You are on page 1of 12

IPSTIK berfungsi mewarnai bibir agar lebih cantik dan secara keseluruhan, wajah tampak lebih

segar. Ada beragam lipstik dengan fungsi dan cara pakai berbeda yang patut Anda ketahui.
Liquid
Bentuknya cair, mengkilap, dan pekat. Lipstik dalam bentuk cair sudah dilengkapi dengan spoon
atau kuas sehingga mudah dioles. Biasanya, lipstik cair juga berfungsi sebagai sebagai
pengilap/pengkilap dan pelembap.
Palette
Dalam satu wadah lipstik palette terdapat beberapa warna. Bentuknya bisa krim padat atau balm
yang berfungsi melembapkan bibir. Gunakan lipstik palette dengan kuas.
Pen lip polish
Lipstik jenis ini berbentuk cair dalam kemasan seperti pena dengan ujung yang dilengkapi kuas.
Lipstik dapat memberi efek mengilap di bibir dengan cara aplikasi yang sama dengan lipstik
biasa.
Pasta
Berbentuk gel padat dan dikemas dalam bentuk tube, lipstik jenis pasta aplikasinya sama seperti
lipstik pen polish ataupun liquid.
Gloss
Bentuknya cair dan mengkilap. Bisa mengandung glitter untuk memberi efek berkilau keperakan
atau bening untuk kesan natural. Lip gloss mengkilat bisa memberi efek bibir lebih menonjol,
jadi tidak disarankan untuk bentuk bibir tebal.
Stick
Jenis ini biasanya tidak mengilap dan sedikit lembap. Agar tahan lama, oleskan seperti biasa lalu
hapus dengan tisu. Setelah itu, oleskan kembali.
Adhini Amaliafitri Okezone
Pengemasan merupakan suatu perlakuan pengamanan terhadap bahan atau produk baik yang
sudah mengalami pengolahan atau belum sampai ke tangan konsumen dengan kondisi baik.
Dalam dunia farmasi biasa digunakan teknik pengemasan strip untuk sediaan solid. Untuk
mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material digunakan, multi wall paper sack. Saat
ini manusia menggunakan teknologi untuk membuat kemasan plastik sintetik. Banyak faktor
yang harus di pertimbangkan dalam memilih komponen-komponen pengemasan untuk bentuk-
bentuk takaran bahan padat, seperti kecocokan produk hingga aspek kemudahan pengaksesan.
Kata kunci : pengemasan produk farmasi, teknik pengemasan produk farmasi, packaging
pharmaceutical product
Pengemasan dalam dunia farmasi mempunyai peran penting, sebab suatu sediaan tidak akan
berarti apabila pengemasannya buruk atau tidak sesuai dengan bentuk sediaan tersebut. Hal ini
dapat menyebabkan rusaknya bahan yang dikemas baik karena faktor fisik (penyimpanan)
maupun faktor kimia (stabilitas bahan yang dikemas). Pada umumnya pengemasan berfungsi
untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri dalam bentuk yang
memudahkannya dalam penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi sampai ke tangan konsumen.
Secara garis besar fungsi pengemasan adalah sebagai berikut :
1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen, agar produk
tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran.
2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet,
panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang
dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.
4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi 10,
1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini
penting dalam dunia perdagangan.
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk di
dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau
produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan
warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di
sekitarnya.
6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan
sirup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastik.
7. Menambah daya tarik calon pembeli.
8. Sarana informasi dan iklan.
9. Memberi kenyamanan bagi pemakai (Julianti dan Mimi, 2006).
Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan
kemasan):
a) Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan pangan.
Misalnya kaleng susu, botol minuman.
b) Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok
kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak karton untuk wadah
strip obat dan sebagainya.
c) Kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder
atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya botol yang
sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan
setelah itu ke dalam peti kemas.
Material Tipe Kegunaan
Gelas Primer Botol, ampul, vial berisi solution
atau tablet
Plastik PrimerSekunder Botol, ampul, vial berisi solution
atau tabletPembungkus yang
terdiri dari beberapa kemasan
primer
Wol Primer Pengisi kosong
Logam Primer Penyusun aerosol, penutup bahan
Papan Sekunder Kotak berisi kemasan primer
Kertas Sekunder Leaflet, label
Liners Primer Penutup yang memberi segel
kompresi
(Lund, 1994).
Dalam hal material, tidak semua bahan dapat berfungsi sebagai pengemas demikian pula
