung.

Energi yang dipancarkan oleh sebuah letusan pada Matahari sungguh amat dahsyat sehingga sulit
dibayangkan akal manusia: Letusan tunggal pada matahari setara dengan ledakan 100 juta bom atom
yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Bumi terlindungi dari pengaruh merusak akibat pancaran
energi ini. The magnetosphere layer, formed by the magnetic field of the Earth, serves as a shield
protecting the earth from celestial bodies, harmful cosmic rays and particles. In the above picture, this
magnetosphere layer, which is also named Van Allen Belts, i

D. Sistem Dua Benda Langit
Gerak planet mengitari matahari,satelit yang mengelilingi bumi dan bintang-bintang yang
mengitari pusat galaksi, diatur oleh gaya sentral yang bekerja sepanjang garis lurus yang
menghubungkan benda langit terhadap sumber gaya tersebut. Aturan untuk menerangkan
gaya sentral ini lazim disebut hukum gravitasi Newton, Gaya tarik menarik antara dua titik
massaadalah berbanding lurus dengan hasil kali massa mereka serta berbanding terbalik
denganjarak kuadratnya. Dinyatakan dalam pernyataan, Hukum Newton


Dengan G = konstanta gravitasi
r = jarak m1 ke m2
Satuan yang dipilih mengikuti aturan berikut;
1. Jika m dalam gram dan r dalam sentimeter maka G=6,67 10
-8
cgs
2. Jika m dalam massa matahari dan r dalam satuan astronomi maka nilai G adalah 0,017202
(disebut konstanta Gauss, simbol, k)

Berikut didefinisikan beberapa besaran vektor;
Momentum linier (vektor) : massa kali kecepatanp = mv
Momentum sudut (vektor) adalah jarak kali momentum linier
L = r xmv
Momen/Torque/torka(vektor): jarak kali gaya

N = r x F

E. Pengaruh Gravitasi Bumi
Semua benda di lama semesta ini memiliki massa, sehingga juga memiliki gravitasi.
Selain memiliki gravitasi, juga memiliki medan gravitasi yang saling mempengaruhi satu
sama lainnya. Contohnya pengaruh gravitasi matahari dan gravitasi bumi mengakibatkan
revolusi bumi agar bumi tidak tertarik ke dalam matahari, begitu juga pengaruh gravitasi
bumi dan bulan, mengakibatkan bulan mengelilingi bumi.
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai
massa di alam semesta.Contoh : Sebuah apel jatuh ke tanah diakibatkan oleh gaya gravitasi
bumi yang menarik apel tersebut ke pusat gravitasi bumi. Gaya gravitasi ini menarik benda-
benda disekitarnya menuju pusat gravitasi.

Pengaruh Gaya Gravitasi Matahari dan Gravitasi Bumi
Nilai gravitasi matahari adalah 27.94 G (nilai G yang diakui sekarang = 6,67 x 10
-11

Nm
2
/kg
2
(kekuatan gravitasi bumi)), yaitu sekitar 28 kali kekuatan gravitasi bumi. Dengan
percepatan gravitasi permukaan yaitu = 274.0 m/s2, dibanding kan bumi = 9.8 m/s2.
Pengaruh gaya gravitasi matahari dan gravitasi bumi mengakibatkan bumi berputar pada
porosnya (berotasi) dan bumi mengelilingi matahari (berevolusi). Gravitasi matahari menarik
bumi ke pusat matahari, sedang gaya gravitasi bumi tetap mempertahankan posisi bumi,
sehingga menghasilkan gaya sentrifugal yang membuat bumi berputar pada porosnya dan
mengelilingi matahari agar tidak tertarik ke pusat gravitasi matahari atau tetap berada pada
orbitnya.

Pengaruh Gaya Gravitasi Bumi dan Gravitasi Bulan
Nilai gravitasi bulan adalah 17% G (1 G = kekuatan gravitasi bumi), yaitu sekitar 0,17
kali kekuatan gravitasi bumi. Dengan percepatan gravitasi permukaan yaitu = 1,6 m/s2,
dibanding kan bumi = 9.8 m/s2.Gravitasi bumi menarik bulan ke pusat bumi, sedang gaya
gravitasi bulan tetap mempertahankan posisi bulan, sehingga menghasilkan gaya sentrifugal
yang membuat bulan berputar pada porosnya dan mengelilingi bumi agar tidak tertarik ke
pusat gravitasi bumi atau tetap berada pada orbitnya.
Pengaruh gaya gravitasi bumi dan bulan adalah pasang-surut air laut. Gaya gravitasi
bulan menarik air laut ke arah bulan sehingga memengaruhi ketinggian ombak dan
permukaan laut. Karena bulan mengitari bumi, maka akan ada saat di mana satu sisi dari
bumi lebih dekat dengan bulan. Bagian yang dekat dengan bulan inilah yang akan mengalami
air laut pasang, sedangkan bagian lainnya yang tidak dekat dengan bulan mengalami air laut
surut. Pasang-surut air laut juga berkaitan dengan fase bulan. Biasanya, air laut akan
mengalami pasang tinggi pada saat bulan purnama.
Selain itu juga, pengaruh gaya gravitasi bumi dan bulan adalah menjauhnya bulan dari
bumi sekitar 3,8 cm tiap tahun.

F. Pasang Surut
Pasang dan surut air taut dipengaruhi oleh gaya gravitasi atau gaya tarik bulan dan
matahari. Bulan yang lebih dekat dengan bumi mempunyai pengaruh yang lebih besar pada
pasang dan surutnya air laut dibandingkan dengan pengaruh gravitasi matahari.Pasang dan
surut terbesar terjadi pada saat bulan baru dan bulan pumama karena pada saat itu, matahari,
bulan, dan bumi berada dalam bidang segaris.Pasang terendah terjadi pada saat bulan
perbani.Oleh karena itu, pasang terendah disebut juga pasang perbani.Ketika pasang perbani,
pasang terjadi serendah-rendahnya karena kedudukan matahari dan bulan terhadap bumi
membentuk sudut 90 derajat. Oleh karena itu, gravitasi bulan dan matahari akan sating
memperlemah. Perbedaan tinggi air pada saat pasang dan surut di laut terbuka mencapai 3 m.
Tetapi, di tempat-tempat sempit seperti di selat atau di muara sungai, perbedaan tinggi air ini
dapat mencapai 16 m. Bumi yang diselubungi air laut akan sangat dipengaruhi oleh gaya
gravitasi bulan. Akibatnya, daerah yang berhadapan dengan bulan akan mengalami pasang,
sedangkan daerah yang tegak lurus terhadap kedudukan bulan akan mengalami surut.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil
dari matahari, gaya tarik gravitasi bulandua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari
dalam membangkitkan pasangsurut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak
matahari ke bumi. Gayatarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan
menghasilkan dua tonjolan (bulge)pasang surut gravitasional di laut.Lintang dari tonjolan
pasangsurut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang
orbital bulan dan matahari.Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut
berdasarkan teorikesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan
terhadapmatahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori
dinamisadalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis),
dangesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapatmempengaruhi
pasang surut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut.
Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan
mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan
bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara,
gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin ( Gross, 1990).
Menurut Bishop (1984), gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air
adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya
sentrifugal.Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen
yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang karena fluida
dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja dalam
pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien
tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan pasang surut.
Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas permukaan,
sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan, yang
memberikan pergerakan air dari yang kecil kearah perambatan gelombang sehingga
terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang
bekerja pada permukaan laut, dan semakin besar aruspermukaan. Dalam proses gesekan
antara angin dengan permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air
laminar dan pergerakan air turbulen (Supangat,2003).
Gaya Viskositas pada permukaan laut ditimbulkan karena adanya pergerakan angin pada
permukaan laut sehingga menyebabkan pertukaran massa air yang berdekatan secara
periodik, hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan pada fluida. Gaya viskositas dapat
dibedakan menjadi dua gaya yaitu viskositas molecular dan viskositas eddy. Gesekan dalam
pergerakan fluida hasil dari transfer momentum diantara bagian-bagian yang berbeda dari
fluida. Dalam pergerakan fluida dalam aliran laminer, transfer momentum terjadi hasil
transfer antara batas yang berdekatan yang disebut viskositas molekular. Di permukaan laut,
gerakan air tidak pernah laminer, tetapi turbulen sehingga kelompok-kelompok air, bukan
molekul individu, ditukar antara satu bagian fluida ke yang lain. Gesekan internal yang
dihasilkan lebih besar dari pada yang disebabkan oleh pertukaran molekul individu dan
disebut viskositas eddy.
Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan membelokan arah
angin dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagai akibat dari perputaran bumi pada
porosnya.Gaya Coriolis ini yang membelokan arus dibagian bumi utara kekanan dan
dibagian bumi selatan kearah kiri. Pada saat kecepatan arus berkurang, maka tingkat
perubahan arus yang disebabkan gaya Coriolis akan meningkat. Hasilnya akan dihasilkan
sedikit pembelokan dari arah arus yang relaif cepat dilapisan permukaan dan arah
pembelokanya menjadi lebih besar pada aliran arus yang kecepatanya makin lambat dan
mempunyai kedalaman makin bertambah besar. Akibatnya akan timbul suatu aliran arus
dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada lapisan-lapisan perairan
akan dibelokan arahnya. Hubungan ini dikenal sebagai Spiral Ekman, Arah arus
menyimpang 450 dari arah angin dan sudut penyimpangan.bertambah dengan bertambahnya
kedalaman (Supangat, 2003).

G. Peroide Orbit
Periode orbit adalah waktu yang diperlukan bagi suatu benda untuk melakukan satu orbit
penuh mengitari benda lain.Jika disebutkan tanpa mendalami astronomi, maka rujukannya
adalah periode sidereal suatu benda astronomis, yang dihitung terhadap bintangnya. Ada
beberapa jenis periode orbit untuk benda-benda yang mengitari Matahari (atau benda langit
lainnya):
Periode sidereal adalah siklus sementara yang dibutuhkan suatu benda untuk
melakukansatu orbit penuh relatif terhadap bintangnya. Ini dianggap sebagai periode orbit
sejatibenda tersebut.
Periode sinodis adalah interval sementara yang dibutuhkan suatu benda untuk muncul
kembali di titik yang sama relatif terhadap dua benda lain (node linier), contohnya ketika
Bulan relatif terhadap Matahari dilihat dari Bumi kembali ke fase iluminasi yang sama.
Periode sinodis adalah waktu yang berlangsung antara dua konjungsi berturut-turut dengan
garis Matahari-Bumi dalam urutan linier yang sama. Periode sinodis berbeda dari periode
sidereal karena Bumi mengorbit Matahari.
Periode drakonitik atau periode drakonik adalah waktu yang berlangsung antara dua
perlintasan benda melalui node menaiknya, titik orbitnya tempat benda tersebut melintasi
ekliptika dari belahan selatan ke utara. Periode ini berbeda dari periode sidereal karena kedua
bidang orbit benda dan bidang ekliptika berpresesi terhadap bintang tetap, sehingga
persimpangan mereka, yaitu garis node, juga berpresesi terhadap bintang tetap. Meski bidang
ekliptika sering bersifat tetap di posisi yang ia tempati pada epos tertentu, bidang orbit benda
tersebut masih berpresesi dan mengakibatkan periode drakonitik berbeda dari periode
sidereal.
Periode anomalistik adalah waktu yang berlangsung antara dua perlintasan benda di
periapsis-nya (pada planet di tata surya, disebut perihelion), titik pendekatan terdekatnya
terhadap benda yang menariknya. Periode ini berbeda dari periode sidereal karena sumbu
semimayor benda berjalan dengan sangat lambat.
Periode tropis Bumi (atau disebut juga "tahun") adalah waktu yang berlangsung antara
dua penjajaran sumbu rotasinya dengan Matahari, juga dilihat sebagai dua perlintasan benda
di asensio rekta nol. Satu tahun Bumi memiliki interval yang sedikit lebih pendek daripada
orbit Matahari (periode sidereal) karena sumbu inklinasi dan bidang khatulistiwanya secara
perlahan berpresesi (berotasi dalam istilah sidereal), kembali sejajar sebelum orbit selesai
dengan interval yang sama dengan kembalinya siklus presesi (sekitar 25.770 tahun).

H. Orbit Satelit
Dalam bidang geodesi satelit, ada dua peran dan fungsi utama dari satelit, yaitu satelit
sebagai target, titik kontrol atau wahana pengukur, dan satelit sebagai sensor atau
probe.Peran tersebut umumnya digunakan pada metode geodesi satelit geometrik, yaitu
dalam penentuan posisi titik-titik di perlukaan Bumi. Karena orbit satelit yang relative cukup
tinggi di atas permukaan Bumi, maka penggunaan satelit dalam moda ini akan dapat
mencakup daerah yang relativeluas.Dalam konteks geodesi satelit, informasi tentang orbit
satelit akan berperan dalam beberapahalyaitu:
Untuk menghitung koordinat satelit yang nantinya diperlukan sebagai koordinat titik
tetap dalam perhitungan koordinat titik-titik lainnya di atau dekat permukaan bumi.
Untuk merencanakan pengamatan satelit, yaitu waktu dan lama pengamatan yang
optimal.
Untuk membantu mempercepat alat pengamat (receiver) sinyal satelit untuk menemukan
satelit yang bersangkutan.
Untuk memilih, kalau diperlukan, satelit-satelit yang secara geometrik lebih baik untuk
digunakan.

1. Pergerakan Satelit Mengelilingi Bumi
Pergerakan satelit mengelilingi bumi secara umum mengikuti Hukum Kepler
(pergerakanKeplerian) yang didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut ini :
Pergerakan satelit hanya dipengaruhi oleh medan gaya berat sentral bumi.
Satelit bergerak dalam bidang orbit yang tetap dalam ruang.
Massa satelit tidak berarti dibandingkan massa Bumi.
Satelit bergerak dalam ruang hampa, dengan kata lain tidak ada efek dari atsmospheric
drag.
Satelit tidak terkena efek gaya berat dari benda-benda langit seperti matahari atau
bulan dan tidak ada efek dari solar radiation pressure.
Secara singkat Hukum Kepler dapat dijelaskan sebagai berikut :
Hukum Kepler I : Orbit suatu planet adalah ellips dengan matahari berada pada salah
satu fokusnya(1602).
Hukum Kepler II : Vektor dari matahari ke planet menyapu daerah yang sama dalam
waktu yang sama (1605).
Hukum Kepler III : Rasio kuadrat perioda revolusi planet (T) terhadap kubik dari
sumbu ellips (a) adalah sama untuk seluruh planet (T2/a3 = konstan).

Secara matematis, berdasrkan hokum Newton, untuk satelit yang mengelilingi Bumi,
Hukum Kepler III dapat diformulasikan sebagai:
Dimana :T = periode orbit satelit,
a = sumbu panjang orbit,
G = konstanta gravitasi universal, dan
M = massa bumi.

2. Jenis-Jenis Orbit Satelit
Berdasarkan pada karakteristik geometri orbit dan pergerakan satelit di dalamnya,
serta menurut jaraknya dari permukaan bumi, dikenal beberapa jenis orbit satelit. Berikut
ini hanya akan dibahas jenis-jenis orbit satelit yang relevan dengan bidang geodesi satelit.
Orbit Prograde dan Retrograde
Orbit prograde adalah orbit yang sudut inklinasi orbitnya (i) memenuhi hubungan : 0
< i < 90dan sudut inklinasi tersebut dihitung berlawanan arah jarum jam di titik nodal
(ascending node), dari bidang ekuator ke bidang orbit. Pada orbit prograde pergerakan
satelit dalam orbitnya searah dengan rotasi Bumi. Sedangkan orbit retrograde adalah orbit
yang sudut iklinasinya memenuhi hubungan : 90 < i < 180 dan dihitung berlawanan
arah jarum jam di titik nodal (ascending node), dari bidang ekuator ke bidang orbit,
pergerakan satelit dalam orbitnya berlawanan arah dengan rotasi Bumi.
Orbit Polar
Satelit berorbit polar mempunyai inklinasi 90. Satelit berorbit polar sangat
bermanfaat untuk mengamati permukaan bumi. Karena satelit mengorbit dalam arah
Utara-Selatan dan bumi berputar dalam arah Timur-Barat, maka satelit berorbit polar
akhirnya akan dapat menyapu seluruh permukaan bumi. Karena alasan tersebut maka
satelit pemantau lingkungan global seperti satelit inderaja dan satelit cuaca, umumnya
mempunyai orbit polar atau memndekati polar, yaitu sudut inklinasinya sekitar90
Orbit Geostationer
Satelit berorbit geostationer adalah satelit yang mengelilingi Bumi dengan kecepatan
dan arah yang sama dengan kecepatan dan arah rotasi Bumi. Periode orbit satelit
geostationer dibuat sama dengan periode rotasi bumi yakni T = 23 jam 56 menit 4,09
detik. Berdasarkan Hukum Kepler III maka orbit satelit tersebut akan mempunyai sumbu
panjang (a). Dengan jari-jari Bumi sekitar 63787 km, maka orbit geostationer
berketinggian (h) sekitar 35787 km diatas permukaan Bumi. Perlu diingat bahwa hanya
Orbit Ekuatorial (i = 0) yang bisa menjadi orbit geostasioner. Disamping itu untuk
mendapatkan kecepatan satelit yang seragam, orbit harus berbentuk lingkaran (e = 0).
Karena orbitnya yang relatif tinggi, maka footprint dari satelit geostationer umumnya
sangat luas. Satelit berorbit geostationer ini umumnya tidak dapat digunakn untuk
memantau fenomena yang terjadi di kutub, hal ini dikarenakan karakteristik orbitsatelit
geostationer umumnya tidak dapat mencakup kawasan kutub.
Orbit Sun-Synchronous
Orbit sun-synchronous adalah orbit satelit yang mensinkronkan pergerakan satelit
dalam orbit, presisi bidang orbit, dan pergerakan bumi mengelilingi matahari, sedemikian
rupa sehingga satelit tersebut akan melewati lokasi tertentu di permukaan bumi selalu
pada waktu lokal yang sama setiap harinya. Untuk itu, karena Bumi berevolusi
mengelilingi matahari, maka orbit satelit juga harus berpresesi terhadap sumbu rotasi
bumi, sebesar 3600/tahun.Orbit sun-synchronous umum digunakan oleh sistem satelit
inderaja dan satelit cuaca.
Medium Earth Orbit (MEO)
Medium Earth Orbit yaitu suatu orbit satelit di angkasa yang mengelilingi bumi
dengan karakteristik antara lain :
- Tinggi orbit : sekitar 6.000 12.000 km, diatas permukaan bumi
- Periode Orbit : 5 12 jam
- Kecepatan putar : 19.000 km/jam
- Waktu Tampak : 2 4 jam per hari
- Delay Time : 80 ms ( Waktu perambatan gelombang dari stasiun bumi ke satelit
dan kembali lagi ke stasiun bumi)
- Jumlah Satelit : 10 12 (Global Coverage)
- Penggunaan : Satelit Citra, Cuaca, Mata-mata, sistem telekomunikasi bergerak
(mobile) misalnya satelit Oddysey dan ICO.
Low Earth Orbit (LEO)
Low Earth Orbit yaitu suatu otbit satelit di angkasa yang mengelilingi bumi dengan
karakteristik antara lain sebagai berikut :
- Tinggi orbit : 200 3000 km, diatas permukaan bumi
- Periode Orbit : 1.5 jam
- Kecepatan putar : 27.000 km/jam
- Delay Time : 10 ms ( Waktu perambatan gelombang dari stasiun bumi ke satelit
dan kembali lagi ke stasiun bumi)
- Jumlah Satelit : 50 (Global Coverage)
- Penggunaan : Satelit Citra, Cuaca, Mata-mata, sistem telekomunikasi bergerak
(mobile) contohnya satelit Iridium dan Global Star

I. Orbit Planet
Orbit planet-planet di Tata Surya memang semuanya berada dalam satu bidang.
Demikian juga dengan orbit satelit dari planet-planet tersebut. Semuanya berada dalam satu
bidang yang sama. Semua planet bisa memiliki orbit pada bidang yang sama ini terkait
dengan pembentukannya di dalam Tata Surya.
Tata Surya terbentuk dari awan gas dan debu raksasa yang kita kenal sebagai nebula.Di
dalam nebula inilah bintang dilahirkan.Atau kalau di dalam Tata Surya, Matahari lahir di
dalam nebula ini.Awalnya partikel-partikel debu berkumpul membentuk awan sferis.Awan
gas dan debu ini berputar dan kemudian menarik lebih banyak materi.Interaksi gravitasi
partikel-partikel di awan menyebabkan awan berkondensasi.Pada saat itu radiusnya
mengecil, tapi momentum sudutnya tidak mengecil sehingga rotasinya makin cepat.Awan
pun mengalami keruntuhan.
Saat terjadi keruntuhan, rotasi awan semakin cepat.Tapi tidak semua bagian dari awan ini
ditarik ke pusat. Partikel di sekitar bidang yang tegak lurus sumbu rotasi mengalami gaya
sentrifugal yang membuat mereka tidak mendekati pusat melainkan melawan gravitasi.
Akibatnya awan memipih dan membentuk piringan yang berputar di sekeliling inti yang
sangat rapat.
Semakin banyak massa yang dikumpulkan di pusat piringan, maka temperatur juga
meningkat tajam sehingga memberi kemampuan yang cukup untuk terjadinya reaksi nuklir.
Atom hidrogen kemudian mengalami pembakaran menjadi helium menandai kelahiran
Bintang.Sementara itu gas dan debu di piringan pipih yang berputar disekeliling bintang pun
saling berinteraksi di dalam piringan.Bertabrakan dan berakumulasi membentuk planet-
planet yang kemudian mengitari Bintang. Inilah yang menyebabkan planet-planet memiliki
orbit pada bidang yang sama dengan Bintang.
Dalam fisika, orbit adalah jalan gravitasi melengkung obyek di sekitar titik dalam ruang,
misalnya orbit sebuah planet di sekitar pusat dari sistem bintang, seperti sistem surya. Orbit
dari planet. biasanya elips. Telah ditunjukan oleh Keepler pula orbit planet berupa elip.
Makin dekat focus fokus elip, maka elip mendekati bentuk lingkaran. Penyimpangan elip
dari lingkaran diukur dengan eksentrisitas yaitu perbandingan jarak kedua focus dengan
diameter panjang elip. Eksentrsitas sebuah lingkaran adalah nol, dan eksentrisitas orbit bumi
hanya 0,017, jadi mendekati ingkaran.
Selama planet berevolusi mengelilingi matahari satu kali disebut tahun planeter, maka
jarak antara planet dan matahari berubah. Bila planet mendekati matahari, dikatakan planet
berada pada perihelion (sekitar/dekat matahari). Bila planet berada pada jarak terjauh dari
matahari berada pada aphelion (jauh matahari). Bumijarak aph berada pada aphelion pada
bulan Juli dan perihelion bulan Januari. Jarak aphelion bumi 94,5 juta mildan jarak perihelion
91,5 juta mil.
Pemahaman saat ini mekanisme gerakan orbital didasarkan pada teori umum Albert
Einstein relativitas, yang menyumbang gravitasi sebagai akibat kelengkungan ruang-waktu,
dengan orbit berikut geodesics. Untuk memudahkan perhitungan, relativitas umumnya
didekati oleh teori berbasis kekuatan gravitasi universal berdasarkan hukum Kepler tentang
gerak planet.
Secara historis, gerakan nyata dari planet pertama kali dipahami secara geometris (dan
tanpa memperhatikan gravitasi) dalam hal epicycles, yang merupakan jumlah dari gerakan
melingkar banyak. Teori semacam ini diprediksi jalur dari planet cukup baik, sampai
Johannes Kepler mampu menunjukkan bahwa gerakan planet pada kenyataannya (setidaknya
sekitar) gerakan elips.
Dalam model geosentris dari tata surya, model celestial sphere pada awalnya digunakan
untuk menjelaskan gerakan nyata dari planet di langit dalam hal bola sempurna atau cincin,
tapi setelah gerakan planet 'lebih akurat diukur, mekanisme teoretis seperti deferent dan
epicycles ditambahkan. Meskipun mampu memprediksi secara akurat posisi planet di langit,
epicycles lebih dan lebih diminta dari waktu ke waktu, dan model menjadi lebih dan lebih
berat.
Dasar pemahaman modern orbit pertama kali dirumuskan oleh Johannes Kepler yang
hasilnya dirangkum dralam tiga hukum gerakan planet. Pertama, ia menemukan bahwa orbit
dari planet dalam tata surya kita yang berbentuk elips, bukan lingkaran (atau epicyclic),
seperti yang sebelumnya telah percaya, dan bahwa matahari tidak terletak di pusat orbit,
melainkan pada satu fokus. Kedua, ia menemukan bahwa kecepatan orbit setiap planet tidak
konstan, seperti yang sebelumnya pernah berpikir, melainkan bahwa kecepatan tergantung
pada jarak planet dari matahari. Ketiga, Kepler menemukan hubungan universal antara sifat-
sifat orbit semua planet mengorbit matahari. Untuk planet-planet, kubus jarak mereka dari
matahari sebanding dengan kuadrat periode orbit mereka. Jupiter dan Venus, misalnya,
masing-masing sekitar 5,2 dan 0,723 AU jauh dari matahari, periode orbit mereka masing-
masing tentang 11,86 dan 0,615 tahun. Proporsionalitas terlihat oleh fakta bahwa rasio untuk
Jupiter,, 5.23/11.862 praktis sama dengan yang untuk Venus,, 0.7233/0.6152 sesuai dengan
hubungan.
Garis ditelusuri oleh orbit didominasi oleh gravitasi dari sumber pusat kerucut: bentuk
kurva perpotongan antara pesawat dan kerucut. Parabola (1) dan hiperbolik (3) orbit orbit
yang melarikan diri, sedangkan orbit elips dan lingkaran (2) yang menawan.
Isaac Newton menunjukkan bahwa hukum Kepler yang diturunkan dari teori gravitasi
dan bahwa, secara umum, orbit tubuh tunduk pada gravitasi kerucut, jika gaya gravitasi
disebarkan seketika. Newton menunjukkan bahwa, untuk sepasang tubuh, ukuran orbit 'yang
berbanding terbalik dengan massa mereka, dan bahwa tubuh berputar di sekitar pusat
bersama mereka massa. Dimana satu tubuh jauh lebih besar dari yang lain, itu adalah
pendekatan yang nyaman untuk mengambil pusat massa sebagai bertepatan dengan pusat dari
tubuh lebih besar.
Albert Einstein mampu menunjukkan bahwa gravitasi adalah karena kelengkungan
ruang-waktu, dan dengan demikian ia mampu menghapus asumsi Newton yang menyebarkan
perubahan seketika. Dalam teori relativitas, ikuti lintasan orbit geodesik yang sangat baik
untuk perkiraan prediksi Newton. Namun ada perbedaan yang dapat digunakan untuk
menentukan teori yang menjelaskan realitas yang lebih akurat. Pada dasarnya semua bukti
eksperimental yang dapat membedakan antara teori dengan teori relativitas setuju untuk
dalam akurasi measuremental eksperimental, namun perbedaan dari mekanika Newtonian
biasanya sangat kecil (kecuali di mana ada medan gravitasi yang sangat kuat dan kecepatan
yang sangat tinggi).
Hukum Kepler kedua menyatakan planet-planet menyapu luas yang sama dalam waktu
yang sama, ini berarti planet-planet akan bergerak lebih cepat dalam orbitnya jika planet
dekat dengan matahari (perihelion) dibandikan dengan jika planet jauh dari matahari. Hokum
area sama dalam waktu sama adalah konsekuensi fakta bahwa planet-planet mengekalkan
(mengawetkan) momentum sudutnya ketika berputar disekitar matahari.
Hukum Kepler ketigan menyatakan hubungan antara jarak planet dari matahari dan
periode revolusi. Periode revolusi atau tahun planeter dari planet meningkat dari 88 hari
untuk planet terdekat Merkurius sampai 248tahun untuk Plutomi. Untuk memahami hokum
Kepler ketiga lebih mrenguntungkan jika dikemukakan gagasan gaya sentrifugal. Benda
bverotasi menunjukan aksi dua gaya: gaya yang berareah kedalam yaitu gaya gravitasional
antara matahari dan planet dan gaya yang berarah keluar yang disebut gaya sentrifugal.
J. Benda Langit
1. Satelit/Bulan
Satelit adalah benda angkasa yang mengelilingi planet atau sering disebut pengiring
planet. Satelit juga merupakan anggota tata surya. Tidak semua planet memiliki satelit.
Satelit dibedakan menjadi dua macam yaitu satelit alam dan satelit buatan. Satelit buatan
ini sengaja diluncurkan untuk keperluan tertentu. Indonesia memiliki satu satelit buatan
yaitu Palapa yang diluncurkan 1 Pebruari 1996. Satelit ini digunakan untuk kepentingan
komunikasi.
Bumi memiliki 1 satelit yaitu bulan. Bulan tidak memiliki cahaya sendiri, bulan
hanya memantulkan cahaya matahari. Manusia yang pertama kali menjejakkan kakinya
di bulan adalag Neil Amstrong pada yahun 1969. Planet yang tidak memiliki satelit
adalah planet Merkurius dan Venus. Sedangkan satelit terbesar adalah Ganimede yang
mengitari Jupiter dengan diameter 5.262 km.
Juiter adalah planet yang mempunyai paling banyak satelit yaitu 17 satelit, kemudian
satuenus 9 satelit, Uranus 5 satelit, neptunus 2 satelit, mars 2 satelit, pluto 1 satelit san
bumi 1 satelit.. satelit bumi disebut bulan. Di antara satelit-satelit planet , maka bulan
banyak mempengaruhi gejala-gejala alam di bumi misalnya pasang surut. Jarak rata-rata
bulan bumi adalah 384 x 10
3
km. Diameter bulan 0,27 kali diameter bumi, massa
jenisnya 3,33 g/cm
3
, dan gravitasinya 0,17 kali gravitasi bumi. Orbit bulan berupa elip
dengan eksentrisitas 0,055. Jarak terdekat bulan-bumi disebut perigee dan jarak
terjauhnya disebut apogee.
Permukaan bulan tampak tonjolan-tonjolan yang terdiri dari daratan tinggi dengan
ginung-gunung dan daratan rendah. Karena bulan tidak mempunyai atmosfer maka
meteor mudah jatuh dan menghancurkan permukaan bulan. Karena itu pada daratan
tinggi penuh dengan kepunduan akibat tumbukan meteor yang jatuh ke bulan.
Satelit dibedakan menjadi 2 macam, yaitu satelit alami dan buatan. satelit alami
adalah benda-benda luar angkasa yang bukan buatan manusia dan mengorbit sebuah
planet atau benda lain yang lebih besar daripada dirinya, seperti misalnya Bulan adalah
satelit alami Bumi. sedangkan satelit buatan adalah benda buatan manusia yang beredar
mengelilingi benda lain misalnya satelit Palapa yang mengelilingi Bumi. Satelit buatan
manusia pertama adalah Sputnik 1, diluncurkan oleh Soviet pada tanggal 4 Oktober
1957. Sputnik 2 diluncurkan pada tanggal 3 November 1957 dan membawa awak mahluk
hidup pertama ke dalam orbit, seekor anjing bernama Laika.

2. Komet
Komet adalah suatu Solar es Sistem tubuh yang kecil, ketika cukup dekat dengan
Matahari, menampilkan koma terlihat (a, tipis fuzzy, suasana sementara) dan kadang-
kadang juga ekor. Fenomena ini baik karena efek radiasi matahari dan angin matahari
pada inti komet. inti Komet itu sendiri koleksi longgar es, debu, dan partikel berbatu
kecil, mulai dari beberapa ratus meter hingga puluhan kilometer. Komet telah diamati
sejak zaman kuno dan secara historis telah dianggap sebagai pertanda buruk.
Komet memiliki berbagai periode orbit, mulai dari beberapa tahun ke ratusan ribu
tahun. Jangka pendek komet berasal dari sabuk Kuiper, atau disc terkait tersebar nya,
yang berada di luar orbit Neptunus. Lagi-periode komet diperkirakan berasal dari Awan
Oort, awan bulat dari badan es di tata surya luar. Komet periode panjang terjun terhadap
Matahari dari Awan Oort karena gangguan gravitasi yang disebabkan oleh salah satu
planet-planet besar luar Tata Surya (Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus), atau
bintang yang lewat. komet Langka hiperbolik sekali lulus melalui Tata Surya bagian
dalam sebelum dilemparkan keluar ke ruang antar bintang sepanjang lintasan hiperbolik.
Komet dibedakan dari asteroid oleh kehadiran koma atau ekor. Namun, komet punah
yang telah lulus dekat dengan banyak kali Sun telah kehilangan hampir semua es
atsirinya dan debu dan mungkin datang menyerupai asteroid kecil. Asteroid diperkirakan
memiliki asal yang berbeda dari komet, setelah terbentuk di dalam orbit Jupiter daripada
di luar Tata Surya Penemuan komet utama-belt dan centaur aktif telah kabur. perbedaan
antara asteroid dan komet (lihat asteroid terminologi).
Pada Januari 2011 terdapat 4.185 dilaporkan komet dikenal yang sekitar 1.500 yang
Kreutz Sungrazers dan sekitar 484 adalah jangka pendek. Angka ini terus meningkat.
Namun, ini hanya mewakili sebagian kecil dari total populasi komet potensial: reservoir
tubuh komet-seperti di luar tata surya mungkin nomor satu triliun Jumlah dilihat dengan
mata telanjang rata-rata kira-kira satu per tahun, meskipun banyak. ini adalah samar dan
tidak spektakuler Khususnya terang atau contoh yang jelas disebut. "Besar Komet".
Arti kata komet adalah si rambut panjang. Komet juga merupakan benda langit yang
mengelilingi matahari. Komet tersususn oleh debu dan gas yang membeku. Komet juga
memancarkan cahaya sendiri, selain juga memantulkan cahaya matahri. Komet merupkan
anggota tata surya yang mempunyai orbit sangat lonjong. Jumlah komet banyak sekali.
Orbit komet membentuk sudut terhadap ekliptika. Oleh karena itu, periode komet sangat
besar. Itulah sebabnya, komet terlihat pada selang waktu yang sangat lama.Misalnya,
komet Halley yang muncul setiap 75 atau 76 tahun sekali.
Garis edar komet tidak seperti orbit satelit atau planet. Ada komet yang mempunyai
orbit elip tetapi nilai eksentrisitasnya sangat besar sehingga komet hanya dapat terlihat
jika berada di orbit perihelion kemudian menghilang pada waktu komet menjauhi
perihelion. Kebanyakan komet mempunyai orbit berbentuk parabola atau hiperbola,
sehingga komet hanya tampak sekali kemudian menghilang karena menempuh lintasan
yang jauh di luar angksa.
Komet terdiri dari kepala dan ekor. Ekor komet sebenarnya bagian dari kepala kepala
komet yang terlempar keluar dari tempatnya karena gaya dorong matahari yaitu radiasi
matahari dan angin matahari. Energi matahari ini menyebabkan elor komet selalu
menjauhi matahari.
Selang waktu kemunculan komet menunjukkan revolusi komet itu Sewaktu komet
bergerak mendekati matahari lapisan gas di permukaan terdesak oleh sinar matahari.
Lapisan gas yang terdesak tersebut memanjang menyerupai ekor yang panjangnya dapat
mencapai jutaan kilometer. Ekor tersebut selalu membelakangi matahari. Itulah sebabnya
komet sering disebut sebagai bintang berekor. Panjang ekor maksimum tercapai pada saat
orbit komet mencapai titik perihelium.
Komet benda angkasa kecil yang mengorbit Matahari. Komet memiliki pusat inti dan
mungkin atau mungkin tidak memiliki ekor. Mereka mengorbit Matahari pada interval
yang sangat panjang di orbit yang sangat elips. Mereka melewati bumi pada jadwal
siklus. Komet memiliki inti pusat yang disebut koma. koma ini terdiri dari batuan, debu
dan es. Ketika komet mendekat ke Matahari, es mencair dan hal ini menciptakan banyak
debu dan puing-puing. Sebagai tekanan meningkat matahari, angin surya mendorong
debu dan puing-puing menjadi ekor komet yang indah. Matahari menerangi ekor dan kita
dapat melihat komet dari Bumi. Sebelum penemuan teleskop, komet akan muncul dari
mana saja. Sekarang para ilmuwan dapat melihat dan menemukan komet yang akan tidak
terlihat di Bumi. Karena siklus alami komet, beberapa komet hanya dapat muncul setiap
beberapa ratus tahun. Selalu ada kesempatan untuk amatir dengan teleskop untuk
menemukan sebuah komet yang belum pernah dilihat, seperti banyak penemuan Komet
Hale-Bopp pada tahun 1996. Komet diyakini berasal dari Awan Oort. Awan Oort terletak
di tempat terjauh dalam tata surya kita dan hampir 3 tahun cahaya untuk mencapai
kesana. Karena jarak yang besar dan ukuran besar dari Awan Oort, Komet datang secara
berkala dari ratusan tahun. Hal ini diperparah oleh orbit yang sangat elips dari Komet.
Misalnya, komet paling terkenal, Haleys Comet datang setiap 76 tahun. Komet adalah
sumber dari cerita rakyat dan keindahan di langit kita. Sebuah komet memberikan kita
kesempatan untuk benar-benar melihat keindahan dalam astronomi.
Beberapa contoh komet yang sudah dikenal antara laian :
Komet Halley, kmet ini mucul setiap 76 tahun sekali. Komet ini ditemukan oleh Sir
Edmund Halley pada tahun 1682.
Komet Encke, komet ini muncul setiap 3 tahun sekali.
Komet West, komet West muncul pada tahun 1976.
Komet Ikeya-Seki, komet ini terlihat terakhir tahun 1965.
Komet Kahoutek, komet Kahoutek terlihat dari bumi setiap 75 tahun sekali, terakhir
muncul adalah tahun 1973.
Komet Howard-Koomen-Michel, komet ini terakhir muncul tahun 1976.
Komet Sheemaker-Levy, komet ini muncul tahun 1993.
Asal Mula Komet
Banyak teori yang telah dicetuskan dalam seabad terakhir ini mengenai asal mula komet,
namun salah satu yang paling luas diterima saat ini menyebutkan bahwa komet terbentuk
pada saat yang sama dengan saat terbentuknya tata surya. Pada tahun 1950, Jan Oort,
seorang astronom Belanda mengajukan teorinya bahwa Matahari dikelilingi oleh "kabut"
besar yang terdiri dari material komet pada jarak sekitar 1000 kali garis terngah tata surya
yang kita ketahui.
Teori ini kemudian diikuti dengan teori dari Gerard Kuiper, pada tahun 1951 yang
menggagas bahwa sabuk material komet tersebut terletak pada suatu daerah yang berjarak
beberapa ratus kali jarak Bumi-Matahari. Gangguan yang berasal dari objek diluar tata
surya dapat menyebabkan beberapa diantara material tersebut keluar dari sabuk komet dan
memasuki tata surya bagian dalam sebagai sebuh komet, dimana komet dengan periode
pendek diduga muncul dari sabuk ini, yang kemudian dinamai sebagai sabuk Kuiper
(Kuiper-belt).
Kedua teori ini dapat diterima secara luas dikalangan para astronom. Sebuah benda
angkasa yang dinamai Chiron, pernah dianggap sebagai sebuah asteroid, kini
dikelompokkan sebagai komet Kuiper-belt, dan sementara itu beberapa anggota dari sabuk
Kuiper telah dapat diamati sejak 1992. Keberadaan "sabuk" tersebut dapat dibuktikan
secara langsung pada tahun 1995 melalui hasil pengamatan lewat Telskop Antariksa
Hubble yang berhasil mengamati 30 objek mirip komet yang berada diluar orbit planet
Pluto. Para astronom dewasa ini memperkirakan sejumlah 70.000 objek berukuran cukup
besar--dan tak terhitung jumlahnya yang berukuran lebih kecil--menghuni daerah sabuk
Kuiper dengan jarak antara 30 hingga 50 AU.
Banyak diantara komet, khususnya yang tergolong memiliki periode pendek, pecah secara
perlahan-lahan, terutama karena pengaruh kekuatan gravitasi Matahari. Beberapa
diantaranya telah diamati "tercebur" kedalam Matahari. Pengurangan kecerlangan dari
komet berperiode pendek juga dapat kita amati. Komet juga menghasilkan produk
buangan dibelakang orbitnya, dalam bentuk jutaan meteorid. Saat Bumi melintasi orbit
sebuah komet, kita di Bumi dapat melihat terjadinya hujan meteor.

Bagian-bagian Komet
Bagian-bagian komet terdiri dari inti, koma, awan hidrogen, dan ekor. Bagian-bagian
komet sebagai berikut :
Inti, merupakan bahan yang sangat padat, diameternya mencapai beberapa kilometer,
dan terbentuk dari penguapan bahan-bahan es penyusun komet, yang kemudian berubah
menjadi gas.
Koma, merupakan daerah kabut atau daerah yang mirip tabir di sekeliling inti.
Lapisan hidrogen, yaitu lapisan yang menyelubungi koma, tidak tampak oleh mata
manusia. Diameter awan hidrogen sekitar 20 juta kilometer.
Ekor, yaitu gas bercahaya yang terjadi ketika komet lewat di dekat matahari.
Inti komet adalah sebongkah batu dan salju. Ekor komet arahnya selalu menjauh dari
matahari. Bagian ekor suatu komet terdiri dari dua macam, yaitu ekor debu dan ekor gas.
Bentuk ekor debu tampak berbentuk lengkungan, sedangkan ekor gas berbentuk lurus.
Koma atau ekor komet tercipta saat mendekati matahari yaitu ketika sebagian inti
meleleh menjadi gas. Angin matahari kemudian meniup gas tersebut sehingga
menyerupai asap yang mengepul ke arah belakang kepala komet. Ekor inilah yang
terlihat bersinar dari bumi. Sebuah komet kadang mempunyai satu ekor dan ada yang dua
atau lebih.



Jenis-jenis Komet
Berdasarkan bentuk dan panjang lintasannya, komet dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut :
Komet berekor panjang, yaitu komet dengan garis lintasannya sangat jauh melalui
daerah-daerah yang sangat dingin di angkasa sehingga berkesempatan menyerap gas-
gas daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati matahari, komet tersebut melepaskan
gas sehingga membentuk koma dan ekor yang sangat panjang. Contohnya, komet
Kohoutek yang melintas dekat matahari setiap 75.000 tahun sekali dan komet Halley
setiap 76 tahun sekali.
Komet berekor pendek, yaitu komet dengan garis lintasannya sangat pendek sehingga
kurang memiliki kesempatan untuk menyerap gas di daerah yang dilaluinya. Ketika
mendekati matahari, komet tersebut melepaskan gas yang sangat sedikit sehingga
hanya membentuk koma dan ekor yang sangat pendek bahkan hampir tidak berekor.
Contohnya komet Encke yang melintas mendekati matahari setiap 3,3 tahun sekali.

Etimologi Komet
Kata komet berasal dari cometes kata Latin, yang merupakan latinisation dari
Yunani (komts), yang berarti "komet", tapi secara harfiah "berambut panjang", dari kata
(kome), yang berarti "rambut kepala ". Ilmuwan dan filsuf Yunani Aristoteles
pertama kali digunakan bentuk berasal dari , , untuk menggambarkan apa
yang dilihatnya sebagai" bintang-bintang dengan rambut. " Simbol astronomi untuk komet
adalah (), yang terdiri dari disk kecil dengan tiga ekstensi mirip rambut.

Komet dan Sifat-sifatnya
Komet merupakan anggota tata surya yang terdiri atas pecahan benda angkasa, es dan gas
yang membeku. Komet mengorbit matahari dalam suatu lintasan sangat elips.
Strukturnya terdiri atas kepala dan ekor komet. Kepala komet mempunyai diameter lebih
atas 65.000 km, meliputi inti komet dan selubung gas yang disebut koma, sedangkan ekor
komet dapat mempunyai panjang sampai ribuan kilometer yang arahnya selalu menjauhi
matahari. Berdasarkan bentuk dan panjang lintasannya, komet dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

Komet berekor panjang, yaitu komet yang garis lintasannya sangat jauh melalui
daerah-daerah yang sangat dingin di angkasa, sehingga berkesempatan menyerap gas-
gas di daerah yang dilaluinya, ketika mendekati matahari komet tersebut melepaskan
gas sehingga membentuk koma dan ekor yang sangat panjang. Contohnya komet
Kohoutek yang melintas ke dekat matahari setiap 75.000 tahun sekali dan Komet
Halley setiap 76 tahun sekali.
Komet berekor pendek, yaitu komet yang garis lintasannya sangat pendek sehingga
kurang mempunyai kesempatan untuk menyerap gas di daerah yang dilaluinya, ketika
mendekati matahari komet tersebut melepaskan gas yang sangat sedikit sehingga
hanya membentuk koma dan ekor yang sangat pendek bahkan hampir tak berekor.
Contohnya Komet Encke yang melintas mendekati matahari setiap 3,3 tahun sekali.
Pada tahun 1705, Edmond Halley memperkirakan bahwa komet terlihat pada tahun
1531, 1607, dan 1682 dan kembali lagi tahun 1758. Karena hal tersebut maka salah
satu dari sekian banyak komet diberikan nama komet Halley. Rata-rata periode
munculnya orbit komet Halley adalah antara setiap 76-79 tahun sekali. Komet Halley
terakhir terlihat pada tahun 1986 yang lalu. Inti atau pusat dari Komet Halley di
perkirakan kurang lebih 1.024 km. Inti dari Halley sangat gelap. Diperkirakan Komet
Halley akan nampak lagi tahun 2061. Selain komet Halley terdapat berbagai macam
nama komet lainnya yang di antaranya, komet Hyakutake dan komet Hale-Bopp.

Sekitar 251 juta tahun yang telah lalu, terjadi kepunahan sangat besar disebabkan
komet yang menabrak bumi. Kesimpulan itu diperoleh dari atom yang terjebak di
dalam kerangka molekul karbon. Tetapi belum diketahui di mana letak tempat
tabrakan komet dengan bumi tersebut. Pada saat kejadian bumi masih berupa satu
benua raksasa (Pangea). Para ilmuwan berhasil mengidentifikasi jalur komet atau
asteroid yang menabrak bumi. Di dalam lapisan batu yang ada pada saat itu terdapat
molekul karbon rumit yang disebut fullerene berisi isotop helium dan argon yang
terjebak di dalamnya.Fullerene berisi sedikitnya 60 atom karbon dalam struktur yang
mirip bola sepak. Para peneliti memperkirakan komet tersebut berdiameter 6 hingga
12 km. Asteroid atau komet sebesar ini yang memusnahkan dinosaurus pada 67 juta
tahun lalu. Para ilmuwan menentukan ukuran atas dasar dua faktor. Jika berukuran
kurang dari 6 km, dampaknya tidak global. Tapi jika berukuran lebih besar dari 12
km, maka fullerene yang mengandung gas disebarkan ke seluruh dunia.

