You are on page 1of 62

Cara Menggunakan Megger Untuk Mengukur Tahanan Isolasi Listrik

Cara Menggunakan Megger Untuk Mengukur Tahanan Isolasi Listrik Mengetahui


besarnya tahanan isolasi dari suatu peralatan listrik merupakan hal yang penting untuk
menentukan apakah peralatan tersebut dapat dioperasikan dengan aman. Secara umum
jika akan mengoperasikan peralat-an tenaga listrik seperti generator, transformator
dan motor, sebaiknya terlebih dahulu memeriksa tahanan isolasinya, tidak peduli apakah
alat tsb baru atau lama tidak dipakai.
Salah satu contoh penggunaan dari alat ukur Megger ini adalah untuk mengukur
kemungkinan gangguan lain adalah terjadinya hubung singkat pada belitan antar phasa,
antara phasa dengan bodi dan antar belitan pada phasa yang sama.
Fungsi Megger atau Mega Ohm Meter selain mengukur tahanan isolasi pada motor,
generator ataupun trafo juga sering dipakai untuk memeriksa tahanan isolasi pada
jaringan SUTM dan lain-lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan megger adalah pastikan bahwa
skala ukur yang dipakai adalah sesuai atau lebih kecil dari alat yang di ukur. Misalnya
kita ingin mengukur tahanan isolasi dari sebuah motor listrik 380V maka gunakanlah
skala ukur megger yang lebih besar dari motor tersebut seperti 500 V. Disamping itu
pastikan juga bahwa alat yang di ukur telah bebas dari daya listrik supaya hasil
pengukurannya lebih akurat
Jenis-jenis megger :
1. Megger dengan engkol sbg pembangkit tegangan. Sumber tenaga pada
megger jenis ini berasal dari generator pembangkit tenaga listrik yang ada dalam
alat ukur ini dan untuk membangkitkannya poros megger harus diputar; dengan
alat penunjukannya jarum
2. Megger dengan sumber tenaga dari baterai dan alat penunjukkanya
berupa jarum juga

Teknik Pengukuran Listrik Menggunakan Megger Untuk Mungukur Tahanan Isolasi
1. Check batere apakah dalam kondisi baik.
2. Mekanikal zero check pada kondisi megger off, jarum penunjuk harus
tepat berimpit dengan garis skala. Bila tidak tepat, atur pointer zero (10) pada
alat ukur.
3. Lakukan elektrikal zero check:
4. Pasang kabel test pada megger terminal, serta hubung singkatkan ujung
yang lain.
5. Letakkan saklar pemilih di posisi 500.
6. Letakkan saklar pemilih skala pada posisi skala 1.
7. On-kan megger, jarum akan bergerak dan harus menunjuk tepat keangka
nol, bila tidak tepat atur pointer. Bila dengan pengaturan pointer tidak berhasil
(penunjukan tidak mencapai nol) periksa / ganti batere.
8. Off-kan megger dan ulangi poin pengecekan elektrikal zero.
9. Pasang kabel test ke peralatan yang diukur .
10. Pilih tegangan ukur melalui saklar sesuai tegangan kerja alat yang diukur.
11. On-kan megger, baca tampilan pada skalanya
Bila skala 1 hasil ukur menunjuk, pindahkan ke pemilih skala 2, bila hasilnya sama
pindahkan ke skala 3, dan tunggu sampai waktu pengukuran yang ditentukan ( 0,5 1
menit) atau jarum penunjuk tidak bergerak lagi. Catat hasil ukur dan kalikan dengan
factor kali alat ukur, bandingkan hasil ukur dengan standard tahanan isolasi. Harga
terendah 1 M / kV.
Hal yang harus juga diperhatikan adalah setelah mengukur tahanan isolasi baik pada
motor, generator maupun jaringan maka kita harus grounding kembali kabel yang di ukur
karena kabel tersebut masih memiliki tegangan listrik akibat tegangan megger tadi
yang jika pegang akan setrum. Untuk cara grounding, cukup hubungkan kabel yang
diukur kemudian hubungkan dengan body.











Makalah Sistem Distribusi Tegangan Rendah
Dan Distribusi Tegangan Menengah Listrik
Serta Pengelolaannya

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia pemerintah telah mendirikan program
pendidikan siap pakai untuk industry seperti Politeknik. Dengan harapan setelah menyelesaikan
pendidikan di Politeknik lulusannyadapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah
didapatkan di dunia kerja. Namun terlebih dahulutentu saja mahasiswa mesti mengenal dunia
kerja di industrisebelum terjun secara secara penuh nantinya.
Laporan paraktek bengkel in disusun berdasarkan keaksiatan yang dipelajari selama
praktek pengoperasian swictger, pemasangan konstruksi saluran udara teganan menengah
(SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
Sudah tentu peranan suatu lembaga pendidikan dalam hal ini Politeknik Negari Padang
sangatlah penting dalam pemahaman dan skil pada siatem distribusi baik SUTM maupun SUTR
dalam arti penyimpan tenaga teknis yang sangat dibutuhkan dalam Negara berkembang atau
mencapai suatu Negara yang maju dan modern.











A. Tujuan
Dengan mengetahui latar belakang dari pelaksanaan praktek sebelumnya, maka kita perlu
mengetahui tujuan praktek pengoperasian swictger, pemasangan konstruksi saluran udara
teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR) dan tujuan dari
penulisan laporan ini.

1. Tujuan umum.
Tujuan umun dari pelaksanaan pengoperasian swictger, pemasangan konstruksi saluran
udara teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR) adalah sebagai
berikut :
1. Agar mahasiswa lebih mengetahui dan memahami dari mata kuliah teori system distribusi.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja dan pengoperasian swictger serta pemasangan
konstruksi saluran udara teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah
(SUTR).
3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami apa saja komponen peralatan swictger serta
peralatan dan meterial yang digunakan dalam pemasangan konstruksi saluran udara teganan
menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
4. Mengembangkan dan memanfaatkan potensi mahasiswa serta perbandingan antara teori dan
praktek yang telah dilaksanakan.
5. Meninggakatkan keterampilan mahasiswa yang nantinya turun langsung dalam kerja dilapangan
serta mampu menerapkannya sesuai dengan teori yang ada.





2. Tujuan Penulisan Laporan

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami cara kerja swictger serta pengoperasiannya.
2. Untuk lebih mengetahui masalah-masalah yang mungkin terjadi pada saluran udara tegangan
menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana prinsip kerja pada gardu beton maupun gardu tiang.
Setelah kita mengetahui tujuan-tujuan yang tersebut diatas maka penulis mengharapkan
pembaca dapat memahami dan mempelajari materi yang ada.













B. LANDASAN TEORI

1. GARDU DISTRIBUSI

Gardu listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan hubung bagi ;
a) PHB tegangan menengah;
b) PHB tegangan rendah.
Masing-masing dilengkapi gawai-gawai kendali dengan komponen proteksinya. Jenis-jenis
gardu listrik atau gardu distribusi didesain berdasarkan maksud dan tujuan penggunaannya sesuai
dengan peraturan Pemda setempat, yaitu:
1) Gardu Distribusi konstruksi beton (Gardu Beton);
2) Gardu Distribusi konstruksi metal clad (Gardu besi);
3a) Gardu Distribusi tipe tiang portal,
3b) Distribusi tipe tiang cantol (Gardu Tiang); dan
4a) Gardu Distribusi mobil tipe kios,
4b) Gardu Distribusi mobil tipe trailer (Gardu Mobil).
Komponen-komponen gardu:
a) PHB sisi tegangan rendah;
b) PHB pemisah saklar daya);
c) PHB pengaman transformator);
d) PHB sisi tegangan rendah;
e) Pengaman tegangan rendah; f) Sistem pembumian;
g) alat-alat indikator.
Instalasi perlengkapan hubung bagi tegangan rendah berupa PHB TR atau rak TR terdiri
atas 3 bagian, yaitu : 1) Sirkit masuk + sakelar; 2) Rel pembagi; 3) Sirkit keluar + pengaman
lebur maksimum 8 sirkit Spesifikasi mengikuti kapasitas transformator distribusi yang
dipakai.Instalasi kabel daya dan kabel kontrol, yaitu KHA kabel daya antara kubikel ke
transformator minimal 125 % arus beban nominal transformator.
Pada beban konstruksi memakai kubikel TM single core Cu : 3 x 1 x 25 mm2atau
3x1x35mm2. Antara transformator dengan Rak TR memakai kabel daya
dengan KHA 125 % arus nominal. Pada beberapa instalasi memakai kabel inti tunggal
masingmasing kabel perfasa, Cu 2 x 3 x 1 x 240 mm2 + 1 x 240 mm2

KONSTRUKSI GARDU BETON
1. Standar Tata-Letak (lay-out)
Karena seluruh peralatan berada dalam ruang tertutup, bangunan gardu secara keseluruhan tidak
dipersyaratkan ruang bebas hambatan atau Right of Way (ROW) dari tegangan sentuh. Untuk
kondisi di wilayah/perkotaan yang seringkali tidak dapat dikendalikan peruntukan/kepemilikan
tanah gardu, maka diperlukan ruang bebas hambatan untuk tujuan perolehan udara yang
dipersyaratkan bagi temperatur lingkungan (ambient temperature).
2. Konstruksi Instalasi Gardu Beton Instalasi Hubung 20 kV.
Pada perlengkapan hubung tegangan menengah 20 kV gardu distribusi pasangan dalam umum
terdiri atas beberapa jenis kubikel :
1. Kubikel Pemutus Beban Load Break Switch (LBS)
2. Kubikel Pemisah Disconnecting Switch (DS).
3. Kubikel Pengaman Transformator Tranformator Protection (TP) dengan saklar Load Break
Switch (LBS) dan Proteksi Arus Lebih jenis pengaman lebur.
Gambar 1.1 Bagan satu Garis Pelanggan TM
Pilihan penggunaan LBS, TP tergantung pada kebutuhan kelengkapan gardu distribusi tersebut.
Sebagai peralatan proteksi dan switching gardu distribusi yang dicatu dari loop sistem Saluran
Kabel Tegangan Menengah (SKTM), lazimnya harus dilengkapi dengan PHB-TM dengan
susunan rangkaian sebagai berikut :
LBS LBS TP 1.
LBS TP 2.
LBS LBS PMT SP 3.
TP LBS LBS PMT SP 4.
Pada Gardu Pelanggan Umum, peralatan switching SKTM sistem phi () dilengkapi 2 LBS.
Sedang pada sistem Antena, cukup dengan 1 LBS saja.




2. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

1. Gambaran Umum SUTM
Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan,
penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama
menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kwalitas persyaratan tegangan yang harus
dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam
UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009.
Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di
Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria enjinering keamanan
ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase dengan
lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan Saluran Udara
atau ketahanan Isolasi jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau Kabel
Bawah Tanah Tegangan Menengah serta kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan
Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama.
Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat dikelompokkan menjadi 3 macam
konstruksi sebagai berikut :
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk
penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk
konsumen, ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang
dengan isolator pada tiang besi/beton. Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya
harus diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman
minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan
bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia. penghantar yang digunakan
adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated single core). Penggunaan
penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap tegangan sentuh yang dipersyaratkan akan
tetapi untuk mengurangi resiko gangguan temporer khususnya akibat sentuhan tanaman.









Gambar 1.2. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)
Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran tenaga listrik, penggunaan
penghantar telanjang atau penghantar berisolasi setengah pada konstruksi jaringan Saluran Udara
Tegangan Menengah 20 kV, dapat juga digantikan dengan konstruksi penghantar berisolasi
penuh yang dipilin. Isolasi penghantar tiap Fase tidak perlu di lindungi dengan pelindung
mekanis. Berat kabel pilin menjadi pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan beban kerja tiang
beton penopangnnya.











Gambar 1.3 Kabel Udara Tegangan Menengah (KUTM)
3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)
Konstruksi SKTM adalah konstruksi yan aman dan andal untuk mendistribusikan tenaga
listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk penyaluran daya yang sama.
Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi penghantar per Fase dan pelindung
mekanis yang dipersyaratkan. Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam langsung
adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau bahkan tunneling
(terowongan beton).
Penggunaan Saluran Kabel bawah tanah Tegangan Menengah (SKTM) sebagai jaringan
utama pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai upaya utama peningkatan kwalitas
pendistribusian. Dibandingkan dengan SUTM, penggunaan SKTM akan memperkecil resiko
kegagalan operasi akibat faktor eksternal / meningkatkan keamanan ketenagalistrikan.
Penerapan instalasi SKTM seringkali tidak dapat lepas dari instalasi Saluran Udara
Tegangan Menengah sebagai satu kesatuan sistem distribusi sehingga masalah transisi konstruksi
diantaranya tetap harus dijadikan perhatian.










