You are on page 1of 6

Kandidiosis vulvovaginitis

1. DEFINISI

Kandidosis vulvovaginitis atau disebut juga kandidiasis vulvovaginitis adalah infeksi vagina dan atau
vulva yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies
Candida albicans (81%) atau kadang kadang C. glabrata (16%), spesies lain (C.tropicalis,
C.stellatoidea, C.pseudotropicalis, C.krusei) sangat jarang, hanya berkisar 3%.
2. Epidemiologi

Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia terutama diaderah tropis maupun subtropis, dapat
menyerang semua umur, terjadi pada banyak wanita (70-75%) dan cenderung 50 % cenderung
berulang. Banyak pada wanit sosial ekonomi rendah dan dalam masa kehamilan
3. Etiologi

Penyebab tersering ialah Candida albicans yang dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa
vagina dan feses orang normal. Candida tumbuh sebagai mikroorganisme komensal pada 40-80%
manusia sehat berupa blastospora bentuk oval tanpa kapsul, dan bereproduksi melalui
pembentukan tunas, hifa yang pipih, memanjang tidak bercabang dan dapat tunbuh dalam biakan
atau in vivo sebagai tanda penyakit yang aktif atau budding.
Candida albicans secara alami sebenarnya terdapat pada membrane mukosa dalam tubuh kita,
paling banyak terdapat dalam saluran pencernaan. Selain itu, Candida juga ditemukan dalam vagina
yang sehat, mulut, dan rektum. Jika pertumbuhannya terlalu pesat, Candida dapat menginfeksi
vagina, sehingga terjadi peradangan, yang disebut candidiasis. Candidiosis bisa menyerang wanita di
segala usia, terutama usia pubertas. Keparahannya berbeda antara satu wanita dengan wanita lain
dan dari waktu ke waktu meski pada wanita yang sama. Gejalanya, bibir vagina dan kulit di
sekitarnya membengkak, menjadi kemerahan, nyeri, dan gatal. Vagina terasa panas setiap kali buang
air kecil. Dapat juga mengenai mulut, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat
menyebabkan septikemia, endokarditis, atau
Moses membagi etiologi kandidosis vulvovaginitis menjadi :
1. Kandidosis vulvovaginitis akut, disebabkan oleh Candida albicans (90%).
2. Kandidosis vulvovaginitis rekurens, disebabkan oleh Candida glabrata (15%), C.parapsilois,
Saccharomyces cereviceae.
4. FAKTOR PREDISPOSISI