Sifat Fisik Komet
Hampir seluruh massa komet terpusat pada nukleus (inti komet). Diameter dari nukleus
biasanya berkisar antara beberapa kilometer dengan kepadatan antara 0,1 hingga 1 g/cm3,
mengindikasikan bahwa kepadatannya termasuk renggang. Berdasarkan model "bola
salju kotor" yang digagas oleh Frel L Whipple, yang berdasarkan penelitian lanjutan
kemudian terbukti kebenarannya, nukleus komet tesusun dari sekumpulan materi yang
terdiri atas air, karbon monoksida, metanol, amonia, dan metana. Seluruhnya dalam
keadaan beku serta tercampur dengan debu. Saat komet mendekati Matahari, materi beku
tersebut menyublim dan membentuk kabut gas dan debu--yang disebut coma--
disekeliling nukleus. Makin dekat ke Matahari, gas yang terbentuk semakin banyak.
Partikel-partikel pada komet terdorong dari nukleus oleh tekanan radiasi dan angin
Matahari (aliran partikel Matahari).
Rata-rata diameter dari coma adalah sekitar 100.000 km, namun massanya terbilang
kecil. Beberapa molekul terdekomposisi dan terionisasi oleh sinar ultraviolet dalam
pelepasannya dari nukleus ke ekor komet. Hasil-hasil yang dapat diamati dari proses ini
meliputi atom-atom hidrogen dan oksigen, air, dan radikal hydroxyl (OH). Molekul dan
senyawa karbon juga ditemukan dalam konsentarasi yang 100 kali lebih rendah dari
nukleus, sementara jumlah molekul NH, NHH, CH, dan molekul nitrogen ditemukan
dengan konsentrasi 1000 kali lebih rendah. Juga terdeteksi karbon monosulfida (CS) dan
serta atom dan molekul sulfur. Semantara itu unsur etana juga ditemukan di komet
Hyakutake. Bagian coma dari sebuah komet umumnya mengecil saat komet mendekati
Matahari, dan molekulnya terdekomposisi lebih cepat oleh angin Matahari sehingga
terdorong ke arah ekor komet.
Karakteristik Fisik Komet
Inti Komet
Inti Komet dikenal berkisar dari sekitar 100 meter untuk lebih dari 40 kilometer di
seluruh. Mereka terdiri dari batuan, debu, air es, dan gas beku seperti karbon
monoksida, karbon dioksida, metan dan amonia Karena massa yang rendah,. Inti
komet tidak menjadi bola oleh gravitasinya sendiri, dan dengan demikian telah tidak
teratur bentuk. Secara resmi, menurut pedoman NASA, komet harus paling sedikit
85% es untuk dianggap sebagai suatu komet yang sebenarnya.
Mereka sering populer digambarkan sebagai "bola salju kotor", meskipun
pengamatan terakhir telah menunjukkan permukaan berdebu atau berbatu kering,
menunjukkan bahwa es yang tersembunyi di bawah lapisan kulit. Komet juga
mengandung berbagai senyawa organik, di samping gas telah disebutkan, ini mungkin
termasuk methanol, hidrogen sianida, formaldehida, etanol dan etana, dan mungkin
molekul yang lebih kompleks seperti panjang rantai hidrokarbon dan asam amino.
Pada tahun 2009, itu menegaskan bahwa asam amino glisin telah ditemukan dalam
debu komet ditemukan oleh misi Stardust NASA.
Anehnya, inti cometary adalah salah satu obyek reflektif setidaknya ditemukan dalam
tata surya kita. Probe ruang Giotto menemukan bahwa inti Komet Halley
mencerminkan sekitar empat persen dari cahaya yang jatuh di atasnya, dan Deep
Space 1 menemukan bahwa permukaan Komet Borrelly mencerminkan hanya 2,4%
menjadi 3,0% dari cahaya yang jatuh di atasnya; perbandingan, aspal mencerminkan
tujuh persen dari cahaya yang jatuh di atasnya. Diperkirakan bahwa senyawa organik
kompleks adalah bahan permukaan gelap. Solar pemanasan drive off senyawa atsiri
meninggalkan organik panjang rantai berat yang cenderung sangat gelap, seperti tar
atau minyak mentah. Kegelapan sangat permukaan cometary memungkinkan mereka
untuk menyerap panas yang diperlukan untuk mendorong proses outgassing mereka.
Coma dan ekor
Di luar tata surya, komet tetap beku dan sangat sulit atau tidak mungkin untuk
dideteksi dari Bumi karena ukurannya yang kecil mereka. Statistik deteksi inti komet
tidak aktif di sabuk Kuiper telah dilaporkan dari pengamatan Hubble Space
Telescope, tetapi ini deteksi telah dipertanyakan, dan belum secara independen
dikonfirmasi. Sebagai sebuah komet mendekati tata surya bagian dalam, radiasi
matahari menyebabkan bahan volatile dalam komet untuk menguapkan dan keluar
aliran inti, membawa debu pergi dengan mereka. Aliran dari debu dan gas sehingga
dirilis bentuk suasana, besar sangat lemah di sekitar komet yang disebut koma, dan
gaya yang diberikan pada koma oleh tekanan radiasi matahari dan angin matahari
menyebabkan ekor besar untuk membentuk, yang poin jauh dari matahari .
Baik koma dan ekor yang diterangi oleh Matahari dan mungkin menjadi terlihat dari
Bumi ketika sebuah komet melewati tata surya bagian dalam, debu mencerminkan
sinar matahari langsung dan gas bercahaya dari ionisasi. Kebanyakan komet terlalu
redup untuk terlihat tanpa bantuan teleskop, tetapi masing-masing beberapa dekade
menjadi cukup terang untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Kadang-kadang
komet mungkin mengalami ledakan besar dan tiba-tiba gas dan debu, di mana ukuran
koma sementara sangat meningkat. Hal ini terjadi pada tahun 2007 menjadi Comet
Holmes
Aliran dari debu dan gas setiap form yang berbeda mereka ekornya sendiri, menunjuk
ke arah yang sedikit berbeda. Ekor debu yang tertinggal dalam orbit komet
sedemikian rupa sehingga sering membentuk melengkung Ekor disebut tipe II atau
ekor debu. Pada saat yang sama, ion atau tipe saya ekor, terbuat dari gas, selalu
menunjuk langsung menjauh dari Matahari, gas ini lebih kuat dipengaruhi oleh angin
matahari daripada debu, baris berikut medan magnet daripada lintasan orbit. Pada
kesempatan ekor pendek menunjuk ke arah yang berlawanan ke ekor ion dan debu
dapat dilihat - antitail tersebut. Ini pernah dianggap agak misterius, tetapi hanya akhir
ekor debu rupanya proyeksi depan komet karena sudut pandang kita.
Sedangkan inti padat komet umumnya kurang dari 50 km (31 mil) di, koma mungkin
lebih besar dari Matahari, dan ekor ion telah diamati untuk memperpanjang satu unit
astronomi (150 juta km) atau lebih. Pengamatan antitails memberikan kontribusi
signifikan terhadap penemuan angin matahari Ekor ion terbentuk sebagai hasil dari
efek fotolistrik. radiasi ultra-violet matahari yang bekerja pada partikel dalam koma.
Setelah partikel telah terionisasi, mereka mencapai muatan listrik bersih positif yang
pada gilirannya menimbulkan sebuah "magnetosfer diinduksi" di sekitar komet.
Komet dan induksi medan magnet merupakan hambatan untuk luar partikel angin
matahari mengalir. Sebagai kecepatan orbit relatif dari komet dan angin surya
supersonik, kejutan busur terbentuk hulu komet, dalam arah aliran angin matahari.
Dalam kejutan busur, konsentrasi ion cometary besar (disebut "pick-up ion")
[berkumpul dan bertindak untuk "load" medan magnet matahari dengan plasma,
seperti bahwa bidang baris "menggantungkan" di sekitar komet membentuk ekor ion.
Jika loading ekor ion yang cukup, maka garis-garis medan magnet yang diperas
bersama-sama ke titik di mana, pada beberapa jarak sepanjang ekor ion, rekoneksi
magnet terjadi. Ini mengarah ke "acara pemutusan ekor". ini telah diamati pada
beberapa kesempatan, satu peristiwa penting yang dicatat pada tanggal 20 April, 2007
ketika ekor ion Encke Komet benar-benar terputus sementara komet melewati massa
koronal ejeksi. Acara ini diamati oleh probe ruang STEREO.
Komet yang ditemukan untuk memancarkan sinar-X pada tahun 1996. Ini peneliti
terkejut,. Karena X-ray emisi biasanya dikaitkan dengan badan yang sangat tinggi
suhu. Sinar-X dianggap dihasilkan oleh interaksi antara komet dan matahari angin:
ketika sangat ion dibebankan terbang melalui suasana cometary, mereka bertabrakan
dengan atom dan molekul cometary, "merobek" satu atau lebih elektron dari komet.
Merobek ini mengarah pada emisi sinar-X dan jauh foton ultraviolet.
Koneksi ke meteor shower
Sebagai hasil dari outgassing, komet meninggalkan jejak puing padat. Jika jalur
komet melintasi jalan bumi, maka pada saat itu ada kemungkinan akan hujan meteor
sebagai bumi melewati jejak puing-puing. Hujan meteor Perseid terjadi setiap tahun
antara Agustus 9 dan 13 Agustus saat Bumi melewati orbit komet Swift-Tuttle komet
Halley adalah sumber shower Orionid di bulan

Nasib Komet
Berangkat / ejeksi dari Solar System
Jika komet melakukan perjalanan cukup cepat, hal itu mungkin meninggalkan tata
surya, seperti halnya untuk komet hiperbolik. Sampai saat ini, komet hanya diketahui
dikeluarkan dengan berinteraksi dengan objek lain di tata surya (lihat Perturbasi),
seperti Jupiter.
Volatil lelah
Keluarga komet Jupiter (JFC) dan komet periode panjang (LPC) (lihat "karakteristik
Orbital", di atas) tampaknya memudar mengikuti hukum sangat berbeda. Para JFCs
aktif selama seumur hidup sekitar 10.000 tahun atau ~ 1.000 revolusi sedangkan
LPCs menghilang lebih cepat. Hanya 10% dari LPCs bertahan lebih dari 50 bagian
untuk perihelion kecil, sementara hanya 1% dari mereka bertahan lebih dari 2.000
bagian. Akhirnya sebagian besar bahan yang mudah menguap yang terkandung dalam
sebuah inti komet menguap pergi, dan komet menjadi kecil , gelap benjolan, inert
batuan atau puing-puing yang bisa menyerupai sebuah asteroid.
Breakup / disintegrasi
Komet juga dikenal untuk memecah menjadi fragmen-fragmen, seperti yang terjadi
dengan Comet 73P/Schwassmann-Wachmann 3 dimulai pada tahun 1995.
perpisahan ini mungkin dipicu oleh gaya gravitasi pasang surut dari Matahari atau
sebuah planet besar, oleh sebuah "ledakan" dari bahan volatile, atau karena alasan
lain tidak sepenuhnya dijelaskan.
Tabrakan
Beberapa komet bertemu akhir lebih spektakuler-baik jatuh ke Matahari, atau
menghancurkan ke dalam planet atau tubuh lainnya. Tabrakan antara komet dan
planet-planet atau bulan yang umum di tata surya awal: beberapa dari banyak kawah
Bumi Bulan, misalnya, mungkin telah disebabkan oleh komet. Sebuah tabrakan baru-
baru ini sebuah komet dengan planet terjadi pada bulan Juli 1994 ketika Comet
Shoemaker-Levy 9 pecah menjadi potongan-potongan dan bertabrakan dengan
Jupiter.
Banyak komet dan asteroid menabrak Bumi dalam tahap awal. Banyak ilmuwan
percaya bahwa komet membombardir bumi muda (sekitar 4 milyar tahun yang lalu)
membawa sejumlah besar air yang sekarang mengisi lautan bumi, atau setidaknya
sebagian besar dari itu. peneliti lain meragukan teori ini. Deteksi molekul organik
dalam komet telah menyebabkan beberapa orang untuk berspekulasi bahwa komet
atau meteorit mungkin telah membawa prekursor hidup-atau bahkan hidup itu sendiri-
ke Bumi. Masih banyak dekat Bumi komet, meskipun tabrakan dengan sebuah
asteroid lebih mungkin dibandingkan dengan komet.
Hal ini diduga bahwa dampak komet telah, selama rentang waktu panjang, juga
menyampaikan jumlah yang signifikan dari air ke Bumi Bulan, beberapa yang
mungkin telah bertahan sebagai es lunar.
Komet dan dampak Meteoroid diyakini bertanggung jawab atas keberadaan tektites
dan australites.
Nomenklatur
Nama-nama yang diberikan kepada komet telah mengikuti konvensi yang berbeda
selama dua abad terakhir. Sebelum konvensi penamaan sistematis diadopsi, komet
diberi nama dalam berbagai cara. Sebelum awal abad 20, kebanyakan komet itu
hanya disebut dengan tahun di mana mereka muncul, kadang-kadang dengan kata
sifat tambahan untuk terutama komet terang, dengan demikian, "Great Comet 1680"
(Kirch Komet), "Great September Comet dari 1882 ", dan" Comet Daylight tahun
1910 "(" Komet Besar Januari 1910 ").
Setelah Edmund Halley menunjukkan bahwa komet 1531, 1607, dan 1682 adalah
tubuh yang sama dan berhasil diprediksi kembali pada 1759, komet yang dikenal
sebagai Komet Halley Demikian pula,. Yang kedua dan ketiga komet periodik
dikenal, Encke Komet dan Komet Biela, diberi nama setelah para astronom yang
dihitung orbitnya daripada penemu aslinya. Kemudian, komet periodik biasanya
bernama setelah penemu mereka, tetapi komet yang muncul hanya sekali terus
disebut dengan tahun kemunculan mereka.
Pada awal abad 20, konvensi penamaan komet setelah penemu mereka menjadi
umum, dan ini masih jadi hari ini. Sebuah komet dinamai sampai tiga penemu
independen. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak komet telah ditemukan oleh
instrumen yang dioperasikan oleh tim besar astronom, dan dalam hal ini, komet
mungkin dinamai untuk instrumen. Sebagai contoh, Comet IRA-Araki-Alcock
ditemukan secara independen oleh satelit IRAS dan astronom amatir Genichi Araki
dan George Alcock. Di masa lalu, ketika beberapa komet ditemukan oleh orang yang
sama, sekelompok orang, atau tim, komet 'nama dibedakan dengan menambahkan
angka untuk para penemu' nama-nama (tapi hanya untuk komet periodik); sehingga
Komet Shoemaker-Levy 1 -9. Saat ini, sejumlah besar komet ditemukan oleh
beberapa instrumen telah menyebabkan sistem ini tidak praktis, dan tidak ada usaha
dibuat untuk memastikan bahwa setiap komet diberi nama yang unik. Sebaliknya,
sebutan sistematis komet 'digunakan untuk menghindari kebingungan.
Sampai tahun 1994, komet pertama kali diberi penunjukan sementara yang terdiri dari
tahun penemuan mereka diikuti oleh huruf kecil menunjukkan urutan penemuan di
tahun itu (misalnya, Comet 1969i (Bennett) adalah komet 9 ditemukan pada 1969).
Setelah komet telah diamati melalui perihelion dan orbitnya telah didirikan, komet
yang telah diberi penunjukan tetap tahun perihelion, yang diikuti oleh angka romawi
yang menunjukkan urutan dari bagian perihelion pada tahun itu, sehingga menjadi
Comet Comet 1969i 1970 II (itu adalah komet kedua untuk lulus perihelion tahun
1970)
Semakin banyak penemuan komet membuat prosedur ini canggung, dan pada tahun
1994 Persatuan Astronomi Internasional menyetujui sistem penamaan yang baru.
Komet sekarang ditunjuk oleh tahun penemuan mereka diikuti dengan surat
menunjukkan setengah bulan penemuan dan nomor yang menunjukkan urutan
penemuan (sebuah sistem serupa dengan yang sudah digunakan untuk asteroid),
sehingga komet keempat ditemukan di paruh kedua Februari 2006, misalnya, akan
ditunjuk 2006 D4. Awalan juga ditambahkan untuk menunjukkan sifat komet:
o P / menunjukkan sebuah komet periodik (yang ditetapkan untuk tujuan-tujuan
sebagai setiap komet dengan periode orbit kurang dari 200 tahun atau
dikonfirmasi pengamatan di lebih dari satu bagian perihelion);
o C / menunjukkan sebuah komet non-periodik (didefinisikan sebagai setiap komet
yang tidak periodik sesuai dengan definisi sebelumnya);
o X / menunjukkan sebuah komet yang tidak ada orbit handal bisa dihitung
(umumnya, komet historis);
o D / menunjukkan sebuah komet periodik yang telah menghilang, pecah atau telah
hilang;
o A / menunjukkan sebuah benda yang keliru diidentifikasi sebagai komet, tetapi
sebenarnya sebuah planet minor.
Misalnya, penunjukan Comet Hale-Bopp adalah C/1995 O1. Setelah bagian kedua
yang diamati perihelion, komet periodik juga diberikan sebuah nomor yang
menunjukkan urutan penemuan mereka [49] Jadi Komet Halley, komet pertama yang
diidentifikasi sebagai periodik., Memiliki 1P/1682 penunjukan sistematis Q1. Komet
yang pertama kali memperoleh predikat planet minor terus yang terakhir, yang
mengarah ke beberapa nama aneh seperti P/2004 EW38 (Catalina-LINEAR).
Hanya ada lima mayat di tata surya kita yang lintas terdaftar sebagai baik komet dan
asteroid: 2060 Chiron (95P/Chiron), 4015 Wilson-Harrington (107P/Wilson-
Harrington), 7968 Elst-Pizarro (133P/Elst-Pizarro ), 60558 Echeclus (174P/Echeclus),
dan 118.401 LINEAR (176P/LINEAR).

Komet Terkemuka
Great komet
Sementara ratusan komet kecil melewati tata surya bagian dalam setiap tahun, sangat
sedikit diperhatikan oleh masyarakat umum. Tentang setiap dekade atau lebih, komet
akan menjadi cukup terang untuk diperhatikan oleh pengamat komet-seperti biasa
sering ditunjuk Komet Besar. Di masa lalu, komet yang cerah sering terinspirasi
panik dan histeria di populasi umum, yang dianggap sebagai pertanda buruk. Baru-
baru ini, selama perjalanan Komet Halley pada tahun 1910, Bumi melewati ekor
komet, dan surat kabar yang salah laporan terinspirasi kekhawatiran bahwa sianogen
di bagian ekor mungkin jutaan racun, sementara tampilan Komet Hale-Bopp pada
tahun 1997 dipicu bunuh diri massal kultus Gerbang Surga. Untuk kebanyakan orang,
bagaimanapun, suatu komet yang besar hanyalah sebuah tontonan yang indah.
Memprediksi apakah komet akan menjadi sebuah komet besar adalah sangat sulit,
karena banyak faktor yang dapat menyebabkan kecerahan sebuah komet untuk
berangkat drastis dari prediksi. Secara umum, jika komet memiliki inti yang besar dan
aktif, akan melewati dekat dengan Matahari, dan tidak dikaburkan oleh Matahari
seperti terlihat dari Bumi ketika di nya cerdas, ia akan memiliki kesempatan untuk
menjadi komet besar. Namun, Comet Kohoutek pada tahun 1973 memenuhi seluruh
kriteria dan diharapkan menjadi spektakuler, tapi gagal untuk melakukannya. Komet
Barat, yang muncul tiga tahun kemudian, memiliki harapan yang jauh lebih rendah
(mungkin karena para ilmuwan jauh warier prediksi bersinar setelah kegagalan
Kohoutek), tetapi menjadi komet yang sangat mengesankan.
Abad ke-20 an melihat celah panjang tanpa penampilan dari setiap komet besar,
diikuti dengan kedatangan dua dalam suksesi cepat-Komet Hyakutake pada tahun
1996, diikuti oleh Hale-Bopp, yang mencapai kecerahan maksimum pada tahun 1997
telah ditemukan dua tahun sebelumnya. Komet besar pertama abad ke-21 adalah
C/2006 P1 (McNaught), yang menjadi pengamat terlihat mata telanjang pada Januari
2007. Itu adalah terang di lebih dari 40 tahun.
Komet Sungrazing
Sebuah komet Sungrazing adalah sebuah komet yang lewat sangat dekat dengan
Matahari di perihelion, kadang-kadang dalam beberapa ribu kilometer dari
permukaan Matahari. Sementara sungrazers kecil dapat benar-benar menguap selama
seperti pendekatan dekat dengan Sun, sungrazers lebih besar bisa bertahan bagian
perihelion banyak. Namun, gaya pasang surut yang kuat yang mereka alami sering
menyebabkan fragmentasi mereka.
Sekitar 90% dari sungrazers diamati dengan SOHO adalah anggota kelompok Kreutz,
yang semuanya berasal dari satu komet raksasa yang pecah menjadi komet yang lebih
kecil selama perjalanan pertama melalui tata surya bagian dalam. 10% lainnya berisi
beberapa sporadis sungrazers, tapi empat kelompok terkait lainnya dari komet telah
diidentifikasi di antara mereka: kracht, kracht 2a, Marsden dan kelompok Meyer. Para
Marsden dan kelompok kracht keduanya tampaknya berhubungan dengan Comet
96P/Machholz, yang juga merupakan induk dari dua meteor sungai, Quadrantid dan
Arietids.
Komet biasa
Dari ribuan komet diketahui, beberapa yang sangat luar biasa. Komet Encke orbit dari
luar sabuk asteroid utama hanya dalam orbit planet Merkurius sedangkan
29P/Schwassmann-Wachmann Komet saat perjalanan dalam orbit lingkaran hampir
seluruhnya antara orbit Jupiter dan Saturnus . 2060 Chiron, yang tidak stabil orbit
adalah antara Saturnus dan Uranus, pada awalnya diklasifikasikan sebagai asteroid
sampai koma samar sudah diketahui Demikian pula,. Comet Shoemaker-Levy 2
awalnya ditunjuk asteroid 1990 UL3 Sekitar enam persen dari asteroid di dekat-bumi.
dianggap punah inti komet yang tidak outgassing pengalaman lagi .
Beberapa komet telah diamati untuk memecah perihelion selama perjalanan mereka,
termasuk Barat komet besar dan Ikeya-Seki. Komet Biela adalah salah satu contoh
yang signifikan, ketika pecah menjadi dua bagian selama perjalanan melalui
perihelion pada 1846. Kedua komet terlihat secara terpisah pada tahun 1852, tetapi
tidak pernah lagi sesudahnya. Sebaliknya, hujan meteor yang spektakuler terlihat
pada tahun 1872 dan 1885 ketika komet seharusnya terlihat. Sebuah hujan meteor
lebih rendah, Andromedids, terjadi setiap tahun pada bulan November, dan itu terjadi
ketika Bumi melintasi orbit Komet Biela.
Cometary gangguan lain yang signifikan adalah bahwa dari Komet Shoemaker-, Levy
9 yang ditemukan pada tahun 1993. Pada saat penemuannya, komet yang telah di
orbit sekitar Jupiter, yang telah ditangkap oleh planet ini selama pendekatan yang
sangat dekat pada tahun 1992. Pendekatan dekat komet telah pecah menjadi ratusan
keping, dan selama enam hari pada bulan Juli 1994, potongan-potongan ini menabrak
astronom suasana-yang pertama Jupiter waktunya telah mengamati tabrakan antara
dua benda dalam tata surya. Hal ini juga telah diusulkan bahwa objek mungkin telah
bertanggung jawab atas peristiwa Tunguska di 1908 adalah fragmen Encke Komet.

Tabrakan Antara Planet dengan Komet
Para ilmuwan berspekulasi bahwa tabrakan antara komet dan planet dapat terjadi
sewaktu-waktu. Diduga beberapa tumbukan antara Bumi dengan komet yang pernah
terjadi beberapa juta tahun lampau menghasilkan lapisan debu yang sangat tebal yang
menutupi atmosfir bumi hingga menyebabkan punahnya beberapa spesies hewan purba.
Tabrakan dengan komet juga diperkirakan merupakan penyebab dari sebuah ledakan
dahsyat yang pernah terjadi di bulan Juni 1908 di daerah Tunguska, Rusia. Di lain pihak,
ada juga ilmuwan yang mempercayai bahwa Bumi secara konstan telah dibombardir oleh
komet yang berukuran kira-kira sebesar rumah tanpa menyebabkan kerusakan. Tabrakan
ini diduga berpengaruh terhadap persediaan air dan adanya beberapa unsur kimia di
Bumi.
Salah satu peristiwa tabrakan komet dengan planet yang terkenal terjadi pada tanggal 16-
22 Juli 1994. Saat itu setidaknya 20 pecahan besar dari komet Shoemaker-Levy 9
menumbuk permukaan planet Jupiter dengan kecepatan 60 km/dt, menimbulkan awan
panas setinggi ribuan km diatas permukaan planet tersebut. Peristiwa itu meninggalkan
gelembung panas yang terdiri atas gas yang berasal dari atmosfer Jupiter. Bekas yang
ditinggalkannya berupa sebuah area besar yang gelap di atmosfir planet tersebut bertahan
hingga beberapa bulan setelah peristiwa tersebut berlalu. Pecahan komet Shoemaker-
Levy 9 menghantam Jupiter pada posisi lintang 45 dan posisi bujur 6.5 di permukaan
bagian luar planet raksasa tersebut. Pecahan terbesar dari komet yang menumbuk Jupiter
diperkirakan berdiameter sekitar 2 km. Para astronom mengamati peristiwa ini dari Bumi
melalui gambar-gambar yang dikirim oleh teleskop antariksa Hubble dan wahana
antariksa Galileo.

3. Asteroid
Asteroid (dari bahasa Yunani, "bintang" + "seperti", dalam bentuk),
kadang-kadang dikelompokkan dengan centaur, trojan Neptunus dan objek trans-
Neptunus menjadi planet minor atau planet, adalah kelas kecil tubuh Sistem Surya di
orbit mengelilingi matahari. The "asteroid" istilah historis diterapkan untuk semua obyek
astronomi yang mengorbit Matahari yang tidak diamati memiliki karakteristik dari suatu
komet aktif atau planet, tetapi telah semakin datang untuk terutama mengacu pada badan
berbatu dan logam kecil dari Solar batin Sistem dan keluar ke orbit Jupiter. Sebagai
obyek kecil di luar tata surya sudah mulai ditemukan komposisi yang diamati berbeda
dari objek historis disebut asteroid. Harbouring didominasi bahan volatil berbasis serupa
dengan komet daripada asteroid berbatu atau logam lebih akrab, mereka sering dibedakan
dari mereka. Ada jutaan asteroid, dan seperti kebanyakan kecil lainnya Sistem tubuh
Surya asteroid dianggap sisa-sisa planetesimal, bahan dalam nebula surya Matahari muda
yang belum tumbuh cukup besar untuk membentuk planet. Sebagian besar asteroid yang
dikenal orbit di sabuk utama asteroid antara orbit Mars dan Jupiter, namun banyak
keluarga ada orbital berbeda dengan populasi yang signifikan termasuk Jupiter Trojans
dan asteroid dekat Bumi. asteroid Individu dikategorikan dengan spektrum karakteristik
mereka, dengan mayoritas jatuh ke dalam tiga kelompok utama: C-type, S-jenis, dan M-
tipe. Biasanya ini diidentifikasi dengan komposisi karbon kaya, berbatu, dan logam
masing-masing.
Asteroid adalah benda-benda kecil yang mengelilingi matahari dan garis edar asteroid
berada di antara Planet Mars dan Jupiter. Sifat benda-benda tersebut diduga sama dengan
planet. Hanya, ukurannya lebih kecil. Oleh karena itu, asteroid juga sering disebut
planetoid. Asteroid terbesar berdiameter 770 km dinamakan ceres sesuai dengan nama
penemunya. Jumlah asteroid yang telah ditemukan sekitar 5.500 buah. Selain ceres
ateroid yang terkenal adalah Pallas, Vesta, Juno, dan Eros.
Asteroid terbedar adalah Ceres yang mempunyai diameter kira-kira 772 km. 2% dari
asteroid mempunyai diameter lebih dari 60 km. pada saat ini tercatat sebanyak 1.600
asteroid, tetapi jumlah sebenarnya tidak kurang dari 100.000 buah dengan massa
keseluruhan hanya sekitar 0,001 dari massa bumi. Para ahli astronomi menyatakan dalam
sebuah teori bahwa asteroid adalah sisa-sisa planet yang meledak sebelumnya mengorbit
matahari di antara orbit-orbit Mars dan Yupiter. Planet tersebut bergerak hingga jarak
yang terlalu dekat dengan Yupiter sehingga hancur karena adanya gaya gravitrasi planet
Yupiter. Kepingan-kepingan planet saling berbenturan sehingga menyebabkan orbit-orbit
yang berbeda. Ada sebuah teori lain menjelaskan bahwa asteroid adalah bongkahan-
bongkahan benda-benda angkasa yang tidak pernah dapat membentuk planet pada waktu
system tata surya terbentuk. Hal ini karena adanya gaya gravitasi dari planet Yupiter,
yang menghalangi bongkahan-bongkahan benda angkasa tersebut untuk saling menarik
dan membentuk sebuah bentuk yang utuh.
Antara planet dalam dan planet luar antara orbit mars dan Jupiter terdapat sabuk
asteroid yaitu ribuan planet kecil dan pecahan-pecahan yang asalnya masih
diperdebatkan. Asteroid kadang-kadang disebut planetoid.
Asteroid pertama ditemukan pada hari pertama abad 19 (1 Januari 1801) oleh Piazzi
dan diberi nama Ceres, kemudian berturut-turut ditemukan asteroid-asteroid yang lain
seperti Pallas pada tahun 1802. Pada saat sekatang, ribuan asteroid telah direkam dan
ribuan orbit asteroid telah ditentukan. Kebanyakan orbit asteroid terletak antara orbit
mars dan Jupiter. Sekitar 90% nya mempunyai jarak ke matahari 2,3 dan 3,3 satuan
astronomi dan secara rata-rata jarak asteroid ke matahari adalah 2,8 satuan astronomi
yang sesuai dengan hokum Bode.
Beeberapa asteroid mempunyai orbit seperti Adoins, Apollo, dan Hermes. Tetapi
hidalgo adalah salah satu asteroid yang mempunyai orbit paling besar.
BUKU IPBA GAMBAR ORBIT ASTEROID. 36
Penemu Asteroid
Planet kecil pertama bernama, Ceres, ditemukan pada tahun 1801 oleh Giuseppe
Piazzi, dan pada awalnya dianggap sebagai planet baru. [Catatan 1] Hal ini diikuti oleh
penemuan badan serupa lainnya, yang dengan peralatan waktu itu tampaknya poin
cahaya, seperti bintang, menunjukkan sedikit atau tidak ada disc planet (meskipun mudah
dibedakan dari bintang-bintang karena gerakan nyata mereka). Hal ini mendorong
astronom Sir William Herschel mengusulkan istilah "asteroid", dari Yunani,
bintang = asteroeids = bintang-seperti, berbentuk bintang, dari A Yunani kuno,
aster. Dalam paruh kedua awal abad kesembilan belas, istilah "asteroid" dan "planet"
(tidak selalu memenuhi syarat sebagai "kecil") masih digunakan secara bergantian,
misalnya, para Tahunan Ilmiah Discovery untuk 1871, halaman 316, reads "Profesor J.
Watson telah diberikan oleh Paris Academy of Sciences, hadiah astronomi, Lalande
dasar, untuk penemuan 8 asteroid baru dalam satu tahun. Planet Lydia (No. 110),
ditemukan oleh M. Borelly di Marseilles Observatorium. M. Borelly pernah menemukan
2 planet bertuliskan angka 91 dan 99 dalam sistem revolving asteroid antara Mars dan
Jupiter ".

Symbol Asteroid
Asteroid pertama ditemukan ditugaskan simbol seperti yang secara tradisional
digunakan untuk menunjuk Bumi, Bulan, Matahari dan planet-planet. Simbol cepat
menjadi kaku, sulit untuk menggambar dan mengenali. Pada akhir tahun 1851 ada 15
asteroid diketahui, masing-masing (kecuali satu) dengan simbol sendiri (s). Johann Franz
Encke membuat perubahan besar dalam Berliner Astronomisches Jahrbuch (BAJ, Berlin
Astronomical Yearbook) untuk 1854. Dia memperkenalkan dikelilingi angka bukan
simbol, meskipun penomoran nya dimulai dengan Astraea, empat pertama asteroid akan
terus dinotasikan dengan simbol tradisional mereka. Inovasi simbolis sangat cepat
diadopsi oleh komunitas astronomi. Tahun berikutnya (1855), nomor Astraea adalah
bertemu sampai 5, tetapi Ceres melalui Vesta akan dicatatkan dengan jumlah mereka
hanya dalam edisi 1867. Sebuah asteroid lagi (28 Bellona, 35 Leukothea, dan 37 Fides )
akan diberikan simbol dan angka. Lingkaran akan menjadi sepasang tanda kurung, dan
tanda kurung kadang-kadang dihilangkan sama sekali selama beberapa dekade
mendatang.


Metode Sejarah Asteroid
Metode penemuan Asteroid telah meningkatkan selama dua abad terakhir. Pada
tahun-tahun terakhir abad ke-18, Baron Franz Xaver von Zach terorganisir kelompok dari
24 astronom untuk mencari langit untuk planet yang hilang diperkirakan di sekitar 2,8
AU dari Matahari oleh hukum Titius-Bode, sebagian karena penemuan, dengan Sir
William Herschel pada tahun 1781, dari planet Uranus pada jarak yang diprediksi oleh
hukum. Tugas ini mengharuskan grafik langit yang ditarik tangan disiapkan untuk semua
bintang di band dgn mintaku'lburuj turun ke disepakati batas pingsan. Pada malam-
malam berikutnya, langit akan memetakan lagi dan setiap benda bergerak akan, mudah-
mudahan, akan terlihat. Gerakan yang diharapkan dari planet yang hilang adalah sekitar
30 detik busur per jam, mudah dilihat oleh pengamat.
Asteroid pertama, 1 Ceres, tidak ditemukan oleh seorang anggota kelompok,
melainkan secara tidak sengaja pada tahun 1801 oleh Giuseppe Piazzi, direktur
observatorium dari Palermo di Sisilia. Ia menemukan sebuah objek bintang-seperti baru
di Taurus dan mengikuti perpindahan obyek ini selama beberapa malam. Rekannya, Carl
Friedrich Gauss, yang digunakan pengamatan ini untuk menemukan jarak yang tepat dari
objek yang tidak dikenal ke Bumi. perhitungan Gauss 'menempatkan objek antara planet
Mars dan Jupiter. Piazzi nama setelah Ceres, dewi pertanian Romawi.
Tiga asteroid lain (2 Pallas, Juno 3, dan 4 Vesta) ditemukan selama beberapa tahun ke
depan, dengan Vesta ditemukan pada tahun 1807. Setelah delapan tahun lagi pencarian
tanpa hasil, astronom paling berasumsi bahwa tidak ada lagi dan ditinggalkan setiap
pencarian lebih lanjut.
Namun, Karl Ludwig Hencke bertahan, dan mulai mencari asteroid lebih pada tahun
1830. Lima belas tahun kemudian, ia menemukan 5 Astraea, asteroid baru pertama dalam
38 tahun. Dia juga menemukan 6 Hebe kurang dari dua tahun kemudian. Setelah ini, para
astronom lain bergabung dalam pencarian dan setidaknya satu asteroid baru ditemukan
setiap tahun setelah itu (kecuali perang tahun 1945). pemburu asteroid Terkemuka dari
era awal adalah JR Hind, Annibale de Gasparis, Robert Luther, HMS Goldschmidt, Jean
Chacornac, James Ferguson, Norman Robert Pogson, EW Tempel, JC Watson, CHF
Peters, A. Borrelly, J. Palisa, Henry saudara dan Auguste Charlois.
Pada tahun 1891, bagaimanapun, Max Wolf mempelopori penggunaan
astrophotography untuk mendeteksi asteroid, yang muncul sebagai garis pendek pada
piring panjang-paparan fotografi. Hal ini secara dramatis meningkatkan tingkat deteksi
dibandingkan dengan metode visual sebelumnya: Wolf saja ditemukan 248 asteroid,
dimulai dengan 323 Brucia, sedangkan hanya sedikit lebih dari 300 telah ditemukan
sampai saat itu. Diketahui bahwa ada banyak lagi, tapi kebanyakan astronom tidak repot-
repot dengan mereka Menyebut mereka "kutu dari langit", sebuah frase karena Edmund
Weiss Bahkan satu abad kemudian,. Hanya beberapa ribu asteroid diidentifikasi, nomor
dan nama.

Metode Manual tahun 1900-an dan pelaporan modern
Sampai tahun 1998, asteroid itu ditemukan oleh proses empat langkah. Pertama,
wilayah langit difoto oleh teleskop bidang lebar, atau Astrograph. Pasang foto yang
diambil, biasanya satu jam terpisah. Beberapa pasangan bisa diambil alih serangkaian
hari. Kedua, dua film dari wilayah yang sama dilihat dalam sebuah stereoscope.
Setiap badan di orbit sekitar Matahari akan bergerak sedikit antara sepasang film.
Dalam stereoscope, gambar tubuh akan tampak melayang sedikit di atas latar
belakang bintang-bintang. Ketiga, sekali benda yang bergerak telah diidentifikasi,
lokasinya akan diukur tepat dengan menggunakan mikroskop digitalisasi. Lokasi akan
diukur relatif terhadap lokasi bintang dikenal.
Ketiga langkah pertama tidak merupakan penemuan asteroid: pengamat hanya
menemukan sebuah penampakan, yang mendapat penunjukan sementara, terdiri dari
tahun penemuan, surat yang mewakili setengah bulan penemuan, dan akhirnya surat
dan nomor yang menunjukkan penemuan's berurutan nomor (contoh: 1998 FJ74).
Langkah terakhir dari penemuan adalah mengirimkan lokasi dan waktu pengamatan
ke Minor Planet Center, di mana program komputer menentukan apakah suatu
hubungan penampakan penampakan bersama-sama pertama pada orbit tunggal. Jika
demikian, objek menerima nomor katalog dan pengamat dari kemunculan pertama
dengan orbit dihitung dideklarasikan penemu, dan diberikan kehormatan penamaan
objek tunduk pada persetujuan dari Persatuan Astronomi Internasional.

Metode Komputerisasi
Ada peningkatan minat dalam mengidentifikasi asteroid yang mengorbit bumi silang,
dan itu bisa, dengan waktu yang cukup, bertabrakan dengan Bumi (lihat asteroid
Bumi-crosser). Tiga kelompok paling penting dari asteroid dekat Bumi adalah
Apolos, Amors, dan Atens. Berbagai strategi defleksi asteroid telah diusulkan, sejak
1960-an.
The-dekat Bumi asteroid Eros 433 telah ditemukan sejak tahun 1898, dan 1930-an
membawa sebuah kebingungan benda semacam itu. Dalam rangka penemuan, ini
adalah: 1221 Amor, 1862 Apollo, 2101 Adonis, dan akhirnya 69230 Hermes, yang
mendekati dalam 0.005 AU dari Bumi pada tahun 1937. Para astronom mulai
menyadari kemungkinan dampak Bumi.
Dua peristiwa di dekade kemudian meningkat alarm: peningkatan penerimaan
hipotesis Walter Alvarez 'bahwa dampak acara mengakibatkan kepunahan
Cretaceous-Tersier, dan observasi 1994 dari Komet Shoemaker-Levy 9 menabrak
Jupiter. Militer AS juga dibuka untuk publik informasi yang satelit militer, dibangun
untuk mendeteksi ledakan nuklir, telah mendeteksi ratusan dampak atas suasana oleh
objek berkisar antara satu sampai 10 meter.
Semua pertimbangan ini membantu memacu peluncuran sistem otomatis yang sangat
efisien yang terdiri dari Charge-Coupled Device (CCD) kamera dan komputer
langsung tersambung ke teleskop. Sejak tahun 1998, sebagian besar dari asteroid
telah ditemukan oleh sistem otomatis tersebut. Daftar tim menggunakan sistem
otomatis tersebut meliputi :
o Lincoln Near-Earth Asteroid Research (LINEAR) tim
o Dekat-Earth Asteroid Tracking (NEAT) tim
o Spacewatch
o The Lowell Observatory Near-Earth-Object Search (LONEOS) tim
o Survei Catalina Sky (CSS)
o The Campo Imperatore Near-Earth Objects Survey (CINEOS) tim
o Jepang The Association Spaceguard
o Survei Asteroid Asiago-DLR (ADAS)
Sistem LINEAR sendiri telah menemukan 97.470 asteroid, pada tanggal 18 Maret
2008. Di antara semua sistem otomatis, 4711 asteroid dekat Bumi telah ditemukan
termasuk lebih dari 600 lebih dari 1 km (0.6 mil) di diameter. Tingkat penemuan
mencapai puncaknya pada tahun 2000, ketika 38.679 planet minor diberi nomor, dan
telah turun terus sejak itu (719 planet minor yang berjumlah 2007).

Terminologi Asteroid
Secara tradisional, tubuh kecil mengorbit Matahari dikategorikan sebagai asteroid, komet
atau meteoroid, dengan sesuatu yang lebih kecil dari sepuluh meter di disebut Meteoroid
a. Istilah "asteroid" adalah tidak jelas. Tidak pernah memiliki definisi formal, dengan
planet yang lebih luas istilah minor yang disukai oleh International Astronomical Union
dari 1853 pada. Pada tahun 2006, istilah "kecil tata surya tubuh" diperkenalkan untuk
menutupi kedua planet paling kecil dan komet bahasa lain lebih suka "planetoid" (Yunani
untuk "planet-seperti"),. Dan istilah ini sering digunakan dalam bahasa Inggris untuk
yang lebih besar asteroid. Kata "planetesimal" memiliki makna serupa, tetapi mengacu
khusus untuk blok bangunan kecil dari planet-planet yang ada saat itu membentuk Tata
Surya. The "planetule" istilah diciptakan oleh William geolog Daniel Conybeare untuk
menggambarkan planet minor, tetapi tidak digunakan umum.
Ketika ditemukan, asteroid dipandang sebagai kelas objek yang berbeda dari komet, dan
tidak ada istilah terpadu untuk dua sampai "kecil tata surya tubuh" diciptakan pada tahun
2006. Perbedaan utama antara sebuah asteroid dan komet adalah bahwa sebuah komet
menunjukkan koma karena sublimasi es dekat permukaan oleh radiasi matahari. Sebuah
benda sedikit yang berakhir dengan dual-terdaftar karena mereka pertama
diklasifikasikan sebagai planet kecil tapi kemudian menunjukkan bukti aktivitas
cometary. Sebaliknya, beberapa (mungkin semua) komet pada akhirnya kehabisan es
permukaan stabil dan menjadi asteroid. Perbedaan selanjutnya adalah bahwa komet
biasanya memiliki orbit yang lebih eksentrik dari asteroid paling; paling "asteroid"
dengan orbit eksentrik terutama adalah komet mungkin aktif atau punah.
Selama hampir dua abad, dari penemuan asteroid pertama, Ceres, pada tahun 1801
sampai penemuan centaur pertama, 2060 Chiron, pada tahun 1977, semua asteroid yang
dikenal menghabiskan sebagian besar waktu mereka di atau dalam orbit Jupiter,
meskipun beberapa seperti 944 Hidalgo berkelana jauh melampaui Jupiter untuk bagian
dari orbit mereka. Ketika astronom mulai menemukan tubuh kecil lebih yang secara
permanen berada lebih jauh dari Jupiter, sekarang disebut centaur, mereka mencatat
mereka di antara asteroid tradisional, meskipun ada perdebatan tentang apakah mereka
harus diklasifikasikan sebagai asteroid atau sebagai jenis baru objek. Lalu, ketika objek
trans-Neptunus pertama, 1992 QB1, ditemukan pada tahun 1992, dan terutama ketika
sejumlah besar objek serupa mulai muncul, istilah baru diciptakan untuk menghindari
masalah: objek Sabuk Kuiper, objek trans-Neptunus, tersebar- objek disc, dan
sebagainya. Ini menghuni mencapai luar dingin dari tata surya di mana es tetap padat dan
tubuh komet-seperti tidak diharapkan untuk memamerkan kegiatan cometary banyak, jika
centaur atau objek trans-Neptunus adalah untuk usaha dekat dengan Sun, es volatile
mereka akan menghaluskan, dan pendekatan tradisional akan menggolongkan mereka
sebagai komet dan tidak asteroid.
Yang paling dalam ini adalah obyek Sabuk Kuiper, yang disebut "objek" sebagian untuk
menghindari kebutuhan untuk mengklasifikasikan mereka sebagai asteroid atau komet
Mereka diyakini menjadi dominan komet-seperti dalam komposisi,. Meskipun beberapa
mungkin lebih mirip dengan asteroid Lebih jauh lagi,. kebanyakan tidak memiliki orbit
yang sangat eksentrik yang terkait dengan komet, dan yang sejauh ini ditemukan lebih
besar dari inti komet tradisional. (Awan Oort jauh lebih jauh dihipotesiskan menjadi
reservoir utama komet tidak aktif.) Pengamatan terbaru lainnya, seperti analisis dari debu
cometary dikumpulkan oleh Stardust probe, semakin mengaburkan perbedaan antara
komet dan asteroid, menyarankan "sebuah kontinum antara asteroid dan komet" daripada
garis pemisah yang tajam.
Planet-planet minor di balik orbit Jupiter kadang-kadang juga disebut "asteroid",
terutama dalam presentasi populer Namun,. Hal ini menjadi semakin umum untuk istilah
"asteroid" harus dibatasi untuk planet minor dari tata surya bagian dalam. [24] Oleh
karena itu, artikel ini akan membatasi diri untuk sebagian besar ke asteroid klasik: obyek
dari sabuk asteroid utama, trojan Jupiter, dan objek dekat Bumi.



Distribusi Asteroid dalam Tata Surya
Berbagai dinamika kelompok asteroid telah ditemukan mengorbit di tata surya bagian
dalam. orbit mereka terganggu oleh gravitasi dari badan lain dalam tata surya dan oleh
efek Yarkovsky. populasi yang signifikan meliputi;
Sabuk Asteroid Utama
Mayoritas dari orbit asteroid dikenal dalam sabuk utama asteroid antara orbit Mars
dan Jupiter, umumnya dalam eksentrisitas relatif rendah (yaitu, tidak terlalu
memanjang) orbit. sabuk ini sekarang diperkirakan mengandung antara 1,1 dan 1,9
juta asteroid yang lebih besar dari 1 km (0.6 mil) di diameter, [30] dan jutaan yang
lebih kecil [31]. ini mungkin asteroid sisa-sisa dari disk protoplanet, dan di daerah ini
adanya pertambahan planetesimal menjadi planet selama periode formatif tata surya
terhalang oleh gangguan gravitasi besar dengan Jupiter.
Trojan
Asteroid Trojan adalah suatu populasi yang berbagi orbit dengan planet yang lebih
besar atau bulan, tetapi tidak bertabrakan dengan karena mereka mengorbit di salah
satu dari dua titik Lagrangian stabilitas, L4 dan L5, yang terletak di 60 depan dan
belakang tubuh yang lebih besar .
Populasi yang paling signifikan asteroid Trojan adalah Trojan Jupiter. Meskipun
sedikit Jupiter Trojans telah ditemukan sebagai tahun 2010, diperkirakan bahwa ada
sebanyak ada asteroid di sabuk utama. Sebuah trojan pasangan juga telah ditemukan
mengorbit dengan Mars.
Asteroid Hampir-Bumi
Asteroid dekat-Bumi, atau NEA, menjadi asteroid yang memiliki orbit yang lolos
dekat dengan Bumi. Asteroid yang sebenarnya lintasan orbit bumi dikenal sebagai
Bumi-pelintas. Pada Mei 2010, 7.075 asteroid dekat Bumi dikenal dan jumlah lebih
dari satu kilometer dengan diameter diperkirakan 500 - 1.000.

Karakteristik Asteroid
Distribusi Ukuran
Objek di sabuk asteroid utama sangat bervariasi dalam ukuran, dari hampir 1000
kilometer untuk hanya puluhan terbesar ke batuan meter Tiga terbesar adalah sangat
mirip dengan planet miniatur:. Mereka secara kasar berbentuk bola, memiliki
setidaknya sebagian interior dibedakan, dan diperkirakan akan bertahan protoplanets.
Sebagian besar, bagaimanapun, adalah jauh lebih kecil dan berbentuk tidak beraturan,
mereka dianggap baik planetesimal bertahan hidup atau potongan tubuh yang lebih
besar. Kurcaci itu planet Ceres adalah objek terbesar di sabuk asteroid, dengan
diameter 975 km (610 mil). Terbesar berikutnya adalah asteroid 2 Pallas dan 4 Vesta,
baik dengan diameter lebih dari 500 km (300 mil). Biasanya Vesta merupakan
asteroid sabuk hanya utama yang bisa, pada kesempatan, menjadi terlihat dengan
mata telanjang. Namun, pada beberapa kesempatan langka, sebuah asteroid dekat
Bumi singkat bisa menjadi terlihat tanpa bantuan teknis; lihat 99942 Apophis.
Massa dari semua obyek dari sabuk asteroid Utama, berbaring antara orbit Mars dan
Jupiter, diperkirakan sekitar 3,0-3,6 1021 kg, atau sekitar 4 persen dari massa
Bulan. Dari jumlah ini, Ceres terdiri dari 0,95 1021 kg, beberapa persen dari total
32. [35] [36] Menambahkan di tiga obyek berikutnya yang paling besar, Vesta (9%),
Pallas (7%), dan Hygiea (3%) , membawa angka ini sampai 51%, sedangkan tiga
setelah itu, 511 Davida (1.2%), 704 Interamnia (1,0%), dan 52 Europa (0,9%), hanya
menambah 3% dari total massa. Jumlah asteroid kemudian meningkat dengan cepat
karena penurunan massa masing-masing.
Jumlah asteroid menurun tajam dengan ukuran. Meskipun ini umumnya mengikuti
kuasa hukum, ada 'benjolan' di 5 km dan 100 km, di mana asteroid lebih dari yang
diharapkan dari distribusi logaritmik ditemukan.

