You are on page 1of 69

DIALEKTOLOGI

The term dialect was first coined in 1577 from the Latin
dialectus, way of speaking.
Dialek berasal dari bahasa Yunani dialektos talk,
dialect yang pada mulanya dipergunakan dalam
hubungannya dengan keadaan bahasa Yunani pada
waktu itu (Wikipedia).
Dialek merupakan variasi bahasa yang berbeda-beda
menurut variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok
bahasawan di tempat tertentu, atau oleh golongan
tertentu dari suatu kelompok bahasawan, atau oleh
kelompok bahasawan yang hidup dalam kurun waktu
tertentu ( Kridalaksana, 1984).
Dialektologi merupakan sebuah cabang kajian
dalam bahasa karena perkembangan bahasa
secara linguistik historis komparatif atau
linguistik diakronis.

Dialektologi merupakan ilmu tentang dialek;
atau cabang dari linguistik yang mengkaji
perbedaan-perbedaan isolek dengan
memberlakukan perbedaan tersebut secara
utuh. Istilah isolek dalam pengertian ini
digunakan sebagai istilah netral untuk
perbedaan dialek atau bahasa, seperti yang
disarankan oleh Hudson (Mahsun, 1995).
Dialektologi adalah cabang linguistik yang
mepelajari variasi-variasi bahasa dengan
memberlakukannya sebagai struktur yang utuh
(Kridalaksana, 2001: 42).

Dialektologi disebut pula variasi bahasa
berdasarkan geografi, tetapi dialektologi tidak
sama dengan studi tentang dialek (Pateda,
1988: 51).
Penelitian tentang dialektologi berupaya
untuk menjelaskan tentang perbedaan pola-
pola linguistik, baik yang dilakukan secara
diatopis yang mencakup variasi geografis
maupun yang dilakukan secara sintopis, yang
melibatkan faktor-faktor sosial
(Poedjosoedarmo, 2009).
Sosiolinguistik merupakan disiplin ilmu antara
sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu
empiris yang mempunyai kaitan yang erat.
Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa
tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa,
sebagaimana dilakukan dalam Linguistik
Umum, melainkan dilihat atau didekati
sebagai sarana interaksi atau komunikasi di
dalam masyarakat manusia.
Dialektologi dalam kajian Linguistik
Linguistik terdiri atas:
a. Mikrolinguistik, yi yg mengkaji bahwa bahasa
sbg suatu sistem internal yg berupa bunyi,
morfem, lingual (frase, klausa, kalimat).
b. Makrolinguistik, terdiri atas bidang
interdisipliner dan bidang terapan.
Dialektologi termasuk bidang interdisipliner
krn kajiannya lintas linguistik dgn geografi,
sejarah, antropologi, sosiologi, dan
sosiolinguistik.
To study dialects we must first decide how to
determine when two similar forms of a language
are merely dialects of the same language and
when are they separate languages.
1) The first criterion is purely linguistic, mutual
intelligibility. Can the speakers of two
different language forms readily understand
one another? If they cannot, then the two
forms would normally be considered
separate languages--at least by linguists.
2) The second criterion is cultural, and takes
into account the opinion of the speakers: do
the speakers themselves think of their form
of language as a variety of a more standard
form of speech? Is there a neutral or
standarized form of the language that
speakers look to as the norm. This is
certainly true of the varieties of English
spoken in the United States.
3) A final criterion in differentiating language
from dialect involves a language's political
status, a factor that is external to the form of
the language and sometimes even at
variance with the culture of the speakers.