Terdapat bermacam-macam faktor predisposisi yang dapat membuat kondisi vagina menjadi
lingkungan yang mudah untuk tumbuhnya candida spp atau membuat kolonisasi asimtomatik
menjadi simtomatik vaginitis.
Kehamilan
Kondisi vagina selama masa kehamilan menunjukkan kepekaan yang tinggi terhadap infeksi
kandida, hal ini tampak dengan ditemukannya kolonisasi candida spp yang tinggi pada masa ini
sejalan dengan tingginya simtomatik vaginitis. Keluhan ini paling sering timbul pada usia kehamilan
trimester ketiga. .Diduga estrogen meningkatkan perlekatan Candida pada sel epitel vagina dan se-
cara langsung meningkatkan virulensi ragi.
Kontrasepsi oral
Berbagai penelitian menemukan peningkatan kolonisasi candida spp, setelah pemakaian
kontrasepsi oral yang mengandung estrogen yang tinggi. Dalam hal ini mekanismenya juga belum
diketahui, tetapi ternyata juga ditemukan sebaliknya pada pemakaian kontrasepsi oral yang rendah
estrogen tidak ditemukan peningkatan KVV.
Diabetes mellitus
Pada penderita diabetes mellitus juga ditemukan kolonisasi candida spp dalam vagina
mungkin karena peningkatan kadar glukosa dalam darah, jaringan dan urin. Akan tetapi
mekanismenya juga tidak diketahui secara jelas.
Pemakaian oral antibiotika
Simtomatik KVV seringkali timbul setelah pemakaian oral antibiotika, terutama antibiotika
yang berspektrum luas misalnya tetrasiklin, ampisilin, amoksisilin dan sefalosporin. Pemakaian
antibiotika di vagina sehingga menekan daya perlindungan yang dibuat oleh flora normal tersebut
dan menyebabkan kandida tumbuh lebih subur. Prevalensi kolonisasi candida spp meningkat dari
10% sampai 30%.
Perlindungan yang terpenting dari bakteri flora normal adalah dari Lactobacillus acidophillus
yang memproduksi hidrogen peroksida. Jadi flora normal tersebut dianggap memberikan ketahanan
dan mencegah invasi serta berkembangnya kandida.
Faktor-faktor lain
Pemakaian pakaian dalam yang ketat atau yang terbuat dari nilon meningkatkan
kelembaban yang memudahkan pertumbuhan candida spp. Kontak dengan bahan kimia, alergi atau
reaksi hipersensitivitas mungkin dapat mengubah lingkunga/ekosistem vagina sehingga
memudahkan transformasi kolonisasi yang asimtomatik menjadi simtomatik vaginitis.
Sumber infeksi
Traktus gastrointestinal sampai saat ini masih dianggap sebagai sumber utama kolonisasi
kandida dalam vagina. Walaupun peran traktus gastrointestinal dalam reinfeksi yang terjadi pada
wanita yang mengalami KVV rekuren masih kontroversial, tetapi ternyata sejalan dengan
keberadaan candida spp di dalam usus.
Transmisi seksual juga dianggap mungkin dapat menyebakan kolonisasi/infeksi kandida
5. Patofisiologi
Kandida di dalam tubuh manusia dapat bersifat 2 macam. Kandida sebagai saprofit terdapat dalam
tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala apapun, baik subyektif maupun obyektif. Dapat dijumpai
di kulit, selaput lendir mulut, saluran pencernaan, saluran pernafasan, vagina dan kuku. Kandida
sebagai jamur dapat menimbulkan infeksi primer maupun sekunder dari kelainan yang telah ada.
Beberapa faktor predisposisi dapat mengubah sifat saprofit kandida menjadi patogen
1,3
.
Akan tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa kandida tidak pernah menjadi komensal
dalam vagina karena dia akan selalu menjadi patogen bila terdapat di sana. Karena itu bila
ditemukan kandida dari isolasi sekret vagina para klinisi harus menganggap itu patogen walaupun
tanpa ada keluhan dari wanita tersebut
1
.
Kandida memasuki lumen vagina biasanya datang dari daerah perianal atau kontaminasi dari
traktus gastrointestinal. Kemudian dengan adanya berbagai faktor predisposisi mencetuskan
keadaan yang asimtomatik menjadi simtomatik. Sedang mekanisme yang pasti perubahan kolonisasi
asimtomatik menjadi simtomatik vaginitis belum diketahui. Diduga lebih dari satu macam
mekanisme yang mempengaruhinya. Invasi hifa ke dalam epitel jaringan akan menyebabkan
terjadinya proses keradangan dan akhirnya merusakkan sel-sel epitel tersebut. Mungkin enzim
protease dan enzim hidrolitik lainnya yang memudahkan penetrasi ke dalam sel. Akhirnya penetrasi
sel dan invasi ke mukossa tidak saja oleh hifa tetapi juga oleh blastospor. Proses ini menyebabkan
reaksi inflamasi pada mukosa yang mengakibatkan pembengkakan, eritema, dan deskuamasi sel
epitel vagina. Selain proses tersebut di atas mungkin kandida menimbulkan simtom vaginitis karena
reaksi hipersensitivitas, khususnya pada wanita yang mengalami KVV rekuren yang idiopatik
6. Gambaran klinis
Gejala khas candidiosis yang paling dikenal oleh umum adalah keluarnya cairan vagina berwarna
putih menyerupai keju cottage. Mungkin karena inilah candidiasis popular dengan sebutan
keputihan. Cairan putih keju tersebut berbau tidak sedap, tetapi tidak busuk. Ketika Candida
tumbuh semakin pesat, sel-selnya mengalami metamorfosis. Sebagai khamir alias ragi yang semula
selnya berbentuk bulat, berubah menjadi kapang yang berfilamen, memiliki sulur-sulur akar. Akar ini
akan berkembang semakin panjang dan menembus sel mukosa usus. Setelah mencapai sistem
sirkulasi, Candida akan melepaskan zat racun. Bersama protein yang tidak tercerna, zat racun ini
akan merasuki seluruh jaringan tubuh dan mengakibatkan kemerosotan sistem kekebalan tubuh.
Akibatnya, muncul reaksi alergi, kelelahan, dan masalah kesehatan lainnya. Istilah lain gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh jamur Candida ini adalah sindroma Candida kronis (Candida-
Related Complex, CRC).
Gejala :
1. Asimtomatik pada 20-50% wanita
2. Rasa panas
3. Sekret berwarna keputihan, Kadang-kadang sekret tampak seperti susu yang disertai
gumpalan-gumpalan putih sehingga tampak seperti susu basi/pecah dan tidak berbau. Akan
tetapi lebih sering sekret hanya minimal saja.
4. Iritasi pada vulva
5. Rasa gatal pada vulva
6. Disuria
7. Dispareuni nyeri saat berhubungan
Tanda :
1. eritema dan pembengkakan pada labia dan vulva
2. lesi satelit papulopustular disekitar pseudomembran
3. karakteristik duh vagina berbentuk keju berwarna putih
4. terdapat vaginitis baik pada pemeriksaan langsung maupun dengan kolposkopik.
5. Vaginal thrush bercak putih terdiri dari gumpalan jamur & jar. nekrosis sel epitel yang
menempel pada dinding vagina