Gambar 1.4 Kabel Tanah Tegangan Rendah (KTM)



4. Material Utama Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
a. Panghantar
Panghantar yang digunakan untuk SUTM ada dua macam yaitu :
1. Penghantar Telanjang (BC : Bare Conductor)
Konduktor dengan bahan utama tembaga(Cu) atau alluminium (Al) yang di pilin bulat
padat. Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah AAC atau
AAAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan
penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.
Gambar 1.5 Penghantar Telanjang
a. Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)
Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)

Gambar 1.6 Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S



b. Penghantar Berisolasi Penuh (Three single core)
Gambar 1.7 Penghantar Berisolasi Penuh
c. Isolator
Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan tiang
penopang/travers dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah :
1. Isolator Tumpu
Isolator jenis ini adalah yang pertama kali dirancang untuk menopang penghantar saluran.
Desain dari isolator ini ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Gambar 1.8 I solator Tumpu

2. Isolator Tarik (Pasak)
Pada sistem saluran udara tegangan menengah, jenis isolator yang banyak dipergunakan untuk
penyambungan jaringan adalah isolator tarik (pasak).
Gambar 1.9 I solator Tarik (Pasak)
d. Peralatan Hubung (Switching)

Pada percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk maksud kemudahan
operasional harus dipasang Pemutus Beban (Load Break Switch : LBS), selain LBS dapat juga
dipasangkan Fused Cut-Out (FCO).
Gambar 1.10 Peralatan Hubung (Fuse Cut Out)



e. Tiang Besi
Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh kekuatan
beban tertentu sesuai kebutuhan.Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah
tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton. Pilihan
utama juga dimungkinkan bilamana total biaya material dan transportasi lebih murah
dibandingkan dengan tiang beton akibat diwilayah tersebut belum ada pabrik tiang beton.
f. Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di seluruh PLN karena lebih
murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya termasuk terhadap kemungkinan
penggunaan konstruksi rangkaian besi profil.

Tabel 1.1 Spesifikasi Tiang Beton untuk SUTM






PART II : JOBSHEET

JOB SHEET 1 : INSTALASI GARDU STEP-UP

Gardu listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan hubung bagi ;
a) PHB tegangan menengah;
b) PHB tegangan rendah. Masing-masing dilengkapi gawai-gawai kendali dengan
komponen proteksinya.
Menurut standar, pengaturan tata-letak peralatan pada gardu beton pelanggan umum atau
pelanggan khusus adalah : PHB-TR ditempatkan pada sisi masuk sebelah kiri atau sebelah
kanan, Jarak antara PHB-TM dengan dinding sebelah kiri kanan tidak kurang dari 1 meter, Jarak
bagian belakang PHB atau badan trasformator dengan dinding gardu minimal 60 cm. Cukup
tersedia ruang untuk petugas berdiri dari depan PHB-TR minimal dari 75 cm, Ruang gardu harus
dilengkapi man-hole, Tersedia tempat untuk cadangan tambahan kubikel PHB-TM sekurang-
kurangnya 1(satu) buah. Berikut ini diberikan gambaran umum tentang tata letak gardu distribusi
:

Gambar 1.11 Peletakan Lay out Perlengkapan gardu Distribusi Beton
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka ukuran dan tataletak serta dimensi Gardu Beton
disamping mengikuti ketersediaan lahan yang ada, juga harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a. Tinggi bangunan minimum 3 meter.
b. PHB-TR ditempatkan pada sisi masuk sebelah kanan.
c. Jarak kiri kanan PHB-TM terhadap tembok minimum 1 meter.
d. Jarak belakang PHB-TM terhadap dinding minimal 60 cm (0,6 meter).
e. Jarak Badan Transformator terhadap dinding minimal 60 cm (0,6 meter
f. Jarak Ruang Tempat Petugas dengan bagian depan PHB minimal 0,75 meter.
g. Jarak batas antara PHB-TM dengan PHB TR minimal 1 mater.
h. Jarak batas antara PHB-TM dengan transformator minimal 1 meter.
i. Jarak terluar peralatan dengan BKT minimal 20 cm (0,2 meter). Jarak bagian konduktifdan BKT
minimal 60 cm (0,6 meter).
j. Lubang kabel naik ke PHB minimal sedalam 1,2 meter dan harus diberikan lobang kerja
(manhole) minimal ukuran 0,8 x 0,6 meter.

A. Tujuan Instruksional
a. Mampu membongkar dan memasang kubicel 20 KV
b. Mampu mengoperasikan gardu beton step-up
c. Mampu menguji dan mengetahui kesalahan yang terjadi pada kubikel

B. Tinjauan Kepustakaan
a. Gardu Beton Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton (campuran
pasir, batu dan semen)








C. Gambar Kerja/Praktek
Gambar 1.12 Singline switchgear
a. incomming

b. out going




c. meterring
D. ohm saklar
Gambar 2.3 Ohm Saklar










E. Material yang digunakan
a. Trafo 20 KV
b. Swicthgerd
c. Saklar ohm

F. Peralatan Kerja
1. Tank press
2. Sekop
3. Pangkul
4. Palu
5. Linngis
6. Kunci inggris
7. Kunci pas
8. Kunci ingrris
9. Meger
10. Multytester
11. toolset
12. Dan lain - lain














G. Diskripsi Kerja/Praktek (sesuai Job Sheet)
a. Pembongkaran dan pemsangan trafo 20 kv
b. Pembongkaran dan pemsanagn kubicel 20 kv
c. Pembongkaran dan pemasangan saklar ohm
d. Pengoperasian kubicel



H. Instruksi Manual Praktek
a. Persiapan awal
a. Memperiapkan alat dan bahan
b. Mempersiapkan dan menggunakan perlatan safety
c. Memastikan kondisi kerja dengan baik

b. Pembongkaran dan pemasangan trafo 20 kv
i. Mempersipakan alat dan bahan
ii. Membogkar trafo 20 kv dengan hati hati dengan menggunakan perlatan yang sesuai
iii. Melakukan pencatatn konponen pada trafo 20 kv serta mencari tau fungsinya
iv. Setelah melakukan pengamatan, maka pasang trafo kembali dengan hati- hati
v. Cek keadaan trafo yang sudah di pasang

c. Pembongkaran dan pemasangan switgerd
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Melakukan pembongkara pada sisi incomming
3. Melakukan pengamatan dan mencatat komponen yang ada pada incomming serta fungsinya
4. Melakukan pemasangan kembali dengan hati hati
5. Melakukan pembongkara pada sisi metering
6. Melakukan pengamatan dan mencatat komponen yang ada pada incomming serta fungsinya
7. Melakukan pemasangan kembali dengan hati hati
8. Melakukan pembongkara pada sisi outgoing
9. Melakukan pengamatan dan mencatat komponen yang ada pada incomming serta fungsinya
10. Melakukan pemasangan kembali dengan hati hati
11. Melakukan pengoperasian swictgerd

























JOB SHEET 2
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH



1. Tujuan Instruksional
a. Mampumembongkar dan memasang JTM ( Jaringan Tegangan Menengah)
b. Mampu mengoperasikan switchgear
c. Mampu menguji dan mengetahui kesalahan yang terjadi pada JTM,tiang dan panel

2. Tinjauan Kepustakaan
Gardu Beton Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton (campuran
pasir, batu dan semen)


3. Gambar Kerja/Praktek

Gambar 2.4 Kontruksi Penyambungan Konduktor TC dan AAC (TR7)
Gambar 1.13 Kontruksi Guy Wire (GW)


Gambar 1.14 Kontruksi Tiang Penyanggga













4. Material yang digunakan

Tiang besi 11 M - 156 daN
Kawat A3C 70 mm2
Post insulator 20 kV
String insulator 20 kV + Acc & Strain clamp
Eye bolt & nut M16 x 300
Fuse Cut Out
Fuse Link 2A / 20 kV
Lightning Arrester
Cross Arm UNP 80.45.5.2000 mm galv

Cable NYY 1 x 70 mm2

Copper Conductor 50 mm2

Double Arm Bolt & Nut M 14 x 300 mm galv

Galvanized Steel Wire / Staal Drad 50 mm2

Galvanized Steel Wire / Staal Drad 35 mm2

Guy insulator TM

Guy insulator TR

Guy Wire Thimble / Kaos Baja

Grounding & Accs ( CTM ) komplit

Grounding Tegangan Rendah ( GTR )

Joint Sleeve 70 mm2

Band Steel Pole 4" komplit

Double Arm Blot & Nut M 14 x 300 + Washer

Bolt M 16 x 100 galv

Bolt & Nut M 16 x 400 + Ring

Beton Manchet

Cat u tiang & Goni dan aspal
Klem
Semen


5. Peralatan Kerja


Septy bell
Tali
Obeng plus,minus
Tank
Toolset
Gergaji besi
Gergaji kayu
Bor
kikir
Ragum
Helm proyek
Kunci sop
Tank press
Sekop
Pangkul
Palu
Linngis
Kunci inggris
Kunci pas
Kunci ingrris
Meger
Multytester
Jenjeng geser
Dan lain - lain










Gambar 1.15 Peralatan Yang di gunakan



6. Diskripsi Kerja/Praktek (sesuai Job Sheet)
Mendirikan tiang jaringan distribusi TM
Pemasangan kontruksi trek skor/ guy wire
Pemasangan kontruksi druk skoor/ strut pole
Pemasanagn kontruksi tiang awal
Peamasangan kontruksi tiang sudut
Pemsangan kontruksi tiang lurus
Pemsangan kontruksi tiang penyangga
Memsang aksesoris sesuai kontruksi jtm
Memasang string roller pada jtm
Penarikan dan sagging pada jtm

7. Instruksi Manual Praktek
a. Persiapan Awal
1. Memepersiapkan alat serta bahan
2. Mempersiapkan safety dan menggunakannya
3. Memastikan lapangan dalam keadaan baik

b. Memsangan kontruksi Topang tarik/ guy wire
1. Melakukan pemeriksaan lokasi kerja
2. Menanm Concrete- blok, anchor blok,
3. Memasangan guy guard dan rod- anchor
4. Melakukan dan menstel kekencangan
5. Melaukan pemasangan kawat baja
6. Memasangan kabel sling (stell wire) pada ujung tiang
7. Meregangakan guy wire

c. Mendirikan penompang tiang/strut pole
1. Melakukan pemeriksaan lokasi kerja
2. Melakukan penggalian tanah
3. Mengakat tiang dilokasi lobang
4. Memasukan tiang pada lobang
5. Mengikat / mengunci ujung atas tiang penompang pada tiang utama
6. Mengakat tiang dan kedalikan titik momen danm masiukan pada lobang
7. Padat dan urut kan dengan tanah serta senter pada posisi tiang
8. Memasang klem ujung tiang penompang
9. Memasangan klem tengah tiang penompang
10. Pengerasan

























JOB SHEET 3
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH

A. Tujuan Instruksional
a. Mampu membaca gambar single line diagram dan instruksi manual yang diberikan.
b. Mampu memasang komponen/peralatan yang digunakan untuk pemasangan Guy-wire dan Strut-
pole (sesuai instruksi manual).
c. Mampu memasang peralatan yang digunakan pada pemasangan guy-wire dan strut-pole sesuai
dengan gambar tata-letak yang diberikan.
d. Setelah melaksanakan pemasangan jaringan distribusi peserta mampu melaksanakan mampu
memahami : ketentuan umum, mendirikan tiang sesuai rencana, melaksanakan stringing,
memasang jaringan distribusi Tegangan rendah, memasang trafo distribusi 1 fasa dan 3 fasa.
e. Mampu menjelaskan ketentuan umum dalam pelaksanaan pemasangan jaringan distribusi.

B. Tinjauan Kepustakaan
a. Kriteria pemasangan trekschor
Sebelum penarikan penghantar, pasang guy-wire atau tiang topang tarik pada tiang awal, tiang
akhir atau tiang sudut sesuai rangcangan SUTM pada trase bersangkutan. Memeriksa ketentuan
instalasi guywire, topang tarik, penguatan khusus pondasi tiang.
b. Pemasangan guy-wire / trekschor atau topang tarik (pole supporter)
Sebelum penarikan penghantar, pasang guy-wire atau tiang topang tarik pada tiang awal, tiang
akhir atau tiang sudut sesuai rancangan konstruksi SUTM pada trase beersangkutan. Memeriksa
ketentuan instalasi guywire, topang tarik, penguatan khusus pondasi tiang.
c. Konstruksi penopang tiang
Terdapat 3 macam konstruksi penopang tiang yang dipakai ;
Topang tarik (Down Guy Wire / Trekschor)
Topang tekan (Strut Pole / DrukSkur)
Kontramast (Span Guy Wire)

d. Instalasi guy-wire / trekschor
Konstruksi ini ditujukan untuk penambahan kekuatan tiang agar dapat memikul beban
mekanisnya. Jenis konstruksi penopang tiang adalah :
Konstruksi guy-wire / trekschor
Konstruksi down guy wire / trekschor (topang tarik)
Konstruksi over head guy wire / trekschor (kontramast)
Konstruksi drukschor / strutpole
Instalasi patok guywire / trekschor

C. Standar Kompetensi

Sub Kompetensi Tindakan
Mampu menentukan dan
memasang tiang TM awal sesuai
standar
a. Memeriksa hubungan terminal ohm saklar dan
memasangkannya pada dinding sebagai suplai
masukan.
b. Menghubungkan ohm saklar dengan trafo step up
pada sisi 220/380 volt.
c. Melakukan pengujian/commissioning sesuai
standar.