No. Berdasarkan Dialektologi Sosiolinguistik
1.
Objek
kajian
Memelajari
perbedaan
unsur-unsur
kebahasaan
yang terdapat
dalam satu
bahasa yang
disebabkan
faktor geografis
(Mahsun, 1995:
18)
Memelajari
perbedaan
unsur-unsur
kebahasaan
yang
disebabkan
oleh faktor
social (Mahsun,
1995: 18)
2.
Sifatnya Diatopis
(Laksono, 2009:
1-2)
Sintopis
(Laksono, 2009:
2)
No. Dialektologi dan Sosiolinguistik
1. Sama-sama cabang dari ilmu linguistik (Mahsun, 1995:
18)
2. Sama-sama membahas perbedaan unsur-unsur
kebahasaan (Mahsun, 1995: 18)
3. Terjadinya interseksi antara kedua bidang itu (Laksono,
2009: 3)
Ciri Dialek
Ciri-ciri utama dialek ialah perbedaan dalam
kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan
(Meilet 1967, Ayatrohaedi, 1979)
Dialek ialah seperngkat bentuk ujaran
setempat yang berbeda-beda, yang memiliki
ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip
sesamanya dibandingkan dengan bentuk
ujaran lain dari bahasa yang sama,dan
Dialek tidak harus mengambil semua bentuk
ujaran dari sebuah bahasa.

Faktor yg Mempengaruhi Perbedaan:
faktor-faktor: waktu, tempat, sosio-budaya,
situasi, dan sarana pengungkapan
(Kridalaksana)
faktor-faktor: daerah, kelompok, atau keadaan
sosial, situasi dan tingkat formalitas, serta
zaman yang berlainan (Nababan)
faktor-faktor: penutur, sosietal, dan situasi
tuturan (Soewito)
keragaman sosial penutur dan keragaman
fungsi bahasa (Chair) (X1)
Guiraud dalam Ayatrohaedi (1983) yg
membedakan dialek satu dengan lainnya adalah:
1) Perbedaan fonetis, mis careme cereme
2) Perbedaan semantis, (a) sinonim yi lambang
yg berbeda dgn linambang yg sama pd
beberapa tempat berbeda, mis turi turuy
turi, (b) homonim, nama yg sama untuk hal
yg berbeda di beberapa tempat, mis meri
itik dan anak itik (Sunda).
3) Perbedaan onomasiologis, yi nama berbeda
bdsk satu konsep yg diberikan beberapa
tempat yg berbeda, mis ondangan,
kondangan, kaondangan menghadiri
kenduri (Sunda).
4) Perbedaan semasiologis, nama yg sama
untuk beberapa konsep yg berbeda, mis.
Aceh nama daerah, suku bangsa,
kebudayaan, sejenis rambutan
5) Perbedaan mofrfologis, yi beda dlm
pembentukan, mis lemper, lelemper (Sunda)

Ragam-Ragam Dialek
Ragam dialek dapat digolongkan menjadi 3
kelompok ( Ayatrohaedi, 1983) antara lain:
Dialek 1.
Di dalam kepustakaan dialektologi Roman,
dialek ini disebut dialecte 1.yaitu dialek yang
berbeda-beda karena keadaan alam sekitar
tempat dialek tersebut digunakan sepanjang
perkembangan. Dialek itu dihasilkan oleh
adanya dua faktor yang saling melengkapi,
yaitu faktor waktu dan faktor tempat.

Dialek 2
Dialek ini di dalam kepustakaan dialektologi
Roman disebut dialecte 2, regiolecte, atau
dialecte regional, yaitu bahasa yang
dipergunakan di luar daerah pakainya.
Dialek Sosial
Dialek sosial atau sosiolacte ialah ragam
bahasa yang dipergunakan oleh kelompok
tertentu, yang membedakan dari kelompok
masyarakat lainnya.

Variasi bahasa ada yg menggambarkan variasi
geografis (regional) dan variasi sosial dengan
arah yg berbeda.
Variasi geografis beraarah horizontal, sedang
variasi sosial cenderung berarah vertikal.

