You are on page 1of 14

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN

ANAK USIA 1-5 TAHUN DI DESA DLINGO I, RT.2, DLINGO,


BANTUL
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Riset Keperawatan
dengan dosen pengampu Wiwi Kustio Priliana.,A.Kep.,MPH



OLEH :
IRA KARTIKA SARI (2220111911 / 01)
NOVITASARI (2220111923 / 13)
III B

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA
SEPTEMBER, 2013


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang
tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta
bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat
pulih).
Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu
diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan
tambahan hanya 39 ribu anak.
Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia pendek
(SKRT 2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang
berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak
anak. Padahal, otak tumbuh selama masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung
mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan.
Mengingat dampak kekurangan gizi begitu luas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 1-5 tahun di desa
Dlingo I, RT.2, Dlingo, Bantul. Dari data yang terdapat di tempat tersebut, pada bulan
Februari 2012 jumlah anak usia 15 tahun sebanyak 20 anak, dari jumlah tersebut
sebanyak 8 anak menderita gizi kurang, dan 12 lainnya sudah cukup baik gizinya.
Dari data Balita tersebut di atas belum diketahui tingkat perkembangannya,
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana
status gizi mempengaruhi tingkat perkembangan anak.
Balita penderita gizi kurang berpenampilan kurus, rambut kemerahan (pirang),
perut kadang-kadang buncit, wajah moon face karena oedema (bengkak) atau monkey
face (keriput), anak cengeng, kurang responsif. Bila kurang gizi berlangsung lama akan
berpengaruh pada kecerdasannya.
Penyebab utama kurang gizi pada balita adalah kemiskinan sehingga akses
pangan anak terganggu. Penyebab lain adalah infeksi (diare), ketidaktahuan orang tua


karena kurang pendidikan sehingga pengetahuan gizi rendah, atau faktor tabu makanan
dimana makanan bergizi ditabukan dan tak boleh dikonsumsi anak balita.
Kurang gizi pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun
mentalnya. Anak kelihatan pendek, kurus dibandingkan teman-temannya sebaya yang
lebih sehat. Ketika memasuki usia sekolah tidak bisa berprestasi menonjol karena
kecerdasannya terganggu.
Untuk mengatasi kasus kurang gizi memerlukan peranan dari keluarga, praktisi
kesehatan, maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas Posyandu,
jangan hanya sekedar untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal
penyuluhan gizi dan kualitas pemberian makanan tambahan, pemerintah harus dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat agar akses pangan tidak terganggu (nita-
medicastore.com,2012).
Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita lebih plastis. Plastisitas otak pada
balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya otak balita lebih terbuka untuk
proses pembelajaran dan pengkayaan.Sisi negatifnya, otak balita lebih peka terhadap
lingkungan utamanya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak
adekuat, kurang stimulasi, dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Oleh karena
masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap
lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek dan tidak dapat diulang lagi, maka
masa balita disebut juga Masa Keemasan atau Golden Periode. Sebagai calon generasi
penerus bangsa,balita di Indonesia harus mendapat perhatian yang serius yaitu mendapat
asupan gizi yang baik untuk menuju tumbuh kembang yang optimal.( Depkes RI 2005 ).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang diangkat adalah
Adakah hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 1-5 tahun di desa Dlingo
I, RT.2, Dlingo, Bantul ?




C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan anak usia 1-5 tahun di desa Dlingo I,
RT.2, Dlingo, Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui status gizi anak usia 1-5 tahun di desa Dlingo I, RT.2, Dlingo,
Bantul.
b. Untuk mengetahui mengetahui perkembangan anak usia 1-5 tahun di desa Dlingo
I, RT.2, Dlingo, Bantul.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Sebagai referensi dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang hubungan status
gizi dengan perkembangan anak usia 1 5 tahun.
2. Bagi Peneliti
Dapat menjadi bahan acuan atau pertimbangan dalam penyusunan penelitian
selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang status gizi dan perkembangan anak dan
mengetahui adanya kelainan tumbuh kembang pada balita.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Menurut Supariasa dkk, (2002), gizi adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsikan secara normal melalui digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan metabolisme dan penyerapan zat- zat yang digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ serta
menghasilkan energi.
Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrisi (unsur gizi). Penilaian status gizi adalah pengukuran yang
didasarkan pada data antropometrik serta biokimiawi dan riwayat diet untuk melihat
tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh keseimbangan konsumsi gizi
(Sediaoetama, 2004).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan ( skill ) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan.
Perkembangan dibagi menjadi 4 macam yaitu: perkembangan fisik, perkembangan
mental, perkembangan sosial, dan perkembangan emosional. Faktor faktor yang
mempengaruhi perkembangan adalah faktor dari dalam ( genetik ), dan faktor dari luar
yaitu : keluarga, status gizi, budaya setempat, dan teman bermain. Salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah status gizi,
dimana status gizi ini dipengaruhi oleh faktor langsung ( infeksi dan konsumsi ) dan
tidak langsung ( pengetahuan ibu, sosial budaya, ekonomi, politik, genetik ) . Status gizi
diukur dengan BB/ TB dengan klasifikasi sangat kurus (gizi buruk), kurus (gizi kurang),
normal (gizi baik), gemuk (gizi lebih).