persyaratan dan spesifikasi bahan pengemas untuk keperluan yang satu berbeda dengan yang
lain. Beberapa persyaratan bahan pengemas adalah :
a) Memiliki permeabilitas terhadap udara (oksigen dan gas lain) yang baik
b) harus bersifat tidak toksik dan tidak bereaksi (inert), sehingga tidak terjadi reaksi kimia
yang dapat menyebabkan atau menimbulkan perubahan warna, flavor dan citarasa produk yang
dikemas
c) harus mampu menjaga produk yang dikemas agar tetap bersih dan merupakan pelindung
terhadap pengaruh panas, kotoran dan kontaminan lain
d) harus mampu melindungi produk yang dikemasnya dari kerusakan fisik dan gangguan dari
cahaya (penyinaran)
e) harus mudah dibuka dan ditutup dan dapat meningkatkan kemudahan penanganan,
pengangkutan dan distribusi
f) harus mampu menjelaskan identifikasi dan informasi dari bahan yang dikemasnya,
sehingga dapat membantu promosi atau memperlancar proses penjualan.
Dengan banyaknya persyaratan yang diperlukan untuk bahan kemas, maka tentu saja bahan
kemas alami tidak dapat memenuhi semua persyaratan tersebut sehingga manusia dengan
bantuan teknologi berhasil membuat bahan kemas sintetik yang dapat memenuhi sebagian besar
dari persyaratan minimal yang diperlukan (Anonim, 2006).
Kualifikasi dan Validasi
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan
sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan
signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu Produk
hendaklah divalidasi. Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap
bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam
produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan (Anonim,
2006).
Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut kualifikasi. Dimana
kualifikasi tersebut adalah langkah pertama dalam melaksanakan validasi di industri farmasi
(Priyambodo, 2007).
Peralatan
Desain dan kontruksi peralatan pengemasan produk hendaklah memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
Peralatan hendaklah didesain dan dikontruksikan sesuai dengan tujuannya. Permukaan
peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara, produk jadi tidak boleh
menimbulkan reaksi yang dapat menimbulkan identitas, mutu atau kemurnian di luar
batas yang ditentukan.
Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau
pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk
jadi.
Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan tersebut
hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan
bersih dan kering. Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan
ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan yang digunakan
untuk menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat hendaklah diperiksa
ketepatannya dan dikalibrasi sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan
dan kalibrasi hendaklah dicatat dan disimpan dengan baik (Anonim, 2006).
Kegiatan pengemasan produk dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga
identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua kegiatan pengemasan
dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang
tercantum dalam prosedur pengemasan induk. Rincian pelaksanaan pengemasan dicatat dalam
catatan pengemasan batch (Anonim, 2006).
Seluruh wadah, yang digunakan untuk penyimpanan obat dan tutupnya tidak boleh
mempengaruhi kualitas obat yang tersimpan di dalamnya. Wadah dan tutupnya dibersihkan dulu
sebelum digunakan. Dengan menggunakan cara yang cocok dapat dijamin bahwa persyaratan
kemurnian mikrobiologis bagi bahan obat dan sediaan obat yang tercantum dalam Farmakope
dapat terpenuhi. Setelah pembersihan dan pengeringan wadah, sejauh tidak digunakan, disimpan
dalam kondisi tertutup. Wadah harus diberi tanda yang jelas sesuai dengan persyaratannya
setelah diisi dengan obat. Wadah dan tutup yang terbuat dari plastik dan elastik, diuji seperti
Pengujian barang terbuat dari plastick dan elastik (Voight, 1995).
Beberapa teknologi pengemasan produk farmasi yaitu :
1. Strip packaging
Merupakan pengemasan yang menganut sistem dosis tunggal, biasanya untuk sediaan padat
(tablet, kapsul, kaplet, dan lain-lain) yang digunakan secara per oral. Metodenya adalah
mengemas dengan dua lapisan atas atau bawah, dan kemudian diseal dan dicut. Produk akan
jatuh kedalam mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut.
Produk yang disegel antara dua lapisan tipis ini biasanya mempunyai segel dan biasanya
dipisahkan dari bungkus-bungkus yang bedekatan karena adanya perforasi. Pemilihan dari
material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk keluar. Ukuran dan kedalaman dari mold
tersebut harus cukup untuk menampung produk dan membentuk kantong, dan jangan sampai
produk tertekan. Contoh : noza, obat generik seperti dextromethorphan (Anandita, 2012).