Komposisi Asteroid
Komposisi fisik asteroid yang bervariasi dan dalam kebanyakan kasus kurang dipahami.
Ceres tampaknya terdiri dari inti berbatu ditutupi oleh mantel dingin, di mana Vesta
diperkirakan memiliki inti nikel-besi, olivin mantel, dan kerak basaltik [38] 10 Hygiea,.
Namun, yang tampaknya memiliki komposisi yang seragam primitif dari chondrite
karbonan, dianggap tidak dibedakan asteroid terbesar. Banyak, mungkin sebagian besar,
asteroid lebih kecil tumpukan puing longgar yang diselenggarakan bersama oleh
gravitasi. Beberapa bulan atau co-mengorbit asteroid biner. Tumpukan puing-puing,
bulan, binari, dan keluarga asteroid tersebar diyakini hasil tabrakan yang mengganggu
sebuah asteroid induk.
Asteroid mengandung jejak-asam amino dan senyawa organik lainnya, dan beberapa
berspekulasi bahwa dampak asteroid mungkin telah unggulan Bumi dini dengan bahan-
bahan kimia yang diperlukan untuk memulai hidup, atau mungkin bahkan membawa
hidup itu sendiri ke Bumi.
Hanya satu asteroid, 4 Vesta, yang memiliki permukaan reflektif, biasanya terlihat
dengan mata telanjang, dan ini hanya di langit sangat gelap ketika posisi baik. Jarang,
asteroid kecil lewat dekat Bumi bisa saja telanjang-mata terlihat untuk waktu yang
singkat.
Komposisi dihitung dari tiga sumber utama: Albedo, spektrum permukaan, dan
kepadatan. Yang terakhir hanya bisa ditentukan secara akurat dengan mengamati orbit
bulan asteroid mungkin. Sejauh ini, setiap asteroid dengan bulan-bulan telah berubah
menjadi tumpukan puing, konglomerasi longgar batu dan logam yang mungkin setengah
ruang kosong berdasarkan volume. Asteroid diteliti adalah sebagai besar dengan diameter
280 km, dan termasuk 121 Hermione (268 186 183 km), dan 87 Sylvia (384 262
232 km). Hanya setengah lusin asteroid lebih besar dari 87 Sylvia, meski tidak satupun
dari mereka memiliki bulan. Fakta bahwa asteroid besar tersebut tumpukan puing-puing,
mungkin karena dampak yang mengganggu, memiliki konsekuensi penting untuk
pembentukan sistem Solar: Simulasi komputer dari tabrakan yang melibatkan tubuh padat
menunjukkan kepada mereka menghancurkan satu sama lain sesering penggabungan, tapi
tumpukan puing bertabrakan lebih mungkin untuk menggabungkan. Ini berarti bahwa inti
dari planet dapat terbentuk relatif cepat.

Klasifikasi Asteroid
Asteroid umumnya diklasifikasikan menurut dua kriteria: karakteristik orbitnya, dan fitur
spektrum reflektansi mereka.
Klasifikasi Orbital
Banyak asteroid telah ditempatkan dalam kelompok dan keluarga berdasarkan
karakteristik orbit mereka. Terlepas dari divisi luas, adalah kebiasaan untuk nama
kelompok asteroid setelah anggota pertama dari kelompok untuk ditemukan.
Kelompok asosiasi dinamis relatif longgar, sedangkan keluarga ketat dan hasil dari
bencana pecahnya asteroid besar orang tua waktu di masa lalu. [42] Keluarga hanya
telah diakui dalam sabuk asteroid utama. Mereka pertama kali diakui oleh Kiyotsugu
Hirayama pada tahun 1918 dan sering disebut keluarga Hirayama untuk
menghormatinya.
Sekitar 30% sampai 35% dari tubuh di sabuk utama milik keluarga dinamik
pemikiran masing-masing memiliki asal mula yang sama dalam tabrakan masa lalu
antara asteroid. Sebuah keluarga juga telah dikaitkan dengan planet kerdil Haumea
Plutoid.
Kuasi-satelit dan objek tapal kuda
Beberapa asteroid memiliki orbit tapal kuda yang tidak biasa yang co-orbital dengan
Bumi atau planet lain. Contohnya adalah Cruithne 3753 dan 2002 AA29. Contoh
pertama dari jenis pengaturan orbital ditemukan antara Saturnus bulan Epimetheus
dan Janus.
Kadang-kadang benda tapal kuda sementara menjadi kuasi-satelit selama beberapa
dekade atau beberapa ratus tahun, sebelum kembali ke status mereka sebelumnya.
Baik Bumi dan Venus diketahui telah kuasi-satelit. benda tersebut, jika dikaitkan
dengan Bumi atau Venus atau bahkan hipotetis Mercury, adalah kelas khusus dari
asteroid Aten. Namun, objek tersebut dapat dikaitkan dengan planet luar juga.
Klasifikasi spektral
Pada tahun 1975, sebuah sistem taksonomi asteroid berdasarkan warna, Albedo, dan
bentuk spektral dikembangkan oleh Clark R. Chapman, David Morrison, dan Ben
Zellner. Properti ini dianggap sesuai dengan komposisi bahan permukaan asteroid..
Sistem klasifikasi asli memiliki tiga kategori: C-jenis untuk objek karbon gelap (75%
dari asteroid diketahui), S-jenis untuk membatu (silicaceous) obyek (17% dari
asteroid diketahui) dan U bagi mereka yang tidak cocok dengan baik C atau S.
Klasifikasi ini telah dilakukan sejak diperluas untuk mencakup banyak jenis asteroid
lainnya. Jumlah jenis terus berkembang sebagai asteroid lebih banyak dipelajari.
Dua taksonomi paling banyak digunakan sekarang digunakan adalah klasifikasi
Tholen dan klasifikasi SMASS. Yang pertama diusulkan pada tahun 1984 oleh David
J. Tholen, dan didasarkan pada data yang dikumpulkan dari survei asteroid delapan-
warna dilakukan pada 1980-an. Hal ini mengakibatkan 14 kategori asteroid. Pada
tahun 2002, Kecil Main-Sabuk asteroid spektroskopi Survei menghasilkan versi
modifikasi dari taksonomi Tholen dengan 24 jenis yang berbeda. Kedua sistem
memiliki tiga kategori C, S, dan asteroid X, dimana X terdiri dari sebagian besar
asteroid logam, seperti jenis-M. Ada juga beberapa kelas yang lebih kecil.
Perhatikan bahwa proporsi asteroid diketahui jatuh ke dalam berbagai jenis spektral
tidak selalu mencerminkan proporsi dari semua asteroid yang jenis itu, beberapa jenis
lebih mudah untuk mendeteksi daripada yang lain, biasing totalnya.

Eksplorasi Asteroid
Sampai usia perjalanan ruang angkasa, objek di sabuk asteroid itu hanya pinpricks
cahaya dalam bahkan teleskop terbesar dan bentuk mereka dan medan tetap misteri.
Teleskop berbasis darat paling modern dan Hubble mengorbit bumi-angkasa Hubble
dapat menyelesaikan sedikit detail pada permukaan asteroid terbesar, tetapi bahkan
sebagian besar ini masih sedikit lebih dari gumpalan fuzzy. Terbatas informasi tentang
bentuk dan komposisi asteroid bisa disimpulkan dari kurva cahaya mereka (variasi
mereka dalam terang ketika mereka berputar) dan sifat spektrum mereka, dan ukuran
asteroid dapat diestimasi dengan waktu yang panjang occulations bintang (saat asteroid
lewat langsung di depan bintang). Radar pencitraan dapat menghasilkan informasi yang
baik mengenai bentuk asteroid dan parameter orbit dan rotasi, terutama untuk asteroid
dekat Bumi. Dalam hal v delta dan persyaratan propelan, Neos lebih mudah diakses
daripada Bulan.
Dekat pertama-up foto-foto objek seperti asteroid diambil pada tahun 1971 ketika
Mariner 9 probe dicitrakan Phobos dan Deimos, dua bulan kecil Mars, yang mungkin
ditangkap asteroid. Gambar-gambar ini mengungkapkan, bentuk tidak teratur seperti
kentang-asteroid besar, seperti yang dilakukan kemudian gambar dari Voyager probe dari
bulan kecil raksasa gas.
Asteroid sejati pertama untuk difoto di close-up 951 Gaspra pada tahun 1991, diikuti
pada tahun 1993 oleh 243 Ida dan bulan yang Dactyl, semua yang dicitrakan oleh probe
Galileo perjalanan ke Jupiter.
Probe asteroid pertama yang didedikasikan adalah NEAR Shoemaker, yang difoto 253
Mathilde pada tahun 1997, sebelum masuk ke orbit sekitar 433 Eros, akhirnya mendarat
di permukaan pada tahun 2001.
Asteroid lain sebentar dikunjungi oleh pesawat luar angkasa dalam perjalanan ke
tujuan lain termasuk 9969 Braille (oleh Deep Space 1 tahun 1999), dan 5535 Annefrank
(oleh Stardust pada tahun 2002). Pada bulan September 2005, probe Hayabusa Jepang
mulai belajar 25143 Itokawa secara rinci dan dipenuhi dengan kesulitan, namun kembali
sampel permukaan ke bumi pada tanggal 13 Juni 2010.
Probe Rosetta Eropa (diluncurkan pada tahun 2004) terbang oleh 2867 teins pada tahun
2008 dan 21 Lutetia, asteroid terbesar dikunjungi untuk saat ini, pada tahun 2010.
Pada bulan September 2007, NASA meluncurkan Misi Dawn, yang akan mengorbit
protoplanet 4 Vesta pada tahun 2011 dan planet kerdil Ceres pada tahun 2015. Ia telah
mengemukakan bahwa asteroid dapat digunakan sebagai sumber bahan yang mungkin
langka atau kelelahan di bumi (pertambangan asteroid), atau bahan untuk membangun
habitat ruang (lihat Kolonisasi asteroid). Bahan yang berat dan mahal untuk memulai dari
bumi suatu hari nanti mungkin akan ditambang dari asteroid dan digunakan untuk
pembuatan ruang dan konstruksi.

Fiksi Asteroid
Asteroid dan sabuk asteroid adalah pokok cerita fiksi ilmiah. Asteroid memainkan peran
beberapa potensi dalam fiksi ilmiah: sebagai tempat manusia bisa menjajah, sumber daya
untuk mengekstrak mineral, bahaya yang dihadapi oleh pesawat ruang angkasa
perjalanan antara dua titik lainnya, dan sebagai ancaman terhadap kehidupan di Bumi
oleh dampak potensial.

4. Meteor
Meteor adalah benda langit yang masuk ke dalam wilayah atmosfer bumi yang
mengakibatkan terjadinya gesekan permukaan meteor dengan udara dalam kecepatan
tinggi. Akibat adanya gesekan yang yang cepat tersebut menimbulkan pijaran api dan
cahaya yang dari kejauhan kita melihatnya seperti bintang jatuh. namun, karena gesekan
itu juga menyebabkan meteor terbakar sebelum masuk ke permukaan bumi.
Meteor adalah fenomena amisi cahaya dalam atmosfer bumi.meteor menuklik
kedalam atmosfer dengan kecepatan antara 11 dan 72 km/detik, kemudian terbakar pada
ketinggian sekitar 100 km. Benda langit yang bertebrangan secara tidak teratur dengan
orbit tidak tetap dan tidak bercahaya disebut meteorid. Meteorid yang jatuh karena gaya
tarik bumi akan berpijar akibat gesekan atmosfer bumi. Jika meteorid dapat mencapai
permukaan bumi tanpa terbakar habis, disebut metorit. Kebanyakan meteor terbakar habis
dan tampak pijar pada waktu memasuki atmosfer bumi.
Meteorit yang pernah jatuh ke permukaan bumi, massnya 36,5 ton. Ada dua macam
meteroit yaitu meterot dengan susunan kimia terutama Nikel dan Besi disebut meteorit
besi, dan meterit dengan susunan kimia terdiri dari Silisium, Magnesium, dan Almunium
disebut meteorit batu.
Meteorid merupakan benda-benda langit yang bergerak di angkasa dengan kecepatan
tinggi. Benda tersebut ukurannya kecil dan orbitnya tidak beraturan. Meteorid ini sering
disebut dengan bintang jatuh. Meteoroid yang meluncur ke bumi dan mengeluarkan
lintasan cahaya disebut meteor. Lintasan cahaya itu terjadi karena adanya gesekan dengan
atmosfer bumi Walaupun jarang sekali terjadi, meteoroid tersebut ada juga yang sampai
ke permukaan bumi (tidak habis terbakar). Meteoroid yang sampai ke permukaan bumi
disebut meteorit. Meteorit ini dapat menimbulkan gempa bumi dan kawah yang besar.
Kawah yang ditimbulkan oleh jatunya meterorid disebut kawah meteor. Meteorid dengan
berat 50.000 ton pernah jatuh di Arizona, Amerika Serikat.

K. Anggota Tata Surya
Tata surya terdiri atas Matahari, delapan planet, dan berbagai benda-benda langit seperti
satelit, komet dan asteroida. Planet-planet berevolusi mengelilingi matahari dengan orbit
berbentuk elips. Beberapa planet mempunyai satelit. Satelit itu berputar mengelilingi planet
dan bersama dengan planet lainnya mengelilingi Matahari. Jadi, tata surya merupakan system
rotasi yang berpusat pada Matahari.
1. Matahari
Bintang adalah benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri dan bintang
yang paling dekat dengan Bumi yaitu Matahari. Kumpulan bintang disebut galaksi dan
Matahari termasuk dalam galaksi Bimasakti. Matahari adalah bintang yang relative kecil
didalam jagat raya dan yang paling dekat dengan Bumi. Jarak rata-rata Bumi Matahari
adalah 150 juta kilometre atau disebut satu Satuan Astronomis (1 SA). Matahari
terbentuk 5 milyar tahun yang lalu, terdiri atas bola api raksasa. Suhu permukaan
Matahari sekitar 6.000
o
C, tetapi bagian intinya mencapai 15 juta derajat celcius. Matahari
terdiri atas materi gas dengan komposisi hydrogen (70%), helium (25%), dan unsur lain
(5%).
Dalam Sistem Tata Surya telah kita ketahui bahwa matahari adalah pusat dari Tata
Surya. Namun di balik semua itu, matahari adalah bintang yang dapat memancarkan
cahayanya sendiri. Selain itu matahari merupakan sumber energi utama kehidupan di
bumi yang menyebabkan proses fisis dan bilogogis dapat berlangsung. Diameter matahari
yaitu 1,410
6
Km.
2. Planet
Kata Planet berasal dari bahasa Yunani yaitu Planetai, yang berarti pengembara.
Pengertian dari planet sendiri adalah benda angkasa yang tidak menghasilkan cahaya
sendiri, berbentuk bulatan, dan beredar mengelilingi bintang. Dalam Tata Surya, bintang
yang dimaksud adalah matahari. Sebagian besar planet dalam Tata Surya orbitnya diikuti
oleh satelit. Satelit ini beredar mengelilingi planet, dan bersama-sama planet mengelilingi
pusatnya (matahari).
Pada awalnya, dalam Sistem Tata Surya Terdapat 9 buah planet. Panet-panet itu
adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Pluto. Namun pada
Sidang Umum International Astronomical Union (IAU) ke-26, pada tanggal 25 Agustus
2006 di Praha, menetapkan hanya 8 buah planet yang masuk dalam Sistem Tata Surya.
Palet yang dikeluarkan dalam anggota Tata Surya adalah Pluto.
a. Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta juga
terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri
geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau
rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya
Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas
dari permukaannya karena semburan angin surya. Besarnya inti besi dan tipisnya
kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa
lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan
("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.
Merkurius merupakan planet yang paling dekat dengan matahari dengan jarak
rata-ratanya sekitar 57,8 juta km. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa suhu udara
di sana sangat ekstrim. Suhu udara pada siang hari dapat mencapai 4000
o
C sedangkan
malam harinya dapat mencapai -2000
o
C. Hal ini juga disebabkan karenya tidak
adanya atmosfer yang menyelubungi planet ini. Diameter planet sekitar 4.850 km.
Planet ini beredar mengelilingi matahari dalam suatu orbit eliptis (lonjong) dengan
periode revolusinya sekitar 88 hari, sedangkan periode rotasinya sekitar 59 hari.
b. Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan
seperti Bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi,
atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih
kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak
memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai
400 C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di
dalam atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena
planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer,
diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
Venus merupakan planet dengan urutan kedua. Pada beberapa keadaan, Venus
sering disebut sebagai bintang kejora pada saat berada pada posisi elongasi barat dan
bintang senja pada waktu elongasi timur. Kecemerlangan planet Venus disebabkan
adanya atmosfer berupa awan putih yang menyelubunginya dan berfungsi
memantulkan cahaya matahari. Jarak rata-rata Venus ke matahari sekitar 108 juta km.
Suhu pada siang dapat mencapai 4770
o
C, sedangkan suhu pada malam hari suhunya
etap tinggi karena panasny tertahan atmosfer. Diameter planet Venus sekitar 12.140
km. Periode rotasinya sekitar 244 hari dengan arah sesuai jarum jam, dan periode
revolusinya sekitar 225 hari.



c. Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan
terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya
planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di
antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diamati
memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-
planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan
21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet
Bumi di dalam Tata Surya.
Bumi merupakan planet urutan ketida dari Tata Surya dihitung dari kedekatan
jaraknya dengan matahari. Jarak rata-ratanya ke matahari sekitar 150 juta km, periode
revolusinya sekitar 365,25 hari, dan periode rotasinya sekitar 23 jam 56 menit dengan
arah barat ke timur. Diameter Bumi sekitar 12.756 km hampir sama dengan diameter
Planet Venus. Tidak dijelaskan secara rinci mengenai suhu pada siang dan malam
harinya. Namun kisaran suhu di Bumi waktu siang dan malam juga di pengaruhi oleh
letak suatu wilayah.
d. Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107
massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah
karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti
Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas
geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari
warna karat tanahnya yang kaya besi. Mars mempunyai dua satelit alami kecil
(Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
Mars merupakan planet keempat dihitung dari kedekatan dengan matahari, namun
planet yang paling dekat dengan Bumi. Jarak rata-rata ke Matahari sekitar 228 juta
km. Periode revolusinya sekitar 687 hari, sedangkan periode rotasi sekitar 24 jam 37
menit. Diameter planet sekitar setengah dari diameter bumi yaitu 6.790 km. Suhu
udara relatif lebih rendah daripada suhu udara di bumi. Planet Mars mempunyai dua
satelit alam, yaitu Phobos dan Deimos.
e. Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari
gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium.
Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-
permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah
Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar,
Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet
kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas. Ganymede, yang merupakan
satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
Jupiter merupkan planet kelima posisinya dari matahari. Jarak rata-ratanya ke
matahari sekitar 778 juta km, berotasi pada sumbunya dengan sangat cepat yakni
sekitar 9 jam 50 menit, sedangkan periode revolusinya sekitar 11,9 tahun. Planet
Jupiter mempunyai satelit alam yang jumlahnya paling banyak yaitu sekitar 13 satelit,
diantaranya adalah Ganimedes, Calisto, Galilea, Io dan Europa. Planet Jupiter
mempunyai diameter sekitar 142.600 km.
f. Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa
kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun
Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari
sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang
paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh
ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan
activitas geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja. Titan berukuran lebih besar
dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki
atmosfer yang cukup berarti.
Saturnus merupakan planet keenam. Jarak rata-rata planet Saturnus ke matahari
adalah 1.427 juta km. Palnet Saturnus mempunyai diameter sekitar 120.200 km.
Saturnus merupakan planet terbesar kedua setelah [lanet Jupiter. Periode rotasinya
sekitar 10 jam 14 menit, dan revolusinya sekitar 29,5 tahun. Saturnus dipisahkan oleh
ruang kosong yang berjarak sekitar 11.265 km dengan cincin dalam Saturnus yang
melingkarinya. urnus mempunyai satelit alam berjumlah sekitar 11 satelit,
diantaranya Titan, Rhea, Thetys, dan Dione.
g. Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling
ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus
mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini
memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit
memancarkan energi panas. Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar
adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Uranus merupakan planet ketujuh dalam jajaran Tata Surya. Jarak rata-rata ke
matahari sekitar 2.870 juta km. Uranus mempunyai diameter 49.000 km hampir
empat kali lipat diameter bumi. Periode revolusinya sekitar 84 tahun, sedangkan
rotasinya sekitar 10 jam 49 menit. Planet Uranus mempunyai lima satelit alam yang
mengelilinginya, yaitu Miranda, Ariel, Umbriel, Titania, dan Oberon
h. Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus, memiliki 17 kali
massa bumi, sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas dari
dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus. Neptunus memiliki 13 satelit
yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser
nitrogen cair. Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah
(retrogade). Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang
disebut Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
Neptunus merupakan planet terakhir dalam jajaran Tata Surya yang merupakan
planet kedelapan. Jarak rata-rata ke matahari sekitar 4.497 juta km. Planet Neptunus
ini mempunyai diameter sebesar 50.200 km. Periode revolusinya sekitar 164,8 tahun,
sedangkan periode rotasinya sekitar 15 jam 48 menit. Satelit alam yang beredar
mengelilingi Neptunus ada dua, yaitu Triton dan Nereid.
i. Pluto
(rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di Sabuk
Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini dianggap sebagai planet yang
kesembilan, definisi ini diganti pada tahun 2006 dengan diangkatnya definisi formal
planet. Pluto gagal mendominasi orbitnya disekitar matahari seperti yang dilakukan
planet lain. Dianggap sebagai planet kecil, para ilmuwan menyepakati syarat benda
angkasa yang disebut planet adalah harus berada di orbit sekitar matahari, ukurannya
cukup besar sehingga bentuknya hampir bulat dan menjauhkan orbitnya dari benda-
benda lain.

L. Gerak Semu Harian dan Tahunan Matahari, Posisi dan Penampakan bulan, gerhana
bulan dan matahari.

Bumi kita berputar seperti gasing. Gerak putar Bumi pada sumbu putarnya ini dinamakan
gerak rotasi. Untuk menyelesaikan satu putaran (satu periode rotasi), dibutuhkan waktu 23
jam 56 menit 4.1 detik. Gerak rotasi Bumi inilah yang menyebabkan terjadinya siang dan
malam dan pergerakan semu benda-benda langit.
Gerak semu langit adalah gerak yang kita amati dari Bumi, dimana benda-benda langit
terlihat terbit di timur dan tenggelam di barat. Gerak semu ini teramati karena Bumi kita yang
ber-rotasi dengan arah sebaliknya, dari barat ke timur. Lintasan gerak benda-benda langit
yang terbit di timur dan terbenam di barat, dinamakan lintasan harian benda langit. Lintasan
harian ini terlihat berbeda jika kita mengamatinya dari lintang berbeda. Jika kita berada tepat
di khatulistiwa, kita akan mengamati lintasan haria benda-benda langit tersebut, tegak lurus
terhadap horizon / ufuk.
Jika kita berada di bumi belahan selatan (sebelah selatan khatulistiwa), kita akan
mengamati lintasan harian benda-benda langit tidak lagi tegak lurus terhadap horizon, tapi
condong ke arah utara. Besarnya kemiringan lintasan harian ini tergantung sejauh mana kita
dari khatulistiwa. Semakin ke arah selatan, maka garis lintasan gerak harian benda-benda
langit akan semakin condong ke arah utara. Begitu juga sebaliknya jika kita bergerak ke arah
utara. Semakin ke utara dari khatulistiwa, maka semakin besar kecondongan lintasan harian
benda-benda langit itu ke arah selatan.
Gerak semu langit tidak sama periodenya dengan gerak Matahari di langit (diamati dari
Bumi). Gerak semu langit periodenya 23 jam 56 menit 4.1 detik, sedangkan gerak harian
Matahari di langit periodenya 24 jam. Terdapat perbedaan sekitar 4 menit. Perbedaan ini
menyebabkan penampakan langit sedikit berbeda dilihat pada jam yang sama tiap harinya.
Sebagai contoh: misalnya sebuah bintang hari in terbit pukul 18:00 sore. Maka keesokan
harinya ia akan terbit pukul 17:56, lusa pukul 17:52, dst. Bintang itu akan terbit 4 menit lebih
cepat dari hari sebelumnya. Karena itu, perlahan-lahan penampakan langit akan bergeser dari
hari ke hari. Kira-kira enam bulan dari sekarang, bagian langit yang berada di atas kepala kita
pada (misalnya) jam 9 malam, akan berada di bawah kaki kita. Dengan kata lain, jika kita
mengamati langit dengan waktu pengamatan yang terpisak 6 bulan,kita akan mengamati dua
belahan bola langit yang berbeda.
Objek-objek langit seperti Matahari, Bulan, dan planet-planet, memiliki geraknya sendiri
diantara bintang-bintang. Matahari bergerak secara perlahan ke arah timur relatif terhadap
bintang-bintang. Karena itu, untuk menyelesaikan satu putaran mulai dari misalnya posisi
tepat di atas kepala kita, terbenam, terbit, kembali di atas kepala kita, matahari membutuhkan
waktu 24 jam (selang waktu sehari semalam). Bintang-bintang membutuhkan waktu sama
denga periode rotasi Bumi, 23j 56m 4.1d. Bulan membutuhkan waktu sedikit bervariasi, kira-
kira 50 menit lebih panjang dari 24 jam. Planet-planet bergerak di langit dengan kecepatan
yang lebih besar lagi variasinya, tergantung pada seberapa dekat planet tersebut ke Matahari,
dan dimana posisinya (dalam orbitnya) relatif terhadap Bumi.

1. Gerak Semu Harian Matahari
Penyebab: rotasi bumi (gerak putar bumi pada sumbu putarnya). kala rotasi bumi adalah
23 jam 56 menit 4.1 detik.
Pada pagi hari matahari terbit di sebelah timur tanda hari mulai siang dan tenggelam
di sebelah barat tanda hari mulai malam. Kejadian alam tersebut disebabkan karena bumi
berotasi. Ketika bumi berotasi, daerah-daerah di bumi yang terkena sinar matahari
mengalami siang dan daerah-daerah di bumi yang tidak terkena matahari mengalami
waktu malam. Setiap hari kita melihat matahari seolah-olah bergerak dari timur ke barat.
Hal ini terjadi karena kita bergerak mengikuti rotasi bumi dari barat ke timur sedangkan
matahari diam.

Dengan demikian, kita akan melihat gerak semu harian matahari. Letak matahari
yang seolah-olah berubah ini menyebabkan panas sinar matahari yang kita rasakan pada
pagi, siang, dan sore berbeda-beda. Hal ini bukan karena jumlah sinar matahari yang
sampai ke bumi berubah-ubah, tetapi karena arah sinar itu berubah-ubah sehingga luas
permukaan yang terkena sinar berbeda-beda pula. Pada pagi dan sore hari sinar matahari
datangnya miring sehingga daerah yang terkena sinar matahari cukup luas.
Adanya rotasi bumi menyebabkan adanya perbedaan waktu di bumi. Perbedaan
waktu antara satu tempat dengan tempat lain berdasarkan garis bujur tempat tersebut.
Sekali rotasi bumi atau dalam 24 jam, setiap tempat di permukaan bumi telah berputar
sebesar 360 bujur. Dengan demikian, setiap 15 bujur ditempuh dalam jangka waktu 1
jam. Setiap garis bujur yang jaraknya 15 atau kelipatannya disebut bujur standar. Waktu
bujur standar disebut waktu lokal. Oleh karena itu, di permukaan bumi terdapat 24 waktu
lokal.
Gerak semu harian matahari mengakibatkan perubahan posisi matahari setiap harinya.
matahari terlihat terbit di timur dan tenggelam di barat. padahal gerak semu ini teramati
karena bumi kita yang ber-rotasi dengan arah sebaliknya, dari barat ke timur. sehingga
akan muncul tampak kesan semu bahwa dari sudut pandang kita (sebagai pengamat) di
bumi, matahari-lah yang bergerak mengelilingi.
Gerak semu harian matahari mengakibatkan perubahan posisi matahari setiap harinya.
matahari terlihat terbit di timur dan tenggelam di barat. padahal gerak semu ini teramati
karena bumi kita yang ber-rotasi dengan arah sebaliknya, dari barat ke timur. sehingga
akan muncul tampak kesan semu bahwa dari sudut pandang kita (sebagai pengamat) di
bumi, matahari-lah yang bergerak mengelilingi.

2. Gerak Semu Tahunan Matahari
Penyebab: revolusi bumi
Gerak revolusi adalah gerakan bumi berputar pada orbitnya dalam mengelilingi
matahari. Waktu yang diperlukan bumi untuk satu kali revolusi disebut kala revolusi.
Kala revolusi bumi adalah 365 hari atau 1 tahun. Antara bulan Maret-September kita
melihat bayangan benda mengarah ke selatan. Hal ini terjadi karena kedudukan matahari
ketika itu seolah-olah berada di sebelah utara. Sebaliknya, antara bulan September-Maret
kita melihat bayangan benda ke utara. Hal itu terjadi karena kedudukan matahari ketika
itu seolah-olah berada di selatan kejadian alam tersebut dinamakan gerak semu tahunan
matahari.


Gerak semu tahunan matahari adalah matahari seolah-olah melakukan pergeseran dari
utara ke selatan dari khatulistiwa. Perubahan musim terjadi pula di belahan bumi utara
dan selatan. Perubahan musim yang terjadi di belahan utara dan selatan adalah musim
dingin, musim semi, musim panas dan musim musim gugur. Gerak semu tahunan
matahari dan perubahan musim di permukaan bumi disebabkan karena bumi beredar
mengelilingi matahari dan poros matahari miring 32 dari garis tegak lurus dari
orbitnya.

Indonesia yang terletak di khatulistiwa hanya mengalami dua musim, yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Pada bulan Oktober sampai dengan Maret bertiup angin
muson barat yang banyak membawa uap air sehingga di Indonesia mengalami musim
hujan. Sedangkan, pada bulan April sampai dengan bulan September bertiup angin
muson timur yang sedikit membawa uap air sehingga di Indonesia mengalami musim
kemarau.
Bumi membutuhkan waktu selama 1 tahun untuk bergerak mengelilingi matahari
(revolusi). bumi, selain bergerak mengelilingi matahari, juga bergerak berputar terhadap
sumbunya (rotasi). tetapi sumbu rotasi bumi ini tidak sejajar terhadap sumbu revolusi,
melainkan sedikit miring sebesar 23,5 derajat. akibat dari miringnya sumbu rotasi bumi
itu, matahari tidak selalu terlihat di atas khatulistiwa mumi, matahari akan terlihat berada
di bagian utara dan selatan bumi. selama setengah tahun, matahari lebih banyak
menerangi bumi bagian utara, dan setengah tahun berikutnya matahari lebih banyak
menerangi bumi bagian selatan.
Bumi membutuhkan waktu selama 1 tahun untuk bergerak mengelilingi matahari
(revolusi). bumi, selain bergerak mengelilingi matahari, juga bergerak berputar terhadap
sumbunya (rotasi). tetapi sumbu rotasi bumi ini tidak sejajar terhadap sumbu revolusi,
melainkan sedikit miring sebesar 23,5 derajat. akibat dari miringnya sumbu rotasi bumi
itu, matahari tidak selalu terlihat di atas khatulistiwa mumi, matahari akan terlihat berada
di bagian utara dan selatan bumi. selama setengah tahun, matahari lebih banyak
menerangi bumi bagian utara, dan setengah tahun berikutnya matahari lebih banyak
menerangi bumi bagian selatan.
Dalam gerak semunya, matahari akan tampak bergerak dari khatulistiwa (equator)
antara 23,5 derajat lintang utara dan lintang selatan. pada tanggal 21 maret 21 juni,
matahari bergeser dari khatulistiwa menuju ke utara dan akan berbalik arah setelah
mencapai 23,5 derajat lintang utara dan kembali bergerak menuju khatulistiwa. setelah
itu, matahari akan tampak bergerak ke selatan dan berbalik arah setelah mencapai 23,5
derajat lintang selatan.


Sekitar tanggal 21 maret saat matahari melintasi ekuator langit, momen ini juga
disebut hari pertama musim semi. saat matahari mencapai deklinasi ini pada titik balik
matahari musim panas sekitar bulan juni 21. hari ini juga disebut pertengahan musim
panas atau hari pertama musim panas. matahari mencapai deklinasi dari -23,5 derajat
pada titik balik matahari musim dingin, sekitar 21 desember.

3. Fase-fase Bulan
Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi, dan merupakan satelit alami terbesar
ke-5 di Tata Surya. Bulan tidak mempunyai sumber cahaya sendiri dan cahaya Bulan
sebenarnya berasal dari pantulan cahaya Matahari.

Jarak rata-rata Bumi-Bulan dari pusat ke pusat adalah 384.403 km, sekitar 30 kali
diameter Bumi. Diameter Bulan adalah 3.474 km, sedikit lebih kecil dari seperempat
diameter Bumi. Ini berarti volume Bulan hanya sekitar 2 persen volume Bumi dan tarikan
gravitasi di permukaannya sekitar 17 persen daripada tarikan gravitasi Bumi. Bulan
beredar mengelilingi Bumi sekali setiap 27,3 hari (periode orbit), dan variasi periodik
dalam sistem Bumi-Bulan-Matahari bertanggungjawab atas terjadinya fase-fase Bulan
yang berulang setiap 29,5 hari (periode sinodik).
Fase bulan adalah bentuk bulan yang selalu berubah-ubah jika dilihat dari bumi. Fase
bulan itu tergantung pada kedudukan bulan terhadap matahari dilihat dari bumi. Fase
bulan disebut juga aspek bulan.
Berikut ini adalah deskripsi dari masing-masing fase Bulan :
Fase 1 New Moon (Bulan baru): Sisi bulan yang menghadap bumi tidak menerima
cahaya dari matahari, maka, bulan tidak terlihat.
Fase 2 Waxing Crescent (Sabit Muda) : Selama fase ini, kurang dari setengah bulan
yang menyala dan sebagai fase berlangsung, bagian yang menyala secara bertahap akan
lebih besar.
Fase 3 Third Quarter (Kuartal III): Bulan mencapai tahap ini ketika setengah dari
itu terlihat.
Fase 4 Waxing Gibbous: Awal fase ini ditandai saat bulan adalah setengah ukuran.
Sebagai fase berlangsung, bagian yang daftar akan lebih besar.
Fase 5 Full Moon (Bulam purnama): Sisi bulan yang menghadap bumi cahaya dari
matahari benar-benar, maka seluruh bulan terlihat. Hal ini terjadi ketika bulan berada di
sisi berlawanan dari Bumi.
Fase 6 Waning Gibbous : Selama fase ini, bagian dari bulan yang terlihat dari Bumi
secara bertahap menjadi lebih kecil.
Fase 7 First Quarter (Kuartal I): Bulan mencapai tahap ini ketika setengah dari itu
terlihat.
Fase 8 Waning Crescent (Sabit tua): Hanya sebagian kecil dari bulan terlihat dalam
fase yang secara bertahap menjadi lebih kecil.

Penjelasan Sederhana Fase - Fase Bulan
Rasanya akan lebih mudah untuk mengertikan siklus bulan dengan mengenal fase
Bulan Mati/Baru dan Bulan Purnama, Kuartal I dan Kuartal III dan fasa-fasa di
antaranya.
Bulan Mati/Baru terjadi pada saat Bulan kurang-lebih berada dalam satu garis lurus di
antara Matahari dan Bumi (Kenapa lebih-kurang akan diterangkan di bawah). Seluruh
permukaan bulan yang disinari matahari berada di bagian belakang bulan, di bagian
yang tidak bisa kita lihat dari Bumi.
Pada Bulan Purnama, Bumi, Bulan dan Matahari kembali kurang-lebih berada dalam
satu garis lurus, tetapipada posisi yang berlawanan, sedemikian rupa sehingga seluruh
pemukaan bulan yang disinari matahari berhadapan dengan kita. Sisi gelapnya
tersembunyi di belakang.
Kuartal I dan Kuartal III dari fasa bulan (keduanya sering disebut Bulan Setengah
(Half Moon) terjadi bila posisi Bulan, Bumi dan Matahari membentuk sudut 900
sehingga kita melihat persis separuh bagian bulan yang disinari matahari dan separuh
bagian lagi gelap.
Dengan mengenal ke empat fasa di atas maka keempat fasa lainnya akan lebih mudah
dimengerti, karena semuanya merupakan gambaran dari proses transisi dari satu fase ke
fase berikutnya
Untuk memudahkan mengingat dan mengerti keempat fase lainnya itu kita istilahkan
; Sabit (Crescent), Gibbous, Waxing (membesar) dan Waning (mengecil).
Sabit (crescent) menunjukkan fasa dimana bulan terkesan disinari kurang dari
separuh permukaannya . Sedangkan Gibbous menunjukkan fasa dimana bulan disinari
lebih dari separuh permukaannya. Waxing pada prinsipnya menunjukkan pembesaran
atau perluasan penyinaran. Sedangkan Waning adalah pengecilan atau penciutan
penyinaran
Sehingga kita bisa mengkombinasikan istilah istilah di atas untuk menunjukan fasa-
fasa bulan, sebagai berikut :
Setelah fasa Bulan Baru (ijtima), sinarnya mulai membesar, tapi masih kurang dari
setengahnya, diistilahkan sebagai Waxing Crescent (Sabit Muda). Setelah Kuartal I
(Bulan Setengah), porsi penyinarannya tetap masih bertambah sehingga lebih dari
setengahnya, sehingga disebut sebagai Waxing Gibbous. Setelah mencapai Purnama,
selanjutnya penyinaran akan mulai mengecil, sehingga disebut Waning Gibbous. Terus
mengecil untuk mencapai Kuartal III (Bulan Setengah) untuk selanjutnya menjadi
Waning Crescent (Sabit Tua) demikian seterusnya menjadi Bulan Mati atau Bulan Baru
(ijtima) kembali.
4. Gerhana Matahari
Gerhana matahari adalah sebuah fenomena alam yang paling di tunggu-tunggu oleh
para ilmuwan dan pecinta fenomena alam. Pasalnya, moment gerhana matahari tidak
sering terjadi, terutama Gerhana matahari total. Proses terjadinya gerhana matahari
sebenarnya sangat sederhana, yaitu ketika bulan melintas diantara matahari dan bumi
pada satu garis lurus. Peristiwa seperti ini jarang sekali terjadi. Dalam satu tahun bisa saja
terjadi gerhana lebih dari tiga kali atau sama sekali tidak terjadi gerhana.
Gerhana matahari terjadi sebagai salah satu akibat adanya revolusi bumi terhadap
matahari dan rotasi bulan terhadap bumi. Saat bulan berada dalam lintasan bumi dan
matahari, maka sebagian kecil wilayan di bumi akan berada di bawah bayang-bayang
bulan. Wilayah di bumi yang berada di daerah umbra akan mengalami gerhana matahari
total, sedangkan beberapa wilayah di bumi yang berada di daerah penumbra akan
mengalami gerhana matahari sebagian (parsial).
Gerhana matahari terjadi pada waktu siang hari. Bagian matahari yang pertama kali
tertutup oleh bulan adalah bagian barat (kanan) dan bergerak ke kiri. Gerhana matahari
total membutuhkan waktu tidak lebih dari 7 menit 40 detik dan hanya bisa di lihat dari
daerah yang sangat sempit.
Gerhana matahari terjadi pada waktu bulan berada di antara bumi dan matahari, yaitu
pada waktu bulan mati, dan bayang-bayang bulan yang berbentuk kerucut menutupi
permukaan bumi.
Bayang-bayang bulan ada dua bagian, yaitu umbra dan penumbra. Umbra adalah
bagian yang gelap dan berbentuk kerucut yang puncaknya menuju ke bumi. Penumbra
adalah bagian yang agak terang dan bentuknya makin jauh dari bulan semakin lebar.
Daerah yang berada dalam liputan umbra akan mengalami gerhana matahari total,
sedangkan yang berada dalam liputan penumbra mengalami gerhana matahari sebagian.
Pada gerhana matahari total akan tampak cahaya korona matahari yang bentuknya seperti
mahkota dan semburan gas dari permukaan matahari yang berwarna lebih merah.
Jenis-jenis gerhana matahari :
Gerhana matahari total terjadi jika piringan matahari tertutup sepenuhnya oleh
piringan bulan.
Gerhana matahari sebagian (Parsial) terjadi jika piringan bulan hanya menutupi
sebagian piringan matahari
Gerhana matahari cincin adalah serupa dengan gerhana matahari total. Namun karena
bulan berada pada posisi terjauhnya dari bumi sehingga piringan bulan terlihat lebih kecil
dari piringan matahari sehingga cahaya matahari bisa terlihat dalam bentuk lingkaran
sempurna bercahaya seperti sebuah cincin.
Gerhana matahari secara umum, ada enam tipe gerhana, yaitu
Tipe P atau parsial, yaitu ketika hanya bagian kerucut penumbra bulan mengenai
permukaan bumi. Orang yang berada di daerah yang dapat menyaksikan gerhana, hanya
akan melihat gerhana parsial.
Tipe T atau total, yaitu gerhana sentral yang mana kerucut umbra bulan mengenai
permukaan bumi. Pada gerhana sentral, sumbu bayangan bulan mengenai permukaan
bumi. Pada tipe gerhana total ini, ada yang disebut garis sentral, yaitu garis lurus yang
menghubungkan titik pusat matahari, titik pusat bulan dan tempat di permukaan bumi.
Saat dikatakan terjadi gerhana matahari total, hanya sebagian kecil saja tempat di
permukaan bumi yang dapat menyaksikan gerhana total. Sebagian besar tempat yang lain
hanya dapat menyaksikan secara parsial. Dan mayoritas tempat di permukaan bumi tidak
dapat menyaksikan baik total atau parsial, entah karena di tempat tersebut matahari tidak
berada di atas ufuk (waktu malam), entah karena matahari di atas ufuk
Tipe A, atau annular (cincin), yaitu jenis gerhana sentral yang mana perpanjangan
kerucut umbra bulan mengenai permukaan bumi.
Tipe A-T, atau gabungan cincin dan total. Pada tipe gerhana ini, gerhana dimulai
dengan fase cincin, di tengahnya menjadi total dan diakhiri dengan fase cincin kembali.
Tipe (T), atau gerhana total tetapi tidak sentral. Ini terjadi di daerah sekitar kutub
utara atau selatan. Maksudnya, sumbu umbra tidak mengenai permukaan bumi tetapi ada
sedikit bagian umbra yang masih mengenai bumi (di daerah kutub).
Tipe (A), atau gerhana cincin tetapi tidak sentral. Ini juga terjadi di daerah kutub,
dimana sumbu umbra tidak mengenai permukaan bumi, tetapi ada sedikit perpanjangan
kerucut umbra yang masih mengenai bumi (di daerah kutub).




5. Gerhana Bulan
Gerhana bulan terjadi pada waktu bumi berada di antara bulan dan matahari, yaitu
pada waktu bulan purnama dan bayang-bayang bumi menutup permukan bulan. Gerhana
bulan dapat terlihat jelas kalau bulan tertutup oleh bayang-bayang umbra. Dalam
peredaran mengelilingi bumi, ada kalanya bulan bergerak ke tengah-tengah daerah
bayang-bayang umbra, sehingga bisa lebih dari dua jam berada dalam kegelapan. Dalam
keadaan demikian terjadilah gerhana bulan total.
Gerhana bulan terjadi pada fase bulan purnama (full moon), namun tidak setiap bulan
purnama akan terjadi gerhana bulan. Hal ini disebabkan bidang orbit bulan mengitari
bumi tidak sejajar dengan bidang orbit bumi mengitari matahari (bidang ekliptika),
namun miring membentuk sudut sebesar sekitar 5 derajat. Seandainya bidang orbit bulan
mengitari tersebut terletak tepat pada bidang ekliptika, maka setiap bulan baru akan
selalu terjadi gerhana matahari, dan setiap bulan purnama akan selalu terjadi gerhana
bulan.
Ada kalanya bulan hanya lewat dibagian tepi bayang-bayang umbra, sehingga
permukaannya yang menjadi gelap hanya sebagian saja. Pada saat seperti ini yang terlihat
adalah gerhana bulan sebagian.


Macam-macam Gerhana bulan
Berdasarkan keadaan saat fase puncak gerhana, Gerhana bulan dapat dibedakan
menjadi:

Gerhana bulan Total
Jika saat fase gerhana maksimum gerhana, keseluruhan Bulan masuk ke dalam bayangan
inti / umbra Bumi, maka gerhana tersebut dinamakan Gerhana bulan total. Gerhana bulan
total ini maksimum durasinya bisa mencapai lebih dari 1 jam 47 menit.
Gerhana bulan Sebagian
Jika hanya sebagian Bulan saja yang masuk ke daerah umbra Bumi, dan sebagian lagi
berada dalam bayangan tambahan / penumbra Bumi pada saat fase maksimumnya, maka
gerhana tersebut dinamakan Gerhana bulan sebagian.
Gerhana bulan Penumbral Total
Pada Gerhana bulan jenis ke- 3 ini, seluruh Bulan masuk ke dalam penumbra pada saat
fase maksimumnya. Tetapi tidak ada bagian Bulan yang masuk ke umbra atau tidak
tertutupi oleh penumbra. Pada kasus seperti ini, Gerhana bulannya kita namakan Gerhana
bulan penumbral total.
Gerhana bulan Penumbral Sebagian
Dan Gerhana bulan jenis terakhir ini, jika hanya sebagian saja dari Bulan yang memasuki
penumbra, maka Gerhana bulan tersebut dinamakan Gerhana bulan penumbral sebagian.
Gerhana bulan penumbral biasanya tidak terlalu menarik bagi pengamat. Karena pada
Gerhana bulan jenis ini, penampakan gerhana hampir-hampir tidak bisa dibedakan
dengan saat bulan purnama biasa.

Sedangkan berdasarkan bentuknya, ada tiga tipe Gerhana bulan, yaitu:
Tipe t, atau Gerhana bulan total. Disini, bulan masuk seluruhnya ke dalam kerucut
umbra bumi.
Tipe p, atau Gerhana bulan parsial, ketika hanya sebagian bulan yang masuk ke
dalam kerucut umbra bumi.
Tipe pen, atau Gerhana bulan penumbra, ketika bulan masuk ke dalam kerucut
penumbra, tetapi tidak ada bagian bulan yang masuk ke dalam kerucut umbra bumi.

Beberapa fakta yang berlaku bagi gerhana matahari dan bulan.
Paling sedikit terjadi dua kali gerhana matahari setiap tahun, namun tidak pernah
lebih dari lima kali. Jumlah total gerhana (matahari dan bulan) dalam satu tahun
maksimal tujuh kali.
Terjadinya gerhana cenderung dalam bentuk pasangan: gerhana matahari gerhana
bulan gerhana matahari. Sebuah gerhana bulan selalu didahului atau diikuti oleh
gerhana matahari (selang dua pekan antara keduanya).
Susunan gerhana cenderung untuk kembali sama dalam suatu siklus selama 18 tahun
11 hari 8 jam, atau yang dikenal dengan siklus Saros. Namun susunan (pattern) tersebut
tidak tepat sama.
Pada gerhana bulan, fase gerhana total dapat mencapai maksimum 1 jam 40 menit,
sedangkan fase umbra yaitu parsial total parsial dapat mencapai maksimum 3 jam 40
menit. Sementara durasi maksimum terjadinya fase total pada gerhana matahari di
ekuator dapat mencapai 7 menit 40 detik, sedangkan untuk gerhana cincin mencapai
maksimum 12 menit 24 detik.
Telah disebutkan bahwa jumlah gerhana dalam satu tahun maksimal sebanyak tujuh kali.
Tujuh kali gerhana dalam setahun ini dapat terealisir dalam beberapa cara:
5 gerhana matahari + 2 gerhana bulan, pada tahun 1805, 1935, 2206.
4 gerhana matahari + 3 gerhana bulan, pada tahun 1917, 1982, 2094, 2159
3 gerhana matahari + 4 gerhana bulan, pada tahun 1908, 1973, 2038, 2103.
2 gerhana matahari + 5 gerhana bulan, pada tahun 1879, 2132
Sebagai contoh, pada tahun 1982 terdapat tujuh gerhana (4 matahari + 3 bulan) yang
telah terjadi pada:
9 Januari, gerhana bulan total
25 Januari, gerhana matahari parsial
21 Juni, gerhana matahari parsial
6 Juli, gerhana bulan total
20 Juli, gerhana matahari parsial
15 Desember, gerhana matahari parsial
30 Desember, gerhana bulan total

M. Tata Koordinat Bintang
Untuk menyatakan letak suatu benda langit diperlukan suatu tata koordinat yang dapat
menyatakan secara pasti kedudukan benda langit tersebut. Tata koordinat tersebut terdiri dari
tata koordinat horizon, tata koordinat ekuator, tata koordinat ekliptika dan tata koordinat
galaktik. Namun dalam bidang astronomi yang paling sering digunakan adalah tata kordinat
horizon dan tata kordinat ekuator.
Tiap-tiap tata koordinat tentunya memiliki cara penggunaan sistem yang berbeda serta
terdapatnya berbagai macam keuntungan dan kelemahan dalam penggunaan sistem tersebut.
Dengan demikian penggunaan suatu sistem koordinat bergantung pada hasil yang kita
inginkan, apakah hasil yang didapat ingin digunakan untuk waktu sesaat atau untuk waktu
yang lama dan dapat dipakai secara universal.
Tata koordinat horizon ini adalah tata koordinat yang paling sederhana dan paling mudah
dipahami. Tetapi tata koordinat ini sangat terbatas, yaitu hanya dapat menyatakan posisi
benda langit pada satu saat tertentu, untuk saat yang berbeda tata koordinat ini tidak dapat
memberikan hubungan yang mudah dengan posisi benda langit sebelumnya. Karena itu
menyatakan saat benda langit pada posisi itu sangat diperlukan dan tata koordinat lain
diperlukan agar dapat memberikan hubungan dengan posisi sebelum dan sesudahnya.
1. Bola Langit
Bola langit dapat dibagi menjadi dua bagian sama besar oleh satu bidang yang
melalui pusat bola itu, menjadi bagian atas dan bagian bawah. Bidang itu adalah bidang
horisontal yang membentuk lingkaran horizon pada permukaan bola, dan bagian atas
adalah letak benda-benda langit yang tampak, dan bagian bawahnya adalah letak dari
benda-benda langit yang tidak terlihat saat itu.
Bola langit.
Bola khayal yang merupakan tempat kedudukan proyeksi benda-benda langit.
Zenith (Z).
Titik pada bola langit di atas pengamat.
Nadir (N).
Titik pada bola langit di bawah pengamat.
Horison.
Bidang datar (lingkaran) yang dibuat melalui pengamat dengan sumbu garis vertikal
(Z-N).
Perpanjangan sumbu putar bumi ( garis KU-KS) merupakan sumbu putar bola langit
memotong bola langit di Kutub Langit Utara (KLU) dan Kutub Langit Selatan (KLS).
Lingkaran Ekuator.
Lingkaran besar yang tegak lurus sumbu putar langit (KLU-KLS)
Membagi bola langit menjadi 2 bagian yang sama besar.
Lingkaran jam (lingkaran deklinasi).
Lingkaran besar yang melalui kutub-kutub langit (KLU, KLS) dan berpotongan tegak
lurus dengan ekuator langit.
Meredian langit.
Lingkaran besar yang melalui kutub-kutub langit (KLU, KLS), Zenith (Z) dab Nadir
(N). Memotong horison pada titik utara (U) dan Selatan (S), pertengahan antara titik
utara (U) dan Selatan (S) pada horison merupakan titik Timur (T) dan titik Barat (B).