Dialek mengalami perubahan/ perkembangan,
karena:
1. Waktu, mengakibatkan bahasa/dialek
berubah. Maka munculah linguistik historis
2. Ruang, mengakibatkan faktor geografi
berubah. Maka muncullah geografi dialek.
Perkembangan geografis suatu dialek
berkembang secara Induktif (perubahan kata
per kata, mulai dari tataran bahasa yang
terkecil).
Geografi dialek dipengaruhi oleh:
a. Faktor alam:
i. masyarakat terisolasi dng masy lain karena
bencana alam. Bahasa / dialek pd masy yang
terisolasi akan berkembang dan membentuk
masyarakat tersendiri, dan memungkinkan
bahasa/dialek tsb mati seiring kepunahan
masyarakatnya.
ii. Penggabungan daerah / Negara mengakibatkan
dialek bahasa tertentu menjadi satu dengan
yang lain. Dlm penggabungan itu, pasti ada
dialek yang punah / ada yg bisa bertahan. Atau
ada yang menjadi dialek baru.

b. Transportasi:
i. Mobilitas. Menimbulkan masalah-masalah
bahasa, mempengaruhi perkembangan bahasa /
dialek. Mobilitas penduduk yang sangat tinggi
akan mengakibatkan Idiolek berubah.
Perubahan idiolek tsb akan mempengaruhi
perubahan kebudayaan. Orang yang minoritas
akan menjadi sasaran perubahan kebudayaan.
Contoh: bahasa Indonesia banyak terpengaruh
oleh bahasa asing (Amerika/Inggris), hal ini
terjadi krn masyrkt Indonesia tingkat
pemahaman kebudayaannya lebih rendah.

ii. ICT: information, communication, technology
hal itu mengakibatkan perkenalan terhadap
dunia baru. Adanya komunikasi karena untuk
mencari informasi dengan tujuan untuk
mempengaruhi. Contoh: era globalisasi
didominasi oleh Negara Barat.

c. Politik
i. Kekuasaan. Monopoli bahasa melalui
kekuasaan / pembakuan bahasa. Contoh:
Pembakuan Bahasa Indonesia Yang Baik dan
Benar.
ii. Dialek sosial/ kelompok-kelompok tertentu
(bhs Indonesia yang dipakai oleh kelompok
Ellite, pemuda).


d. Faktor sosial ekonomi
i. Peningkatan taraf hidup, mengakibatkan
perubahan gaya hidup sosial dan perubahan
gaya berbahasa: metropolish, ingin meniru
gaya bahasa/ dialek Jakarta (icon
keberhasilan). Globalisasi, masuknya unsur-
unsur asing dlm leksikon, fonologi

3. Bahasa dan dialek merupakan suatu yang
dinamis, selalu berkembang tdk constant.
4. Sifat hakiki dr suatu bahasa adalah selalu
berubah. Semakin turun karena kepunahan
atau semakin meluas karena berkembang.
5. Perubahan bahasa membutuhkan:
a. Waktu. Perubahan bahasa menjadi dialek
membutuhkan waktu satu abad.
b. Arah:



i. Perubahan yang positif (menguat) krn
mendapat dukungan kekuasaan (politik) dan
perubahan negatif (menuju pada
kepunahan).
ii. dukungan resepsi masyarakat, berhubungan
dengan identitas diri/ kebanggaan
iii. Penetrasi/ persaingan bahasa asing sedikit/
bisa dikendalikan.


6. Suatu dialek / bahasa akan berkembang
menjadi kuat apabila:
a. Dukungan pemerintah ada
b. Dukungan masyarakat
c. Penetrasi negatif atau pengaruh bahasa asing
sangat minimalis.

Perbedaan antara Dialek dan register
a. Dialek adalah mrpk variasi bahasa yg
berkaitan dgn pemakainya, menyatakan hal
yg sama dgn cara yg berbeda. Variasi bersifat
bersifat horizontal
b. Register mrpk variasi bahasa berkaitan
dengan pemakaiannya, menyatakan dalam
hal berbeda. Variasi ini bersifat vertikal sesuai
dengan adanya lapisan-lapisan sosial.
Dalam dialektologi di samping ada dialek, ada
pula ideolek dan lek.
a. Ideolek yi sistem bahasa yg ditemukan pd
seorang penutur dan mencerminkan
kebiasaan berbahasa perseorangan (Rodman,
1993)
b. Lek yi istilah baru yg sepadan dengan variasi,
baik yg berlatar belakang personal, regional,
sosial, pekerjaan atau lainnya (Crystal, 1989),
mis perbedaan lafal b. Inggris (Chambers dan
Trudgill, 1980)

Geografi Dialek
Geografi dialek mrpk kajian linguistik yg
berobjek dialek regional atau dialek geografis,
yang disebut juga dengan geolinguistik.