B. Kerangka Teori









C. Kerangka Konsep






Gambar 1 : Kerangka konseptual hubungan status gizi dengan perkembangan anak .
: tidak diteliti
: diteliti
: arah hubungan

Faktor yang
mempengaruhi status
gizi :
- infeksi
- Konsumsi
- Pengetahuan
- Sosial Budaya
- Ekonomi
- Politik
- Genetik
Status Gizi

Perkembangan Anak
Perkembangan
Perkembangan
Fisik
Perkembangan Mental

Perkembangan Sosial

Perkembangan
Emosional
F
a
k
t
o
r

y
g

b
e
r
p
e
n
g
a
r
u
h

Faktor intrinsik
(genetik)

Faktor ekstrinsik
(status gizi)



D. Hipotesis
Semakin baik status gizi anak, maka semakin baik pula perkembangan anak .

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain survey analitik, yaitu survey atau penelitian
yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan terjadi . kemudian
melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena tersebut (Notoatmodjo, 2002).
Metode pendekatan waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah secara cross
sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor dan
resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada satu waktu (Notoatmodjo,2005). Penelitian ini mengidentifikasi status gizi dan
perkembangan anak .

B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 16-21 September 2013. Tempat
penelitian di Dlingo 1, RT 02, Dlingo, Bantul, Yogyakarta.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 1 5 tahun di desa Dlingo 1,
RT 02, Dlingo, Bantul, Yogyakarta. Oleh karena itu data yang diambil dalam
penelitian ini adalah anak yang pada saat dilakukan penelitian pada bulan Februari


tahun 2012 berumur 1 5 tahun. Dari data yang berhasil dikumpulkan populasi anak
usia 1 5 tahun pada saat bulan Februari 2012 adalah 20 anak .

2. Unit Analisis / Responden
Dalam penelitian ini yang terpilih sebagai unit analisis adalah anak yang
mempunyai umur 1 5 tahun .
3. Tehnik Sampling
Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Notoatmodjo, 2002) .
Tehnik penentuan besarnya sampel dengan menggunakan teknik sampling jenuh,
yaitu teknik penarikan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populoasi relatif kecil, kurang dari 30
orang. Istilah lain dari sampling jenuh ini adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.
Pemilihan sample yang dilakukan dengan menggunakan teknik sampling secara
cluster yaitu berdasarkan kelompok. Dalam penelitian ini sampel dikelompokkan
menjadi 2 kelompok yaitu (1) kelompok I terdiri dari 10 anak, (2) kelompok II terdiri
dari 10 anak. Setiap kelompok diambil lagi sampel secara acak sederhana yaitu
pemilihan sampel yang dilakukan secara acak dengan teknik undian ( lottery
technique). (Notoatmodjo, 2002). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Anak usia 1 5 tahun .
b. Bertempat tinggal di Desa Dlingo 1, RT 02, Dlingo, Bantul, Yogyakarta.
c. Bersedia menjadi Responden dengan menandatangani inform
concent yang dalam hal ini diwakili oleh ibu / pengasuh anak .
d. Tidak sakit (anak dalam keadaan sehat) .


D. Variable Penelitian
1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah Status Gizi .
2. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah Perkembangan anak usia 1
5 tahun .

E. Definisi Operasional
1. Status gizi adalah keadaan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrisi (unsur gizi). Pengukuran status gizi dalam penelitian ini dengan
menggunakan standar BB / TB. Penentuan status gizi berdasarkan nilai standar baku
WHO, kemudian data dikelompokkan menjadi :
a. Gizi baik jika nilai Z - 2 SD
b. Gizi kurang jika nilai Z < - 2 SD
Skala pengukuran : ordinal
2. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil akhir dari proses pematangan. Data penilaian perkembangan diperoleh dengan
menggunakan formulir KPSP (alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan .) yang terdiri dari 10 butir
pernyataan.
Hasil penilaian diklasifikasikan menjadi 2 kategori :
a. Normal jawaban ya 9
b. Tidak Normal jawaban ya < 9
Skala pengukuran: nominal.
F. Instrumen Penelitian
1. Data status gizi diukur dengan menggunakan pengukuran antropometri yaitu BB /
TB. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menentukan status gizi anak. Pengukuran
berat badan ( BB ) menggunakan : timbangan dacin. Sedangkan untuk pengukuran
tinggi badan anak ( TB ) , dengan menggunakan microtoise.



2. Data perkembangan anak dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara
dan kuesioner dengan menggunakan Formulir KPSP (alat/instrumen yang digunakan
untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan .Menurut
umur yang berisi 9 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah
dicapai anak. Sedangkan alat bantu Instrumen yang digunakan adalah berupa :
pensil, kertas, bola, kerincingan, kubus, benda kecil ( kacang tanah, kismis, dll ),
biskuit kecil.


G. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas
Untuk menguji validitas instrumen yang dipilih peneliti, yakni kuesioner sebanyak 10
butir pertanyaan, digunakan rumus Kendal Tau .
2
) 1 (


N N
B A


Keterangan:

: koefisien korelasi Kendal Tau yang besarnya (-1 < 0 < 1)


A

: jumlah rangking atas

B

: jumlah rangking bawah
N : jumlah anggota sampel

2. Uji Reabilitas
Untuk kuesioner partisipasi menggunakan rumus alfa :

()
]
[

]



Dengan keterangan :

= reabilitas instrument

= jumlah varians butir


= varians total
K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

H. Tehnik Pengumpulan Data

1. Kuisioner
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan struktur yang tidak begitu
ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin menfokus pada permasalahan sehingga
informasi yang dikumpulkan cukup mendalam, hal ini digunakan hanya sebagai
panduan di dalam pedoman pada saat wawancara.
2. Wawancara
Cara pengumpulan data yang dilakukan secara informal, yang dapat dilaksanakan
dalam waktu dan kontes yang dianggap tepat, guna mendapatkan data yang
mempunyai kedalaman dan dapat dilakukan berkali-kali dengan sesuai keperluan
penelitian tentang kejelasan masalah yang dijelajahinya.
Mengingat bahwa indepth interview dapat dilakuakn berkali-kali dan secara
informal, maka dalam pelaksanaan wawancara akan digabungkan dua metode yaitu
wawancara terstruktur pada intinya dan wawancara tidak terstruktur. Yang dimaksud
wawancara terstruktur adalah kerangka dari garis besar pokok-pokok yang ditanyakan
disusun sebelum wawancara dilakukan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk
secara garis besar tentang proses dan isi wawancara dengan tujuan untuk menjaga
agar pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya.


Sedangakan wawancara tidak terstruktur dimaksud untuk mendapatkan
pemahaman lebih mendalam tentang obyek penelitian, yang dapat pula berfungsi
sebagai respon lebih lanjut terhadap jawaban responden yang sifatnya spontanitas,
namun tetap pada konteks yang sedang dialami.
3. Observasi
Observasi pada dasarnya merupakan upaya teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada lokasi penelitian
untuk melengkapi data yang diperoleh .
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sebuah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara menelaah catatan, laporan, arsip, dan dokumen lainnya yang relevan
dengan penelitian ini .

I. Pengolahan dan Analisa Data
Setelah semua data sudah terkumpul, data tersebut diolah secara komputerisasi dan
disajikan dalam bentuk tabel dan dipresentasikan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Tehnik Pengolahan Data
Editing
Data yang diperoleh dari responden diperiksa ulang untuk mendapatkan data yang
benar .
Coding
Pemberian kode pada setiap pertanyaan untuk memudahkan dalam mengolah data .


Entri Data
Proses entri data untuk memudahkan pengolahan dengan menggunakan fasilitas
komputer.
2. Tehnik Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga memperoleh data
yang obyektif. Untuk data status gizi dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu : gizi
baik, dan gizi kurang. Sedangkan data perkembangan anak dikelompokkan menjadi :
Sesuai Tahap Perkembangan atau Normal ( N ), Tidak sesuai Tahap Perkembangan
atau Tidak Normal (TN). Teknis analisis yang akan digunakan adalah bivariat yaitu
menganalisis hubungan antara status gizi dan perkembangan anak yang diduga
berhubungan,kemudian hasil dari kedua variable dihubungkan dengan menggunakan
uji koefisien kontingensi untuk mengetahui derajat hubungan variabel independen
dengan menggunakan bantuan table .
Kemudian hasil dari kedua variabel dihubungkan dengan menggunakan uji
korelasi koefisien kontingensi. Teknik ini mempunyai kaitan erat dengan chi kuadrat,
rumus itu adalah sebagai berikut:
C =



Untuk menguji signifikasi koefisien C dapat dilakukan dengan menguji harga Chi
kuadrat hitung dengan Chi kuadrat table .
a. jika X
2
hitung X
2
tabel berarti signifikan .
b. jika X
2
hitung X
2
tabel berarti tidak signifikan .




J. Rencana Penelitian
Penelitian yang dilakukan meliputi :

1. Pra Penelitian
Sebelum melakukan penelitian maka dilakukan survey, observasi tempat
penelitian dan penyusunan ijin penelitian maupun study pustaka terhadap penelitian
terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilaksanakan .
2. Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan ini mencakup kegiatan-kegiatan pemilihan (perumusan)
masalah dan penyusunan proposal sampai dengan penyusunan instrument (kuesioner)
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita, maka menentukan
uji validasi dan reabilitasi yang akan digunakan .
3. Pelaksanaan
Melakukan pembagian kuesioner terhadap responden yang telah ditentukan oleh
peneliti, membagi kuesioner secara langsung kepada responden. Setelah data
terkumpul maka dilakukan pengolahan data untuk melihat jawaban-jawaban
kuesioner yang telah terisi lengkap/belum, kemudian dianalisis secara cross section
menjumlahkan item pertanyaan yang telah disebarkan, kemudian disajikan dalam
bentuk uraian yang sistematis dan sederhana dalam penyusunan laporan .

You might also like