KLS
KLU
S
T
K
E
U

B
P
Z
N




Gambar Bola Langit
Keterangan :
Lingkaran SBUTS : horizon pengamat
Lingkaran EBKTE : ekuator langit
Lingkaran besar yang tegak lurus ekuator langit : lingkaran deklinasi (lingkr jam)

2. Koordinat Horison
Tata koordinat ini adalah tata koordinat yang paling sederhana dan paling mudah
dipahami. Tetapi tata koordinat ini sangat terbatas, yaitu hanya dapat menyatakan posisi
benda langit pada satu saat tertentu, untuk saat yang berbeda tata koordinat ini tidak dapat
memberikan hubungan yang mudah dengan posisi benda langit sebelumnya. Karena itu
menyatakan saat benda langit pada posisi itu sangat diperlukan dan tata koordinat lain
diperlukan agar dapat memberikan hubungan dengan posisi sebelum dan sesudahnya
Bola langit dapat dibagi menjadi dua bagian sama besar oleh satu bidang yang
melalui pusat bola itu, menjadi bagian atas dan bagian bawah. Bidang itu adalah bidang
horisontal yang membentuk lingkaran HORISON pada permukaan bola, dan bagian atas
adalah letak benda-benda langit yang tampak, dan bagian bawahnya adalah letak dari
benda-benda langit yang tidak terlihat saat itu.

Penjelasan gambar
UTSB : Bidang horison
UZS : Meridian langit
BZT : Ekuator langit

Disetiap tempat di permukaan Bumi mempunyai lingkaran meridian yang berbeda-
beda tergantung bujur tempat itu (yang berbujur sama mempunyai lingkaran meridian
yang sama.
Pada dasarnya garis Utara-Selatan adalah perpanjangan sumbu Bumi yang melalui
kutub Utara dan kutub Selatan. Titik Utara di Kutub Utara sering disebut Titik Utara
Sejati (True North), dan sebaliknya Titik Selatan Sejati (True South), yang mana letaknya
berbeda dengan Kutub Utara Magnetik dan Kutub Selatan Magnetik. Apabila dilihat dari
zenith maka dengan putaran searah jarum jam akan mendapatkan arah Utara, Timur,
Selatan dan Barat dengan besar perbedaan sudutnya sebesar 90
o
.
Dengan mengenal istilah tersebut akan memudahkan kita dalam memahami tata
koordinat horison dengan ordinatnya yaitu, Azimuth dan Tinggi (A,h).
Horizon adalah batas pemandangan atau kaki langit, merupakan pertemuan antara
kaki langit dan permukaan bumi, garis ini membentuk lingkaran dengan titik pusat
dimana kita berdiri, sebagian bola langit berada di atas dan sebagian lagi ada dibawah
horizon, sehingga dapat kita bayangkan bola langit yang besar dengan bumi dengan
sebagai pusatnya (seperti pada gambar di atas). Untuk memudahkan horizon dibagi atas 3
jenis berdasarkan pandangan kita terhadap pandangan kita antara langit dan bumi.
Horizon Kodrat (alam).
Apabila kita berdiri disebuah tanah yang luas dan datar atau ditengah
samudra/laut, kita melihat seolah-olah kubah langit bertemu dengan permukaan bumi.
perpotongan lengkung langit dengan bidang datar ini disebut horizon kodrat. Horizon
Kodrat akan berubah sesuai dengan kedudukan dari si pengamat. makin tinggi tempat
si pengamat maka makin rendah horizon kodrat.
Horizon Astronomi
Untuk menentukan letak benda-benda dilangit maka kita harus menggunakan
bidang datar yang tidak brubah-ubah dan tidak tergantung kepada sipengamat.
Horizon astronomi adalah tempat bidang yang datar yang dibuat dari mata si
pengamat sampai menyentuh lengkung langit.
Horizon Sejati
Horizon sejati adalah bidang datar yang ditarik memotong melalui titik pusat
bumi dan memotong garis vertikal tegak lurus (90')

Di samping ke-3 tersebut diatas kita mengenal titik Zenit yang ada tepat diatas kita
(tempat berdiri) dan titik yang berada dibawah kaki kita terus menembus bola langit yang
berada dibawah disebut nadir, titik nadir dan zenith dihubungkan dengan garis lurus
melalui tempat kita berdiri dan tentu saja melalui pusat bumi.
Zenith, Nadir dan Vertikal
Zenith adalah titik yang berada di bola langit tepat diatas sipengamat, jika kita
buat garis vertikal maka garis ini akan membentuk sudut 90' (tegak lurus) dengan
horizon sejati.
Nadir adalah titik yang berada pada bola langit bawah, bila ditarik garis melalui
pengamat ketitik ini membentuk garis yang tegak lurus terhadap horizon sejati
Vertikal adalah garis atau bidang yang berdiri tegak lurus dengan garis atau
bidang sejati.
Azimut dan Tinggi Bintang
Azimut dan tinggi bintang dijadikan untuk menentukan letak suatu bintang dalam
lukisan bola langit.
Pada tata koordinat horizon, letak bintang ditentukan hanya berdasarkan
pandangan pengamat saja. Tata koordinat horizon tidak dapat menggambarkan
lintasan peredaran semu bintang, dan letak bintang selalu berubah sejalan dengan
waktu. Namun, tata koordinat horizon penting dalam hal pengukuran adsorbsi cahaya
bintang.

Kordinat-kordinat dalam tata koordinat horizon adalah:
Bujur suatu bintang dinyatakan dengan azimut (Az). Azimut umumnya diukur dari
selatan ke arah barat sampai pada proyeksi bintang itu di horizon, seperti pada gambar
azimut bintang adalah 220. Namun ada pula azimut yang diukur dari Utara ke arah
timur, oleh karena itu sebaiknya Anda menuliskan keterangan tentang ketentuan mana
yang Anda gunakan.
Lintang suatu bintang dinyatakan dengan tinggi bintang (a), yang diukur dari
proyeksi bintang di horizon ke arah bintang itu menuju ke zenit. Tinggi bintang diukur 0
90 jika arahnya ke atas (menuju zenit) dan 0 -90 jika arahnya ke bawah.

Letak bintang dinyatakan dalam (Az, a). Setelah menentukan letak bintang, lukislah
lingkaran almukantaratnya, yaitu lingkaran kecil yang dilalui bintang yang sejajar dengan
horizon (lingkaran PQRS).
Tata koordinat horizon memakai bidang horizon sebagai bidang dasar terhadap mana
posisi-posisi bintangbintang ditentukan. Untuk menyatakan posisi-posisi bintang di bola
langit itu, maka tata koordinat horizon menggunakan dua buah unsur, yaitu:
Tinggi bintang dan Azimuth bintang
Untuk menentukan tinggi sebuah bintang P, maka terlebih dahulu kita adakan
sebuah lingkaran vertikal yang melalui bintang P, lingkaran vertikal bintang P
tersebut Memotong horizon pada titik R. Dengan demikian maka tinggi d/p bintang P
= busur R-P.
Tinggi sebuah bintang dihitung mengikuti lingkaran vertikal bintang yang
bersangkutan, mulai dari horizon sampai pada bintang tersebut. Azimuth sebuah
bintang mengikuti lingkaran horizon mulai dari titik selatan, dengan arah SBUT,
sampai pada proyeksi di horizon bintang tersebut.
Berdasarkan ketentuan mengenai azimuth bintang saperti tersebut di atas, maka
nilai azimuth bintang P = busur SBUTR. Lihat pada gambar di bawah.
Dengan mengenal istilah tersebut akan memudahkan kita dalam memahami tata
koordinat horison dengan ordinatnya yaitu, Azimuth dan Tinggi (A,h).
Tinggi benda langit dapat digambarkan pada bola langit dengan membuat
lingkaran besar yang melalui zenith, benda langit itu dan tegak lurus pada horison
(lingkaran vertikal), diukur dari horison dengan nilainya 0
o
-90
o
.
Untuk menyatakan Azimuth terdapat 2 versi:
Versi pertama menggunakan titik Selatan sebagai acuan.
Versi kedua yang dianut secara internasional, diantaranya dipakai pada astronomi
dan navigasi menggunakan titik Utara sebagai acuan, berupa busur UTSB.
Kedua versi tersebut menggunakan arah yang sama, yaitu jika dilihat dari zenith
arahnya searah perputaran jarum jam yang nilainya 0
o
-360
o
.
Pada tata koordinat horizon, letak bintang ditentukan hanya berdasarkan pandangan
pengamat saja. Tata koordinat horizon tidak dapat menggambarkan lintasan peredaran
semu bintang, dan letak bintang selalu berubah sejalan dengan waktu. Namun, tata
koordinat horizon penting dalam hal pengukuran adsorbsi cahaya bintang.
Letak bintang dinyatakan dalam (Az, a). Setelah menentukan letak bintang, lukislah
lingkaran almukantaratnya, yaitu lingkaran kecil yang dilalui bintang yang sejajar
dengan horizon (lingkaran PQRS).

Ordinat-ordinat dalam tata koordinat horizon adalah:
Bujur suatu bintang dinyatakan dengan azimut (Az). Azimut umumnya diukur
dari selatan ke arah barat sampai pada proyeksi bintang itu di horizon, seperti
pada gambar azimut bintang adalak 220. Namun ada pula azimut yang diukur
dari Utara ke arah timur, oleh karena itu sebaiknya Anda menuliskan keterangan
tentang ketentuan mana yang Anda gunakan.
Lintang suatu bintang dinyatakan dengan tinggi bintang (a), yang diukur dari
proyeksi bintang di horizon ke arah bintang itu menuju ke zenit. Tinggi bintang
diukur 0 90 jika arahnya ke atas (menuju zenit) dan 0 -90 jika arahnya ke
bawah.
Letak bintang dinyatakan dalam (Az, a). Setelah menentukan letak bintang,
lukislah lingkaran almukantaratnya, yaitu lingkaran kecil yang dilalui bintang yang
sejajar dengan horizon (lingkaran PQRS).
Keuntungan dalam penggunaan sistem koordinat horison yaitu pada
penggunaannya yang praktis, Sistem koordinat yang sederhana dan secara langsung
dapat dibayangkan letak objek pada bola langit. Namun tedapat juga beberapa
kelemahan pada Sistem koordinat ini, yaitu pada tempat yang berbeda maka
horisonnya pun berbeda serta terpengaruh oleh waktu dan gerak harian benda langit.

Posisi benda langit : (Asensiorekta (), deklinasi ())
(Sudut jam bintang (h), deklinasi ())
Asensiorekta () bintang : busur sepanjang ekuator langit diukur dari titik acuan
(titik Aries) ke arah yang berlawanan dengan peredaran semu harian benda-benda
langit sampai lingkaran jam bintang ybs.
Titi Aries () : titik potong antara ekuator langit dan ekliptika.
Deklinasi () bintang : sepotong busur lingkaran yang diukur dari titik
perpotongan equator langit pada lingkaran deklinasi itu sampai bintang itu sendiri.
Deklinasi () bintang bernilai (+) untuk bintang-bintang yang berada di belahan
utara bola langit (dari 0
0
s.d. +90
0
)
Deklinasi () bintang bernilai (-) untuk bintang-bintang yang berada di belahan
selatan bola langit (dari 0
0
s.d. -90
0
).
Sudut jam bintang (h): sudut antara meredian dan lingkaran jam bintang.
Waktu sideris : Sudut jam titik Aries ()
sehingga h = -
Meridian Langit : bidang yang melalui pusat bumi terletak tegak lurus pada
horison dan melalui zenit, nadir dan kutub utara-selatan.
Horison : tegak lurus garis vertikal dan melalui pusat bumi/lingkaran
Sumbu langit : sumbu tempat berputar bola langit. Sumbu ini adalah sumbu
kepanjangan sumbu bumi.
Kutub utara dan kutub selatan langit : kedua titik perpotongan sumbu langit dan
bola langit
Tinggi Kutub : busur meridian antara horison dan kutub (tinggi kutub tiap tempat
bumi = lintang tempat itu sendiri)
Equator Langit : lingkaran besar yang bidangnya melalui pusat bola langit dan
tegak lurus pada sumbu langit
Titik Aries : salah satu titik perpotongan ekliptika dan equator.
Untuk mementukan titik aries ditentukan oleh waktu jam bintang. Waktu jam
bintang adalah jumlah waktu yang dipakai titik aries berhitung mulai dari kulminasi
atas.
Gambar posisi bintang R dalam tata koordinat ekuator, diamati dari suatu tempat
pada
0
LS. Bintang tersebut mempunyai asensiorekta dan deklinasi pada waktu t
wb.



3. Koordinat Ekliptika
Dalam sistem ini penentuan posisi benda langit yang diperlukan adalah bujur
ekliptika atau ecliptic longitude dan lintang ekliptika atau ecliptic latitude. Tata koordinat
di Bidang Kosmografi di dalam astronomi, tata koordinat langit adalah tata koordinat
yang digunakan untuk memetakan posisi di langit. Umumnya digunakan dua koordinat
yang didefinisikan pada dua lingkaran besar acuan pada bola langit dan dinyatakan dalam
satuan sudut. Kedua lingkaran besar tersebut adalah:
Bidang Fundamental yaitu lingkaran besar yang tegak lurus garis penghubung kedua
kutub tata koordinat. Koordinat pertama dihitung dari bidang fundamental ke arah
kutub atau sebaliknya.
Lingkaran bujur nol yaitu lingkaran besar yang melewati kedua kutub tata koordinat
dan didefinisikan sebagai titik awal. Koordinat kedua dihitung dari lingkaran bujur
nol ke lingkaran bujur obyek.

Sistem Koordinat Ekliptika Heliosentrik dan Sistem Koordinat Ekliptika Geosentrik
sebenarnya identik. Yang membedakan keduanya hanyalah manakah yang menjadi pusat
koordinat. Pada Sistem Koordinat Ekliptika Heliosentrik, yang menjadi pusat koordinat
adalah matahari (helio = matahari). Sedangkan pada Sistem Koordinat Ekliptika
Geosentrik, yang menjadi pusat koordinat adalah bumi (geo = bumi). Karena itu
keduanya dapat digabungkan menjadi Sistem Koordinat Ekliptika. Pada Sistem
Koordinat Ekliptika, yang menjadi bidang datar sebagai referensi adalah bidang orbit
bumi mengitari matahari (heliosentrik) yang juga sama dengan bidang orbit matahari
mengitari bumi (geosentrik).
i. Sistem Koordinat Ekliptika Heliosentrik (Heliocentric Ecliptical Coordinate)
Pada koordinat ini, matahari (sun) menjadi pusat koordinat. Benda langit lainnya
seperti bumi (earth) dan planet bergerak mengitari matahari. Bidang datar yang
identik dengan bidang xy adalah bidang ekliptika yatu bidang bumi mengitari
matahari.
Bidang eliptika membentuk sudut 23,50 terhadap bidang equator. Akibatnya kita
mengamati, seolah-olah Matahari bergeser sekali ke belahan langit utara dan sekali ke
belahan langit selatan dalam waktu satu tahun. Pergeseran posisi ini menyebabkan
pergantian musim.
Lingkaran ekliptika dan lingkaran equator, berpotongan di dua titik yaitu vernal
equinox pada tanggal 21 Maret dan Autumnal equinox tanggal 23 September. Lintang
ekliptika () didefinisikan sebagai jarak busur dari proyeksi benda langit pada
lingkaran ekliptika hingga benda langit tersebut. Rentang nilai adalah -900 (Kutub
Ekliptika Selatan, KES) hingga 900 (Kutub Ekliptika Utara, KEU). Bujur ekliptika
() didefinisikan sebagai jarak busur dari titik kearah Timur (seperti arah pengukuran
asensiorekta pada lingkaran equator) hingga proyeksi benda langit pada lingkaran
ekliptika. Rentang nilai adalah 00 hingga 3600.

Pada intinya tata koordinat langit hanya menaruh perhatian pada "arah" letak
sebuah benda langit saja, dan tidak memperhitungkan jarak benda langit tersebut.
Gerak harian benda langit terjadi karena bola langit melakukan gerak semu harian
akibat gerak rotasi Bumi. Pengamatan permukaan Bumi dapat mengamati benda
langit bergerak berlawanan arah dengan arah gerak rotasi Bumi. Rotasi Bumi arahnya
dari barat ke timur, inilah yang menyebabkan seolah-olah benda langit bergerak dari
timur ke barat.Oleh karena gerak harian bola langit terjadi akibat gerak rotasi Bumi,
maka periode gerak harian benda langit sama dengan periode rotasi Bumi yaitu satu
hari, yang umum dianggap satu hari adalah 24 jam, sehingga dalam selang waktu itu
Bumi telah berotasi sebesar 360
o
.
Lintasan gerak benda langit sejajar dengan ekuator langit dengan kemiringan
tergantung pada lintang pengamat di permukaan Bumi. Besarnya sudut kemiringan
menunjukkan besarnya jarak kutub 90otempat pengamat berada. Lintasan gerak
harian benda langit di ekuator langit berbentuk lingkaran besar sedangkan di tempat
lainnya lingkaran kecil.
Kedua kutub langit itu yaitu KLU dan KLS yang memiliki lintasan gerak harian
berbentuk titik, sehingga tampak diam diputari oleh seluruh benda-benda langit.
Benda di belahan langit Utara tampak mengedari KLU dan di belahan langit selatan
tampak mengedari KLS. Kedua kutub itu memiliki ketinggian yang berbeda di
permukaan Bumi, tergantung lintang pengamat dipermukaan Bumi. Tempat di
belahan Bumi Utara, letak KLU berada di atas horison dengan ketinggian sama
dengan besarnya lintang pengamat dan KLS berada di bawah horison. Sebaliknya
tempat di belahan Bumi Selatan, letak KLS berada di atas horison dengan ketinggian
sama dengan besarnya lintang pengamat dan KLU berada di bawah horison.
Penentuan waktu sideris atau waktu bintang seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya, didasarkan kepada kala rotasi bumi terhadap acuan bintang. Seperti
halnya pada hari matahari, satu hari sideris dibagi menjadi 24 jam, tetapi panjang
harinya sendiri lebih pendek sekitar 4 menit dibandingkan hari matahari. Adanya
perbedaan panjang hari sideris dengan hari matahari menyebabkan bintang-bintang
termasuk titik gamma setiap hari mencapai meridian pengamat lebih cepat sekitar 4
menit dari hari sebelumnya. Dengan lain perkataan, titik gamma bergerak sepanjang
lingkaran ekuator ke arah barat sekitar 1 derajat busur setiap harinya.Adapun cara
menentukan waktu sideris adalah sebagai berikut :
1) Tentukan selisih hari terhadap salah satu dari 4 tanggal patokan terdekat yakni: 21
Maret, 22 Juni, 23 September atau 22 Desember.
2) Tentukan perbedaan waktu titik Aries dengan Matahari selama selisih waktu no.1
di atas dengan mengalikan setiap beda 1 hari sebesar 4 menit.
3) Tentukan jam 0 WMM waktu setempat yang bersesuaian dengan waktu sideris
pada tanggal yang bersangkutan dengan menambahkan (jika melewati salah satu
tanggal patokan di atas) atau mengurangkan (jika mendahului) dengan selisih
waktu no. 2 di atas yang paling dekat dengan tanggal patokan terdekat yang
dipakai.
4) Patokan tanggal hubungan Waktu Sideris (Siderial Time) dengan Waktu Matahari
Menengah (Mean Sun):
21 Maret Jam 0 WMM = Jam 12 Waktu Sideris
22 Juni Jam 0 WMM = Jam 18 Waktu Sideris
22 eptember Jam 0 WMM = Jam 0 Waktu Sideris
22 Desember Jam 0 WMM = Jam 6 Waktu Sideris
5) Tentukan waktu sideris jam yang diinginkan dengan menambahkan dengan
WMM pada jam yang ditentukan.
Jauh sebelum tata koordinat ini dikenal Allah SWT telah menetapkan koordinat-
koordinat yang sempurna pada alam semesta ini dan mengatur seluruh benda-benda
langit dengan segala keteraturannya, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran
yang artinya:
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing beredar pada garis edarnya". (Al-Anbiya : 33)
Ini berarti Allah menurunkan Al-Quran bukan semata-mata sebagai sebuah wahyu
semata, tetapi sudah selayaknya kita sebagai hamba-Nya dapat memahami,
mengamalkan, dan mengkaji lebih dalam dari intisari Al-Quran secara kontekstual,
termasuk mengkaji ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan alam semesta beserta
isinya.


Gambar Sistem Koordinat Ekliptika Heliosentrik
Pusat koordinat: Matahari (Sun).
Bidang datar referensi: Bidang orbit bumi mengitari matahari (bidang ekliptika)
yaitu bidang xy.
Titik referensi: Vernal Ekuinoks (VE), didefinisikan sebagai sumbu x.
Koordinat:
r = jarak (radius) benda langit ke matahari
l = sudut bujur ekliptika (ecliptical longitude), dihitung dari VE berlawanan arah
jarum jam
b = sudut lintang ekliptika (ecliptical latitude), yaitu sudut antara garis
penghubung benda langit-matahari dengan bidang ekliptika.
ii. Sistem Koordinat Ekliptika Geosentrik (Geocentric Ecliptical Coordinate)
Pada sistem koordinat ini, bumi menjadi pusat koordinat. Matahari dan planet-
planet lainnya nampak bergerak mengitari bumi. Bidang datar xy adalah bidang
ekliptika, sama seperti pada ekliptika heliosentrik.

Gambar Sistem Koordinat Ekliptika Geosentrik
Pusat Koordinat: Bumi (Earth)
Bidang datar referensi: Bidang Ekliptika (Bidang orbit bumi mengitari matahari,
yang sama dengan bidang orbit matahari mengitari bumi) yaitu bidang xy.
Titik referensi: Vernal Ekuinoks (VE) yang didefinisikan sebagai sumbu x.
Koordinat:
Jarak benda langit ke bumi (seringkali diabaikan atau tidak perlu dihitung)
Lambda = Bujur Ekliptika (Ecliptical Longitude) benda langit menurut bumi,
dihitung dari VE.
Beta = Lintang Ekliptika (Ecliptical Latitude) benda langit menurut bumi
yaitu sudut antara garis penghubung benda langit-bumi dengan bidang ekliptika
4. Koordinat Equator
Tata koordinat ini merupakan salah satu tata koordinat yang sering digunakan dalam
astronomi. Sistem koordinat ini dapat menyatakan letak benda langit dalam skala waktu
relatif panjang. Sekalipun perubahan unsur-unsur koordinatnya relatif kecil terhadap
waktu. Ukuran bola Bumi diabaikan terhadap bola langit sehingga setiap pengamat di
muka Bumi dianggap berada di pusat bola langit. bila pada koordinat horison Zenith dan
Nadir adalah titik-titik kutub bola langit, pada koordinat equator KLU ( Kutub Langit
Utara) dan KLS (Kutub Langit Selatan) merupakan titik-titik kutub koordinat equator.
Pada sistem koordinat equator, terdapat dua ordinat yang menjadi acuan yaitu
a. Ordinat Asensiorekta (Ascenciorecta)
Asensiorekta adalah panjang busur yang dihitung dari titik Aries atau disebut juga
dengan titik gamma (g) pada lingkaran equator langit sampai ke titik kaki dengan
arah penelusuran ke arah timur, dengan rentang antara 0 s.d. 24 jam atau 0o s.d. 360o.
Ordinat ini menyatakan Bujur suatu bintang dengan menggunakan sudut jam atau
Hour Angle (HA). Sudut jam menunjukkan letak suatu bintang dari titik
kulminasinya, yang diukur dengan satuan jam (ingat,1h = 15). Sudut jam diukur dari
titik kulminasi atas bintang (A) ke arah barat (positif, yang berarti bintang telah lewat
kulminasi sekian jam) ataupun ke arah timur (negatif, yang berarti tinggal sekian jam
lagi bintang akan berkulminasi). Dapat juga diukur dari 0 360 dari titik A ke arah
barat.
b. Ordinat Deklinasi
Deklinasi adalah panjang busur dari titik kaki pada lingkaran equator langit ke arah
kutub langit sampai ke letak benda pada bola langit. Deklinasi bernilai positif jika ke
arah KLU dan bernilai negatif jika ke arah KLS, dengan rentang antara 0o s.d. 90o
atau 0o s.d. -90o. deklinasi () menyatakan Lintang suatu bintang yang diukur dari
proyeksi bintang di equator ke arah bintang itu menuju ke kutub Bumi. Tinggi
bintang diukur 0 90 jika arahnya menuju KLU dan 0 -90 jika arahnya
menuju KLS.

Sedangkan Dalam penggunaan sistem koordinat equator, terdapat hubungan antara
waktu matahari dengan waktu bintang (waktu sideris). Dimana Waktu Menengah
Matahari (WMM) = sudut jam Matahari + 12 jam. Hubungan ini tentunya berkaitan juga
dengan tanggal-tanggal istimewa titik Aries terhadap Matahari. Tanggal-tanggal istimewa
tersebut adalah
Sekitar tanggal 21 Maret (TMS), Matahari berimpit dengan Titik Aries. Jam 0 WMM

Sekitar tanggal 22 Juni (TMP), saat Matahari di kulminasi bawah, titik Aries
berhimpit dengan titik Timur. Jam 0 WMM = jam 18 waktu bintang.
Sekitar tanggal 23 September (TMG), saat Matahari di kulminasi bawah, titik Aries
berada di titik kulminasi atas. Jam 0 WMM = jam 0 waktu bintang.
Sekitar tanggal 22 Desember (TMD), saat Matah
berhimpit dengan titik Barat. Jam 0 WMM = jam 06 waktu bintang.
Dapat kita lihat bahwa deklinasi suatu bintang nyaris tidak berubah dalam kurun
waktu yang panjang, walaupun variasi dalam skala kecil tetap terjadi akibat presesi orbit
Bumi. Namun sudut jam suatu bintang tentunya berubah tiap jam akibat rotasi Bumi dan
tiap hari akibat revolusi Bumi. Oleh karena itu, ditentukanlah suatu ordinat baku yang
bersifat tetap yang menunjukkan bujur suatu bintang pada tanggal 23 September pukul
00.00, yaitu ketika titik Aries tepat berkulminasi atas pada pukul 00.00 waktu lokal
(vernal equinox). Ordinat inilah yang disebut asensiorekta (ascencio recta) atau kenaikan
lurus, yang umumnya dinyatakan dalam jam.
Dalam setiap pembahasan sistem koordinat benda langit, setiap benda langit selalu
dipandang terproyeksi pada suatu bidang bola khayal yang digambarkan sebagai bola
langit. Bola yang memuat bidang khayal tersebut disebut bola langit. Ukuran bola Bumi
diabaikan terhadap bola langit sehingga setiap pengamat di muka Bumi dianggap berada
di pusat bola langit.
Seperti halnya pada pembahasan mengenai bola pada umumnya, setiap lingkaran
pada bola langit yang berpusat di pusat bola dan membagi bola menjadi dua bagian yang
sama besar disebut lingkaran besar, sedangkan lingkaran lainnya disebut lingkaran kecil.

Di bawah ini diberikan deskripsi istilah-istilah yang dipakai pada bola langit:
Titik kardinal: empat titik utama arah kompas pada lingkaran horison, yaitu Utara,
Timur, Selatan dan Barat.
Lingkaran kutub, lingkaran jam atau bujur langit: lingkaran besar melalui kutub-
kutub langit.
Lingkaran ekliptika:lingkaran tempat kedudukan gerak semu tahunan Matahari.
Perpotongan bidang orbit Bumi (ekliptika) dengan bola langit.
Kutub-kutub langit: titik-titik pada bola langit tempat bola langit berotasi.
Perpotongan bola langit dengan sumbu Bumi. Kutub langit di belahan langit Selatan
disebut Kutub Langit Selatan (KLS) dan di belahan langit Utara disebut Kutub Langit
Utara (KLU).
Pada sistem koordinat ekuator, koordinat yang digunakan adalah koordinat
Aksensiorekta () dan Deklinasi (d). Aksensiorekta adalah panjang busur yang dihitung
dari titik Aries atau disebut juga dengan titik gamma (g) pada lingkaran ekuator langit
sampai ke titik kaki dengan arah penelusuran ke arah timur, dengan rentang antara 0 s.d.
24 jam atau 0
0
s.d. 360
0
. Sedangkan deklinasi adalah panjang busur dari titik kaki pada
lingkaran ekuator langit ke arah kutub langit sampai ke letak benda pada bola langit.
Deklinasi bernilai positif jika ke arah KLU dan bernilai negatif jika ke arah KLS, dengan
rentang antara 0
0
s.d. 90
0
atau 0
0
s.d. -90
0
.
Dalam penggunaan sistem koordinat ekuator, terdapat hubungan antara waktu matahari
dengan waktu bintang (waktu sideris). Dimana Waktu Menengah Matahari (WMM) =
sudut jam Matahari + 12 jam. Hubungan ini tentunya berkaitan juga dengan tanggal-
tanggal istimewa titik Aries terhadap Matahari. Tanggal-tanggal istimewa tersebut adalah
Sekitar tanggal 21 Maret (TMS), Matahari berimpit dengan Titik Aries. Jam 0 WMM
= jam 12 waktu bintang.
Sekitar tanggal 22 Juni (TMP), saat Matahari di kulminasi bawah, titik Aries
berhimpit dengan titik Timur. Jam 0 WMM = jam 18 waktu bintang.
Sekitar tanggal 23 September (TMG), saat Matahari di kulminasi bawah, titik Aries
berada di titik kulminasi atas. Jam 0 WMM = jam 0 waktu bintang.
Sekitar tanggal 22 Desember (TMD), saat Matahari di kulminasi bawah, titik Aries
berhimpit dengan titik Barat. Jam 0 WMM = jam 06 waktu bintang.
Posisi benda langit : (Asensiorekta (), deklinasi ())
(Sudut jam bintang (h), deklinasi ())
Asensiorekta () bintang : busur sepanjang ekuator langit diukur dari titik acuan (titik
Aries) ke arah yang berlawanan dengan peredaran semu harian benda-benda langit
sampai lingkaran jam bintang ybs.
Titi Aries () : titik potong antara ekuator langit dan ekliptika.
Deklinasi () bintang : sepotong busur lingkaran yang diukur dari titik perpotongan
equator langit pada lingkaran deklinasi itu sampai bintang itu sendiri.
Deklinasi () bintang bernilai (+) untuk bintang-bintang yang berada di belahan utara
bola langit (dari 0
0
s.d. +90
0
)
Deklinasi () bintang bernilai (-) untuk bintang-bintang yang berada di belahan
selatan bola langit (dari 0
0
s.d. -90
0
).
Sudut jam bintang (h): sudut antara meredian dan lingkaran jam bintang.
Waktu sideris : Sudut jam titik Aries () sehingga h = -
Meridian Langit : bidang yang melalui pusat bumi terletak tegak lurus pada horison
dan melalui zenit, nadir dan kutub utara-selatan.
Horison : tegak lurus garis vertikal dan melalui pusat bumi/lingkaran
Sumbu langit : sumbu tempat berputar bola langit. Sumbu ini adalah sumbu
kepanjangan sumbu bumi.
Kutub utara dan kutub selatan langit : kedua titik perpotongan sumbu langit dan bola
langit
Tinggi Kutub : busur meridian antara horison dan kutub (tinggi kutub tiap tempat
bumi = lintang tempat itu sendiri)
Equator Langit : lingkaran besar yang bidangnya melalui pusat bola langit dan tegak
lurus pada sumbu langit
Titik Aries : salah satu titik perpotongan ekliptika dan equator.

Untuk mementukan titik aries ditentukan oleh waktu jam bintang. Waktu jam bintang
adalah jumlah waktu yang dipakai titik aries berhitung mulai dari kulminasi atas.
Gambar posisi bintang R dalam tata koordinat ekuator, diamati dari suatu tempat pada

0
LS. Bintang tersebut mempunyai asensiorekta dan deklinasi pada waktu t wb.






Keterangan :

KL
U

S
T
KLS
K
E
U

B

R

R
P
Z
N

0
: sudut yang dibentuk oleh busur S KLS
t wb membentuk busur EBK
: busur KBR
: busur RR

5. Koordinat Khatulistiwa
Didalam tata koordinat horison angka koordinat bintang selalu berubah karena bumi
berotasi
Tata koordinat khatulistiwa dibuat agar diperoleh koordinat bintang yang relative
tetap.
Titik-titk kutub : Kutub Langit Utara (KLU) dan Kutub Langit Selatan (KLS)
KLU dan KLS adalah titik tembus perpanjangan rotasi bumi di bola langit
Tingginya KLU atau KLS sama dengan lintang geografis tempat pengamat berada.
Lingkaran lintang terbesarnya adalah lingkaran khatulistiwa (Equator) langit
Lingkaran khatulistiwa langit adalah perpotongan antara bidang khatulistiwa bumi
(yang diperluas) dan bola langit.
Khatulistiwa membagi langit menjadi dua yaitu belahan langit utara dan selatan
Busur yang menghubungkan KLU, zenith dan titik selatan bagi pengamat di belahan
bumi Utara atau yang menghubungkan KLS, zenith dan titik Utara bagi pengamat di
belahan bumi selatan disebut Meridian Pengamat.
Posisi bintang tertinggi pada saat dimeridian, pada saai itu bintang dikatakan
berkulminasu atas.
Lintang didalam tata koordinat khatulistiwa diberi nama deklinasi () yang berarti
jarak antara khatulistiwa dengan lingkaran peredaran harian bintang tersebut
Dalam arah bujur, ada dua koordinat yang dapat digunakan, yaitu sudut (HA) dan
Asensiorekta ().
Sudut jam adalah jarak yang sudah ditempuh bintang sejak transit (melintasi
meridian). Satuan yang digunakan biasanya jam, tapi bias juga derajat.
Sudut jam suatu bintang selalu berubah (dengan laju yang tetap) karena rotasi bumi.
Asensiorekta () diukur dari suatu titik dilangit yang relative tetap terhadap bintang,
yaitu titik musim semi (Vernal Eqinox = ). Satuanny adalah jam
Sudut jam (HA) titik disebut waktu bintang local (Local Sederal Time, LST)
Matahari dititik sekitar tanggal 2 Maret
Pada saat titik berada diatas horison, dikur dari titik kearah timur sampai
proyeksi bintang pada khatulistiwa
Koordinat (,) bintang relative tetap. Hanya berubah sedikit dalam beberapa
tahun.
Berlaku hubungan : LST = + HA




N. Alam Semesta
1. Galaksi Bima Sakti
Terdapat banyak bintang, nebula, dan gugus bintang yang bisa diamati di langit setiap
malamnya. Semua objek tersebut berada di dalam galaksi kita. Di beberapa bagian
bintang nampak padat sehingga ketika langit cerah, bersih dari awan, dan kondisi sekitar
yang gelap, kita bisa melihat pita berwarna putih yang memanjang dan melintasi
beberapa rasi seperti Sagittarius (arah pusat Galaksi), Scorpius, Ophiucus, Aquila,
Cassiopeia, Auriga, Crux, dan Centaurus. Sementara di bagian yang lain tampak celah-
celah gelap yang menunjukkan adanya materi antar bintang yang tebal. Itulah (bidang)
galaksi yang kita tinggali. Bentuknya yang seperti itu kemudian menginspirasi orang
untuk menamakannya dengan sebutan Milky Way. Kata galaksi dan milky way itu
sendiri diadaptasi dari bahasa Yunani galaxias dan Latin via lactea dengan kata dasar
lactea yang berarti susu. Sedangkan menurut orang Indonesia, galaksi kita diberi nama
Bimasakti. Menurut salah satu sumber dari Observatorium Bosscha, sejarah penamaan ini
berasal ketika Presiden RI pertama, Soekarno, ditunjukkan citra galaksi oleh salah
seorang astronom Indonesia. Ternyata, Soekarno melihat salah satu bagian gelap di foto
tersebut menyerupai tokoh Bima Sakti. Namun tidak diketahui bagian gelap mana yang
dimaksud.

Galaxi Bima Sakti
Galaksi adalah tempat berkumpulnya bintang-bintang di alam semesta. Hampir tidak
ditemukan adanya bintang yang berkelana sendiri di ruang antar galaksi. Dan Matahari
termasuk di antara 200 milyar bintang di Galaksi Bimasakti (disingkat dengan Galaksi).
Dengan asumsi bahwa rata-rata massa bintang di Galaksi adalah sebesar massa Matahari,
maka massa Galaksi dapat mencapai 2 x 10^11 massa Matahari (massa Matahari adalah 2
x 10^30 kg)
Ciri-ciri Galaksi antara lain :
Galaksi mempunyai cahaya sendiri bukan cahaya pantulan
Galaksi-galaksi lainnya dapat terlihat berada diluar galaksi bimasakti
Jarak antara galaksi yang satu dengan yang lainnya jutaan tahun cahaya
Galaksi mempunyai bentuk-bentuk tertntu, misalnya : bentuk spiral, bentuk alips, dan
bentuk tidak beraturan (irregular galaxis)
Bentuk galaksi :
Spiral
Galaksi spiral merupakan tipe yang paling umum dikenal orang. Mungkin karena bentuk
spiralnya yang indah itu. Jika kita mendengar kata galaksi, biasanya yang terbayang
adalah galaksi tipe ini. Galaksi kita termasuk galaksi spiral. Bagian-bagian utama galaksi
spiral adalah halo, bidang galaksi (termasuk lengan spiral), dan bulge (bagian pusat
galaksi yang menonjol). Anggota galaksi spiral adalah bintang-bintang muda dan tua.
Bintang-bintang tua terdapat pada gugus-gugus bola yang tersebar menyelimuti galaksi.
Elips
Sesuai dengan namanya, penampakan galaksi ini seperti elips. Tapi bentuk yang
sebenarnya tidak kita ketahui dengan pasti, karena kita tahu apakah arah pandang kita
dari depan, samping, atau atas dari galaksi tersebut. Yang termasuk tipe galaksi ini adalah
mulai dari galaksi yang berbentuk bundar sampai galaksi yang berbentuk bola pepat.
Struktur galaksi tipe ini tidak terlihat dengan jelas. Galaksi elips sangat sedikit
mengandung materi antar bintang , dan anggotanya adalah bintang-bintang tua. Contoh
galaksi tipe ini adalah galaksi M87, yaitu galaksi elips raksasa yang terdapat di Rasi
Virgo.
Tak beraturan
Galaksi tak beraturan adalah tipe galaksi yang tidak simetri dan tidak memiliki bentuk
khusus, tidak seperti dua tipe galaksi yang lainnya. Anggota dari galaksi tipe ini terdiri
dari bintang-bintang tua dan muda. Contoh dari galaksi tipe ini adalah Awan Magellan
Besar dan Awan Magellan Kecil, dua buah galaksi tetangga terdekat Bima Sakti, yang
hanya berjarak sekitar 180.000 tahun cahaya dari Bima Sakti. Galaksi tak beraturan ini
banyak mengandung materi antar bintang yang terdiri dari gas dan debu-debu.

Macam-macam galaksi
Ada bebeapa macam galaksi, antara lain sebagai berikut:
Galaksi Bimasakti
Merupakan galaksi di mana bumi berada. Galaksi ini memiliki bentuk sepiral dengan
diameter kira-kira 100.000 tahun cahaya, Galaksi Megellan merupakan galaksi yang
paling dekat dengan Galaksi Bimasakti. Jaraknya kurang lebih 150.000 tahun cahaya dan
berada di belahan langit selatan.
Galaksi Ursa Mayor
Berjarak 10.000.000 tahun cahaya dari galaksi bimasakti. Bentuk galaksi ursa mayor
adalah elips dan rapat.
Galaksi Andromeda
Galaksi Awan Magelan (Magellanic Clouds)
Galaksi Jauh
Yang terletak lebih dari 10.000.000 tahun cahaya dari Galaksi Bimasakti termasuk
galaksi jauh . Contoh galaksi jauh yaitu:Galaksi Silvery, Triangulum, dan Whirlpoo

Galaksi kita termasuk galaksi spiral dan berbentuk seperti cakram, garis tengahnya
kira-kira 100.000 tahun cahaya (30.600 pc). Bintang yang lebih tua ditemukan di pusat
tonjolan dengan ketebalan 20.000 tahun cahaya (6.100 pc). Bintang yang lebih muda
ditemukan di lengan spiral. Pusat galaksi berada dalam gugusan bintang sagitarius. Kutub
utaranya di Coma Berenices, Kutub selatanya di Sculptor. Matahari ada di sudut dalam
lengan spiral CarinaCygnus kira-kira 32.000 tahun cahaya (9.800 pc) dari pusat galaksi.
Diperkirakan galaksi berumur 12-14 biliun tahun dan terdiri dari 100 biliun bintang
Bentuk galaksi Bimasakti seperti dua buah piring cekung yang ditangkupkan, bagian
tengahnya tebal dan semakin pipih ke arah tepi, dan terdapat lengan-lengan spiral di
dalamnya. Oleh karena itu Galaksi kita digolongkan ke dalam galaksi spiral. Berdasarkan
klasifikasi galaksi Hubble, galaksi Bimasakti termasuk dalam kelas SBbc. Artinya,
Galaksi kita adalah galaksi spiral yang memiliki bar atau palang di bagian pusatnya,
dengan kecerlangan bagian pusat yang relatif sama dengan bagian piringan, dan memiliki
struktur lengan spiral yang agak renggang di bagian piringannya.
Galaksi spiral tersusun atas 3 bagian, yaitu bulge, halo dan piringan.
Bagian Bulge adalah bagian galaksi spiral yang memikili kepadatan bintang paling
tinggi, dan bintang-bintang tua lebih banyak ditemukan daripada bintang-bintang muda.
Bulge sendiri berbentuk elipsoid seperti bola rugby, dan bintang-bintang didalamnya
bergerak dengan kecepatan tinggi dengan orbit acak dan tidak sebidang dengan bidang
galaksi itu sendiri.
Bagian Halo berbentuk seperti bola dan ukuran komponen ini sangat besar, jauh
menutupi bagian Bulge dan piringan. Objek yang menjadi penyusun Halo terbagi menjadi
dua kelompok, yaitu Stellar Halo dan Dark Halo.
Bagian Piringan tersusun dari bintang-bintang muda dan juga tersusun dari gas dan
debu yang terdapat di lengan spiral. Pada bagian ini juga terdapat bintang-bintang yang
masih diselimuti oleh gas, dimana hal ini menandakan bahwa bintang ini baru saja
terbentuk.
Besar galaksi Bimasakti sendiri pada bagian Bulge adalah 6 kpc dengan ketebalan 4
kpc (kpc = kiloparsek, 1 parsek = 3,26 tahun cahaya = 206265 SA = 3,086 X 10
13
Km).
Sedangkan jarak dari pusat hingga ke tepi galaksi kita adalah 15 kpc dengan ketebalan
rata-rata 300 pc, sedangkan matahari sendiri berada pada jarak 8 kpc dari pusat. Pada
posisi ini matahari sedang bergerak mengelilingi pusat galaksi dengan kecepatan 250
km/detik dan memerlukan waktu sekitar 220 juta tahun untuk mengorbit galaksi
Bimaksakti ini.

Gambaran Galaksi Bimasakti terbaru (Sumber: NASA/JPL-Caltech)
Jika melihat gambar di atas, mungkin kita akan berpikir bagaimana bisa kita tahu
bentuk galaksi kita sendiri sementara kita berada di dalamnya. Caranya adalah dengan
perhitungan jarak yang akurat terhadap semua komponen penyusun Galaksi yang dapat
kita amati, yaitu bintang-bintang dan bermacam gas dan debu. Dengan mengetahui
jaraknya, kita dapat membuat semacam denah Galaksi kita sendiri. Kalau dianalogikan,
anggaplah kita berada di sebuah lapangan luas dengan banyak manusia yang tersebar
secara acak. Apabila kita punya pengetahuan tentang jarak kita ke setiap orang itu, kita
akan dapat membuat plot jarak secara radial. Hasilnya adalah peta sebaran orang-orang
tersebut. Karena itulah, kita tidak perlu pergi keluar Galaksi kita untuk melihat
bentuknya.
Galaksi spiral tersusun atas 3 bagian utama, yaitu bagian bulge, halo, dan piringan.
Ketiganya memiliki bentuk, ukuran, dan objek penyusun yang berbeda-beda. Bahkan,
bagian bulge dan piringan menjadi penentu dalam klasifikasi galaksi yang dibuat oleh
Hubble (diagram garpu tala).
Bagian bulge adalah daerah di galaksi yang kepadatan bintangnya paling tinggi.
Bintang-bintang tua lebih banyak ditemukan daripada bintang muda, karena sangat
sedikit materi pembentuk bintang yang terdapat di sini. Bulge ini berbentuk elipsoid
seperti bola rugby. Bintang-bintang di dalamnya bergerak dengan kecepatan tinggi dan
orbit yang acak, tidak sebidang dengan bidang galaksi. Dari perhitungan kecepatan orbit
bintang-bintang di dalamnya, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat sebuah benda
bermassa sangat besar yang berada di pusat Galaksi yang jauh lebih besar daripada
perkiraan sebelumnya. Benda tersebut diyakini adalah sebuah lubang hitam supermasif,
yang diperkirakan terdapat di bagian pusat semua galaksi spiral. Termasuk juga di galaksi
Andromeda, galaksi spiral terdekat dari Galaksi kita.
Komponen kedua adalah halo. Berbentuk bola, ukuran komponen ini sangat besar
hingga jauh membentang melingkupi bulge dan piringan, bahkan mungkin lebih jauh
daripada batas terluar piringan galaksi yang bisa kita amati. Objek yang menjadi
penyusun halo dibagi menjadi dua kelompok, yaitu stellar halo dan dark halo. Yang
dimaksud dengan stellar halo adalah bintang-bintang yang berada di bagian halo. Namun
hanya sedikit ditemukan bintang individu di bagian ini. Yang lebih dominan adalah
kelompok bintang-bintang tua yang jumlah bintang anggotanya mencapai jutaan buah,
yang disebut dengan gugus bola (globular cluster).
Di bagian piringan terdapat bintang-bintang muda serta gas dan debu antar bintang
yang terletak di lengan spiral. Banyak ditemukannya bintang muda dan gas antar bintang
sangat berkaitan erat, karena gas adalah materi utama pembentuk bintang. Di beberapa
lokasi bahkan ditemukan bintang-bintang muda yang masih diselimuti gas, yang
menandakan bahwa bintang-bintang tersebut baru terbentuk. Sedangkan banyaknya debu
di piringan membuat pengamat di Bumi kesulitan untuk melakukan pengamatan visual di
sekitar bidang Galaksi, terutama ke arah pusat Galaksi (lihat gambar di atas). Karenanya,
pengamatan di sekitar bidang Galaksi akan memberikan hasil yang lebih baik jika
dilakukan di daerah panjang gelombang radio dan infra merah yang tidak terpengaruh
oleh debu antar bintang (lihat gambar di bawah).