Geografi dialek disebut juga dengan dialektologi
regional, linguistik wilayah, geografi linguistik,
dan dialektologi tradisional (Walters, 1989).
Teori Akomodasi
Dalam berkomunikasi sering terjadi
penyesuaian-penyesuaian antara pewicara
dan mitra wicara. Penyesuaian itu dilakukan
pewicara dengan memodifikasi tuturannya,
hgg lebih mirip dgn tuturan mitra wicara, atau
sebaliknya bahkan semakin tdk mirip dengan
mitra wicara. Proses demikian disebut
konvergensi dan divergensi (Giles, Trudgill
1986)
Teori akomodasi adalah suatu teori dlm
sosiolinguistik yg menjelaskan mengapa
orang-orang memodifikasi gaya tuturannya
menjadi lebih sama dgn mitra wicaranya.
Mathews (1997): teori akomodasi adalah
cabang sosiolinguistik yg menelaah
penyesuaian-penyesuaian yg dilakukan pewira
dlm mengadaptasi atau mengakomodasi
tuturannya dlm merespon mitra wicara.
PENELITIAN DIALEKTOLOGI
Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Masalah
c. Rumusan Masalah
d. Tujuan
e. Asumsi
f. Ruang Lingkup
g. Batasan Istilah


LANDASAN TEORI
Teori yang digunakan
Kepustakaan yang berkaitan
Hasil penelitian sebelumnya
POPULASI DAN SAMPEL
Dari sisi komunitas tutur, populasi penelitian
dialektogis adalah seluruh penutur isolek yang
diteliti (isolek adalah istilah netral untuk
menyebut lek yang belum ditentukan
statusnya: sebagai bahasa, dialek, subdialek,
atau tanpa beda).
Dari sisi geografis, populasi penelitian adalah
seluruh wilayah pakai bahasa. Adapun dari sisi
data, populasi penelitian dialektologi adalah
semua tuturan (berian) isolek yang diteliti.

Sampel penelitian dialektologis dari sisi
komunitas tutur berwujud keterwakilan
penutur bahasa yang ada di tiap daerah
pengamatan atau disingkat DP.
Dari sisi geografis, sampel berwujud
keterwakilan wilayah pakai bahasa. Dari sisi
data, sampel penelitian dialektologis adalah
tuturan-tuturan (berian-berian) yang telah
ditetapkan glosnya (padanannya dalam
bahasa Indonesia).

Glos yang dimaksudkan itu dapat diambilkan
dari daftar Swadesh yang telah dimodifikasi
oleh Blust atau dapat juga dari daftar lain.
Selain itu, dapat juga digunakan model
pertanyaan tentang kehidupan sehari-hari
atau cara membuat sesuatu. yang digunakan
sebagai penunjang untuk melakukan cek
silang antara berian yang terdapat dalam
instrumen dan penerapannya dalam berbicara
secara bebas.

Penetapan daerah pengamatan (DP)
menggunakan cara sebagai berikut. Dari be-
berapa kecamatan yang ada, dipilih desa yang
akan ditentukan sebagai DP yang diduga
masih banyak menyimpan bentuk relik.
Pemilihan dilakukan sesuai dengan kondisi
kebahasaan yang ada dan ketersebaran lokasi.
Secara lebih rinci, dasar yang digunakan dalam
penetapan DP sebagai berikut:

a) lokasi dan jarak DP tidak berdekatan dengan
kota besar;
b) mobilitas DP tergolong rendah;
c) jumlah penduduk DP maksimal 6.000 jiwa;
d) usia DP minimal 30 tahun;
e) jarak antar-DP lebih kurang 20 km (jika desa
itu bersifat homogen dalam hal bahasanya).
Akan tetapi, jika heterogen, jarak yang kurang
dari 20 km masih dimungkinkan;

f) kondisi DP dan masyarakatnya masih asli
dalam arti belum banyak terkena pengaruh
luar.
Beberapa informasi mengenai kondisi
kebahasaan DP bisa didapatkan dari beberapa
sumber, misalnya: internet, buku, artikel, peta,
pegawai di daerah itu, dll.
Beberapa informasi itu diceksilangkan
kebenarannya, kemudian disediakan peta
dasar yang memuat DP.