D. Gambar Kerja/Praktek

Gambar 1.16 Terminal Kabel
E. Material Yang digunakan
a. Tiang
b. Semen
c. Kerikil
d. Pasir
e. Papan

F. Peralatan Kerja
a. Gergaji
b. Cangkul
c. Bor tangan
d. Kunci pas
e. Linggis
f. Kunci ring

G. Deskripsi Kerja/Praktek Sesuai job sheet
a. Setiap kelompok / group mempersiapkan peralatan/komponen yang akan digunakan sesuai
dengan daftar material / peralatan sesuai dengan gambar kerja.
b. Mempersiapkan safety dan menggunakannya.
c. Memastikan bahwa keadaan lapangan dalam kondisi baik dan diperbolehkan.
d. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan dimulai, terlebih dahulu minta penjelasan dari
instruktur yang bersangkutan.

H. Instruksi Manual
1. Memasang Konstruksi Topang Tarik / Guy Wire Tiang Sudut TM-2
a. Melakukan pemeriksaan lokasi yang akan dikerjakan.
b. Menanam concrete-blok pada kedalam hingga ujung rod-anchor 30 cm dari permukaan tanah
pada lobang yang telah disediakan dan memasangkannya pada tiang sudut TM-2. Menanam
anchor blok 400x400 mm pada lobang yang telah digali dengan kemiringan guy wire 45 s/d 60
derajat. Anchor blok dan besi anker ditanam pada kedalaman 1,5 meter atau 30 cm ujung
keluaran besi anker dari permukaan tanah.
2. Memasang / Mendirikan Penopang Tiang (Tiang Tekan Strut Pole)
a. Melakukan pemeriksaan lokasi yang akan dikerjakan.
b. Melakukan penggalian tanah dengan lobang.
c. Mengangkat tiang dilokasi lobang galian.
d. Memasukkan tiang penopang pada lobang yang telah disediakan dan memasangnya pada tiang
utama.
e. Mengikat / mengunci ujung atas tiang penopang pada tiang utama dengan menggunakan
Double Pole Band + Bolt & Nut M16x50.
f. Mengikat / mengunci bagian tengah tiang penopang pada tiang utama dengan menggunakan
Double Pole Band + Bolt & Nut M16x50, strut tie 1200 s/d 1500 mm (tergantung jarak
kemiringan), Bolt & Nut M16x140 + 16x50.
g. Mengangkat tiang dan kendalikan titik momen dan masukkan pada lobang.Uruk dengan tanah
dan padatkan serta senter / luruskan posisi tiang.

























JOB SHEET 4
INSTALASI TRAFO TIANG

A. Tujuan Intruksional
Mampu mempersiapkan dudukan (lobang) tiang yang akan dipasang sesuai ketentuan dan ukuran
tiang.
Mampu memasang tiang sesuai presedur yang diuraiakan pada instruksi manual job-sheet.
Mampu memasang Transformator pada tiang sesuai instruksi manual job sheet.
Mampu menguji/memastikan bahwa tiang yang sudah dipasang tersebut layak gunakan (sesuai
berat/kekuatan beban yang ditanggungnya).

B. Tinjauan Kepustakaan
1. Defenisi
Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen
instalasi tenaga listrik yang terpasang di Jaringan Distribusi berfungsi sebagai trafo daya
penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan rendah
tersebut disalurkan ke konsumen.
2. Fungsi Tiang Listrik
Tiang listrik adalah salah satu komponen utama dari jaringan listrik yang menyangga hantaran
listrik serta perlengkapannya tergantung dari keadaan lapangan.
3. Fungsi Transformator
berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan rendah
(380/200) Volt.
C. Standar Kompetensi
Trafo Tiang Ketercapaian
Mampu menentukan dan memasang Trafo Tiang sesuai standar
Menyiapkan lobang/dudukan tiang yang akan dipancang/ditanam.
Mendirikan tiang dan pemadatannya, sesuai standar.
Memasang Trafo pada tiang.
Melakukan pengujiaan/Comissiong sesuai standar.

D. Gambar Kerja/Praktek
Catatan : Elektroda bumi masing-masing pembumian di galvanis arrester, pembumian titik netral
dan pembuian BKT dihubung secara elektris pada fondasi Gardu
E. Material Yang Digunakan
Secara umum komponen utama Trafo tiang adalah sebagai berikut :
1. Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20 kV) menjadi
tegangan rendah (380/200) Volt.
2. Fuse Cut Out (CO) : sebagai pengaman penyulang, bila terjadi
gangguan di gardu (trafo) dan melokalisir gangguan di trafo agar
peralatan tersebut tidak rusak. CO di pasang pada sisi tegangan menengah (20 kV).
3. Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh samabaran
petir dan switching (SPLNse.002/PST/73 ).
4. NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan
rendah (220 Volt), untuk melindungi trafo
terhadap gangguan arus lebih yang disebabkan karena hubung singkat dijaringan tegangan
rendah maupun karena beban lebih.
5. Grounding Arrester : untuk menyelurkan arus ketanah yang disebabkan oleh tegangan
lebih karena sambaran petir dan switching.
6. Graunding Trafo : untuk menghindari terjadi tegangan lebih pada phasa yang sehat bila terjadi
gangguan satu fasa ketanah mauoun yang disebutkan oleh beban tidak seimbang.
7. Grounding LV Panel : sebagai pengaman bila terjadi arus bocor yang mengalir di LV panel.




F. Daftar material untuk pekerjaan
Komponen Satuan Jumlah

1 Ground rod 2,5 m Buah 2
2 Ground rod 1,5 m Buah 4
3 Cincin rod Buah 6
4 NYA 50 mm2 Meter 10
5 NYA 70 / 95 mm2 Meter 6
6 NYA 120 / 150 mm2 Meter 6
7 BC Draad 50 mm Meter 5
8 AAAC 70 mm2 Meter 46
9 NYAF 50 mm Meter 2
10 CCT 6 T 6 (95 / 95 mm) Buah 6
11 STT 5 T 5 (70 / 70 mm) Buah 6
12 STT 7 T 7 (120 / 120 mm) Buah 4
13 STT 8 T 8 (150 / 150 mm) Buah 4
14 SAA 5 T 5 (70 / 70 mm) Buah 7
15 SAA 5 T 4 (70 / 50 mm) Buah 6
16 SAT 4 (50 mm) Buah 6
17 SKT 6 (95 mm) Buah 12
18 SKT 7 (120 mm) Buah 12
19 SKT 8 (150 mm) Buah 8
20 SKA 5 (70 mm) Buah 2
21 CCO 5 T 5 (70 / 70 mm) Buah 7
22 Skaklar Utama 630 A (bila rusak) Buah 1
23 Fuse base 400 A Buah 6
24 Fuse Holder/Smeldraad Holder Buah 6
25 Smel Draad 80 200 A Buah 6
26 Fuse Ling 3 8 A Buah 3
27 Pipa PVC AW Buah 6
28 Stopping Buckle Buah 10
29 Link Buah 10
30 Isolasi PVC Pipa Rol 1
31 Isolator Scot 23 Rol 1
32 Contac Cliner/Sakapen Botol 1
33 Silikon gress/Vaseline CC 50
34 Stainless Steel Strap Meter 15
35 Semen Kg 4
36 Minyak Trafo Liter 25
37 Alkohol Liter 1
38 Kain Majun Kg 1
39 Cat/Meni Besi (abu-abu) Kg 1
40 Thinner Liter 1
41 Engsel Buah 1

G. Peralatan Kerja
Agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik perlu didukung oleh peralatan yang memadai baik
peralatan mekanik maupun elektrik. Adapun peralatan kerja yang dibutuhkan sebagai berikut :
Alat Ukur
AVO Meter
Megger 1.0 Volt, 5.000 Volt, 10.000 Volt
Earth Tester
Tang Amper dengan range 1.000 Amper
Infrares
Drivelt/Phasa Detector dll.
Peralatan
Shcakel Stick 20kV 13 meter
Kunci Shock (satu set)
Kunci Ring (satu set)
Kunci Inggris
Tang Kombinasi
Tang Kupas/Potong
Obeng Minus
Obeng Plus
Gergaji Besi
Palu
Corong Minyak
Slang Plastik
Pompa Minyak (plastik)
Kain Lap Majun
Kertas Gosok
Dies Compression
Cable Cutter 600 900 mm
Tangga Fiber Glass 7 m
Stainless Steel Belt/Stopping Tool
Botol Kosong Bersih + Tutup
Kuas
Kikir dll.
Perlengkapan K3
Sabuk Pengaman
Helm
P3K
Sarung Tangan Katun
Sepatu Kerja dan lain-lain

H. Diskripsi Kerja/Praktek
Perencanaan konstruksi Gardu Tiang lazimnya sudah harus menjadi satu kesatuan dengan
perencanaan jaringan SUTM-nya. Perhatikan kekuatan tiang beton/besi untuk konstruksi Gardu
Tiang yang direncanakan bagi penempatan transformator distribusi, pondasinya dan akurasi
vertikalnya. Persiapkan seluruh komponen utama dan kelengkapan instalasi Gardu Tiang di
lokasi. Termasuk yang harus diperhatikan adalah dimensi crossarm/dudukan dengan jarak-jarak
dan besar lubang yang dipersyaratkan.
Khusus transformator, periksa fisik transformator distribusi yang meliputi :
Packing transformator
Periksa assesoris transformator, apakah sudah sesuai dengan syarat kontrak yang disepakati,
misalnya Termometer, Oil Level, Buchholz Relay, Breather (silica gel)
Periksa volume minyak pada gelas duga (oil Level) dan kebocoran pada transformator.
Periksa Name Plate serta Sertifikat Transformator, apakah telah sesuai dengan permintaan,
pemeriksaan antara lain :
Daya/ Kapasitas. : kVA
Tegangan Sisi Teg. Tinggi : Volt
Tegangan Sisi Teg. Rendah : Volt
Tingkat Pengaturan Tegangan :
Pengujian Ketahanan Isolasi antara :
sisi Tegangan Rendah (TR) dengan sisi Tegangan Menengah (TM)
sisi Tegangan Rendah (TR) dengan bodi (E)
sisi Tegangan Menengah (TM) dengan bodi (E)

I. Instruksi Manual Praktek
A. Persiapan Awal
1. Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan sesuai
dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
2. Mempersiapkan Safety dan Menggunakannya.
3. Memastikan bahwa keadaan lapangan dalam kondisi baik dan diperbolehkan.
4. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan dimulai, terlebih dahulu minta penjelasan dari
instruktur yang bersangkutan.
Keterangan : Sebelum ada Instruksi dari instruktur yang bersangkutan, maka pekerjaa/Praktek
belum diperbolehkan. Setiap Tindakan didalam pelaksanaan Praktek Harus diketahui/Disetujui
Instruktur, sehingga TIDAK terjadi kecelakaan kerja atau kesalahan Operasi. Apabila terjadi
Kesalahan/kerusakan Alat Tanpa seizin Instruktur, maka kelompok/group harus
memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak tersebut.












































JOB SHEET 5
INSTALASI PANEL APP

A. Tujuan Instruksional
1. Mampu membaca gambar/single_line Diagram dan instruksi manual yang diberikan.
2. Mampu memasang komponen/peralatan yang digunakan untuk panel APP [sesuai instruktion
manual].
3. Mampu memasang peralatan yang digunakan pada panel APP sesuai gambar tata-letak yang
diberikan.
4. Mampu menguji/memastikan bahwa peralatan yang sudah dipasang/diinstal tersebut layak
dioperasikan.