Gambar contoh kemasan strip

Gambar stripping process
Strip terdiri dari berbagai macam tergantung bahan penyusun dari strip. Diantaranya ada PLM
(polycellonium), PLO (Polycello) dan PLN (Polynium). PLM merupakan bahan strip yang
paling umum, dimana kandungannya adalah polycello atau cellophan dan alumunium. Cellophan
adalah sejenis bahan dari serat selulosa yang berbentu tipis transparan, fungsinya dalam kemasan
adalah untuk menempelkan pewarna sehingga strip bisa colorfull. Bahan yang biasa dipakai
adalah MST / MT dan PT cellophan. Alumunium sendiri berfungsi untuk menjaga obat dari
pengaruh kelembapan. Semakin tebal alumunium yang digunakan akan semakin membuat
tingkat proteksi menjadi lebih baik. Namun harus dilihat dari sisi mesin strip, apakah kompatibel
atau tidak karena bisa jadi semakin tebal akan menggangu proses stripping. Antara selophan dan
alumunium ini terdapat satu lapisan yakni PE atau Polyetilen yang berfungsi untuk melekatkan
selophan dan alumunium. Lapisan setelah alumunium sendiri adalah PE lagi, fungsinya kali ini
adalah untuk membuat dua PLM dapat saling melekat saat distripping. Jadi secara garis besar,
ada 4 lapisan dalam PLM yakni selophan (terluar), PE, Alu, PE (terdalam). Pembuatan PLM
secara garis besar yaitu selophan dicetak dan diberi warna lalu PE dicairkan. Kemudian Alu dan
selophan dipasang dalam masing-masing silindernya, saat akan ditemukan maka diberi cairan
PE, sehingga keduanya melekat. Lalu dilapis dengan PE kembali pada bagian dalam. Untuk PLO
dan PLN hampir sama dengan PLM. Hanya saja PLO komposisinya adalah selophan dan PE
sehingga sifatnya elastis dan tembus pandang (contoh : antimo tablet). Sedangkan PLN
kandungannya adalah Alu dan PE (Anandita, 2012).
Sistem kerja mesin strip sendiri cukup sederhana yakni dengan menyiapkan dua PLM pada
rollernya. kemudian ditengahnya dimasukkan dalam strip dan dipanasi sehingga PE mencair dan
akan melekatkan kedua PLM (Anandita, 2012).
Pemeriksaan strip juga sederhana. Saat kedatangan barang, cukup diperiksa kesesuaian warna
dan teks, lebar PLM dalam satu roll, dan kebersihan PLM. Saat produksi, dilakukan pengecekan
kualitas PLM dengan tes kebocoran menggunakan metilen blue dalam presure chamber
(Anandita, 2012).
2. Blister pack
Dalam proses ini lembar plastik yang tebal dilewatkan pada rol yang telah dipanaskan, hingga
akan terbentuk ruang untuk diisi produk. Produk yang akan dikemas kemudian dilepas melalui
happer, kemudian lembar foil yang sudah dicoat dengan laquer dipakai untuk menutup lembar
plastik yang sudah dibentuk dan berisi produk lalu dicut. Strip dibentuk dalam tray, dicut sesuai
mold dan dimasukkan dalam karton box. Contoh : panadol atau supra livron (Anandita, 2012).