Langkah selanjutnya adalah melakukan
identifikasi (tentatif) tingkat
heterogenitas/homogenitas kondisi kebahasaan
di DP. Perlu diingat bahwa penentuan sampel
penelitian atau DP disertai penjelasan dasar
mengenai penentuannya. Setelah itu dapat
dilakukan survey awal yang dilanjutkan dengan
penyediaan data.
Ada beberapa hal yang perlu digali dari DP
setelah dilakukan penentuan terhadapnya.
Kegiatan: mengidentifikasi hal-hal yang perlu
diungkap dalam DP (dasar penyusunan instrumen
DP)

INFORMAN
Setelah DP ditetapkan, jumlah informan pun
ditetapkan dengan dasar: satu orang sebagai
informan utama dan dua atau satu orang
sebagai informan pembanding. Jadi, dipilih
tiga atau dua informan dari tiap-tiap DP.
Pemilihan informan pada tiap DP didasarkan
pada kriteria sbb (cf. Lauder, 1993: 4956;
Mahsun 1995: 106):

a. berjenis kelamin laki-laki atau wanita;
b. berusia 2060 tahun (tidak pikun);
c. informan sbg suami/istri dan orang tuanya lahir
dan dibesarkan di DP itu;
d. pendidikannya relatif rendah;
e. status sosialnya menengah ke bawah dengan
harapan mobilitasnya rendah;
f. diutamakan petani/nelayan/buruh;
g. dapat berbahasa Indonesia;
h. bangga terhadap isoleknya
i. sehat rohani dan jasmani dalam arti tidak cacat
organ bicaranya.

Selain itu, ada juga berbagai hal lain yang
dapat digali dari informan. (kegiatan: diskusi
tentang hal-hal yang akan digali dari
informan).
Selain instrumen untuk DP dan informan,
penelitian dialektologi juga menggunakan
instrumen berwujud kosakata dasar yang
dikembangkan.
Pada awalnya ada seratus kosakata dasar dari
Swadesh, kemudian dikembangkan oleh R.
Blust menjadi 200 kosakata dasar.

Jumlah itu oleh Pusat Bahasa kemudian
dikembangkan menjadi 400 kosakata dasar
yang digunakan sebagai dasar untuk
mengadakan penelitian bahasa di Indonesia.


T u g a s:
a. Teks disarikan mminimal menjadi 4 halaman,
maksimal 8 halaman
b. Dikerjakan oleh kelompok minimal 3 orang,
dan maksimal 4 orang
c. Hasil ringkasan digandakan sebanyak peserta
kuliah
d. Hasil ringkasan dipresentasikan dan
didiskusikan.
1. Dynamic Dialectology and Complex Adaptive
System : Mieko Ogura (33 hal)
2. Austronesian Nasal Substitution Revised: Joe
Pater (27 hal)
3. Corpus Linguistics and Dialectology : L.
Anderwald & B. Szmrecsanyi (15 hal)
4. The Austronesian Homeland: A Linguistic
Perspective : Robert Blust (20 hal)
5. Daialect Contact, Dialectology & Sociolinguistics:
Peter Trudgill (8 hal)
6. Analyzing Dialectological Distribution of
Japanese : Takuichiro Onishi (10 hal).