Galaksi Bimasakti dalam panjang gelombang infra merah dekat (Sumber: NASA-LAMBDA)
Seberapa besar Galaksi kita? Di bagian pusat Galaksi, bulge hanya memiliki diameter
6 kpc dan tebal 4 kpc (kpc = kiloparsek, 1 parsek = 3,26 tahun cahaya = 206265 SA =
3,086 x 10^13 km). Jarak dari pusat hingga ke bagian tepi Galaksi (jari-jari) adalah 15
kpc dengan ketebalan rata-rata sebesar 300 pc. Sedangkan Matahari berada pada jarak 8
kpc dari pusat. Di posisi itu, Matahari sedang bergerak mengelilingi pusat Galaksi dengan
bentuk orbit yang hampir melingkar. Laju orbitnya adalah sekitar 250 km/detik sehingga
matahari memerlukan waktu 220 juta tahun untuk berkeliling satu kali. Jika umur
matahari adalah 4,6 milyar tahun, berarti tata surya kita sudah mengorbit pusat Galaksi
sebanyak 20 kali.
Galaksi kita sebenarnya berada pada sebuah kelompok galaksi yang disebut dengan
Grup Lokal, yang ukurannya mencapai 1 MPc dan beranggotakan lebih dari 30 galaksi.
Galaksi spiral yang ada di kelompok ini hanya tiga, yaitu Bimasakti, Andromeda, dan
Triangulum. Sisanya adalah galaksi yang lebih kecil dengan bentuk elips atau tak
beraturan. Grup Lokal ini termasuk kelompok galaksi yang dinamis. Maksudnya adalah
bahwa galaksi-galaksi di kelompok ini mengalami interaksi gravitasi, termasuk Galaksi
kita dengan galaksi Andromeda. Interaksi tersebut diperkirakan akan mengakibatkan
terjadinya tabrakan antara Galaksi kita dengan Andromeda dan kemudian membentuk
galaksi elips. Namun tidaklah perlu untuk terlalu khawatir karena peristiwa tersebut baru
akan terjadi 2 milyar tahun lagi.
Fakta unik menarik mengenai galaksi bima sakti :
Berbentuk Melengkung
Galaksi Bima Sakti berbentuk cakram yang melintang sekitar 120.000 juta tahun
cahaya. Dan memiliki tonjolan di pusatnya yang berdiameter 12.000 juta tahun
cahaya. Cakram ini jauh dari kata datar seperti yang bisa Anda lihat pada gambar
di bawah. Memiliki dua galaksi tetangga yaitu Large dan Small Magelanic Cloud
yang saling tarik menarik termasuk dengan galaksi kita. Galaksi ini saling
menarik hydgrogen dan Bima Sakti memiliki banyak hydrogen. Karena tarik
menarik ini Bima sakti berbentuk cakram. Kalau di lihat dari bumi memang
seperti datar saja. Ini karena posisi lihat kita.

Memiliki Lingkaran Tetapi Anda Tidak Bisa Melihatnya
Bima Sakti memiliki materi gelap di lingkarannya yang membentuk 90% dari
massanya. Itu berarti kita dengan teleskop hanya bisa melihat 10% dari total
keseluruhan massa Bima Sakti. Lingkaran ini bukan seperti lingkaran fisik yang
biasa kita lihat misalanya, lingkaran di atas kepala malaikat di kartun-kartun, atau
cupid di atas cupid yang bermain harpa atau yang lainnya. Lingkaran ini tidak
terlihat walaupun dengan simulasi orbit bintang pada pusat galaksi bisa
tergambarkan.
Ada Lebih dari 200 Miliar Bintang
Sebagai sebuah galaksi, Bima Sakti merupakan galaksi menengah. Galaksi
terbesar yang diketahui manusia hingga saat ini adalah IC 1101 yang memiliki
bintang lebih dari 100 triliun. Galaksi paling kecil yang diketahui manusia adalah
Large Magellanic Cloud yang memiliki 10 miliar bintang. Galaksi Bima Sakti
sendiri memiliki 200-400.000.000.000. Tetapi ketika Anda melihat dari Bumi,
Anda paling hanya bisa melihat 2500 saja ketika langit dalam keadaan cerah.
Tetapi patokan bintang sebenarnya masih kurang akurat karena kejadian
supernova dan galaksi terus memrpoduksi bintang.
Benar-benar Berdebu dan Menfandung Gas
Mungkin Anda berifikir Bima Sakti merupakan tempat yang bersih dari debu atau
area yang kosong melompong kecuali di isi dengan bintang, planet, asteroid,
meteorid dan benda-benda raksasa lainnya. Sebenarnya Galaksi Bima Sakti penuh
dengan gas dan debu. Wajar karena kita hanya bisa melihat hingga jarak 6.000
tahun cahaya sedangkan Galaksi melintang sekitar 120.000 juta tahun cahaya.
Debu dan gas mengisi 10-15% materi di galaksi, sisanya planet, bintang, bulan
dan benda-benda angkasa besar lainnya. Ketebalan debu ini menjadi salah satu
penghambat penglihatan kita, karea kita tidak bisa melihat tanpa cahaya. Namun
dengan infrared kita masih bisa menembus debu tersebut seperti pada Spitzer
Space Telescope.
Terbentuk dari Galaksi Lain
Bima Skati tidak akan selalu seperti saat ini, berbentuk spiral yang indah. Dia
akan menjadi lebih besar karena terus memakan galaksi lain. Saat ini galaksi kita
sedang dalam proses memakan Galaksi Canis Major Dwarf yang meruapakan
galaksi yang paling dekat dengan Bima Sakti. Saat ini bintang pada Galaksi Canis
Major Dwarf sedang masuk ke dalam Bima Sakti, dan juga Bima Sakti sendiri
juga telah di makan oleh Galaksi lain dalam sejarah panjangnya seperti Galaksi
Sagittarius Dwarf.
Gambar Galaksi Bima Sakti yang Anda Lihat Sekarang Merupakan
Gambar dari Seniman atau Galaksi Lain
Hingga kini belum ada teknologi manusia yang mampu memoto Galaksi
Bimasakti dari atas. Ini karena kita berada didalam Galaksi tersebut dengan jarak
26.000 juta tahun cahaya ke pusatnya. Kita belum bisa menjelajah sejauh itu.Ke
Mars saja baru robot yang bisa kita daratkan di permukaannya. Gambar cakram
indah yang yang kita lihat bisa jadi merupakan gambar galaksi lain atau seniman
yang berbakat. Walau begitu, tidak menutup kemungkinan kedepannya kita bisa
memoto Bima Sakti.
Ada Black Hole di Tengah Galaksi
Kebanyakan galaksi memiliki supermasiv black hole. Pusat galaksi kita di sebut
Sagitarius A*(diucapkan Bintang-A) dan ini menyimpan black hole dengan massa
40.000 Suns yang melintang 14 juta mil (seukuran orbit Merkurius). Black hole
ini hanya black hole saja, tidak ada benda lain. Semua massa tersedot kedalamnya
(disebut accreation disk) dan membentuk disk lagi yang besarnya 4 juta Suns.

Galaksi Bima Sakti adalah sebuah galaksi tempat Matahari dan Bumi kita berada.
Dengan diameter 100.000 tahun cahaya dan lebar 1000 tahun cahaya, galaksi Bima
sakti menampung milyaran bintang, termasuk Matahari (diperkirakan terdapat 400
milyar bintang di galaksi Bima Sakti). Sementara jarak Matahari dengan pusat galaksi
Bima Sakti adalah 28.000 tahun cahaya. Yang dimaksud tahun cahaya adalah jarak
yang ditempuh cahaya merambat dalam jangka satu tahun, sementara kecepatan
cahaya adalah 3x10 pangkat 8 m/s. Jadi 1 tahun cahaya berjarak 10.000.000.000.000
kilometer.


Galaksi bima sakti memiliki lengan-lengan, yaitu :
Lengan Norma
Lengan Scutum-Crux
Lengan Sagitarius
Lengan Orion atau Lengan Lokal
Lengan Perseus
Lengan Cygnus atau Lengan Luar


Lengan-lengan galaksi bima sakti
Matahari dan Bumi berada dilengan Orion, sementara pusat galaksi adalah
disekitar Sagitarius.


Penamaan galaksi bima sakti
Galaksi Bima Sakti merupakan jenis galaksi spiral, maka menurut penamaan
Hubble dinamakan dengan SBc (Spiral Barred). Dijepang orang menyebutnya sebagai
Ama No Gawa atau yang memiliki makna sungai surga. Lain hal nya Di hungaria,
orang hungaria menyebut nya sebagai Hadak tja yang memiliki makna jalan para
pejuang. Dari semua nama yang ada disetiap belahan dunia nama galaksi kita secara
internasional diberi nama sebagai Milky Way atau Jalur susu sebagai mana makna
dari bahasa latin Via Lactea.
Indonesia member nama bima sakti karena sebuah mithology dari Indonesia di
pewayangan. Orang jaman dahulu percaya bahwa kisah pewayangan benar-benar
terjadi di Indonesia. Dalam mithology itu terdapat cerita ketika Bima diutus Bhisma
(gurunya) untuk mencari sarang angin, dan ketika berada di lautan Bima harus
bermusuhan dengan Naga raksasa. Saking dahsyatnya pertarungan mereka, langitpun
merekam kejadian tersebut. Dari situlah penamaan Bima Sakti di Indonesia, karena
menurut orang dahulu bentuk Bima Sakti menyerupai sang Bima sedang dililit Naga
raksasa.

2. Asal Alam Semesta
Pengertian alam semesta mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos.
Mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil, misalnya
atom, elektron, sel, amuba, dan sebagainya. Sedangkan makrokosmos adalah benda-
benda yang ukurannya sangat besar, misalnya bintang, planet, galaksi. Namun para ahli
astronomi menggunakan istilah alam semesta dalam pengertian tentang ruang angkasa
dan benda-benda langit yang ada didalamnya. Alam semesta atau universum dalam
terminologi ilmu astronomi adalah ruang angkasa dengan segala zat dan energi yang ada
didalamnya.
Konsep manusia mengenai apa yang dimaksud alam semesta telah berubah secara
radikal sepanjang zaman. Pada mulanya, mereka meletakkan Bumi sebagai pusat alam
semesta. Selanjutnya, mereka menemukan bahwa Bumi hanyalah sebuah planet, dan
yakin bahwa mataharilah sebagai pusat. Kemudian mereka menyadari bahwa Matahari
hanyalah sebuah bintang biasa, yang merupakan anggota dari sebuah gugusan bintang
yang disebut galaksi dan meyakini bahwa galaksi inilah Alam Semesta. Setelah itu,
mereka menemukan lagi bahwa galaksi ini hanyalah satu dari sedemikian banyak galaksi
yang membentuk alam semesta. Kenyataan inilah yang kita yakini saat ini.
Luas bumi adalah 510.100.000 kilometer persegi. Namun jika pertanyaan tersebut
dikembangkan berapa luas alam semesta atau dimanakah batas terakhir alam semesta ini?
jawabannya akan menjadi perdebatan yang berkepanjangan dan cukup menarik untuk di
teliti. Mengapa? karena alam semesta terus meluas dan berkembang atau artinya luas
alam semesta terus bertambah tanpa terhenti sejak pertama kali tercipta miliyaran tahun
yang lalu. Sepanjang sejarah manusia berbagai metode dan cara telah di lakukan untuk
mengukur seberapa besar dan seberapa jauh alam semesta ini. Sebagai perbandingan
salah satu bintang yang terdekat kita yaitu matahari berjarak 120 juta kilometer dari
bumi. Sementara sistem tata surya kita ini adalah hanya setitik debu yang berada di
pinggir galaksi bima sakti alias kabut susu, yang terdiri dari atas 300.000 bintang seperti
matahari.

Jarak antara matahari dengan pusat galaksi bima sakti adalah 30.000 tahun cahaya
atau setara dengan 2.850.000 triliyun kilometer. Atau mudahnya jarak 30.000 tahun
cahaya sama artinya dengan jika seberkas sinar cahaya terpancar dari pusat galaksi bima
sakti akan membutuhkan 30.000 tahun untuk sampai ke matahari dan bisa terlihat ke
mata kita. Lalu bagaimana dengan alam semesta kita? saat ini di alam semesta di
perkirakan terdapat 500 miliyar galaksi yang jaraknya terpaut sangat jauh. Untuk
menduga seberapa luas atau seberapa tua alam semesta kita, maka para ilmuwan
menghitung dengan cara yang sederhana, yaitu mengukur jarak terjauh dari galaksi.
hasilnya adalah 14 Miliyar tahun cahaya. Sederhananya jika sesorang mengendarai
pesawat ruang angkasa berkeepatan cahaya maka ia baru bisa mencapai ujung semesta ini
dalam waktu 14 Miliyar Tahun. Namun jarak ini bersifat dinamis, yang artinya ukuran
panjang semesta terus bertambah dari waktu ke waktu.

Jarak 14 Miliyar tahun cahaya adalah jarak semesta 14 Milyar tahun yang lalu karena
cahaya yang keluar dari galaksi terjauh membutuhkan waktu 14 milyar tahun untuk
sampai ke mata kita. Dengan kata lain jarak tersebut bisa saja kini 16, 17 atau 20 miliyar
tahun cahaya atau mungkin galaksi terjauh tersbut kini sudah hancur. Namun untuk
membuktikannya kita membutuhkan miliyaran tahun lagi. Meski demikian ada yang
patut kita renungkan dari luasnya alam semesta ini, bahwa bumi hanyalah setetes air di
antara samudera yang sedemikian luas.

i. Model Big Bang
Gagasan big bang didasarkan pada alam semesta yang berasal dari keadaan panas
dan padat yang mengalami ledakan dahsyat dan mengembang. Semua galaksi di alam
semesta akan memuai dan menjauhi pusat ledakan. Pada model big bang, alam
semesta berasal dari ledakan sebuah konsentrasi materi tunggal beberapa 10
10
tahun
yang lalu yang secara terus-menerus berekspansi sehingga pada keadaan yang lebih
dingin (pergeseran merah galaksi) seperti sekarang. Beberapa helium yang ditemui
dalam bintang-bintang sekarang kemungkinan berasal dari reaksi nuklir dalam bola
kosmik yang padat. George Gamow (fisikawan) mengkaji model asal alam semesta
ini dan menghitung ledakan yang menghasilkan sejumlah besar letupan foton-foton.
Ia memprediksi foton ini, tergeser merah oleh ekspansi alam semesta yang diamati
sekaran sebagai foton-foton gelombang radio dan temperatur 3 K merupakan
penjelasan yang baik sebagai radiasi latar (background radition) yang ditemukan oleh
Arno Penzias dan Robert Wilson di Amerika tahun 1965.
Teori ini menjadi sangat menarik karena penemuan-penemuan yang menyusul.
Pada 1965, Arno Penzias (1934- ) dan Robert Wilson secara kebetulan menemukan
"sisa" dentuman itu. Mereka menemukan gelombang mikro yang mendesis dengan
suhu sampai 2,75 derajat Kalvin, yang merupakan sisa radiasi ledakannya. Bukti-
bukti ini tidak terbantahkan. Matahari dan planet-planet kita merupakan "puing-
puing" dentuman hebat.
Radiasi latar gelombang mikro dari berbagai arah di antariksa juga diukur para
ilmuwan lain yang memperoleh 2,9 K yaitu temepratur terendah yang mungkin terjadi
radiasi termal suatu benda. Fakta menunjukkan bahwa alam semesta mengembang
pada kecepatan yang meningkat dengan jarak. Karena cahay galaksi yang lebih jauh
tergeser merah lebih besar maka ia terlihat pada bumi kurang energik daripada jika ia
tidak tergeser merah (foton merah kurang energik daripada foton biru). Dengan
memakai konstanta Hubble 100 km/s per megaparsek, diperoleh bahwa pada jarak
300 megaparsek, kecepatan resesi (pergeseran merah) adalah 3 10
5
km/s, sama
dengan kecepatan cahaya. Jadi, galaksi yang berjarak lebih dari 3000 megaparsek
(horison alam semesta yang dapat diamati) tidak pernah terlihat.
Galaksi mengandung hidrogen sekitar 3 kali lebih banyak daripada helium.
Pengamatan ini dapat dijelaskan sebagai akibat pendinginan alam semesta setelah
dentupan besar di atas temperatur 10 milyar derajat, neutron dan proton terlepas
bebas dari intinya. Begitu alam semsta menjadi dingin, neutron dan proton bergabung
membentuk inti helium pada 10 milyar derajat, menyisakan kelebihan proton sebagai
inti hidrogen. Karena terdapat 14 proton untukl setiap 2 neutron sebelum inti atom
dibentuk, maka setiapa inti helium menangkap 2 proton dan 2 neutron, menyisakan
kelebihan 12 proton sebagai inti hidrogen, bersesuaian dengan rasio massa hidrogen
terhadap helium sebesar 3 : 1.

Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: Big Bang) merupakan
sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian
kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga
dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat). Berdasarkan
pemodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan
padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran
terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun
lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya Big Bang
tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang
didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.
Georges Lematre, seorang biarawan Katolik Roma Belgia, yang mengajukan
teori ledakan dahsyat mengenai asal usul alam semesta, walaupun ia menyebutnya
sebagai "hipotesis atom purba". Kerangka model teori ini bergantung pada relativitas
umum Albert Einstein dan beberapa asumsi-asumsi sederhana, seperti homogenitas
dan isotropi ruang. Persamaan yang mendeksripsikan teori ledakan dahsyat
dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929
menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding
lurus dengan geseran merahnya, sebagaimana yang disugesti oleh Lematre pada
tahun 1927, pengamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa semua galaksi dan
gugus bintang yang sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang secara langsung
menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin cepat kecepatan tampaknya.
Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang terpantau
sekarang, semuanya haruslah pernah berdekatan pada masa lalu. Gagasan ini secara
rinci mengarahkan pada suatu keadaan massa jenis dan suhu yang sebelumnya sangat
ekstrem. Berbagai pemercepat partikel raksasa telah dibangun untuk mencoba dan
menguji kondisi tersebut, yang menjadikan teori tersebut dapat konfirmasi dengan
signifikan, walaupun pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang terbatas
untuk menyelidiki fisika partikel. Tanpa adanya bukti apapun yang berhubungan
dengan pengembangan awal yang cepat, teori ledakan dahsyat tidak dan tidak dapat
memberikan beberapa penjelasan mengenai kondisi awal alam semesta, melainkan
mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan umum alam semesta sejak
pengembangan awal tersebut. Kelimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di
seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan
melalui proses nuklir di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan
mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam semesta sebagaimana yang
diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis ledakan dahsyat.
Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun 1949.
Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif
"keadaan tetap" bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle
secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini hanyalah
digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini. Hoyle
kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam usaha para fisikawan untuk
memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan pembentukan unsur-
unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah penemuan radiasi
latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai
menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah terjadi.
Teori ledakan dahsyat dikembangkan berdasarkan pengamatan pada stuktur alam
semesta beserta pertimbangan teoritisnya. Pada tahun 1912, Vesto Slipher adalah
orang yang pertama mengukur efek Doppler pada "nebula spiral" (nebula spiral
merupakan istilah lama untuk galaksi spiral), dan kemudian diketahui bahwa hampir
semua nebula-nebula itu menjauhi bumi. Ia tidak berpikir lebih jauh lagi mengenai
implikasi fakta ini, dan sebenarnya pada saat itu, terdapat kontroversi apakah nebula-
nebula ini adalah "pulau semesta" yang berada di luar galaksi Bima Sakti.
Sepuluh tahun kemudian, Alexander Friedmann, seorang kosmologis dan
matematikawan Rusia, menurunkan persamaan Friedmann dari persamaan relativitas
umum Albert Einstein. Persamaan ini menunjukkan bahwa alam semesta mungkin
mengembang dan berlawanan dengan model alam semesta yang statis seperti yang
diadvokasikan oleh Einstein pada saat itu.
Pada tahun 1924, pengukuran Edwin Hubble akan jarak nebula spiral terdekat
menunjukkan bahwa ia sebenarnya merupakan galaksi lain. Georges Lematre
kemudian secara independen menurunkan persamaan Friedmann pada tahun 1927 dan
mengajukan bahwa resesi nebula yang disiratkan oleh persamaan tersebut diakibatkan
oleh alam semesta yang mengembang.
Pada tahun 1931 Lematre lebih jauh lagi mengajukan bahwa pengembangan alam
semesta seiring dengan berjalannya waktu memerlukan syarat bahwa alam semesta
mengerut seiring berbaliknya waktu sampai pada suatu titik di mana seluruh massa
alam semesta berpusat pada satu titik, yaitu "atom purba" di mana waktu dan ruang
bermula.

Mulai dari tahun 1924, Hubble mengembangkan sederet indikator jarak yang
merupakan cikal bakal tangga jarak kosmis menggunakan teleskop Hooker 100-inci
(2,500 mm) di Observatorium Mount Wilson. Hal ini memungkinkannya
memperkirakan jarak antara galaksi-galaksi yang pergeseran merahnya telah diukur,
kebanyakan oleh Slipher. Pada tahun 1929, Hubble menemukan korealsi antara jarak
dan kecepatan resesi, yang sekarang dikenal sebagai hukum Hubble. Lematre telah
menunjukan bahwa ini yang diharapkan, mengingat prinsip kosmologi. Semasa tahun
1930-an, gagasan-gagasan lain diajukan sebagai kosmologi non-standar untuk
menjelaskan pengamatan Hubble, termasuk pula model Milne, alam semesta berayun
(awalnya diajukan oleh Friedmann, namun diadvokasikan oleh Albert Einstein dan
Richard Tolman) dan hipotesis cahaya lelah (tired light) Fritz Zwicky.
Setelah Perang Dunia II, terdapat dua model kosmologis yang memungkinkan.
Satunya adalah model keadaan tetap Fred Hoyle, yang mengajukan bahwa materi-
materi baru tercipta ketika alam semesta tampak mengembang. Dalam model ini,
alam semesta hampirlah sama di titik waktu manapun.
Model lainnya adalah teori ledakan dahsyat Lematre, yang diadvokasikan dan
dikembangkan oleh George Gamow, yang kemudian memperkenalkan nukleosintesis
ledakan dahsyat (Big Bang Nucleosynthesis, BBN) dan yang kaitkan oleh, Ralph
Alpher dan Robert Herman, sebagai radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis
(cosmic microwave background radiation, CMB). Ironisnya, justru adalah Hoyle yang
mencetuskan istilah big bang untuk merujuk pada teori Lematre dalam suatu siaran
radio BBC pada bulan Maret 1949.
Untuk sementara, dukungan para ilmuwan terbagi kepada dua teori ini. Pada
akhirnya, bukti-bukti pengamatan memfavoritkan teori ledakan dahsyat. Penemuan
dan konfirmasi radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun 1964
mengukuhkan ledakan dahsyat sebagai teori yang terbaik dalam menjelaskan asal
usul dan evolusi kosmos. Kebanyakan karya kosmologi zaman sekarang berkutat
pada pemahaman bagaimana galaksi terbentuk dalam konteks ledakan dahsyat,
pemahaman mengenai keadaan alam semesta pada waktu-waktu terawalnya, dan
merekonsiliasi pengamatan kosmis dengan teori dasar.
Berbagai kemajuan besar dalam kosmologi ledakan dahsyat telah dibuat sejak
akhir tahun 1990-an, utamanya disebabkan oleh kemajuan besar dalam teknologi
teleskop dan analisis data yang berasal dari satelit-satelit seperti COBE,Teleskop luar
angkasa Hubble dan WMAP.
Ekstrapolasi pengembangan alam semesta seiring mundurnya waktu
menggunakan relativitas umum menghasilkan kondisi masa jenis dan suhu alam
semesta yang tak terhingga pada suatu waktu pada masa lalu, Singularitas ini
mensinyalkan runtuhnya keberlakuan relativitas umum pada kondisi tersebut. Sedekat
mana kita dapat berekstrapolasi menuju singularitas diperdebatkan, namun tidaklah
lebih awal daripada masa Planck. Fase awal yang panas dan padat itu sendiri dirujuk
sebagai "the Big Bang",[cat 2] dan dianggap sebagai "kelahiran" alam semesta kita.
Didasarkan pada pengukuran pengembangan menggunakan Supernova Tipe Ia,
pengukuran fluktuasi temperatur pada latar gelombang mikro kosmis, dan
pengukuran fungsi korelasi galaksi, alam semesta memiliki usia 13,73 0.12 miliar
tahun. Kecocokan hasil ketiga pengukuran independen ini dengan kuat mendukung
model CDM yang mendeskripsikan secara mendetail kandungan alam semesta.
Fase terawal ledakan dahsyat penuh dengan spekulasi. Model yang paling
umumnya digunakan mengatakan bahwa alam semesta terisi secara homogen dan
isotropis dengan rapatan energi yang sangat tinggi, tekanan dan temperatur yang
sangat besar, dan dengan cepat mengembang dan mendingin. Kira-kira 1037 detik
setelah pengembangan, transisi fase menyebabkan inflasi kosmis, yang sewaktu itu
alam semesta mengembang secara eksponensial.[33] Setelah inflasi berhenti, alam
semesta terdiri dari plasma kuark-gluon beserta partikel-partikel elementer lainnya.
Temperatur pada saat itu sangat tinggi sehingganya kecepatan gerak partikel
mencapai kecepatan relativitas, dan produksi pasangan segala jenis partikel terus
menerus diciptakan dan dihancurkan. Sampai dengan suatu waktu, reaksi yang tak
diketahui yang disebut bariogenesis melanggar kekekalan jumlah barion dan
menyebabkan jumlah kuark dan lepton lebih banyak daripada antikuark dan
antilepton sebesar satu per 30 juta. Ini menyebabkan dominasi materi melebihi
antimateri pada alam semesta.
Ukuran alam semesta terus membesar dan temperatur alam semesta terus
menurun, sehingga energi tiap-tiap partikel terus menurun. Transisi fase perusakan
simetri membuat gaya-gaya dasar fisika dan parameter-parameter partikel elementer
berada dalam kondisi yang sama seperti sekarang. Setelah kira-kira 1011 detik,
gambaran ledakan dahsyat menjadi lebih jelas oleh karena energi partikel telah
menurun mencapai energi yang bisa dicapai oleh eksperimen fisika partikel.
Pada sekitar 106 detik, kuark dan gluon bergabung membentuk barion seperti
proton dan neutron. Kuark yang sedikit lebih banyak daripada antikuark membuat
barion sedikit lebih banyak daripada antibarion. Temperatur pada saat ini tidak lagi
cukup tinggi untuk menghasilkan pasangan proton-antiproton, sehingga yang
selanjutnya terjadi adalah pemusnahan massal, menyisakan hanya satu dari 1010
proton dan neutron terdahulu. Setelah pemusnahan ini, proton, neutron, dan elektron
yang tersisa tidak lagi bergerak secara relativistik dan rapatan energi alam semesta
didominasi oleh foton (dengan sebagian kecil berasal dari neutrino).
Beberapa menit semasa pengembangan, ketika temperatur sekitar satu miliar
kelvin dan rapatan alam semesta sama dengan rapatan udara, neutron bergabung
dengan proton dan membentuk inti atom deuterium dan helium dalam suatu proses
yang dikenal sebagai nukleosintesis ledakan dahsyat. Kebanyakan proton masih tidak
terikat sebagai inti hidrogen. Seiring dengan mendinginnya alam semesta, rapatan
energi massa rihat materi secara gravitasional mendominasi. Setelah 379.000 tahun,
elektron dan inti atom bergabung menjadi atom (kebanyakan berupa hidrogen) dan
radiasi materi mulai berhenti. Sisa-sisa radiasi ini yang terus bergerak melewati ruang
semesta dikenal sebagai radiasi latar gelombang mikro kosmis. Selama periode yang
sangat panjang, daerah-daerah alam semesta yang sedikit lebih rapat mulai menarik
materi-materi sekitarnya secara gravitasional, membentuk awan gas, bintang, galaksi,
dan objek-objek astronomi lainnya yang terpantau sekarang. Detail proses ini
bergantung pada banyaknya dan jenis materi alam semesta. Terdapat tiga jenis materi
yang memungkinkan, yakni materi gelap dingin, materi gelap panas, dan materi
barionik. Pengukuran terbaik yang didapatkan dari WMAP menunjukkan bahwa
bentuk materi yang dominan dalam alam semesta ini adalah materi gelap dingin. Dua
jenis materi lainnya hanya menduduki kurang dari 18% materi alam semesta.
Bukti-bukti independen yang berasal dari supernova tipe Ia dan radiasi latar
belakang gelombang mikro kosmis menyiratkan bahwa alam semesta sekarang
didominasi oleh sejenis bentuk energi misterius yang disebut sebagai energi gelap,
yang tampaknya menembus semua ruang. Pengamatan ini mensugestikan bahwa 72%
total rapatan energi alam semesta sekarang berbentuk energi gelap. Ketika alam
semesta masih sangat muda, kemungkinan besar ia telah disusupi oleh energi gelap,
namun dalam ruang yang sempit dan saling berdekatan. Pada saat itu, gravitasi
mendominasi dan secara perlahan memperlambat pengembangan alam semesta.
Namun, pada akhirnya, setelah beberapa miliar tahun pengembangan, energi gelap
yang semakin berlimpah menyebabkan pengembangan alam semesta mulai secara
perlahan semakin cepat.
Segala evolusi kosmis yang terjadi setelah periode inflasioner ini dapat secara
ketat dideskripsikan dan dimodelkan oleh model CDM, yang menggunakan
kerangka mekanika kuantum dan relativitas umum Einstein yang independen.
Sebagaimana yang telah disebutkan, tiada model yang dapat menjelaskan kejadian
sebelum 1015 detik setelah kejadian ledakan dahsyat. Teori kuantum gravitasi
diperlukan untuk mengatasi batasan ini.
Melalui dua proyek besar pemetaan galaksi yang dilakukan hingga kini, para
ilmuwan telah membuat penemuan yang memberikan dukungan sangat penting bagi
teori Big Bang. Hasil penelitian tersebut disampaikan pada pertemuan musim
dingin American Astronomical Society. Luasnya penyebaran galaksi-galaksi dinilai
oleh para astrofisikawan sebagai salah satu warisan terpenting dari tahap-tahap awal
alam semesta yang masih ada hingga saat ini. Oleh karenanya, adalah mungkin untuk
mengacu pada informasi tentang penyebaran dan letak galaksi-galaksi sebagai
sebuah jendela yang membuka pengetahuan tentang sejarah alam semesta.

Melalui dua proyek besar pemetaan galaksi yang dilakukan hingga kini, para ilmuwan
telah membuat penemuan yang memberikan dukungan sangat penting bagi teori Big
Bang. Hasil penelitian tersebut disampaikan pada pertemuan musim dingin
American Astronomical Society.
Luasnya penyebaran galaksi-galaksi dinilai oleh para astrofisikawan sebagai salah
satu warisan terpenting dari tahap-tahap awal alam semesta yang masih ada hingga
saat ini. Oleh karenanya, adalah mungkin untuk mengacu pada informasi tentang
penyebaran dan letak galaksi-galaksi sebagai sebuah jendela yang membuka
pengetahuan tentang sejarah alam semesta.
Dalam penelitian mereka yang berlangsung beberapa tahun, dua kelompok
peneliti yang berbeda, yang terdiri dari ilmuwan Inggris, Australia dan Amerika,
berhasil membuat peta tiga dimensi dari sekitar 266.000 galaksi. Para ilmuwan
tersebut membandingkan data tentang penyebaran galaksi yang mereka kumpulkan
dengan data dari Cosmic Background Radiation [Radiasi Latar Alam Semesta] yang
dipancarkan ke segenap penjuru alam semesta, dan membuat penemuan penting
berkenaan dengan asal usul galaksi-galaksi. Para peneliti yang mengkaji data tersebut
menyimpulkan bahwa galaksi-galaksi terbentuk pada materi yang terbentuk 350.000
tahun setelah peristiwa Big Bang, di mana materi ini saling bertemu dan mengumpul,
dan kemudian mendapatkan bentuknya akibat pengaruh gaya gravitasi.

Penemuan tersebut membenarkan teori Big Bang, yang menyatakan bahwa jagat
raya berawal dari ledakan satu titik tunggal bervolume nol dan berkerapatan tak
terhingga yang terjadi sekitar 14 miliar tahun lalu. Teori ini terus-menerus dibuktikan
kebenarannya melalui sejumlah pengkajian yang terdiri dari puluhan tahun
pengamatan astronomi, dan berdiri tegar tak terkalahkan di atas pijakan yang teramat
kokoh. Big Bang diterima oleh sebagian besar astrofisikawan masa kini, dan menjadi
bukti ilmiah yang membenarkan kenyataan bahwa Allah telah menciptakan alam
semesta dari ketiadaan.
Dalam penelitiannya selama sepuluh tahun, Observatorium Anglo-Australia di
negara bagian New South Wales, Australia, menentukan letak 221.000 galaksi di
jagat raya dengan menggunakan teknik pemetaan tiga dimensi. Pemetaan ini, yang
dilakukan dengan bantuan teleskop bergaris tengah 3,9 meter pada menara
observatorium itu, hampir sepuluh kali lebih besar dari penelitian serupa sebelumnya.
Di bawah pimpinan Dr. Matthew Colless, kepala observatorium tersebut, kelompok
ilmuwan ini pertama-tama menentukan letak dan jarak antar-galaksi. Lalu mereka
membuat model penyebaran galaksi-galaksi dan mempelajari variasi-variasi teramat
kecil dalam model ini secara amat rinci. Para ilmuwan tersebut mengajukan hasil
penelitian mereka untuk diterbitkan dalam jurnal Monthly Notices of the Royal
Astronomical Society [Warta Bulanan Masyarakat Astronomi Kerajaan].
Dalam pengkajian serupa yang dilakukan oleh Observatorium Apache Point di
New Mexico, Amerika Serikat, letak dari sekitar 46.000 galaksi di wilayah lain dari
jagat raya juga dipetakan dengan cara serupa dan penyebarannya diteliti. Penelitian
ini, yang menggunakan teleskop Sloan bergaris tengah 2,5 meter, diketuai oleh Daniel
Eisenstein dari Universitas Arizona, dan akan diterbitkan dalam Astrophysical
Journal [Jurnal Astrofisika].
Hasil yang dicapai oleh dua kelompok peneliti ini diumumkan dalam pertemuan
musim dingin American Astronomical Society [Masyarakat Astronomi Amerika] di
San Diego, California, Amerika Serikat pada tanggal 11 Januari 2005.

Bukti Penting Yang Semakin Mengukuhkan Big Bang
Data yang diperoleh dari hasil kerja panjang dan teliti membenarkan sejumlah
perkiraan yang dibuat puluhan tahun silam di bidang astronomi tentang asal usul
galaksi. Di tahun 1960-an, para perumus teori memperkirakan bahwa galaksi-galaksi
mungkin mulai terbentuk di wilayah-wilayah di mana materi berkumpul dengan
kerapatan yang sedikit lebih besar segera setelah peristiwa Big Bang. Jika perkiraan
ini benar, maka cikal bakal galaksi-galaksi itu seharusnya dapat teramati dalam
bentuk fluktuasi sangat kecil pada tingkat panas di sisa-sisa radiasi dari Big Bang dan
dikenal sebagai Radiasi Latar Alam Semesta.

Radiasi Latar Alam Semesta adalah radiasi panas yang baru mulai dipancarkan
350.000 tahun setelah peristiwa Big Bang. Radiasi ini, yang dipancarkan ke segenap
penjuru di alam semesta, menampilkan potret sekilas dari jagat raya berusia 350.000
tahun, dan dapat dipandang sebagai fosil [sisa-sisa peninggalannya] di masa kini.
Radiasi ini, yang pertama kali ditemukan pada tahun 1965, diakui sebagai bukti
mutlak bagi Big Bang yang disertai berbagai pengkajian dan pengamatan, dan diteliti
secara sangat mendalam. Data yang diperoleh dari satelit COBE (Cosmic Background
Explorer [Penjelajah Latar Alam Semesta]) pada tahun 1992 membenarkan perkiraan
yang dibuat di tahun 1960-an dan mengungkap bahwa terdapat gelombang-
gelombang kecil pada Radiasi Latar Alam Semesta. Meskipun ketika itu sebagian
keterkaitan antara gelombang kecil tersebut dengan pembentukan galaksi telah
ditentukan, hubungan ini saat itu belum dapat diperlihatkan secara pasti hingga baru-
baru ini.
Namun, kaitan penting itu telah berhasil dirangkai dalam sejumlah pengkajian
terakhir. Kelompok Colless dan kelompok Eisenstein telah menemukan kesesuaian
antara gelombang-gelombang kecil yang terlihat pada Radiasi Latar Alam Semesta
dan yang teramati pada jarak antar-galaksi. Dengan demikian telah dibuktikan secara
pasti bahwa cikal bakal galaksi terbentuk di tempat-tempat di mana materi yang
muncul 350.000 tahun menyusul peristiwa Big Bang saling berkumpul dengan
kerapatan yang sedikit lebih besar.
Dalam jumpa pers mengenai pokok bahasan tersebut, Dr. Eisenstein mengatakan
bahwa pola tersebarnya galaksi-galaksi di segenap penjuru langit bersesuaian dengan
gelombang suara yang memunculkan pola penyebaran itu. Para peneliti berpendapat
bahwa gravitasi mempengaruhi gelombang dan mengarahkan bentuk galaksi.
Eisenstein membuat pernyataan berikut:
Kami menganggap hal ini sebagai bukti kuat bahwa gravitasi telah memainkan peran
utama dalam membentuk cikal bakal [galaksi] di dalam latar gelombang mikro (yang
tersisa dari peristiwa Big Bang) menjadi galaksi-galaksi dan kelompok-kelompok
galaksi yang kita saksikan di sekeliling kita.
Dalam sebuah pernyataan kepada lembaga pemberitaan AAP, Russell Cannon,
dari kelompok peneliti yang lainnya, mengatakan bahwa penemuan-penemuan
tersebut memiliki nilai teramat penting, dan merangkum hasil penting penelitian itu
dalam uraian berikut:
Apa yang telah kami lakukan memperlihatkan pola galaksi-galaksi, penyebaran
galaksi-galaksi yang kita saksikan di sini dan saat ini, sepenuhnya cocok dengan pola
lain yang terlihat pada sisa-sisa peninggalan peristiwa Big Bang
Sejumlah penemuan juga diperoleh dari pengkajian tentang kadar materi dan
energi yang membentuk alam semesta, serta bentuk geometris alam semesta. Menurut
data ini, alam semesta terdiri dari 4% materi biasa, 25% materi gelap (yakni materi
yang tidak dapat diamati tapi ada secara perhitungan), dan sisanya energi gelap (yakni
energi misterius [yang tidak diketahui keberadaannya] yang menyebabkan alam
semesta mengembang dengan kecepatan lebih besar dari yang diperkirakan).
Sedangkan bentuk geometris alam semesta adalah datar.
Sejumlah penemuan yang dicapai dalam pengkajian ini telah semakin
memperkokoh teori Big Bang. Dr. Cannon mengatakan bahwa penelitian tersebut
menambah bukti yang sangat kuat bagi teori Big Bang tentang asal usul alam semesta
dan menegaskan dukungan itu dalam perkataan berikut ini

Kita telah mengetahui sejak lama bahwa teori terbaik bagi [asal usul] alam semesta
adalah Big Bang bahwa alam semesta terbentuk melalui suatu ledakan raksasa
pada satu ruang teramat kecil dan sejak itu mengembang secara terus-menerus.
Dalam sebuah ulasan tentang penelitian tersebut, Sir Martin Rees, ahli astronomi
terkenal dari Universitas Cambridge, mengatakan bahwa meskipun menggunakan
teknik-teknik statistik dan pengamatan yang berbeda, kelompok-kelompok tersebut
telah sampai pada satu kesimpulan yang sama, dan ia menganggap hal ini sebagai
sebuah petunjuk akan kebenaran hasilnya.
Physicsweb.org, salah satu situs ilmu-ilmu fisika terpenting di Internet, memberi
tanggapan bahwa pengkajian-pengkajian tersebut memberikan bukti lebih lanjut bagi
teori dasar Big Bang dengan tambahan model pengembangan alam semesta.
Berkat ilmu pengetahuan modern yang memungkinkan pengamatan radiasi latar alam
semesta dan benda-benda langit, para ilmuwan memperoleh pemahaman bahwa alam
semesta memiliki suatu permulaan (Big Bang) dan kemudian mengalami perluasan
(Pengembangan).

ii. Model Keadaan Tunak
Meskipun model big bang (dentuman besar) merupakan hipotesis yang paling
mungkin dalam mendiskusikan asal-usul alam semseta, tetapi teori juga telah
diusulkan, mislanya teori keadaan tunak (steady state teory) yang diusulkan pada
tahun 1948 oleh H. Bondi, T. Gold dan F. Hoyle dari Universitas Cambridge.
Menurut teori ini, alam semesta tidak ada awalnya dan tidak akan berakhir. Alam
semesta selalu terlihat tetap seperti sekarang. Materi secara terus-menerus datang
berbentuk atom-atom hidrogen dalam angkasa (space) yang membentuk galaksi baru
dan mengganti galaksi lama yang bergerak menjauhi kita dalam ekspansinya.
Dalam model keadaan tunak (mantap), tidak ada bola api kosmik karenanya
radiasi latar (background radiation) bukan temperatur 3 K. Jika identifikais radiasi ini
benar, maka hipotesa kedaan tunak (tetap) adalah salah. Tetapai jika diperoleh
penjelasan lain untuk radiasi 3 K maka seluruh persoalan (subjek) dapat dibangkitkan
kembali. Selama tahun 1960an, dari astronomi radio jelas terkesan bahwa densitas
ruang (jumlah per kubik parsec) galaksi yang mengemisikan radio lebih jauh jaraknya
pada masa yang lalu daripada masa sekarang. Tampaknya gagasan ini berbeda bahwa
alam semesta selalu sama dan rupanya menyimpang dari model keadaan tunak.
Asal kejadian kosmos
Seorang ahli astronomi, Jean mengatakan bahwa alam ini pada mulanya adalah
gas yang berserakan secara teratur di angkasa luas,sedangkan kabut-kabut atau
kumpulan Kosmo-kosmos itu tercipta dari gas-gas tersebut yang memadat.
Menunggalnya Alam/Kosmos tentang kebenaran teori ini maka berargumentasi
dengan adanya volcano-volcano,benda-benda berapi yang berada didalam perut
bumi,dan sewaktu-waktu bumi memuntahkan lahar atau benda-benda volcano yang
berapi.Teori ini sesuai dengan apa yang di tunjukan Al-quran dalam firman Allah
surat Al-Anbiya : 30

iii. Model Osilasi
Teori osilasi menduga bahwa alam semesta tidak ada awal dan tidak ada akhirnya.
Dalam model osilasi dikemukakan bahwa sekarang alam semesta tidak konstan,
melainkan berekspansi yang dimulai dengan dentuman besar (big bang), kemudian
beberapa wkatu yang akan datang gravitasi mengatasi efek ekspansi ini sehingga
alam semesta akan mulai mengempis (collapse), akhirnya mencapai titik koalisensi
(gabungan) asal dimana temperatur dan tekanan tinggi akan memecahkan semua
materi ke dalam partikel-partikel elementer (dasar) sehingga terjadi dentuman besar
baru dan ekspansi mulai lagi.
Alam semesta mungkin telah memulai dalam sebuah dentuman besar (big bang),
atau mungkin berada dalam keadaan tetap atau dalam keadaan berosilasi. Dalam
setiap kasus, alam semesta sekarang ditandai dengan proses ekspansi dan dipenuhi
oleh radiasi yang mirip dengan radiasi yang diperkirakan dari big bang. Jarak yang
besar diantara galaksi membuat alam semesta hampir kosong (hampa), densitas
materi di alam semesta secara rata-rata adalah sekitar 10
30
gram per centimeter kubik
atau dapat dikatakan bahwa dalam alam semesta ditempati 1 atom hidrogen untuk
setiap 1,7 x 10
6
cm
3
(1 x 10
5
inci
3
).
Teori ini berpendapat bahwa ada suatu siklus di jagat raya. Satu siklus mengalami
satu masa ekspansi dan satu masa kontraksi. Satu siklus diperkirakan berlangsung
selama 30 milyar tahun. Dalam masa ekspansi terbentuklah galaksi-galaksi serta
bintang-bintang di dalamnya. Ekspansi ini diakibatkan oleh adanya reaksi inti
hydrogen yang pada akhirnya membentuk unsur-unsur lain yang komplek. Pada masa
kontraksi, galaksi-galaksi dan bintang-bintang yang telah terbentuk meredup dan
unsure-unsur yang telah terbentuk menyusut dengan mengeluarkan tenaga berupa
panas yang sangat tinggi. Disebut juga Oscillating Theory (teori mengembang dan
memampat).
Materi alam semesta bergerak saling menjauhi kemudian akan berhenti, lalu
akan mengalami pemampatan demikian seterusnya secara periodik.
Teori ini mengemukakan bahwa alam semesta sekarang sedang mengembang
karena sebelumnya telah terjadi penyusutan. Dalam proses ini tidak ada materi yang
rusak atau hilang ataupun tercipta, hanya mampat atau merenggang.
Teori osilasi memandang kejadian alam semesta sama dengan teori keadaan tetap,
yaitu bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak akan berakhir. Bedanya dalam
teori osilasi masih mengakui adanya dentuman besar dan pada suatu saat gravitasi
akan menyedot kembali sehingga alam semesta akan mengempis (collapse) yang pada
akhirnya akan menggumpal kembali dalam kepadatan yang tinggi dengan temperatur
yang tinggi dan akan terjadi dentuman besar kembali. Setelah big-bang kedua terjadi,
dimulai kembali ekspansi kedua dan suatu saat akan mengempis kembali dan
meledak untuk ketiga kalinya.


iv. Lubang Hitam
Lubang hitam atau Black Hole adalah sebuah pemusatan massa yang cukup
besar sehingga menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar.Gaya gravitasi yang
sangat besar ini mencegah apa pun lolos darinya kecuali melalui perilaku terowongan
kuantum.Medan gravitasi begitu kuat sehingga 8 kecepatan lepas di dekatnya
mendekati kecepatan cahaya. Black hole merupakan obyek yang sangat padat
(dengan kata lain, memiliki massa yang besar dalam volume yang cukup kecil) yang
dengan gaya gravitasinya cukup kuat untuk mencegah cahaya atau apa pun dari
melarikan diri. Teori tentang Black Hole dilontarkan pertama kali oleh John Michell
dan Pierre-Simon Laplace pada abad ke 18. Nama Black Hole diperkenalkan oleh
John Archibald Wheeler pada tahun 1967. Dan sampai sekarang digunakan untuk
khalayak umum. Bahkan sering digunakan untuk film fiksi ilmiah, padahal Black
Hole bukan fiksi sama sekali.

Ilustrasi black hole

Misteri lubang hitam yg bertebaran di jagad raya dapat dikatakan hampir mirip
dengan konserp rentetan kejadian-kejadian aneh yg terjadi di kawasan Segitiga
Bermuda. Tapi berbeda dengan kasus-kasus di Segitiga Bermuda yg rata-rata
menelan kapal laut maupun pesawat terbang, black hole dapat berukuran lebih besar
dari matahari dan mampu menarik dan menelan apa saja yg berada di dekat nya
termasuk planet-planet. Bahkan partikel cahaya pun tidak mampu untuk meloloskan
diri dari tarikan gravitasi black hole yg super dashyat. Istilah lubang hitam telah
tersebar luas, meskipun ia tidak menunjuk ke sebuah lubang dalam arti biasa, tetapi
merupakan sebuah wilayah di angkasa di mana semua tidak dapat kembali.
Proses Terbentuk nya Black Hole
Teori lubang hitam dikemukakan lebih dr 200 tahun yg lalu.Pada 1783 , ilmuwan
John Mitchell mencetuskan teori mengenai kemungkinan wujud nya sebuah lubang
hitam setelah beliau meneliti dan mengkaji teori gravitas Isaac Newton.
Beliau berpendapat, jika objek yg dilemparkan tegak lurus ke atas, maka ia akan
terlepas dr pengaruh gravitasi Bumi setelah mencapai kecepatan lebih dr 11 km/s,
maka tentu ada planet atau bintang lain yg memiliki gravitasi lebih besar daripada
Bumi.
Istilah lubang hitam pertama kali digunakan oleh ahli fisika Amerika Serikat,
John Archibald Wheeler pada 1968. Wheeler memberi nama demikian karena lubang
hitam tidak dapat dilihat, karena cahaya turut tertarik ke dalam nya sehingga kawasan
di sekitar nya menjadi gelap. Menurut teori evolusi bintang, lubang hitam berasal dr
sejenis bintang biru yang memiliki suhu permukaan lebih dari 25.000 derajat Celcius.
Ketika pembakaran hidrogen di bintang biru yg memakan waktu kira-kira 19 juta
tahun selesai, ia akan menjadi bintang biru raksasa. Kemudian,bintang itu menjadi
dingin dan menjadi bintang merah raksasa. Dalam fase itulah,akibat tarikan gravitasi
nya sendiri, bintang merah raksasa mengalami ledakan dahsyat atau sering disebut
dengan Supernova dan menghasilkan 2 jenis bintang yaitu bintang Netron dan Black
Hole.
Black Hole mematuhi semua hukum fisika, termasuk grafitasi. Pada tahun 1687,
mbah Isaac Newton menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta terhubung
melalui grafitasi. Namun di bumi, jika dibandingkan energi listrik, magnet, ataupun
tekanan terkesan energi grafitasi adalah yang terlemah. Namun tidak seperti itu
kondisi di Black Hole. Penemuan Newton ini telah disempurnakan oleh mbah
Einstein. Beliau berkata melalui teori relativitasnya bahwa benda yang massive
memiliki mampu mendistorsi ruang dan waktu secara kontinyu, nah distorsi inilah
yang kita rasakan sebagai grafitasi. Jadi dengan teori inilah bisa menjadi penjelasan
mengapa grafitasi BFlack Hole sangat besar, sampai mampu menyedot cahaya.