Gambar contoh kemasan blister

Gambar mesin pengemas blister
Kemasan blister terdiri dari dua lapisan kemasan yang berbeda yakni PTP dan Plastik. PTP
merupakan singkatan dari Press Trough Packaging. Komposisi PTP ini adalah alu dan PE.
Sedangkan plastik yang digunakan bisa PVC atau PVdC, tergantung dari bahan yang akan
diblister. jika bahan sensitif dengan kelembapan maka akan lebih disarankan PVDC karena lebih
protect. Proses produksi awalnya yaitu PVC dibentuk dengan dipanaskan terlebih dahulu dengan
heater namun tidak sampai cair, lalu dibentuk sesuai dengan cetakannya atau nama kerennya
forming. Proses forming sendiri prinsipnya adalah dengan memberikan tekanan udara untuk
membentuk plastik panas dan cooler sehingga plastik yang tertekan udara dalam cetakan akan
terbentuk namun tidak bisa kembali ke bentuk semula karena ada proses pendinginan. kemudian
tablet dimasukkan dalam forming baik manual atau otomatis dan disealing dengan PTP
menggunakan panas pada bagian sampingnya. Baru kemudian dipotong sesuai ukuran blister
dengan menggunakan cutting khusus (Anandita, 2012).
3. Pengemasan bulk produk
Untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material digunakan, multi wall paper
sack. Heavy duty bag polyethylene, woven sack polipropylene dan jute bags, tetapi sekarang ini
jute bags sudah kurang popular. Multiwall paper sack : terdiri dari beberapa lapisan kertas yang
saling menunjang, dengan demikian maka beban yang didukung oleh kantong tersebut akan
merata keseluruh lapisan. Jumlah lapisan bisa antara 2 sampai dengan 6 lapis. Dengan
menggunakan beberapa lapisan kertas yang agak tipis adalah lebih fleksibel dan kuat daripada
menggunakan satu atau dua lapisan kertas yang tebal. Multiwall paper bag dapat digunakan
untuk berbagai produk terutama yang berbentuk bubuk (Julianti dan Mimi, 2006).
\
Gambar contoh kemasan bulk

Gambar mesin pengemas bulk
4. Pengemasan botol
Kaca merupakan penelitian terdekat untuk bentuk botol yang steril. Hanya sumber potensial dari
pergeresan gas didalam atau diluar botol kaca melalui segel antara penutup dan leher botol.
Teknologi metode-metode evaluasi untuk kaca di dikenal baik dan dikemas dalam UPS/NF.
Bagian-bagian yang penting dari botol kaca adalah tipe botol, bentuk, isi keseluruhan (juga
dikenal dengan kapasitas yang berlebih), pengakhiran leher botol, warna dan pergeseran bentuk.
Hal yang banyak digunakan tipe NP, sebuah kaca bentuk soda untuk produk yang tidak parental,
yaitu produk yang didasari dengan penggunaan topikal dan oral. Warna yang banyak digunakan
adalah kuning gading (Julianti dan Mimi, 2006).