B. Tinjauan Pustaka
PANEL APP
Untuk mengetahui besarnya tenaga listrik yang digunakan oleh pemakai / pelanggan listrik
(untuk keperluan rumah tangga, sosial, usaha/bangunan komersial, gedung pemerintah dan
instansi), maka perlu dilakukan pengukuran dan pembatasan daya listrik.
APP merupakan bagian dari pekerjaan dan tanggung jawab pengusaha ketenagalistrikan
(PT. PLN), sebagai dasar dalam pembuatan rekening listrik. Pada sambungan tenaga listrik
tegangan rendah, letak penempatan APP dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.9 Diagram satu garis sambungan tenaga listrik tegangan menengah


Keterangan:
GD : Gardu Distribusi
TR : Jaringan tegangan Rendah
SLP : Sambungan Luar Pelayanan
SMP : Sambungan Masuk Pelayanan
SLTR : Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah
APP : Alat Pengukur dan Pembatas
PHB : Papan Hubung Bagi
IP : Instalasi Pelanggan

SLTR yang menghubungkan antara listrik penyambungan pada GD / TR merupakan
penghantar dibawah atau diatas tanah. Seperti telah dijelaskan dimuka bahwa pengukuran yang
dimaksud adalah untuk menentukan besarnya pemakaian daya dan energi listrik. Adapun alat
ukur / instrumen yang digunakan adalah alat pengukur : Kwh, KVARh, KVA maksimum, arus
listrik dan tegangan listrik. Sistem pengukurannya ada dua macam, yaitu :
Pengukuran primer atau juga disebut pengukuran langsung, terdiri dari pengukuran primer satu
fasa untuk pelanggan dengan daya dibawah 6.600VA pada tegangan 220V / 380V, dan
pengukuran primer tiga fasa untuk pelanggan dengan daya diatas 6.600V sampai dengan
33.000VA pada tegangan 220V / 380V.
Pengukuran sekunder tiga fasa atau disebut juga pengukuran tak langsung (menggunakan trafo
arus) digunakan pada pelanggan dengan daya 53KVA sampai dengan 197KVA.Sedangkan yang
dimaksud dengan pembatasan adalah pembatasan untuk menentukan batas pemakaian daya
sesuai dengan daya tersambung. Alat pembatas yang digunakan adalah :
Pada sistem tegangan rendah sampai dengan 100A digunakan MCB dan diatas 100A digunakan
MCCB; pelebur tegangan rendah; NFB yang bisa disetel.
Pada sistem tegangan menengah biasanya digunakan pelebur tegangan menengah atau rele.

Berikut ini adalah contoh gambar alat ukur Kwh dan KVARh.
Gambar 1.17 Kwh meter satu fasa analog dan digital

Gambar 1.18 Kwh meter tiga fasa analog dan digital
Gambar 1.19 Kwh meter tiga fasa dan KVARh

Sesuai dengan DIN 43 856 cara penyambungan alat pengukur atau penghubung daya dinotasikan
dengan kode berupa angka 4 digit yang diikuti dengan angka 2 digit yang menunjukkan
penomoran sambungan.
Digit pertama menunjukkan macam-macam penghitung
Digit kedua menunjukkan bagian tambahan
Digit ketiga menunjukkan sambungan luar
Digit keempat menunjukkan penyambungan bagian tambahan
Sedangkan 2 digit berikutnya menunjukkan penomoran sambungan untuk tarif jam atau untuk
pengendalian piringan.
Beberapa contoh kode dan cara penyambungan alat pengukur atau penghitung sebagai berikut :
Gambar 1.20 Rangkaian Kwh satu fasa dengan trafo arus

Penyambungan dengan Code 1010 atau 1010-00 berarti :
(1) : penghitung dengan daya nyata arus bolak-balik satu fasa
(2) : tanpa bagian tambahan
(3) : untuk sambungan dengan trafo arus
(4) : tanpa bagian tambahan pada penghitung daya maksimum dengan piringan putar
Gambar 1.21 Rangkaian Kwh dua fasa dengan sambungan tetap

Penyambungan dengan Code 2000 atau 2000-00 berarti :
(2) : penghitung daya nyata arus bolak-balik dua fasa
(0) : tanpa bagian tambahan
(0) : untuk sambungan tetap
(0) : tanpa bagian tambahan pada penghitung daya maksimum dengan piringan putar
Gambar 1.22 Rangkaian Kwh tiga fasa dengan trafo arus dan trafo tegangan


Penyambungan dengan Code 3020 atau 3020-00 berarti :
(3) : penghitung daya nyata arus bolak-balik tiga fasa
(0) : tanpa bagian tambahan
(2) : untuk sambungan dengan trafo arus dan trafo tegangan
(0) : tanpa bagian tambahan pada penghitung daya maksimum dengan piringan Putar
Tabel 1.2 Standar Daya PLN

Tabel 1.2 Standar Daya PLN
C. Standar Kompetensi
Sub kompetensi tindakan
1. Mampun menjelaskan bagian-bagian dan komponen pada panel APP.
2. Mampu menentukan dan memasang komponen pada panel APP.
3. Mampu melepaskan komponen-komponen yang ada pada panel dan
memasangkannya pada posisinya berdasarkan gambar yang ada.
4. Mampu menguji hasil pemasangan.
5. Membuka pintu panel APP dan dengan kunci yang disediakan.
6. Memeriksa hubungan terminal panel APP dan kelengkapan anak kontaknya
dan Memasangkannya pada ruang yang telah disediakan.
7. Membuka dan memasang kembali hubungan pada panel APP sesuai dengan
ketentuan.
8. Memeriksa kabel sisi tegangan 20 kV yang akan digunakan untuk
menghubungkan panel APP dengan sistem lainnya.
9. Memasang skond kabel (membersihkan ujung kabel).
10. Melakukan pengujiaan/Comisioning sesuai standar.


E. Material Yang Digunakan
Kabel NYA 25-35 mm
Scound cable
isolasi
F. Peralatan Kerja
Peralatan
1. Tang fuse
2. Tang scound
3. Pisau
4. Obeng
5. Tang kombinasi
6. Tang buaya
7. Tang kupas
8. Tang potong
Perlengkapan K3
Sabuk Pengaman
Helm
P3K
Sarung Tangan Katun
Sepatu Kerja dan lain-lain
G. Diskripsi Kerja/Praktek
G.1. Persiapan awal
1. Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan sesuai
dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
2. Mempersiapkan Safety dan Menggunakannya.
3. Memastikan bahwa sistem dalam keadaan KOSONG / BEBAS Tegangan.
4. Sebelum mengoperasikan/melakukan Pekerjaan Pemasangan peralatan /jaringan, terlebih dahulu
memeriksakannya pada instruktur yang bersangkutan sampai ada instruksi didalam
pengoperasiannya.
G.2. Memasang dan Penginstalasian panel APP
1. Melakukan / memastikan Saklar dalam kondisi stanby.
2. Menentukan peralatan / bagian-bagian apa saja yang terdapat pada panel APP.
3. Menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan out-put kabel masukan.
4. Menentukan Simbol diagram dan diagram pengawatanya.
5. menentukan urutan fasa dan warna kabel.
6. Menentukan jenis kabel yang digunakan.
7. pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa.
8. memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
9. menggambarkan dan melakukan pengawatan /penyambungan kabel pada terminalnya sesuai
urutan fasa.
G.3. Mengindentifikasi Perangkat pada panel APP
1. Peralatan apa saja yang terdapat pada cell panel APP dan mencatat/ mendata name-plate
masing-masing peralatan.
2. Menentukan Dimensi peralatan dan Diagram Simbol yang digunakan.
3. Menggambar sistem hubungan masing-masing peralatan dan penandaannya.
4. Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem hubungannya.
5. Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem hubungannya.
6. Menentukan diagram rangkaian dan pengawatan sistem Grounding.
7. Memastikan hubungan sistem pengetanahan peralatan

G.4. COMMISSIONING
Sebelum peralatan dan instalasinya dioperasikan, harus dilakukan test/ pengujian baik
pengujian mekanis maupun pengujian elektrik.
H. Instruksi Manual Praktek
2.1 Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.
2.2 Memasang dan Penginstalasian panel APP.
2.3 Mengindentifikasi Perangkat pada panel APP.
2.4 Melakukan pengujian / commisioning pada panel APP
























JOB SHEET 6
INSTALASI GROUNDING

A. Tujuan Instruksional
1. Mampu membaca gambar/single_line Diagram dan instruksi manual yang diberikan.
2. Mampu memasang komponen/peralatan yang digunakan untuk system pembumian (sesuai
instruktion manual).
3. Mampu memasang peralatan yang digunakan pada system pembumian sesuai gambar tata-letak
yang diberikan.
4. Mampu menguji/memastikan bahwa peralatan yang sudah dipasang/diinstal tersebut layak
dioperasikan.
B. Tinjauan Kepustakaan
Grounding adalah sistem proteksi peralatan yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga,
dari lonjakan listrik, petir.
Fungsi Grounding :
1. Grounding Penangkal Petir
2. Grounding Listrik :
Grounding Listrik rumah
Grounding Listrik kantor
Grounding Listrik gedung
Grounding Listrik pabrik
3. Grounding Instalasi Listrik :
Grounding instalasi listrik rumah
Grounding instalasi listrik kantor
Grounding instalasi listrik gedung
Grounding instalasi listrik pabrik
4. Grounding Instalasi Jaringan Listrik :
Grounding instalasi jaringan listrik rumah
Grounding instalasi jaringan listrik kantor
Grounding instalasi jaringan listrikgedung
Grounding instalasi jaringan listrik pabrik
Grounding Instalasi Listrik
Dalam sebuah instalasi jaringan listrik ada empat bagian yang harus ditanahkan
(digroundingkan) atau sering juga disebut dibumikan.
Empat bagian dari instalasi listrik ini adalah :
1. Pada semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan dengan mudah bisa
disentuh manusia. Hal ini perlu agar potensial dari logam yang mudah disentuh manusia selalu
sama dengan potensial tanah (bumi) tempat manusia berpijak sehingga tidak berbahaya bagi
manusia yang menyentuhnya.
2. Pada Bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari lightning arrester. Hal ini
diperlukan agar lightning arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu membuang muatan listrik
yang diterimanya dari petir ke tanah (bumi) dengan lancar.
3. Pada Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini sesungguhnya
juga berfungsi sebagai lightning arrester. Karena letaknya yang ada di sepanjang saluran
transmisi, maka semua kaki tiang transmisi harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat
petir dapat disalurkan ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran transmisi.
4. Pada titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini diperlukan dalam
kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang menyangkut gangguan hubung tanah.
Dalam praktik, diinginkan agar tahanan pentanahan dari titik-titik pentanahan tersebut di atas
tidak melebihi 5 Ohm.
Secara teoretis, tahanan dari tanah atau bumi adalah nol karena luas penampang bumi tak
terhingga. Tetapi kenyataannya tidak demikian, artinya tahanan pentanahan nilainya tidak nol.
Hal ini terutama disebabkan oleh adanya tahanan kontak antara alat pentanahan dengan tanah di
mana alat tersebut dipasang (dalam tanah).
Komponen Grounding :
1. Batang Grounding tunggal (single grounding rod).
2. Batang Grounding ganda (multiple grounding rod). Terdiri dari beberapa batang tunggal yang
dihubungkan paralel.
3. Anyaman Grounding (grounding mesh), merupakan anyaman kawat tembaga.
4. Pelat Grounding (grounding plate), yaitu pelat tembaga.
Tahanan Grounding selain ditimbulkan oleh tahanan kontak tersebut diatas juga ditimbulkan
oleh tahanan sambungan antara grounding dengan kawat penghubungnya. Unsur lain yang
menjadi bagian dari tahanan grounding adalah tahanan dari tanah yang ada di sekitar grounding
yang menghambat aliran muatan listrik (arus listrik) yang keluar dari grounding tersebut. Arus
listrik yang keluar dari grounding ini menghadapi bagian-bagian tanah yang berbeda tahanan
jenisnya. Untuk jenis tanah yang sama, tahanan jenisnya dipengaruhi oleh kedalamannya. Makin
dalam letaknya, umumnya makin kecil tahanan jenisnya, karena komposisinya makin padat dan
umumnya juga lebih basah. Oleh karena itu, dalam memasang batang grounding, makin dalam
pemasangannya akan makin baik hasilnya dalam arti akan didapat tahanan grounding yang
makin rendah.
Grounding / Pembumian yang baik dan benar harus bisa mempunyai nilai tahanan lebih kecil
dari 5 Ohm untuk melindungi bangunan dan dibawah 1 Ohm untuk melindungi data. Tidak
semua areal bisa mendapat nilai grounding yang baik dan benar, hal ini sangat bergantung oleh
berbagai macam aspek seperti :
1. Jumlah Kadar Air : bila air tanah dangkal / penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah
didapatkan.
2. Jumlah Mineral/garam : kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan karena semakin
berlogam maka listrik semakin mudah menghantarkan.
3. Tingkat Keasaman : semakin asam PH tanah maka arus listrik semakin mudah menghantarkan.
4. Isi Tekstur tanah : untuk daerah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk mendapatkan
tahanan yang baik karena untuk jenis tanah ini air dan mineral akan mudah hanyut .
Single Grounding :
Yaitu instalasi grounding dengan hanya penancapan satu buah stick arus pelepas ke tanah dengan
kedalaman tertentu ( sebaiknya 18 Meter)
Paralel Grounding :
Bila sistem single masih mendapatkan hasil yang kurang baik ( diatas 1 Ohm ) maka perlu
ditambahkan jumlah stick arus pelepas dengan minimal jarak antar stick 5 mtr dan di sambung
dengan kedaman masing-masing tetap 18 Meter, hal ini dilakukan berulang sampai
menghasilkan nilai tahanan tanah dibawah 1 Ohm
Maximal Grounding :
Bila pada daerah yang memiliki ciri :
1. kering/air tanah dalam
2. kandungan logam sedikit
3. Basa (berkapur)
4. Pasir dan Porous.
Biasanya agak sulit untuk mendapat nilai grounding diabwah 1Ohm, dan bila penggunaan 2 cara
diatas gagal maka bisa digunakan cara penggantian tanah baru untuk daerah titik grounding
tersebut