Besarnya lubang hitam bisa kita bayangkan dengan sebuah bola yang memiliki 2
garis horizon, ketika ente udah masuk ke dalam daerah event horizon, maka udah gak
bisa kembali. Ukuran event horizon (disebut jari-jari Schwarzschild, karena beliaulah
yang menemukan teorinya) bisa sebesar 6 mil, kalo dibuat perbandingan, ukuran jari2
Scwarzschild bumi adalah 5mm, maksudnya disini adalah seberapa besarkah ente
harus memampatkan bumi agar bisa menjadi lubang hitam. Black Hole tidak harus
besar, tapi yang pasti adalah sangat padat.

Struktur Black Hole
Sebenarnya semua Black Hole identik, yang membedakan adalah massanya,
putaran terhadap sumbunya, dan muatan listriknya. Yang mengagumkan dari Black
Hole adalah ketika black hole menelan sebuah benda (benda apapun itu) maka
karakteristik benda tersebut akan terhapus..Adapun tipe Black Hole dimana semakin
besar galaksi doi berada, maka semakin besar dan massive pula Black Holenya.

Perbandingan antar black hole
Sangat memungkinkan sekali terjadi tabrakan antar Black Hole (di alam ada
milyaran Black Hole gan), begitu mereka saling mendekat dan tidak ada yang bisa
lepas dari grafitasi satu sama lain, maka mereka akan bergabung menjadi satu Black
Hole. Perpaduan ini akan menghasilkan energi yang luar biasa besar, dan dapat
menimbulkan riak pada ruang dan waktu, yang disebut gelombang grafitasi.

2 Black Hole berhimpitan di galaksi NGC 6240

Riak pada gelombang dan waktu (gelombang grafotasi)
Sampai saat ini belum ada yang tahu apa yang ada di dalam Black Hole,
karena semua materi, bahkan cahaya, tidak ada yang bisa kembali dari dalam
Black Hole..
Spekulasi sampai saat ini adalah adanya White Hole, yang mengeluarkan isi
Black Hole melewati lubang cacing. Namun belum ada pengetahuan paten
tentang ini, karena belum ada manusia yang tahu bagaiman sistem kerja Black
Hole di dalam event horizon.

Spekulasi tentang lubang cacing
Menurut terori Einstein, benda masif menciptakan distorsi dalam ruang dan
waktu. Dekat lubang hitam, distorsi menjadi begitu kuat sehingga waktu
berperilaku dengan cara yang tak terduga..
Sederhananya seperti ini, jika kita melempar jam ke dalam Black Hole,
maka semakin dekat dengan Black Hole jam tersebut akan semakin melambat
dan akhirnya berhenti berdetak..Namun berbeda jika kita yang masuk dengan
jam, maka tidak akan ada perubahan pada jam tersebut. Hal inilah yang
dimaksud teori relativitas, pandangan orang yang bergerak menuju Black Hole
dan orang yang diam di luar Black Hole akan berbeda.

Karena tidak ada yang bisa melepaskan diri dari Black Hole, maka Black
Hole tidak bisa di hancurkan, itu benar. Namun ternyata Black Hole bisa mati,
dengan berjalannya waktu maka lama kelamaan Black Hole akan menguap
kembali menjadi energi semula dan kembali ke alam semesta..
Teori ini dikemukakan oleh fisikawan terkenal om Stephen Hawking pada
tahun 1974 dengan menggunakan hukum mekanika kuantum.
Sebuah Black Hole akan muncul ketika suatu objek tidak bisa menahan
kompresi dari grafitasinya sendiri. Untuk bumi dan matahari kagak mungkin
jadi Black Hole, karena grafitasi mereka tidak cukup besar untuk mengalahkan
kekuatan atom dan nuklir interior mereka sendiri, sehingga kompresi pun
terhalangi. Namun pada objek yang lebih besar dimana grafitasinya juga sangat
besar, maka grafitasi akan menang dan terjadilah kompresi pada objek yang
bersangkutan, lalu muncullah Black Hole..
Prosesnya terjadi ketika bintang supermasif (ratusan kali lebih berat
daripada Matahari) meledak, maka terjadilah supernova, karena pelepasan
energi yang sangat besar inilah terjadi pemampatan objek yang diakibatkan
oleh grafitasi objek tersebut..
Setiap objek yang punya massa di alam semesta akan punya sebuah besaran
bernama kecepatan lepas (escape velocity). Kecepatan lepas adalah kecepatan sebuah
objek agar bisa lolos dari tarikan gravitasi sebuah objek. Sebagai contoh, kecepatan
lepas dari permukaan Bumi adalah sekitar 40.000 km/jam. Artinya, apabila kita ingin
lolos dari tarikan gravitasi Bumi, maka dari permukaan tanah kita harus mampu
meloncat dengan kecepatan sebesar 40.000 km/jam.
Bagaimana apabila kecepatan lepas sebuah objek mencapai atau bahkan melebihi
kecepatan cahaya? Objek seperti inilah yang kita namakan lubang hitam. Medan
gravitasi objek seperti ini sangat ekstrim sehingga untuk bisa lepas dari tarikan
gravitasinya kita membutuhkan kecepatan cahaya atau bahkan lebih besar dari
kecepatan cahaya untuk bisa keluar dari sana. Karena tidak ada objek yang dapat
bergerak melebihi kecepatan cahaya, maka praktis tidak ada partikel apapun yang
bisa lolos dari lubang hitam kalau sudah memasuki jarak tertentu dari lubang hitam.
Andaikan kita punya objek dengan massa M, maka kita bisa menghitung jari-jari
sebuah bola yang mengungkung massa M tersebut, agar objek tersebut menjadi
lubang hitam. Jari-jari ini kita namakan Radius Schwarzschild (yap, cobalah
mengucapkan nama ini dalam percobaan pertama), dinamakan menurut fisikawan
asal Jerman, Karl Schwarzschild. Dengan demikian, kita juga dapat mendefinisikan
lubang hitam sebagai sebuah objek bermassa M yang seluruh massa objek tersebut
berada di dalam radius Schwarzschild-nya.
Berapa radius Schwarzschild Bumi, apabila kita ingin mengubah Bumi menjadi
sebuah lubang hitam? Kita dapat menghitung bahwa seluruh massa Bumi (Massa
Bumi = 5.97 x 10
24
kg) harus dipadatkan menjadi bola dengan jari-jari 9 milimeter
saja. Ini adalah jari-jari yang hanya sebesar kelereng. Kecil sekali, namun
mengandung seluruh massa Bumi.
Apabila misalnya kita ingin menjadikan Matahari sebuah lubang hitam, maka
seluruh massa Matahari (Massa Matahari = 2 x 10
30
kg) harus dipadatkan ke dalam
bola dengan jari-jari 3 kilometer saja. Bola dengan garis tengah 6 kilometer ini,
apabila titik pusatnya kita tempatkan di tengah-tengah Lapangan Monas di Jakarta,
maka akan mencakup daerah dari Jalan Mangga Besar hingga Taman Suropati. Tidak
terlalu besar, namun di dalamnya seluruh massa Matahari.

Bila Kita Berada di Dekat Lubang Hitam
Apa yang terjadi apabila sebuah objek berada di sekitar sebuah lubang hitam?
Jawabannya adalah: tergantung pada jarak objek tersebut dari lubang hitam. Kita
mengamati adanya bintang-bintang yang mengorbit lubang hitam supermasif yang
berada di pusat Galaksi kita, dan kita mengamati pula banyak sistem ganda di mana
satu pasangannya adalah sebuah lubang hitam dan yang satu lagi adalah bintang
normal. Orbit objek-objek ini stabil meskipun mereka mengorbit lubang hitam.
Artinya, apabila kita berada pada jarak yang aman maka kita dapat mengorbit sebuah
lubang hitam sebagaimana kita mengorbit objek-objek normal lainnya. Jarak aman di
mana kita masih dapat mengorbit lubang hitam dalam orbit berbentuk lingkaran
adalah 1.5 kali radius Schwarzschild lubang hitam tersebut. Namun, apabila kita
berada pada jarak yang sangat dekat dari lubang hitam tersebut, maka kita akan
bergerak dalam orbit berbentuk spiral mendekati lubang hitam tersebut, hingga kita
mencapai radius Schwarzschild lubang hitam tersebut. Radius Schwarzschild sering
disebut juga sebagai batasan di mana tidak ada jalan untuk kembali karena pada
radius ini, kecepatan lepas akan sama dengan kecepatan cahaya sehingga semua yang
masuk akan terperangkap. Batasan tersebut disebut juga sebagai horison peristiwa
(atau event horizon dalam Bahasa Inggris) yang berada pada permukaan bola yang
jari-jarinya sama dengan radius Schwarzschild.
Dengan demikian Matahari dan Bumi kita tidak akan terpengaruh sama sekali
dengan keberadaan lubang supermasif di pusat Galaksi kita. Apabila seandainya
Matahari tiba-tiba berubah menjadi lubang hitam tanpa ada perubahan massa
(Matahari tidak akan bisa menjadi lubang hitam karena massa Matahari masih terlalu
kecil. Dalam proses evolusinya Matahari akan berubah menjadi bintang katai putih),
apa yang akan terjadi pada orbit Bumi? Jawabannya: Orbit Bumi tidak akan berubah
sama sekali karena massa Matahari tidak berubah. Kita akan tetap melenggang
kangkung mengorbit Matahari. Memang suasana akan lebih gelap karena sinar
Matahari sudah tidak ada lagi tapi paling tidak kita masih mengorbit Matahari

Mendekati Horison Peristwa
Apabila seorang astronot dikirim dari kapsulnya untuk mendekati horison
peristiwa (event horizon) yang melingkupi sebuah lubang hitam, maka ia akan mulai
dipercepat bergerak menuju ke arah horison peristiwa tersebut. Semakin mendekati
horison peristiwa, semakin kecil kemungkinan ia dapat lolos dari lubang hitam. Saat
ketika ia memasuki horison peristiwa adalah saat ketika ia tidak dapat lagi kembali.
Ada dua efek yang terjadi pada kita dalam perjalanan menuju horison peristiwa ini.
Efek pertama adalah terjadinya perubahan jalannya waktu yang dialami si astronot
dengan kapsul induknya yang berada jauh dari lubang hitam. Andaikan si astronot
kita bekali lampu senter dan kita suruh ia menyinari kapsul induknya dengan seberkas
sinar lampu senter setiap satu detik sekali. Kita lalu mengamati dengan aman dari
kapsul kita. Semakin si astronot mendekati horison peristiwa, kita mengamati bahwa
jeda waktu kita menerima berkas sinar semakin lama dari satu detik, padahal astronot
kita terus-menerus menyorotkan sinar lampu setiap satu detik sekali. Sinar lampu
senter juga semakin lama semakin kemerahan dan meredup. Pada akhirnya kita tak
lagi dapat mengamati berkas sinar dari astronot tersebut. Hal ini karena medan
gravitasi yang dilewati astronot kita semakin kuat dan oleh karena itu mendistorsikan
kurva ruang-waktu. Distorsi ruang-waktu pada daerah di sekitar horison peristiwa
akan membuat jalannya waktu yang diamati si astronot akan berbeda dengan yang
kita amati. Ketika sudah mencapai horison peristiwa, seberkas sinar yang dipancarkan
dari titik itu akan membutuh waktu tak hingga untuk mencapai kita, dan oleh karena
itu tak lagi dapat kita amati. Namun, bagi si astronot waktu akan tetap berjalan seperti
biasa.
Efek kedua yang akan dialami si astronot malang kita terjadi karena gaya gravitasi
yang mempengaruhi demikian kuatnya, sehingga gaya gravitasi yang ia alami di kaki
akan jauh lebih besar daripada yang dialami kepalanya. Akibatnya tubuh si astronot
akan memanjang akibat efek ini dan semakin mendekati lubang hitam, efek ini akan
semakin menguat hingga akhirnya yah astronot malang kita akan terobek oleh
gravitasi yang demikian hebatnya. Di mana persisnya proses spagetifikasi (atau
biasa juga disebut efek bakmi) ini bergantung pada massa dari lubang hitam itu
sendiri. Pada lubang hitam supermasif, kita dapat memasuki horison peristiwa tanpa
mengalami proses spagetifikasi dan akan mengalaminya kemudian saat sudah berada
di dalam horison peristiwa. Pada lubang hitam yang lebih kecil, efek bakmi sudah
terasa bahkan sebelum kita memasuki horison peristiwa.
Begitu kita masuk ke dalam horison peristiwa, materi penyusun tubuh kita akan
menyatu dengan seluruh massa lubang hitam. Dengan demikian, objek apapun yang
masuk ke dalam horison peristiwa akan menyatu dengan lubang hitam dan demikian
massanya total lubang hitam tersebut akan bertambah.


Singularitas
Di pusat setiap lubang hitam terdapat titik yang dinamakan titik singularitas, yaitu
titik di mana kepadatan massa dan kurvatur ruang-waktu bernilai tak hingga. Pada
titik ini hukum-hukum fisika yang kita ketahui tidak lagi bekerja. Pada titik
singularitas terjadi penyatuan gaya-gaya fundamental di alam semesta. Karena kita
tidak mengetahui seperti apa bentuk perpaduan tersebut, maka kita tak dapat
menjelaskan apa yang terjadi pada titik singularitas lubang hitam.
Bila kita sudah dapat menjelaskan bagaimana cara bekerjanya gravitasi pada skala
subatomik, yaitu teori yang dinamakan teori gravitasi kuantum, maka diharapkan kita
akan dapat menjelaskan apa yang terjadi pada titik singularitas.

Pembentukan Lubang Hitam
Bagaimana lubang hitam bisa terbentuk? Lubang hitam seukuran bintang
terbentuk ketika sebuah bintang masif (masif di sini maksudnya ia punya massa 25
kali massa Matahari kita atau lebih). Ketika bintang tersebut kehabisan bahan bakar
untuk menahan tarikan gravitasinya sendiri, maka bintang masif tersebut akan runtuh
ke arah pusatnya. Sebagian dari materi bintang yang tidak ikut membentuk materi
bintang akan terlontar kembali ke ruang angkasa dalam wujud ledakan bintang yang
dinamakan supernova. Pada akhirnya, lubang hitam yang terbentuk akan memiliki
massa beberapa kali massa Matahari kita.
Selain itu kita juga mengenal lubang hitam supermasif. Dari namanya kita bisa
mengetahui kalau lubang hitam yang satu ini sangat masif, punya gaya gravitasi yang
sangat kuat, dan biasanya hidup di pusat galaksi. Bagaimana sebuah lubang hitam
supermasif bisa terbentuk? Berbeda dengan lubang hitam yang massanya kecil,
pembentukan dan evolusi lubang hitam supermasif masih menjadi misteri yang terus
dicari jawabannya.
Ada beberapa teori yang dikembangkan untuk menjelaskan pembentukan lubang
hitam supermasif. Salah satunya adalah bahwa lubang hitam supermasif terbentuk
dari lubang hitam generasi awal yang kemudian bertumbuh menjadi besar setelah
melahap bintang dan gas yang ada di sekelilingnya. Perlu diingat, persediaan materi
di daerah pusat galaksi sangatlah banyak sehingga dapat membantu pertumbuhan
lubang hitam yang terbentuk tersebut. Skenario lainnya, lubang hitam supermasif juga
bisa terbentuk dari penggabungan lubang hitam yang menjadi inti galaksi-galaksi
kecil saat galaksi-galaksi tersebut saling bertabrakan. Hal ini jamak terjadi di masa
lalu alam semesta ketika ukuran alam semesta lebih kecil dari sekarang dan interaksi
antargalaksi lebih sering terjadi.

Bergabungnya dua lubnag hitam
Mengamati lubang hitam

Ilustrasi pelukis mengenai sistem Cygnus X-1. Kredit: Ilustrasi ESA/Hubble

Bagaimana kita mengamati keberadaan lubang hitam? Secara definisi lubang
hitam tidak memancarkan sinar apa-apa, dan oleh karena seharusnya tidak bisa
diamati. Akan tetapi, sebuah lubang hitam juga memiliki gaya gravitasi dan oleh
karena itu ia dapat berinteraksi dengan objek-objek di sekitarnya. Astronom banyak
mengamati suatu sistem bintang di mana sebuah bintang nampak mengorbit suatu
pasangan yang tak terlihat. Bisa jadi ini adalah sebuah lubang hitam, namun bisa jadi
pula ini adalah sebuah bintang yang terlalu redup untuk dapat diamati. Di antara
sistem-sistem ini, ada juga sistem yang diamati memancarkan radiasi sinar-X,
misalnya adalah sistem yang dinamakan Cygnus X-1. Penjelasan terbaik bagi sistem
seperti ini adalah: Materi dari bintang yang nampak sedang ditarik oleh pasangan tak
nampak. Materi yang jatuh ke pasangan tak nampak itu kemudian bergerak mendekati
dalam orbit spiral, semakin mendekat semakin cepat ia bergerak dan akhirnya
menjadi panas dan memancarkan sinar-X. Agar mekanisme ini dapat bekerja, ukuran
bintang tak nampak ini harus sangat kecil, paling tidak seukuran bintang katai,
bintang neutron, atau sebuah lubang hitam. Dari gerak orbit bintang anggota sistem
Cygnus X-1 yang tampak, dapat dihitung bahwa massa pasangannya paling tidak
adalah 6 kali massa Matahari kita. Massa ini tentunya lebih besar daripada massa
maksimal sebuah bintang katai maupun bintang neutron. Oleh karena itu
kemungkinan besar Cygnus X-1 adalah sebuah sistem bintang yang beranggotakan
sebuah lubang hitam.
Sekarang sudah banyak mengamati banyak sistem yang menyerupai Cygnus X-1,
dan menemukan bahwa salah satu anggota sistem-sistem ini adalah sebuah lubang
hitam.

Lubang hitam tidaklah begitu hitam (black holes aint so black): Penguapan lubang
hitam
Pada tahun 1988, fisikawan teoritis Stephen Hawking menerbitkan buku fisika
populer berjudul A Brief History of Time (diterbitkan di Indonesia pada tahun 1994
oleh Pustaka Utama Grafiti dengan judul Riwayat Sang Kala). Bab 7 buku tersebut
berjudul Black Holes aint so Black, dan beliau menjelaskan proses radiasi sebuah
lubang hitam. Yap, menurut Stephen Hawking, lubang hitam pastilah memancarkan
radiasi meskipun sinar tidak dapat lolos dari horison peristiwa sebuah lubang hitam.
Bagaimana radiasi dapat memancar dari lubang hitam? Untuk dapat menjawab ini
kita harus mempertimbangkan efek-efek fisika kuantum, yaitu fisika yang
menjelaskan proses-proses dalam ranah sub-atomik. Berbeda dengan fisika klasik
yang deterministik (kondisi di masa depan dapat ditentukan dengan pasti apabila kita
mengetahui seluruh kondisi awal yang ada dengan baik), fisika kuantum sangat
probabilistik. Menurut teori kuantum, posisi suatu partikel tidaklah dapat ditentukan.
Apa yang dapat kita tentukan adalah kebolehjadian menemukan sebuah partikel pada
waktu dan posisi tertentu. Karena sifat probabilistik sebuah partikel ini maka dapat
saja terjadi sebuah reaksi di mana, misalnya, sebuah partikel dan antipartikel
(misalnya elektron dan positron) bertumbukan di dalam horison peristiwa lalu
terciptalah sepasang foton, di mana foton yang satu berada di luar horison peristiwa.
Foton ini kemudian akan dapat lolos dari lubang hitam tersebut dan akan kita amati
sebagai pancaran radiasi yang kita namakan sebagai Radiasi Hawking.
Energi positif dari radiasi Hawking ini akan diseimbangkan oleh adanya aliran
energi negatif yang besarnya sama ke dalam lubang hitam. Berdasarkan persamaan
kesetimbangan energimassa, E = mc
2
, energi berbanding lurus dengan massa. Oleh
karena itu aliran energi negatif berarti mengurangi massa lubang hitam tersebut.
Dengan demikian sebuah lubang hitam mengalami proses penguapan dan
perlahan-lahan akan menguap sepenuhnya. Apa yang terjadi ketika massa sebuah
lubang hitam sudah demikian kecilnya tidak begitu jelas, namun kemungkinan besar
energi terakhir yang ada pada lubang hitam tersebut akan sepenuhnya menghilang
dalam wujud ledakan besar yang sebanding dengan ledakan beberapa juta bom
hydrogen.
Berapa lama proses penguapan ini berlangsung hingga sebuah lubang hitam
menguap sepenuhnya, bergantung pada besarnya massa lubang hitam tersebut.
Lamanya waktu evaporasi ini berbanding lurus dengan pangkat tiga dari massa
lubang hitam tersebut. Maka dari itu, semakin besar massanya, semakin lama waktu
evaporasinya, dan semakin kecil massanya maka semakin singkat waktu yang
dibutuhkan untuk menguap sepenuhnya. Sebuah lubang hitam yang massanya sebesar
massa Matahari kita, misalnya, membutuhkan waktu sekitar 21 juta juta juta juta juta
juta juta juta juta juta juta tahun (21 diikuti dengan 66 buah nol) untuk menguap
sepenuhnya. Ini jauh jauuuuh lebih lama daripada usia alam semesta kita saat ini yaitu
14 milyar tahun. Oleh karena itu lubang hitam bermassa matahari diperkirakan akan
terus eksis untuk waktu yang sangat lama, dan begitu juga dengan lubang hitam
supermasif.
Di lain sisi, lubang hitam yang massa-nya lebih kecil akan menguap dalam waktu
yang lebih singkat. Sebuah lubang hitam kecil dengan massa 10
11
kg misalnya, akan
membutuhkan waktu 2.7 milyar tahun untuk menguap. Oleh karena itu lubang-lubang
hitam yang tercipta pada awal pembentukan alam semesta, yang dinamakan lubang
hitam primordial, dapat diamati sekarang dan kita saat sedang berusaha mencari
tanda-tanda ledakan lubang hitam yang menguap.
Radiasi Hawking belum dapat dibuktikan keberadaannya karena radiasi ini sangat
lemah pancarannya dan instrumen yang ada masih belum peka, namun menurut teori
kuantum seharusnya dipancarkan oleh lubang hitam. Kita masih harus memikirkan
cara agar dapat membangun instrumen yang dapat mendeteksi keberadaan radiasi
Hawking.
Pertumbuhan Black Hole
Massa dari lubang hitam terus bertambah dengan cara menangkap semua materi
didekatnya. Semua materi tidak bisa lari dari jeratan lubang hitam jika melintas
terlalu dekat. Jadi obyek yang tidak bisa menjaga jarak yang aman dari lubang hitam
akan tersedot. Berlainan dengan reputasi yang disandangnya saat ini yang
menyatakan bahwa lubang hitam dapat menyedot apa saja disekitarnya, lubang hitam
tidak dapat menyedot material yang jaraknya sangat jauh dari dirinya. dia hanya bisa
menarik materi yang lewat sangat dekat dengannya.
Contoh : bayangkan matahari kita menjadi lubang hitam dengan massa yang
sama. Kegelapan akan menyelimuti bumi dikarenakan tidak ada pancaran cahaya dari
lubang hitam, tetapi bumi akan tetap mengelilingi lubang hitam itu dengan jarak dan
kecepatan yang sama dengan saat ini dan tidak tersedot masuk kedalamnya. Bahaya
akan mengancam hanya jika bumi kita berjarak 10 mil dari lubang hitam, dimana hal
ini masih jauh dari kenyataan bahwa bumi berjarak 93 juta mil dari matahari. Lubang
hitam juga dapat bertambah massanya dengan cara bertubrukan dengan lubang hitam
yang lain sehingga menjadi satu lubang hitam yang lebih besar.
Cakram gas
Dengan sifatnya yang tidak bisa dilihat, pertanyaan kemudian adalah bagaimana
mendeteksi adanya suatu lubang hitam? Kesempatan yang paling baik untuk
mendeteksinya, diakui para ahli, adalah bila ia merupakan bintang ganda (dua bintang
yang berevolusi dan saling mengelilingi). Lubang hitam akan menyedot semua materi
dan gas-gas hasil ledakan termonuklir bintang di sekitarnya. Dari gesekan internal,
gas-gas yang tersedot itu akan menjadi sangat panas (hingga 2 juta derajat!) dan
memancarkan sinar-X. Dari sinar-X inilah para ahli memulai langkah untuk menjejak
lubang hitam.
Pada 12 Desember 1970, AS meluncurkan satelit astronomi kecil (Small
Astronomical Satellite SAS) pendeteksi sinar-X di kosmis bernama Uhuru dari lepas
pantai Kenya. Dari hasil pengamatannya didapatkan bahwa sebuah bintang maha
raksasa biru, yakni HDE226868 yang terletak dalam konstelasi Cygnus (8.000 tahun
cahaya dari bumi) mempunyai pasangan bintang Cygnus X-1, yang tidak dapat
dideteksi secara langsung.
Cygnus X-1 menampakkan orbitnya berupa gas-gas hasil ledakan termonuklir
HDE226868 yang bergerak membentuk sebuah cakram. Cygnus X-1 diperhitungkan
berukuran lebih kecil dari Bumi, tapi memiliki massa enam kali lebih besar dari
massa matahari. Bintang redup ini telah diyakini para ilmuwan sebagai lubang hitam.
Selain Cygnus X-1, Uhuru juga mendapatkan sumber sinar-X kosmis, yakni Cygnus
X-3 dalam konstelasi Centaurus dan Lupus X-1 dalam konstelasi bintang Lupus. Dua
yang disebut terakhir belum dipastikan sebagai lubang hitam, termasuk 339 sumber
sinar-X lainnya yang dideteksi selama 2,5 tahun masa operasi Uhuru.
Eksplorasi sumber sinar-X di kosmis masih dilanjutkan oleh satelit HEAO (High
Energy Astronomical Observatory) atau Einstein Observatory tahun 1978. Satelit ini
menemukan bintang ganda yang lain dalam konstelasi Circinus, yakni Circinus X-1
serta V861 Scorpii dan GX339-4 dalam konstelasi bintang Scorpius.
Tahun 1999, dengan biaya 2,8 milyar dollar, AS masih meluncurkan teleskop
Chandra, guna menyingkap misteri lubang hitam. The Chandra X-ray Observatory
sepanjang 45 kaki milik NASA ini telah berhasil membuat ratusan gambar resolusi
tinggi dan menangkap adanya lompatan-lompatan sinar-X dari pusat galaksi Bima
Sakti berjarak 24.000 tahun cahaya dari Bumi. Mencengangkan, karena bila memang
benar demikian (lompatan sinar-X itu) menunjukkan adanya sebuah lubang hitam di
jantung Bima Sakti, maka teori Albert Einstein kembali benar. Ia menyatakan, bahwa
di jantung setiap galaksi terdapat lubang hitam!
Dugaan semacam itu sungguh sangat dekat dengan kenyataan, kata Frederick
Baganoff yang memimpin penelitian, September 2001, kepada Reuters di
Washington. Para ilmuwan pun mulai melebarkan pencarian terhadap putaran gas di
sekitar tepi-tepi jurang ketiadaan ini, layaknya mencari pusaran air.
Pencarian lubang hitam dan kebenaran teori-teori yang mendukungnya memang
masih terus dilakukan para ahli, seiring makin majunya teknologi dan ilmu
pengetahuan. Pertanyaan kemudian, bila lubang hitam bertebaran di kosmis, apakah
nanti pada saat kiamat, monster ini pula yang akan melenyapkan benda-benda jagat
raya? (ron)
Bila ditelusuri istilah lubang hitam, sebenarnya belum lah lama populer. Dua kata
ini pertama kali diangkat oleh fisikawan AS bernama John Archibald Wheeler pada
tahun 1968. Wheeler memberi nama demikian karena singularitas ini tak bisa dilihat.
Mengapa demikian? Penyebabnya tidak lain karena cahaya tak bisa lepas dari
kungkungan gravitasi singularitas yang maha dahsyat ini. Daerah di sekitar
singularitas atau lazimnya disebut sebagai Horizon Peristiwa (radiusnya dihitung
dengan rumus jari-jari Schwarzschild R = 2GM/C2 dimana G = 6,67 x 10-11 Nm2kg-
2, M = kg massa lubang hitam, C = cepat rambat cahaya) menjadi gelap. Itulah
sebabnya, wilayah ini disebut sebagai lubang hitam.
Dengan tidak bisa lepasnya cahaya, serta merta sekilas kita bisa membayangkan
sendiri kira-kira seberapa besar gaya gravitasi dari lubang hitam. Untuk mulai
menghitungnya, ingatlah bahwa cepat rambat cahaya di alam mencapai 300 juta
meter per detik. Masya Allah. Lalu, apalah jadinya bila benar sebuah wahana buatan
manusia tersedot ke dalam lubang hitam? Dalam hitungan sepersejuta detik saja,
tentunya dapat dipastikan wahana tersebut sudah remuk menjadi bubur.Lebih dua
ratus tahun silam, atau tepatnya pada tahun 1783. pemikiran akan adanya monster
kosmis bersifat melenyapkan benda lainnya ini sebenarnya pernah dilontarkan oleh
seorang pendeta bernama John Mitchell. Mitchell yang kala itu mencermati teori
gravitasi Isaac Newton (1643-1727) berpendapat, bila bumi punya suatu kecepatan
lepas dari Bumi 11 km per detik (sebuah benda yang dilemparkan tegak lurus ke atas
baru akan terlepas dari pengaruh gravitasi bumi setelah melewati kecepatan ini), tentu
ada planet atau bintang lain yang punya gravitasi lebih besar. Mitchell malah
memperkirakan di kosmis terdapat suatu bintang dengan massa 500 kali matahari
yang mampu mencegah lepasnya cahaya dari permukaannya sendiri.
Lalu, bagaimana sebenarnya lubang hitam tercipta? Menurut teori evolusi bintang
(lahir, berkembang, dan matinya bintang), buyut dari lubang hitam adalah sebuah
bintang biru. Bintang biru merupakan julukan bagi deret kelompok bintang yang
massanya lebih besar dari 1,4 kali massa matahari. Disebutkan para ahli fisika
kosmis, ketika pembakaran hidrogen di bintang biru mulai usai (kira-kira memakan
waktu 10 juta tahun), ia akan berkontraksi dan memuai menjadi bintang maha raksasa
biru. Selanjutnya, ia akan mendingin menjadi bintang maha raksasa merah. Dalam
fase inilah, akibat tarikan gravitasinya sendiri, bintang maha raksasa merah
mengalami keruntuhan gravitasi menghasilkan ledakan dahsyat atau biasa disebut
sebagai Supernova.
Supernova ditandai dengan peningkatan kecerahan cahaya hingga miliaran kali
cahaya bintang biasa kemudian melahirkan dua kelas bintang, yakni bintang netron
dan lubang hitam. Bintang netron (disebut juga Pulsar atau bintang denyut) terjadi
bila massa bintang runtuh lebih besar dari 1,4 kali, tapi lebih kecil dari tiga kali massa
matahari. Sementara lubang hitam mempunyai massa bintang runtuh lebih dari tiga
kali massa matahari. Materi pembentuk lubang hitam kemudian mengalami
pengerutan yang tidak dapat mencegah apapun darinya. Bintang menjadi sangat
mampat sampai menjadi suatu titik massa yang kerapatannya tidak terhingga, yang
disebut singularitas tadi.
Di dalam kaidah fisika, besaran gaya gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak atau dirumuskan F 1/r2. Dari formula inilah kita bisa memahami mengapa
lubang hitam mempunyai gaya gravitasi yang maha dahsyat. Dengan nilai r yang
makin kecil atau mendekati nol, gaya gravitasi akan menjadi tak hingga besarnya
Para ilmuwan menghitung, seandainya benda bermassa seperti bumi kita ini akan
menjadi lubang hitam, agar gravitasinya mampu mencegah cahaya keluar, maka
benda itu harus dimampatkan menjadi bola berjari-jari 1 cm!
Fakta2 Menarik mengenai BlackHole
Cahaya melengkung begitu dalam di dekat lubang hitam sehingga apabila Anda
berada dekatnya dan berdiri membelakangi, Anda akan dapat melihat berbagai
bayangan dari setiap bintang di jagat raya, dan dapat melihat bagian belakang dari
kepala Anda sendiri.
Di bagian dalam sebuah lubang hitam, ketentuan-ketentuan soal jarak dan waktu
berlaku kebalikan: seperti halnya saat ini Anda tidak dapat menghindar dari
perjalanan menuju masa depan, di dalam lubang hitam Anda tidak dapat mengelak
dari singularitas sentral.
Apabila Anda berdiri pada sebuah jarak aman dari lubang hitam dan melihat
seorang teman terjatuh ke dalamnya, dia akan terlihat bergerak melamban dan hampir
berhenti ketika sampai di tepian event horizon. Bayangan teman itu akan memudar
dengan sangat cepat. Sayangnya, dari sudut pandangnya sendiri dia akan melintasi
event horizon dengan aman, dan akan bertemu dengan ajalnya di singularitas.
Lubang-lubang hitam adalah objek-objek yang paling sederhana di jagat raya.
Anda dapat menggambarkannya secara utuh dengan hanya mengetahui massa,
olakan, dan muatan listriknya. Sebaliknya, untuk melukiskan secara utuh sebutir debu
saja, Anda harus menjelaskan posisi dan kondisi seluruh atomnya.
Seperti yang ditemukan Hawking, lubang-lubang hitam dapat menguap, tetapi
dengan sangat lambat. Bahkan untuk seukuran massa sebuah gunung akan bertahan
selama sepuluh miliar tahun, dan untuk massa yang sama dengan matahari proses
penguapan akan selesai setelah 10^ 67 tahun.
Lubang hitam tidak meradiasikan cahaya, dan sebuah objek yang terjatuh ke
dalamnya tidak akan mampu lagi memancarkan cahayanya. Semua itu menjadikan
upaya mendeteksi lubang hitam akan sangat menantang. Hanya ketika sebuah lubang
hitam berada dalam wujudnya yang kembar dan efek gravitasi menyebabkan
pasangannya itu menghasilkan gas, kita dapat mendeteksi sinar-X. Sinar yang berasal
dari piringan-piringan di sekitar lubang hitam terlihat sangat mirip dengan sinar yang
berasal dari piringan-piringan di sekitar bintang-bintang neutron.
Anda dapat pula menduga keberadaan sebuah lubang hitam di pusat sejumlah
galaksi apabila bintang-bintang bergerak sangat cepat di sekitar sejumlah objek yang
tidak terlihat. Pernah adanya pendapat dari Prof.JownKin.H.Steel :
Bahwa Suatu hari nanti Bumi Beserta WAKTU-WAKTU-nya akan terserap
habis oleh Monster Gravity ini

v. Nova dan Supernova
1) Nova
Sebuah bintang secara mendadak mengalami peningkatan kecerlangan.
Peristiwa ini disebut Nova yang dalam bahasa latin memiliki arti bintang baru.
Disebut bintang baru karena, bintang yang biasanya redup dan tidak dapat dilihat
dengan mata tanpa alat, tiba-tiba menjadi obyek yang sangat terang di langit
ketika ia menjadi nova.
Nova merupakan ledakan bintang yang terjadi di katai putih dengan terang
maksimum -1,1 magnitudo dan minimum hanya 10.5 magnitudo. Teori
menyatakan kalau peristiwa nova terjadi sebagai akibat dari bintang yang kembali
menyala setelah tidur panjang, Nova diperkirakan terjadi di permukaan bintang
katai putih yang berada di dalam sistem bintang ganda berdekatan. Pasangannya
adalah bintang raksasa merah yang jejarinya mengembang sedemikian besar
hingga terjadi aliran materi ke katai putih pasangannya. Materi yang masih kaya
hidrogen itu mencapai permukaan katai putih yang sangat panas maka dipiculah
sebuah ledakan di permukaan bintang yang tiba-tiba cerlang.
Karena itu, bagi astronom di masa lalu, ketika sebuah bintang redup yang tak
pernah tampak di langit kemudian tiba-tiba muncul dengan sangat terang maka
mereka pun menyebutnya nova si bintang baru.

Proses terjadinya nova

Saat suatu bintang sudah kehabisan bahan bakar, bintang ini sudah mencapai
fase akhir hayat-nya. Sedikitnya ada dua kematian bintang, nova dan
supernova. Arti nova sebenarnya adalah baru. Dinamai seperti itu karena
bintang itu tampak seolah-olah baru tercipta. Namun, nova sebenarnya bukanlah
baru, karena nova adalah bintang yang sudah ada dan mengalami kehancuran
(peledakan).
Nova terjadi pada bintang-bintang kecil seperti Matahari kita, atau yang lebih
kecil lagi. Saat bintang mengalami nova, bintang ini akan menjadi jauh lebih
terang. Dalam waktu beberapa hari, luminositasnya akan jauh lebih tinggi dari
sebelumnya [luminositas: intensitas cahaya/energi yang dipancarkan bintang per
detik], sekitar 60.000 kali lipat. Setelah beberapa hari dalam kondisi ini, kualitas
cahaya itu akan berkurang sedikit demi sedikit. Bintang kembali redup seperti
semula.
Nova biasanya dilingkupi pembungkus berupa gas. Gas ini kadang berbentuk
bola atau elips. Pembungkus ini yang menandakan adanya suatu nova.
Pembungkus suatu nova kadang mencapai ukuran yang luar biasa besar.
Pembungkus yang mengelilingi Nova Aquilae 1918 (nova yang muncul pada
konstelasi Aquila pada 1918) berdiameter 1.600.000.000.000 km setelah sekitar
20 tahun. Crab Nebula (Nebula Kepiting) di konstelasi Taurus juga merupakan
pembungkus yang telah berkembang ratusan tahun. Namun, nebula ini bukan
terbentuk karena nova, melainkan diyakini terbentuk karena adanya supernova
yang tampak pada 1054 (menurut catatan astronom China dan Jepang yang
mengamatinya saat itu). Supernova-nya sendiri dipastikan terjadi kira-kira 4.000
tahun sebelum 1054, karena waktu yang dibutuhkan cahaya dari ledakan itu untuk
mencapai Bumi adalah selama itu.


Crab Nebula

Nova pertama yang pernah tercatat adalah yang terjadi di dekat bintang
Antares (atau Scorpii, bintang terterang di konstelasi Scorpius). Nova ini dicatat
oleh pengamat bintang China pada 1300 SM. Pada 1975, astronom mencatat nova
yang terjadi di konstelasi Cygnus yang menyebabkan magnitudo dalam sistem
bintang ganda tersebut meningkat 40 juta kali lipat.
Sedikitnya ada tiga teori terjadinya nova:

Nova terjadi karena tabrakan antar bintang. Banyak bintang yang merupakan
binary system (sistem bintang ganda/lebih), sehingga pada akhirnya mereka
bertabrakan dan menghasilkan nova. Atau, ada bintang yang lewat dan
kemudian menabrak bintang lain. Namun, teori ini diragukan karena nyatanya ada
bintang yang melakukan nova lebih dari satu kali. Asumsinya adalah bintang
berulang kali berbenturan dengan beberapa objek lain dalam 1 abad. Hal ini
dianggap tidak mungkin.
Nova terjadi pada binary system. Salah satu bintang melahap bintang yang
merupakan tetangganya, atau menyerap energi tetangganya sehingga bintang itu
nantinya akan mengalami nova karena kelebihan beban. Hal ini bisa terjadi bila
salah satu bintang lebih kecil dari tetangganya. Pengembangan teori ini adalah
bintang tersebut melahap planet yang menjadi satelitnya.
Nova terjadi karena adanya pelepasan energi dari inti bintang itu sendiri.
Pelepasan ini disebabkan oleh kenaikan temperatur pada inti. Teori ini yang
paling banyak dianut sekarang.

Bintang "melahap" tetangganya - ilustrasi

2) Supernova
Selain nova, ada peristiwa ledakan yang lebih dasyat lagi yang kita kenal
sebagai ledakan supernova. Nama supernova di dapat dari peristiwa terangnya
sebuah bintang yang jauh lebih terang dari nova. Supernova merupakan peristiwa
ledakan bintang yang milyaran kali lebih terang dari nova dan dikenal sebagai
salah stau cara bintang mengakhiri hidupnya. Peningkatan kuat cahayanya kira-
kira 8 kali lebih besar dari nova.
Supernova sebagai peristiwa ledakan bintang memiliki 2 tipe yang salah
satunya mirip nova yang melibatkan bintang katai putih. Kecerlangan supernova
bisa 8 magnitudo lebih besar dari nova. Kedua tipe supernova itu adalah:
Tipe Ia : Ledakan yang terjadi pada sistem bintang ganda dimana bintang katai
putih mengakresi materi dari bintang pasangannya. Para astronom sendiri masih
memperdebatkan bintang pasangan seperti apa dari katai putih yang bisa
menciptakan ledakan bintang tipe Ia. Tapi, berdasarkan teori, bintang
pasangannya ini bisa memberi massa yang cukup besar bagi bintang katai putih
sehingga inti bintang katai putih mencapai kerapatan kritisnya. Akibatnya terjadi
pembakaran karbon dan oksigen yang tidak terkontrol sehingga memicu bintang
meledak.
Tipe II : Supernova tipe II merupakan ledakan yang terjadi di akhir kehidupan
bintang masif (5 10 massa Matahari), ketika bintang kehabisan bahan bakar
untuk melakukan pembakaran di inti bintang. Jika inti bintang cukup masif maka
akan terjadi keruntuhan inti bintang yang memicu terjadinya ledakan supernova.

Supernova, cara bintang mengakhiri hidupnya
Mendengar kata Supernova, rasanya sudah tak asing lagi bagi sebagian pembaca
di Indonesia. Bagaimana tidak, supernova pernah diangkat menjadi judul salah
satu novel beberapa tahun lalu. Tapi kali ini, kita tidak sedang mebicarakan
supernova yang novel itu, melainkan supernova, ledakan bintang maha dsyat yang
terjadi di alam semesta.
Supernova. Kredit : NASA
Dahulu kala, di galaksi yang sangat jauh, sebuah
bintang meledak. Ledakannya sangat besar hingga
terangnya lebih bercahaya dibanding galaksi
tempat ia berada. Tipe ledakan seperti ini
kemudian dikenal sebagai Supernova. Nah,
supernova di galaksi kita terakhir kali ditemukan
sekitar 400 tahun yang lalu. Namun, bukan berarti
supernova di tempat lain tak pernah ditemukan.
Supernova bisa dikatakan merupakan salah satu cara dari bintang untuk
mengakhiri masa hidupnya. Nah, supernova itu sendiri memiliki peran yang
sangat penting untuk bisa memahami Galaksi kita. Kenapa begitu?? Supernova
memanaskan medium antar bintang, dan mendistribusikan elemen berat (elemen
selain Hidrogen dan Helium merupakan elemen berat red) keseluruh Galaksi dan
mempercepat sinar kosmik.
Sebenarnya, supernova itu sendiri memiliki dua tipe, yakni supernova yang terjadi
dari bintang massif tunggal dan supernova yang terjadi akibat transfer massa ke
bintang katai putih dalam system bintang ganda. Perbedaan kedua tipe ini terletak
pada proses pemicu terjadinya ledakan tersebut.


Supernova dari Bintang Tunggal bermassa besar
Bintang juga memiliki sebuah siklus hidup, dimana ia akan mengakhiri masa
hidupnya suatu saat kelak. Salah satu caranya yah melalui Supernova. Tapi tidak
semua bintang akan mengalami supernova. Supernova terjadi pada bintang yang
massanya 8 kali massa matahari atau lebih massif dari Matahari. Nah, supernova
akan terjadi ketika bintang tersebut tidak lagi memiliki cukup bahan bakar untuk
proses fusi di inti bintang untuk memnciptakan tekanan keluar sehingga memicu
terjadinya dorongan gravitasi kedalam massa bintang yang besar.
Pertama-tama, bagian luar bintang akan mengembang menjadi raksasa merah,
sementara di bagian dalamnya, pusat bintang akan menghasilkan gravitasi dan
memulai terjadinya pengerutan. Saat mengerut pusat bintang menjadi lebih panas
dan rapat. Pada titik ini, sejumlah reaksi nuklir mulai terjadi.dan bisa
menghentikan keruntuhan pusat bintag untuk sementara. Perlu diingat, Hanya
Sementara. Saat di pusat bintang hanya tersisa besi, maka tak ada lagi
pembakaran. Saat fusi tak lagi terjadi, dalam hitungan detik, bintang memulai fasa
akhirnya yakni keruntuhan gravitasi. Temperatur di pusat bintang naik melebihi
100 miliar, kemudian pusat bintang mengalami tekanan dan mengecil namun
kemudian mengembang secara tiba-tiba. Energi pengembangan ini ditransfer ke
selubung bintang, yang kemudian memicu terjadinya ledakan dan menimbulkan
gelombang kejut. Saat gelombang kejut ini bertemu dengan materi bintang di
lapisan terluar, materi dipanaskan dan mengalami pembakaran membentuk
elemen baru dan isotop radioaktif. Nah, gelombang kejut ini juga akan
menyebabkan terlepasnya materi ke angkasa. Materi yang terlepas saat ledakan
bintang terjadi saat ini dikenal dengan nama supernova remnant.

Ledakan Bintang katai Putih
Tipe lainnya dari Supernova melibatkan ledakan tiba-tibda dari bintang katai
putih dalam system bintang ganda. Bintang katai putih merupakan titik akhir
hidup bintang yang massanya sekitar 5 massa matahari. Katai putih sendiri
memiliki massa kurang dari 1.4 massa matahari dan hampir seukuran Bumi.
Dalam sistem bintang ganda, bintang katai putih akan menarik sejumlah materi
bintang pasangannya jika keduanya sangat dekat. Nah hal ini akan memicu
terjadinya tarikan gravitasi pada objek yang rapat seperti katai putih. Pada saat
materi yang ditarik ini ditransfer ke katai putih, dan saat massa bintang katai putih
mencapai 1.4 kali massa Matahari, tekanan di pusat akan mencapai batas ambang
bagi nuclei karbon dan oksigen untuk memulai pembakaran secara tidak
terkontrol yang pada akhirnya menjadi pemicu terjadinya ledakan.

O. Bintang dan Dinamikanya
1. Matahari sebagai Bintang
Bintang adalah benda angkasa yang mempunyai cahaya sendiri dan gaspijar.
Kekuatan cahaya bintang ditentukan berdasarkan magnitude (tingkatterang). Matahari
disebut bintang karena matahari mampu menghasilkan dan memancarkan cahaya sendiri
melalui reaksi fusi nuklir. Matahari merupakan bintang terdekat dengan bumi yang
menjadi pusat dari tata surya, sehinggamatahari mampu manarik dan mengatur anggota
tata surya lainnya. Cahayamatahari dibandingkan bintang yang lain terasa lebih
cemerlang. Hal itulah yangmenyebabkan pada waktu siang hari kita tidak dapat melihat
bintang selainmatahari.
Benda langit di jagat raya ini jumlahnya banyak sekali. Ada yang dapatmemancarkan
cahaya sendiri ada juga yang tidak dapat memancarkan cahayasendiri, tetapi hanya
memantulkan cahaya dari benda lain. Bintang adalah bendalangit yang memancarkan
cahaya sendiri (sumber cahaya). Matahari dan bintangmempunyai persamaan, yaitu dapat
memancarkan cahaya sendiri. Mataharimerupakan sebuah bintang yang tampak sangat
besar karena letaknya paling dekatdengan bumi.
Matahari memancarkan energi yang sangat besar dalam bentuk
gelombangelektromagnet. Gelombang elektromagnet tersebut adalah gelombang
cahayatampak, sinar X, sinar gamma, sinar ultraviolet, sinar inframerah, dan
gelombangmikro.
Matahari adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak rata-rata149.680.000
kilometer (93.026.724 mil). Matahari serta kedelapan buah planet(yang sudah
diketahui/ditemukan oleh manusia) membentuk Tata Surya. Mataharidikategorikan
sebagai bintang kecil jenis G.
Matahari adalah suatu bola gas yang pijar dan ternyata tidak berbentukbulat betul.
Matahari mempunyai katulistiwa dan kutub karena gerak rotasinya.Garis tengah
ekuatorialnya 864.000 mil, sedangkan garis tengah antar kutubnya43 mil lebih pendek.
Matahari merupakan anggota Tata Surya yang paling besar,karena 98% massa Tata Surya
terkumpul pada matahari.
Di samping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan pusatsumber tenaga di
lingkungan tata surya. Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisankulit, masing-masing
fotosfer, kromosfer dan korona. Untuk terus bersinar,matahari, yang terdiri dari gas panas
menukar zat hidrogen dengan zat heliummelalui reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta
ton, dengan itu kehilangan empatjuta ton massa setiap saat.
Matahari dipercayai terbentuk pada 4,6 miliar tahun lalu. Kepadatan massamatahari
adalah 1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga matahari yang sampaike permukaan
Bumi yang dikenali sebagai konstan surya menyamai 1.370 wattper meter persegi setiap
saat. Matahari sebagai pusat Tata Surya merupakanbintang generasi kedua. Material dari
matahari terbentuk dari ledakan bintanggenerasi pertama seperti yang diyakini oleh
ilmuwan, bahwasanya alam semestaini terbentuk oleh ledakan big bang sekitar 14.000
juta tahun lalu.