Gambar kemasan botol

Gambar kemasan botol kaca untuk sediaan injeksi

Gambar mesin pengemas botol
5. Pengemasan kaleng
Syarat-syarat pengaturan, membutuhkan panduan USP/NF yang mencakup pengalengan dan
penutupan, memberikan petunjukan pengemasan dengan bentuk-bentuk takaran bubuk dalam
pengalengan takaran yang banyak. Seorang ahli obat-obatan seharusnya tidak mengemas
kembali sebuah produk dalam pengalengan yang lemah pertahanan. Pengalengan seharusnya
bersih dan aman untuk menjamin identitas kekuatan, kualitas dan kemurnian dari produk-produk
obat-obatan untuk ketahanan hidup. Perusahaan-perusahaan obat dibutuhkan untuk melakukan
tes untuk menemukan hal yang standar ini. Hal yang kecil akan menjadi sebuah stabilitas
penelitian dalam pengalengan bertanda dan penutupan yang digunakan untuk penjualan produk
(Julianti dan Mimi, 2006).

Gambar kemasan kaleng
Perkembangan Teknologi Pengemasan
Saat ini telah dikembangkan teknologi pengemasan bahan pangan dan produk farmasi yang
mencakup :
1. Pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP)
Merupakan pengemasan produk dengan menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan
keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di dalam kemasan berubah dan ini menyebabkan
laju respirasi produk menurun, mengurangi pertumbuhan mikrobia, mengurangi kerusakan oleh
enzim serta memperpanjang umur simpan. Fabrikasi film kemasan dapat menghasilkan kemasan
dengan permeabilitas gas yang luas serta tersedianya adsorber untuk O
2
, CO
2
, etilen, dan air.
Keuntungan dari teknik kemasan aktif adalah tidak mahal (relatif terhadap harga produk yang
dikemas), ramah lingkungan, mempunyai nilai estetika yang dapat diterima dan sesuai untuk
sistem distribusi.
Adanya absorber oksigen dapat menyerap oksigen pada bahan-bahan pangan seperti hamburger,
pasta segar, mie, kentang goreng, daging asap (sliced ham dan sosis), cakes, dan roti dengan
umur simpan panjang, produk-produk konfeksionari, kacang-kacangan, kopi, herba (dalam
farmasi) dan rempah-rempah. Penggunaan kantung absorber O
2
memberikan keuntungan
khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap oksigen dan cahaya seperti produk
bakery dan pizza, daging yang dimasak dimana pertumbuhan jamur dan perubahan warna
merupakan masalah utamanya.
2. Pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging
Merupakan teknik kemasan yang mempunyai sebuah indikator eksternal atau internal untuk
menunjukkan secara aktif perubahan produk serta menentukan mutunya. Tujuan dari kemasan
aktif atau interaktif adalah untuk mempertahankan mutu produk dan memperpanjang masa
simpannya.
(Julianti dan Mimi, 2006).
KESIMPULAN
Pengemasan dalam dunia farmasi mempunyai peran penting, yaitu untuk menempatkan bahan
atau hasil pengolahan atau hasil industri dalam bentuk yang memudahkannya dalam
penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi sampai ke tangan konsumen. Teknologi pengemasan
sediaan farmasi meliputi strip, blister, bulk, botol, dan kaleng.

REFERENSI
Anindita, Dipta, 2012, Packaging Development at Pharmaceutical Industries-Strip and Blister,
http://www.centro.web.id/2012/01/packaging-development-at-pharmaceutical.html Diakses
tanggal 15 Mei 2012
Anonim, 2006, Pedoman Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan Pengawasan Obat
dan Makanan : Jakarta
Julianti, Elisa dan Mimi Nurminah, 2006, Buku Ajar Tekologi Pengemasan, Universitas
Sumatera Utara Press : Sumatera
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=mencegah%20masuknya%20bau%20fungsi%20pen
gemasan&source=web&cd=2&ved=0CE0QFjAB&url=http%3A%2F%2Focw.usu.ac.id%2Fcour
se%2Fdownload%2F3130000081-teknologi-
pengemasan%2Fthp_407_textbook_teknologi_pengemasan.pdf&ei=XQ-
xT46zA7CSiQejjLHVCA&usg=AFQjCNEQ0pxU788CA4pCcX7s-G5V9kuJ9w Diakses
tanggal 14 Mei 2012

You might also like