C. STANDAR KOMPETENSI

Sub Kompetensi

Tindakan

1. Mampu menentukan Nilai tahanan
Pengetanahan sesuai aturan berlaku ( < 4
Ohm).
2. Mampu memasang tahanan pengetanahan
yang akan digunakan.
3. Mampu mengukur nilai
tahanan pengetanahan yang telah
dipasang

1. Mengukur tahanan jenis tanah pada
daerah/tanah yang akan digunakan.
2. Menentukan material pengetanahan dan
spesifikasinya yang akan
ditanam/dipasang.
3. Memasang dan menghubungkannya pada
Trafo Step-up dan panel switchgear pada
bagian bodi/rangkaian grounding atau
ardenya.
4. Mengukur hasil pemasangan dengan
menggunakan Earth Resistance


D. Material Yang Digunakan
Earth tester
Elektroda
Kabel penghubung
Penjepit

E. Peralatan Kerja
Meteran
Palu

F. Deskripsi Kerja/Praktek
1. Earth testert digunakan untuk mengukur tahanan tanah yang akan digunakan untuk pembumian.
2. Kabel penghubung digunakan untuk menghubungkan earth testert dengan elektroda.
3. Penjepit digunakan untuk menjepit elektroda.
4. Elektroda adalah penghantar yang ditanam dalam tanah dansebagai kontak langsung dengan
tanah yang diusahakan
G. Langkah Kerja/Praktek
1. Mengukur tahanan jenis tanah pada daerah yang akan digunakan.
2. Menentukan material pengentanahan dan spesifikasinya yang akan dipasang.
3. Memasang dan menghubungkan pada trfao step up dan panel switchgear pada bagian rangkaian
grounding atau ardenya.
































PART 3
LEMBAR PENGAMATAN

1. Gardu beton step-up

A. Data dan Dokumentasi Hasil Pekerjaan/Praktek


Gambar 1.23 Gardu step Up












Gambar 1.24 Meger

Gambar 1.25 Tang Pres



Gambar 1.26 Pembukaan I solasi Kabel NYFGbY













Gambar 1.27 tali Panjat


Gambar 1.28 Trek Bass









Gambar 1.2.7 Fuse Cut Out


Gambar 1.29 FCO











Gambar 1.30 I solator Tarik

Gambar 1.31 TM 2









Gambar 1.31 TM 5












Gambar 1.32 Switchger
Gambar 1.32 Safety Belt










Gambar 1.2.13 Helm

Gambar 1.33 Helm







Gambar 1.2.14 Kunci-Kunci
Gambar 1.34 Kunci kunci

Gambar 1.35 Panel C.O.S

B. Pembahasan
Gardu Beton Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton (campuran
pasir, batu dan semen). Gardu beton termasuk `gardu jenis pasangan dalam, karena pada
umumnya semua peralatan peng-hubung/pemutus, pemisah dan trafo distribusi terletak di dalam
bangunan beton. Dalam mbangunannya semua peralatan tersebut di disain dan diinstalasi di
lokasi sesuai dengan ukuran bangunan gardu. Gambar 3-37 emperlihatkan sebuah gardu
distribusi konstruksi beton.
Gambar 1.36 Bagan satu garis Gardu Beton
Ketentuan teknis komponen gardu beton, komponen tegangan menengah (contoh rujukan PHB
tegangan menengah), yaitu;
a) Tegangan perencanaan 25 kV
b) Power frekuensi withstand voltage 50 kV untuk 1 menit;
c) Impulse withstand voltage 125 kV;
d) Arus nominal 400A;
e) Arus nominal transformator 50A; f) Arus hubung singkat dalam 1 detik 12,5 kA;
g) Short circuit making current 31,5 kA. Komponen tegangan rendah (contoh rujukan PHB
tegangan rendah), yaitu;
a) Tegangan perencanaan 414 Volt(fasa-fasa);
b) Power frekuensi withstand 3 kV untuk 1 menit test fasa-fasa;
c) Impulse withstand voltage 20 kV;
d) Arus perencanaan rel/busbar 800 A, 1.200 A, 1.800 A;
e) Arus perencanaan sirkit keluar 400A;
f) Test ketahanan tegangan rendah.

Tabel 1.3 Harga Efektif (RMS)









Kesimpulan dan Saran

A. Sambungan tenaga listrik tegangan menengah merupakan sambungan tenaga listrik dengan
tegangan pelayanan 20.000 Volt dan dengan daya di atas 197 kVA. Pembatasan beban pelanggan
dilakukan dengan cara:
a. Berdasarkan arus pengenal pengaman lebur tegangan menengah.
b. Berdasarkan sei ng relay pembatas sehingga memerlukan pemutus tenaga

sebagai sarana pemutus beban.Berdasarkan jenis konstruksinya,
dibedakan:
1. Konstruksi Pasangan luar
Pasangan luar instalasi sambungan pelanggan tegangan menengah, merupakan instalasi yang
terbuka atau terlihat mata. Instalasi ini terpasang pada umumnya di gardu portal. Komponen
utama pada instalasi ini adalah:
a. Gardu portal lengkap tanpa transformator
b. Trafo arus sekurang-kurangnya kelas 0,2
c. Trafo tegangan sekurang-kurangnya kelas 0,2
d. Pengaman lebur (fused cut out) i pe HRC
e. Panel APP IP 45
f. Meter kWh sekurang-kurangnya kelas 0,5
g. Meter kVARh sekurang-kurangnya kelas 0,5
h. Time switch









PENGAMATAN 2
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

A. Data dan Dokumentasi Hasil Pekerjaan/Praktek

B. Pembahasan
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk
penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk
konsumen, ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang
dengan isolator pada tiang besi/beton. Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya
harus diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman
minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan
bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia. penghantar yang digunakan
adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated single core).
Pada kontruksi jaringan tegangan rendah atau menengah harus diperhatikan lintasan yang akan
dilewati saluran kabel, misalnya pada saat
kabel udara melintasi jalan umum, kabel udara yang dipasang di bawah
pekerjaan konstruksi, kabel udara melintasi sungai, dan lintasan- lintasan
lain yang perlu perhatian sehubungan dengan keamanan kabel dan
keselamatan mereka yang berada di sekitar kabel tersebut. Berikut ini
adalah beberapa contoh bentuk saluran kabel udara yang melewati lokasi
tersebut, dan ukuran-ukuran jarak aman terhadap lingkungan yang
tercantum dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakaan tugas
pemasangan kabel.

1. Standarisasi Kontruksi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah
a. Konstruksi TM-1 (tiang tumpu)
Konstruksi TM-1 merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk rute jaringan lurus, dengan satu
traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah isolator jenis pin insulator dan tidak memakai
treck skoor (guy wire). Penggunaan kostruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170-
180.

Gambar 1.37 Konstruksi Tiang Penyangga TM-1 SUTM

Konstruksi TM-1 ini termasuk tiang penyangga yang merupakan tiang yang dipasang pada
saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar dimana gaya
yang ditanggung oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.
Konstruksi TM-1D. Pada dasarnya konstruksi TM-1D sama dengan TM-1, bedanya TM-1D
digunakan untuk saluran ganda (double sircuit), dengan dua traves (cross-arm) dan enam buah
isolator jenis pin insulator. Satu taves diletakkan pada puncak tiang, sedangkan traves yang lain
diletakkan dibawahnya.

b. KonstruksiTM-2 (tiang sudut)
Konstruksi TM-2. Konstruksi TM-2 digunakan untuk tiang tikungan dengan sudut 150 170,
menggunakan double traves dan double isolator. Karena tiang sudut maka konstruksi TM-2
mempunyai treck skoor.

Gambar 1.38 Konstruksi Tiang Sudut TM-2 SUTM

Konstruksi TM-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang pada saluran
listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat
horizontal. Konstruksi TM-2D. Konstruksi TM-2D mempunyai konstruksi sama dengan TM-2,
bedanya TM-2D digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit), dan menggunakan double treck
schoor yang diletakkan dibawah masing-masing traves.



c. Konstruksi TM-3 (tiang tumpu).
Konstruksi TM-3 terpasang pada konstruksi tiang lurus, mempunyai double traves. Isolator yang
digunakan enam buah isolator jenis suspention insulator dan tiga buah isolator jenis pin insulator.
Konstruksi TM-3 ini tidak memakai treck schoor.
Gambar 1.39 Konstruksi Tiang Penegang TM-3 SUTM

Konstruksi TM-3D. Konstruksi TM-3D sama dengan konstruksi TM-3, bedanya TM-3D
digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit), empat buah traves, 12 isolator jenis suspension
insulator, dan 6 isolator jenis pin insulator.




d. Konstruksi TM-4 (tiang awal/akhir)
Konstruksi TM-4. Konstruksi TM-4 digunakan pada konstruksi tiang TM akhir. Mempunyai
double traves, dengan tiga buah isolator jenis suspension insulator dan memakai treck schoor.
Gambar 1.39 Konstruksi Tiang Penegang TM-3 SUTM


Konstruksi TM-4 ini termasuk tiang awal atau tiang akhir yang merupakan tiang yang dipasang
pada permulaan atau pada akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat pekerja
terhadap tiang dari satu arah. Konstruksi TM-4D. Konstruksi TM-4D sama dengan konstruksi
TM-4, bedanya TM-4D mempunyai double sirkuit dengan double treck schoor.

e. Konstruksi TM-5 (tiang sudut)
Konstruksi TM-5. Terpasang pada konstruksi tiang TM lurus dengan belokan antara 120 180,
menggunakan double traves dengan enam buah isolator jenis suspension dan tiga buah isolator
jenis pin insulator, dan memakai treck schoor.
Gambar 1.40 Konstruksi Tiang Penegang TM-5 SUTM

Konstruksi TM-5D. Konstruksi TM-5D sama dengan TM-5, namun TM-5D digunakan untuk
saluran ganda (double sirkuit) dengan double treck schoor.


f. Konstruksi TM-6 (tiang sudut).
Konstruksi TM-6 ini terpasang pada konstruksi tiang TM siku (60 90). Masing-masing
double traves disilang 4. Isolator yang digunakan jenis suspension insulator sebanyak 6 buah dan
satu isolator jenis pin insulator. Konstruksi ini memakai treck skoor ganda.
Gambar 1.41 Konstruksi Tiang Belokan TM-6 SUTM

Konstruksi TM-6 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang pada saluran
listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat
horizontal.

g. Konstruksi TM-7 (tiang percabangan)
Konstruksi TM-7 digunakan pada konstruksi pencabangan jaringan tegangan menengah dengan
sudut siku (90). Masing-masing double traves disilang 4. Pada TM induk memakai isolator
suspension, pada TM percabangan juga memakai isolator suspension dan menggunakan isolator
jenis pin. Konstruksi ini memakai treck skoor. Konstruksi TM-7D terpasang pada konstruksi
percabangan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sudut siku (90). Masing-masing satu traves
disilang 2. TM induk memakai isolator tumpu dan pada TN percabangan juga memakai isolator
tumpu. Type isolator tumpu. Dan memakai treck skoor.

h. Konstruksi TM-8 (tiang tumpu)
Konstruksi TM-8 ini terpasang pada konstruksi percabangan JTM sudut siku (90). Masing-
masing double traves disilang 4. TM induk memakai isolator tumpu dan TM percabangan
memakai isolator suspension. Type isolator yang digunakan ada dua jenis. Memakai treck skoor.
TM-8 hampir sama dengan TM-7 hanya bedanya pada isolator TM induknya. Konstruksi TM-8D
sama dengan TM-8 hanya bedanya TM-8D mempunyai double sirkuit.