Matahari memancarkan energi dalam bentuk cahaya ke segala arah. Energiyang
dipancarkan tersebut, hanya sebagian kecil yang sampai di bumi. Namunsejumlah energi
yang kecil tersebut sudah cukup sebagai sumber energi di bumi.Berdasarkan hasil
penelitian, setiap 1 cm2 atmosfir bumi rata-rata menerimaenergi matahari sebesar 2 kalori
setiap menit (8,4 joule/menit). Nilai 2 kalori permenit ini selanjutnya disebut konstanta
matahari. Berdasarkan penelitiandiperoleh bahwa matahari merupakan bola gas yang
sangat panas. Bola gastersebut terdiri atas 70 % gas hidrogen, 25 % gas helium, dan 5 %
unsur-unsurlain seperti gas oksigen, karbon, neon, besi, nitrogen, silikon, magnesium,
nikel,dan belerang (sulfur).
Wujud matahari adalah bola gas berpijar yang sangat besar. Berpijarnya bolagas
tersebut disebabkan oleh adanya reaksi fusi di bagian inti matahari. Olehkarena itu. inti
matahari mempunyai suhu yang paling tinggi dibandingkanbagian-bagian yang lain.
Berdasarkan letaknya, susunan lapisan matahari dapatdibedakan menjadi empat macam.
Lapisan-lapisan tersebut mulai dari yangterdalam berturut-turut adalah lapisan inti,
fotosfer, kromosfer, dan korona.
Matahari merupakan salah satu bintang yang dapat memancarkan cahaya sendiri.
Matahari adalah bintang yang jaraknya paling dekat dengan bumi. Matahari adalah bola
pijar yang tersusun dari gas helium dan gas hidrgen seperti penyusun bintang yang lain.


a. Sebagai Sumber Energi
Matahari merupakan sumber energi utama di Bumi. Matahari inilah yang
menyebabpak proses fisis dan proses biologis dapat berlangsung. Sumber energi
matahari berasal dari reaksi fusi yang terjadi di dalam inti matahari. Reaksi ini adalah
reaksi penggabungan ataom-atom hidrogen menjadi helium.
Sumber energi matahari berasal dari reaksi fusi yang terjadi di dalam intimatahari.
Reaksi fusi ini merupakan penggabungan atom-atom hidrogen menjadihelium. Reaksi
fusi tersebut akan menghasilkan energi yang sangat besar.Matahari tersusun dari
berbagai macam gas antara lain hidrogen (76%), helium(22%), oksigen dan gas lain
(2%)
b. Lapisan Matahari
Matahari adalah bola gas pijar yang sangat panas. Matahari terdiri atasempat
lapisan, yaitu inti matahari, fotosfer, kromosfer, dan korona.

a. Korona
Korona adalah lapisan luar atmosfer matahari. Suhu korona mampumencapai
lebih kurang 1.000.000 derajat C. Warnanya keabu-abuan yangdihasilkan dari
adanya ionisasi pada atom-atom akibat suhunya yang sangattinggi. Korona
tampak ketika terjadi gerhana matahari total, karena pada saat itu hampir seluruh
cahaya matahari tertutup oleh bulan. Bentuk korona, sepertimahkota dengan
warna keabu-abuan.
Korona mempakan lapisan matahari yang paling luar. lapisan ini juga sering
disebut lapisan atmosfer matahari bagian luar. Korona juga merupakan lapisan
gas yang sangat tipis. Gas tersebut sering tampak seperti mahkota putih cemerlang
yang mengelilingi rnatahari. Oleh karena itu, lapisan gas tersebut disebut korona,
artinya mahkota. Karena merupakan lapisan gas tipis. bentuk korona selalu
berubah-ubah. Tebal korona diperkirakan mencapai 2,5 juta km. Adapun suhunya
diperkirakan mencapai 1 juta oC Korona dapat diamati setiap saat dengan
teleskop. Teleskop yang digunakan untuk mengamati korona disebut koronagraf.
Suhunya bisa mencapai 1 juta Kelvin. Sering juga disebut dengan mahkota
matahari. Lapisan yang berada diatas kromosfer dan sebagai atmosfer yang paling
luar.
b. Kromosfer
Kromosfer adalah lapisan di atas fotosfer dan bertindak sebagai atmosfer
matahari. Kromosfer mempunyai ketebalan 16.000 km dan suhunya
mencapailebih kurang 9.800 derajat C. Kromosfer terlihat berbentuk gelang
merah yangmengelilingi bulan pada waktu terjadi gerhana matahari total
Kromosfer merupakan lapisan gas dli atas fotoser yang tebalnya sekitar l6.000
km. Oleh karena itu, kromosfer sering disebut lapisan atmosfer matahari. Di
lapisan bawah (dekat fotosfer). suhu kromosfer diperkirakan sekitar 4.000 oC.
Makin ke atas. suhu kromosfer makin tinggi. Pada lapisan yang paling atas.,suhu
kromosfcr diperkirakan mencapai 10.000 o C. Kromosfer.hanya dapat dilihat pada
saat terjadi gerhana matahari total. Pada saat itu. Kromosfer tampak seperti gelang
atau cincin yang berwarna merah.
Suhunya mencapai 4.500 Kelvin. Lapisan ini berada di luar fotosfer dan disebut
sebagai atmosfer matahari. Kromosfer dapat dilihat oleh mata telanjang ketika
gerhana matahari berlangsung.
c. Fotosfer
Fotosfer adalah bagian permukaan matahari. Lapisan ini mengeluarkancahaya
sehingga mampu memberikan penerangan sehari-hari. Suhu pada lapisanini
mampu mencapai lebih kurang 16.000 derajat celcius dan mempunyaiketebalan
sekitar 500 km.
Suhunya mencapai 6.000 Kelvin. Lapisan ini selalu memancarkan cahaya, tamak
seperti gas bergerak, dan dapat dilihat dengan teleskop.
d. Inti Matahari
Inti merupakan bagian yang paling dalam dari matahari. Suhu di lapisan ini
diperkirakan mencapai l6 juta oC. Oleh karena itu, di lapisan inilah reaksi fusi
dapat berlangsung. Energi hasil reaksi fusi dipancarkan ke luar secara radiasi.
Fotosfer (Lapisan Cahaya) Fotosfer merupakan permukaan matahari yang
tebalnya kurang lebih 350 km. Lapisan inilah yang memancarkan cahaya sangat
kuat. Oleh karena itu. fotosfer juga disebut lapisan cahaya. Suhu di fotosfer
diperkirakan rata-rata 6.000 oC. Pada suhu tersebut, suatu benda memancarkan
cahaya berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan cahaya matahari yang berwarna
kekuning-kuningan.
Suhunya mencapai 15 juta Kelvin. Atom-atom gas hidrogen bersatu membentuk
gas helium, yang dikenal dengan reaksi penggabungan inti atau reaksi fusi. Proses
ini menghasilkan energi yang sangat besar dalam bentuk energi panas, energi
cahaya, dan energi gelombang. Di dalam inti matahari, terjadi reaksi fusi nuklir
dari inti hydrogen menjadi inti helium untuk menghasilkan energy matahari.
Bagian dalam dari matahari, yaitu inti matahari. Pada bagian ini terjadireaksi
fusi sebagai sumber energi matahari. Suhu pada inti matahari dapat mencapai 15
juta derajat celcius. Berdasarkan perbandingan radius/diameter, bagian inti
berukuran seperempat jarak dari pusat ke permukaan dan 1/64 totalvolume
matahari. Kepadatannya adalah sekitar 150 g/cm
3
. Suhu dan tekanan
yangsedemikian tingginya memungkinkan adanya pemecahanatom-
atommenjadielektron,proton,danneutron.Neutron yang tidak bermuatan akan
meninggalkan inti menuju bagian matahari yang lebih luar. Sementara itu, energi
panas di dalaminti menyebabkan pergerakan elektron dan proton sangat cepat dan
bertabrakansatu dengan yang lain menyebabkan reaksi fusi nuklir (sering juga
disebuttermonuklir). Inti matahari adalah tempat berlangsungnya reaksi fusi
nuklir helium menjadi hidrogen. Energi hasil reaksi termonuklir di inti
berupasinar gammadanneutrinomemberi tenaga sangat besar sekaligus
menghasilkan seluruh energi panas dancahayayang diterima di bumi. Energi
tersebut dibawa keluar dari matahari melalui radiasi.
e. Zona Radiatif
Zona radiatif adalah daerah yang menyelubungi inti matahari. Energi dariinti
dalam bentuk radiasi berkumpul di daerah ini sebelum diteruskan ke
bagianmatahari yang lebih luar. Kepadatan zona radiatif adalah sekitar 20 g/cm
3
dengan suhu dari bagian dalam ke luar antara 7 juta hingga 2 juta derajat Celcius.
Suhudan densitas zona radiatif masih cukup tinggi, namun tidak
memungkinkanterjadinya reaksi fusi nuklir
f. Zona Konvektif
Zona konvektif adalah lapisan di mana suhu mulai menurun. Suhu
zonakonvektif adalah sekitar 2 juta derajat Celcius (3,5 juta derajat
Fahrenheit).Setelah keluar dari zona radiatif, atom-atom berenergi dari inti
matahari akan bergerak menuju lapisan lebih luar yang memiliki suhu lebih
rendah. Penurunansuhu tersebut menyebabkan terjadinya perlambatan gerakan
atom sehingga pergerakan secara radiasi menjadi kurang efisien lagi. Energi dari
inti mataharimembutuhkan waktu 170.000 tahun untuk mencapai zona konvektif.
Saat berada di zona konvektif, pergerakan atom akan terjadi secarakonveksidi
area sepanjang beberapa ratus kilometer yang tersusun atas sel-sel gas raksasa
yang terus bersirkulasi. Atom-atom bersuhu tinggi yang baru keluar dari zona
radiatif akan bergerak dengan lambat mencapai lapisan terluar zona konvektif
yang lebihdingin menyebabakan atom-atom tersebut "jatuh" kembali ke lapisan
teratas zonaradiatif yang panas yang kemudian kembali naik lagi. Peristiwa ini
terus berulangmenyebabkan adanya pergerakan bolak-balik yang menyebabakan
transfer energiseperti yang terjadi saat memanaskan air dalam panci. Oleh sebab
itu, zonakonvektif dikenal juga dengan nama zona pendidihan (the boiling zone).
Materi energi akan mencapai bagian atas zona konvektif dalam waktu beberapa
minggu.
2. Jarak Bintang


Bintang yang terdekat dari kita setelah matahari (jarak 150.000.000 km)adalah
bintang Proksima Centauri yang berjarak 40.000.000 km. Begitubanyaknya angka yang
harus ditulis membuat astronom menggunakan satuan lainuntuk menyatakan jarak
bintang. Dengan mengetahui bahwa dalam 1 detik cahayabergerak melintasi 300.000 km,
maka astronom mendefinisikan satuan cahaya (1tahun cahaya = 9,46 x 1012 km) sebagai
acuan jarak bintang. Dengan demikian,cahaya membutuhkan waktu sekitar 500 detik
untuk sampai ke bumi darimatahari, dan 4,3 tahun dari bintang Proksima Centauri.
Dengan kata lain jarakbumi-Proksima Centauri adalah 4,3 tahun cahaya.
Penentuan jarak bintang baru dapat dilakukan pada abad ke-19, dandikenal dengan
nama cara paralaks trigonometri. Akibat gerak edar bumimengelilingi matahari, maka
bintang yang dekat akan terlihat bergeser letaknyarelative terhadap bintang-bintang yang
lebih jauh. Bintang tersebut seolahbergerak menempuh lintasan berbentuk elips yang
sebenarnya merupakanpencerminan gerak bumi. Jika sudut p adalah bentangan sudut
yang dibentukantara posisi bintang saat tertentu relative pada saat acuan, maka dari
trigonometrisederhana dapat dirumuskan sebagai p =
o
/ dengan
o
adalah jarak
mataharibumi, dan adalah jarak bumi ke bintang. Karena p sudut yang kecil. Maka
jikadinyatakan dalam radian dapat dituliskan sin p =
o
/.
Sebagai ilustrasi, bintang 61 Cygni (di rasi Cygnus) diukur paralaksnya 0,3detik
busur, maka dengan rumus di atas dengan mudah dapat dihitung jaraknya10
14
km.
Astronom kerapkali menggunakan satuan jarak parsek, yangdidefinisikan sebagai jarak
bintang yang paralaksnya 1 detik busur. Hubunganyang diperoleh adalah 1 parsek = 3,26
tahun cahaya.

3. Gerak Bintang

Gerak Bintang Bintang tidak diam, tetapi bergerak di ruang angkasa. Pergerakan
bintangini sangat sukar diikuti karena jaraknya yang sangat jauh, sehingga kita
melihatbintang seolah-olah tetap diam pada tempatnya sejak dulu hingga sekarang.Bila
diamati, bintang selalu bergerak di langit malam, baik itu tiap jam maupuntiap hari akibat
pergerakan bumi relatif terhadap bintang (rotasi dan revolusibumi). Walaupun begitu,
bintang sebenarnya benar-benar bergerak karenamengitari pusat galaksi, namun
pergerakannya itu sangat kecil sehingga hanyadapat dilihat dalam pengamatan berabad-
abad. Gerak semacam inilah yangdisebut gerak sejati bintang. Gerak sejati biasanya
diberi symbol dengan dandinyatakan dalam detik busur pertahun. Bintang yang gerak
sejatinya terbesaradalah bintang Barnard dengan = 10,25 per tahun (dalam waktu 180
tahunbintang ini hanya bergeser selebar bulan purnama). Gerak sejati bintang dibedakan
menjadi dua berdasarkan arah geraknya, yaitu: Kecepatan radial : kecepatan bintang
menjauhi atau mendekati pengamat (sejajar garis pandang) dan Kecepatan tangensial :
kecepatan bintang bergerak di bola langit (pada bidang pandang).Sedangkan kecepatan
total adalah kecepatan gerak sejati bintang yang sebenarnya(semua komponen).
Kecepata Radial
Kecepatan radial, seperti telah dijelaskan sebelumnya, adalah kecepatanbintang
menjauhi atau mendekati pengamat. Kecepatan ini biasanya cukup besar,sehingga
terjadi peristiwa pergeseran panjang gelombang. Kecepatan radialbintang dapat
diukur dengan metode Efek Doppler

atau dengan pendekatan untuk vr<<c dapat digunakan versi nonrelativistik yaitu:

Kebanyakan gerak bintang-bintang yang dapat diaamati geraknyamemiliki
kelajuan yang jauh di bawah kelajuan cahaya, sehinggi kita gunakan sajapersamaan
yang kedua. Penting untuk mengetahui kecepatan bintang dan galaksiumumnya
dinyatakan dalam km/s.
Kecepatan Tangensial
Kecepatan tangensial adalah kecepatan gerak bintang pada bola langit.Misalkan
pada suatu tahun, bintang tersebut berada pada , sekian, namun padatahun
berikutnya posisinya berubah. Perubahan koordinat dalam tiap tahun inidisebut
proper motion () yang merupakan kecepatan sudut bintang (perubahansudut per
perubahan waktu). Kecepatan liniernya dinyatakan dalam satuankilometer per detik.
Kecepatan linier inilah yang dikatakan kecepatan tangensial,yang dapat dicari dengan
menggunakan rumus keliling lingkaran. Misalperubahan posisi bintang dari x ke x,
yaitu sebesar (detik busur) setiap tahunnya.Perhatikan gambar gerak tangensial
bintang :

d (parsec) dan ()
kita juga memiliki hubungan d = 1/p untuk d dalam parsec dan p dalam
detikbusurKeliling = 360 = 1296000Keliling = 2d = 2/pdan mengingat definisi
kecepatan sudut, v = d, maka: 17
Kecepatan Total
Di atas kita telah membahas kecepatan bintang dalam arah radial dantangensial,
sekarang kita akan mencari kecepatan total bintang, v. Karena arahsumbu radial
dan tangensial tegak lurus, maka dengan mudah kita dapatmenyelesaikannya
menggunakan dalil Pythagoras atau trigonometri. Ingatlahsudut yang dibentuk
antara sumbu radial dan vektor kecepatan bintang disebutsudut .
Gambar : diagram kecepatan total

v
2
= vr
2
+ vt
2
vr = v cos vt = v sin 18

4. Magnitudo Bintang

Bintang merupakan benda langit yang amat besar. Jika kita amati secaraseksama,
maka warna bintang di langit berbeda beda, ada yang kekuning kuningan, merah, dan
biru. Dapat kita simpulkan ( dengan hokum Wien padafisika radiasi, dimana maks T =
konstan ) bahwa bintang yang biru memiliki suhutinggi, sedang yang bersuhu rendah
berwarna merah. Jadi, dengan mengamatiwarna bintang astronom dapat mengukur suhu
bintang tersebut. Padakenyataannya diperlukan alat ukur yang sangat teliti untuk
keperluan pengukuranwarna bintang. Kalau diperhatikan, maka jelas kita memiliki kesan
ada bintang yangterang dan ada yang lemah cahayanya. Hipparchus (100 SM) mencoba
secarakuantitatif memberikan skala terang bintang dalam konsep magnitude, yang
dalamversi modernnya digambarkan sebagai berikut. Ua bintang yang salah satunyalebih
terang 100 kali memiliki magnitude 5 kali lebih kecil, atau dengan kata lain. J
Jika E
1
adalah fluks enegi bintang 1 dan E
2
adalah fluks enegi bintang 2. m
1
adalah
magnitude bintang 1, m2 adalah magnitude bintang 2, maka dapat dirumuskan:
m
1
m
2
= -2,5 log(E
2
/E
1
)

Terang bintang yang diukur di bumi hanyalah terang semu (magnitudenisbi), yaitu
terang yang kita lihat , bukan terang sebenarnya. Ada bintang yangsebenarnya sangat
terang, tetapi karena begitu jauhnya maka tampak redup.Sebaliknya ada bintang yang
sebenarnya tidak terlalu terang, tetapi karena dekat,jadi tampak berkilau. Untuk
mengetahui keadaan intrinsik suatu bintang,astronom perlu mengetahui terang
sebenarnya (terang mutlak) bintang, yaknimagnitude mutlak. Magnitude mutlak suatu
bintang adalah terang bintang dalammagnitude jika diamati dari jarak 32,6 tahun cahaya
atau 10 parsek (pc), dandirumuskan:
m M = -5+5log d(pc)
dengan m magnitude semu (nisbi), M magnitude mutlak, dan d(pc) adalah jarakbintang
dalam satuan parsek. Oleh karena itu, jarak sebuah bintang merupakaninformasi yang
amat penting dalam astronomi.
Dari pembicaraan mengenai matahari diungkapkan bahwa gelombangelektromagnetik
yang dipancarkan sebagai cahaya polikromatik dapat diuraikanke dalam warna warna.
Uraian cahaya inilah yangn disebut spectrum. Denganhokum Kirchoff untuk spectrum
kontinu (malar), emisi dan absorbs, maka dasarspektroskopi(ilmu penelaahan spectrum
cahaya) dibentuk. Bila spectrum berbagai bintang diamati, terlihat pola garis
spektrumnya berbedabeda.
Astronom mengelompokkan spectrum bintang berdasarkankemiripan susunan garis
spektrumnya. Klasifikasi spectrum bintang dalamastronomi modern dinyatakan dengan
symbol symbol kelas spectrum O, B, A,F, G, K, dan M. Untuk memudahkan mengingat
urutan klasifikasi spectrumbintang tersebut dibuat jembatan keledai sebagai berikut: Oh
Be A Fine Girl(Cuy) Kiss Me Awalnya perbedaan pola spectrum bintang diduga arena
perbedaan komposisi kimiawi bintang, tetapi ternyata teori struktur dan angkasabintang
modern menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah perbedaan suhubintang. Unsur
dasar yang paling dominan dalam tubuh bintang adalah hydrogen,diikuti oleh Helium dan
dengan fraksi kecil sekali unsur unsur atom berat.
Tabel Klasfikasi Spektrum Bintang

Sejarah dimulai ketika Hipparchus, astronom Yunani, pada tahun 120-an SM berhasil
menyusun katalog-bintang pertama. Katalog tersebut memuat 1080 bintang yang
diamatinya (tanpa teleskop!). Bintang paling terang disebut bermagnitudo 1; yang terang
kedua disebut bermagnitudo 2; dan seterusnya, yang paling redup dikatakan
bermagnitudo 6. Penamaan ini diadopsi oleh Cladius Ptolemy dalam menyusun katalog
yang dinamainya Almagest.
Sejak ditemukannya teleskop, rentang magnitudo yang terbatas hanya 1-6 menjadi
lebih lebar. Galileo menemukan bintang-bintang yang lebih redup dari bintang magnitudo
6-nya Ptolemy. Seiring dengan perkembangan teleskop, semakin lebarlah rentang
tersebut. Bintang-bintang yang semula redup sekali atau bahkan tidak tampak dengan
mata biasa, dengan piranti optik ini bintang-bintang tersebut bisa nampang di depan mata.
Pada tahssun 1850-an diyakini kepekaan indera manusia dalam menangkap
rangsangan bersifat logaritmik. Bintang yang bermagnitudo 1 ternyata 100 kali lebih
terang daripada bintang bermagnitudo 6. Berdasarkan hal ini, Norman R. Pogson,
seorang astronom Oxford, menelurkan skala magnitudo. Selisih satu magnitudo berarti
perbedaan kecerlangannya sebesar akar-pangkat-dua dari 100, atau sekitar 2,512.
Bilangan ini dikenal dengan rasio Pogson.
magnitudo bintang sudah terskala dengan pasti. Datang lagi masalah baru. Beberapa
bintang magnitudo 1 tampak jauh lebih terang daripada bintang bermagnitudo satu
lainnya. Jadi, sebenarnya manakah bintang yang bermagnitudo satu, atau dengan kata
lain, kalau menurut definisi Hipparchus adalah bintang yang paling terang? Tidak ada
pilihan cara lain selain melebarkan rentang skala magnitudo sampai bilangan 0 (nol),
kemudian bilangan negatif. Bintang bermagnitudo 0 (nol), seperti Vega misalnya, berarti
2,5 kali lebih terang daripada bintang beramgnitudo 1; bintang bermagnitudo -1 lebih
terang 2,5 kali daripada bintang bermagnitudo 0, dst.
Magnitudo yang dibahas di atas adalah magnitudo semu (ditulis m), cerlangnya
bintang kalau diamati dari Bumi. Bintang-bintang yang terang itu bisa jadi karena
memang dekat jaraknya dengan kita atau sebenarnya lumayan jauh tapi jauh lebih terang.
(Perhatikan ada unsur jarak di sini). Sebagai bandingan, bayangkan, Matahari
pastilah tidak akan secerlang siang ini kalau dilihat dari planet Jupiter.
Maka, didefinisikanlah magnitudo mutlak. Magnitudo mutlak (M) bintang
menunjukkan seberapa terang bintang bila diletakkan sejauh 10 pc dari pengamat (1 pc =
3,26 tahun cahaya. Tahun cahaya bukan satuan waktu melainkan satuan jarak. 1 tahun
cahaya artinya jarak yang ditempuh cahaya selama 1 tahun). Pada jarak tersebut Matahari
(Matahari juga termasuk bintang, lho!) yang bermagnitudo (semu) sebesar -26,7, menjadi
bermagnitudo 4,8. Cerlangnya berkurang sekitar 4 trilyun kali. Mengetahui ini, rasanya
betapa beraneka ragamnya benda langit yang tampak menempel di kubah langit dan yang
kita sebut dengan satu nama: bintang.

5. Tipe, Klasifikasi dan Penggolongan Bintang
Dalam astronomi, klasifikasi bintang adalah pengklasifikasian bintang- bintang
berdasarkan kuat beberapa garis serapan pada pola spektrum, dan besarnya luminositas.
Kuat garis serapan, khususnya garis-garis serapan atomhidrogen, diperoleh dari analisis
pola spektrum bintang yang didapatkan dari pengamatan spektroskopi. Garis-garis
serapan tertentu hanya dapat diamati padasatu rentang temperatur tertentu karena hanya
pada rentang temperatur tersebutterdapat populasi signifikan dari tingkat energi atom
yang terkait. Pemeriksaankuat garis-garis serapan ini pada akhirnya dapat memberikan
informasi mengenaitemperatur permukaan. Informasi luminositas dapat diperoleh dari
pengamatanfotometri. Bintang-bintang dikelompokkan berdasarkan spektrum, ukuran,
atauintensitasnya.
Berdasarkan spektrumnya, bintang dibagi ke dalam 7 kelas utama yang dinyatakan
dengan huruf O, B, A, F, G, K, M yang juga menunjukkan urutan suhu, warna dan
komposisi-kimianya. Klasifikasi ini dikembangkan oleh Observatorium Universitas
Harvard dan Annie Jump Cannon pada tahun 1920an dan dikenal sebagai sistem
klasifikasi Harvard. Untuk mengingat urutan penggolongan ini biasanya digunakan
kalimat "Oh Be A Fine Girl Kiss Me". Dengan kualitas spektrogram yang lebih baik
memungkinkan penggolongan ke dalam 10 sub-kelas yang diindikasikan oleh sebuah
bilangan (0 hingga 9) yang mengikuti huruf. Sudah menjadi kebiasaan untuk menyebut
bintang-bintang di awal urutan sebagai bintang tipe awal dan yang di akhir urutan sebagai
bintang tipe akhir. Jadi, bintang A0 bertipe lebih awal daripada F5, dan K0 lebih awal
daripada K5.
Kelas Warna Suhu Permukaan
o
C Contoh
O Biru > 25000 Spica
B Putih-Biru 11000-25000 Rigel
A Putih 7500-11000 Sirius
F Putih-Kuning 6000-7500 Procyon A
G Kuning 5000-6000 Matahari
K Jingga 3500-5000 Arcturus
M Merah <3500 Betelgeuse

Pada tahun 1943, William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan, dan Edith Kellman dari
Observatorium Yerkes menambahkan sistem pengklasifikasian berdasarkan kuat cahaya
atau luminositas, yang seringkali merujuk pada ukurannya. Pengklasifikasian tersebut
dikenal sebagai sistem klasifikasi Yerkes dan membagi bintang ke dalam kelas-kelas
berikut :
Maha maha raksasa
I Maharaksasa
II Raksasa-raksasa terang
III Raksasa
IV Sub-raksasa
V deret utama (katai)
VI sub-katai
VII katai putih
Umumnya kelas bintang dinyatakan dengan dua sistem pengklasifikasian di atas.
Matahari kita misalnya, adalah sebuah bintang dengan kelas G2V, berwarna kuning,
bersuhu dan berukuran sedang.
Diagram Hertzsprung-Russell adalah diagram hubungan antara luminositas dan kelas
spektrum (suhu permukaan) bintang. Diagram ini adalah diagram paling penting bagi
para astronom dalam usaha mempelajari evolusi bintang.
Klasifikasi bintang adalah peng-klasifikasian bintang-bintang berdasarkan kuat
beberapa garis serapan pada pola spektrum, dan besarnya luminositas. Kuat garis serapan,
khususnya garis-garis serapan atom hidrogen, diperoleh dari analisis pola spektrum
bintang yang didapatkan dari pengamatan spektroskopi. Garis-garis serapan tertentu
hanya dapat diamati pada satu rentang temperatur tertentu karena hanya pada rentang
temperatur tersebut terdapat populasi signifikan dari tingkat energi atom yang terkait.
Pemeriksaan kuat garis-garis serapan ini pada akhirnya dapat memberikan informasi
mengenai temperatur permukaan. Informasi luminositas dapat diperoleh dari pengamatan
fotometri.

Penggolangan Bintang
Klasifikasi Harvard
Bintang dalam klasifikasi Harvard dikelompokkan berdasarkan keberadaan,kekuatan
relatif dalam mengabsorbsi, dan emisi garis spektrum cahayanya.Klasifikasi ini
dikembangkan oleh Williamina Fleming, Annie Jump Cannon, Antonia Maury, dan
Henrietta Swan Leavitt, yang merupakan para peneliti dariUniversitas Harvard,
Amerika Serikat, dan kemudian diadopsi secata internasional pada 1910. Klasifikasi
bintang berdasarkan tipe spektral ini ditunjukkan oleh table di bawah ini:

o Kelas O
Bintang kelas O adalah bintang yang paling panas, temperatur permukaannya
lebih dari 25.000 Kelvin. Bintangderet utamakelas O merupakan bintang yang
nampak paling biru, walaupun sebenarnya kebanyakanenerginya dipancarkan
pada panjang gelombangungu danultraungu.Dalam pola spektrumnya garis-garis
serapan terkuat berasal dari atomHeliumyangterionisasi1 kali (He II)
dankarbonyang terionisasi dua kali (C III). Garis-garis serapan dari ion lain juga
terlihat, di antaranya yang berasal dari ion-ionoksigen, nitrogen,dansilikon.Garis-
garis Balmer Hidrogen (hidrogen netral) tidak tampak karena hampir seluruh
atom hidrogen berada dalam keadaan terionisasi.Bintang deret utama kelas O
sebenarnya adalah bintang paling jarang di antara bintang deret utama lainnya
(perbandingannya kira-kira 1 bintang kelas O diantara 32.000 bintang deret
utama). Namun karena paling terang, maka tidak terlalu sulit untuk
menemukannya.
Bintang kelas O bersinar dengan energi 1 juta kali energi yang
dihasilkanMatahari. Karena begitu masif, bintang kelas O membakar bahan bakar
hidrogennya dengan sangat cepat, sehingga merupakan jenis bintang yang
pertama kali meninggalkan deret utama. Contoh :Zeta Puppis,Alnitak, Mintaka

Kelas Spectrum dari bintang O5V

o Kelas B
Bintang kelas B adalah bintang yang cukup panas dengan temperatur permukaan
antara 11.000 hingga 25.000 Kelvin dan berwarna putih-biru. Dalam pola
spektrumnya garis-garis serapan terkuat berasal dari atom Helium yangnetral.
Garis-garis Balmer untuk Hidrogen (hidrogen netral) nampak lebih
kuatdibandingkan bintang kelas O. Bintang kelas O dan B memiliki umur
yangsangat pendek, sehingga tidak sempat bergerak jauh dari daerah dimana
merekadibentuk, dan karena itu cenderung berkumpul bersama dalam
sebuahasosiasiOB.Dari seluruh populasi bintang deret utama terdapat sekitar
0,13% bintangkelas B. Contoh :Rigel,Spica,Regulus.

Spektrum dari bintang kelas B2II
o Kelas A
Bintang kelas A memiliki temperatur permukaan antara 7.500 hingga11.000
Kelvin dan berwarna putih. Karena tidak terlalu panas maka atom-atomhidrogen
di dalam atmosfernya berada dalam keadaan netral sehingga garis-garisBalmer
akan terlihat paling kuat pada kelas ini. Beberapa garis serapan logam terionisasi,
seperti magnesium, silikon, besi dan kalsium yang terionisasi satukali (Mg II, Si
II, Fe II dan Ca II) juga tampak dalam pola spektrumnya. Bintangkelas A kira-
kira hanya 0.63% dari seluruh populasi bintang deret utama.contoh vega, Sirius.

Spectrum dari bintang kelas A21
o Kelas F
Bintang kelas F memiliki temperatur permukaan 6000 hingga 7500
Kelvin, berwarna putih-kuning. Spektrumnya memiliki pola garis-garis Balmer
yanglebih lemah daripada bintang kelas A. Beberapa garis serapan logam
terionisasi,seperti Fe II dan Ca II dan logam netral seperti besi netral (Fe I) mulai
tampak.Bintang kelas F kira-kira 3,1% dari seluruh populasi bintang deret
utama.Contoh :Canopus,Procyon,Polaris

Spectrum dari bintang F2III
o Kelas G
Bintang kelas G mungkin adalah yang paling banyak dipelajari karenaMatahari
adalah bintang kelas ini. Bintang kelas G memiliki temperatur permukaan antara
5000 hingga 6000 Kelvin dan berwarna kuning. Garis-garisBalmer pada bintang
kelas ini lebih lemah daripada bintang kelas F, tetapi garis-garis ion logam dan
logam netral semakin menguat. Profil spektrum palingterkenal dari kelas ini
adalah profilgaris-garis Fraunhofer.Bintang kelas Gadalah sekitar 8% dari seluruh
populasi bintang deret utama. contoh matahari, capekka, alpha centauri A

Spectrum dari bintang kelas G5III
o Kelas K
Bintang kelas K berwarna jingga memiliki temperatur sedikit lebih
dingindaripada bintang sekelas Matahari, yaitu antara 3500 hingga 5000 Kelvin.
AlphaCentauri B adalah bintang deret utama kelas ini. Beberapa bintang kelas K
adalah raksasa dan maharaksasa, seperti misalnya Arcturus. Bintang kelas K
memiliki garis-garis Balmer yang sangat lemah. Garis-garis logam netral tampak
lebih kuat daripada bintang kelas G. Garis-garis molekul Titanium Oksida
(TiO)mulai tampak. Bintang kelas K adalah sekitar 13% dari seluruh populasi
bintangderet utama. Contoh :Alpha Centauri B,Arcturus,Aldebaran

Spektrum dari bintang kelas K4III

o Kelas M
Bintang kelas M adalah bintang dengan populasi paling banyak. Bintangini
berwarna merah dengan temperatur permukaan lebih rendah daripada 3500
Kelvin. Semua kata merah adalah bintang kelas ini. Proxima Centauri adalahsalah
satu contoh bintang deret utama kelas M. Kebanyakan bintang yang beradadalam
fase raksasa dan maharaksasa, seperti Antares dan Betelgeuse merupakankelas
ini. Garis-garis serapan di dalam spektrum bintang kelas M terutama berasal dari
logam netral. Garis-garis Balmer hampir tidak tampak. Garis-garismolekul
Titanium Oksida (TiO) sangat jelas terlihat. Bintang kelas M adalahsekitar 78%
dari seluruh populasi bintang deret utama. Contoh Proxima Centauri, Antares,
Betelgeeuse.

\Spectrum dari bintang kelas M0III

Spectrum dari bintang kelas M6V

Klasifikasi Yerkes
Klasifikasi Yerkes, disebut juga sebagai klasifikasi MKK dari inisial para
pengembangnya pada tahun1943,yaitu William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan
dan Edith Kellman dari Observatorium Yerkes,Amerika Serikat. Klasifikasi ini
mendasarkan diri pada ketajaman garis-garis spektrumyangsensitif padagravitasi
permukaan bintang. Gravitasi permukaan berhubungandenganluminositasyang
merupakan fungsi dariradius bintang. Klasifikasi Yerkes atau kelas luminositas
membagi bintang-bintang ke dalam kelas berikut :
o 0 : maha maha raksasa (hypergiants) (penambahan yang dilakukan belakangan)
o I : maharaksasa (supergiants)
Ia : maharaksasa terangii.
Iab : kelas antara maharaksasa terang dan yang kurang terangiii.
Ib : maharaksasa kurang terangc.
o II : raksasa terang (bright giants)
o III :raksasa( giants)
o IV : sub-raksasa (subgiants)
o V :deret utamaatau katai (main sequence atau dwarf )
o VI : sub-katai (subdwarfs)
o VII :katai putih(white dwarfs)

Klasifikasi Yerkes yang menyatakan luminositas dan radius sebuah
bintang,melengkapi klasifikasi Harvard yang menyatakan temperatur permukaan.
Kelassebuah bintang biasanya dinyatakan dalam dua klasifikasi ini. Dengan
demikiankelas sebuah bintang menjadi 'dua dimensi' yang memberikan gambaran
letaknyadi dalam diagram Hertzsprung-Russeldan selanjutnya dapat
memberikangambaran tahap evolusi bintang tersebut. Sebagai contoh, Matahari
adalah bintangdengan kelas G2V, yang berarti merupakan bintang dengan
temperatur permukaansekitar 6000 Kelvin dan merupakan bintang katai yang
sedang melakukan pembangkitan energi dari pembakaran hidrogen. Sebagai
contoh lainnya,Betelgeuse merupakan bintang dengan kelas M2Iab, yang berarti
bintang yangyang sudah ber-evolusi dari bintang katai menjadi maharaksasa.


Giant Star (Bintang Raksasa)
Giant star mempunyai luminositas (luminositas: intensitas cahaya/energi yang
dipancarkan bintang per detik) hingga 1000 kali luminositas Matahari dan bisa 200 kali
lebih besar. Contoh giant star adalah Aldebaran, atau Tauri, bintang tercerah di
konstelasi Taurus.

Aldebaran, diambil dari pesawat Cassini, dengan background cincin Saturnus - Aldebaran
dari google earth

Supergiant Star (bintang super-raksasa)
Supergiant merupakan bintang terbesar. Yang terbesar yang ditemukan sejauh ini
luminositasnya 10 juta kali luminositas Matahari. Jika Matahari sebesar itu, tidak akan
ada Bumi karena sudah dilahap dan bintang ini masih lebih besar dari itu. Contoh
supergiant adalah Betelgeuse ( Ori), Rigel ( Ori), dan Cephei.

Betelgeuse
Dwarf (bintang katai/cebol)
Matahari kita merupakan dwarf. Selama masa hidupnya, bintang mengalami banyak fase.
Bila ukurannya seimbang dengan beratnya, bintang itu disebut dwarf.

Matahari

Dwarf coklat (brown dwarf) merupakan bintang gagal yang tidak cukup panas untuk
menjadi bintang yang normal.
Dwarf putih (white dwarf) adalah bintang mati yang perlahan-lahan menghabiskan
bahan bakarnya. Penamaan putih sebenarnya tidak terlalu tepat, karena bintang ini
berubah warna dari putih menjadi merah. Namun pada akhirnya, bintang ini akan
menjadi dwarf hitam (black dwarf) bintang mati yang sudah tidak punya
luminositas.
Dwarf coklat dan putih diyakini merupakan bintang-bintang yang menghuni dark
matter (materi gelap) di alam semesta.



Brown dwarf - White dwarf
Bintang Neutron
Setelah meledak menjadi supernova, bintang yang massanya dua kali massa Matahari
akan menjadi bintang neutron. Bintang ini meledak dan menghancurkan atom-atomnya,
dan menyatukan proton dan elektron sehingga hanya menyisakan neutron hasil fusi
tersebut. Hal ini membuat bintang neutron menjadi sangat mampat/padat. Bintang
neutron yang diameternya sekitar 30 km massanya sama dengan massa Matahari. Jika
kita bisa memindahkan materi sebanyak satu sendok teh ke Bumi, materi kecil itu akan
seberat gunung. Bintang neutron berputar dengan kecepatan sangat tinggi. Beberapa
bahkan berputar ratusan kali per detik.



Bintang Neutron

Pulsar
Pulsar, atau pulsating star, adalah bintang neutron yang memancarkan getaran radiasi
yang teratur biasanya gelombang radio dari kutub magnetiknya. Contoh pulsar adalah
PSR+121 (yang merupakan pulsar radio). Pulsar ini merupakan bintang neutron pertama
yang diketahui sebagai pulsar. Radiasi lain yang dipancarkan adalah sinar X dan sinar
Gamma.

Plusar

Magnetar
Magnetar diyakini merupakan bintang neutron yang mempunyai medan magnet jauh
lebih kuat.

Magnetar
Berdasarkan spektrum dan temperaturnya, bintang dibagi menjadi tujuh tipe:
tipe O (bintang paling biru): 40.000-29.000 derajat C;
Berwarna biru, temperatur > 30.000 K, garis-garis He terionisasi, garis N terionisasi
2x, garis Si terionisasi 3x, garis H tampak tapi lemah.
Contoh bintang : Alnitak, Bintang 10 Lacerta.
tipe B: 28.000-9.700 derajat C;
Berwarna biru, temperatur 11.000 - 30.000 K, garis He netral, garis Si terionisasi 1
atau 2 x, garis O terionisasi, garis H tampak lebih jelas ketimbang kelas O.
Contoh bintang : Rigel, Spica.
tipe A: 9.600-7.200 derajat C;
Berwarna biru, temperatur 7.500 - 11.000 K, garis H sangat kuat, garis Mg, Si, Fe,
dan Ca terionisasi 1x, garis logam netral tampak lemah.
Contoh bintang : Sirius, Vega.
tipe F: 7.100-5.800 derajat C;
Berwarna biru keputih-putihan, temperatur 6.000 - 7.500 K, garis H lebih lemah dari
kelas A, garis Ca, Fe, Cr terionisasi 1x, garis Fe dan Cr netral.
Contoh bintang : Canopus, Procyon.
tipe G: 5.700-4.700 derajat C;
Berwarna putih kekuning-kuningan, temperatur 5.000 - 6.000 K, garis H lebih lemah,
garis Ca terionisasi, pita molekul G-Band sangat kuat.
Contoh bintang : Capella, Matahari.
tipe K: 4.600-3.300 derajat C;
Berwarna jingga kemerah-merahan, temperatur 3.500 - 5.000 K, garis H sangat
lemah, garis logam netral mendominasi, Pita Titanium Oksida tampak.
Contoh bintang : Arcturus, Aldebaran
tipe M (bintang paling merah): 3.200-2.100 derajat C
Berwarna merah, temperature 2.500 - 3.000 K, pita molekul Titanium Oksida sangat
mendominasi, garis logam netral tampak dengan jelas..
Contoh bintang : Betelgeuse, A

Selain penggolongan kelas spectra O-B-A-F-G-K-M, ada juga yang mengklasifikasikan
ke dalam kelas W-O-B-A-F-G-K-M-R-N-S. Untuk mudah mengingatnya, bisa
menggunakan jembatan keledai Wow-Oh-Be-A-Fine-Girl-Kiss-Me-Right-Now-Sweetie.
Dari situ terlihat bahwa bintang yang paling panas warnanya justru biru, bukan merah.
Semakin merah suatu bintang, maka semakin dingin suhunya.
Matahari kita adalah bintang bertipe G2, sedangkan Sirius ( Canis Majoris) bertipe A0.
Supaya mudah mengingatnya, tipe-tipe tersebut sering dijadikan kalimat Oh Be A Fine
Girl Kiss Me.

Sirius (tercerah di sebelah kiri), muncul bersama komet Hale-Bopp - Sirius dari google
earth.

6. Diagram Hertzsprung Russel
Diagram Hertzsprung-Russell atau diagram H-R (seringkali disebut jugasebagai diagram
warna-magnitudo) adalah diagram hubungan antara magnitudomutlak/luminositas dan
kelas spektrum bintang/indeks warna. Diagram inidikembangkan secara terpisah oleh
astronom Denmark, Eijnar Hertszprug pada tahun 1911 dan astronom Amerika Serikat
Henry Noris Russel.
Pada tahun 1913.Diagram ini sangat penting artinya dalam astrofisika terutama dalam
bidangevolusi bintang. Diagram H-R digunakan untuk menunjukkan jenis-jenis
bintangyang berbeda dan juga untuk mencocokkan prediksi model teoritis evolusi bintang
dengan pengamatan. Pengelompokan bintang pada jalur yang berbeda (lihatgambar)
menunjukkan adanya perbedaan tahap evolusi bintang.

Diagram Hertzsprung-Russel

Kebanyakan bintang mendiami suatu jalur dari kiri atas ke kanan bawahyang disebut
sebagai deret utama (main sequence). Ini dapat diinterpretasikan bahwa bagi kebanyakan
bintang, makin tinggi suhu permukaannya makin terangcahayanya. Bintang pada
kelompok ini adalah bintang yang sedangmelangsungkan pembakaran hidrogen di
intinya. Hampir 90% usia bintangdihabiskan pada tahap deret utama ini yang menjadi
penyebab tingginya populasi.Bintang deret utama disebut juga sebagai
bintang katai.
Kelompok yang tampak terlihat jelas berikutnya adalah kelompok yangdisebut sebagai
cabang raksasa, tempat bagi bintang-bintang yang sedangmelangsungkan pembakaran
hidrogen di kulit yang mengelilingi inti helium yang belum terbakar. Ciri lainnya yang
dapat dilihat dengan jelas adalah adanya gapantara deret utama dan cabang raksasa. Gap
ini disebut sebagai gap Hertszprug dan menunjukkan evolusi yang berlangsung cepat
pada saat pembakaran hidrogendi kulit, yang mengelilingi inti dimulai.

7. Riwayat Hidup Bintang
Bintang adalah benda angkasa berupa bola gas raksasa yang memancarkanenerginya
sendiri dari reaksi inti dalam bintang, baik berupa panas, cahayamaupun berbagai radiasi
lainnya.Bintang-bintang lahir di nebula dari hasil pengerutan, kemudian
terjadifragmentasi sehingga membentuk kelompok-kelompok. Inilah yang disebut
Proto bintang. Bintang yang bermassa besar dan panas umumnya membentuk raksasa
biru dan bintang yang relatif kecil membentuk katai kuning, seperti Matahari.Bintang-
bintang besar dan panas memiliki inti konvektif dan lapisan selubungyang radiatif. Lain
halnya pada bintang-bintang kecil seperti Matahari yangmemiliki inti radiatif dan lapisan
selubung konvektif. Bintang tersebut terus berevolusi seiring dengan waktu. Bintang
bermassa besar jauh lebih terang danlebih singkat umurnya daripada bintang bermassa
sedang. Begitu pula nasib suatu bintang ditentukan oleh massanya.

Kelahiran dan Kematian Bintang
Para bintang lahir dalam awan molekul raksasa di antariksa. Mereka lahir dalam
peristiwa yang disebut runtuh gravitasi. Awan molekul raksasa ini runtuh perlahan
menjadi potongan-potongan kecil. Tiap potongan ini melepaskan energi potensial
gravitasi dalam bentuk panas. Semakin panas dan panas hingga akhirnyamenjadi bola
berputar superpanas yang disebut protostar (proto bintang atau janin bintang).

Awan Molekul Raksasa

Cebol Coklat
Dalam peristiwa runtuh gravitasi ini, tentu potongan-potongannya tidak sama. Ada
yang besar, ada yang kecil. Janin bintang yang terlalu kecil (8% massamatahari) gagal
lahir menjadi bintang. Ia tidak mati sih, tapi menjadi cebol coklat.Cebol coklat adalah
bayi bintang prematur. Ia tidak mampu memulai fusi nuklir,tapi masih terlalu besar
untuk menjadi planet. Ia bisa dibilang planet sendirian.Seperti bumi, tanpa matahari.
Cebol coklat umumnya memiliki massa sebesar 13 kali planet Yupiter. Iagelap dan
sendirian dengan cahaya yang redup. Walau begitu, ia masih melakukan fusi terhadap
deuterium, karenanya justru ia cukup lama hidup. Mati perlahan-lahan dalam waktu
ratusan juta tahun. Tidak pernah besar dan bersinar.
Janin bintang yang lebih berat bisa menghasilkan fusi nuklir. Fusi nuklir inimenjadi
pendorong keluar (tekanan radiasi) yang mengimbangi tarikan gravitasikedalam
bintang. Ia pun bersinar cemerlang dan bermain di angkasa raya sepanjang hidupnya.
Pada saat kematiannya, cebol coklat mati begitu saja. Setelah beberapa jutatahun, ia
begitu coklat hingga akhirnya hitam legam. Ia bukan lubang hitam. Ia batu hitam
yang mengapung di angkasa. Tidak ada lagi deuterium yang bisadiolah. Diduga ada
banyak sekali cebol coklat di luar orbit Pluto, antara tata surya,dan setumpuk bintang
terdekat kita.

Cebol Coklat

Cebol Merah
Ada banyak jenis bintang tentunya. Cebol coklat mungkin iri melihat janin- janin
yang lahir bersama dengannya hidup terang dengan berbagai ukuran. Mulaidari yang
paling kecil adalah cebol merah. Ia tidak seredup cebol coklat. Cebolmerah dapat
hidup hingga ratusan miliar tahun. Jauh lebih lama dari cebol coklat.Padahal
keduanya sama-sama cebol.