Perceptual dialectology: The view from
Amazonian Brazil (7)
New Tendencies in Geographical Dialectology: The
Catalan Corpus Oral Dialectal (COD) (11)
Perceptual Dalectology: Mapping The Geolinguistic
Spaces of The Brain (34)
Structure of Dialectology: Yoichi Fujiwara (35)
Dialectology: Chambers and Peter Trudgill (12)
Social dialectology/Sozialdialektologie: Paul Kerswill
(17)
Kosakata dasar dan/atau kalimat dalam
instrumen berwujud glos dalam bahasa
Indonesia. Tugas penyedia data adalah
menggali kata/frasa/kalimat yang terdapat
dalam isolek informan sesuai dengan glos
dalam daftar tanya yang tersedia.
Berikut ini disajikan daftar tanya berwujud 200
kosakata dasar Swadesh (kegiatan: diskusi
mengenai kosakata dasar)
Daftar Pertanyaan Swadesh (R. Blust)
Glos
Berian
1. tangan
2. kiri
3. kanan
4. kaki
5. berjalan
6. jalan
7. Datang
8. belok
9. Berenang
10. Kotor
11. Debu
12. Kulit
13. punggung
Glos Berian
14. Perut
15. Tulang
16. Isi perut
17. Hati
18. Payudara
19. Bahu
20. Tahu
21. Berpikir
22. Takut
23. Darah
24. Kepala
25. Leher
26. Rambut
27. Hidung
28. Bernafas
Glos Berian
29. Mencium
30. Mulut
31. Gigi
32. Lidah
33. Tertawa
34. Menangis
35. Muntah
36. Meludah
37. Makan
38. Mengunyah
39. Memasak
40. Minum
41. Menggigit
42. Menghisap
43. Telinga
Glos Berian
44. Mendengar
45. Mata
46. Melihat
47. Menguap
48. Tidur
49. Berbaring
50. Bermimpi
51. Duduk
52. Berdiri
53. Orang
54. laki-laki
55. Wanita
56. Anak
57. Suami
58. Isteri
Glos Berian
59. Ibu
60. Bapak
61. Rumah
62. Atap
63. Nama
64. Berkata
65. Tali
66. Menikat
67. Menjahit
68. Jarum
69. Berburu
70. Menembak
71. Menikam
72. Memukul
73. Mencuri
Glos Berian
74. Membunuh
75. Mati
76. Hidup
77. Menggaruk
78. Memotong
79. Kayu
80. Membelah
81. Tajam
82. Tumpul
83. Bekerja
84. Menanam
85. Memilih
86. Tumbuh
87. Membengkak
88. memeras
Glos Berian
89. Memegang
90. Menggali
91. Membeli
92. Membuka
93. Menutuk
94. Melemparkan
95. Jatuh
96. Anjing
97. Burung
98. Telur
99. Bulu
100. Sayap
101. Terbang
102. Tikus
103. daging
Glos Berian
104. Lemak
105. Ekor
106. Ular
107. Cacing
108. Kutu
109. Nyamuk
110. laba-laba
111. Ikan
112. Busuk
113. Dahan
114. Daun
115. Akar
116. Bunga
117. buah-buahan
118. Rumput
GLOS bERIAN
119. Tanah
120. Batu
121. Pasir
122. Air
123. Mengalir
124. Laut
125. Garam
126. Danau
127. Hutan
128. Langit
129. Bulan
130. Bintang
131. Awan
132. Kabut
133. Hujan
Glos Berian
134. Guntur
135. Kilat
136. Angin
137. Bertiup
138. Panas
139. Dingin
140. Kering
141. Basah
142. Berat
143. Api
144. Membakar
145. Asap
146. Abu
147. Hitam
148. putih
Gloas Berian
149. Merah
150. Kuning
151. Hijau
152. Kecil
153. Besar
154. Pendek
155. Panjang
156. Tipis
157. Tebal
158. Sempit
159. Lebar
160. Sakit
161. Malu
162. Tua
163. Baru
Glos Berian
164. Baik
165. Jahat
166. Benar
167. Malam
168. Hari
169. Tahun
170. Kapan
171. Bersembunyi
172. Naik
173. Di
174. (di) dalam
175. Di atas
176. Di bawah
177. Ini
178. Itu
Glos Berian
179. Dekat
180. Jauh
181. Di mana
182. Saya
183. Kamu
184. (d) ia
185. kita; kami
186. Kamu sekalian
187. Mereka
188. Apa
189. Siapa
190. Lain
191. Semua
192. Dan
193. Kalau
Glos Berian
194. Bagaimana
195. Tidak
196. Menghitung
197. Satu
198. Dua
199. Tiga
200. empat
Instrumen dalam dialektologi diharapkan
memuat glos yang dapat menjaring data untuk
perbedaan semua aspek kebahasaan. Instrumen
yang berwujud daftar tanya juga menyangkut
makna yang bersifat universal yang diasumsikan
dapat dijaring atau ditemukan di DP.
Daftar tanya tersebut disusun secara
berurutan/berkelompok agar dapat terfokus,
sistematis, terarah, serta memudahkan analisis
khususnya dalam melihat medan makna mana
yang signifikan bagi pengelompokan atau berian
yang beragam, yakni:
data (berian) hendaknya dapat menunjukkan
perbedaan dan persamaan