i. Konstruksi TM-9 (tiang tumpu)
Konstruksi TM-9 terpasang pada konstruksi jaringan TM penyangga lurus. Satu traves. Type
isolator tumpu. Tidak pakai treck skoor. TM-9 biasanya lebih banyak digunakan pada daerah
perkotaan yang banyak bangunan.
Gambar 1.41 Konstruksi Tiang Belokan TM-9 SUTM

Konstruksi TM-9 ini termasuk konstruksi tiang penyangga yang merupakan tiang yang dipasang
pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar dimana
gaya yang ditanggung oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.


j. Konstruksi TM-10 (tiang sudut).
Konstruksi TM-10 sama dengan konstruksi TM-6. TM-10 terpasang pada konstruksi tiang
tikungan siku (sudut 60 90). Masing-masing double traves disilang 4. Isolator type
suspension. Memakai treck skoor ganda.

k. Konstruksi TM-11(tiang akhir/awal).
Konstruksi TM-11 terpasang pada konstruksi tiang TM akhir, Opstijg kabel. TM double traves.
Isolator type suspension. Satu traves untuk lightnig arrester. Dan memakai treck skoor.
Gambar 1.42 Konstruksi Tiang opstijg kabel TM-11 SUTM

Konstruksi TM-11 merupakan tiang akhir yang merupakan tiang yang dipasang pada permulaan
dan akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat pekerja terhadap tiang dari
satu arah.

l. Konstruksi TM-12 (tiag tumpu).
Konstruksi TM-12 merupakan tiang penyangga lurus. Terpasang pada konstruksi tiang pada
hutan lindung. Mempunyai isolator jenis tumpu. Tidak memakai traves. Konstruksi TM-12
merupakan tiang penyangga, yaitu tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya
berfungsi sebagaipenyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiangdalah
gaya karena beban kawat.

m. Konstruksi TM-13 (tiang tumpu).
Konstruksi TM-13. Merupakan konstruksi tiang penyangga lurus. Terpasang pada konstruksi
tiang hutan lindung. Isolator type tumpu. Tidak memakai traves. Konstruksi TM-13 merupakan
tiang penyangga, yaitu tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi
sebagai penyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiangadalah gaya
karena beban kawat.



n. Konstruksi TM-14 (tiag peregang).
Konstruksi TM-14 merupakan konstruksi tiang tarik vertical (sudut 150 170). Terpasang
pada konstruksi tiang hutan lindung. Type isolator suspension. Tidak memakai traves.




o. Konstruksi TM-15 (tiang peregang)
Konstruksi TM-15 merupakan TM yang terpasang pada konstruksi tiang tarik akhir dengan
menggunakan Arrester. Mempunyai double traves. Type isolator tumpu. Memakai treck skoor.
Gambar 1.43 Konstruksi Tiang Akhir Dengan Arrester TM-15 SUTM

Konstruksi TM-15 merupakan tiang akhir, yang merupakan tiang yang dipasang pada permulaan
dan akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat pekerja terhadap tiang dari
satu arah.
p. Konstruksi TM-16.
Konstruksi TM-16 merupakan konstruksi tiang portal dengan double traves. Isolator yang
digunakan jenis suspension, dan jenis pin. Konstruksi TM-16 digunakan untuk jaringan yang
melalui sungai dengan treck schoor.

q. Konstruksi TM-16A.
Konstruksi TM-16.A hampir sama dengan konstruksi TM-16 hanya pada TM-16A digunakan
untuk double circuit dengan 2 pasang double traves.
Gambar 1.44 Konstruksi Tiang Portal (Single Arm) TM-16 SUTM

r. Konstruksi TM-17.
Konstuksi TM-17 merupakan konstruksi tiang tarik vertikal dengan menggunakan isolator jenis
suspension dan isolator jenis pin. Konstruksi TM-17 ini digunakan untuk jaringan bersudut 120-
180 dengan treck schoor.

s. Konstruksi TM-18 (tiang sudut)
Konstruksi TM-18 ini digunakan untuk sudut 90 yang merupakan kontruksi tiang tarik vertikal
yang menggunakan double treck schoor. Isolator yang dgunakan jenis suspension tanpa travers.

t. Konstruksi TM-19 (tiang penyangga + LBS)
Konstruksi TM-19 merupakan tiang khusus yang dipasang LBS (Load Break Switch) pada
bagian puncaknya. Mempunyai double traves. Isolator yang digunakan jenis suspension.
Gambar 1.45 Konstruksi Tiang LBS TM-19 SUTM





Kesimpulan dan Saran

B. Sambungan tenaga listrik tegangan menengah merupakan sambungan tenaga listrik dengan
tegangan pelayanan 20.000 Volt dan dengan daya di atas 197 kVA. Pembatasan beban pelanggan
dilakukan dengan cara:
c. Berdasarkan arus pengenal pengaman lebur tegangan menengah.
d. Berdasarkan sei ng relay pembatas sehingga memerlukan pemutus tenaga

sebagai sarana pemutus beban.Berdasarkan jenis konstruksinya,
dibedakan:
2. Konstruksi Pasangan luar
Pasangan luar instalasi sambungan pelanggan tegangan menengah, merupakan instalasi yang
terbuka atau terlihat mata. Instalasi ini terpasang pada umumnya di gardu portal. Komponen
utama pada instalasi ini adalah:
i. Gardu portal lengkap tanpa transformator
j. Trafo arus sekurang-kurangnya kelas 0,2
k. Trafo tegangan sekurang-kurangnya kelas 0,2
l. Pengaman lebur (fused cut out) i pe HRC
m. Panel APP IP 45
n. Meter kWh sekurang-kurangnya kelas 0,5
o. Meter kVARh sekurang-kurangnya kelas 0,5
p. Time switch

3. Konstruksi pasangan dalam
Instalasi sambungan tegangan menengah ini adalah instalasi yangkeseluruhannya tertutup dalam
suatu panel metal/metal clad. Komponen utama pada instalasi ini adalah:
a. Kubikel load break switch untuk saklar masuk dan keluar
b. Kubikel trafo tegangan lengkap sekurang-kurangnya kelas 0,2
c. Kubikel sambungan pelanggan dengan kelengkapannya
d. Pemutus tenaga
e. Relai pembatas
f. Trafo arus sekurang-kurangnya kelas 0,2
g. Terminal sambungan pelanggan
h. Kubikel sambungan pelanggan (tambahan jika belum ada di bui r
i. Panel APP IP 45
j. Meter kWh Meter kVARh
k. Time switch

C. Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan switching/proteksi,
terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan difungsikan dengan
konstruksi pasangan batu dan beton (masonrywall building).
a. Pemisah Disconnecting Switch (DS)
Berfungsi sebagai pemisah atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemisah hanya dapat
dioperasikan dalam keadaan tidak berbeban.
b. Pemutus beban Load Break Switch (LBS)
Berfungsi sebagai pemutus atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemutus beban dapat
dioperasikan dalam keadaan berbeban dan terpasang pada kabel masuk atau keluar gardu
distribusi. Kubikel LBS dilengkapi dengan sakelar pembumian yang bekerja secara interlock
dengan LBS. Untuk pengoperasian jarak jauh (remote control), Remote Terminal Unit (RTU)
harus dilengkapi catu daya penggerak.
c. Pemutus Tenaga - Circuit Breaker (CB)
Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung arus listrik dengan cepat dalam keadaan normal
maupun gangguan hubung singkat. Peralatan Pemutus Tenaga (PMT) ini sudah dilengkapi
degan rele proteksi arus lebih (Over Current Relay) dan dapat difungsikan sebagai alat pembatas
beban. Komponen utama PHB-TM tersebut diatas sudah terakit dalam kompartemen kompak
(lengkap), yang sering disebut Kubikel Pembatas Beban Pelanggan.
d. LBS - TP (Transformer Protection)
Transformator distribusi dengan daya 630 kVA pada sisi primer dilindungi pembatas arus
dengan pengaman lebur jenis HRC (High Rupturing Capacity). Peralatan kubikel proteksi
transformator, dilengkapi dengan LBS yang dipasang sebelum pengaman lebur.Untuk gardu
kompak, komponen proteksi dan LBS dapat saja sudah terangkai sebagai satu kesatuan,
dan disebut Ring Main Unit (RMU).























PENGAMATAN 3
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH

A. DATA DAN DOKUMENTASI HASIL PRAKTEK
1. Data
Jarak Aman (Safety Distance).
Kekuatan Mekanis Tiang Awal/Ujung Untuk Saluran Tunggal, Jarak gawang 45 meter, panjang
andongan 1 meter, tiang 9 meter
Kekuatan Mekanis Tiang Sudut Untuk Saluran Tunggal, Jarak gawang 45 meter, panjang
andongan 1 meter, tiang 9 meter

B. LEMBARAN PENGAMATAN
Pemasangan instalasi pada jaringan rendah konstruksinya tergantung dari kondisi tempat
pemasangannya. Kontruksi TR secara garis besar terdiri atas beberapa bentuk konstruksi yaitu
konstruksi tiang awal/akhir konstruksi tiang tumpu, konstruksi tiang sudut, konstruksi tiang
percabangan dan tiang peregang
Konstruksi TR-1 merupakan konstruksi saluran kabel udara tegangan rendah (SKUTR)
yang menggunakan suspension small angle assembly (penggantung untuk tiang sangga/tumpu).
Untuk konstruksi tiang sudut yaitu konstruksi TR2 yang digunakan dengan sudut kurang dari
45, dengan menggunakan large angle assembly (penggantung untuk tiang belokan/sudut).
Kontruksi tiang penyangga silang terdiri atas beberapa macam bentuk yaitu kontruksi TR-
4, kontruksi TR-4A, dan konstruksi TR-4B. Pada umumnya konstruksi tiang percabangan ini
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk instalasi jaringan tegangan rendah pada persimpangan.
Hal yang membedakanya yaitu bentuk konstruksi serta komponen yang digunakan dalam
pemasangan jaringan tegangan rendah.
Untuk konstruksi tiang peregang terdiri juga atas beberapa bagian yaitu kontruksi tiang
peregang dengan penghantar yang sama dan konstruksi tiang peregang dengan beda penampang.

C. PEMBAHASAN
Pemasangan instalasi untuk jaringan tegangan rendah terdiri atas beberapa bentuk
konstruksi, tegantung dari kebutuhan serta kondisi dari lokasi pemasangan jaringan tegangan
rendah. Untuk konstruksi tiang awal/akhir (TR-3) terdiri atas komponen beberapa komponen
yaitu Tension Bracket, Strain Clamp,Stainless Steel Strip 0,75 Meter, Stopping Buckle, Plastic
Strap, PVC 2 50 Cm, Link, Dead end tubes, Low Voltage Twistad Cable.
Pada konstruksi tiang tumpu (TR-1) digunakan suspension small angle assembly yang
berfungsi untuk penggantung penghantar pada tiang. Tiang sangga silang ada yang
menggabungkan dua buah TR-1, yang memiliki arah yang berbeda. Selian itu tiang silang, ada
yang konstruksinya yang mneggabungkan dua buah TR-2.
Untuk tiang sudut merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang
tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.
Konstruksi tiang TR-5 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang penegang.
Kabel dikaitkan pada fixed dead-end assambly. Tiang penegang/tiang tarik adalah tiang yang
dipasang pada saluran listrik yang lurus dimana gaya tarik kawat pekerja terhadap tiang dari dua
arah yang berlawanan. Konstruksi TR-5 ini selain menggunakan penghantar penampangnya
sama juga ada pemasangan konstruksi yang pemasanganya menggunakan penghantar yang beda
luas penampangnya.
Konstruksi TR-6 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang pencabangan,
yang menggunakan suspension small angle assambly dan fixed dead-end assambly untuk
mengaitkan kabel.


D. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik. Melalui
jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para pemanfaat / pelanggan listrik.
2. Konstruksi pemasangan tegangan rendah terdiri atas beberapa bentuk konstruksi yang
pemasangan dan jenis konstruksi yang akan digunanakan pada jaringan tegangan rendah tersebut
tergantung dari lokasi pemasangan dan kebutuhan.
3. Ada 10 jenis konstruksi jaringan distribusi tegangan rendah, yang masing-masing sesuai dengan
kondis /rute jaringan di lapangan.


b. Saran
Dalam melakukan pemasangan instalasi jaringan tegangan rendah perhatikan lokasi
pemasangan. Lokasi dari pemasangan ini akan menentukan tipe konstruksi yang akan digunakan
dalam pemasangan konstruksi tegangan rendah. Peralatan dan pemasangan instalasi jaringan
tegangan rendah harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan agar pemasangan jaringan
berfungsi dengan semestinya. Selain itu pemasangan jaringan harus dilakukan seefisien mungkin
baik biaya dan aktu pemasangan jaringan.










