You are on page 1of 5

7 Terapi Hasad

Kategori Akhlaq dan Nasehat | 03-01-2011 | 6 Komentar




Seorang muslim yang hanif tentulah sadar bahwa penyakit
hasad adalah penyakit yang harus diatasi mengingat bahaya
yang ditimbulkannya teramat besar. Artikel ini secara
singkat berusaha memberikan beberapa kiat untuk mengatasi
penyakit hasad tersebut. Semoga bermanfaat
Obat yang paling pertama adalah mengakui bahwa
hasad itu merupakan sebuah penyakit akut yang
harus dihilangkan. Tanpa adanya pengakuan akan hal
ini, seorang yang tertimpa penyakit hasad justru akan
memelihara sifat hasad yang diidapnya. Dan pengakuan
bahwa hasad adalah sebuah penyakit yang berbahaya
tidak akan timbul kecuali dengan ilmu agama yang
bermanfaat.
Ilmu yang bermanfaat, hal ini berarti bahwa seorang
yang ingin mengobati hasad yang dideritanya harus
memiliki pengetahuan atau ilmu, dan pengetahuan ini
terbagi menjadi dua jenis, yaitu secara global dan secara
terperinci.
Pertama, secara global, maksudnya dia mengetahui bahwa
segala sesuatu telah ditentukan berdasarkan qadha dan
qadar-Nya; segala sesuatu yang dikehendaki-Nya akan
terjadi dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya, tidak
akan terjadi. Demikian pula, dia menanamkan dalam dirinya
bahwa rezeki yang telah ditetapkan dan diberikan Allah
kepada para hamba-Nya, tidak akan berubah dan tertolak
karena ketamakan dan kedengkian seseorang.
Kedua, secara terperinci, yakni dia mengetahui bahwa
dengan memiliki sifat hasad, pada hakekatnya dia
membiarkan sebuah kotoran berada di mata air keimanan
yang dimilikinya, karena hasad merupakan bentuk
penentangan terhadap ketetapan dan pembagian Allah
kepada para hamba-Nya. Dengan demikian, hasad
merupakan tindakan pengkhianatan kepada saudara-Nya
sesama muslim dan dapat mewariskan siksa, kesedihan,
kegalauan yang berkepanjangan. Demikian pula, hendaklah
dia menanamkan kepada dirinya bahwa hasad justru akan
membawa berbagai dampak negatif bagi dirinya sendiri, baik
di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, orang yang dihasadi
justru memperoleh keuntungan berupa limpahan pahala
akibat hasad yang dimilikinya [Fatawa Syaikh Jibrin 11/69;
Maktabah Asy Syamilah].
Jadi bagaimana bisa seorang berakal membiasakan dirinya
untuk dengki (hasad) kepada orang lain?!
Muhammad ibnu Sirin rahimahullah mengatakan,
Saya tidak pernah dengki kepada orang lain dalam perkara
dunia, karena apabila dia ditetapkan sebagai ahli jannah,
bagaimana bisa saya mendengkinya dalam perkara dunia,
sementara dia berjalan menuju jannah. Sebaliknya, jika dia
adalah ahli naar, bagaimana bisa saya dengki kepadanya
dalam perkara dunia, sementara dia berjalan menuju naar
[Muktashar Minhajul Qashidin 177].
Dengan amal perbuatan yang bermanfaat, yaitu
melakukan kebalikan dari perbuatan-perbuatan negatif
yang muncul sebagai akibat dari sifat hasad [Fatawa
Syaikh Jibrin 11/69; Maktabah Asy Syamilah]. Hal ini
diisyaratkan Allah taala dalam firman-Nya,

( )
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka
tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia. (Fushshilat: 34).
Jika sifat hasad mendorongnya untuk mencemarkan dan
memfitnah orang yang didengkinya, maka ia harus
memaksakan lidahnya untuk memberikan pujian kepada
orang tersebut. Jika sifat hasad mendorongya untuk bersikap
sombong, maka ia harus memaksa dirinya untuk bersikap
tawadhu (rendah hati) kepada orang yang didengkinya,
memuliakan, dan berbuat baik kepadanya. Jika di kali
pertama dia bisa memaksa dirinya untuk melakukan
berbagai hal tersebut, maka insya Allah selanjutnya dia akan
terbiasa melakukannya, dan kemudian hal itu menjadi bagian
dari karakternya.
Meneliti dan menelusuri sebab-sebab yang membuat
dirinya menjadi dengki kepada orang lain, kemudian
mengobatinya satu-persatu. Misalnya, sifat sombong
diobati dengan sifat tawadhu (rendah hati), penyakit
haus kedudukan dan jabatan diobati dengan sifat zuhud,
sifat tamak (rakus) diobati dengan sifat qanaah dan
berinfak, dst.
Di antara obat hasad yang paling mujarab adalah
sebagaimana yang telah diterangkan Allah dalam
firman-Nya,

( )
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak
dari sebahagian yang lain, (karena) bagi orang laki-laki ada
bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi
para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala
sesuatu. (An Nisa: 32).
Dalam ayat ini, Allah taala melarang hamba-Nya iri
(dengki) terhadap rezeki yang berada di tangan orang lain,
dan Dia menunjukkan gantinya yang bermanfaat di dunia
dan akhirat yaitu dengan memohon karunia-Nya karena hal
tersebut terhitung sebagai ibadah dan merupakan perantara
agar permintaannya dipenuhi apabila Allah menghendakinya
[Fatawasy Syabakah Al Islamiyah 7/278; Maktabah Asy
Syamilah].
Bersandar kepada Allah, bermunajat serta memohon
kepada-Nya agar berkenan mengeluarkan penyakit yang
kotor ini dari dalam hatinya.
Banyak mengingat mati. Abud Darda radhiallahu
anhu mengatakan,

Seorang yang memperbanyak mengingat mati, niscaya
akan sedikit girangnya dan sedikit pula sifat hasadnya
[Hilyatul Auliya 1/220].
Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim
Artikel www.muslim.or.id

You might also like