Pemeriksaan penunjang
- Apusan vagina diberi KOH 10-20% Pseudohifa dan atau blastospora
- PH vagina < 4,5 infeksi disebabkan oleh Candida
- Kultur pada media sabouraud dengan antibiotika kloramfenikol (agar tidak ada bakteri
tumbuh )

7. Penatalaksanaan
Preparat azol lebih efektif daripada nistatin. Pengobatan menghasilkan penyembuhan 80-90%
- Mikonazol 500 mg per vaginam dosis tunggal
Untuk sistemik bisa dikasih
- Ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari
- Itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal
- Flukonazol 150 mg dosis tunggal
Beberapa uji coba menunjukkan hasil pengobatan oral dengan flukonazol, ketokonazol, atau
itrakonazol sama efektifnya dengan pengobatan topikal. Penggunaan secara oral memang lebih
mudah, tetapi potensi toksisitasnya khususnya ketokonazol harus dipertimbangkan (setiabudi R.
(2011)
8. Pencegahan
MENJAGA KESEHATAN VAGINA
Obat antiseptik
Jangan membersihkan vagina dengan obat-obatan antiseptik setiap hari atau sebentar-sebentar
dicuci. Bila hendak membersihkan dengan menggunakan obat-obatan cukup dilakukan dua minggu
sekali, yaitu dipertengahan siklus menstruasi.
Harus steril
Penggunaan tisu basah atau produk panty liner harus betul-betul steril. Bahkan, kemasannya pun
harus diperhatikan. Jangan sampai menyimpan sembarangan, misalnya tanpa kemasan ditaruh
dalam tas bercampur dengan barang lainnya. Karena bila dalam keadaan terbuka, bisa saja panty
liner atau tisu basah tersebut sudah terkontaminasi.
Tidak lembab
Perhatikan kebersihan setelah buang air besar atau kecil. Setelah bersih, jangan lupa untuk
mengelapnya dengan tisu kering atau handuk khusus. Jangan dibiarkan dalam keadaan lembab.
Kebersihan air
Bila buang air kecil di tempat umum, perhatikan kebersihan airnya. Bila ragu, sebaiknya dilap saja
dengan tisu.
Gunakan bahan katun
Jangan sekali-kali menggunakan celana yang berbahan nilon. Bahan katun lebih baik karena
menyerap keringat.
Tak perlu dibedak
Jangan memberi bedak atau talk pada daerah vagina. Karena bisa menimbulkan keganasan (kanker)
di indung telur
Berkaitan dengan sanggama
Bila melakukan senggama, usahakan sebelum dan sesudahnya baik isteri maupun suami, menjaga
kebersihan alat kelaminnya.
Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Langkah pencegahan tersebut dikenal
dengan A-B-(4)C (Abstinence, Be faithfull, Contact treatment, Compliance, Confidential counseling,
dan Condom use).


9. Prognosis
Kandidosis vulvovaginitis dapat sembuh dengan baik dengan pengobatan yang adekuat, tetapi jika
terjadi reinfeksi atau tidak adekuatnya pengobatan, kandidosis vulvovaginitis bisa menjadi kambuh.
Angka kesembuhan dengan antimikotik golongan azole mencapai 80-90%. Pada individu yang
menderita HIV, dapat dijumpai kasus resistensi terhadap golongan azole (flukonazol).



Referensi
Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia
Farmakologi dan terapi edisi kelima penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia
Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 3 penerbit interna publishing
Blok reproduksi.umj.blogspot.com dr. Bambang widjanarko Sp.og

You might also like