PENGAMATAN 4
INSTALASI TRAFO TIANG

A. DATA DAN DOKUMENTASI HASIL PRAKTEK
Karakteristik listrik komponen utama instalasi Gardu Tiang yang harus dipenuhi pada sisi
Tegangan Menengah (TM), adalah :
Tegangan pengenal : 24 kV
Frekuensi pengenal : 50 Hz-
Ketahanan isolasi terhadap tegangan impuls kering standar (puncak) :125kV
Inpulse DC test selama 1 menit : 50 kV-
Ketahanan tegangan jarak isolasi (- isolating distance) di udara :
Tegangan impuls, kering (puncak) : 145 kV
Inpulse DC voltage selama 1 menit : 50 kV
Ketahanan terhadap arus hubung singkat (1 detik) : 12.5kV
Arus maksimum gangguan ke bumi selama 1 detik : 1 kA
Tegangan uji terhadap sirkuit bantu : 2 kV
Tegangan surja hubung dan Pemutus Tenaga hampa udara
harus cocok untuk transformator terendam minyak (tanpa penangkap petir)
dengan tingkat isolasi dasar (BIL) : 125 kV
Karakteristik listrik komponen utama instalasi Gardu Tiang yang harus dipenuhi
pada sisi Tegangan Rendah (TR), adalah :
Tegangan pengenal : 230/400 V
Frekuensi pengenal : 50 Hz
Tingkat isolasi dasar (puncak) : 6 kV
Arus ketahanan waktu singkat selama 1 detik,
PHB 250/500/630 A : 0.5 kA
PHB 800 A : 0.5 kA
PHB 1200 A : 0.5 kA
KHA busbar : 250/400/630
800/1200 A
Kapasitas pengaman lebur HRC : 25 kA/400 V
Tegangan ketahanan frekuensi daya selama 1 menit : 2,5 Kv


B. LEMBARAN PENGAMATAN
Deskripsi kerja pengamatan
Penginstalasian trafo distribusi
Memperhatikan panaikan trafo ke cross arm.
Memastikan kedudukan transformator yang erat pada cross arm dengan cara melakukan
pengecekan mur dan baut pengikat trafo.
Pemasangan penghantar pembumian Pemasangan pembumian untuk titik netral trafo
ditempatkan terpisah.
Pembumian lightning arrester dan bagian konduktif terbuka disambungkan dengan
tembaga 50mm^2.
Penginstalasian kabel 20KV Pemasangan sepatu kabel harus dilaksanakan dengan hati-hati serta
memilih konduktor yang tepat untuk pemasangan antar kabel.
Instalasi kabel tegangan rendah
Menyesuaikan ukuran kabel dengan keluaran trafo.
Memasang pembumian untuk kabel tanah.
Penandaan trafo tiang Memberikan identitas pada trafo:
Nomor gardu
Tanda peringatan
Data historis
penyelesaian Memperhatikan kelayakan operasi dari trafo

C. PEMBAHASAN
1. lokasi pemasangan
Pemasangan trafo tiang memperhatikan unsur keselamatan dan jarak keamanan. ruang bebas
hambatan atau right of way pada Gardu Tiang adalah daerah bebas dimana gardu tersebut
berlokasi. Pada ruang bebas tersebut tidak ada penghalang yang menyebabkan komponen gardu
beserta kelengkapannya bersentuhan dengan pohon atau bangunan. Tersedia akses jalan masuk-
keluar gardu untuk keperluan kegiatan operasi dan pemeliharaan/perbaikan gardu.
Jarak aman bagian Gardu Tiang di sisi 20 kV sesuai dengan ketentuan Saluran Udara Tegangan
Menengah adalah 2,5 meter dari sisi terluar konstruksi gardu.
2. proses pemasangan
Perencanaan konstruksi Gardu Tiang lazimnya sudah harus menjadi satu kesatuan dengan
perencanaan jaringan SUTM-nya. Pastikan terlebih dahulu kebenaran peta rencana lokasi
pendirian Gardu Distribusi, detil konstruksi dan perolehan izin lokasi gardu. Bila lokasi gardu
berada di tanah sertifikat hak milik, harus diperoleh izin tertulis penggunaan tanah untuk gardu
dari pemilik tanah. Perhatikan kekuatan tiang beton/besi untuk konstruksi Gardu Tiang yang
direncanakan bagi penempatan transformator distribusi, pondasinya dan akurasi vertikalnya.
Persiapkan seluruh komponen utama dan kelengkapan instalasi Gardu Tiang di lokasi.
Termasuk yang harus diperhatikan adalah dimensi crossarm/dudukan dengan jarak-jarak dan
besar lubang yang dipersyaratkan.
Khusus transformator, periksa fisik transformator distribusi yang meliputi :
1. Packing transformator.
2. Periksa assesoris transformator, apakah sudah sesuai dengan syarat kontrak yang disepakati,
misalnya Termometer, Oil Level, Buchholz Relay, Breather (silica gel).
3. Periksa volume minyak pada gelas duga (oil Level) dan kebocoran pada transformator.
4. Periksa Name Plate serta Sertifikat Transformator, apakah telah sesuai dengan permintaan,
pemeriksaan antara lain :

Daya/ Kapasitas
Tegangan Sisi Teg. Tinggi
Tegangan Sisi Teg. Rendah
Vektor Group
Tingkat Pengaturan Tegangan
Pengujian Ketahanan Isolasi antara
sisi Tegangan Rendah (TR) dengan sisi Tegangan Menengah (TM).
sisi Tegangan Rendah (TR) dengan bodi (E).
sisi Tegangan Menengah (TM) dengan bodi (E).


D. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
setelah melakukan praktek dan pengamatan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
o Pemasangan trafo tiang harus memperhatikan lokasi serta jarak yang aman.
o Terdapat perbedaan antara pemasangan trafo pada jaringan tegangan tinggi dan jaringan tegangan
menengah. Seperti perbedaan pemasangan titik pembumian serta instalasi kabel ke trafo tiang.
o Sebelum trafo dinyatakan layak operasi terlebih dahulu harus dilakukan pengujian agar trafo tidak
menyebabkan kerusakan pada jaringan serta kerugian finansial
b. Saran
o Dalam pemasangan trafo tiang terlebih dahulu dilakukan kelayakan lokasi.
o Memastikan pemasangan sepatu kabel dengan teliti agar tidak terjadi kerusakan.
o Memastikan peletakan trafo pada tiang telah terpasang dengan erat.
o Melakukan pengujian sebelum trafo dioperasikan.



PENGAMATAN 5
INSTALASI PANEL APP

A. LEMBAR PENGAMATAN
Pada panel APP terdapat 6 buah fuse, saklar ON, OFF, kabel R, S, T, N, dan PE, alat ukur.
Fasa R yaitu menggunakan kabel jenis NYA 25-35 mm dengan scound kable warna merah,
sedangkan S kuning, dan T biru.

B. PEMBAHSAN
Sebelum melakukan praktek mengenai panel APP Setiap Kelompok / Group terlebih
dahulu mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan sesuai dengan daftar material /
peralatan sesuai gambar kerja. Setelah itu mempersiapkan Safety dan Menggunakannya,
seperti sarung tangan, sepatu karet, helm, dan peralatan safety lainnya yang dibutuhkan agar
terhindar dari bahaya yang beresiko. Setelah itu praktikkan memastikan bahwa sistem dalam
keadaan KOSONG / BEBAS tegangan yaitu dengan memastikan bahwa keadaan toggle saklar
pada keadaan OFF. Namun sebelum mengoperasikan/melakukan pekerjaan pemasangan
peralatan/jaringan, terlebih dahulu memeriksakannya pada instruktur yang bersangkutan sampai
ada instruksi didalam pengoperasiannya. Setelah itu barulah mempraktekkan mengenai cara
Memasang dan Penginstalasian panel APP. Yaitu dengan langkah pertama melakukan /
memastikan Saklar dalam kondisi stanby (OFF) . Sebelum membuka peralatan yang sudah
terpasang pada panel praktikkan terlebih dahulu menentukan peralatan / bagian-bagian apa saja
yang terdapat pada panel APP kemudian menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ;
sisi input dan out-put kabel masukan agar pada saat pemasangan kembali tidak mengalami
kesulitan. Untuk membuka fuse, digunakanlah alat yang dinamakan dengan tang fuse. Setelah itu
praktikkan menentukan simbol diagram dan diagram pengawatanya, menentukan urutan fasa
dan warna kabel, Menentukan jenis kabel yang digunakan , pengawatan /penyambungan kabel
pada terminalnya sesuai urutan fasa, memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
Setelah selesai memasang kembali peralatan sesuai dengan ketentuannya kemudian barulah
melakukan pengujian atau COMMISSIONING. Sebelum peralatan dan instalasinya
dioperasikan, harus dilakukan test/ pengujian baik pengujian mekanis maupun pengujian
elektrik.

C. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktek dan pengamatan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Pemasangan panel APP harus memperhatikan ketentuan sesuai dengan diagram pengawatannya.
Sebelum membuka panel APP sebaiknya meletakkkan saklar pada posisi off.
Sebelum panel APP dinyatakan layak operasi terlebih dahulu harus dilakukan pengujian agar trafo
tidak menyebabkan kerusakan pada jaringan serta kerugian finansial.
2. Saran
Dalam pemasangan panel APP terlebih dahulu dilakukan kelayakan lokasi dan sesuai
ketentuan yang berlaku.
Memastikan pemasangan scound kabel dengan teliti agar tidak terjadi kerusakan.
Membuka dan memasang fuse dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan fuse pada panel
APP. Demikian juga dengan komponen lainnya.
Memastikan pemasangan komponen panel APP telah terpasang dengan seestinya dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Melakukan pengujian sebelum rangkaian dioperasikan



PENGAMATAN 8
INSTALSI GROUNDING

A. DATA DAN DOKUMENTASI HASIL PEKERJAAN/PRAKTEK
DATA
Panjang elektroda = 130 cm
Panjang elektroda yang dipancang ke dalam tanah = 30 cm
Tahanan tanah yang diukur = 7
Jarak antar elektroda = 10 meter

DOKUMENTASI
Earth tester
Batang elektroda
Kabel penghubung earth tester dengan elektroda
Pemasangan elktroda dengan kabel penghubung earth tester

B. LEMBAR PENGAMATAN
Dari praktek dan pengamatan langsung yang telah dilaksanakan praktikan terhadap sistem
pembumian maka dapat diketahui bahwa sistem pentanahan atau pembumian adalah sistem
kelistrikan yang terhubung secara tidak langsung antara rangkaian listrik dengan bodinya (sistem
rangkaian balik) yang bertujuan untuk menmgamankan manusia dan juga peralatan lainnya.
Untuk mengukur tahahanan suatu tanah maka dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
earth tester. Eart tester mempunyai 3 terminal yaitu terminal E,P, dan C. Pada praktek kali ini
praktikan menggunakan 3 buah elektroda yang berbentuk batangan tembaga dengan tahanan
jenis 0.0177 x 10 -6 m. eletroda dipasang sejajar. Elektroda pertama merupakan elektroda
utama, sedangkan elektroda kedua merupakan elektroda bantu, dan elektroda ketiga merupakan
elektroda pembanding.
Jarak antar elektroda adalah 10 meter, dengan panjang batang elektroda 130 cm. elektroda
dipancangkan ke dalam tanah dengan kedalaman 30cm. Pada earth tester, terminal E (earth)
dihubungkan ke elektroda utama dengan menggunakan kabel berwarna hijau. Terminal P
(potensial) dihubungkan ke elktroda bantu dengan menggunakan kabel berwarna kuning.
Terminal C (current) dihubungkan ke elktroda pembanding menggunakan kabel berwarna merah.
Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa tahanan tanah yang diukur adalah sebesar 7 .
Tujuan penggunaan tiga batang elektroda tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana tahanan
dapat mengalirkan arus listrik. Elektroda merupakan penghantar yang dihantar di dalam tanah
dan sebagai kontak langsung dengan tanah yang diusahakan mencapai titik air tanah.