Cebol Merah
Bintang terdekat dari matahari adalah sebuah cebol merah, ProksimaCentauri.
Usianya ribuan kali lebih panjang dari matahari kita. Menurut parailmuan, cebol
merah seperti Proksima Centauri dapat hidup hingga 6 triliun tahun.Bayangkan.
Padahal usia alam semesta baru 13.7 miliar tahun. Karenanya, di duga belum ada
satupun cebol merah yang mati semenjak alam semesta lahir.Sayangnya, mereka
begitu kecil, begitu redup, hingga tak terdeteksi dari bumi,kecuali bila sangat dekat,
seperti Proksima.
Pada akhirnya, cebol merah juga akan mati. Ia sekarat setelah membakar habis
seluruh hidrogennya. Ia tidak mampu membakar heliumnya dan karenanyaia menjadi
bintang yang seluruhnya helium. Bersinar sebagai cebol putih.Seandainya ia
dikelilingi oleh awan hidrogen halus, ia masih bisa menarik makanan dari sekitarnya
untuk hidupnya beberapa ratus miliar tahun lagi. Jikatidak ada, ia akan mati begitu
saja. Cebol putih yang redup dan semakin redup.Tapi, pastinya tidak ada yang tahu.
Belum ada kasus kematian cebol merahteramati sampai sekarang. Umurnya terlalu
panjang. Para ilmuwan berpendapat bahwa nyawa cebol putih benar-benar berakhir
saat ia menjadi cebol hitam

Bintang Rata-rata
Sedikit lebih besar dari cebol merah adalah cebol kuning. Matahari kitatergolong
cebol kuning. Sebenarnya ia tidak terlalu cebol. Ia hanya sedikit lebih kecil dari rata-
rata. Sebagian astronom menggolongkan matahari sebagai bintangrata-rata. Tidak
terlalu besar, tidak terlalu kecil. Usia hidupnya sekitar 10 miliar tahun.
Bintang rata-rata, seperti matahari kita, punya saat sekarat yang menarik. Iacukup
besar untuk memakan helium setelah hidrogen habis dikonsumsi.Konsumsi helium
membuat dirinya menggembung. Menjadi besar sekali dariukuran aslinya. Saat-saat
menjelang mati, ia berubah menjadi raksasa merah.Perubahan ini diawali dengan
kejadian yang disebut kilat helium (helium flash).Sayangnya, kilat helium tidak dapat
dilihat dari luar. Ia terjadi di inti bintang.Seandainya kilat helium bisa dilihat dan
bintang itu matahari kita, bumi akanmendadak menjadi sangat terang benderang.
Inilah tanda umur matahari tinggal beberapa juta tahun lagi. Pertanda itu dalam
kenyataannya tidak terlihat.
Sejak kilat helium, tubuh bintang mulai membesar dan memerah.
Seiringmembesarnya tubuh, terangnya juga meningkat. Ia menjadi seribu hingga
sepuluhribu kali lebih terang dari sebelumnya. Suhu juga ikut meningkat. Suatu saat,
sang bintang yang menggelembung ini mencapai ukuran maksimumnya. Ia
akhirnyatiba di titik itu, dan setelah saat itu tiba, ia akan kembali mengerut. Mengecil
dankian kecil sementara suhunya terus saja bertambah.
Helium akhirnya habis. Iapun mulai mencoba memakan karbon yangletaknya lebih
dalam lagi di inti. Setelah karbon habis, ia akan mengunyahoksigen. Lebih dalam
lagi. bintang kita akan menjadi seperti bawang. Bagianintinya mencoba untuk
menggelembung sekuat tenaga karena reaksi fusi,sementara bagian luarnya terus
mengerut dan runtuh karena pada dasarnya telah sekarat.
Seiring mengerutnya bintang, angin dahsyat berhembus menghantarkansisa-sisa
pembakaran keluar dari bintang. Pertarungan inti dan kulit dalam balutanangin yang
berhembus menciptakan denyutan. Bintang berdenyut keras dan mengakibatkan
sebuah angin yang begitu keras terlontar dari bintang. Angin inidisebut nova.Kini
tinggal sang inti, Cebol putih. Nasib matahari kita sama dengan sicebol merah. Sama-
sama menjadi cebol putih. Angin nafas terakhirnya melakukan perjalanan jauh
menembus angkasa. Semakin jauh dan kehilangan energi. Danakhirnya menjadi awan
gas yang disebut nebula planeter.Sebenarnya, tidak perlu seperti ini akhir hayatnya,
seandainya ia punyateman. Dalam sistem bintang kembar, bintang rata-rata yang
sekarat tidak menggelembung. Hal ini karena kembarannya akan menyedot sisi
terluar darisang bintang sekarat. Aliran massa ini akan membuat kembarannyalah
yangmenggembung. Tapi kembarannya masih sehat dan tidak sekarat. Hasilnya, sang
bintang sekarat akan menjadi cebol putih tanpa fase menggembung. Ia akanmengorbit
kembarannya seperti bulan mengorbit bumi. Kasus inilah yang terjadi pada pasangan
bintang Sirius A dan si cebol putih, Sirius B

Matahari

Raksasa
Kelompok bintang yang ukurannya jauh di atas rata-rata ada si raksasa. Para bintang
raksasa yang ukurannya bisa ratusan kali matahari. Mereka raksasa, tapi hidupnya
pendek. Hanya beberapa juta tahun. Hal ini karena besarnya badanmereka berarti
mereka juga harus banyak makan. Mereka terus memakanhidrogen jauh lebih cepat
dari bintang rata-rata, apalagi dari cebol merah yanglamban.
Menjelang kematiannya, para raksasa sudah berukuran sangat besar,sehingga saat
hidrogen habis, ia sangat buru-buru memakan helium. Iamenggembung dan dengan
cepat mengerut lagi hingga akhirnya tersandung keintinya. Ia memangsa karbon, lalu
neon, lalu oksigen, lalu silikon, dan terakhir besi. Jika inti besinya sudah mencapai
batas Chandrasekhar, ia akanmenghembuskan nafas terakhirnya.
Angin yang dilepaskannya begitu cepat. Sedemikian cepat hingga lebih pantas
disebut meledak. Ledakan inilah yang disebut dengan supernova. Dan pusatnya
menjadi bintang putih kecil yang berputar sangat cepat. Ia bukan cebol putih. Ia jauh
lebih kecil lagi. Lebih kecil lagi dari cebol coklat. Lebih kecil lagidari Bumi. Ia hanya
seukuran Jakarta. Sesungguhnya, ia bahkan tidak tersusundari atom. Remasan
gravitasi sedemikian kuatnya hingga bahkan atom pun ikut berderai. Elektron di orbit
nukleus teremas hingga bertabrakan dengan proton danmenjadi neutron. Neutron
yang ada bergabung dengan sesama neutron. Dan jadilah ia neutron raksasa yang
kemudian disebut bintang neutron.
Bintang neutron bersifat seperti mercusuar. Ia punya dua semburan gas dikutubnya.
Semburan ini menyembur dari kutub utara dan kutub selatan, sementara bintang
menggelinding di angkasa. Bila kutub tersebut kebetulan mengarah ke bumi, maka
kita mengamati bintang yang berdenyut sangat cepat. Bintang inidinamakan pulsar.

Aldebaram (Giant Star)
.
Maharaksasa
Ada bintang yang lebih besar daripada bintang raksasa, yaitu maharaksasa.Bintang
maharaksasa ukurannya lebih dari 40 kali massa matahari. Volumenya bisa jutaan
kali matahari, menelan orbit Bumi dan Mars.

Bintang Raksasa

Seandainya dibelah, maharaksasa yang sekarat akan seperti bonekaMatrioskha atau
irisan bawang. Bola kecil di dalam bola sedang di dalam bolaraksasa. Intinya adalah
besi, diselubungi oleh silikon, oksigen, neon, karbon, danhelium.
Lapisan-lapisan maharaksasa ini terbentuk akibat membakar zat yang lainsebelum
yang masih ada habis dibakar. Sebelum hidrogen habis, ia sudahmembakar helium.
Helium sendiri hasil dari memakan hidrogen jadi helium lebihsedikit. Sebelum
helium habis, dia sudah mambakar karbon, dan seterusnya. Saatinti besinya telah
mencapai batas TOV (Tolman-Oppenheimer-Volkoff) ia akanmeledak, jauh lebih
dahsyat dari ledakan bintang raksasa. Ledakannya disebut hypernova.
Seluruh isi perut bintang maharaksasa berhamburan dalam peristiwahypernova. Tidak
ada yang tersisa sama sekali. Bintang berukuran orbit Mars inihabis. Tapi intinya
tetap ada. Yang menjadi sisa adalahmateri intiapapun yang berada di dalam radius
Schwarzschild. Sisa ini telah teremas begitu kuat hingga bahkan ia tidak menjadi
neutron. Sisa ini begitu gelap, mati, tanpa cahaya. Kitamenyebutnya lubang hitam.
Lubang hitam dapat dibilang merupakan kebalikan dari batas Eddington.Kita tahu
bahwa setiap bintang selalu dalam pertarungan antara gaya dorongkeluar radiasi
dengan daya tarik kedalam gravitasi. Bila gaya dorong keluar sedemikian kuat hingga
mengalahkan gravitasi, hasilnya adalah batas Eddington(lihat bintang super
maharaksasa). Bila gaya dorong kedalam sedemikian kuatsehingga mengalahkan
radiasi, hasilnya adalah batas Schwarzschild (lubanghitam)

Supermaharaksa
Tidak ada yang namanya super maharaksasa. Secara astrofisika, ada yangdinamakan
batas Eddington. Batas ini adalah batas dimana sebuah bintang tidak dapat lagi
menahan dorongan keluar dari radiasinya sendiri. Ia terlalu terangsehingga tidak
dapat eksis dalam satu kesatuan. Batas Eddington adalah 120 kalimassa matahari.
Jadi, tidak ada bintang yang lebih berat dari 120 kali massamatahari.
Hidup sebuah bintang memang sangat panjang. Ia dapat hidup jutaan tahunseperti
cebol coklat yang prematur atau maharaksasa yang terlalu besar. Ia jugadapat hidup
triliunan tahun seperti para cebol putih yang mungil. Sebagian sempatmerasakan dari
ukuran sangat kecil menjadi ukuran sangat besar. Sebagian lagisepanjang hidupnya
selalu kerdil dan merangkak dalam kesendirian dankegelapan. Dalam masa yang
sangat panjang, akhir hayatnya begitu singkat danspektakuler. Dari nova, supernova
hingga hypernova. Letupan yang cemerlangnyamenerangi galaksi dan terpantau
jutaan tahun cahaya. Cahaya ini hanya bertahan beberapa detik saja atau paling
panjang, hanya beberapa bulan. Hembusan nafasterakhir bintang yang sekarat, pada
gilirannya akan menjadi benih bagi bintang baru. Sisa-sisa supernova dan nova
kembali mengembun dan menjadi awanmolekul raksasa. Matahari kita sendiri adalah
bintang generasi ketiga. Namun, bahkan alam semesta yang terus bergulir dengan
siklus hidup matinya, padagilirannya akan mati. Entah itu lewat habis mendinginnya
seluruh jagad rayadalam pengembangan abadi, dimana alam semesta gelap, bintang
terang terlalu jauh dan cebol coklat, cebol hitam dan lubang hitam bertebaran di
mana-mana,atau lewat pengerutan balik dimana segalanya teremas dalam kerkahan
besar (big crunch). Bagaimana pun nasib alam semesta, manusia kemungkinan besar
telahtidak ada lagi. Nasib kita dalam sejarah bintang sangat singkat. Bagi mereka para
bintang, kita hanyalah kedipan kecil di langit malam, dalam malam-malam
yangmereka habiskan dalam hidupnya.

P. Galaksi dan Alam Semesta
1. Sejarah Penemuan Galaksi
Pada tahun 1610, Galileo Galilei menggunakan teleskop untuk mempelajari jalur
terang di langit yang dikenal sebagai Milky Way dan menemukan bahwa jalur tersebut
terdiri dari bintang redup yang banyak.
Dalam Treatise pada tahun 1755, Immanuel Kant, menggunakan hasil kerja awal oleh
astronom Thomas Wright, memperkirakan (secara benar) bahwa galaksi terdiri dari
sejumlah besar bintang yang berputar, dikelola oleh daya tarik gravitasi seperti dengan
tata surya tetapi pada skala yang lebih besar.
Disk bintang yang dihasilkan akan terlihat sebagai jalur di langit dari sudut pandang
kita pada posisi dalam disk. Kant juga memperkirakan bahwa sebagian nebula yang
tampak di langit mungkin galaksi yang terasing.

Pada akhir abad ke 18, Charles Messier mengumpulkan katalog mengandung 109
nebulae paling jelas, kemudian diikuti dengan katalog 5000 nebulae dihimpun oleh
William Herschel.
Pada tahun 1845, Lord Rosse membangun teleskop baru dan mampu membedakan
antara nebulae elliptical dan spiral nebulae. Dia juga berhasil mengidentifikasi sumber
titik individu sebagian dari nebulae ini, mendukung harapan Kant yang lebih awal.
Namun, nebulae tidak diterima sebagai galaksi terasing jauh sehingga pekara itu
diselesaikan oleh Edwin Hubble pada awal 1920an dengan menggunakan teleskop baru.
Dia berhasil menyelesaikan bagian luar beberapa spiral nebulae sebagai kelompok
bintang individual dan mengidentifikasi sebagian pengubah Cepheid (Cepheid variabel),
dengan itu membenarkan perkiraan tentang jarak ke nebulae: karena terlalu jauh untuk
menjadi bagian Bima Sakti Milky Way. Pada tahun 1936, Hubble menghasilkan sistem
Klasifikasi untuk Galaksi yang masih digunakan sampai saat ini yaitu aturan Hubble.
Cobaan pertama menjelaskan bentuk Bima Sakti dan posisi matahari di dalamnya
dilakukan oleh William Herschel pada tahun 1785 dengan menghitung dengan cermat
jumlah bintang pada posisi memungkinkan di langit.
Menggunakan pendekatan yang lebih baik, Kapteyn pada tahun 1920 arrived at the
picture of a small (diameter ~ 15 kiloparsecs) ellipsoid galaxy with the sun close to the
center. Metode memungkinkan digunakan oleh Harlow Shapley berbasis pengkatalog
globular cluster mendorong gambaran memungkinkan: lebar disk dengan diameter sekitar
~ 70 kiloparsecs dan matahari jauh dari pusat. Kedua analisa gagal mempertimbangkan
penyerapan cahaya oleh debu interstellar dust yang hadir dalam galactic plane; ketika
Robert Julius Trumpler tidak terpengaruh pada 1930 dengan mengkaji open cluster,
gambar galaksi kita hari ini seperti digambarkan di atas muncul.
Pada tahun 1944, Hendrik van de Hulst memperkirakan radiasi microwave pada
panjang gelombang 21 cm, dihasilkan dari gas hidrogen atom interstellar atomic; radiasi
ini ditemukan pada tahun 1951. Radiasi ini membenarkan studi mengenai Galaksi yang
lebih baik karena ia tidak terpengaruh oleh penyerapan debu dan Doppler shiftnya bisa
digunakan untuk memetakan pergerakan gas dalam Galaksi. Penelitian ini membawa
kepada postulation of a rotating bar structure dipusat Galaksi. Dengan teleskop radio
yang lebih baik, gas hidrogen bisa dijejak dalam Galaksi lain. Pada tahun 1970-an ia
sadar bahwa total massa yang terlihat (dari bintang dan gas) tidak memberikan kecepatan
putaran gas, dengan itu mendorong ke postulation massa gelap (dark matter).Dimulai
pada 1990-an, Hubble (Hubble Space Telescope) menghasilkan pemantauan lebih baik.
Antara lain, ia menegaskan bahwa massa gelap yang hilang dalam galaksi kita tidak
semata-mata terdiri dari bintang kecil yang redup. Ia mengambil gambar Hubble Deep
Field, memberikan bukti bahwa dalam alam yang dapat dilihat saja, adanya jutaan
Galaksi.Pada tahun 2004, galaksi Abell 1835 IR1916 menjadi galaksi terjauh pernah
dilihat manusia.
2. Klasifikasi Galaksi
Galaksi adalah bentuk pengelompokan bintang terbesar di alam semesta. Namun
keberadaan bintang-bintang sebagai penyusun sebuah galaksi tidak diketahui sampai
tahun 1920an. Sebelumnya, galaksi yang diamati menyerupai awan itu disebut nebulae,
karena pengamatan pada saat itu tidak dapat memberikan resolusi yang cukup untuk
memisahkan bintang-bintang penyusun galaksi. Dengan adanya kemajuan teknologi
teleskop dan fotografi, bintang-bintang dalam sebuah galaksi mulai dapat diamati.Salah
seorang pengamat galaksi adalah Hubble, yang dapat mengidentifikasi bintang-bintang
variabel yang terdapat di galaksi Andromeda (M31).
Bintang-bintang tersebut ternyata bersifat sama dengan Cepheid yang ditemukan
dalam galaksi Bima Sakti. Kemudian dari hubungan periode luminositas, Hubble
mendapatkan bahwa jarak Andromeda dari Bima Sakti adalah tidak kurang dari 300 kpc,
yang berarti bahwa Andromeda berada di luar Galaksi Bima Sakti yang berukuran 50
kpc. Hal ini menjadi penting karena sebelumnya semua nebulae diperkirakan sebagai
bagian dari Bima Sakti. Sekarang telah diketahui bahwa jarak Andromeda adalah sekitar
800 kpc.
Terdapat banyak bentuk galaksi di alam semesta ini. Untuk memudahkan dalam
mengenali dan membedakan jenis dan bentuk suatu galaksi dibandingkan galaksi lainnya,
diperlukan sistem identifikasi yang dapat dipakai di seluruh dunia. Pada tahun 1936,
dalam buku The Realm of Nebulae, Hubble membuat pengelompokan galaksi dengan
sistem yang lebih dikenal sebagai diagram garpu tala (tuning fork diagram). Sistem ini
adalah yang pertama dibuat dan yang paling umum dipakai hingga saat ini. Dalam
penggolongan ini, secara umum terdapat empat kelas galaksi, yaitu galaksi elips,
lenticular, spiral, dan irregular untuk galaksi yang memiliki bentuk tidak beraturan.

Diagram garpu tala
Galaksi Elips
Galaksi elips memiliki bentuk bundar/elips dan tidak terlihat memiliki piringan
pada strukturnya. Menurut Hubble, galaksi elips ini dibagi dalam subkelas
berdasarkan bentuknya. Penamaannya menggunakan kode En, dengan E berarti elips,
sedangkan n menunjukkan perbandingan antara sumbu mayor (a) dan minor (b)
galaksi dengan rumusan n = 10 [1 - (b/a)]. Artinya, galaksi elips yang terlihat bundar
dinamakan E0, sedangkan galaksi elips yang sumbu mayornya sebesar dua kali
sumbu minornya dinamakan E5, dan seterusnya semakin pipih hingga E7. Galaksi
Elips (E) memiliki bentuk spheroidal yang memipih ke arah tepi. Galaksi elips dari 0-
7 menurut kelonjongan elipsnya.

Galaksi elips NGC 1132
Galaksi elips memiliki distribusi cahaya halus tanpa fitur dan berbentuk elips
dalam gambar fotografi. Mereka dilambangkan dengan huruf E, diikuti oleh sebuah
integer n yang mewakili derajat eliptisitas mereka di langit. Dengan konvensi, n
adalah sepuluh kali eliptisitas galaksi, dibulatkan ke bilangan bulat terdekat, di mana
eliptisitas didefinisikan sebagai

untuk elips dengan a adalah panjang


sumbu semi-mayor dan b adalah panjang sumbu semi-minornya. Eliptisitas ini
meningkat dari kiri ke kanan pada diagram Hubble, dengan galaksi yang bentuknya
mendekati lingkaran (E0) terletak di bagian paling kiri dari diagram.. Observasional,
galaksi elips yang paling rata memiliki elliptisitas e = 0,7 (dilambangkan E7).


M87 tipe E0

Messier 49 atau NGC 4472 ini adalah galaksi elips raksasa tipe E2 di konstelasi
Virgo

M59 adalah galaksi elips tipe E5

Galaksi Lenticular
Galaksi lenticular adalah galaksi berbentuk piringan yang merupakan peralihan
antara elips dan spiral. Galaksi ini diberi kode S0. Galaksi lenticular ini memiliki
bagian inti yang elips dan memperlihatkan adanya struktur piringan, namun pada
bagian piringannya tidak terdapat lengan spiral. Galaksi lentikular (SO) memiliki
kemiripan dengan galaksi elips, namun memiliki pusat yang menonjol seperti galaksi
spiral.
Di pusat dari garpu tala Hubble, di mana dua cabang galaksi spiral berawal,
terletak sebuah kelas galaksi menengah yang dikenal sebagai lenticular dan diberi
simbol S0. Galaksi-galaksi kelas ini terdiri dari tonjolan pusat yang terang, sama
seperti dengan galaksi-galaksi elips, dikelilingi oleh struktur seperti disk yang
memanjang. Tidak seperti galaksi spiral, disk dari galaksi lenticular tidak memiliki
struktur spiral dan tidak aktif membentuk bintang-bintang dalam jumlah yang
signifikan. Komponen dari tonjolan biasanya menjadi sumber cahaya yang dominan
cahaya di sebuah galaksi lenticular.

NGC 2787 adalah contoh dari sebuah galaksi lenticular dengan penyerapan debu
yang terlihat.
Dilihat dari muka, galaksi lenticular sulit dibedakan dari galaksi elliptic tipe E0,
membuat klasifikasi galaksi ini tidak pasti. Bila dilihat dari tepi, jalur debu baru bisa
terlihat dalam penyerapan terhadap cahaya bintang di disk.

Galaxy Spindle (NGC 5866), sebuah galaksi lenticular di konstelasi Draco.
Gambar ini menunjukkan bahwa galaksi lenticular dapat menyimpan cukup
banyak debu di disk mereka. Galaksi lentikular bisa mengandung sedikit gas atau
tidak ada gas sama sekali, dan dengan demikian mereka dianggap kekurangan materi
antar bintang.
Pada saat publikasi awal skema klasifikasi galaksi Hubble, keberadaan galaksi
lenticular ini adalah murni hipotetis. Hubble percaya bahwa galaksi tipe ini
diperlukan sebagai tahap peralihan antara elips yang sangat pipih dan spiral.
Pengamatan-pengamatan yang dilakukan kemudian (oleh Hubble, dan astronomer
lainnya) menunjukkan bahwa keyakinan Hubble benar dan kelas S0 dimasukkan
dalam eksposisi definitif dari Hubble Sequence oleh Allan Sandage. Lenticular dan
galaksi spiral, bila digabungkan, sering disebut sebagai galaksi-galaksi disk.

Galaksi Spiral
Galaksi spiral, yaitu galaksi yang berbentuk piringan dan mempunyai struktur
lengan spiral. Kode penamaannya adalah S. Galaksi kelas lenticular dan spiral ini
terkadang memiliki struktur bar pada piringannya. Untuk itu Hubble memberikan
tambahan kode B pada penamaan masing-masing kelas galaksi yang memiliki bar:
SB0 untuk galaksi lenticular dan SB untuk galaksi spiral.
Galaksi spiral normal (S) dan dengan bar (SB), terbagi lagi dalam subkelas a, b,
dan c, yang dibedakan menurut dua hal berikut: (1) perbandingan kecerlangan antara
komponen bulge dan piringan; dan (2) seberapa dekat jarak antar lengan spiral.
Galaksi kelas Sa memiliki bulge lebih besar dan lengan spiral yang lebih rapat jika
dibandingkan dengan galaksi kelas Sb dan Sc. Hal yang sama juga berlaku untuk
galaksi spiral dengan bar (SB). Penamaan dalam subkelas ini sebenarnya tidak dapat
dipisahkan secara tegas. Sehingga, sebuah galaksi dapat termasuk dalam kelas Sab,
atau Sbc, dan seterusnya. Lalu bagaimana dengan Galaksi kita, Galaksi Bima Sakti?
Dalam penggolongan Hubble ini, Galaksi Bima Sakti ternyata tergolong kelas SBbc.
Pada tahun 1925, astronom Edwin Hubble menyusun pengklasifikasian galaksi
yang masih terpakai hingga sekarang. Berdasarkan bentuknya, galaksi
dikelompokkan menjadi tiga - elips, spiral, dan tidak beraturan - kemudian
ditambahkan yang keempat, lentikular. Sekitar 60% galaksi yang teramati berbentuk
spiral, 20% lentikular, 15% elips, dan 3%-5% tidak beraturan.
Galaksi spiral memiliki lengan-lengan spiral yang berada di intinya. Galaksi spiral
dikelompokkan lagi menjadi Sa, Sb, dan Sc menurut ukuran inti dan bentuk lengan
spiralnya. Bimasakti merupakan galaksi spiral Sb.
Galaksi spiral normal (S) memiliki dua lengan spiral yang bersebarangan satu
sama lain. Galaksi spiral batang (Sb) ditandai dengan adanya pita bintang-bintang dan
materi antarbintang yang berasal dari penggabungan lengan spiral.
Di sebelah kanan dari diagram urutan Hubble, ada dua cabang yang meliputi
galaksi spiral. Sebuah galaksi spiral terdiri dari cakram pipih, dengan bintang-bintang
membentuk struktur spiral, dan terkonsentrasi pada pusat bintang yang dikenal
sebagai tonjolan (bulge). Sekitar setengah dari semua spiral juga diamati memiliki
struktur batang (bar), membentang dari tonjolan pusat, ke ujung dimana lengan spiral
dimulai. Dalam diagram garpu tala, spiral biasa menempati cabang atas dan ditandai
dengan huruf S, sedangkan cabang yang lebih rendah berisi spiral berbatang, dengan
simbol SB. Kedua jenis spiral lebih lanjut dibagi sesuai dengan penampilan rinci
struktur spiral mereka. Keanggotaan dari salah satu subdivisi ditunjukkan dengan
menambahkan huruf huruf kecil dengan jenis morfologi, sebagai berikut:
o Sa (SBa) - lengan spiral rapat, halus; besar, tonjolan pusat cerah

M81 adalah tipe Sa

M95 adalah galaksi spiral berbatang (barredspiral) tipe SBa

o Sb (SBb) - lengan spiral kurang rapat dari Sa (SBa); tonjolan agak redup

NGC 2997 adalah galaksi spiral tipe Sc

NGC 1073 adalah galaksi tipe SBc
o Sc (SBc) - lengan spiral lebih longgar, jelas terlihat individu-individu
gugus bintang dan nebula; lebih kecil, tonjolan redup
o Sd (SBd) - lengan spiral sangat longgar, lengan fragmentaris, sebagian
besar luminositas adalah di lengan dan bukan di tonjolan
Meskipun kelas Sd adalah bagian dari sistem Vaucouleurs de klasifikasi, namun
sering dimasukkan dalam Hubble Sequence. Jenis-jenis spiral dasar dapat diperluas
untuk memungkinkan perbedaan yang lebih jelas dari penampilan. Misalnya, galaksi
spiral yang penampilannya adalah ditengah-tengah antara dua kelas di atas sering
diidentifikasi dengan menambahkan dua huruf kecil dengan jenis galaksi utama
(contoh Sbc untuk menyatakan sebuah galaksi yang penamplannya antara Sb dan Sc).
Bima Sakti kita umumnya digolongkan sebagai SBb, yang artinya galaksi kita
adalah jenis galaksi spiral berbatang (barredspirral) dengan lengan yang
terdefinisikan dengan baik. Namun, klasifikasi ini agak tidak pasti karena kita hanya
dapat menyimpulkan bagaimana galaksi kita akan terlihat jika diamati dari luar.

Galaksi Tidak Beraturan
Galaksi tidak beraturan tidak memiliki inti, lengan, atau pun bentuk khusus.
Galaksi tidak beraturan tipe I (Irr I) tidak memiliki struktur apa pun, adapun tipe II
(Irr II) masih menunjukkan struktur yang berubah akibat gangguan
Galaksi Irregular
Galaksi yang tidak cocok dengan urutan Hubble, karena mereka tidak memiliki
struktur yang teratur (baik disk atau ellipsoid), ini disebut galaksi tidak teratur.
Hubble mendefinisikan dua kelas galaksi tidak teratur:
Irr I : galaksi yang memiliki profil asimetris dan tidak memiliki tonjolan pusat
atau struktur spiral yang jelas, namun mengandung banyak kelompok individu dari
bintang-bintang muda
Irr II : galaksi yang memiliki, penampilan asimetris yang halus dan tidak dapat
dipisahkan secara jelas apakah terdiri dari individu bintang atau kelompok bintang

Salah satu Galaksi satelit dari Bimasakti, Large Magellanic Cloud
Dalam perluasannya untuk Hubble Sequence, de Vaucouleurs menyebut Irr I
sebagai 'Magellan irregular' nama berasal dari Awan Magellan yang adalah dua
galaksi satelit dari Bima Sakti yang diklasifikasikan oleh Hubble sebagai Irr I.
penemuan struktur spiral samar dalam Awan Magellan Besar dipimpin de
Vaucouleurs, lebih membagi galaksi-galaksi irregular menjadi:
* Galaksi-galaksi irregular yang menunjukkan beberapa bukti untuk struktur spiral
(ini diberi simbol Sm) dan
* Galaksi irregular yang tidak memiliki struktur jelas, seperti Awan Magellan Kecil
(dilambangkan Im).

Dalam Hubble Sequence yang diperluas, irregular Magellanis biasanya
ditempatkan pada akhir dari cabang spiral garpu tala Hubble.


Dua galaksi satelit dari bima sakti tampak di sebelah kanan atas (Large Magellanic
Cloud) dan kanan bawah (Small Magellanic Cloud) sedangkan ditengah adalah disk
dari Galaksi Bimasakti kita

Awalnya Hubble mengatakan bahwa skemanya ini bukanlah evolusi dari galaksi. Namun
beberapa orang menganggapnya ini adalah gambaran evolusi galaksi karena fakta bahwa
galaksi-galaksi elips banyak mengandung bintang-bintang tua dan galaksi-galaksi spiral
banyak mengandung bintang-bintang muda. Jadi mereka menganggap skema Hubble ini
adalah evolusi dari galaksi. Tapi ini tidaklah benar. Penelitian terakhir justru menunjukkan
fakta bahwa alam semesta awal justru lebih banyak di dominasi oleh galaksi-galaksi spiral
dan irregular. Dan galaksi elip terbentuk dari hasil merger galaksi galaksi spiral dan irregular.
Sedangkan galaksi lentikular dapat berevolusi menjadi galaksi spiral, saat gas nya terlucuti.

Gambar dibawah ini adalah gambar-gambar 75 galaksi tetangga yang diambil oleh
SPITZER dalam cahaya inframerah, dan diletakkan sesuai dengan Diagram garpu tala
Hubble. Galaksi-galaksi yang bertipe di tengah, juga diletakkan di tengah antara baris spiral
(atas) dan baris barredspiral (bawah). Tipe spiral

Q. Kosmologi dan Materi Antar Bintang
1. Kosmologi
Istilah kosmologi berasal dari bahasa Yunani kosmos yang dipakai oleh Pythagoras
(580-500 SM) untuk melukiskan keteraturan dan harmoni pergerakan benda-benda langit.
Istilah ini dipakai lagi dalam pembagian filsafat Christian Wolff (1679-1754). Kosmologi
adalah pengetahuan tentang alam semesta. Dalam penggunaan modern oleh para
ilmuwan, kosmologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang berupaya memahami struktur
ruang-waktu dan komposisi alam semesta skala besar dengan menggunakan metode ilmu
pengetahuan alam. Ini berarti kosmologi memanfaatkan pengamatan rinci untuk
memperoleh data dan memanfaatkan teori-teori fisika untuk menafsirkan data tersebut,
serta mempergunakan penalaran matematika atau penalaran logika lainnya yang
terkandung dalam teori-teori tersebut untuk memperoleh pengetahuan lengkap mengenai
alam semesta fisik.
Kosmologi bukan astronomi yang membagi-bagi seluruh alam semesta menjadi
galaksi, bintang, planet, bulan, lalu menelaahnya satu demi satu. Kosmologi memadukan
semua cabang dan ranting pohon ilmu pengetahuan untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh mengenai alam semesta. Kosmologi menelaah ruang dan waktu, menyelidiki
asal-usul semua materi pengisi alam, mempelajari peristiwa kosmis penting, termasuk
asal mula kehidupan dan kemungkinan perkembangan kecerdasan. Masalah yang
dihadapi para kosmolog modern adalah mempersatukan sifat-sifat alam semesta teramati
untuk memperoleh model-model alam semesta yang akan mendefinisikan struktur dan
evolusinya. Model alam semesta menjadi sarana yang dibangun manusia untuk
memperoleh gambaran mengenai alam semesta yang demikian luas. Model ini dibentuk
dengan bertumpu pada data empiris dan teori-teori fisika. Model alam semesta pun
senantiasa diujikan. Hasil-hasil amatan baru atau teori-teori baru akan mengubah model
alam semesta dari waktu ke waktu.
Dalam membuat model alam semesta, para kosmolog ibarat seorang pembuat topeng
yang harus memasangkan topeng buatannya pada seraut wajah tak dikenal, Alam
Semesta. Ia hanya mempunyai satu Alam Semesta, dan ia berada di dalamnya. Ia tidak
pernah mengetahui seperti apakah Alam Semesta sesungguhnya. Kosmolog bukan
membuat potret alam semesta, ia hanya membuat analoginya. Upaya ini tidak sederhana,
namun terbukti berhasil melahirkan teori-teori tentang asal usul, struktur dan evolusi
alam semesta yangdari waktu ke waktu menambah pemahaman kita mengenai ruang
maha besar yang kita huni ini.

Dari Kosmos Magis ke Mitologi
Kosmologi modern didukung oleh piranti pengamatan astronomis dan sarana
penghitung yang amat canggih, sehingga bahkan wilayah-wilayah alam semesta yang
luar biasa jauh pun dapat dimasukkan ke dalam jangkauan pengetahuannya. Namun
sebetulnya, selama ribuan tahun sebelumnya, manusia berjuang membuat model alam
semestanya dengan hanya bertumpu pada mata telanjang dan perhitungan sederhana
Model alam semesta paling dini dalam sejarah kosmologi adalah kosmos magis yang
dipenuhi oleh emosi gaib. Kosmos ini melahirkan kisah-kisah menakutkan yang sering
kita jumpai dalam dongeng masa kecil. Tidak jelas kapan era ini berawal, tetapi yang
jelas masa ini berakhir ketika manusia mulai membangun dan menghuni kota-kota sekitar
10.000 tahun lalu.
Pada era ini, kekuatan magis yang bergentayangan dari pohon ke pohon, meloncat
dari satu gumpalan awan ke gumpalan lainnya, yang mendebur dari lautan ke daratan,
atau di mana pun mereka bersemayam, menjelma ke dalam tubuh dewa dan dewi
penguasa kosmos. Inilah era mitologi. Mitologi menjadi kosmologi prailmu, karena
mitologi adalah upaya tertua manusia untuk mulai menjelaskan kosmos dengan cara yang
sistematik.
Mitologi tertua mengenai alam semesta yang dapat ditelusuri sejauh ini, berasal dari
Sumeria (sekarang Irak), Babilonia, Yunani Cina, Suku Maya dan India. Isi mitologi
amat beragam, tetapi umumnya dapat ditarik sebuah kesimpulan sederhana bahwa semua
model itu bersifat antroposentrik, yaitu menjadikan manusia sebagai pusat segala
kegiatan di dalam alam semesta. Para dewa dan dewi yang sedemikian kuasanya pun
hanya disibukkan oleh urusan manusia dari waktu ke waktu.

Awal untuk sebuah Kosmologi Modern
Mitologi merupakan upaya menjelaskan gejala yang tampil di alam dengan cara
mencari penyebabnya di luar alam, yaitu kehendak para dewa dan dewi. Era mitologi
mulai berakhir ketika manusia tidak lagi mencari penyebab gejala di luar alam,
melainkan dari dalam alam sendiri. Para filsuf Yunani mulai memikirkan air, atau udara,
atau api, sebagai penyebab segala sesuatu di dalam. Inilah tahap filsafat alam yang
dimulai kira-kira abad ke-6 SM.
Sekalipun demikian, gagasan kosmos antroposentrik tetap melekat dalam pemikiran
Yunani kuno dan terwujudkan dalam gagasan kosmos geosentrik. Bermacam-macam
model alam semesta muncul dan tenggelam sejak itu, tetapi ada satu kosmos geosentrik
yang diyakini kebenarannya selama lebih dari 14 abad. Kosmos itu adalah kosmos
geosentrik Ptolomaues yang diajukan tahun 140. Ptolomaues yakin bahwa bukan saja
Bumi itu adalah pusat tata surya, tetapi pusat gerak seluruh alam semesta. Dengan
bantuan aturan-aturan geometri yang rumit, ia mencoba menjelaskan gerak benda-benda
langit yang tampak sepanjang tahun. Kosmos geosentrik ini terasa nyaman untuk
manusia, karena bukan saja berarti bahwa ia tetap menjadi pusat kegiatan kosmos, tetapi
juga bahwa ia adalah mahluk yang pantas mendapat perhatian khusus.
Penggeseran posisi manusia dari tempat yang dipertahankan selama hampir sepanjang
sejarah pemikiran manusia itu berlangsung melalui konsep heliosentris yang diajukan
Copernicus. Copernicus mengatakan bahwa gerak benda-benda langit sepanjang tahun
yang seakan-akan mengelilingi Bumi sesungguhnya adalah gerak semu akibat peredaran
Bumi mengelilingi Matahari. Semua planet dan bulan-bulannya mengedari Matahari
dalam suatu tata surya; di luar planet yang terjauh terdapat selubung bintang-bintang
yang semuanya berpusat di Matahari. Seluruh semesta berpusat di Matahari.
Gagasan radikal Copernicus yang menggeser posisi manusia ini tidak mudah untuk
diterima; namun ketika diterima dan dilengkapi dengan hukum gerak planet dari Kepler,
tafsiran matematis atas alam oleh Galileo, serta pemahaman mengenai gaya gravitasi oleh
Newton, pemikiran Copernicus menjadi sebuah revolusi pemikiran besar yang melandasi
perombakan hubungan manusia dengan alam. Keseluruhannya membentuk suatu paduan
pemahaman mengenai hukum-hukum mekanika yang bekerja di seluruh alam semesta.
Alam semesta pun terpahami melalui hukum-hukum mekanika yang berlaku sama di
wilayah mana pun di dalamnya. Konsepsi alam yang terbelah antara wilayah duniawi
yang fana dan wilayah langit eterial yang kekal serta tak terjangkau oleh hukum-hukum
alam, runtuh bersama hukum-hukum yang dapat dipelajari itu.
Dari Kosmos Statik ke Kosmos Dinamik
Newton memperkenalkan konsep gaya ke dalam alam-semestanya; gaya itu adalah
gaya gravitasi yang bertindak sebagai pengatur gerak dalam alam semesta. Sekalipun
bersifat menarik, di dalam kosmos menurut konsepsi Newton ini terjadi keseimbangan
yang luar biasa sehingga alam semesta tetap statik dan tidak bergerak mengerut oleh
gravitasi. Penyebabnya adalah alam semesta ini tidak mempunyai pusat dan terentang
takhingga sehingga gaya-gaya yang lahir dari setiap obyek di dalamnya saling
meniadakan
Kosmos Newton dengan gravitasi universalnya yang berlaku di mana-mana ini
bertahan lebih dari dua setengah abad. Perubahan mendasar di dalam gagasan mengenai
alam semesta muncul bersama teori kenisbian khusus dan umum yang dilahirkan Einstein
pada permulaan abad ke-20. Teori ini melandasi hampir seluruh upaya pemahaman
mengenai alam semesta skala besar di tempat-tempat teori Newton tidak bekerja lagi
dengan cemat atau bahkan mengalami kegagalan.
Einstein memperkenalkan kosmologi statik, yaitu sebuah alam semesta yang tidak
bergerak ke manapun. Berbeda dengan kosmos Newton, Kosmos Einstein ini berhingga
namun tak berbatas dan mengandung di dalamnya sebuah gaya misterius yang ia beri
lambang lambda (8). Mengapa ia memperkenalkan gaya ini?
Di atas kertas, kosmos Einstein sebetulnya bergerak memuai. Namun Einstein
menolak temuannya sendiri itu karena tidak seorang pun pada masa itu pernah
memperkenalkan gagasan kosmos yang dinamik. Untuk menghentikan gerak itulah ia
menambahkan 8 (sesuatu yang kemudian ia sesali sebagai kesalahan bodoh terbesar
yang pernah ia lakukan).
Selama perkembangan model-model alam semesta itu pula, para astronom
menemukan bahwa kosmos dipenuhi oleh berbagai ragam bentuk galaksi. Pengamatan
yang dilakukan sendiri-sendiri oleh Edwin Hubble dan Vesto Slipher menunjukkan
bahwa garis-garis pada spekra galaksi-galaksi itu ternyata cenderung bergeser ke panjang
gelombang yang lebih merah daripada seharusnya. Gejala inilah yang kemudian
ditafsirkan sebagai petunjuk bahwa alam semesta ruang dinamik yang bergerak dari
waktu ke waktu, galaksi-galaksi saling menjauh. Pada tahun 1929, Hubble menghitung
bahwa kian jauh galaksi kian tinggi laju menjauh galaksi tersebut.
Tafsiran ini melahirkan perdebatan yang cukup panjang. Bayangkan bahwa sebuah
galaksi berjarak sekitar 10 milyar tahun cahaya akan menjauh dengan laju 200.000
km/detik atau 0,6 kali laju cahaya. Laju setinggi itu untuk benda semasif galaksi amat
sukar untuk dijelaskan melalui model-model alam semesta yang ada.
Persoalan ini menjadi jelas ketika seorang paderi dan kosmolog Belgia LemaitrL
(1931) mengajukan model kosmos yang mengembang. Menurut LemaitrL gerak galaksi
adalah bukti bahwa alam semesta memuai. Pemuaian itu demikian rupa sehingga ruang-
waktu terus membesar tetapi tanpa menyebabkan galaksi-galaksi sendiri ikut membesar;
hanya jarak di antaranya kian membesar.

2. Materi Antar Bintang
Materi antar bintang (interstellar matter) adalah sebutan untuk pengisi kekosongan
itu. Lalu, Keberadaan materi antar bintang (MAB) penting sekali, karena sifat materi
penyusunnya mempengaruhi apa yang kita pelajari dalam astronomi. Dengan
mempelajari MAB, kita jadi tahu bagaimana MAB meredupkan, memerahkan, atau
bahkan menghalangi cahaya bintang. Selain itu juga MAB memberikan petunjuk
mengenai komposisi materi pembentukan bintang, karena bintang lahir dari MAB ini.
Artikel kali ini hanya akan membahas pengaruh MAB terhadap cahaya bintang.
Secara umum terdapat dua jenis penyusun materi antar bintang, yang pertama adalah
debu antar bintang dan yang kedua adalah gas. Masing-masing jenis materi ini
memberikan pengaruh yang berbeda ketika diamati. Berikut ini akan saya bahas masing-
masing dalam dua poin besar.
a. Debu Antar Bintang
Materi ini jauh lebih kecil kelimpahannya dibandingkan dengan gas antar bintang,
namun pengaruhnya terhadap berkas cahaya visual lebih besar. Hal ini disebabkan
ukuran partikelnya yang besar (dalam orde 1/1000 mm), bandingkan dengan panjang
gelombang cahaya tampak (1/20000 mm), sehingga materi ini cenderung untuk
menyerap dan menghamburkan berkas cahaya. Debu antar bintang ini tersusun dari
partikel-partikel es, karbon, atau silikat. Karakteristik debu ini menghasilkan
bermacam efek terhadap cahaya bintang, yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1) Nebula Gelap
Ada daerah tertentu di ruang antar bintang yang memiliki kepadatan debu yang
sangat tinggi, sehingga cukup untuk menjadi awan (nebula) yang kedap cahaya.
Walaupun kepadatan partikelnya masih jauh lebih rendah dari pada di Bumi,
namun besarnya awan ini mengakibatkan terhalangnya cahaya bintang. Celah
gelap memanjang di daerah Cygnus dan Horsehead Nebulae (Kepala Kuda) di
Orion adalah contoh nebula gelap, yang menghalangi datangnya berkas cahaya
bintang ke arah pengamat.

Horsehead Nebula
2) Efek Redupan
Sekumpulan kecil debu selain di nebula gelap dapat juga memberikan efek
meredupnya cahaya bintang sekitar 1 magnitudo setiap 1 kiloparsek yang
ditempuh cahaya tersebut. Hal ini memunculkan permasalahan ketika akan
ditentukan jarak sebuah bintang. Karena dalam menentukan jarak, diperlukan
perbandingan antara magnitudo semu dan mutlak. Harga magnitudo semu yang
didapat akan mengalami kesalahan akibat dari efek redupan tersebut, sehingga
menyebabkan kesalahan pada nilai jarak bintang. Untuk mengatasinya, perlu
diketahui terlebih dahulu seberapa besar efek redupan yang dialami cahaya
bintang tersebut.
3) Efek Pemerahan
Penghamburan berkas cahaya tidak sama di semua panjang gelombang. Karena
ukuran partikel debu yang kecil, maka hanya gelombang elektromagnetik yang
mempunyai panjang gelombang yang pendek yang lebih terkena efek
penghamburan ini. Artinya, hanya cahaya ungu dan biru yang paling terkena
efeknya. Sementara merah dan jingga tidak mengalami halangan yang berarti
ketika melintasi debu antar bintang. Akibat dari kekurangan cahaya ungu dan biru
ini, cahaya yang sampai di Bumi akan tampak merah. Hal inilah yang disebut
sebagai efek pemerahan
4) Nebula Pantulah
Hamburan oleh debu antar bintang, terutama cahaya biru, terkadang menerangi
daerah di sekitarnya. Akibatnya, awan debu antar bintang ini akan tampak biru
karena cahaya bintang di belakangnya melintasi awan debu ini. Contoh dari
nebula pantulan ini adalah gugus bintang Pleiades di Taurus serta Trifid Nebulae
di Sagittarius.

Trifid Nebula/M20
b. Garis Antar Bintang
Materi utama penyusun gas antar bintang ini adalah Hidrogen dengan sedikit Helium.
Kepadatan gas dalam suatu ruang antar bintang biasanya mencapai 1 atom/cm3 ,
sementara di beberapa tempat, kepadatan partikel gas antar bintang dapat mencapai
105 atom/cm3 . Namun kerapatan ini masih jauh lebih rendah daripada kepadatan gas
di Bumi, 1019 atom/cm3. Nebula gas ini dibagi dua, daerah H I dan H II.
1) Daerah H II, Nebula Emisi
Materi utama penyusun gas antar bintang ini adalah Hidrogen dengan sedikit
Helium. Kepadatan gas dalam suatu ruang antar bintang biasanya mencapai 1
atom/cm3 , sementara di beberapa tempat, kepadatan partikel gas antar bintang
dapat mencapai 105 atom/cm3 . Namun kerapatan ini masih jauh lebih rendah
daripada kepadatan gas di Bumi, 1019 atom/cm3. Nebula gas iniJika bintang
muda dan panas (golongan B dan O) terletak dekat dengan nebula gas, maka
pancaran ultraviolet dari bintang tersebut akan mengionisasi gas hidrogen yang
terkandung di dalam nebula itu. Ketika inti atom hidrogen menangkap elektron
yang lain, pada saat yang bersamaan dipancarkan pula radiasi elektromagnetik,
dalam panjang gelombang cahaya tampak. Akibatnya, cahaya uv dari bintang
diubah menjadi cahaya tampak oleh nebula gas ini. Jika dilihat spektrumnya,
nebula ini memberikan garis emisi. Contoh nebula jenis ini adalah Nebula Orion
di daerah pedang Orion, Nebula Lagoon dan Nebula Trifid di Sagittarius. dibagi
dua, daerah H I dan H II.

Great Orion Nebula

Ada dua macam lagi nebula emisi yang berbeda dengan yang disebut di atas.
Kedua macam nebula ini dibentuk dalam evolusi bintang. Yang pertama adalah
planetary nebula, yaitu ketika sebuah bintang berada dalam evolusi tahap
akhirnya, melontarkan selubung gas yang didorong dari bintang akibat tekanan
dalamnya. Selama proses ini, gelombang uv dari bintang meradiasi selubung
tersebut, sehingga terjadi peristiwa yang sama seperti penjelasan sebelumnya.
Akibatnya terlihat sebuah bintang di tengah-tengah awan gas. Contoh planetary
nebula jenis ini adalah Nebula Cincin di Lyra.

Planetary Nebula

Yang kedua adalah sisa ledakan supernova. Gas yang tersisa setelah ledakan
bintang (supernova) menerima pancaran energi dari pusat nebula. Contohnya,
Cygnus Loop.

Cygnus Loop

2) Daerah H I, Awan Hidrogen Netral
Di daerah awan gas ini, tidak ada sumber gelombang uv yang dapat mengionisasi
hidrogennya. Awan ini gelap, dingin dan transparan. Pengamatan objek ini
bergantung pada sifat yang dimiliki oleh inti atom hidrogennya.
Diketahui bahwa pada elektron dan inti pada sebuah atom memiliki momentum
spin. Keduanya dapat memiliki spin yang searah atau berlawanan. Dalam keadaan
spin searah, atom memiliki tingkat energi yang lebih tinggi daripada spin
berlawanan. Jika sebuah atom berada dalam keadaan spin searah, maka setelah
106 tahun atom tersebut akan berubah ke tingkat energi yang lebih rendah ( spin
berlawanan ). Proses ini, disebut electron spin flop, akan menghasilkan
pancaran energi kuantum dengan panjang gelombang setara dengan gelombang
radio, 21 cm. Maka, pengamatan yang telah dilakukan pun lebih banyak
dilakukan oleh astronom radio.
iii. Molekul antar bintang
Pengamatan radio telah menghasilkan penemuan sejumlah senyawa dalam sebuah
awan gas. Hal ini dapat diketahui dari sifat energi elektromagnetik yang
dipancarkan maupun diserap oleh awan gas tersebut. Diantara yang diketahui
adalah molekul-molekul organik, molekul yang menjadi dasar kehidupan..
Beberapa diantarnya adalah hidroksil radikal, amonia, air, metil alkohol, metil
sianida, formaldehid, hidrogen sianida, dan karbon monoksida. Kelimpahan
molekul-molekul ini jauh lebih kecil dari hidrogen.

You might also like