berian hendaknya dapat mengidentifikasi
bentuk yang berkerabat, dialek, subdialek
(menjaring data yang signifikan bagi
pengelompokan bahasa, dialek, dan
subdialek)
berian dapat mencerminkan kelompok
sosial/tingkat bahasa
berian itu menarik untuk rekonstruksi dan
merupakan contoh yang baik untuk
penelusuran refleks sebuah pra/protofonem
tertentu

berian itu menarik untuk mengetahui sejarah
daerahnya
berian dapat mengidentifikasi daerah konservatif
dan inovatif
berian dapat menjaring data yang signifikan bagi
rekonstruksi dan penelusuran bentuk inovatif dan
relik
berian dapat menjaring data yang signifikan bagi
pemahaman unsur historis dan budaya.
berian dapat digunakan untuk penelitian yang
sama pada bahasa lain untuk keperluan
perbandingan


Sebenarnya, glos dalam instrumen dapat disusun
dengan menggunakan bahasa nasional, bahasa daerah,
atau bahasa ibu.
Ada beberapa kelemahan dalam instrumen yang
menggunakan glos dalam bahasa Ibu.
Adapun data yang berasal dari dua ratus kosakata dasar
Swadesh yang telah disajikan dianggap tidak cukup
untuk menunjukkan perbedaan dalam penelitian
dialektologi. Data itu dapat digunakan untuk
penghitungan leksikostatistik (linguistik historis
komparatif), tetapi bukan untuk dialektometri. Oleh
sebab itu, instrumen untuk penelitian dialektologi pun
dikembangkan menjadi berbagai variasi.


Instrumen
Instrumen yang dikembangkan oleh Pusat
Bahasa terdiri atas
a. Kosakata dasar sebanyak 200
b. Kosakata lainnya, selain kosakata dasar,
sebanyak 200, mencakup:
(1) Bagian Tubuh 52
(2) Sistem Kekerabatan 25
(3) Gerak dan Kerja 98
(4) Kata Tugas 25


Variasi lain dikembangkan oleh Nothofer dan dimodifikasi
oleh Kisyani yang mengembangkan daftar swadesh menjadi
829 glos kata/frasa dan 100 kalimat. Jumlah glos kata/frasa
ini meliputi 20 medan makna yang dirinci menjadi:
Medan makna (semantic field) merupakan bagian dari
sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari
bidang kehidupan atau realitas dalam alam semesta
tertentu yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal
yang maknanya berhubungan. Contoh: nama warna,
peristilahan penerbangan, dll (Kridalaksana, 1993: 105). Ini
sejalan dengan Palmer (1989) yang menyatakan bahwa
kata-kata yang merujuk pada golongan tertentu dapat
disenaraikan dalam satu medan semantik. Allan (1986: 99--
120) tidak menyebut istilah semantic filed, tetapi
membahas masalah yang sama dengan judul "Sense and
The Perceived Characteristics of The Denotatum".

You might also like