C. PEMBAHASAN
Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem pengamanan
terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan
listrik, petir dll. Sistem pentanahan di data center menjadi salah satu unsur penting dalam data
center karena memberikan kebutuhan tenaga utama bagi data center. Standar pentanahan untuk
data center tercantum dalam beberapa dokumen antara lain : TIA-942, J-STD-607-A-2002 dan
IEEE Std 1100 (IEEE Emerald Book), IEEE Recommended Practice for Powering and
Grounding Electronic Equipment.
Tujuan Utama Sistem Pentanahan
Tujuan utama dari adanya pentanahan adalah menciptakan jalur yang low-impedance
(tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage.
Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum
dari adanya sentakan listrik atau transient voltage. Sistem pentanahan yang efektif akan
meminimalkan efek tersebut.
Karakteristik Sistem Pentanahan yang Efektif
Karakteristik sistem pentanahan yang efektif antara lain adalah:
1. Terencana dengan baik, semua koneksi yang terdapat pada data center harus merupakan koneksi
yang sudah direncanakan sebelumnya dengan kaidah-kaidah tertentu.
2. Verifikasi secara visual dapat dilakukan.
3. Sesuai dengan ukuran, TIA-942 menyediakan guideline untuk setiap komponen pada data
center.
4. Menghindarkan gangguan yang terjadi pada arus listrik dari perangkat.
5. Semua komponen metal harus ditahan/diikat oleh sistem pentanahan, dengan tujuan untuk
meminimalkan arus listrik melalui material yang bersifat konduktif pada potensial listrik yang
sama.

Isu Pentanahan dan Kelangsungan Listrik
Isu yang paling penting terkait dengan kelangsungan listrik antara lain adalah susunan rack
dan kabinet, perlindungan electrostatic discharge (ESD), dan susunan pentanahan dari switches,
server, dan power
SYARAT SYARAT SISTEM PENTANAHAN YANG EFEKTIF
1. Tahanan pentanahan harus memenuhi syarat yang di inginkan untuk suatu keperluan pemakaian.
2. Elektroda yang ditanam dalam tanah harus :
o Bahan Konduktor yang baik
o Tahan Korosi
o Cukup Kuat
3. Jangan sebagai sumber arus galvanis.
4. Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya.
5. Tahanan pentanahan harus baik untuk berbagai musim dalam setahun.
6. Biaya pemasangan serendah mungkin.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN TAHANAN PENTANAHAN
Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :
1. Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke peralatan yang
ditanahkan.
2. Tahan kontak antara elektroda dengan tanah.
3. Tahanan dari massa tanah sekeliling elektroda.
Namun demikian pada prakteknya tahanan elektroda dapat diabaikan, akan tetapi tahanan
kawat penghantar yang menghubungkan keperalatan akan mempunyai impedansi yang tinggi
terhadap impuls frekuensi tinggi seperti misal pada saat terjadi lightningdischarge. Untuk
menghindarinya, sambungan ini di usahakan dibuat sependek mungkin.
Dari ketiga faktor tersebut diatas yang dominan pengaruhnya adalah tahanan sekeliling
elektroda atau dengan kata lain tahanan jenis tanah ().
TAHANAN JENIS TANAH ()
Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang hemispherical R = /2r
terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus dengan besarnya . Untuk berbagai tempat
harga ini tidak sama dan tergantung pada beberapa faktor :

1. sifat geologi tanah
2. Komposisi zat kimia dalam tanah
3. Kandungan air tanah
4. Temperatur tanah
5. Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.
Sifat Geologi Tanah
Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah. Bahan dasar dari pada
tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya mempunyai tahanan jenis terendah,
sedang batu-batuan dan quartz bersifat sebagai insulator.
Tabel dibawah ini menunjukkan harga-harga ( ) dari berbagai jenis tanah.
Tabel. 1
No. JENIS TANAH TAHANAN JENIS TANAH( ohm.meter)
1. Tanah yang mengandung air garam 30
2. Rawa 100
3. Tanah liat 200
4. Pasir Basah 500
5. Batu-batu kerikil basah 1000
6. Pasir dan batu krikil kering 3000
7. Batu 5 6

Tabel 1.4 harga-harga ( ) dari berbagai jenis tanah.

KOMPOSISI ZAT ZAT KIMIA DALAM TANAH
Kandungan zat zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun anorganik
yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula.Didaerah yang mempunyai tingkat curah hujan
tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung
pada lapisan atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang
efektif yaitu dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan garam
masih terdapat.
KANDUNGAN AIR TANAH
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah ( )
terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu test laboratorium untuk
tanah merah penurunan kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah
naik samapai 30 kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali.
TEMPERATUR TANAH
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil terhadap perubahan
temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama setahun tidak
banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.
ELEKTRODA PENTANAHAN
Jenis Elektroda pentanahan
Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem pentanahan yaitu :
1. Elektroda Batang
2. Elektroda Pelat
3. Elektroda Pita
Elektroda elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun multiple dan juga secara
gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.
ELEKTRODA BATANG
Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang di tanam vertikal di dalam
tanah. Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel atau galvanised steel. Perlu
diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar dari galvanic couple yang dapat
menyebabkan korosi.
Ukuran Elektroda :
diameter 5/8 - 3/4
Panjang 4 feet 8 feet
Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun untuk pemakaian
pentanahan yang lain.
ELEKTRODA PELAT
Bentuk elektroda pelat biasanya empat persegu atau empat persegi panjang yang tebuat
dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam didalam tanah. Cara penanaman biasanya
secara vertical, sebab dengan menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan
vertical. Penanaman secara vertical adalah lebih praktis dan ekonomis.
ELEKTRODA PITA
Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita atau juga kawat BCC yang
di tanam di dalam tanah secara horizontal sedalam 2 feet. Elektroda pita ini bisa dipasang pada
struktur tanah yang mempunyai tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang
tidak mengalami kekeringan.
Hal ini cocok untuk daerah daerah pegunungan dimana harga tahanan jenis tanah makin
tinggi dengan kedalaman.
PENGKONDISIAN TANAH
Bagi daerah daerah yang mempunyai struktur tanah dengan tahanan jenis tanah yang
tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan yang diinginkan seringkali sukar diperoleh. Ada
tiga cara untuk mengkondisikan tanah agar pada lokasi elektroda ditanam tahanan jenis tanah
menjadi rendah, yaitu :
1. Dengan membuat lubang penanaman elektroda yang lebar dan dimasukkan mengelilingi
elektroda tersebut bahan bahan seperti tanah liat atau cokas.
2. Mengelilingi elektroda pada statu jarak tertentu diberi zat-zat nimia yang mana akan
memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zat-zat nimia yang biasa di pakai adalah sodium
chloride, calsium chloride, magnesium sulfat, dan coper sulfat.
3. Dengan Bentonite.Bubuk bentonita bersifat mengabsorb air, karena itu dengan mencampur
bubuk bentonite, garam dapur dan air maka campuran bentonite tersebut dapat menghasilkan
tahanan jenis tanah yang rendah. Dengan menanamkan campuran bentonite tersebut disekeliling
elektroda maka tahanan pentanahandapat diperkecil 1/10 1/15 kali.Komposisi campuran
bentonite menurut perbandingan :Bentonite : garam dapur : air = 1 : 0,2 : 2
Jenis jenis Elektroda
1. Elektroda Pembanding
Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu elektrode pembanding
(refference electrode) yang memiliki syarat harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan,
dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang selidiki..
Pasangan electrode pembanding adalah elektrode indikator (disebut juga working electrode)
yang potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki.
Syaratnya adalah:
Mematuhi persamaan Nerst bersifat reversible
Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu
Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil
Hanya memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu
Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal
2. Elektroda Indikator
a. Pengertian Elektroda indikator
Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang potensial elektrodanya
bergantung terhadap konsentrasi (aktivitas) analit yang diukur(vogel:).
b. Jenis-jenis elektroda indicator
i. Elektroda indikator logam
Elektroda jenis pertama
Elektroda logam yang potensialnya merupakan fungsi dari konsentrasi Mn+ dalam Mn+|M
reaksi setengah redoks. Elektroda jenis pertama merupakan elektroda logam murni yang
memepertukarkan kationnya langsung dengan logamnya.Elektroda jenis pertama tidak banyak
digunakan karena sangat tidak selektif dan merespon kation lainnya yang mudah tereduksi.
Kelemahan dari elektroda ini tidak terlalu selektif, kadang bereaksi dengan katon lain yg lebih
mudah tereduksi, elektroda logam dangat mudah teroksidasi
Elektroda jenis ke-2
Elektroda logam yang potensialnya merupakan fungsi dari konsentrasi X dalam MXn|M reaksi
setengah redoks. Logam tidak hanya merespon kationnya tetapi juga merespon anion yang
membentuk endapan sedikit larut dan kompleks stabil dengan kationnya. Elektroda jenis ini
memiliki ion-ion yang tidak bertukar elektron langsung dengan elektrodanya. Sebagai gantinya,
anion akan mengatur konsentrasi kation yang bertukar elektron dengan
elektroda.
Elektroda redoks
Elektroda inert yang dapat menjadi sumber elektron bagi reaksi setengah redoks.
ii. Elektroda membrane
Pada elektroda membran, tidak ada elektron yang diberikan oleh atau kepada membran tersebut.
Sebagai gantinya, suatu membran membiarkan ion-ion jenis tertentu menembusnya, namun
menghentikan ion-ion lain.
Potensial membrane
Suatu perubahan potensial pada sebuah membran konduktif dimana sisi yang berlawanan kontak
(berhubungan) dengan larutan yang memiliki komposisi berbeda.
Elektroda selektif ion
Sebuah elektroda dimana potensial membrannya merupakan fungsi konsentasi dari satu ion
tertentu.
Elektroda kaca
Sebuah elektroda selektif ion berdasarkan membran kaca yang potensial terbentuk dari reaksi
pertukaran ion pada permukaan membran.
Elektroda membran Kristal
Sebuah elektroda selektif ion yang didasarkan pada kelarutan yang kecil dari bahan kristal
anorganik. Tidak hanya kaca saja yang selektif terhadap kation, tetapi beberapa zat padat lainnya
juga selektif terhadap kation. Sebagai contoh kristal tunggal lantanum florida yang bertindak
sebagai membran digunakan untuk menetapkan ion fluorida. Kristal itu dikontaminasi dengan
suatu unsur tanah langka, europium(II), untuk meningkatkan daya hantar listriknya. Elektroda ini
mampu merespon ion fluorida smpai konsentrasi 10-5 M.
Elekroda membran liquid
Sebuah elektroda selektif ion di mana chelating agen dimasukkan ke dalam membran hidrofobik.
Perbandingan antara elektroda kaca konvensional dengan elektroda membran liquid.(sumber:
Fundamentals of Analytical Chemistry)
Elektroda jenis ini menggunakan cairan yang tidak bercampur dengan air sebagai membrannya.
Elektroda membran cairan menghasilkan potensial dari kedua larutan yang mengandung analit
dan liquid-ion exchanger. Cairan tersebut akan mengikat dengan selektif ion yang akan
ditetapkan. Sebagai contoh elektroda ion kalsium yang menggunakan suatu penukar kation yang
mengandung asam fosfat.
ISFETS
ISFET adalah ion-sensitif field effect transistor yangdigunakan untuk mengukur konsentrasi ion
dalam larutan, ketika konsentrasi ion (seperti H +, lihat skala pH) mengalami perubahan, arus
melalui transistor akan berubah sesuai. Di sini, solusinya digunakan sebagai elektroda gerbang.
Sebuah tegangan antara substrat dan permukaan oksida muncul akibat selubung ion.
Elktroda enzim
Sebuah elektroda yang merespon konsentrasi substrat dengan mereaksikan substrat dengan
enzim yang statis, menghasilkan ion yang dapat dipantau dengan ion-selektif elektroda.
iii. Gas sensing probe
Gas sensing probe adalah sel galvani yang potensialnya tergantung kepada konsentrasi gas dalam
larutan.
c. Pemilihan elektroda indikator
Elektroda indikator harus memenuhi beberapa syarat antara lain harus memenuhi tingkat
kesensitivan yang terhadap konsentrasi analit. Tanggapannya terhadap keaktifan teroksidasi dan
tereduksi harus sedekat mungkin dengan yang diramalkan dengan persamaan Nernst. Sehingga
adanya perbedaan yang kecil dari konsentrasi analit, akan memberikan perbedaan
tegangan(skoog).











D. KESIMPULAN
1. Pentanahan tergantung kepada jenis tanah dan jenis alat yang akan di bumikan
2. Pentanahan yang baik adalah dengan menggunakan kawat tembaga murni agar tidak terjadi arus
eksi tasi.
3. Penggunaan elektroda harus sesuai dengan alat dan cara merangkai peralatan untuk memperkuat
pembumiannya.

SARAN
1. Melakukan kombinasi komponen elektroda untuk memperkuat pembumian secara
paralel,lingkaran.Biasanya ini digunakan untuk pembumian trafo.
2. Besar arus lebih yang melalui elektroda harus di seimbang dengan tahanan elektroda
sendiri.

You might also like